Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

TINJAUAN KETEPATAN DAN KEAKURATAN PENGKODEAN


DIAGNOSIS CEDERA DAN PENYEBAB LUAR CEDERA ( EXTERNAL
CAUSE) DI RUMAH SAKIT

Oleh :

KELOMPOK 9

- Dwi Indah Febriani (201911001)


- Oktaviana Sari Safitri (201911014)
- Valeria Lisa Oktafina (201911064)
- Ahmad bilal nuruddinsyah (201911086)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

YAYASAN RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

SURABAYA
2021

2
HALAMAN PERSETUJUAN

TINJAUAN KETEPATAN DAN KEAKURATAN PENGKODEAN


DIAGNOSIS CEDERA DAN PENYEBAB LUAR CEDERA ( EXTERNAL
CAUSE) DI RUMAH SAKIT

Telah layak untuk diseminarkan

sebagai persyaratan melakukan penelitian

Oleh :

KELOMPOK 9

- Dwi Indah Febriani (201911001)


- Oktaviana Sari Safitri (201911014)
- Valeria Lisa Oktafina (201911064)
- Ahmad bilal nuruddinsyah (201911086)

Disetujui pada tanggal :…………………….

Dosen Pembimbing

Lilis Masyfufah A.S., SKM, M.KES.

i
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... i

DAFTAR ISI.....................................................................................................`i

BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................

BAB II : KAJIAN PUSTAKA..........................................................................

2.1 Rumah Sakit.....................................................................................


2.2 Rekam Medis...................................................................................
2.3 Koding..............................................................................................
2.4 ICD...................................................................................................
2.5 Keakuratan dan Ketepatan...............................................................
2.6 Commotio Cerebri............................................................................
2.7 Fracture............................................................................................
2.8 External Cause / Penyebab Luar......................................................
2.9 Kecelakaan.......................................................................................
2.10 Literature yang Dipakai....................................................................

BAB III : METODE PENELITIAN.................................................................

3.1 Desain Penelitian..............................................................................


3.2 Kriteria Inklus Naskah.....................................................................
3.3 Tahapan Penelusuran........................................................................

DAFTAR PUSTKA..........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI No.44, 2009 Rumah Sakit adalah institusi


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit harus mempunyai mutu
pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu faktor yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal adalah rekam
medis yang bermutu.
Menurut Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III Tahun 2008, Rekam
Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Rekam medis yang akurat dan tepat waktu dapat
dikatakan sebagai rekam medis bermutu. .
Peran perekam medis berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
377/Menkes/SK/2007 mengenai Standar Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan yaitu seorang perekam medis harus mampu
menetapkan kode diagnosa dan tindakan medis dalam pelayanan dan
manajemen kesehatan. Pengkodean diagnosa adalah kegiatan mengubah
diagnosis penyakit menjadi kode yang terdiri dari huruf dan angka.
Pemberian kode ini merupakan kegiatan klasifikasi penyakit dan tindakan
yang mengelompokan penyakit dan tindakan berdasarkan kriteria tertentu
yang telah disepakati. Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit
yang berlaku dengan menggunakan Internasional Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problems 10threvision  (ICD-10).
Dalam pengodean standar klasifikasi yang digunakan adalah Internasional
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
10threvision (ICD-10). ICD-10 memuat tentang statistik dan klasifikasi

1
penyakit serta masalah yang berkaitan dengan kesehatan. ICD-10 terbagi
dalam 3 volume, salah satunya adalah volume 1 yang memuat daftar
tabulasi yang diklasifikasikan dalam 22 Bab yang salah satu diantaranya
tentang klasifikasi dalam Bab XIX yaitu tentang cedera, keracunan, dan
konsekuensi tertentu lainnya dari penyebab luar (external cause).
Hasil penelitian Ni Kadek Lusi Rusliyanti, dkk (2016) didalam jurnalnya
yang berjudul Analisis Ketepatan Pengkodean Diagnosis Berdasarkan
ICD-10 dengan Penerapan Karakter Ke-5 Pada Pasien Fraktur Rawat Jalan
Semester II di RSU Mitra Paramedika Yogyakarta diketahui bahwa dari
total sampel 86 berkas, persentase kode diagnosis yang tepat adalah 10,5%
sedangkan persentase kode diagnosis yang tidak tepat adalah 89,5%.
Rendahnya tingkat persentase ketepatan kode diagnosis disebabkan oleh
beberapa hal, seperti tulisan dokter tidak rapi dan sulit dipahami oleh
petugas, sebagian diagnosis kasus fraktur pada berkas rekam medis tidak
disertai dengan keterangan close atau open, sehingga petugas hanya
mengkode sampai karakter ke 4. Persentase tingkat ketepatan kode
diagnosis khususnya pada kasus fraktur sangat rendah dan belum
mencapai angka 100%.
Hasil penelitian Ikhwan, dkk (2014) didalam jurnalnya yang berjudul
Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Cedera dan Penyebab Luar Cedera
(External Cause) Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam “ Siti Hajar”
Mataram diketahui bahwa dari sampel 50 berkas rekam medis 3 kode
tidak akurat dan 47 kode akurat Dan 41 kode penyebab luar cedera tidak
ditulis dan 9 diagnosis cedera pada berkas rekam medis tidak ditulis
penyebab luarnya. Ketidaktepatan kode diagnosis cedera pada formulir
ringkasan masuk dan keluar pasien terdiri dari kesalahan pemilihan Blok,
Sub blok dan kesalahan pada digit ke-4 dan ke-5.
Pengodean suatu penyakit haruslah dikode secara tepat dan akurat. Tetapi
dalam pengodean diketahui persentase ketidaktepatan pengodean
diagnosis cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah sakit.
Ketidaktepatan dalam pengodean external cause karena tidak dilakukan

2
pengodean pada external cause. Maka dari itu perlu dilakukan Tinjauan
Ketepatan dan Keakuratan Pengkodean Diagnosis Cedera dan Penyebab
Luar (external cause) di Rumah Sakit dengan menggunakan pendekatan
study Literatur Review.

3
1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana ketepatan dan keakuratan pengkodean diagnosis cedera dan


penyebab luar (external cause) di rumah sakit?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ketepatan dan keakuratan pengkodean diagnosis cedera


dan penyebab luar (external cause) di rumah sakit.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan pengkodean diagnosis cedera dan


penyebab luar (external cause) di rumah sakit

2. Mengetahui persentase ketepatan dan keakuratan pengkodean


diagnosis cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah sakit

3. Mengetahui faktor penyebab ketepatan dan keakuratan pengkodean


diagnosis cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah sakit

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Ketepatan dan keakuratan pengkodean diagnosis cedera dan penyebab luar


(external cause) merupakan salah satu hal yang sangat harus dilakukan di
setiap fasilitas kesehatan. Dengan adanya study literatur review ini maka
penulis akan memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan
tersebut, sehingga pengetahuan yang didapatkan dapat diterapkan di
tempat kerja nantinya khusunya di rumah sakit.

1.4.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Hasil literature review mengenai tinjauan ketepatan dan keakuratan


pengkodean diagnosis cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah
sakit dapat dijadikan bahan evaluasi bagi rumah.

4
1.4.3. Manfaat Bagi Stikes Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

Hasil literature review mengenai tinjauan ketepatan dan keakuratan


pengkodean diagnosis cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah
sakit dapat digunakan sebagai bahan referensi pembelajaran dan
meningkatkan wawasan bagi mahasiswa Stikes Yayasan Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Pengertian

Menurut UU RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit bada Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa, Rumah Sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat.

Pada UU RI No 44 Tahun 2009 Bab II Pasal 2


mengenai asal dan tujuan Rumah Sakit menyebutkan
bahwa, rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan berdasarkan nilai kemanusiaan, etika dan
professionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan ati
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi social. Pengaturan
penyelenggaraan rumah sakit bertujuan :

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan


pelayanan kesehatan ;
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber
daya di rumah sakit;
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit; dan
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan
rumah sakit.

6
2.1.2 Tugas dan Fungsi

Pada Bab III Pasal 4 menyebutkan rumah sakit


mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.

Dan pada pasal 5 Bab III mengenai tugas dan fungsi


rumah sakit menyebutkan jika, untuk menjalankan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, rumah sakit
memiliki fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan


kesehatan sesuai dengan standart pelayanan rumah
sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat
kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanana kesehatan; dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
2.2 Rekam Medis
2.2.1 Pengertian

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


269/MenKes/PER/III/2008 Bab 1 pasal 1 menjelaskan
bahwa Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada pasien.

7
Menurut Gemala Hatta tahun 2008 rekam medis
merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang
dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit,
pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para
praktisi kesehatan dalam upaya memberikan pelayanan
kesehatan kesehatan kepada pasien.

Rekam medis adalah berkas yang sangat rahasia,


maka dibutuhkan profesi seorang perekam medis yang
mampu mengelola dan melaksanakan kegiatan data rekam
medis seperti : Penataan berkas rekam medis (assembling),
Pemberian kode (Coding), Tabulasi (Indeksing), Statistik
dan pelaporan rumah sakit, Korespondensasi rekam medis,
Analisa rekam medis, Sistem penyimpanan rekam medis
(filling system), Sistem pengambalian rekam medis
(retrieval), Penyusutan (retensi) dan pemusnahan rekam
medis (Depkes RI, 2009).

Rekam medis merupakan berkas yang berisikan


catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien di
sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2013).

2.2.2 Tujuan

Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang


tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Tanpa
dukungan suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik
dan benar, maka tertib administrasi di Rumah Sakit tidak
akan berhasil sebagaimana yang diharapkan (Rustiyanto,
2011).

8
Tujuan sistem pelayanan rekam medis yaitu
menyediakan informasi yang berguna untuk memudahkan
pelayanan kepada pasien dan memudahkan pengambilan
keputusan manajemen sarana pelayanan kesehatan.

2.2.3 Petugas Rekam Medis

Agar tercapainya tertib administrasi dibutuhkan


tenaga medis yang mampu memberikan informasi secara
tepat dan lengakap mengenai diagnosa utama serta
penyebab luar penyakit pasien (exsternal cause) yang
ditulis secara jelas didalam berkas rekam medis (Riyadina
dan Subik, 2007).

Kompetensi utama petugas rekam medis menurut


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
377/MENKES/SK/III/2007 adalah mampu melakukan
klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang
berkaitan kesehatan dan tindakan medis.

Petugas rekam medis yang sedang melakukan


pengkodingan harus mampu menentukan diagnose utama
pasien yang ada pada dokumen rekam medis pasien.

Sebagaimana dinyatakan dalam Permenkes No 55


Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam
Medis menyatakan bahwa perekam medis dalam
memberikan pelayanan harus sesuai dengan kompetensi,
berdasarkan pendidikan dan pelatihan serta berkewajiban
mematuhi Standar Profesi Perekam Medis.

2.3 Koding
2.3.1 Pengertian

Dalam mengode diagnosis pasien, petugas koding


menggunakan buku ICD-10, penggunaannya di Indonesia

9
dimulai dengan adanya SK Dirjen YanMed no.
HK.00.051.4.00744 tahun 1996 tentang “Penggunaan
klasifikasi internasional mengenai penyakit revisi ke
sepuluh (ICD10) di rumah sakit”.

Kode adalah tanda (kata-kata, tulisan) yang


disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin
kerahasiaan berita pemerintah, dan sebagainya) kumpulan
peraturan yang bersistem, kumpulan prinsip yang
bersistem.(KBBI, 2008).

Koding/indeksing adalah suatu sistem dan prosedur


pelayanan pada rekam medis yang disusun untuk
mengorganisasikan formulir, catatan, dan laporan yang
digunakan untuk mencatat atau merekam data hasil
pelayanan dan kegiatan dari pasien.

Pratama (2012) dalam penelitiannya menyatakan


bahwa coding merupakan salah satu kompetensi dari rekam
medis yang memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Koding berdasarkan ICD-10 yaitu proses pemberian


kode dengan menggunakan huruf dan angka yang mewakili
komponen data yang 3 bertujuan untuk memastikan
ketepatan kode terpilih mewakili sebutan diagnosis yang
ditegakkan dokter (Depkes,2006).

Sistem pengoden yang digunakan diindonesia


adalah ICD-10 (International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems Tenth Revision)
yaitu tentang klasifikasi statistic internasional tentang
penyakit dan masalah kesehatan, berisi pedoman untuk
merekam dan member kode penyakit.(WHO,2004).

10
Koding yang didasarkan pada ICD-10 (International
Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision) adalah penetapan sandi dari
diagnosis menjadi kode alphanumeric dengan
menggunakan satu huruf dan angka atau nomor yang terdiri
dari satu sampai empat karakter berdasarkan ICD-10
(International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems Tenth Revision).(Hapsara S,
2004).

2.3.2 Tujuan

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO ( World


Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan
nama dan golongan penyakit, cedera, gejala dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan. . Sejak tahun 1993 WHO
mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia
menggunakan klasifikasi penyakit revisi – 10
( International Statistical Clasification Deseasses and
Health Problem Tenth Revision ( Depkes RI, 2006 ).

2.3.3 Aturan

Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di


dalam rekam medis harus diberi kode selanjutnya akan
diindeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian
informasi untuk menunjang fungsi perencanaan,
manajemen, dan riset bidang kesehatan (Depkes RI, 2009).

Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan


kewajiban, hak, dan tanggung jawab dokter (tenaga medis)
terkait diagnosa tidak boleh diubah dan rekam medis harus
diisi dengan lengkap serta jelas sesuai dengan arahan yang
ada pada buku ICD-10 ( Depkes RI, 2009).

11
Menurut ikhwan, Syamsuriansyah dan Muhammad
Makmur Purna Irawan(2016) menyatakan bahwa Petugas
pada bagian koding harus tepat dalam pengkodean
berdasarkan ICD 10 diagnosa utama dan kode penyebab
luar (external cause) yang tercatatat pada berkas rekam
medis pasien.

Kodefikasi diagnosis harus dilakukan secara presisi,


akurat dan tepat mengingat data diagnosis adalah bukti
autentik tuntutan hukum yang merupakan informasi yang
berisi aspek hukum dan legal (Pormiki, 2010).

2.4 ICD
2.4.1 Tujuan dan manfaat

Tujuan penggunaan ICD-10 tersebut adalah untuk


menyeragamkan nama dan golongan penyakit serta faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehata pada pasien.

Manfaat ICD-10 adalah untuk mempermudah saat


melakukan pencatatan/perekaman yang sistematis, analisa,
interpretasi dan perbandingan data, sedangkan dalam
kegiatannya dapat mempermudah saat melakukan
pelayanan dan penyajian informasi untuk tujuan
epidemiologi umum dan manajemen kesehatan.

ICD-10 digunakan untuk mengklasifikasikan kode


diagnosis, tanda dan gejala, temuan abnormal, cedera dan
keracunan, penyebab luar penyakit dan kematian, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan (WHO,
2005).

12
2.5 Keakuratan dan ketepatan
2.5.1 Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti tepat


adalah betul atau lurus (arah, jurusan). Kode yang tepat
dapat dimanfaatkan untuk beberapa aspek yaitu aspek
administrasi, aspek hukum, aspek keuangan, aspek
penelitian, aspek pendidikan, dan aspek dokumentasi
(Depkes, 2006).

Akurat dan akurasi memiliki kesamaan arti yaitu


kecermatan, ketelitian, dan ketepatan.

Keakuratan dalam pemberian kode diagnosis


merupakan hal yang harus diperhatikan oleh tenaga
perekam medis, ketepatan data diagnosis sangat penting di
bidang manajemen data klinis, penagihan kembali biaya,
beserta hal-hal lain yang berkaitan dalam asuhan dan
pelayanan kesehatan (Kasim, 2011).

2.5.2 Manfaat
Keakuratan kode diagnosis berguna untuk
mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana
pelayanan kesehatan, masukan bagi system pelaporan
diagnosis medis, memudahkan proses penyimpanan dan
pengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan
penyedia layanan, bahan dasar dalam pengelompokan
DRGs (diagnosis related groups) untuk system penagihan
pembayaran biaya pelayanan, pelaporan nasional dan
internasional morbiditas dan mortalitas, tabulasi data
pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayanan medis, menentukan bentuk pelayanan yang harus
direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman,

13
analisis pembiayaan pelayanan kesehatan, dan untuk
penelitian epidemiologi dan klinik (Hatta, 2008).
2.6 Commotio Cerebri
2.6.1 Pengertian

Menurut Laksman (2002) adalah gegar otak,


keadaan yang ditandai dengan pingsan, muntah muntah,
kelumpuhan, kelainan denyut jantung, nadi, dan
pernapasan.

Menurut satyanegara (1998) kebanyakan commotio


cerebri merupakan akibat salah satu dari kedua mekanisme
yaitu “kontak bentur” atau “guncangan lanjut”. Cidera
“kontak bentur” terjadi apabila kepala membentur tatau
menabrak suatu obyek atau sebaliknya, sedangkan cidera
“guncangan lanjut” yang sering kali dikenal sebagai cedera
akselerasi, merupakan akibat peristiwa guncangan kepala
yang hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan maupun
benturan benda keras lainnya.

2.7 Fracture
2.7.1 Pengertian

Pengertian fracture adalah pemecahan suatu bagian


terutama pada tulang atau juga bias dikatakan sebagai
kerusakan yang terjadi pada tulang.

Menurut Brunner (1997), fraktur (Patah tulang)


merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnnya.

Dalam PERMENKES No. 27 Tahun 2014 Tentang


Petunjuk Teknis Sistem INA CBG’s menyebutkan bahwa
fraktur termasuk dalam kode morbiditas penyebab
eksternal. Sehingga, apabila terjadi kesalahan kode fraktur

14
terkait dengan klaim INA CBG’s akan menyebabkan
kerugian bagi rumah sakit.

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas


tulang, tulang rawan baik bersifat total maupun sebagian,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut dan tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang yang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap sehingga seorang pasien itu harus
memeriksakan dirinya ke rumah sakit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan (Helmi, N, 2012).

2.7.2 Jenis – Jenis

Menurut Hartanto dkk ( 2002 ), terdapat beberapa


jenis fracture, sebagai berikut :

1. Greenstick fracture : fracture yang satu sisinya


tulangnya pecah, sisi lainnya melengkung.
2. Spiral fracture : fracture dengan tulang terpilin menjadi
fragmen yang tipis dan tajam. Disebut juga torsion.
3. Pertrochanteric fracture : fracture femur yang berjalan
melewati trochanter major.
4. Transcervical fracture : fracture melalui collum femur.
5. Monteggia’s fracture : fracture pada setengah bagian
proksimal batang ulna, disertai dislokasi caput radii.
Kadang disebut parry fracture karena sering disebabkan
oleh upaya menangkis pukulan dengan lengan bawah.
6. Stellate fracture : fracture dengan garis retakan yang
menyebar dari satu titik pusat jejas.
7. Transverse fracture : fracture yang tegak lurus terhadap
sumbu tulang.

15
8. Comminuted fracture : fracture dengan tulang
berkeping-keping atau remuk.
9. Impacted fracture : farcture dengan satu fragmen
tertancap mantap ke dalam fragmen lain.
10. Open fracture : fracture dengan luka permukaan menuju
tempat fracture tulang.
11. Stress fracture : fracture yang disebabkan oleh stressor
yang tidak biasa dan berulang-ulang, seperti terjadi
pada atlet dan tentara.
12. Colles fracture : fracture ujung bawah radius dengan
fragmen bawah terdesak ke posterior.
13. Closed fracture : fracture yang tidak menimbulkan luka
terbuka pada kulit.
2.8 External Cause / Penyebab Luar
2.8.1 Pengertian

External cause atau penyebab luar yang terdapat


pada ICD revisi IX merupakan klasifikasi tambahan yang
mengklasifikasikan kemungkinan adanya kejadian
lingkungan dan keadaan sebagai adanya penyebab cedera,
keracunan dan efek samping lainnya.

External cause merupakan kode yang menunjukkan


penyebab luar suatu penyakit yang dipakai sebagai pilihan
kode tambahan (WHO, 2005).

External causes merupakan klasifikasi kejadian


lingkungan dan keadaan sekitarnya sebagai sebab dari suatu
cedera, keracunan dan efek yang merugikan, pertentangan
atau permusuhan, ketidakcocokan, atau berlawanan.
Pengodean external cause terdiri dari 5 karakter. Karakter
ke 4 menunjukkan korban dari kecelakaan tersebut dan

16
karakter ke 5 menjelaskan aktifitas yang sedang dilakukan
oleh korban (WHO, 2012).

2.8.2 Manfaat

Manfaat Pengkodingan (external cause)ialah untuk


Melaporkan Rekapitulasi Laporan data keadaan Morbiditas
Penyebab kecelakaan Pasien dalam bentuk kode,
Rekapitulasi laporan Pelayanan Gawat Darurat, Membuat
Surat Keterangan Medis klaim Asuransi Kecelakaan.

2.9 Kecelakaan
2.9.1 Pengertian

Kecelakaan merupakan tindakan tidak direncanakan


dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan,
atau radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera
(Heinrich,1980).

Menurut D.A.Colling (1990) yang dikutip oleh


Bhaswata (2009) kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap
kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat
disebabkan oleh manusia, situasi, factor lingkungan,
ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang
mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera
ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property
ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun


2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau
kerugian harta benda.

17
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu
lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang
menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada
pemiliknya (korban) (WHO, 1984).

Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika


(2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan
kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya.

Arus lalu lintas yang padat dan tidak teratur menjadi


salah satu penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan cedera tulang
atau yang disebut dengan fraktur (Desiartama, dkk, 2017).

Menurut Coats yang disitasi oleh Yuliana (2014),


kasus kecelakaan merupakan salah satu yang menjadi
penyebab terbanyak terjadinya cedera diseluruh dunia,
yaitu menempati urutan ke-9 pada DALY’s dan
diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020.
2.10 Literature yang dipakai
Pada kesempatan ini penulis melakukan study literature
dengan judul “Ketepatan dan keakuratan pengkodean diagnosis
cedera dan penyebab luar (external cause) di rumah sakit. Adapun
beberapa literature yang memiliki kesamaan tema atau topic yang
penulis baca yaitu sebagai berikut :
1. Judul Literatur : Analisis Keakuratan Kodefikasi Diagnosis
Frakture Pada Berkas Rekam Medis di
Rumah Sakit “X” Pekanbaru
Ditulis Oleh : Nur Maimum, Tona Doli Silitonga
Universitas : STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Jurnal dengan judul analisis keakuratan kodefikasi
diagnosis fracture pada berkas rekam medis di rumah sakit “X”
pekanbaru, yang ditulis oleh Nur Maimum dan Tona Doli

18
Silitonga diterbitkan pada tahun 2021 volume 3, No. 3, Edisi
Januari 2021. Kata kunci pada jurnal ini adalah keakuratan
kodefikasi diagnose fracture. Jurnal ini dipilih karena topik
didalam jurnal memiliki kesamaan tema dengan penelitian
yang akan diteliti oleh penulis.
Dalam jurnal ini berisi bahwa, Coding mempunyai peran
yang sangat penting dalam mendukung peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Salah satu kode yang perlu diperhatikan
adalah kode diagnosis kasus fraktur. Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengolahan kodefikasi diagnosis penyakit Fraktur
pada berkas Rekam Medis di Rumah Sakit “X” Pekanbaru.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan
data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen
rekam medis pasien. Hasil penelitian menunjukkan persentase
keakuratan berkas rekam medis 81,63% untuk kode diagnosis
yang akurat dan 18,37% kode diagnosis yang tidak akurat. SPO
sudah ada dan sudah disosialisasikan, kurangnya pelatihan,
ketelitian, sarana dan prasarana berpengaruh terhadap
keakuratan dalam kodefikasi.
2. Judul Literatur : Analisis Perbedaan Keakuratan Kode
Diagnosis Commotio Cerebri Pada
Dokumen Rekam Medis Pasien BPJS Dan
Umum Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Karanganyar
Ditulis Oleh : Yuyun Manggandhi
Universitas : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jurnal dengan judul Analisis Perbedaan Keakuratan Kode
Diagnosis Commotio Cerebri Pada Dokumen Rekam Medis
Pasien BPJS Dan Umum Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Karanganyar, yang ditulis oleh Yuyun
Manggandhi diterbitkan pada tahun 2018. Kata kunci pada

19
jurnal ini adalah Kode Pasien BPJS,Kode Pasien Umum,
Perbedaan Keakuratan, ICD-10.
Pada jurnal ini memuat bahwa RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar merupakan salah satu rumah sakit swasta dari tiga
rumah sakit di kabupaten karanganyar yang sudah memberi
pelayanan pasien jaminan kesehatan (BPJS). Terjadi perbedaan
pengkodean untuk pasien BPJS dan pasien bayar sendiri
(Umum) pada kasus Commotio Cerebri. Tujuan Penelitian
adalah mengetahui perbedaan keakuratan kode diagnosis
Commotio Cerebri pada dokumen rekam medis pasien BPJS
dan Umum di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar. Jenis penelitian menggunakan observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
penelitian ini adalah dokumen rekam medis rawat inap kasus
Commotio Cerebri sebanyak 252. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik Sistematis Random Sampling dan besar
sampel sebanyak 69. Uji statistik menggunakan chi square
dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan keakuratan kode diagnosis Commotio Cerebri pada
dokumen rekam medis pasien BPJS dan Umum di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karannganyar dengan nilai p = 0,048.
3. Judul Literatur : Ketepatan Kode Diagnosis Pada Kasus
Fraktur Di Rumah Sakit Umum Pku
Muhammadiyah Bantul Tahun 2018
Ditulis Oleh : Hakim Fajri Ramadani
Universitas : Universitas Jendral Achmad Yani
Yogyakarta
Jurnal dengan judul Ketepatan Kode Diagnosis Pada Kasus
Fraktur Di Rumah Sakit Umum Pku Muhammadiyah Bantul
Tahun 2018, yang ditulis oleh Hakim Fajri Ramadanii,
diterbitkan pada tahun 2018. Kata kunci yang digunakan pada

20
jurnal ini yaitu Kelengkapan, Ketepatan, Keterisian,
Pengodean, ICD-10.
Dalam jurnal ini menyebutkan bahwa, seorang perekam
medis harus mampu menetapkan kode penyakit dengan tepat
sesuai klasifikasi yang berlaku di Indonesia (ICD-10) tentang
penyakit dalam pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan
pengodean penyakit diharuskan untuk memberikan kode yang
lengkap dan tepat sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan
dalam ICD-10. Pengodean diagnosis pada kasus fraktur di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul masih terdapat ketidaktepatan
kode ICD-10. Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui
angka kelengkapan, pemberian kode, dan ketepatan kode
diagnosis dan penyebab luar pada kasus fraktur di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Alat
pengumpulan data dalam penlitian ini yaitu lembar checklist
mengenai kelengkapan, keterisian kode dan ketepatan
pengodean. Penelitian dilakukan di bagian rekam medis RSU
PKU Muhammadiyah Bantul yang beralamat di Jl. Jenderal
Sudirman 124 Bantul, Yogyakarta. Dari 85 sampel rekam
medis rawat inap dengan kasus fraktur periode triwulan I tahun
2018 di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dari segi
kelengkapan berkas yang lengkap sebanyak 84 berkas (99%).
Dari segi keterisian kode sebanyak 108 kode (64%). Sedangkan
dari segi ketepatan, yang tepat berjumlah 5 kode (3%).
Ketidaktepatan ini paling banyak ditemukan pada kriteria beda
1 karakter sejumlah 37 (36%) pada kasus fraktur dapat
disimpulkan bahwa tingkat ketepatan kode diagnosis dan
penyebab luar tergantung pada kejelasan tulisan dokter dan
kelengkapan informasi pada rekam medis kasus fraktur.
4. Judul Literatur : Tinjauan Akurasi Kode Pasien Cedera Pada

21
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan
ICD 10 Di RSU Muhammadiyah Ponorogo
Ditulis Oleh : Adinda Putri Amalia, Ani Rosita, dan
Rumpiati
Universitas : Stikes Buana Husada, Ponorogo
Jurnal dengan judul Tinjauan Akurasi Kode Pasien Cedera
Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan ICD 10 Di
RSU Muhammadiyah Ponorogo, yang ditulis oleh Adinda Putri
Amalia, Ani Rosita, dan Rumpiati, diterbitkan pada tahun 2018
volume 3, No. 3, September 2018 yang telah terakreditasi ISSN
dengan nomer 2503-5088 (p) 2622-1055 (e) . Kata kunci pada
jurnal ini yaitu Ketepatan kode, Cedera, Kecelakaan lalu lintas,
ICD 10 Revisi 10 Tahun 2010.
Pada jurnal ini menyebutkan bahwa, Ketepatan kode
diagnosis berguna untuk mengindeks pencatatan penyakit dan
tindakan disarana pelayanan kesehatan, dalam proses
penagihan biaya pelayanan serta pelaporan morbiditas dan
mortalitas. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk Mengetahui
Akurasi kode pasien cedera kasus kecelakaan lalu lintas
berdasarkan ICD 10 Revisi 10 Tahun 2010 di RSU
Muhammadiyah Ponorogo. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara serta checklist. Besar sampel 77 berkas rekam
medis pasien cedera pada kasus kecelakaan lalu lintas yang
diambil dengan teknik random sampling. Data analisis secara
deskriptif. Hasil penelitian ini menjukkan 36,36% dari 28 kode
telah akurat penilaian ini rendah dibandingkan 63,64% dari 49
kode tidak akurat yang menunjukan penilaian yang tinggi
dikarenakan kesalahan pada digit ke -5 dan diagnosa sekunder
tidak tepat. Diagnosa yang belum jelas petugas coding segera
menghubungi dokter yang berwenang dalam memberikan

22
diagnosa agar kode yang dihasilkan tepat dan akurat dan
Kepala Rekam Medis mensosialisasikan SOP bagian koding
agar bekerja sesuai aturan dan teori yang berlaku.
5. Judul Literatur : Ketepatak Dan Kesesuaian Kode Diagnosis
External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda
Motor
Ditulis Oleh : Kori Puspita Ningsih, Hibatiwwafiroh
Universitas : Stikes Jendal Achmad Yani Yogyakarta
Jurnal dengan judul Ketepatak Dan Kesesuaian Kode
Diagnosis External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor
yang ditulis oleh Kori Puspita Ningsih, Hibatiwwafiroh,
diterbitkan pada tahun 2017. Kata kunci pada jurnal ini adalah
Keakuratan, Kesesuaian, Penyebab Eksternal.
Jurnal ini menyebutkan bahwa, Kasus kecelakaan adalah
salah satu penyebab paling umum dari cedera di dunia dan
Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ke-3 pada tahun
2020. Dari beberapa kecelakaan yang terjadi salah satunya
adalah kecelakaan sepeda motor. Hal ini didukung oleh data
Korlantas bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor pada
kuartal pertama 2017 di Indonesia mencapai 24.068 kasus.
Berdasarkan WHO penyebab eksternal pengkodean hingga
karakter ke 5, tetapi di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Sleman pengkodean penyebab eksternal belum maksimal
sampai 5 karakter yang menunjukkan aktivitas korban
kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi, akurasi, kesesuaian, dan penyebab
ketidaktepatan pengkodean eksternal yang menyebabkan kasus
kecelakaan sepeda motor berdasarkan ICD-10 di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Sleman. Penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan cross sectional. Jumlah subjek 7
responden dan sampel yang diteliti adalah dokumen rekam

23
medis sebanyak 55 dokumen. Pengkodean dilakukan oleh
koder dengan lulusan pendidikan D3 rekam medis, berdasarkan
SPO dan menggunakan ICD-10 elektronik dan dimasukkan ke
SIMRS. Informasi penyebab eksternal dapat dilihat dalam
bentuk triase, penilaian gawat darurat, catatan terintegrasi,
resume medis dan kronologi. Kesesuaian kode eksternal antara
dokumen rekam medis dengan SIMRS (Kategori A) sebesar
64%, sedangkan ketidakcocokan kode external cause pada
berkas rekam medis dengan SIMRS (Kategori B) sebesar 5%.
Ketepatan kode external cause pada berkas rekam medis tepat
sampai dengan karakter ke-5 (Kategori C) sebanyak 0%,
sedangkan kode penyebab eksternal tidak tepat pada karakter
ke 2 sampai dengan ke 5 (Kategori E) 56%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidaktepatan yaitu tidak ada informasi
kegiatan kecelakaan.
6. Judul Literatur : Analisis Ketepatan Pengkodean Diagonis
Berdasarkan ICD – 10 Dengan Penerapan
Karakter ke – 5 Pada Pasien Fraktur Rawat
Jalan Semester II Di RSU Mitra Paramedik
Yogyakarta
Ditulis Oleh : Ni Kadek Lusi Rusliyanti, Anas Rahmad
Hidayat, Harinto Nur Seha
Universitas : Program Studi Kebidanan, POLTEKKES
Permata Indonesia
Jurnal dengan judul Analisis Ketepatan Pengkodean
Diagonis Berdasarkan ICD – 10 Dengan Penerapan Karakter ke
– 5 Pada Pasien Fraktur Rawat Jalan Semester II Di RSU Mitra
Paramedik Yogyakarta, yang ditulis oleh Ni Kadek Lusi
Rusliyanti, Anas Rahmad Hidayat, Harinto Nur Seha
diterbitkan pada Volume 7, Nomor 1, Mei 2016. Kata kunci

24
pada jurnal ini adalah Diagnosis, Coding, ICD-10 , ketepatan
Kode Diagnosis Fraktu.
Pada jurnal ini menyebutkan bahwa, coding memiliki peran
yang sangat penting dalam mendukung peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Salah satu kode yang perlu diperhatikan
adalah kode diagnosis kasus fraktur. Pengkodean kasus fraktur
wajib menerapkan karakter ke-5, apabila tidak dilakukan
penerapan karakter ke-5, maka akan terjadi kesalahan kode dan
menyebabkan kerugian bagi rumah sakit. Mengetahui
ketepatan pengkodean diagnosis berdasarkan ICD-10 dengan
penerapan karakter ke-5 pada pasien fraktur rawat jalan
semester II di RSU Mitra Paramedika Tahun 2015. Jenis
penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-
sectional yang bersifat deskriptif. Populasi yang digunakan
adalah seluruh berkas rekam medis pasien fraktur rawat jalan
pada semester II tahun 2015 dengan sampel yang berjumlah 86
berkas rekam medis. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah metode observasi yaitu pengamatan secara langsung
terhadap berkas rekam medis untuk mengetahui ketepatan
pengkodean diagnosa. Hasil analisis menunjukan bahwa dari
total sampel 86 berkas, persentase kode diagnosis yang tepat
adalah 10,5% sedangkan persentase kode diagnosis yang tidak
tepat adalah 89,5%. Rendahnya tingkat persentase ketepatan
kode diagnosis disebabkan oleh beberapa hal, seperti tulisan
dokter tidak rapi dan sulit dipahami oleh petugas, sebagian
diagnosis kasus fraktur pada berkas rekam medis tidak disertai
dengan keterangan close atau open, sehingga petugas hanya
mengkode sampai karakter ke 4. Persentase tingkat ketepatan
kode diagnosis khususnya pada kasus fraktur sangat rendah dan
belum mencapai angka 100%. Hal ini disebabkan oleh

25
beberapa hal, seperti tulisan dokter tidak rapi dan sulit
dipahami oleh petugas dan juga sebagian diagnosis kasus
fraktur pada berkas rekam medis tidak disertai dengan
keterangan close atau open.
7. Judul Literatur : Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis
Cedera Dan Penyebab Luar Cedera (
External Causes ) Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Islam “ Siti Hajar “ Mataram
Ditulis Oleh : Ikhwan, Syamsuriansyah, Muhammad
Makmur Purna Irawan
Universitas : Program Studi Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Politeknik Medica Farma
Husada Mataram
Jurnal dengan judul Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis
Cedera Dan Penyebab Luar Cedera ( External Causes ) Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam “ Siti Hajar “ Mataram, yang
ditulis oleh Ikhwan, Syamsuriansyah, Muhammad Makmur
Purna Irawan, diterbitkan pada Vol. 4 No.2 Oktober 2016. Kata
kunci pada jurnal ini adalah ketepatan kode, Cedera, penyebab
luar.
Dalam jurnal ini berisi bahwa, tujuan penelitian ini adalah
mengetahui ketepatan kode diagnosis cedera dan penyebab luar
cedera pasien rawat inap berdasarkan ICD-10.Jenis penelitian
ini adalah deskriptif dengan dengan pendekatan
retrospektifPenelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram pada Juni 2014. Besar sampel 50 berkas rekam
medis yang diambil dengan teknik non random
sampling.Pengumpulan data dengan cara observasi. Data
dianalisis secara deskriptif.Hasill penelitian menunjukkan
bahwa 3 kode tidak akurat dan 47 kode akurat Dan 41 kode
penyebab luar cedera tidak ditulis dan 9 diagnosis cedera pada

26
berkas rekam medis tidak ditulis penyebab luarnya.
Ketidaktepatan kode diagnosis cedera pada formulir ringkasan
masuk dan keluar pasien terdiri dari kesalahan pemilihan Blok,
Sub blok dan kesalahan pada digit ke-4 dan ke-5.
8. Judul Literatur : Analisis Ketepatan Kode External Cause
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas (KLL)
Berdasarkan ICD-10 Di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014
Ditulis Oleh : Amalia Wulandari, Ida Wahyuni
Universitas : Alumni Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
Tahun 2015 , Dosen pada Poltekkes
Kemenkes Tasikmalay
Jurnal dengan judul Analisis Ketepatan Kode External
Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) Berdasarkan ICD-
10 Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014,
yang ditulis oleh Amalia Wulandari, Ida Wahyuni, diterbitkan
pada Vol.2. No.6 Juli 2015. Kata kunci pada jurnal ini adalah
ketepatan, kodefikasi, external cause, KLL.
Pada jurnal ini menyebutkan bahwa, kodefikasi diagnosis
harus dilakukan secara presisi, akurat dan tepat mengingat data
diagnosis adalah bukti autentik hukum serta data yang
dibutuhkan dalam pelaporan morbiditas dan kepentingan
asuransi. Kode external cause digunakan sebagai kode
sekunder untuk mendeskripsikan penyebab luar dari suatu
penyakit. Pengkodean external cause di RSUD dr. Soekardjo
belum optimal dilaksanakan sesuai ketetapan yang berlaku
dalam SOP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
ketepatan kode empat digit dan lima digit serta faktorfaktor
yang mempengaruhi ketepatan kode external cause kasus KLL.
Jenis penelitian adalah mix methodes. Metode yang dilakukan
adalah telaah terhadap 94 dokumen rekam medis pasien yang

27
diambil secara total sampling dan indepth interview terhadap
dua informan. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi dan
juga analisis kualitatif. Hasil penelitian diperoleh presentase
kode external cause empat digit yaitu 24,5% tepat dan 75,5 %
tidak tepat. Sedangkan kode external cause lima digit tidak
ditemukan kode yang tepat. Ketepatan dan keoptimalan koding
di RSUD dr. Soekardjo diantaranya dipengaruhi oleh diagnosis
external cause yang tidak dituliskan, tata cara pengkodean,
Sumber Daya Manusia (SDM) serta proses pelaksanaan
pengkodean external cause. Saran bagi rumah sakit hendaknya
melakukan sosialisasi tentang kelengkapan pencatatan
informasi kasus KLL sesuai peraturan pengkodean dan standar
yang ditetapkan.
9. Judul Literatur : Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis dan
External Cause Pada Kasus Kecelakaan
Lalu Lintas Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Dr. Moewardi Periode Tahun 2012
Ditulis Oleh : Carlina Mahardika Loka,Rano Indradi
Sudra, M. Arief TQ
Universitas : APIKES Mitra Husada Karanganyar
Jurnal dengan judul Kontribusi “Tinjauan Keakuratan Kode
Diagnosis dan External Cause Pada Kasus Kecelakaan Lalu
Lintas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Moerwardi
Periode Tahun 2012” merupakan jurnal yang ditulis oleh
Carlina Mahardika Loka,Rano Indradi Sudra, M. Arief TQ
yang dipublikasi pada tahun 2012. Jurnal ini merupakan jurnal
rekam medis dengan nomor ISSN 1979-9551, Vol VII No. 1.
Jurnal ini dipilih menjadi salah satu bahan literature karena
jurnal ini berisi topik sama dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis.

28
Didalam jurnal ini memuat bahwa berdasarkan survey awal
terhadap 15 dokumen rekam medis dengan external cause pada
kasus kecelakaan lalu lintas di Rumah Sakit Dr. Moerwardi
ditemukan rata-rata keakuratan kode diagnosis dan kode
external cause sebesar 10 dokumen. Hasil tersebut
menunjukkan masih terdapat ketidaktepatanya penulisan
diagnosis pasien kasus kecelakaan lalu lintas, sehingga hasil
pengodean diagnosis yang diperoleh menjadi tidak akurat. Pada
kode External causes ( V01-V99) untukk kondisi tunggal dan
tabulasi kematian termasuk cedera, keracunan dan akibat dari
penyebab eksternal yang lain, sangat diperlukan, karena
kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.
Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus
dianalisis dan ditemukan.
Jenis penelitian yaitu deskriptif, pendekatan studi dokumentasi
dengan metode observasi dan wawancara. Populasi meliputi
keseluruhan dokumen rekam medis pasien rawat inap periode
tahun 2012 dengan kasus kecelakaan lalu lintas dengan kode
external cause yaitu sejumlah 708 dokumen rekam medis,
sample diambil dengan random sampling pada 88 dokumen
rekam medis, dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian diketahui bahwa kode diagnosis pasien rawat
inap dengan kasus kecelakaan lalu lintas yang akurat adalah
sebesar 18 (20,45%), yang tidak akurat sebesar 70 (79,54%).
Sedangkan kode external cause yang akurat adalah sebesar 12
(13,64 %) dan kode yang tidak akurat 76 (86,36%).
Ketidakakuratan tersebut disebabkan kurang tepatnya koder
dalam menentukan kondisi utama untuk tempat kejadian dan
aktifitas, serta karakter ke-5 belum sepenuhnya digunakan.
Pengodean diagnosis utama telah sesuai dengan tata cara
koding pada ICD-10. Pengodean tidak akurat external cause

29
terdapat pada digit ke-3 dan pemilihan blok. Diharapkan dokter
maupun tenaga medis lainnya lebih jelas dan lengkap dalam
menuliskan diagnosis dan hasil anamnesa. Sebaiknya coder
saling berkomunikasi dengan petugas medis agar informasi
penyebab luar menjadi lebih lengkap sehingga kode yang
dihasilkan akan lebih spesifik dan akurat.Tingkat pengetahuan
dan kualitas sumber daya manusianya, coder harus lebih teliti
dan perlu banyak meningkatkan pengetahuan dengan cara
mengikuti pelatihan koding atau seminar koding khususnya
tentang materi kode external cause.
10. Judul Literatur : Analisis Keakuratan Kode Diagnosis
Fracture Femur Pada Dokumen Rekam
Medis Periode Tahun 2012 di RSUD Tidar
Kota Magelang
Ditulis Oleh : Jeff bagaskoro, Rano indradi Sudra, dan
Ninawati
Universitas : APIKES Mitra Husada Karananyar
Jurnal dengan judul “Analisis Keakuratan Kode Diagnosis
Fracture Femur Pada Dokumen Rekam Medis Periode Tahun
2012 di RSUD Tidar Kota Magelang” merupakan jurnal yang
ditulis oleh Jeff bagaskoro, Rano indradi Sudra, dan Ninawati
yang dipublikasi pada tahun 2012. Jurnal ini merupakan Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X,
Vol 1 No.2. Jurnal ini dipilih menjadi salah satu bahan
literature karena jurnal ini berisi topik sama dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis.
Didalam jurnal tersebut diketahui keakuratan kode
diagnosis fractur femur. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskrptif. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh dokumen rekam medis dengan diagnosis fracture femur
periode tahun 2012. Besar sampel adalah 44 dokumen rekam

30
medis yang diambil dengan teknik accidental sampling.
Metode pengumpulan data dengan cara observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kode diagnosis fracture
femur pada seluruh dokumen rekam medis atau 100% tidak
akurat. Hal ini disebabkan karena petugas tidak menuliskan
kode diagnosis fracture femur hingga karakter kelima,
pemilihan kode untuk multiple fracture menggunakan kode
multiple body regions, hanya menggunakan buku bantu dalam
pengodean.
Upaya yang dapat dilakukan dalam penulisan kode yang
benar adalah dengan cara melakukan langkah-langkah yang
menyeluruh dalam mencari dan menentukan kode dengan
menggunakan ICD-10. Simpulan dalam penelitian ini adalah
penulisan kode pada diagnosis fracture femur tidak ditulis
hingga karakter kelima sehingga dapat diketahui fracture yang
terjadi adalah open fracture atau closed fracture.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Study Literatur Review. Studi Literatur Review
adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau naskah yang
berhubungan pada sebuah topik yang dipilih yaitu mengenai di rumah sakit.
Data atau naskah yang sesuai dengan topik didapatkan dari jurnal dan
pustaka yang relevan.

3.2. Kriteria Inklusi Naskah

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang diambil oleh penulis sebagai


batasan dalam pemilihan naskah/ artikel sesuai dengan topik yang akan
dibahas. Adapun database yang digunakan dalam pencarian artikel/Naskah
yaitu pada Garuda dan Google Scholar. Berikut ini adalah kriteria inklusi
dalam pemilihan jurnal/ Artikel :

32
Tabel 3. 1 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi

Ruang Lingkup Rekam Medis / kodefikasi

Jangka waktu terbitan 10 tahun

Bahasa Indonesia

Subjek Petugas coding

Ketersediaan artikel Open access

Naskah Full text

Lokasi study geografis Indonesia

Jenis penelitian Kualitatif

Desain penelitian Cross sectional

Populasi Di rumah sakit

Tema isi artikel Pengkodean diagnosis cedera dan penyebab


luar (external cause)

3.3. Tahapan Penelusuran


Tahapan penelusuran merupakan tahapan yang dilakukan penulis dalam
melakukan pencarian naskah/Artikel sebagai bahan Literature Review.
Tahapan penelusuran ini dimulai dari protokol dan registrasi, data base
pencarian, kata kunci yang digunakan, proses pencarian pustaka dan yang
terakhir diakhiri dengan seleksi dan penilaian kualitas untuk diambil
sebagai bahan literature review.

3.3.1. Protokol dan registrasi


Protokol dan registrasi dilakukan sebelum kita mencari artikel ataupun
jurnal. Registrasi hanya dilakukan pada databse scholar yaitu dengan
menginput email sebagai akun.

33
3.3.2. Data Base Pencarian
Dalam pencarian naskah/artikel/jurnal yang akan digunakan sebagai bahan
literature review, penulis mengunakan database online seperti Garuda dan
Google Scholar.

3.3.3. Kata Kunci yang digunakan

Kata kunci merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
melakukan pencarian jurnal ataupun artikel. Penetapan kata kunci yang
digunakan dalam pencarian jurnal maupun artikel dengan topik “ Tinjauan
Ketepatan dan Keakuratan Pengkodean Diagnosis Cedera dan Penyebab
Luar (External Cause) di Rumah Sakit” pada database Garuda dan Google
Scholar yaitu dengan menggunakan rumusan PICO(S). Adapun hasil dari
penetapan kata kunci yang terbentuk yaitu “Ketepatan”, “Keakuratan”,
“Kode diagnosis”, “ Cedera “, “External Cause” dan “Rumah Sakit”
dengan menggunakan kolaborasi Boolen Operator “AND”.

3.3.4. Proses Pencarian Pustaka

Proses pencarian pustaka dilakukan dengan melakukan Scanning,


skimming, dan maping pada database yang digunakan. Dalam melakukan
mapping naskah, penulis mengggunakan aplikasi mendeley untuk
melakukan pengelompokan.

3.3.5. Seleksi dan Penilaian Kualitas

Seleksi dan penilaian kualitas jurnal/artikel dilakukan dengan melakukan


ctitical appraisal pada tiap jurnal/artikel yang telah dilakukan skrinning.
Critical Appraisal dilakuakan dengan menggunakan checklist daftar
penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari masing-
masing desain studi dalam artikel. Penilaian kriteria diberi nilai “ya”,
“tidak”, “tidak jelas” atau “tidak berlaku” dan setiap kriteria dengan skor
“ya” diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi

34
kemudian dihitung dan dijumlahkan. Apabila skor yang didapat > 50%
maka jurnal/ artikel telah memenuhi kriteria dan layak untuk direview.

35
Gambar 3. 1 Diagram Alur Literature Review

Kata Kunci Penelusuran Naskah :


Ketepatan, Keakuratan, Kode diagnosis, Cedera, External
Cause dan Rumah Sakit

Jurnal yang tidak


sesuai dengan kriteria
inklusi (n=6)
Google Schoolar (n=6)

Penilaian Kualitas Jurnal (n= 10)


Portal Garuda (n= 3) Google Schoolar (n=7)

Naskah full teks yang akan direview (n= 10)


Portal Garuda (n= 3) Google Schoolar (n=7)

36
DAFTAR PUSTAKA

Jumlah jurnal/artikel dari Database (n= 103 )


Portal Garuda (n= 15) Google Schoolar (n=88)

Penjaringan Jurnal berdasarkan 10 tahun terakhir (n= 76)


Portal Garuda (n= 2) Google Schoolar (n= 74)

Perjaringan Jurnal berdasarkan tema dan topik yang sesuai (n= 16)
Portal Garuda (n= 6) Google Schoolar (n=10)

Skrinning berdasarkan kriteria inklusi (n=10)


Portal Garuda (n= 3) Google Schoolar (n=7)

37

Anda mungkin juga menyukai