Anda di halaman 1dari 2

Pendekatan Pra-Ilmiah

NAMA : FEBIANCA DAMAYANTI NIM : 171301140


1. SEJARAH
Sejak tahun 420 SM Hipprocrates telah dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Teorinya
yang paling terkenal: Empat Unsur Pembentuk Tubuh Manusia (Sanguin, Plegmatik,
Kolerik, dan Melankolik), telah menjadi acuan untuk melihat tipologi kepribadian seseorang
serta cara penyembuhan apa yang sesuai dengan orang yang memiliki tipe tertentu.
Francis Bacon (1561-1626), yang dikenal sebagai Bapak Empirisisme, berpendapat
bahwa “pengetahuan diperoleh dari pengalaman”, terutama pengalaman inderawi.
Empirisisme menyatakan bahwa teori dan hipotesis harus diuji melalui pengamatan dan
eksperimen. Metode induktif, yakni metode yang menggunakan bukti empirik yang spesifik
untuk sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum, harus diutamakan sebagai
metode sains.
Selain itu seiring berkembangnya zaman, Charles Bell (1774-1842) dan Francois
Magendie (1783-1855) adalah dua tokoh yang untuk pertama kali menemukan keberadaan
syaraf sensorik dan syaraf motorik pada tubuh manusia. Syaraf sensorik berfungsi
mengirimkan informasi sensorik dari seluruh tubuh berupa impuls ke sistem syaraf pusat.
Sebaliknya, syaraf motorik bertugas membawa impuls motorik dari sistem syaraf pusat ke
otot-otot tubuh, sehingga menimbulkan reaksi atau gerakan tertentu dari anggota tubuh.
Reaksi yang dimaksud termasuk proses psikologis manusia.
Wilhelm Wundt (1832-1920) berpendapat bahwa adanya “gabungan atara dua
bidang ilmu” yaitu fisiologi dan psikologi. Sehingga metode penelitian (alat atau teknik
pengukuran) dalam bidang fisiologi dapat diterapkan ke bidang psikologi. Wundt
menamakan temuannya ini dengan sebutan “psikologi eksperimental”.
Ada pula Johannes Mueller (1801-1858) dengan “Hukum Energi Spesifik” (Law of
Specific Energies), menyatakan bahwa jenis persepsi inderawi yang diterima bergantung
kepada reseptor yang mengirimkan informasi sensorik itu. Kemudian persepsi inderawi
tersebut tidak bergantung kepada sumber rangsangan tersebut. Oleh karena itu, perbedaan
persepsi yang diterima oleh indera dengar, pandang atau sentuh tidak disebabkan oleh
sumber rangsang itu sendiri, melainkan oleh perbedaan struktur syaraf yang dirangsang
olehnya.
Marshall Hall (1790-1857) dalam penelitiannya tentang gerak refleks, menyatakan
bahwa setiap gerak refleks yang terjadi dipengaruhi hanya oleh syaraf tulang punggung
(spinal cord) dan bukan oleh otak. Sehingga terjadi gerak yang tidak disadari.
Mengenai pendefinisian gerak refleks ini timbul kontroversi
antara Pfluger dan Lotze. Menurut Pfluger, refleks bermanfaat bagi organisme, sehingga
merupakan gerakan yang disadari. Sedang Lotze berpendapat, walaupun bermanfaat tapi
refleks tidak berfungsi dalam situasi baru yang belum pernah dihadapi oleh organisme.
Menurut Lotze, dalam setiap situasi yang baru bagi organisme tersebut, gerakan yang
disadari adalah cara organisme menyesuaikan diri dengan situasi baru itu.
Sumber kontroversi ini adalah pendefinisian kesadaran. Menurut Hall dan Lotze, otak adalah
satu-satunya sumber kesadaran, sedang menurut Pfluger, kesadaran diatur oleh seluruh
sistem syaraf. Definisi oleh Hall dan Lotze lebih dapat diterima dalam kerangka
perkembangan ilmu faal dan psikologi di waktu kemudian, karena dalam perkembangannya
gerak refleks menjadi subyek pengkajian ilmu faal, sedang psikologi berfokus pada gerakan
yang disadari.

2. KRANIOLOGI
Pada tahun 700SM telah dilakukan pembedahan otak guna mengetahui penyebab
orang yang mengalami kerusakan otak. Hippocrates (470-410 SM), melalui penelitiannya
terhadap para gladiator yang menderita kerusakan otak, menemukan bahwa otak adalah
sumber segala perasaan gembira, kesenangan, kesedihan dll. Begitu pula Plato (447-327
SM), berpendapat bahwa kedudukan pikiran adalah di otak.

Anda mungkin juga menyukai