Anda di halaman 1dari 18

BAB I

GAGASAN MINI PROJECT

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain
karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan
berkurangnya usia harapan hidup. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan pada penderita
DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan yang tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti
transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita.
Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus DBD
maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk.
Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan antara lain dengan pemutusan rantai
nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus serta pemberantasan
sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman, murah dan
sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pengendalian vektor DBD lebih
menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini sangat tergantung pada peran serta
masyarakat.
Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangannya masih kurang, yang tampak pada
masih dibebankannya masalah DBD dan tanggung jawabnya pada sektor kesehatan, padahal
DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab semua pihak karena erat kaitannya dengan
kebersihan dan perilaku manusia. Penanggulangan penyakit DBD lebih banyak terkait
dengan peran serta masyarakat.
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau mencatat terdapat 800 kasus DBD yang
tersebar di tujuh kabupaten/kota wilayah Kepulauan Riau pada periode Januari sampai Juni
2019. Jumlah kasus DBD pada periode tersebut meningkat signifikan dari jumlah kasus DBD
tahun 2018, yaitu 300 kasus. Pada bulan Juni 2019 ini, terdapat 74 kasus DBD di Kepulauan
Riau, yakni 31 kasus di Kota Batam, 21 kasus di Kabupaten Bintan, 16 kasus di Kota Tanjung
Pinang, Kabupaten Karimun 4 kasus, Kabupaten Anambas 4 kasus, Kabupaten Natuna 2
kasus, dan Kabupaten Lingga 2 kasus3.

1
Di Kelurahan Kabil sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus pada periode
Januari – Agustus 2019 dibandingkan dengan periode 2018. Hal ini dapat terlihat dari
data berikut:
Tabel 1.1. Angka Kejadian DBD Kelurahan Kabil Tahun 2018
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
RW 01
RW 02
RW 03 1
RW 04 1
RW 05
RW 06 1
RW 07
RW 08 1 1
RW 09 1 1
RW 10 1 1
RW 11 2 1 1
RW 12 1 1 1 1 1
RW 13
RW 14
RW 15 1 1
RW 16 2 1 2
RW 17 1 1
RW 18 1
RW 19 2
RW 20 1 2 1
RW 21 1
RW 22
TOTAL 8 2 2 1 0 3 6 5 3 2 2 1

Tabel 1.2. Angka Kejadian DBD Kelurahan Kabil Tahun 2019


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
RW 01
RW 02
RW 03 1 1 1 1 1
RW 04
RW 05
RW 06
RW 07 1
RW 08 1 1 2
RW 09 1 4 1
RW 10 1 1
2
RW 11 1 1 1 1
RW 12 3 1
RW 13
RW 14 1
RW 15 1
RW 16 1 1 1 2
RW 17 2 2 1
RW 18
RW 19
RW 20 1 2 1
RW 21 2
RW 22
TOTAL 5 7 3 2 6 3 12 6

Angka kejadian DBD pada tahun 2018 adalah 35 kasus. Sedangkan pada
periode Januari 2019 – Agustus 2019, angka kejadian DBD telah mencapai 44 kasus.
Angka kejadian tertinggi terdapat pada bulan Juli 2019 yaitu sebanyak 12 kasus DBD.
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor
92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
581/MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan
gerakan pemberantasan saran nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD
dengan memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat
surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar
Biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor.
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum
tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini dapat dilakukan
dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus dan pengasapan (fogging). pengasapan
saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja.
Jentik nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari
akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya. Oleh
karena itu, kegiatan PSN 3M Plus merupakan cara paling tepat untuk mengendalikan
vektor penular DBD2.
Kegiatan PSN 3M plus terdiri dari 3M, yaitu menguras, menutup tempat
penampungan air dan mendaur-ulang/ memanfaat kembali barang-barang bekas; dan
3
Plus seperti: menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan
jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain. Kegiatan PSN 3M Plus
memerlukan upaya pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
Gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) adalah peran serta dan pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan, dan
pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit yang ditularkan vektor
nyamuk khususnya DBD melalui pemberdayaan PSN 3M Plus.
Pelaksana G1R1J berasal dari masyrakat yang terdiri dari jumantik rumah/
lingkungan, koordinator jumantik, dan supervisor jumantik. Jumantik rumah adalah
Adalah kepala keluarga / anggota keluarga / penghuni dalam satu rumah yang
disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di rumahnya.
Jumantik lingkungan adalah Adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh
pengelola tempat – tempat umum (TTU) atau tempat – tempat institusi (TTI) untuk
melaksanakan pemantauan jentik. Contoh TTI adalah perkantoran, sekolah, dan
rumah sakit. Sedangkan contoh TTU adalah pasar, terminal, tempat ibadah, tempat
wisata, dll. Koordinator jumantik adalah Adalah satu atau lebih jumantik/kader yang
ditunjuk oleh Ketua RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan
jumantik rumah dan jumantik lingkungan (crosscheck). Supervisor jumantik adalah
Adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang ditunjuk oleh Ketua
RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan pengolahan data dan pemantauan
pelaksanaan jumantik di lingkungan RT.

4
Gambar 1.1. Struktur G1R1J

G1R1J telah digalakkan oleh pemerintah sejak tahun 2015. Pada tahun 2016,
Tanggerang Selatan menjadi kota percontohan untuk G1R1J, dan berhasil mencapai
IR DBD < 49/100.000. Kota lain yang berhasil melaksanakan G1R1J adalah Kota
Surakarta. Kota Surakarta melaksanakan G1R1J sejak tahun 2017. Dari 145 kasus
pada 2017 menjadi 24 kasus pada 2018, dan di awal 2019, dinas kesehatan belum
menerima laporan kasus DBD. Kelurahan Kadipiro di Kota Surakarta yang
menempati peringkat tertinggi kasus DBD yaitu sebanyak 61 kasus pada tahun 2017,
dinyatakan bebas DBD pada tahun 2018. Puskesmas Kabil sendiri telah melaksanakan
G1R1J di RW 16 pada tahun 2018, dan didapatkan penurunan angka kejadian DBD.
G1R1J sendiri telah dicanangkan oleh pemerintah Kota Batam untuk
mengendalikan vektor nyamuk melalui Perwako No. 33 tahun 2019 tentang
pengendalian vektor nyamuk penyakit menular bersumber dari binatang.
Pada wilayah RW 17 Kelurahan Kabil Kecamatan Nongsa Batam, belum
pernah dilakukan kegiatan Jumantik (juru pemantau jentik). Padahal jumantik
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat agar ada solusi untuk
menekan populasi jentik Aedes aegypti, karena jumantik bertugas melakukan
pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menurus. Hal inilah yang memunculkan
ide untuk membuat mini project “Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik RW 17 Kabil”.

1.2. Nama gagasan


Gerakan 1 rumah 1 jumantik RW 17 Kelurahan Kabil

1.3. Tujuan
1.3.1. Jangka Pendek
a Pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD
melalui G1R1J di RW 17 Kelurahan Kabil
b Mencapai ABJ (Angka Bebas Jentik) > 95% di RW 17 Kelurahan Kabil
c Mencapai angka kejadian bebas DBD di RW 17 Kelurahan Kabil

1.3.2. Jangka menengah


a Menjadi contoh keberhasilan G1R1J untuk wilayah RW lain di Kelurahan
Kabil
b Menurunkan angka kejadian penyakit lain akibat vektor selain DBD

5
1.3.3. Jangka Panjang
a Semua wilayah di Kelurahan Kabil melaksanakan G1R1J dalam waktu 2
tahun
b Kelurahan Kabil mencapai sertifikasi jumantik
c Kelurahan Kabil mencapai angka bebas kejadian kasus DBD

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penggagas
a Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat
b Melatih kemampuan berkoordinasi dan bekerja sama dalam kelompok

1.4.2. Bagi puskesmas


- Menambah wilayah yang melaksanakan G1R1J di Kelurahan Kabil

1.4.3. Bagi Pemerintah Kota Batam


- Menurunkan angka kejadian penyakit menular akibat vektor nyamuk
khususnya DBD

1.4.4. Bagi Masyarakat


- Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
- Membentuk masyarakat yang memiliki perilaku hidup sehat

I.5 Kegiatan-Kegiatan Proyek


a Diskusi dengan pemegang program
b Sosialisasi tentang DBD, PSN 3M Plus, dan Gerakan 1 rumah 1 jumantik
kepada kader selaku koordinator jumantik, dan ketua RW selaku supervisor
jumantik
c Sosialisasi DBD, PSN 3M Plus, dan gerakan 1 rumah 1 jumantik kepada
masyarakat agar dapat berperan serta sebagai jumantik rumah dan bekerja
sama dengan koordinator jumantik

6
d Pemantauan pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik pada tingkat
jumantik rumah, koordinator jumantik, dan supervisor jumantik di
lapangan
e Perhitungan angka bebas jentik RW 17 Kelurahan Kabil akhir bulan
Agustus 2019
f Perhitungan angka bebas jentik RW 17 Kelurahan Kabil minggu II bulan
September 2019 untuk melihat apakah masyarakat menerapkan PSN 3M
Plus pada tempat-tempat perindukan nyamuk yang didapati pada akhir
bulan Agustus 2019

7
BAB II
RANCANGAN MINI PROJECT

2.1 JUDUL
Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Gerantik) RW 17

2.2 DESKRIPSI KEGIATAN


No. Tahapan Output Waktu
1. Diskusi dengan - Mendapatkan data angka Minggu pertama
pemegang program kejadian DBD di kelurahan dan kedua Agustus
Kabil 2019
- Penentuan daerah yang akan
menjadi sasaran proyek
- Penentuan waktu untuk
sosialisasi kepada kader, ketua
RW dan masyarakat
- Bimbingan tentang bahan yang
perlu disiapkan untuk
sosialisasi
2. Sosialisasi tentang DBD, - Masyarakat memahami tentang Rabu, 21 Agustus
PSN 3M Plus, dan DBD, PSN 3M Plus, dan 2019
gerakan 1 rumah 1 tugasnya sebagai jumantik
jumantik pada rumah
- Masyarakat mau bekerja sama
masyarakat
dengan koordinator jumantik
3. Sosialisasi tentang DBD, - Kader memahami tentang Jumat, 23 Agustus
PSN 3M Plus, dan DBD, PSN 3M Plus, dan 2019
gerakan 1 rumah 1 tugasnya sebagai koordinator dan
jumantik pada kader dan jumantik Sabtu, 31 Agustus
- Ketua RW memahami tentang
ketua RW 2019
DBD, PSN 3M Plus, dan
tugasnya sebagai supervisor
jumantik
- Diskusi untuk menentukan
waktu sosialisasi kepada warga,
kemungkinan-kemungkinan

8
masalah yang akan dihadapi di
lapangan.
4. Pemantauan pelaksanaan - Jumantik rumah memeriksa Mulai minggu
gerakan 1 rumah 1 tempat-tempat perindukan kelima Agustus
jumantik pada tingkat nyamuk di luar dan dalam 2019
jumantik rumah, rumah
koordinator jumantik, - Jumantik rumah mencatat
dan supervisor jumantik jentik yang ditemukan di kartu
di lapangan pemantauan jentik
- Koordinator jumantik mencatat
hasil pemantauan jentik
jumantik rumah, dan
melakukan cross check
- Supervisor jumantik
merekapitulasi data yang
dicatat oleh koordinator
jumantik, menghitung angka
jumantik, dan melaporkan
kepada puskesmas.
5. Perhitungan angka bebas Melihat angka bebas jentik RW Minggu pertama
jentik RW 17 Kelurahan 17 Kelurahan Kabil sebelum September 2019
Kabil akhir Agustus diterapkannya PSN 3M Plus
2019

6. Perhitungan angka bebas Melihat angka bebas jentik RW Minggu ketiga


jentik RW 17 Kelurahan 17 Kelurahan Kabil setelah September 2019
Kabil minggu II diterapkannya PSN 3M Plus
September 2019
7. Presentasi hasil proyek - Audiens melihat keberhasilan Jumat, 20
program, jika berhasil, program September 2019
dapat diterapkan untuk
selanjutnya
- Kritik dan saran proses
pelaksanaan proyek

9
2.3 Tata Kelola Mini Project

Jumantik Rumah Jumantik Lingkungan

Koordinator jumantik

Supervisor Jumantik

Pelaksana Proyek

Pemegang Program Kesehata


Lingkungan dan DBD di
puskesmas

Kepala puskesmas

2.4 Identifikasi Stakeholder


2.4.1 Internal
a. Kepala Puskesmas
b. Penanggungjawab bagian Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan
2.4.2 Eksternal
a. Kader
b. Ketua RW 17

10
c. Masyarakat RW 17

2.5 Identifikasi Potensi Masalah


No. Potensi Masalah Risiko Strategi
1. Pengumpulan warga untuk sosialisasi Sosialisasi tidak Sosialisasi
sulit tersampaikan dilakukan saat
kepada masyarakat pelaksanaan
posyandu
2. Warga tidak memeriksa tempat Pemantauan jentik Dilakukan cross
perindukan nyamuk di rumahnya tidak terlaksana check oleh
secara rutin koordinator
jumantik
3. Kartu pemantauan jentik hilang Hasil pemantauan Kartu pemantauan
jentik tidak tercatat jentik ditempel di
dinding

11
BAB III

PELAKSANAAN MINI PROJECT

3.1. Pelaksaan kegiatan

No Waktu Tempat Orang Keterangan Hasil


1 16 Agustus PKM Pemegang Diskusi dengan Terlaksana baik.
Mendapatkan angka kejadian
2019 Kabil program DBD, pemegang program
DBD di wilayah kerja PKM
kesehatan
Kabil, dari data tersebut dipilih
lingkungan, dan
RW 17 untuk dilaksanakan
promosi
G1R1J. Sosialisasi G1R1J kepada
kesehatan
kader akan dilaksanakan pada
tanggal 23 Agustus 2019
bertepatan dengan pertemuan
kader bulanan.
2 23 Agustus Aula Kader kesehatan Sosialisasi tentang Terlaksana baik.
Kader memahami tentang DBD,
2019 PKM di wilayah kerja DBD, PSN 3M
PSN 3M Plus, dan tugasnya
Kabil PKM Kabil Plus, dan G1R1J
sebagai koordinator jumantik.
Ketua RW 17 hadir, sehingga
diputuskan ketua RW 17 sebagai
supervisor jumantik.
3 21 Agustus Posyandu Penggagas Sosialisasi tentang Terlaksana baik.
Masyarakat memahami tentang
2019 RW 17 proyek DBD, PSN 3M
DBD, PSN 3M Plus, dan tugasnya
Plus, dan G1R1J
Koordinator
sebagai jumantik rumah.
Jumantik
Masyarakat mau bekerja sama
Masyarakat RW dengan koordinator jumantik,
17 mengizinkan koordinator proyek
untuk melakukan cross check di
dalam rumah.

4 07 RW 17 Penggagas Rekapitulasi hasil Terlaksana baik.


Koordinator jumantik melakukan
September proyek pemantauan jentik
rekapitulasi hasil pencatatan kartu
2019 minggu kelima
Koordinator
pemantauan jentik oleh jumantik
Agustus 2019 dan
Jumantik
rumah dan melaporkan hasil
cross check
Masyarakat RW kepada penggagas proyek dan
17 penanggung jawab kesehatan
12
lingkungan, dan dilakukan cross
check.
5 14 RW 17 Penggagas Rekapitulasi hasil Terlaksana baik.
Koordinator jumantik melakukan
September proyek pemantauan jentik
rekapitulasi hasil pencatatan kartu
2019 minggu kedua
Koordinator
pemantauan jentik oleh jumantik
September 2019
Jumantik
rumah dan melaporkan hasil
Masyarakat RW kepada penggagas proyek dan
17 penanggung jawab kesehatan
lingkungan, dan dilakukan cross
check.

3.2. Angka Bebas Jentik RW 17 Kelurahan Kabil

Akhir Agustus ABJ Minggu II September


No. RT 2019 Total 2019 Total
(+) (-) (+) (-)
1. 01 10 71 81 87,6% 9 72 81 88,8%
2. 02 18 86 104 82,7% 9 95 104 91,3%
3. 03 12 88 100 88% 6 94 100 94%
4. 04 8 62 70 88,6% 8 62 70 88,6

ABJ = Jumlah rumah yang bebas jentik x 100%


Jumlah keseluruhan rumah

LAMPIRAN

1. Diskusi dengan pemegang program

13
2. Sosialisasi tentang DBD, PSN 3M Plus, dan gerakan 1 rumah 1 jumantik pada
masyarakat

14
3. Sosialisasi tentang DBD, PSN 3M Plus, dan gerakan 1 rumah 1 jumantik pada kader dan
ketua RW

15
4. Pemantauan pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik pada tingkat jumantik rumah,
koordinator jumantik, dan supervisor jumantik di lapangan

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai