A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
Keputusan Menteri Kesehatan RINo 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 375 tahun 2009 tentang RPJPK 2005-2025.
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015tentang RENSTRA
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan No.1479 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan
Permenkes no. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tb
Keputusan Mentri Kesehatan RI no. 1278 Tahun 2009 Tentang Pedoman
pelaksanaan Kolaborasi pengendalian Penyakit TB dan HIV
2. Gambaran Umum
Kusta dan frambusia tergolong kepada kelompok Penyakit Tropis Terabaikan (NTD)
yang ada di Indonesia. Kedua penyakit ini paling sering bermanifestasi pada jaringan
kulit dan bila tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan kecacatan. Kecacatan yang
terjadi bukan saja akan menimbulkan masalah pada fisik penderitanya melainkan juga
pada ekonomi dan sosial penderita serta keluarga penderita.
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia sudah mulai memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap beberapa Penyakit Tropis Terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan
penetapan kusta sebagai penyakit prioritas nasional mulai tahun 2018 bersama penyakit
filariasis, schistosomiasis, frambusia, malaria, TB dan HIV. Target Eradikasi Frambusia
juga diperkuat dengan penetapan Permenkes No. 8 tahun 2017. Hal ini menunjukkan
keseriusan pemerintah dalam program pencegahan dan pengendalian kusta dan
frambusia.
1
Deklarasi Bangkok (Juli 2013) yang ditandatangi oleh para Menteri Kesehatan negara
endemis tinggi kusta, WHO dan pemangku kepentingan menyepakati untuk mendorong
untuk dilanjutkannya upaya-upaya inovatif untuk mencapai eliminasi pada tingkat sub-
nasional (provinsi) pada tahun 2019 dan menurunkan angka cacat pada kasus baru
menjadi 1/ 1 juta penduduk pada tahun 2020.
Eliminasi kusta ditetapkan dengan angka prevalensi < 1/ 10.000 penduduk. Secara
nasional Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta sejak tahun 2000. Namun, situasi
epidemiologi kusta sejak tahun 2001 sampai sekarang cenderung statis tanpa banyak
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat melalui angka penemuan kasus
baru yang berkisar 16.000-20.000 kasus baru, tren kasus cacat tingkat 2 dan kasus
anak dengan proporsi sekitar 10% per tahunnya.
Penyakit Rabies merupakan salah satu penyakit menular yang medapat mematikan
seseorang jika terlambat dilakukan penanganan medis.Angka Kasus Penyakit Rabies
sampai saat ini masih sangat rendah, Hal ini di karenakan laporan dari pihak puskesmas
masih sangat kurang dikarenakan pengelola program puskesmas belum dilatih akan hal
pelaporan serta penemuan kasus untuk di tangani. Sampai saat ini baru beberapa
puskesmas yang baru mengirimkan laporan kasus ke dinas kesehatan.
Dalam hal penanganan kasus dinas kesehatan sudah menyiapkan vaksin anti Rabies
(VAR), jika terdapat kasus yang ditemukan. Penangan ini sangatlah penting karena
setiap pasien yang positif harus mendapatkan 4 (empat) kali suntikan dengan
menggunakan vaksin anti rabies (VAR) tersebut. Jika pasien terlambat di obati maka
pasien tersebut bisa meninggal dunia hal ini dikarenakan virus yang dari binatang
tersebut sudah menjalar ke seluruh tubuh. Para tenaga midispun harus di berikan
Vaksin Ati Rabies (VAR) di karenakan mereka terkontaminasi dengan si pasien tersebut,
Bukan hanya tenaga medis tetapi para keluarga yang sudah terkontaminasi dengan
pasien harus di berikan Vaksin Anti Rabies(VAR) tersebut, namun para tenaga medis
serta keluarga hanya di vaksinasi sebanyak 3 (tiga) kali saja.
Penyakit Rabies ini dapat di tularkan melalui binatang yaitu anjing, maka salah satunya
dinas kesehatan harus bekerja sama dengan dinas terkait dalam hal pengendalian
penyakit rabies ini, Dinas terkait agar bisa lebih aktif lagi dalam setiap binatang (anjing)
agar selalu di vaksinasi sesuai dengan waktunya, Begitu juga dari puskesmas juga
selalu melakukan sosialisasi terhadap bahayanya penyakit rabies tersebut.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang penularannya
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty, nyamuk aedes aegypty banyak berkembang biak
di tempat – tempat yang tergenang air sehingga penyakit DBD banyak terdapat di
musim penghujanan dan di daerah – daerah perkotaan dan pemukiman kumuh.
Biasanya penyakit ini menyerang pada pagi hari, prevalensi penyakit DBD lebih banyak
terjadi pada anak usia sekolah, dan penyakit ini termasuk penyakit menular melalui
gigitan nyamuk dari penderita kepada orang yang sakit.
2
3. Penerima Manfaat
Dengan output kegiatan ini akan menghasilkan penemuan kasus Kusta meningkat,
mempercepat Eliminasi kusta serta penanganan penyakit Tidak Meenular.
Sep
Nov
Des
Feb
Mar
Mei
Jan
Jun
Apr
Okt
Agt
Jul
1 Workshop dukungan Rp.,425.240.000,
eliminasi penyakit kusta, -
Demam berdarah,
rabies dan Penyakit
tidak menular
B. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Kurun waktu pencapaian keluaran atas seluruh kegiatan tersebut diatas
direncanakan pada bulan Mei 2020.