Anda di halaman 1dari 25

PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 1
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

KATA PENGANTAR

Profil Desa Salenrang yang ada dihadapan anda ini dalam hal penyajian informasi sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dilakukan secara terbuka dan
sistematis, baik terkait dengan gambaran umum dan potensi desa maupun menyangkut
perkembangan Desa Salenrang.

Secara khusus Profil Desa Salenrang merupakan kumpulan data tentang potensi dan
perkembangan desa yang sangat dibutuhkan, baik sebagai referensi mauppun sebagai
acuan dalam penyusunan perencanaan program kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan desa, termasuk kebijakan Pemerintah Desa dalam menyusun tata ruang
wilayahdan kebijakan pembangunan lainnya.

Selain itu, Profil Desa ini juga digunakan untuk menyajikan data umum desa, data soaasial
desa dan pelayanan publik. Termasuk erencanaan pembangunan desa, penegakan hukun
dan penceggahan kriminal dan lain-lain:

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa dalam menyejikan data dan informasi Profil
Desa Salenrang ini masih banyak kekurangan, baik karena keterbatasan data maupun
keterbatasan waktu yang kami miliki. Oleh karna itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
kami demi penyempurnaan Profil Desa Salenrang ke Depan. Amien.

Akhir kalam, semoga Profil ini bermanfaat bagi pembaca, mohon maaf atas segala
kelebihan dan kekurangan yang ada. Terima kasih.

Salenrang, 15 Februari 2019

Kepala Desa Salenrang,

S Y A H R I R

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 2
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

BAB I

PENDAHULUAN

1) Larat Belakang

Masyarakat yang mandiri dan sejahtera merupakan harapan besar bagi setiap desa.
Bukan saja desa sebagai ujung tombak pembangunan Nasional dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab desa
dalam memberikan pelayanan hak dasar masyarakat untuk mendapatkan penghidupan
yang layak.

Harapan besar tersebut hanya dapat diwujudkan apabila penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan desa dilakukan berdasarkan kajian mendalam
terhadap potensi dan masalah sesuai asas kemanfaatan dan kebutuhan mendesak
masyarakat. Oleh katena itu, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa
harus berbasis data. Data merupakan alat vital, baik sebagai acuan dalam menyusun
sebuah perencanaan maupun sebagai informasi dan alat pembanding publik dalam
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Dalam peningkatan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat misalnya, tanpa data


jumlah dan tingkat pendidikan serta pendapatan penduduk kita tidak bisa menentukan
masalah dan program kegiatan yang harus dilakukan untuk kapasitas dan kesejahteraan
masyarakat. Begitu juga dengan masalah kemandirian masyarakat, tanpa data SDA
kita tidak dapat menentukan kegiatan yang dapat mewujudkan kemandiria masyarakat.

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, maka Pemerintah bersama masyarakat
desa Salenrang menyusun Profil Desa Desa Salenrang dalam rangka memberikan
informasi terkait Visi – Misi sebagai gambaran tujuan dan cita-cita penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan desa; informasi tentang sejarah singkat dan legenda
desa; serta data potensi dan sumber daya Desa salenrang sebagai modal dasar dalam
mewujudkan visi – misi yang telah dirumuskan bersama.

Selain tujuan untuk memberikan layanan infomasi publik, Profil desa Salenrang juga
disusun sebagai kelengkapan Administrasi pemerintahan Desa yang dapat dijadikan
salah satu sumber dan acuan pembanding penyusunan RPJMDesa Salenrang.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 3
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

B. Visi dan Misi Desa Salenrang

1) Visi Desa Salenrang

Secara sederhana Visi dapat diartikan sebagai Gambaran Tujuan atau Cita-Cita ke
depan, yaitu gambaran tentang kondisi yang hendak dicapai. Visi adalah suatau
strategi yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan sebagai titik tindakan yang
teratur dan terus-menerus dari satu titik menuju titik akhir dimana kondisi yang
diinginkan dapat diraih.

Oleh karena itu, Visi Desa salenrang sebagai cita-cita luhur masyarakat desa yang
disusun berdasarkan Botton Up dengan pertimbangan sejarah dan kondisi aktual
saat ini dengan tetap mengacu pada rencana pembangunan Pemerintah kabupaten
adalah;

’TERWUJUDNYA DESA WISATA DAN LUMBUNG PANGAN MENUJU


MASYARAKAT SEJAHTERA DAN MANDIRI DALAM SUASANA KOTA
SANTRI”

Yang dimaksud Desa Wisata dan lumbung Pangan dalam visi tersebut adalah
bahwa selambat-lambatnya lima tahun yang akan datang desa Salenrang
diharapkan menjadi salah satu tujuan wisata domestik dan local sekaligus sebagai
desa lumbung pangan. Tentu saja cita-cita tersebut cukup realistis bila melihat
potensinya yang cukup menjanjikan apabila dapat dikelola dengan baik dengan
dukungan pemerintah daerah dan pusat.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 4
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

Apabila desa wisata dan lumbung pangan dapat diwujudkan sebagai pondasi
pembangunan perekonomian masyarakat, maka dua, tiga tahun kemudian
masyarakat Desa Salenrang akan hidup sebagai masyarakat yang mandiri dan
sejahtera. Itulah strategi cita-cita luhur penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa Salenrang ke depan.

2) Misi Desa Salenrang

Sebagaimana diketahui, Misi adalah tugas yang diemban atau yang harus dilakukan
untuk mewujudkan apa menjadi gambaran tujuan masyarakat desa. Jika Visi
diibaratkan suatu garis strategi gambaran tujuan, maka misi adalah taktik yang
merupakan rangkaian titik-titik perlambang tahapan tindakan yang harus dilewati.
Olehnya itu, misi sebagai tugas yang diemban tidak boleh sama sekali keluar dari
strategi yang telah dicanangkan untuk lima tahun ke depan.

Adapun misi yang harus diemban dalam penyelenggaraan pemerintahan dan


pembangunan desa Salenrang secara umum dibagi ke dalam beberapa bidang, yaitu
sebagai berikut ::

1. Membangun prasarana dan sarana wisata yang merupakan salah satu potensi
utama sumber pendapatan desa Salenrang menuju Desa Wisata.
2. Intensifikasi lahan pentanian dan perikanan dangan peningkatan pembangunan
prasarana dan sarana penunjang dalam mewujudkan desa lumbung pangan
3. Pembangunan Pasar desa dan TPI sebagai sarana pemasaran hasil produksi dan
perputaran uang dalam perekonomian menuju masyarakat desa yang sejahtera.
4. Mendorong peningkatan kafasitas dan profesionalisme Usaha Ekonomi
Produktif, Lembaga keuangan Desa dan BUMDes dalam membangun
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa.
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan produk desa dalam
setiap kegiatan pembangunan.
6. Meningkatkan pendapatan desa melalui berbagai sumber pendapatan dalam
rangka membangun kemandirian desa.
7. Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana pendidikan dan
pengembanan bakat – minat generasi muda dalam menciptakan generasi cerdas
yang sehat dan berbakat.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 5
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

8 Membangun suasana kondusif berdasarkan pendekatan solidaritas dan


kesetiakawanan sosial masyarakat desa.
9. Meningkatkan bantuan pembangunan prasarana/sarana ibadah dan kegiatan
sosial keagamaan masyarakat desa dalam membangun suasana kota santri
Demikian visi dan misi desa Salenrang, Semoga dapat menjadi acuan dan arah
pelaksanaaan pemerintatahan dan pembangunan desa Salenrang untuk lima tahun ke
depan.

3) Sruktur Organisasi Pemerintahan Desa Salenrang

4) TUJUAN

Profil desa Salenrang kecamatan Bontoa disusun dengan tujuan :

a. Untuk menyediakan data terkait sejarah perkembangan masyarakat desa


Salenrang;

b. Untuk dijadikan bahan dalam merumuskan kebijakan dan perencanaan


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa;

c. Untuk memberikan informasi tentang potensi sumber daya dan arah pelaksanaan
pembangunan desa Saalenrang.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 6
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Legenda dan Sejarah Perkembanan Desa Salenrang

1. Nama Salenrang

Asal mula nama “Salenrang” adalah diambil dari istilah kebiasaan orang – orang
Salenrang dahulu. Kebiasaan moyang salenrang sejak dahulu adalah gemar
memakai sarung dengan cara melingkarkan dari punggung ke samping atau
diselempang. Menurut tokoh dan pemuka masyarakat, istilah “Salenrang” adalah
berasal dari kata “Salendang” yang berarti melingkarkan atau menyelempangkan
kain atau sarung di punggung dalam bentuk miring ke bawah di samping sebelah
tubuh si pemakai.

Kebiasaan Kebiasaan tersebut telah berlangsung sejak lama dan mendarah daging
di hampir sumua warga masyarakat Salenrang, khususnya para keturunan –
penguasa (Dampang dan Pinati atau galarrang) yang memerintah di wilayah ini.
Kemudian istilah Salempang atau Salendang disesuaikan dengan lidah /
pengucapan masyarakat menjadi Salenrang yang arti sama dengan salempang atau
salendang, yaitu menyelempangkan kain atau sarung dalam bentuk ming ke bawah
melingkari tubuh si pemakainya.

Dengan demikian, sebenarnya kebiasaan tersebut adalah merupakan kebiasaan


sebagian besar bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Sulawesi-Selatan, namun
harus diakui bahwa hanya warga Desa Salenranglah yang mencoba mengabadikan
adat kebiasaan tersebut menjadi nama wilayahnya sebuah kerajaan kecil yang
berada di bawa pemerintah Kerajaan Gowa dahulu.

2. Salenrang sebagai satu wilayah pemerintahan

Sebelum kemerdekaan, tepatnya pada zaman perjuangan kemerdekaan telah


tumbuh beberapa kerajaan kecil di Nusantara, termasuk kerajaaan-kerajaan kecil
disulawesi, khususnya kerajaan-kerajaan kecil yang berada dibawah kekuasaan

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 7
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

kerajaan Gowa. Termasuk di dalamnya “Kerajaan Salenrang” yang bergelar


“Dampang Salenrang”.

Dalam sejarah wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa hanya dikenal dua Dampang,
masing-masing “Dampang Ko’mara di Gowa dan Dampang Salenrang di Salenrang.
Dampang Salenranglah yang mewakili Salenrang (wilayah Maros sekarang) dan
sekitarnya setiap kali ada sidang pada masa Kerajaan di Gowa dahulu.

Adapun luas wilayah kekuasaan Dampang Salenrang pada saat itu adalah meliputi
luas wilayah kabupaten Maros sekarang, bahkan termasuk sebagian Makassar
sekarang. Sebagaimana dikiaskan dalam ungkapan bahwa batas kekuasaan
Dampang Salenrang adalah:

“Male’leng panaonna, Butta tattiri’ka panrai’na, Batu Ma’lipunga panai’na, tallang


batangan passulu’na”, yang artinya batas wilayah kekuasaan Dampang Salenrang
adalah “ Batas ke bawahnya (Utara) adalah wilayah Male’leng;, batas sebelah timur
adalah tanah (daerah) dimana air mengalir ke barat (Camba-Mallawa); batas ke atas
(selatan) adalah batu ma’lipunga (wilayah batas Gowa sekarang); dan Batas
keluarnya (baratnya) adalah sampai batas dimana pandangan tenggelam (batas
Pandangan) ke laut..” *

3. Asal Usul dan silsilah Dampang Salenrang.

Sampai sekarang, siapa sesungguhnya dan dari mana asal-usulnya Dampang


Salerang yang pertama masih simpang siur. Ada yang menganggap Dampang
Salenrang yang pertama adalah salah seorang dari lima bersaudara Toddo Limayya
di Marusu – putra karaeng Marusu’. Ada pula yang bilang bahwa beliau adalah
saudara karaeng “Baarasa” di Male’leng (Pangkep)

Pertanyaannya adalah apakah karaeng Baarasa juga termasuk salah seorang dari
Toddo limayya atau tidak? Jika termasuk, maka jelas bahwa Dampang salenrang
tidak bersaudara dengan Karaeng Baraasa, tetapi kemenakan karena karaeng
Baarasa bersaudara dengan karaeng Maarusu’ dimana Dampang Salenrang adalah
salah seorang anak karaeng Marusu’. Meskipun hal ini belum jelas namun uutuk

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 8
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

sementara dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Dampang Salenrang adalah


termasuk putra dari Toddo Limayya yang bergelar Karaeng Marusu’.

Salah satu cerita rakyat yang sampai sekarang masih hidup dalam masyarakat
Salenrang yang dituturkan secara turun-temurun adalah kisah Toddo Limayya.
Mereka ini masing-masing mempunyai wilayah kekuasaan; Ada yang berkuasa di
maros Yang bergelar Karaeng Marusu’ ada yang berkusasa di Male’leng yang bergelar
“karaeng Barasa’ dan ada pula yang berkuasa di air yang bergelar Renreng Jala yang
orang –orang Salenrang mengenalnya dengan “ Lambere Salenrang. Sedangkan dua
lagi dari mereka tidak disebutkan dimana dan apa gelar mereka.

Dalam kisah ini dijelaskan, bahwa “Karaeng Marusu’ - salah seorang dari Toddo
limayya” tersebut juga memilikii lima orang anak yang terdiri dari empat putrid dan
satu putra. Karena kedengkian saudara-saudaranya yang kuatir kekuasaan jatuh
kepada sibungsuh sebagai putra (pangeran) satu-satunya, akhirnya ia dibuang ke laut
atau sebuah pulau.

Dalam perjuangannya untuk menyelamatkan diri, datanglah seekor buaya yang


kemudian dalam cerita dikenal dengan nama “Lambere Salenrang” menolongnya.
Sang penolong ini - Lambere Salenrang kemudian membawa bukan menuju ke
Marusu melainkan ke Tanah Mandar - Mamuju. Di sini, di Tanah Mamuju beliau di
ambil dan dipelihara oleh Raja Mamuju. Tidak dijelaskan siapa raja yang baik hati
tersebut yang bersedia menampung anak terbuang ini.

Dalam cerita, disebutkan bahwa pada suatu ketika Raja Mamuju menyuruhnya untuk
mengambil air di sungai, namun semua wadah yang dipakai untuk mengambil air
dipecahkan. Karena tidak ada lagi yang dapat dipakai untuk mengambil air, akhirnya
ia menganyam sebuah wadah dari bambu. Memang, secara akal sehat tidak bisa
diterima bahwa anyaman bambu dapat dipakai untuk mengangkat air kerana memiliki
selah-selah yang bocor, namun harus dipercaya bahwa jika Tuhan menghendaki tidak
ada yang tidak bisa. Demikian yang terjadi pada beliau, atas pertolongan seekor
Masapi (Moa) yang mengolesi seluruh sisi ayaman bambu tersebut dengan lendirnya
sehingga air yang dimasukkan dala anyaman bamboo tersebut tidak tertumpah.
Setelah semua wadah penuh diisi air, rajapun heran dan hampir tidak percaya apa yang

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 9
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

terjadi. Itulah sebabnya sampai sekarang banyak dari warga salenrang yang tidak
makan Massapi (moa), khususnya yang merasa keturunan Dampang.

Seiring berjalannya waktu iapun menanjak dewasa. Karena tertarik dengan perangai
beliau akhirnya Raja Mamuju menikahkan dengan putrinya sendiri. Kemudian setelah
anaknya lahir dan tak henti-hentinya menangis, keluarga istrinya – raja Mamuju
menyimpulkan kalau sang bayi ingin bertemu dengan keluarga dari pihak bapaknya.

Karena taku, anak dan isterinya tidak diterima oleh keluagranya di Marusu’ dan kisah
pembuangannya tidak diketahui, maka akhirnya beliau pulang sendiri tanpa membawa
isteri dan anaknya dengan alasan ia hanya naik perahu kecil (seekor buaya).

Dalam cerita dijelaskan bahwa dalam perjalanan pulang dari mamuju beliau singgah
di Male’leng dan mengambil kemanakan sepupunyanya – cucu dari “karaeng Barasa”
. Dari sini beliau terus ke Salenrang (daerah Romang Lompoa dusun Rammang-
Rammang sekarang), tidak terus ke Marusu - pusat wilayah pemerintahan Karaeng
Marusu – orang tuanya. Di sinilah, di Salenrang pada awalnya beliau membuka
wilayah perkampungan bersama kemanakannya dengan gelar “Dampang Salenrang”.
Pada masa pemerintahan beliau, kekusaan Dampang selenrang belum luas dan masih
di bawah baying-bayang karaeng Marusu hingga beliau wafat.

Setelah beliau mangkat, karena tidak mempunyai keturunan lagi selain yang ditinggal
di Mamuju, maka pewaris kekuasaan yang berhak menggantikan beliau adalah
kemanakannya yang diplihara sejak kecil, yaitu cucu karaeng Barasa” yang kemudian
bergelar Dampang Salenrang II. Beliau – Dampang Salenrang II kawin dengan putri
Karaeng Labbakkang. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Salenrang khususnya
dan Maros pada umumnya adalah saudara sepupu dengan masyarakat Labbakkang dan
Male’leng (pangkep) sekarang.

Belum dapat dipastikan kapan wilayah Marusu’ berada di bawah kekuasaan Dampang
Salenrang. Apakah pada masa Dampang I setelah wafatnya Karaeng Marusu’ (Toddo
Limayya) ataukah pada masa Dampang II. Tetapi yang pasti bahwa Dampang
Salenrang khususnya Dampang II telah menguasai Marusu’ (wilayah Maros sekarang)
sampai daerah Male’leng pangkep di Utara, Batta Tattirika (camba Mallawa) di
sebelah timur, Batu Malipunga di Gowa sebelah selatan dan Batas pandangan di laut

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 10
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

sebelah barat. Sayang belum ada kajian yang dapat menyimpulkan kapan kejadian itu,
apakah setelah mangkatnya karaeng marusu’ atau masih diantarai oleh satu generasi.
Tentu saja ini merupakan pekerjaan rumah bagi putra-putri Maros, khususnya Putra
Salenrang, demi untuk menjernihkan sejarah leluhur Pa’rasanganna / Butta
salewangan.

Betapa tidak, kalau kita perhatikan sekarang wilayah Maros semakin sempit. Dulunya
sebelah Utara sampai di Male’leng, sekarang hanya sampai kalibone, bahkan sekarang
kalo kita sadari daerah Botolembanan sebelah timur sudah banyak diklaim masuk
daerah Pangkep. Begitu pulah dengan batas sebelah timur, Dulunya batta Tattiri masih
masuk wilayah bone bagian barat, namun sekarang tinggal sebelah yang masuk
wilayah Mallawa – sebelahnya lagi masuk daerah bone. Tidak terkecuali di bagian
selatan, kalau dulunya sampai batu Malipunga di Gowa, maka sekarang sudiangpun
sudah menjadi wilaya Makkassar. Dan yang lebih Tragis adalah semua pulau-pulau di
bagian barat tidak satupun yang masyk wilayah Kabupaaten Maros, semuanya masuk
wilayah Pangkep dan Makassar. Dimana semua wilayah Dapang Salenrang yang
terhampar luas dari pegunungan, daratan hingga ke laut tallang batangan passulu’na.

Semua ini karena ketidakpedualian dari putra-putri Butta Salewangan terhadap sejarah
leluhur, kalaupun ada yang peduli mereka lebih menonjolkan unsur-unsur strata
sosialnya ketimbang nilai-nilai kesatuannya.

Setelah Dampang Salenrang II meninggal, beliau diganti oleh keturunan beliau secara
turun-temurun dari Dampang ke III hingga dampang ke V. Namun dengan wafat
Dampang Salenrang II, kebesaran Dampang Salenrang lambat laun semakin surut,
sehingga kepergian beliau seakan-akan membawa serta nama besar Salenrang dalam
sejarah.

Puncaknya adalah setelah wafatnya dampang Salenrang V, Pemerintahan Dampang


Salenrang berubah menjadi Pabbicara Butta. Dalam perkembanannya dari
Pabbicara, Salenrang kembali berubah menjadi menjadi wilayah” Pinati” dengan
dibawah kekuasaan Pinati Dadda. Kemudian setelah seluruh wilayah dibagi ke dalam
distrik, Salenrang hanya menjadi sebuah wilayah Gallarang yang berda di bawah

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 11
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

pemerintahan distrik Bontoa, di samping Gallarang Lempangan, Batunnapara dan


Belang-Belang.

Pada masa perubahan distrik menjadi wilayah kecamatan, Salenrang pun kembali
hanya menjadi salah satu dusun dari Desa Botolempangan, kecamatan Batimurung
hingga tahun 1989.

4. Mengapa Dampang Salenrang Menjadi Salenrang

Menurut bapak Madjanong Tiro – mantang kepala desa I bahwa, sebenarnya


Salenrang dalam arti wilayah pemerintahan dari awal dikenal dengan mana desa
Persiapan Dampang Salenrang. Namun sejak Musyawarah Desa I dalam rangka
membicarakan “nama desa Persiapan yang baru dimekarkan saat itu, Camat
Bantingmurung – bapak Muh. Thahir Alia, BA mengusulkan supaya nama Dampang
Salenrang diganti menjadi Salenrang saja., dengan alasan (pertimbangan) bahwa
apabila nama Dampang Salenrang masih dipakai, maka hal itu dapat menghalangi
orang luar (bukan penduduk asli) Salenrang untuk dipilih menjadi pemerintah/kepala
desa di Salenrang.

Yang sangat disayangkan adalah karena hanya dengan alasan demokrasi, yakni bahwa
berdasarkan pertimbangan bapak camat Bantimurung – Thahier Alie tersebut, ternyata
masyarakat/forum musyawarah desa juga menyepakati dan memutuskan menggati
nama desa Persiapan Dampang Salenrang menjadi desa Persiapan Salenrang.

Mereka tidak memahami bahwa betapa nilai sejarah dan kesatuan akan teputus dan
hilang dengan perubahan nama tersebut. Sejarah besar Dampang Salenrang dan
Kerajaan Marusu sebagai bagian dari kerajaan besar Gowa Raya harus terkubur
bersama dengan pergatian nama dengan alasan yang sangat tidak tepat.

Mengapa tidak, Bukankah Dampang Salenrang II kedua, dampang yang telah


mengukir nama Salenrang sebagai salah satu wilayah yang besar diantara kerajaan-
kerajaan lokal yang ada disulawesi pada samannya dan masih terus dikenang sampai
sekarang juga bukan orang Salenrang/Putra Maros asli. Dia adalah cucu Karaeng
Baarasa dari Male’leng. Jadi bukanlah suatu alasan hanya karena takut orang-orang

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 12
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

luar tidak bisa jadi calon/kepala desa akhirnya nama Dampang Salenrang harus
diganti.

Oleh Karena itu, meskipun semuanya sudah terjadi, tetapi jika putra-putri Salenrang
peduli maka sekarang saatnya untuk membicarakan kembali bagaimana jika desa
Salenrang dekembalikan menjadi Desa Dampang Salenrang. Semua ini kita
kembalikan kepada masyarakat desa Salenrang untuk dibicarakan lebih jauh.

5. Dari Desa Persiapan Salenrang Sampai Sekarang

Berdasarkan hasil musyawarah desa pertama, akhirnya sejak tanggal 20 Nopember


1989 nama Salenrang resmi menjadi nama Desa Persiapan Salenrang ditandai dengan
pelantikan bapak Madjanong Tiro sebagai Kepala desa Persiapan Salenrang yang
pertama dengan status Pejabat sementara. Dari sini dapat dilihat, betapa luasnya
pandangan dan besarnya sikap demokratis masyarakat desa Salenrang dalam
memandang NKRI sebagi satu kesatuan, dimana setiap warga Negara memiliki hak
yang sama di dalamnya. Meskipun dengan demikian, mereka harus mengorbankan
nilai sejarah leluhur dan kebesaran nama Salenrang sejak dahulu.

Selanjutnya pada tanggal 4 Desember 1989 dilakukan acara timbang terima secara
fisik dari kepala desa Induk – Botolempangan kepada kepala desa Persiapan
Salenrang. Maka sejak tanggal 4 Desember 1989 itu, kepala desa Persiapan Salenrang
telah berhak melakukan aktifitas dalam rangka menunaikan amanah yang diembankan
kepadanya, yaitu melakukan pembenahan-pembenahan dan kegiatan pembangunan di
desa Persiapan Salenrang di bawah wilayah pemerintahan kecamatan Bantimurung.

Pada tahun 1992 desa Persiapan Salenrang diresmikan menjadi desa Definitif dengan
nama Desa Salenrang, yangmana masih berada dalam wilayah pemerintahan camat
Bantimurung. Nanti pada tahun 1993, akibat pemekaran beberapa wilayah kecamatan
termasuk kecamatan Maros Utara (kecamatan Bontoa Sekarang), maka dengan
pertimbangan efektifitas dan efesiensi serta historiografis dan geografis wilayah
pemerintahan Desa Salenrang bersama dengan desa Botolempangan dipindahkan ke
dalam wilayah pemerintahan Camat Maros Utara, yang sekarang dikenal dengan
kecamatan Bontoa.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 13
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

Desa Salenrang, sejak dimekarkan menjadi desa persiapan, kemudian menjadi desa
definitf tahun 1992 hingga sekarang sudah melakukan 3 (tiga) kali pemilihan kepala
desa dan sudah diperintah oleh empat (4) orang kepala desa, yaitu masing-masing:

1. Madjanong Tiro Periode 1989 – 1993


2. Sahabuddin Dg. Awing Periode 1994 – 2010
3. Baso Amin Periode 2010 –2006
4. Muh. Nasir B. Periode 2006 – 2019

5. S y ah r i r Periode 2019 - 2015

Dengan perestasi pembangunan masing-masing sebagaimana yang akan diuraikan


pada pembahasan Geografis dan monografis desa Salenrang di bawah ini.

Demikian secara singkat historisgrafi desa Salenrang sebagai salah satu desa dari
delapan

desa dan satu kelurahan yang ada dalam wilayah pemerintahan kecamatan Bontoa.

A. Kondisi Umum Desa Salenrang

Untuk gambaran yang lebih jelas, maka gambaran umum Desa Salenrang akan kami
uraikan dalam beberapa aspek yaitu : aspek geografis, aspek monografis dan mata
pencaharian, serta aspek social budaya / agama dan keparcayaana sebagai selayang
pandang Desa Salenrang. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi
sekaligus sebagai acuan kemungkinan adanya penyebab atau kendala dan atau
sebaliknya sebagai pendukung dalam proses pelaksaanaan pembangunan di desa
Salenrang selama ini atau sekarang dan untuk yang akan datang.

1. Georafis Desa Salenrang

Desa Salenrang adalah salah satu dari delapan desa dan satu kelurahan dalam
wilayah pemerintahan kecamatan Bontoa, kabupaten Maros, yang terletak kurang
– lebih 40 kilo meter sebelah utara dari Makassar – ibukota provinsi Sulawesi-
Selatan. Wilayah Desa Salenrang membujur dari timur ke barat terbelah dengan
poros jalur Makassar – Pare-Pare, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 14
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

 Di sebelah utara berbatasan dengan desa Botolempangan

 Di sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tunikamaseang, kelurahan Bontoa


dan kelurahan Maccini Baji

 Di sebelah Timur berbatasan dengan desa Tunikamasea kecamatan


Bantimurung

 Di sebelah Barat berbatasan dengan desa Tunikamaseang dan Minasa Upa


kecamatan Bontoa.

Berdasarkan data Potensi desa tahun 2010, luas wilayah desa Salenrang mencapai
12,40 (limabelas) Km2, yang terdiri dari pengunungan dan perbukitan, Empang –
Tambak, persawahan, dan perkebunan, serta hutan dan tegalan. Dimana dari sekian
luas wilayah desa Salenrang tersebut sejak tahun 1989 s/d 1997 masih terbagi dalam
dua (2) dusun, yaitu;

1. Dusun Salenrang, dengan luas wilayah = 8.60 km2

2. Dusun Pannambungan, dengan luas wilayah = 3.80 km2

Nanti pada tahun 1997, dilakukan pemekaran dari dua (2) menjadi lima (5) dusun
sampai sekarang, yaitu masing-masing :

1. Dusun Salenrang dengan luas wilayah = 4.10 km2;

2. Dusun Pannambungan dengan luas wilayah = 2,70 km2;

3. Dusun Panaikang dengan luas wilayah = 1,69 km2;

4. Dusun Barus dengan luas wilayah = 1.30 km2

5. Dusun Rammang-Rammang dengan wilayah = 3,20 km2

Karena desa Salenrang dikelilingi dengan sungai yang masing-masing bermuara ke


laut, maka hampir seluruh wilayah Desa Salenrang dialiri asin, khususnya pada

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 15
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

musim kemarau, yang mana kedua sungai yang mengelilinginya didominasi air pasang
dari laut.

Seperti pada umumnya wilayah yang ada di Indonesia dan khususnya Sulawesi, desa
salenrang juga memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau yang
sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat Salenrang.

Dilihat dari keadaan wilayah desa Salenrang, maka ditemukan hamparan luas daratan
rendah pada bagian depan – sebelah barat, sedangkan di bagian belakang desa di
sebelah timur terdapat bukit-bukit batu yang indah dan gunung-gunung kapur serta
hutan-hutan yang menyimpan berbagai potensi alam yang siap dikelola untuk
kemaslahatan warga desa Salenrang dan Maros pada umumnya. Betapa tidak, dataran
rendah yang terhampar dari timur sampai dengan batas bagian barat adalah merupakan
tanah basah, yangmana pada bagian pesisir desa atau sekitar alur sungai rata-rata
dipergunakan sebagai lokasi pertambakan, sementara pada bagian tengah pada
umumnya digunakan sebagai area persawahan yang menggunakan curah hujan
(sawah tada hujan), kecuali sebagian wilayah dusun Rammang-Rammang yang
terkadang menggunakan air bendungan tradisional.

Berdasarkan potensi alamnya, maka sumber pencaharian warga masyarakat desa


Salenrang yang utama pada umunya adalah petani tambak dan petani sawah,
disamping potensi-potensi lain

seperti; tambang batu gunung, kayu bakar, pisang, sayur-sayuran dan tanaman-
tamanan lainnya.

2. Monografis desa Salenrang

Berdasarkan Data tahun 2010 Jumlah penduduk desa Salenrang adalah 4.945 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.336 jiwa dan perempuan sebanyak 2.609 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.136. Dari sekian jumlah penduduk
desa Salenrang tersebut tersebar di lima (5) dusun, yaitu;

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 16
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

Jumlah Penduduk
Jumlah
No. Dusun RTM
KK
Pria wanita Total

1 Salenrang 904 jiwa 930 jiwa 1.834 jiwa 480 177


2 Pannambungan 507 Jiwa 521 jiwa 1.028 Jiwa 266 113
3 Panaikang 554 jiwa 549 jiwa 1.103 jiwa 354 130
4 Barua 298 jiwa 277 jiwa 575 jiwa 156 70
Rammang- 220
5 428 jiwa 391 jiwa 819 jiwa 95
Rammang

Jumlah 2691 jiwa 2.668 jiwa 5.359 jiwa 1.476 962

Dari jumlah penduduk di atas adalah termasuk pendatang yang sudah lama tinggal dan
menetap di desa Salenrang.

Dilihat dari bahasa sehari-hari yang digunakan oleh sebagian besar warga masyarakat,
maka sesungguhnya penduduk pribumi – asli desa Salenrang adalah termasuk
golongan suku bugis Makassar. Sementara penduduk yang menggunakan bahasa lain
selain bahasa Makassar, pada umumnya mereka adalah merupakan warga pendatang,
baik yang dating dari daratan Sulawasi-Selatan maupun yang datang dari luar,
yangmana mereka pada umumnya datang dan menetap karena tuntutan/menunaikan
tugas sebagai guru atau pegawai dan lain-lain.

3. Mata Pencaharian

Berdasarkan kondisi alamnya, maka sebagian besar penduduk desa Salenrang


mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Dimana wawasan berfikir mereka masih
sanagat dipengaruhi oleh suasana dan kondisi lingkungan, meskipun tidak semuanya
karena ada pula dari mereka yang sudah mencoba melepaskan diri dari ikatan hidup
secara tradisional.

Selain mata pencaharian sebagai petani, juga terdapat dari kalangan mereka yang
menekuni perdagangan – jual beli, khususnya untuk barang-barang campuran dengan
jalan membuka kios-kios atau kedai di kolong atau di depan rumah, atau dijajahkan

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 17
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

ke pasar secara berpindah-pindah. Di samping yang lain, yang menekuni pekerjaan


sebagai tukang, yang meskipun yang terakhir ini jumlahnya masih sangat relative
sedikit.

Dari sekian banyak mata pencaharian yang ditekuni warga masyarakat desa Salenrang,
pada umumnya tidak lepas dari pengaruh latar belakang pendidikan yang mereka
miliki. Yang menekuni pertanian atau perkebunan misalnya, mereka adalah
kebanyakan dari kalangan yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah –
SLTA ke bawah.

Namun, melihat perkebangan beberapa tahun terakhir ini, pemilihan bidang usaha
cenderung dilakukan spontan dan keroyokan – missal sehingga nampak musiman.
Betapa tidak, jika ada warga yang memiliki usaha yang dianggap lancer dan
menjanjikan, maka mereka ramai-ramai melakukan usaha tersebut. Akibatnya
persaingan usaha semakin ketat dan lambat laun menjadi macet karena lebih banyak
persediaan – produsen dari pada konsumen.

Bukan hanya dalam usaha, kecenderungan dalam bidang yang lainpun demikian. Bagi
anak-anak muda misalnya, khususnya tahun-tahun delapan puluhan (80an). Mereka
yang mempunyai latar belakang ekonomi yang menengah ke atas rata-rata cenderung
mendaftar jadi ABRI setamat SMP atau SMA. Sedangkan mereka yang memiliki latar
belakang ekonomi yang pas-pasan mereka rata-rata memilih menjadi pegawai negeri
sipil. Itulah sebabnya, sejak akhir tahun 80 an memasuki tahun 90 an, setamat SMA
mereka ramai-ramai menjadi tenaga honorer sebagai batu loncatan untuk menjadi
pegawai negeri sipil di beberapa instansi karena mereka tidak ingin lagi menjadi petani
atau pedagang sebagimana dilakukan oleh orang tua mereka.

Sementara yang tidak termasuk dalam kategori di atas, mereka adalah anak-anak putus
sekolah yang suka atau tidak terpaksa harus terjun ke sawah atau empang, kalau tidak
jadi buruh atau pedagang jajangan. Untuk lebih jelasnya, kita lihat tabel di bawah ini.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 18
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

Angkatan Kerja Desa Salenrang

Tahun 2009 / 2010

No. Angkatan Kerja Jiwa Keterangan

1. Penduduk Usia Kerja 1.322 jiwa

2. Penduduk Usia Kerja yang Bekerja 89 jiwa

Penduduk Usia Kerja Yang Belum


3. 1.047 jiwa
bekerja

Total 2.458 jiwa

Komposisi Menurut Mata Pencaharian Penduduk

Desa Salenrang Tahun 2009 / 2010

No. Mata Pencaharian Pengelola Keterangan

1. Petani sawah / tambak 1.480 jiwa

2. Pedagang 210 jiwa

3. Pegawai / Guru 75 jiwa

4. Industri / Tukang 15 jiwa

5. Lain –lain 30 jiwa

Total 1.810 jiwa

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 19
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

Potensi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Sosial Budaya

Desa SalenrangTahun 2009 / 2010

Luas /
No. Prasarana dan Sarana Keterangan
Banyaknya

1. Penduduk 4.945 jiwa

2. Faktor Skill

a. Lulusan PT. / S1 72 jiwa

b. Lulusan Akademi / D2 dan


175 jiwa
D3

c. Lulusan SMA 567 jiwa

d. Lulusan SMP 635 jiwa

e. Lulusan SD 700 jiwa

3 Lahan

a. Sawah 595,21 ha

b. Tambak 357,11 ha

c. Perkebunan 11,67 ha

d. Hutan 9,72 ha

e. Bukit / Gunung 13,27 ha

4 Peternakan

a. Kerbau 21 ekor

b. Sapi 271 ekor

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 20
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

c. Kuda 8 ekor

d. Kambing 1.110 ekor

e. Ayam 25.672 ekor

f. Itik 751 ekor

g. Dan lain-lain 253 ekor

5 Kendaraan :

a. Truk / Bus 7 buah

b. Mini Bus / Pete-pete 11 buah

c. Motor / Bentor 686 buah

d. Sepeda 25 buah

e. Gerobak / Bendi 1 buah

f. Lain-Lain 13 buah

6 Gudang -

7 Kios / Kedai 47 buah

8 Warung Makan 5 buah

9 Mesin Jahit 153 buah

10 Alat Elektonik :

a. VCD /DVD 750 buah

b. Televisi 763 buah

c. Radio / Tape 137 buah

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 21
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

d. Dan lain-lain 510 buah

11 Sarana Pendidikan :

a. Tk/PAUD 4 buah

b. SD 3 buah

c. SMP 1 buah SMP Satu Atap

d. PKBM 1 buah

e. Paket A 1 buah

f. Paket B 1 buah

12 Sarana Ibadah

a. Mushollah 2 buah

b. Mesjid 10 buah

13 Perumahan warga/Pribadi

a. Rumah Batu 68 buah

b. Rumah Kayu 950 buah

c. Dan lain-lain 35 buah

14 Perumahan Dinas

a. Permanen 68 buah

b. Semi Permanen 75 buah

15 Bangunan Kantor 1 buah

16 Mesin Penggilingan & Traktor

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 22
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

a. Mesin Heller / Sejenisnya 31 buah

b. Morik/Mobil Pabrik 21 buah

c. Traktor sawah 27 buah

d. Dan lain-lain -

17 Prasarana Jalan

a. Jalan propinsi 5 km

b. Jalan desa Aspal 7, 5 km

c. Jalan desa Perkerasan Sirtu 5,7 km

d. Dan lain-lain 1.5 km

18 Jembatan Penyeberangan

a. Permanen Beton/Besi 4 buah

b. Semi permanen / Kayu 9 buah

c. Dan lain-lain

19 Prasarana Pengairan

a. Semi Teknik 1 buah Kafasitas 13 Ha

b. Pengairan Desa

20 Lokasi TPU 5 buah

21 Lapangan Desa 1 buah

Berdasarkan data potensi desa tersebut di atas, maka jelas bahwa potensi mata
pencaharian masyarakat desa Salenrang pada umum bersumber dari pertanian dengan
kondisi prasarana dan sarana yang kurang memadai. Oleh Karena itu sangat
“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 23
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

diharapkan semoga dari semua potensi yang ada tersebut dapat menjadi bahan
petimbangan dalam merumuskan RPJM dan RKP desa Salenrang.

4. Agama dan Kepercayaan

Berdasarkan data potensi desa, penduduk desa Salenrang 100 % penganut agama
Islam yang taat.. Namun dilihat dari kondisi aktualnya, tidak dapat disangkal kalau
dari sekian penganut agama Islam masih ada yang mencampur-adukan antara ajaran
agama dengan adat kebiasaan yang diwarisi secara turun temurun moyang mereka.
Hal ini dapat ditemukan pada kegiatan-kegiataan keagamaan mereka yang masih
dibarengi dengan sesajen atau doa-doa selamatan yang dilakukan ditempat-tempat
yang dianggap keramat, seperti; di bawah pohon-pohon besar, kuburan-kuburan tua
atau sungai-sungai dan lain-lain, meskipun jumlahnya relative kurang.

Selain kegiatan-kegiatan seperti itu, juga kegiatan-kegiatan lain yang sebenarnya


sudah diketahui kalau perbuatan tersebut dilarang oleh agama, namun masih tetap juga
dilakukan, seperti;

Minum minuman keras misalnya tuak atau khamar. Kenyataan tersebut menunjukkan
bahwa pengetahuan agama sebagian masyarakat desa Salenrang masih sangat terbatas,
sementara emosi keagamaannya cukup tinggi sehingga percampur-adukan terjadi.

Sikap masyarakat seperti itu kadang menjadi hambatan dalam program pembangunan
mental dan perubahan pola fikir. Dimana emosi keagamaan yang sangat tinggi tidak
ditunjang dengan pengetahuan agama yang memadai. Akibatnya tidak sedikit dari
mereka menjadi panatik buta, yang menganggap bahwa apa yang mereka jalankan itu
adalah yang benar dan selain dari apa yang mereka ketahui tersebut adalah salah.
Diperparah lagi dengan kepercayaan animism dan dinamisme yang diwarisi dari
moyang mereka secara turun-menurun. Apabila hal ini tidak menjadi perhatian dalam
melakukan pembinaan keagamaan dalam rangka pembangunan mental dan perubahan
pola fikir serta peningkatan kesadaran masyarakat, maka hal ini malah akan dapat
menjadi potensi komplik yang patal.

Oleh karena itu, untuk menghidari kekuatiran tersebut, sangat diharapkan kepada para
pemuka-pemuka agama dan tokoh masyarakat senantiasa saling urung rembut dalam

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 24
PROFIL DESA SALENRANG 02/15/2019

mencari pendekatan-pendekatan dalam melakukan keagaman. Yaitu, bagaimana


menyampaikan pengertian-pengertian dan dasar-dasar ajaran keagamaan, yang
kemudian dijelaskan satu-persatu secara luas dan mendalam sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemahaman. Semoga dimasa-masa yang akan datang masyarakat
desa Salenrang yang nota bene 100 % beragama Islam menjadi penganut Islam panatik
yang sarat dengan pengetahuan agama, sehingga senantisa menonjolkan sikap
solidaritas yang tinggi dalam pergaulan dan democrat dalam setiap kebijakan serta
tulus ikhlas dalam berbuat.

Demikian pandangan umum sejarah singkat desa Salenrang sejak berdidi tahun 1989
sampai sekarang, semoga apa yang telah diuraikan diatas dapat menjadi acuan dalan
menentukan kebijakan rumusan Rencana PembangunanJangka Menengah Desa dan
Rencana Kegiatan Pembangunan Desa Salenrang, kecamatan Bontoa Kabupaten
Maros untuk lima tahun ke depan.

“Desa Wisata dan Lumbung Pangan menuju Masyarakat Sejahtera dan Mandiri dalam Suasana Kota Santri” 25

Anda mungkin juga menyukai