Laporan Pendahuluan Stroke Infark
Laporan Pendahuluan Stroke Infark
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Stroke masih menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia dan
penyebab kecacatan utama pada populasi dewasa. Menurut National Collaborating Centre
for Chronic Conditions (UK) tahun 2008 stroke merupakan suatu kondisi kondisi gangguan
fungsi system saraf pusat baik fokal maupun global yang cepat dan bertahan lebih dari 24
jam dengan resiko yang fatal hingga kematian.
Melihat fenomena di atas, stroke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke
sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Secara tiba-tiba penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan
kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis,
prosedur diagnostik dan penatalaksanaan stroke.
BAB II
ISI
I. DEFINISI
Menurut WHO (2012) stroke infark merupakan suatu kondisi penyakit yang disebabkan
oleh terhentinya aliran darah yang mensuplai otak secara tiba-tiba, baik karena adanya
sumbatan maupun rupturnya pembuluh darah, kondisi ini menyebabkan jaringan otak
yang tidak terkena aliran darah kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga otak menjadi
rusak
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).
Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah
servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti
aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang menimbulkan gejala
serebral fokal, terjadi mendadak, dan tidak menghilang dalam waktu 24 jam atau lebih
II. ETIOLOGI
1) Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding
pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas
hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
c. Arteritis: radang pada arteri
2) Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara.
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis akan tetapi dapat
juga di jantung dan sistem vaskular sistemik.
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal dari
“plaque atherosclerotique” yang berulserasi atau thrombus yang melekat pada
intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung dengan “shunt” yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Fibrilasi
dan keadaan aritmia dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat
menyebabkan emboli serebri
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai emboli septik, misalnya
dari abses paru atau bronkiektasis, dapat juga akibat metaplasia neoplasma yang
sudah ada di paru.
a. Hipertensi
Menurut JNC VIII (2016), klasifikasi tekanan darah terdiri atas :
Klasifikasi HT Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi I 140-159 90-99
Hipertensi II ≥ 160 ≥100
IV. KLASIFIKASI
Menurut Arief Mansoer, dkk tahun 2000 klasifikasi stroke terbagi atas :
1) Berdasarkan penyebab penyakit
a. Stroke Hemoragik (SH)
Stroke yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid, mungkin disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, biasanya terjadi saat
pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Namun bisa juga terjadi saat
istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke Non Hemoragik (SNH)
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi iskemi yang
menyebabkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder,
kesadaran pasien umumnya baik.
2) Menurut Harsono (2007:86) berdasarkan perjalanan penyakit stroke iskemik terbagi
atas:
a. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas
Merupakan gangguan neurologis fokal akibat gangguan peredaran darah di
otak yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata
10 menit) sampai beberapa jam (24 jam)
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND)
Adalah gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progessive Stroke/stroke in evolution), stroke yang gejala
neurologiknya makin lama makin berat.
d. Stroke Complete
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal
sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului
dengan TIA yang berulang
V. PATOFISIOLOGI
Kolesterol
KolesterolHDL
HDL
VI. PENATALAKSANAAN
2) Secondary survey
3) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 0-45o menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
4) Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan
hasil analisis gas darah.
5) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Tujuannya adalah agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Tindakan awal
difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, untuk mempertahankan saturasi >94%, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi)
serta tekanan darah.
6) Pengobatan
a. Anti koagulan
Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti trombotik
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk mengembalikan perfusi
darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah
alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat
ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi
plasminogen yang terikat pada fibrin. Boleh dilakukan terapi ini jika tekanan darah
sistol < 185 mmHg, dan diastole <110 mmHg Efek samping yang sering terjadi
adalah risiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
Angioedema Pada pasien yang menggunakan terapi ini usahakan untuk
menghindari penggunaan bersama obat antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam
pertama setelah terapi untuk menghindari risiko perdarahan
Gambar 3. Kampanye ‘Act FAST’ oleh National Health Service (NHS) di Inggris
Pertolongan pertama pada stroke dikenal dengan “FAST”. “FAST” sudah banyak
dikampanyekan di Negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Menurut
penelitian yang dilakukan Lerario (2016) kampanye FAST dapat meningkatkan
laporan kejadian stroke kepada 911 dan kecepatan untuk mendapatkan pelayanan
di emergency sebesar 55%. Adapun yang dimaksud dengan FAST adalah :
F (Face) : Minta pasien untuk senyum, wajah asimetris
A (Arm) : Minta pasien mengangkat kedua tangan. Pasien tidak bisa
mengangkat salah satu/kedua tangan/angkat lalu terjatuh
S (Speech) : Ajak bicara dengan pertanyaan sederhana. Lidah terlihat
cadel/miring
T (Time) : Segera bawa ke rumah sakit, karena setiap detik sangat
berharga
X. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA
a. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Februari 2018 jam 12.00 diperolah data
identitas pasien sebagai berikut :
Nama/inisal : Tn. D
No. RM : 00043650
Umur : 65 tahun
Agama : islam
Alamat : Jl. Sedap Malam Raya no. 21 Taman Yasmin Sektor
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan
b. Riwayat Kesehatan
Pasien Tn. D datang ke UGD pada tangal 11/02/2018 jam 12.00 dengan keluhan
keluhan kejang kaku, mata ke atas sebanyak 2 kali yaitu pada jam 08.00 dan jam
11.00 di rumah, kejang terjadi selama ± selama 10 menit, kelemahan anggota
gerak sebelah kiri dan nyeri kepala hampir diseluruh bagian kepala, VAS 6 .
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes, pasien juga memiliki riwayat DTA pada sept 2017. Riwayat kejang
bulan Juni sudah di MRI di RSPAD
c. Pengkajian primer
Airway : tidak ada secret, lidah tidak jatuh ke belakang, tidak ada suara nafas
tambahan
Breathing : tidak terlihat pengembangan dada, pasien mampu bernafas spontan,
tidak ada penggunaan otot-otot nafas tambahan, irama nafas teratur
dan cepat, RR= 22x/menit
Circulasi : TD= 199/99 mmHg, N = 120 x/m, S= 36oC, CRT<3 detik, akral
hangat, tidak ada sianosis
Disability : keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, GCS (E4,V5,M6)
Exposure : Rambut dan kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat hematoma,
bibir berdarah akibat digigit saat terjadi kejang
d. Pengkajian sekunder
Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun
Medikasi : saat ini pasien mengkonsumsi obat rutin clonidine, janumet, CPG,
twista
Pastilness : keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat selama 10 hari
di RSPAD dengan obs stroke, pasien memiliki riwayat hipertensi
dan DM
e. Triase
f. Pemeriksaan diagnostic
Foto thorak, tgl pemeriksaan 12/02/2018 pukul 16:14 WIB
Kesan : kardiomegali dengan elongasi dan kalsifikasi aorta, fibroinfiltrat
lapangan atas paru kiri DD/TB paru, nodus multiple lapangan atas
kedua paru DD/tuberkuloma
MRI kepala diffusion, tgl pemeriksaan 18/01/2017
Kesan : infark kronic bercampur subacute pada cortex lobus temporalis
kanan serta periventrikuler kanan
MRI MRA kepala, tgl pemeriksaan 12/02/2018 pukul 18.00 WIB
Kesan : infark kronik kortikol subkortikal lobus temporalis kanan dan
infark lacunar kronik basal ganglia kiri, stenosis multiple a. carotis
interna kiri (segmen c5 sd c7 kiri), a. vertebralis bilateral,
a.basilaris, a. cerebri posterior kanan (segmen P1 kanan ), a. cerebri
anterior bilateral (segmen A2 bilateral) dan segmen a. media
bilateral ( segmen M3 kanan dan M2 kiri)
Pemeriksaan Laboraturium, tanggal pemeriksaan 11-02-2018 pukul 13:13
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 16.6 13-16 g/dl H
Hematokrit 47.7 40-48 %
Eritrosit 5.66 4.5-5.5 Juta/ µL H
Leukosit 12.12 5.0-10.0 Ribu/µl H
Trombosit 364 150-450 Ribu/µl
Hitung jenis leukosit
Basofil 0.2 0~1 %
Eosinofil 0.1 1~6 % L
Neutrophil 88.4 52~76 % H
Limfosit 7.1 20-40 % L
Monosit 4.2 2-8 %
Kimia klinik
Ureum 16.9 10-50 mg/dL
Kreatinin 0.83 0.8-1.3 mg/dL
AST (SGOT) 14 <33 u/L
ALT (SGPT) 8 <46 u/L
Natrium (Na) 121 137-150 mmol/L L
Kalium (K) 3,4 3.5-5.5 mmol/L L
Clorida (Cl) 99 94-108 mmol/L
Glukosa Rapid 133 <200 mg/dL
Sewaktu
HbA1c
HbA1c (NGSP) 6.7 -DM : <7% % H
-Diabetes :
>=6.5%
-prediabetes
(5.7-6.4)%
HbA1c (IFCC) 49 -DM : <53 mmol/mol H
mmol/mol
- diabetes : >=48
mmol/mol
-prediabetes :
(39-46)
mmol/mol
g. Terapi
No Terapi Interpretasi
1 Clonidine Obat antihipertensi
2 Janumet Untuk menurunkan gula darah pada DM type II
3 CPG Anti trombolitik untuk mencegah pembekuan agregasi
(clopidogrel) trombosit
4 Twista Obat hipertensi angiotensin blocker dan blocker saluran
kalsium
5 Inj vomizole 40 Mengandung pantoprazole untuk mengurangi produksi
mg asam lambung
6 Citicoline 500 Neurotropic, mengatasi kerusakan jaringan otak dengan
mg meningkatkan aliran darah dan penyerapan oksigen di
otak
7 Tamoliv 1 gr Sebagai antipiretik menurunkan demam/analgetik
misalnya mengurangi nyeri kepala
8 Amlodipine 10 Ca bloker akan menghambat pelepasan saraf simpatis
mg yang merupakan vasokontriksi kuat sehingga mampu
memperlambat HR, menurunkan permintaan oksigen oleh
tubuh, memperbaiki aliran darah arteri coroner dengan
vasodilatasi
h. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Penyempitan pembuluh Ketidakefektif
o.s mengatakan pusing,lemah pada darah serebral an perfusi
tangan dan kaki sebelah kiri, jaringan
keluarga mengatakan Tn. D diameter pemb. mengecil serebral
mengalami kejang 2 kali SMRS,
riw stroke, HT, DM aliran darah ke otak
DO : menurun
kesadaran cm
sesak (+) otak < O2 dan glukosa
TD = 199/99 mmHg
N = 120 x/m ↑PCO2, ↓ PO2, ↑pH
Hb = 16.6 gr/dl ( )
𝑆+2𝐷 Vasodilatasi pemb.darah
MAP=
3
nyeri kepala
= 132,3
Normal MAP = 65-100 ↑ TTIK
MAP tergolong tinggi ketidakefektifan perfusi
c. MRI kepala diffusion, tgl jaringan serebral
pemeriksaan 18/01/2017
Kesan : infark kronic bercampur
subacute pada cortex lobus
temporalis kanan serta
periventrikuler kanan
i. Rencana intervensi keperawatan
Nama pasien : Tn. D Ruangan : IGD
No. Medrek : 00043650 Nama Perawat : Elva Sujana
No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC : a. Kepala yang miring pada salah satu
perfusi jaringan serebral selama 3x24 jam a. Tinggikan kepala 0-45o tergantung sisi atau telentang lurus menekan
berhubungan dengan ketidakefektifan perfusi pada konsisi pasien dan order medis vena jugularis dan menghambat
peningkatan TTIK jaringan cerebral teratasi b. Monitor TTV dan status neurologis
aliran darah vena yang selanjutnya
ditandai dengan dengan kriteria hasil: c. Catat perubahan pasien dalam
peningkatan CPP, a. Tekanan systole dan merespon stimulus akan meningkatkan TIK.
adanya sesak, tekanan diastole dalam rentang d. Berikan terapi cairan (misalnya Meningkatnya ekspansi paru dan
sistol meningkat, yang diharapkan koloid, produk darah, kristaloid) memaksimalkan oksigenasi paru
peningkatan b. Tidak ada e. Berikan terapi oksigen untuk kebutuhan seluler
hemoglobin ortostatikhipertensi f. Kolaborasi pemberian terapi obat ca b. Adanya perubahan perfusi jaringan
c. Komunikasi jelas bloker otak menyebabkan perubahan tanda-
d. Menunjukkan g. Kolaborasi pemberian terapi obat
tanda vital: TD↓, RR↑
konsentrasi dan antiplatelet
orientasi c. Petunjuk non verbal ini
e. Pupil seimbang dan mengindikasikan adanya penekanan
reaktif TIK atau menandakan adanya nyeri
f. Bebas dari aktivitas ketika pasien tidak dapat
kejang mengungkapkan keluhannya secara
g. Tidak mengalami verbal.
nyeri kepala
d. Meningkatkan volume intravaskuler
dan mempertahankan parameter
hemodinamik
e. Oksigen yang tidak adekuat dapat
menyebabkan area iskemik semakin
meluas
f. Ca bloker akan menghambat
pelepasan saraf simpatis yang
merupakan vasokontriksi kuat
sehingga mampu memperlambat
HR, menurunkan permintaan
oksigen oleh tubuh, memperbaiki
aliran darah arteri coroner dengan
vasodilatasi
g. Mencegah pembekuan agregasi
tombosis