Anda di halaman 1dari 14

Bassel Man (BM)

Pertemuan kita hari ini dalam rangka beliau menyusun gambaran, atau mungkin
sistematika mengenai kepercayaan Kaharingan ini. Jadi kami minta Bapak Bajik R.
Simpai, beliau ini adalah tokoh Agama Kaharingan yang melaksanakan upacara-
upacara, baik upacara ritual tiwah, maupun upacara-upacara kelahiran, perkawinan,
kematian. Istilahnya beliau ini adalah Basir menurut orang Dayak.

Romo Daniel (RD):


Jadi yang ingin saya tanyakan, saya melihat bahwa budaya Dayak ini sangat kaya
dan tidak begitu banyak diketahui orang luar. Saya lihat ada banyak persamaannya
dengan Bali. Kalau seandainya budaya Dayak ini diekspos, dijelaskan kepada
masyarakat luar, ditulis dan lain-lain, saya kira budaya ini tidak kalah menariknya
dengan budaya Bali. Oleh karena itu saya pribadi ingin mengetahui sebelumnya, ada
manfaatnya karena kami baru mulai ke arah sana, yaitu kami ingin mengetahui apa
sebenarnya yang dipercayai Agama Kaharingan, bagaimana mengenai Allah atau
Tuhan, sifat-sifatnya, mengenai kejadian dunia ini, mengenai alam roh bila memang
ada keyakinan demikian, mengenai kejadian manusia, mungkin ada juga cerita
legenda dari Agama Kaharingan mengenai asal-usul Bangsa Dayak. Saya katakan
Bangsa Dayak, karena sebelum ada Bangsa Indonesia, Dayak merupakan etnis
tersendiri, jadi saya katakan asal-usul Bangsa Dayak menurut Agama Kaharingan.
Selanjutnya bagaimana jiwa manusia berasal, bagaimana jiwa manusia itu mangalami
kesempurnaan, apakah ada keyakinan mengenai sorga dan neraka seperti agama-
agama lain. KAlau ada bagaimana, kalau tidak bagaimana fsn menurut Agama
Kaharingan sendiri bagaimanakah cara untuk mencapai sorga itu dan untuk
menghindari neraka. Dan juga memang ada Kitab Sucinya, apakah Kitab Suci
Kaharingan? Saya kira itu yang akan saya tanyakan mengenai keyakinan. Sekarang
mohon dijelaskan kepada kami bagaimana keyakinan tentang Tuhan, bagaimana Dia,
namanya, dan lain-lain

Basir Bajik (BB)


Terimakasih, jadi di dalam kehidupan Kaharingan ini sebenarnya sudah tentu
mempercayai Tuhan, dan Tuhan itu Maha Tunggal, yang disebut dengan Ranjing
Hatala Langit...(bahasa Sangiang) . Artinya Dia Yang Maha Kuasa Maha Tunggal
Maha adil Maha Pencipta Jujur dan Pengasih Penyayanga Dialah awal segala-galanya.
Di dalam Kaharingan terdapat beberapa manifestasi dari Tuhan itu sendiri -dari
Ranjing Hatala Langit, yang disebut para sangiang. Jadi sangiang-sangiang ini yang
merupakan malaikat-malaikat dan manifestasi Tuhan. Dan mereka ini banyak dan
sudah tentu mempunyai alam tersendiri. Sesuai denan awal kejadian bahwa Ranjing
Hatala itu adalah kuasa tunggal, disaat Dia menjadikan bumi dan langit ini Dia
mempunyai suatu keinginan yang dia rencanakan melalui tahap demi tahap, sehingga
menurut Kaharingan hitungan hari dalam Kaharingan ini adalah tujuh dan hari yang
ke delapan itu adalah hari yang terakhir. Ini adalah dalam kegiatan penciptaanNya.
Dalam rentetan penciptaan ini kita akan melihat dalam suatu buku yang disebut buku
Panaturan, yaitu Kitab Suci Kaharingan, kita dapat lihat di sana yaitu sejak mulai
awal keberadaan Tuhan sendiri -Ranjing Hatala Langit- dan seterusnya sampai
kejadian di dunia ini.
Manusia pertama menurut Kaharingan adalah yang dinamakan Maharaja Bunuk,
namun Maharaja Bunuk ini masih kita anggap sebagai malaikat Tuhan karena dia
tidak hidup di tengah-tengah kehidupan dunia ini. Dia sudah kembali menyatu kepada
Tuhan dan beliau mempunyai keturunan yang diturunkan menjadi manusia di dalam
dunia ini, di muka bumi ini.

RD:
Maharaja Bunuk ini dulunya di sorga, bagaimana Maharaja Bunuk ini mempunyai
anak atau mempunyai isteri.

BB:
Dia mempunyai isteri langsung dari ciptaan Tuhan juga, dialah pasangannya. Dia
mempunyai anak tiga orang laki-laki dan isteri-isteri dari tiga orang laki-laki ini juga
langsung dari ciptaan Tuhan. Namun salah satu yang, katakanlah tersendiri dalam
ukuran kejadian ini, yaitu Raja Bunuk itu sendiri, karena isterinya diciptakan dari
tanah bumi. Disinilah menunjukkan bahwa keturunan Raja Bunuk adalah keturunan
yang dapat meninggal dunia.

RD:
Jadi Raja Bunuk dari sorga dan isterinya dari bumi?

BB:
Ya, Raja Bunuk dari sorga dan isterinya dari bumi. Nah, dengan demikian
keturunan-keturunan Raja Bunuk yang hidup di muka bumi ini adalah bagian yang
bisa mati, lahir-mati, tetapi Tuhan, Ranjing Hatala, bersabda: "Kalian yang hidup di
bumi, janganlah khawatir, karena ada dua saudara dari Raja Bunuk yaitu Raja Sangen
dan Raja Sangiang yang dapat menyelamatkan dan memproses kehidupan ini untuk
kembali kepada Lewitatau.... (bahasa sangiang), yaitu tempat yang maha mulia yang
ada untuk selamanya. Inilah yang dikatakan, kalau kita melihat sorga, inilah sorganya
orang Kaharingan.

RD:
Untuk mencapai ke sana apa yang harus dilakukan oleh seorang penganut
Kaharingan?

BB:
Untuk mencapai ke sana, di samping perilaku hidup selama dia hidup di bumi ini, itu
terutama. Karena perilaku hidup ini akan mencapai ke terminal akhir hidup tadi,
Lewitatau tadi. Di samping itu ada suatu proses, yang persis keika dia lahir. Karena
kelahiran tentu sudah mempunyai suatu proses. Demikian juga proses dia kembali
juga melalui proses yang sama itu. Oleh sebab itu dalam Bahasa
Kaharingan"......Bahasa Kaharingan"...yaitu proses kelahiran dan proses kembalinya
ke Lewitatau. Proses inilah yang dikatakan sebagai upacara tiwah. Tapi sebelum
Tiwah ini ada suatu proses yaitu....Bahasa Sangiang (sebut X). Timbulnya X....Bahasa
Sangiang... ini dari suatu kematian dari antara suatu keluarga. X ini yaitu sial,
tantangan bagi keluarga itu sendiri (? Tidak jelas). Sebab begini, di kalangan orang
Dayak secara umum, kalau ada seseorang meninggal dari antara keluarganya, itu akan
menimbulkan suatu sial, karena pikirannya tidak normal 'kan? Ada gangguan. Untuk
mencapai kestabilan, kita melaksanakan upacara X. Dengan X ini akan jadi seimbang,
serasi, selaras sebagaimana biasanya. Ini yang dilakukan pertama. Kemudian proses
yang ke dua di dalam X ini, yaitu Y (bahasa Sangiang) yang dikatakan liao, yaitu roh
yang dari Tuhan tadi, yang membuat kita hidup apabila kita mati, itu disebut liao.
Proses yang ke dua ini memproses liao tadi. Proses liao ini kita antar dengan ibunya
kembali dulu sebelum dia kembali ke bapaknya. Pada saat tiwah dari ibu kita
kembalikan ke bapak, dari bapak kita kembalikan ke Yang Maha Kuasa

RD:
Tidak dikembalikan ke bumi?

BB:
Di ibu itu sudah pada bumi, lalu kembali kepada Tuhan. Inilah proses kelahiran
maupun kematian dan dilaksanakan melalui kegiatan yang disebut upacara Tiwah,
upacara kematian tingkat terakhir.

RD:
Pada saat manusia kembali kepada Tuhan, apakah manusia masih memiliki identitas
diri atau melebur kepada Tuhan?

BB:
Pada saat kembali kepada Tuhan dia tidak mempunyai identitas lagi. Dia sudah
menyatu dengan Tuhan, kekal dengan Tuhan. Namun sewaktu proses itu, dia
mempunyai identitas satu persatu. Karena untuk mengenal satu persatu saat dia
diantar ke sana melalui ucapan-ucapan mantera suci Kaharingan, di situ perlu
identitasnya. Tetapi begitu sampai di sana, dia sudah tidak mempunyai identitas,
sudah menyatu dengan Tuhan. Oleh karena itu dia kembali ke Lewitatau....(bahasa
Sangiang) Tempat yang maha mulia, abadi untuk selamanya.

RD:
Apakah ada kemungkinan bahwa manusia itu tidak bisa sampai menyatu kepada
Tuhan sehingga kalau dalam agama lain dikatakan masuk neraka.

BB:
Di dalam Kaharingan neraka memang ada. Proses neraka menurut Kaharingan itu
ada di tengah jalan. Dalam pengantaran...liao tadi, roh tadi, dia akan menemui tempat
yang bernama Guhung Apu. Di Guhung Apu inilah liao ini disucikan dan tidak bisa
ketinggalan di sana, atau tidak bisa ketinggalan di bumi ini. Dia harus diproses di sini,
dibakar sepenuhnya untuk menghilangkan segala apa yang tidak baik yang telah
dilakukan dalam kehidupannya, dalam Guhung Apu ini, neraka ini, dia akan terlepas.
Apu itu api, Guhung itu......, karena di dalam Bahasa Sangiang ini kita tidak bisa
membuat terjemahan letterlijk, tetapi ini semacam suatu neraka-lah dan semua orang
yang mati harus melalui itu, melalui neraka itu.

RD:
Jadi neraka itu hanya sebagai stasiun?

BB:
Semacam rintangan dalam perjalanan menuju stasiun purna.

RD:
Apakah Kitab Suci Agama Kaharingan sudah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia?
BB:
Sudah ada, 653 halaman, dalam waktu 2 tahun saya menterjemahkan dengan
dibantu oleh teman-teman lain. Itu sudah saya lakukan.

RD:
Itu sudah diterbitkan?

BB:
Sekarang kita hanya terbitkan untuk umat Kaharingan sendiri, untuk kalangan
sendiri, sebab kita masih tahap penyempurnaan kalimat-kalimatnya, karena kalimat-
kalimat dalam Bahasa Sangiang ini sulit sekali penafsirannya. Misalnya ada satu
kalimat dalam perkawinan "bla-bla (bahasa sangiang)" kalau kita terjemahkan
letterlijk menjadi "gong kepala patah", itu tidak kena sekali. Padahal "bla-bla (bahasa
sangiang) ini merupakan suatu pedoman bagi perkawinan untuk menuju bahagia
sejahtera. Jadi dalam Bahasa Sangiang ini kalau salah menterjemahkan akan lepas dari
pengertian yang sebenarnya.

RD:
Apakah ada ajaran mengenai hukum karma atau karmapala?

BB:
Ya, sudah tentu. Oleh sebab itulah di dalam perjalanan ke Lewi Tatau, dia akan
melalui neraka tadi, untuk menebus segala karma yang telah dia lakukan.

RD:
Apakah dalam Agama Kaharingan ini, sesuai dengan ajaran karma tadi, mengenal
reinkarnasi?

BB:
Ada, dalam Agama Kaharingan, kita bisa melihat siapa sebenarnya yang reinkarnasi.
Itu ada tanda-tanda yang menunjukkan. Itu sebabnya kita bisa yakin penuh seseorang
yang reinkarnasi atau menjelma ini dari sikapnya, dari ingatannya, itu memang sering
di tanah Dayak ini, tidak hanya dikalangan Kaharingan, itu ada kejadian-kejadian
demikian. Contoh, pada suatu acara Tiwah, ada orang yang menjelma itu tidak boleh
hadir di sana, karena kalau dia hadir di sana, akan spontan ikut kembali ke sana, mati
langsung. Pada saat ini sebelum acara tiwah dilaksanakan, kita check dulu, mungkin
lewat pemberitahuan dari semua keluarga yang ada bahwa ini lahirnya ada kelainan,
mungkin lewat mimpi, dan sebagainya. Pada saat itu kita belum yakin, maka kita uji
dulu, misalnya ada tanda almarhum ini ditiwahkan, lalu dia sakit-sakit, dia sudah tidak
seperti manusia normal, akhirnya kita ada satu lagi cara kita untuk meyakinkan, ada
satu kegiatan lagi yang namanya manenong. Manenong ini kita memanggil malaikat
Tuhan melalui kegiatan ini, apakah ini dia yang .......ataukah hanya sakit-sakitan saja.

RD:
Malaikat Tuhan ini masuk ke tubuh orang?

BB:
bukan, misalnya ada suatu sumpit, kita taruh telur. Sulit sebenarnya sebab telur licin
dan sumpit licin. Padahal bisa berdiri meskipun digoyang. Nah, berarti itu tandanya
benar. Ada beberapa jenis lain, cara menenong itu banyak sekali.

RD:
Dalam tata upacara persembahyangan, bagaimana Agama Kaharingan menyembah
kepada Tuhan, apakah ada aturan tertentu untuk menyembah, sehari tiga kali atau dua
kali, atau dengan mantera tertentu, apakah ada begitu?

BB:
Dalam kaharingan, untuk keharusan tertentu itu tidak ada. Hanya saja Kaharingan
itu sudah dari zaman dahulu sudah ada suatu perkembangan-perkembangan, itu yang
namanya basarah, basarah ini bisa per kelompok atau bersama-sama dalam satu
tempat, jika tidak ada tempat ibadahnya bisa saja di rumah-rumah keluarga. Tata
caranya tata cara tersendiri, melalui kidung-kidung.

RD:
Kidungnya siapa yang membuat?

BB:
Disusun oleh para ulama dari mantera-mantera suci yang digunakan pada saat
upacara-upacara.

RD:
Ada pada kitab Panaturan?

BB:
Ya, ada dalam Kitab Panaturan itu tadi. Disusun sedemikian rupa, suatu contoh pada
saat melakukan upacara basarah, persembahyangan bersama, persembahyangan
keluarga, setelah pembakaran dupa, pembakaran menyan dan sebagainya lalu
dilangsungkan kidung-kidung tadi.

RD:
Jadi memang tidak ada sembahyang, kalau dalam Agama Hindu ada Trisandhya.

BB:
Tapi kita tidak ada semacam itu.

RD:
Tetapi mengapa Kaharingan dimasukkan dalam Agama Hindu Kaharingan?

BB:
Begini, ini cukup panjang ceritanya, karena melalui perjalanan panjang berliku-liku.
Dulu sebenarnya kaharingan ini sebenarnya di tanah Dayak ini hampir seluruh orang
Dayak ini memeluk Kaharingan. Tetapi karena perkembangan zaman banyak sekali
mengalami perubahan karena Kaharingan ini belum pernah diakui pemerintah. Dari
penjajahan Belanda sampai ke Republik ini merdeka tidak ada pengakuan dari
pemerintah. Karena pemerintahan yang adalah negara hukum begitu diatur
sedemikian, Kaharingan lepas dari pengakuan agama. Mulai dari situ terasa sekali
bahwa umat Kaharingan ini memiliki identitas sendiri. Misalnya dalam KTP kita
diharuskan mencantumkan agama. Akhirnya masyarakat Kaharingan untuk
mendapatkan KTP walaupun tidak sama dengan hukum-hukum Hindu itu sendiri,
Kaharingan untuk mencari pengakuan seperti orang jalan, kita ikut di belakangnya.

RD:
Bagaimana kalau dalam pertemuan Mahasabha seluruh umat Hindu, jikalau
pengertian Hindu Dharma atau Hindu Kaharingan atau Hindu Parmalin, kalau mereka
bertemu dalam wacana apa bisa berbicara sama kalau ajarannya berbeda?

BB:
Pengalaman saya tiga kali mengikuti kegiatan Mahasabha ini, hanya yang bisa
menyatukan dalam wcana ini adalah organisasi saja. Kalau ajarannya itu sama sekali
tidak muncul di sana

RD:
Seandainya dari Basir Kaharingan mengundang Pedanda Agama Hindu memberikan
wacana, berarti tidak cocok.

BB:
Tidak cocok, tidak ketemu. Karena yang Pedandanya begini, yang basirnya begini.

RD:
Lalu kalau nama-nama dewa dalam Agama Hindu itu ada yang dikenal dalam
Kaharingan?

BB:
Sama sekali saya melihat mulai dari awal, dewa Hindu itu tidak ada kesamaan. Kalau
fungsinya, di sana ada. Tetapi kesamaan nama tidak ada. Misalnya Ranjing Tembung
Telun, itu bisa kita samakan fungsinya dengan Syiwa. Kalau Wisnu kita samakan
fungsinya dengan Mantir Mamalihing Bungai, karena dia adalahkhusus untuk masalah
kehidupan. Tentang Brahma, itu adalah Raja Tunggal Sihumang, dia Sang Pencipta,
jadi di situ ada fugsinya. Memang di dalam Kaharingan ada tiga dewa utama -
Sangiang Utama: Raja Tunggal Sihumang, Mantir Mamalihing Bungai dan Ranjing
Tembung Telun. Kalau di Hindu ada Brahma, Wisnu, Syiwa. Fungsinya sama,
namanya berbeda.

RD:
Ketiga dewa ini merupakan satu kesatuan atau tiga dewa yang terpisah

BB:
Tiga dewa ini adalah terpisah menurut fungsinya, tetapi satu kesatuan menjadi
Trimurti.

RD:
Disebut apa Trimurti di sini?

BB:
Raja Telu Hatambuang; bla-bla (bahasa Sangiang) dia tiga tetapi satu.
RD:
Apakah Kaharingan mempunyai konsep tentang satu Tuhan seperti Sang Hyang
Widiwasa dalam agama Hindu, dimana Tuhan yang satu itu memiliki tiga manifestasi
ini: Brahma, Wisnu, Syiwa.

BB:
Ya memang Tuhan itu sendiri Maha Tunggal, yaitu Ranjing Hatala Langit tadi. Tuhan
YAng Maha Tinggi di tempat Maha Tinggi, dia Yang Maha Mulia, Maha Adil dan
lain sebagainya. Dengan segala kemaha besarannya ini maka ia digelarkan Ranjing
Hatala Langit Tuntung Mata Randau, dia yang menghidupkan matahari, bulan dan
sebagainya, memberikan terang dikala sianghari. ...........(bahasa Sangiang)
memberikan terang di kala malam, ........(bahasa Sangiang lagi)...Dia adalah Dzat
Yang Maha Suci yang menghidupkan segala kehidupan dalam semesta ini.

RD:
Jadi kalau begitu tiga fungsi ini semacam tiga manifestasi dari Ranjing Hatala Langit
ini.

BB:
Ya

RD:
Kalau dalam Agama Hindu masing-masing manifestasi Hyang Widiwasa itu memiliki
sakti-sakti sendiri. Misalnya Brahma memiliki saktinya, Saraswati. Wisnu saktinya Sri
Laksmi. Syiwa mempunyai saktinya, Parwati atau Durga. Apakah dalam Agama
Kaharingan masing-masing manifestasi Ranjing Hatala Langit itu mempunyai sakti-
sakti seperti itu.

BB:
Ya, sudah tentu. Dia mempunyai sakti-sakti seperti itu sendiri, tetapi sakti-sakti itu
tidak seperti Agama Hindu 'kan ada namanya, tetapi di sini tidak ada namanya. Karena
dia dalam mempunyai saktinya itu melaksanakan fungsinya sendiri. Seperti Ranjing
Tembung Telun, dia yang mempunyai kewajiban, ditugaskan oleh Ranjing Hatala
untuk memproses kematian. Untuk menyatu kepada Ranjing Hatala Langit. Mantir
Mamalihing Bungai dia memelihara kehidupan, sesudah itu Raja Tunggal Sihumang,
dialah Maha Pencipta atau manifestasi Tuhan dalam kehidupan, dialah sebagai
pencipta.

RD:
Tidak berbentuk wanita?

BB:
Tidak berbentuk wanita, hanya berbentuk kekuatan saja.

RD:
Diantara makhluk-makhluk yang disebut malaikat, apakah beda malaikat dengan
dengan tiga manifestasi Ranjing Hatala langit yang disebut para sangiang ini

****
*********************************************************************
*********************************************************************
*********************************************************************
*********************************************************************
*********************************************************************
*********************************************************************
*********************************************************************
************************n lagi saya akan meninggal dunia, orang ini melalui
suatu upacara dapat meminta Raja Tuntung... untuk bisa menyambung, untuk dapat
memberi kesempatan lagi dalam hidupnya, untuk memperpanjang hidupnya di dunia
ini. Merekalah malaikat-malaikat Tuhan yang melalui perantaraannya kita meminta
kepada Tuhan, kepada Ranjing Hatala.

RD:
Apakah dalam agama Kaharingan ditemui roh-roh jahat? Kalau ada, darimana mereka
berasal?

BB:
Roh jahat ini memang panjang ceritanya, karena Ranjing Hatala dalam proses
menciptakan alam semesta ini, dia menciptakan pertama-tama roh jahat, yang pertama
kali malah itu. Lalu Dia percayakan mereka ini untuk mempersiapkan kehidupan
dunia ini sebenarnya. Namun pada proses kepercayaan Ranjing Hatala untuk
mempersiapkan dunia ini lalu dia salah melaksanakan tugasnya. Sehingga Ranjing
Hatala mengambil kekuatan dari ciptaan pertama itu kembali kepada Ranjinga Hatala
dan mereka itu ditempatkan pada suatu tempat di luar kehidupan manusia. Namun
kehidupan mereka ini selalu mengganggu kehidupan manusia karena ada sabda
Ranjing Hatala Langit sendiri bahwa dalam setiap kehidupan manusia sudah tentu
akan mengalami gangguan dari setan-setan atau Iblis tadi

RD:
Disebut apa mereka?

BB:
Namanya Anging Mamalenga Bungai, karena dari setiap ciptaan Tuhan, dia yang
mendahului. Dia yang selalu mendahului setiap kegiatan-kegiatan penciptaan. Maka
Ranjing Hatala Langit mengatakan: "Kamu ini tidak boleh ikut dalam kehidupan
manusia" Anging Mamalenga Bungai mengatakan: "Ranjing Hatala Langit tidak boleh
melarang saya, karena saya adalah ciptaan dari Ranjing Hatala langit sendiri. Karena
kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang sifatnya sementara dan di saat itu juga
saya akan berada di sana." Oleh karena itu dalam kehidupan ini selalu ada gangguan
dari mereka. Namun menurut kepercayaan Kaharingan mereka tidak bisa atau tidak
boleh kita musuhi. Nah, kita berusaha bagaimana cara kita untuk membuat mereka ini
senang, tidak mengganggu dan kita juga menghormati dia karena dia adalah juga
ciptaan Tuhan. Dengan kita menghormati dia, kita memberi sesajen macam-macam
sebagaimana dia perlu, sehingga kita menjadi aman. Oleh karena itu dalam kehidupan
orang Dayak pada umumnya itu ada yang dikatakan upacara Managgar. Upacara
Mananggar ini yaitu kegiatan upacara yang membuat manusia hidup di suatu tempat
menjadi serasi, selaras, seimbang dengan alam tempatnya hidup, ada keharmonisan di
sana.
RD:
Saya lihat tadi, kami sudah ke Bukit Rawi, dan sudah berbicara dengan beberapa
orang, mereka tadi mempunyai seperti merajan kalau di Bali, ada petahu (?), antang
dan lain-lain. Dalam dunia roh, hal-hal ini termasuk apa?

BB:
Mereka itu ada yang berfungsi sebagai dewa penjaga, ada yang berfungsi sebagai,
misalnya petahu berfungsi sebagai penjaga wilayah, penjaga desa. Jatak berfungsi
sebagai penjaga wilayah. Antang juga menjaga suatu wilayah, dan mereka inilah yang
menjaga kita dari gangguan-gangguan setan, Iblis tadi. Sebenarnya antang mempunyai
beberapa fungsi, disamping menjaga kehidupan dari gangguan-gangguan roh-roh
jahat, dia juga bisa diminta petunjuk-petunjuk. Karena melalui antang ini juga bisa
memberikan petunjuk ke mana arah yang kita inginkan apakah ini......(tidak jelas) atau
tidak, itu bisa melalui antang.

RD:
Kalau begitu apakah mereka dapat dikatakan sebagai malaikat-malaikat juga?

BB:
Mereka itu sebenarnya adalah roh-roh suci dari kehidupan di dunia ini.

RD:
Roh-roh orang yang sudah meninggal?

BB:
Roh-roh itu hadir dari kehidupan alam Sangiang sana, yang dihadirkan oleh Ranjing
Hatala untuk kehidupan dunia ini. Tetapi mereka ini ada yang kembali, tetapi ada yang
khusus tinggal di sini. Mereka yang tinggal di sini ini mereka tidak berfungsi sebagai
malaikat, tetapi mereka berfungsi sebagai leluhur manusia yang hidup di dunia ini,
karena mereka berasal dari sana.

RD:
Jadi bukan roh-roh orang mati?

BB:
Bukan, bukan roh orang mati.

RD:
Tetapi apakah tidak mungkin roh-roh orang mati menjadi antang atau jatak?

BB:
Tidak, karena roh orang mati ini sepenuhnya dia akan dikembalikan ke sana.

RD:
JAdi tidak ada hubungan?

BB:
Tidak ada hubungan dengan itu.
RD:
Selanjutnya yang saya tanyakan adalah mengenai upacara-upacara. Upacara orang
lahir, mempunyai anak, sejak dari kandungan, apakah ada tahapan-tahapan?

BB:
Kita mulai dari perkawinan, kemudian perempuan yang mengandung tiga bulan ada
suatu acara yang disebut "palinting...sawan (Bahasa Sangiang). Palinting...sawan ini
adalah pemberian sesajen kepada lingkungan yang mungkin bisa mempengaruhi
kandungan si ibu ini tadi, pemberian sesajen ini sebagai pengganti diri dari si ibu yang
mengandung ini tadi, biar mereka menerima penggantinya ini sehingga ibu yang
mengandung bisa melahirkan tanpa mendapat gangguan apa-apa. Nah itu namanya
Palinting...sawan. Setelah bayi dalam kandungan lima bulan, di situ ada lagi yang
dinamakan ....Y....itu adalah rentetan manik diikat di pinggang perempuan atau ibu
yang sedang hamil, supaya bayi dalam kandungan itu tetap tumbuh subur tetapi tidak
mengganggu fisik si ibu. Kemudian setelah sembilan bulan, belum sepuluh hari,
dilakukan upacara yang namanya mancahancahan badak(?) pada acara ini, manik
yang diikat pertama pada saat upacara Y (lihat yang kandungan lima bulan) diganti
dengan ....badak tadi. Biar besar anak si ibu dalam kandungan ini, tetap bisa lahir. Nah
itu maksudnya. Setelah lahir, ada lagi acara ...XX...yaitu memandikan bayi, setelah
dibersihkan lalu dimandikan oleh bidan, dan itu ada cara tersendiri, misalnya waktu
memotong tali pusat dan sebagainya. Kemudian setelah tali pusat ini putus dengan
sendirinya, ada acaranya namanya Maruah harau (?), karena sebelum putus tali
pusatnya, dia tidak boleh keluar rumah dulu, setelah pusatnya putus baru boleh keluar
rumah. Dia di dekat dinding memgang kayu memijak tanah, supaya bayi ini tidak
terganggu oleh lingkungan alam setempat. Setelah beayi berumur satu tahun mulai
umur tiga bulan sampai satu tahun, ada yang namanya nahunan. yaitupemberian nama
bayi. Kemudian setelah nahunan, setelah beranjak dewasa, itu ada yasng disebut
manatek ka singa (?) kalau di Bali itu ada potong gigi, kalau di sini ada patek atau
tunek ada sejenis rotan yang bergetah hitam, itu digosokkan di gigi, kalau orang tua,
itu sampai hitam giginya. Kalau zman sekarang tidak sampai hitam tetapi hanya dioles
di ujungnya saja.

RD:
Mengapa itu dilakukan?

BB:
Itu hanya symbol saja sebab tidak dipotong, hanya symbol saja

RD:
Maksudnya apa?

BB:
MAksudnya supaya gigi bisa bertahan, tidak diserang oleh penyakit sampai dia mati
nanti tidak akan bisa rontok. Karena kekuatan dari katunek ini tadi semacam suatu
obat yang membuat email lebih tebal, dan menjaga gigi dari kuman-kuman.

RD:
Jadi tidak ada makna rohaninya?
BB:
Tidak ada, dalam Kaharingan tidak ada. Hanya khusus untuk pencegahan, itu saja.

RD:
Kalau laki-laki, bagaimana tanda bahwa dia sudah mencapai dewasa?

BB:
Kalau laki-laki -kalau perempuan kita sudah tahu, dia akan menstruasi- kalau laki-laki
karenanya untuk mencapai dewasa ada melalui suatu tingkat. Contoh misalnya anak
laki-laki kalau akan meningkat dewasa itu dari perobahan suaranya, dan dari
perobahan suaranya ini lalu dia melakukan upacara Potong Rambut. Walaupun dia
sudah dipotong rambut sejak kecil, ini ada suatu upacara Potong Rambut.

RD:
Ada upacara-upacara semacam penyucian?

BB:
Kalau upacara penyucian ada memang, itu namanya ....., namun penyucian ini tidak
disebabkan oleh orang tua atau dosa-dosa atau karena orang ini telah berbuat
kesalahan, tidak. Ini semata-mata suatu keinginan dari keluarga itu sendiri, bahwa
anaknya ini karena dia merasa perlu untuk melaksanakan kegiatan upacara
permandian, sehingga dengan mengantarkan atau pemberitahuan melalui mantera suci
kepada para sangiang di langit bahwa anaknya ini di upacara sucikan, atau
dimandikan agar mereka nanti mempunyai kemudahan dalam kehidupannya. Itu saja
maksudnya

RD:
Adakah pertobatan dalam agama Kaharingan? Seperti Kristen atau Islam, jika orang
berbuat dosa dia bertobat kepada Tuhan, menyesali dosa-dosanya, meminta ampun.
Adakah hal semacam itu?

BB:
Dalam kaharingan itu ada suatu upacara yang bernama xyz(bahasa sangiang) dan
dilanjutkan lagi dengan nama abc (bahasa sangiang)

RD:
Apa yang dilakukan di sana?

BB:
Jadi xyz ini yaitu di dalam kehidupan kita mungkin bisa secara tidak langsung atau
tidak sengaja misalnya membicarakan kehidupan orang lain, padahal itu tidak boleh.
Misalnya kita terlanjur secara tidak sengaja melakukan pemukulan terhadp orang lain,
nah xyz ini, membawa roh kita ke alam sangiang sana untuk disucikan dari kesalahan
yang telah dilakukan. Agar dalam kehidupan seterusnya bisa menyadari perbuatan
yang telah dilakukan itu tidak boleh. Jadi dia nanti bisa berjalan dengan lurus, dengan
baik. Namun dosa yang telah dilakukan tidak bisa dihilangkan. Dosa bisa hilang hanya
pada saat meninggal, yaitu melalui penyucian tadi. Dan yang pertama kali, dia akan
mengalami pembalasan dari kesalahannya ini melalui proses kematiannya. Karena
misalnya orang yang betul-betul mengamalkan dalam kehidupannya, beramal untuk
mencapai terminal itu supaya dia bebas dari segala macam gangguan, dalam
kematiannya dia akan mengetahui jam berapa, menit berapa, hari berapa dia akan
meninggal. Tetapi kalau kita yang tidak mengenal ke sana, kita tidak akan
mengetahui. Mungkin proses meninggalnya melalui kesulitan dan sebagainya.
Walaupun dia melakukan kesucian dalam kehidupannya tetap dia akan melalui
Guhung Apuy tadi, neraka tadi. Karena prosesnya, dia lahir melalui itu dan akan mati
melalui itu juga.

RD:
Apakah dalam Agama Kaharingan, adakah alat penebus? Kalau dalam budaya Jawa
ada orang-orang tertentu yang dianggap sial. Misalnya lahir laki-laki dua orang,
perempuan dua orang atau laki-laki ditengahnya perempuan, atau perempuan dua di
tengahnya ada laki-laki. Semua ini dianggap akan dimakan Dewa Kala, Sang Hyang
Kala, sehingga memerlukan suatu upacara khusus yang dinamakan meruwat. Apakah
dalam Agama Kaharingan ada sial-sial begini yang memerlukan peruwatan seperti itu.

BB:
Ada. Di sini namanya tulak bala atau tulak sial.

RD:
Upacaranya bagaimana?

BB:
Upacaranya dilakukan oleh para Basir, ulama, melelalui proses yang cukup panjang
sebenarnya. Tidak dilakukan hanya satu hari, tetapi sampai tiga hari. Jadi ada
semacam patung dari beras, lalu pada patung itulah, dengan mantera, sebagai
pengganti orang itu. Kalau ada gangguan dari hal-hal yang sifatnya sial tadi, sial ini
tidak akan mengganggu orangnya tetapi mengganggu patung ini sebagai ganti diri
orang itu.

RD:
Apakah ada Basir wanita dalam Agama Kaharingan?

BB:
Kalau dulu ada, sekarang tidak ada lagi. Karena di sini kalau dulu 'kan masih berlaku
orang yang namanya Basir itu begini tatakramanya, kita menghadap. Kalau misalnya
ada Basir perempuan kita memperlakukan dia sebagaimana seorang ulama, itu kalau
zaman dulu. Sekarang orang kalau melihat Basir wanita di mimbar, apalagi kalau dia
cantik, matanya sudah....Oleh sebab itu untuk wanita, biarlah dia mempersiapkan
sesajen saja.

RD:
Dalam agama tertentu, banci yang dianggap sebagai orang yang memiliki kekuatan
magis. Apakah dalam kaharingan ada budaya semacam itu?

BB:
Kalau dalam Agama Kaharingan, seorang Basir tidak seperti itu. Seorang Basir
semata-mata dia menguasai mantera-mantera suci dan untuk kesalamatan hidup dunia
maupun akherat saja. Dia tidak memiliki kekuatan-kekuatan yang misalnya seperti
bisa menjadikan ini, menjadikan itu.

RD:
Tetapi apakah ada dalam budaya Dayak dimana ada orang-orang tertentu yang
mempunyai kekuatan seperti itu.

BB:
Ada, misalnya mereka itu seorang tokoh masyarakat yang disegani. Disegani ini
karena kelakuannya yang baik, dari kemampuannya yang di luar kemampuan orang
lain. Dan dari situlah orang-orang yang semacam itu dia mempunyai kekuatan-
kekuatan yang di luar kekuatan.

RD:
Bagaimana mereka memperoleh kekuatan itu?

BB:
Mereka mendapatnya mungkin dari pertapaan, mungkin dari pengamalannya.
Biasanya seperti itu.

RD:
Jadi ada tradisi bertapa dalam Kaharingan, apa yang dilakukan dalam bertapa?

BB:
Jadi kalau orang Kaharingan bertapa, biasanya dia akan mencari tempat dahulu,
mencari tempat yang sepi, dan tidak mendapat gangguan apa-apa. Kemudian dia akan
memberikan sesajen, semacam pemberitahuan kepada penguasa di situ. Dan dia akan
bertapa di sana tidak makan, tidak minum selama tegantung yang melakukan sendiri.
Bisa tiga hari, tujuh hari atau bisa saja sampai empat puluh hari, bisa juga bertahun-
tahun.

RD:
Ilmu yang di dapat bisa ilmu baik atau ilmu jahat?

BB:
Tetapi sebenarnya ilmu yang didapatkan itu adalah ilmu-ilmu yang baik. Karena ilmu-
ilmu yang jahat sebenarnya memang ada orang diantara yang sebegitu banyak 'kan ada
orang yang seperti itu, hanya mungkin dari seratus orang hanya satu-dua. Tetapi kalau
sepengetahuan saya tidak ada, saya tidak pernah menemui yang seperti itu.

RD:
Karena saya pernah mendengar ada orang yang memiliki kekuatan seperti itu seperti
bisa terbang naik daun dan kekuatan-kekuatan supra natural yang lain.

BB:
Mungkin saja ada, tetapi saya belum pernah mendengar, belum pernah menemui.
Hanya cerita-ceritanya, tetapi saya belum pernah membuktikan.

RD:
Bagaimana pemahaman orang Dayak terhadap budaya Dayak?

BB:
Kalau pemahaman secara umum, walaupun dia sudah memeluk Kristen atau Islam,
kita memahami bersama-sama bahwa nenek moyang itu ada. Dan nenek moyang itu,
setiap orang Dayak wajib menghormati. Jadi kalau ada orang mengatakan, oh dia
sudah Kristen dia tidak memahami leluhurnya, tidak, tidak demikian. Saya yakin
sebetulnya orang Dayak itu menghormati leluhurnya. Contoh misalnya di Bukit Rawi
itu ada ......, itu sewaktu-waktu orang Dayak yang mempunyai nenek moyang di sana
akan jenguk ke sana. Kalau ada waktu dia dalam satu tahun akan datang sekali untuk
menghormati. Apakah dia akan memberikan sumbangan atau dia hanya berkunjung
untuk mohon petunjuk. Itu yang saya lihat. Karena ada orang mengatakan orang
Dayak kalau lain agama tidak lagi dia hormat kepada leluhur. Saya lihat tidak
demikian.

RD:
Dalam budaya Batak ada leluhur yang bernama Si Raja Batak yang menurunkan
orang-orang Batak. Mungkin budaya Kaharingan ada semacam itu yang menurunkan
orang Dayak, satu dari langit atau dari mana, apa ada cerita seperti itu.

BB:
Ada, orang Dayak percaya leluhurnya adalah Tambun Bungai, ini sudah diambil
namanya (sebagai nama lapangan dan gedung pertemuan-red) untuk mengingatkan
orang Dayak bahwa leluhurnya adalah Tambun Bungai zaman dahulu. Lalu ini ada.....

RD:
Jadi mereka adalah manusia biasa?

BB:
Mereka manusia biasa yang kekuatannya melebihi kekuatan manusia biasa.

RD:
Berasal dari mana?

BB:
Berasal dari alam atas sana, dia turun dari alam atas sana ke dunia ini dan mereka
menjadi leluhur kita.
Syahadat:
1. Ranying Hatala awal dari segalanya, maha pencipta
2. Kita hidup di bawah kekuasaan Tuhan, dengan hidup di bawah kekuasaan Tuhan
kita wajib mengikuti hukum-hukum Tuhan.
3. Bumi tempat kita hidup, tempat kita mati, wajib kita menghormatinya,
memeliharanya supaya jangan terjadi hal-hal yang tidak baik.
4. Manusia adalah sama.
5. Kembali kepada Tuhan adalah tujuan akhir.

Anda mungkin juga menyukai