Anda di halaman 1dari 33

BIOMEKANIK DAN KINESIOLOGI

EKSTREMITAS ATAS

Oleh :

Eko Budi Prasetyo, SST.FT

Bahan kuliah, Kinesiologi dan biomekanik

Fakultas Ilmu Kesehatan

UNIKAL, 2011

1
INTRODUKSI KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK

PENDAHULUAN
Kinesiologi
Biomekanik yang diterapkan pada system hidup manusia, yaitu neuromuscular arthrogen system,
dipelajari sebagai Kinesiologi.
Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi biologis melalui metoda mekanika, yaitu
gaya dan pengaruhnya.
Dalam biomekanik dapat dipilahkan:
Biokinetika : mempelajari bagaimana system tubuh bergerak tanpa memperhitungkan
penyebabnya.
Biostatika : mempelajari sistem biologis dlm keadaan diam dgn mempelajari gaya yg
menimbulkan keseimbangan. Misal ketika berdiri, berbaring, duduk dll.
Biodinamika : Studi tentang gerak biologis hubungannya antara pusat masa dan gaya
penyebabnya.
Karena kompleksnya bentuk masa tubuh dimana bila diuraikan menimbulkan gejala yang sangat
kompleks, maka dalam dibuat model penyederhanaan (cybernetica).
Kepentingan biomekanik dalam fisioterapi untuk menganalisis gaya ketika orang diam dalam
keseimbangan dan gaya orang bergerak.

BIOMEKANIKA JARINGAN DAN STRUKTUR SISTEM SKELETAL


Biomekanik tulang dan jaringan tulang

Biomekanik tulang rawan sendi

Biomekanik jaringan ikat collagen


KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIKA PERSENDIAN

1.1. BIDANG GERAK


Bidang gerak tubuh terdiri dar tiga bidang.
Bidang yang memotong tubuh dari sisi kanan-kiri sebagai bidang frontal.
Bidang yang memotong tubuh dari depan-belakang sebagai bidang frontal.
Bidang yang memotong tubuh secara horizontal dari depan-belakang sebagai bidang
transversal.

2
1.2. GERAK FISIOLOGIS SENDI SINOVIALIS
Merupakan gerak yang terjadi pada sendi yang diuraikan dalam tiga bidang gerak, bidang
frontal, bidang sagital dan bidang transversal (horizontal)
Gerak dalam bidang frontal misalnya abduksi-adduksi, elevasi-depresi.
Gerak dalam bidang sagital misalnya fleksi – ekstensi, dorsal fleksi-plantar fleksi.
Gerak dalam bidang transversal misalnya rotasi eksternal-rotasi internal.
Gabungan ketiganya sebagai sirkumduksi.

1.3. BENTUK SENDI SINOVIALIS


Dalam penyederhanaan bentuk sendi dipilahkan dalam 6 bentuk, sendi engsel (hinge
joint), sendi elipsoida (ovoid joint), sendi putar (rotatory joint), sendi datar (flat joint) sendi pelana
(saddle joint), dan sendi peluru (ball and socket joint).
Sendi engsel Memiliki satu derajad kebebasan
gerak rotasi ayun. Contoh humero ulnar joint, tibio
femoral joint, Interphalangeal joint
Sendi ovoid memiliki satu derajad kebebasan
gerak utama rotasi ayun. Contoh wrist joint.
Sendi putar memiliki satu derajad kebebasan gerak
rotasi putar. Contoh radioulnar joint.
Sendi datar memiliki satu derajad kebebasan gerak
geser. Contoh facets joint.
Sendi pelana memiliki dua derajad kebebasan
gerak rotasi ayun. Contoh sternoclavicular joint dan
carpometacarpal I.
Sendi peluru memiliki satu derajad kebebasan
gerak rotasi ayun, satu derajad rotasi putar dan satu
derajad rotasi spin

3
1.4. OSTEOKINEMATIC DAN ARTHROKINEMATIC
Bahwa tiap gerak fungsional sangat kompleks, untuk analisis geraknya perlu diuraikan
dalam osteokinematik dan artrokinematik.

1.4.1. OSTEOKINEMATIC
Osteokinematik adalah gerak sendi hanya dilihat dari gerak tulangnya saja. Pada
osteokinematik dikenal gerak rotasi ayun, rotasi putar dan rotasi spin.

Rotasi ayun.

Rotasi putar.

Rotasi spin.

4
1.4.2. RANGE OF MOTION (ROM)
ROM atau Lingkup Gerak Sendi adalah lingkup yang dicapai pada gerak sendi dalam
bidang gerak dan sumbu gerak tertentu. Pembatasan ROM normal dapat oleh peregangan jaringan
lunak capsule ligamentair, terganjal oleh jaringan lunak, atau oleh pembatasan tulang.
Rasa akhir ROM pada pengukuran ROM pasif disebut end feel, merupakan rasa yang
timbul dari pembatasan gerak tersebut. End feel normal sebagai standard meliputi:
a. Soft end feel: terganjal oleh jaringan lunak. Contoh fleksi siku.
b. Elastic end feel: peregangan jaringan lunak capsule ligamentai. Contoh rotasi
internal/eksternal sendi bahu.
c. Hard end feel: pembatasan tulang. Contoh ekstensi siku.
End feel patologis meliputi:
d. Empty end feel: gerak melebihi ROM normal seolah tanpa penghambat. Contoh pada
dilokasi sendi.
e. Springy end feel: pembatasan oleh ketegangan otot. Contoh fleksi panggul pada posisi
lutut lurus.
f. Firm harder end feel: pembatasan oleh kapsul-ligamen memendek. Contoh rotasi
eksternal pada frozen shoulder.
Pengukuran ROM dengan menggunakan goniometer universal atau khusus dalam derajad,
tetapi pada sendi/bidang gerak tertentu dapat diukur dengan tape measurer dalam centi meter.
Pengukuran ROM aktif yang diukur ketika dilakukan gerak aktif, disini pembatasan juga
ditentukan oleh kekuatan otot yang bersangkutan.

5
1.4.3. ARTHROKINEMATIC
Pada tiap gerak fisiologi selalu terdapat unsur gerak osteokinematic dan arthrokinematic.
Gerak arthrokinematic adalah gerak dilihat dari gerak antar permukaan sendinya, sehingga dikenal
sebagai gerak intraarticular. Terdiri dari traksi-kompresi, translasi, dan spin. Dalam gerak
fungsional disamping gerak disamping terjadi gerak tulangnya, juga terdapat gerak intra artikular
dua atau tiga komponen tersebut.

Traksi-kompresi
Adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap permukaan sendi pasangannya
kearah menjauh-mendekat.

Translasi
Adalah gerak satu permukaan sendi sejajar terhadap permukaan sendi pasangannya.

Spin
Adalah gerak putar sesuai sumbu tulang terhadap permukaan sendi pasangannya.

6
ANATOMI TERAPAN KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK
ANGGOTA GERAK ATAS

1. ANATOMI TERAPAN, KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK BAHU

GLENOHUMERAL SYSTEM
Posisi/sikap dan gerakan yang terjadi pada sendi glemohumeralis selalu berkaitan
dengan seluruh sub sistem dalam scapulohumeral system.

GLENOHUMERAL JOINT
Merupakan ‘ball and socket joint’ dibentuk oleh glenoid
cavity yang cekung menghadap ke lateral serong cranioventral
dengan caput humeri yang berbentuk cembung.
Memiliki 3 derajad kebebasan gerak dalam 3 bidang
gerak dan 3 sumbu utama:
1. Sumbu transversal mengontrol gerak fleksi-ekstensi
dalam bidang sagital
2. Sumbu antero-posterior mengontrol gerak abduksi-
adduksi dalam bidang frontal
3. Sumbu vertikal mengontrol gerak fleksi-ekstensi
dalam bidang horizontal pada posisi lengan abduksi 900
Pada sumbu longitudinal humerus terjadi gerak rotasi

Gerak fisiologis flexion -extension ROM. Flx : 1800 bersamaan rotasi axial, Ext : 30-
0
45 stretched end feel (elastic) dan gerak osteokinematic nya yang utama berupa : spin. Gerak
artrokinematik nya yang utama spin.
Gerak aktif Fleksi berlangsung tiga tahap, tahap I yaitu lingkup 00 sampai 50-600, dilakukan
oleh otot:
M. Deltoid anterior (n. axilaris, radiks C5,C6)
M. Coracobrachialis (n. musculocutanius, radiks C6,C7)
M. Pectoralis mayor serabut clavicular
Tahap II yaitu lingkup 60-1200, dilakukan oleh otot:
Ditambah m. serratus anterior
M. Trapezius ascendence
M. Latissimus dorsi
Tahap III yaitu lingkup 120-1800, dilakukan oleh otot:
m. serratus anterior
M. Latissimus dorsi
m. Erector spine.

Gerak aktif Ekstensi (dan adduksi) oleh:


M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6,C7)
M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)
M. Deltoideus posterior (n. axilaris, radiks C5,C6)

Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang sagital dewasa ROM Fleksi : 1800 elastic
end feel, dan ROM Ekstensi : 600 elastic end feel. dan gerak arthrokinematic nya yang utama
berupa : spin

Gerak fisiologis Abduction dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan end feel elastic
harder. Gerak arthokinematic nya berupa caudal translation
Gerak aktif abduksi dilakukan oleh otot:
M. Deltoid medius (n. axilaris, radiks C5,C6)
M. Supraspinatus (n. subscapularis C5)

Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang frontal orang dewasa ROM
Abduksi: 900 hard end feel.
Gerak isometric Terutama gerak abduksi dilakukan dengan tahanan manual untuk
7
melihat patologi m. Supraspinatus.

Gerak fisiologis Internal rotation dalam bidang tranversal dengan ROM 900 dan elastic
end feel. Dan gerak arthokinematic nya berupa dorsal translation.
Gerak aktif Internal rotation
M. subscapularis (n. subscapularis superior & inferior, C5,C6)
M. Pectoralis mayor(n. pectoralis medialis & lateralis,C5-8,T1)
M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6-8)
M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)

Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang transversal pada orang
dewasa ROM rotasi internal: 900 elastic end feel.
Gerak isometric Gerak rotasi internal dilakukan dengan tahanan manual untuk melihat
patologi m. subscapularis.
Gerak fisiologis External rotation dalam bidang tranversal dengan ROM 800 dan elastic
end feel serta dengan gerak arthokinematic nya berupa ventral translation.
Gerak aktif External rotation
M. Infraspinatus (n. suprascapular, C5,C6)
M. Terses minor (n. axilaris, C5)

Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang transversal pada orang
dewasa ROM rotasi eksternal: 900 elastic end feel.
Gerak isometrik Gerak rotasi eksternal dilakukan dg tahanan manual utk melihat
patologi m. infraspinatus.

Gerak fisiologis Horizontal Abduction dan Horizontal Adduction dalam bidang


trasversal ROM 1200 dan 300 dengan elastic end feel Gerak arthokinematic nya berupa ventral
translation dan dorsal translation.
Gerak aktif Horizontal Abduction
M. Deltoideus posterior (n. axilaris, C5)
Gerak aktif Horizontal Adduction
M. Pectoralis mayor(n. pectoralis medialis & lateralis,C5-8,T1)
M. Deltoideus posterior (n. axilaris, radiks C5,C6)

Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang transversal pada orang
dewasa ROM abduksi horizontal: 300 adduksi horizontal: 1400 elastic end feel.

Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic Traction dengan arah lateral
sedikit serong ventrocranial

Maximally Lose Pack Position adalah posisi dimana kekendoran capsuloligamentairnya


maksimal, yaitu flexion – abduction ± 300 dan sedikit internal rotation.
Close Pack Position adalah posisi sendi dimana terjadi penguncian permukaan sendi
atau koaptasi maksimal, yaitu posisi abduction – flexion penuh.
Capsular pattern : Adalah keterbatasan gerak sendi sebagai akibat pemendekan seluruh
capsulo ligamentair. Yaitu dengan pola ROM :External rotation < Abduction < Internal rotation
Abd
endo Exo

8
SUPRAHUMERAL (JOINT)
Bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi
merupakan celah antara acromion pada bagian atas dan
head of humeri bagian bawah.
Terdapat Bursa subdeltoidea atau subacromialis
dan rotator cuff muscles yang terdiri atas subscapular m,
supraspinatus m, dan infraspinatus m, serta tendon long
head biceps.
Pada saat abduction-elevation terjadi benturan
antara head of humerus dengan acromion, kemudian
diantisipasi dengan humerus external rotation dan atau
scapular abduction.

SCAPULOTHORACAL SYSTEM

ACROMIOCLAVICULAR JOINT
Merupakan plane joint dimana acromion konkaf
menghadap ke medial dan clavicula konveks.
Dalam klinis gerakan yang dijumpai adalah Elevation -
Depression dan Protraction - retraction
Karena yg bergerak acromion yg merupakan permukaan
konkaf maka gerak arthrokinematic nya mengikuti gerak
osteokinematic tersebut, yaitu saat elevation terjadi translasi
acromion ke cranial dan saat depression terjadi translasi acromion
ke caudal
Demikian pula saat protraction terjadi translasi acromion
ke ventral dan saat retraction terjadi translasi acromion ke dorsal.
Gerak arthrokinematic Traction nya selalu kearah lateral searah
acromion ditarik.
MLPP pada posisi netral dan CPP pada posisi protraction penuh.

STERNOCLAVICULAR JOINT
Merupakan sendi jenis ‘Saddle joint’ dimana clavicula
konkaf kearah anteroposterior dan konveks kearah craniocaudal.
Gerak fisiologis dalam klinis seperti pada AC Joint sesuai
gerak osteokinematicnya, gerak arthrokinematicnya saat
elevation – depression terdapat unsur arthrokinematicnya caudal
translation – cranial translation, dan saat protraction – retraction
terdapat unsur arthrokinematic ventral – dorsal translation.
Gerak arthrokinematic Traction selalu searah dengan
tarikan sepanjang axis claviculae MLPP posisi netral.CPP posisi
protraction penuh seperti pada AC Joint.

9
SCAPULOTHORACAL (JOINT)
Bukan merupakan sendi yang sebenarnya, tetapi
merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding thorax yang
dibatasi oleh subscapular m.dan serratus anterior m, dan
dipertahankan oleh otot-otot trapezius, rhomboideus major –
minor,

serratus anterior, dan levator scapula, serta bersama SC


joint merupakan tempat bertumpunya extremitas atas terhadap
tubuh.
Gerakan yang terjadi pada scapulothoracal adalah elevation – depression sesuai dengan
translationnya, dan abduction – adduction sesuai dengan translationnya. Gerak arthrokinematic
Traction nya adalah gerak scapulae menjauh terhadap dinding thorax

SECONDARY JOINTS

INTERVERTEBRAL JOINTS
Sendi intervertebral yang ikut terlibat dalam cervical bawah (C6-
7-Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak bahu flexion
atau abdudtion penuh terjadi rotation kearah ipsilateral dan lateral
flexion juga kontralateral.
Tinjauan osteo- dan arthro kinematic nya dibahas dalam
Cervical- dan thoracal-spine.

COSTOVERTEBRAL (TRANSVERSAL)
Costa 1 – 2 – 3 – 4 secara bertahap mengikuti gerak lengan
seperti pada intervertebral joint dengan winging dan rotation.
Gerak osteo- dan arthrokinematic nya dibahas dalam thoracal
spine.

SCAPULOHUMERAL RHYTHM
 Abduction-elevation of shoulder.
Pada selama gerakan shoulder abduction – elevation dan juga selama flexion terjadi
gerakan osteokinematic yang proporsional antara humerus dan scapula, yang disebut
scapulohumeral rhythm.

Pada awal gerak abduction 0-300 terjadi gerak humerus 300 sementara scapula pada
posisi tetap atau bahkan sedikit adduction.
Pada range 300 - 600 terjadi gerakan yang proporsional antara abduction humerus :
scapula sebesar 2 : 1.
Selanjutnya pada abduction 600 – 1200 juga terjadi humerus external rotation secara
bertahap sebesar 900 karena menghindari benturan acromion dengan head of humerus.
Sementara gerak proporsional antara humerus dan scapula 2 : 1 tetap berlanjut.
Pada abduction 1200 – 1800 gerak proporsional tersebut tetap berlanjut. Pada range ini
mulai terjadi gerakan intervertebral dan costae dan bermakna pada akhir ROM.

10
PALPATION

 M. SUPRASPINATUS
 Posisi Add-Internal rot penuh lengan bawah belakang punggung.
 Palpasi ventrocaudal acromion, arah lateromedial.
 Lokasi tendoperiosteal; tendon.

 M. INFRASPINATUS
 Posisi Sphynx, horizontal Add - external rot.
 Palpasi tuberculum minus arah cranio-caudal.

 M. SUBSCAPULARIS
 Posisi netral sedikit external rotasi
 Palpasi medial tuberculum minus sambil gerak external-internal rot

 TENDON M. BICEPS CAPUT LONGUM


 Posisi netral sedikit external rotasi
 Palpasi sulcus bicipitalis sambil gerak external-internal rot

 BURSA SUBDELTOIDEA
 Posisi extension
 Palpasi ventrocaudal acromion diatas tuberculum mayus humeri.

11
2. KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK SIKU (ELBOW COMPLEX)

Elbow complex merupakan adaptor sendi distal sebagai tujuan dan proksimal sebagai
stabilisator, berfungsi untuk memperpendek atau memperpanjang jarak dan menyesuaikan posisi,
sehingga tangan dapat dalam berbagai posisi fungsional dalam jarak terukur.
Terdiri atas humero ulnar joint, humero radial joint dan proximal radio ulnar joint.

2.1. HUMERO ULNAR JOINT


Hinge joint (gynglimus), dibentuk oleh trochlea humeri konveks
seperti katrol dan capitulum yang berbentuk bola, bersendi
dengan fovea trochlearis ulnae berbentuk konkaf menghadap
serong 450 ventroproximal.

Arthrokinematic dan osteokinematic:


Gerak fisiologis fleksi-ekstensi merupakan gerak
osteokinematik : rotasi ayun dlm bidang sagital.
Gerak arthrokinematik: traksi os ulnae kearah 450
dorso-distal serta translasi saat fleksi: 450 ventro-
proximal dan saat ekstensi kearah 450 dorso-distal.
MLPP posisi fleksi 700 dan antara pronasi-
supinasi.
CPP maximal extension.
Capsular pattern Humeroulnar joint ROM :
ekstensi > fleksi.

2.2. HUMERO RADIAL JOINT


Hinge joint dibentuk oleh trochlea humeri berbentuk konveks
seperti bola, bersendi dengan fovea trochlearis radii berbentuk
konkaf seperti mangkuk menghadap ke proximal searah sumbu
os radii.

Arthrokinematic dan osteokinematic


Gerak fisiologis fleksi-ekstensi sesuai dengan gerak
humero ulnar joint dlm komponen osteokinematik rotasi ayun
dalam bidang sagital.
Gerak arthrokinematic traksi ke distal searah sumbu
longitudinal os radii, gerak translasi saat fleksi kearah ventral dan
saat ekstension kearah dorsal tegak lurus sumbu radii.
MLPP dan CPP sesuai dengan humero ulnar joint.

12
2.3. PROXIMAL RADIOULNAR JOINT
Jenis sendi putar, dibentuk oleh capitulum radii yang berbentuk
konveks seperti silinder, bersendi dengan fovea radii berbentuk
konkaf seperti seperempat pipa.

Arthrokinematic dan osteokinematic :


Sendi putar, yaitu perputaran capitulum radii terhadap fovea radii
os ulna bersama dengan distal radioulnar joint, dalam klinis gerak
pronasi – supinasi.
Arthrokinematiknya berupa gerak translasi saja, pronation terjadi
translasi caput radii ke dorsal dan saat supinasi terjadi translasi ke
ventral.
Elbow complex secara bersama ternyata pada saat extension
ternyata terdapat gerak abduction atau valgus dengan medial
translation dan pronation, sebaliknya pada saat flexion terjadi
adduction atau varus dan supination. Rumus MEP : Medial-
Extension-Pronation.

1. PASSIVE FLEKSI SIKU


ROM. Flx. : 140-1600 soft end feel, pembatasan oleh terjepitnya
jaringan lunak lengan atas dan bawah sisi volair. Besarnya ROM
ditentukan oleh besarnya otot fleksor dan lemak lengan atas.

2. PASSIVE EKSTENSI SIKU


ROM. Ext. : 0-50 hard end feel, oleh pembatasan tulang dengan
tulang.

3. PASSIVE PRONATION LENGAN BAWAH


ROM. Pronasi . : 850 harder end feel karena benturan os radius
dan ulna yang dibatasi jaringan lunak.

4. PASSIVE SUPINATION LENGAN BAWAH


ROM. Supinasi : 950 elastic end feel karena regangan system
kapsulo-ligamentair.

5. GERAK ACTIVE FLEKSI SIKU


Tiga otot fleksor siku utama adalah:
M. Biceps brachii (n musculocutaneus, C5 C6) Penggerak utama
fleksi siku dan supinasi.
M. Brachialis (n musculocutaneus, C5 C6)
M. Bracioradialis (n. radialis, C5 C6)
Fungsi fleksi siku pada posisi radioulnar netral.

13
6. GERAK ACTIVE EKSTENSI SIKU
M. Triceps brachii. (n. radialis, C7 C8)
kerja otot (lihat gambar)
M. Anconeus (n. radialis, C7 C8)

7. PRONASI DAN SUPINASI

14
KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK WRIST-HAND AND FINGER

Wrist-Hand and Finger tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks, merupakan
terminal fungsi sebagai organ komunikator, sensor maupun motor dengan ROM luas dan
bervariasi serta mudah cidera.
Terdiri atas 28 tulang, 30 sendi, 19 otot intrinsich dan 20 extrinsich. Dalam aktifitas
ditunjang stabilitas dan dasar gerakan bahu dan siku.

DISTAL RADIOULNAR JOINT

Struktur sendi :
Jenis sendi putar, dibentuk oleh distal capitulum ulnae
yang convex dengan radius yg concave. Sendi ini pada lengan
bawah diperkuat lig. interosseus radioulnaris.

Arthrokinematic dan osteokinematic:


Gerak pronasi dan supinasi dengan ROM 80 harder end
feel dan 1000 elastic end feel.
Gerak arthrokinematic translasi radius terhadap ulna
dengan arah sama.
MLPP pada posisi antara pronasi dan supinasi, CPP posisi
pronasi penuh.
Capsular pattern : Pronasi sama terbatas dengan supinasi.

RADIOCARPAL JOINT
Merupakan ovoid joint dimana os radius konkaf
menghadap kedistal sedikit serong kepalmar 50 bersendi dengan
carpus yang berbentuk konveks.
Os ulnae dengan carpus tetapi melalui diskus.
Arthrokinematic dan osteokinematic:
Gerakan yang dijumpai adalah Palmar- dan Dorsal Flexion serta Ulnar- dan Radial
Deviation. dengan end feel elastic ulnar deviasi elastic harder.
Karena yang bergerak carpus dgn. permukaan convex
maka gerak arthrokinematic nya adalah : traction ossa
carpea selalu kearah distal searah axis os radii (serong
150) sedangkan translation selalu berlawanan arah, yaitu
saat palmar flexion translation ke dorsal dan saat dorsal
flexion terjadi translation ke palmar. Demikian pula saat
ulnar deviation terjadi translation ke radial dan sebaliknya
saat radial deviation translation ke ulnar.
MLPP pada posisi sedikit palmar flexion (50) dan
ulnar deviation (50).
CPP pada posisi dorsal flexion penuh.
Capsular pattern : Extension lebih terbatas dp
flexion.

15
INTERCARPAL JOINT

Struktur sendi
Scapoideum, lunatum dan triquetrum
merupakan sendi datar yang dihubungkan dengan
lig. interosseum kurang kuat dan merupakan
deretan proximal dari Mid carpal.
Deretan distal terdiri atas trapezium,
trapezoideum, capitatum dan hamatum yang
dihubungkan oleh lig. interosseum secara kuat.
Antara kedua deretan ini membentuk sendi Mid
carpal.

Arthrokinematic dan osteokinematic


Gerak fisiologis dalam klinis merupakan gerak geser antar tulang intercarpalia. Pada
mid carpal ternyata memiliki ROM yang besar, dimana pada saat gerak palmar- dan dorsal
flexion penuh terjadi gerak 300
MLPP posisi netral dan CPP posisi dorsal flexion.

16
CARPOMETACARPAL JOINT (CMC) I

Jenis Saddle joint dibentuk oleh


trapeziometacarpal I

Arthrokinematic & osteokinematic


Gerakan flexion/extension = 45-50°/0/0° dan
abduction/adduction = 60-70°/0/30°.
Traction selalu kearah distal. Translation
untuk flexion/extension searah dengan gerakannya
sedangkan abduction berlawanan arah dengan
gerakannya.
MLPP pada posisi tengah dan CPP pada posisi
opposition.
Capsular pattern adalah abduction dan extension
sama terbatas.
CMC II – III – IV – V.
Struktur sendi
Sendi CMC II, III, dan IV merupakan sendi datar, sedang CMC
V merupakan sendi saddle.

Arthrokinematic dan osteokinematic


CMC III paling stabil dan CMC V paling mobile yaitu flexion
10 , extension 100 dg beberapa derajat abduction pronation, dimana
0

dalam klinis membentuk arcus.

METACARPOPHALANGEAL (MCP) JOINT I–II–III–IV–V.


Struktur sendi
Merupakan sendi condylair dg caput metacarpal biconvex.

Arthrokinematic dan osteokinematic


Gerakan sendi flexion MCP I, II-V 500, 80-850 extension 00, 30-
350 dan abduction-adduction pada posisi netral (00) MCP I, II-V sebesar
70°/0/30°, 20-30°/0/20-30°.
Basis phalanx merupakan permukaan yang concave, dengan demikian
traction selalu kearah distal sesuai axis longitudinal phalanx, sedang
translation mengikuti gerak palanx yaitu saat flexion terjadi translation
kepalmar dan sebaliknya saat extension terjadi translation kedorsal.
MLPP posisi semi flexion dan CPP posisi extension penuh.
Capsular pattern flexion lebih terbatas dari extension.

17
PROXIMAL & DISTAL INTERPHALANGEAL (PIP & DIP)

Struktur sendi
Merupakan sendi hinge dg ujung proximal
konveks dan distal konkaf.

Arthro- & osteokinematic :


ROM flexion/extension bervariasi (lihat anatomi
terapan). Traction selalu kearah distal searah dg
axis longitudinal phalanx dan translation searah
geraknya.

MLPP pada posisi semiflexion dan CPP full


extension.

GERAK WRIST, HAND AND FINGER

1. GERAK PRONASI PASIF


Os radius digerakkan mengelilingi ulna. ROM 850 dg elastic harder
end feel.

2. GERAK SUPINASI PASIF


Os radius digerakkan mengelilingi ulna
ROM 900 dg elastic end feel.

3. GERAK PALMAR FLEKSI PASIF


Osssa carpea digerakkan palmar flexion thd radius. Ketika dorsal
fleksi, scapoid dan lunatum bergerak 300, os lunatum bergeser ke
dorsal. ROM total 850 dg elastic end feel.

4. GERAK DORSAL FLEKSI PASIF


Osssa carpea digerakkan dorsal flexion thd radius. Ketika dorsal
fleksi, scapoid dan lunatum bergerak 300 , os capitatum bergeser ke
palmar, Total ROM 850 dg elastic harder end feel.

5. DEVIASI ULNAR PASIF


Osssa carpea digerakkan kearah ulnar deviasi terhadap radius. ROM 450 dg elastic end feel. Gerak
intercarpal bagian proksimal ke medio-proksimal os capitatum terdorong ke distal.

6. DEVIASI RADIAL PASIF


Osssa carpea digerakkan kearah radial deviation terhadap radius. ROM 150 dg elastic end feel.
Gerak intercarpal bagian proksimal ke latero-distal os capitatum terdorong proksimal.

7. PALMAR FLEKSI ISOMETRIK


Flexor carpi radialis m. dan flexor carpi ulnaris m.
Nyeri kemungkinan dari patologi pada tendon flekor tangan dan jari. (golfer’s elbow)

8. DORSAL FLEKSI ISOMETRIK


Extensor carpi radialis longus dan brevis ms. dan extensor carpi ulnaris m.
Nyeri kemungkinan dari patologi pada Extensor carpi radialis longus dan brevis ms. dan extensor
carpi ulnaris m. (tennis’s elbow)

9. ULNAR DEVIASI ISOMETRIK


Oleh extensor carpi ulnaris m dan extensor carpi ulnaris m. Rasa nyeri kemungkinan dari patologi
pada otot tsb.

10. RADIAL DEVIASI ISOMETRIK


Oleh Extensor carpi radialis longus dan brevis ms. dan flexor carpi radialis m. Nyeri kemungkinan
dari patologi pada otot tsb.

18
10. REPOSISI PASIF CMC I
Gerak ibujari menjauhi kelingking. Terbatas dan nyeri kemungkinan karena capsular pattern CMC
I.

12. OPPOSISI PASIF CMC I


Gerak ibujari kearah kelingking.

11. ISOMETRIC MCP I EXTENSION.


Nyeri kemungkinan dari patologi pada Extensor pollicis longus dan brevis ms.

12. ISOMETRIC MCP FLEXION


Nyeri kemungkinan dari patologi pada flexor pollicis m.

13. ISOMETRIC MCP I ABDUCTION


Nyeri kemungkinan dari patologi pada Abductor pollicis longus dan brevis

14. ISOMETRIC MCP I ADDUCTION


Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor pollicis longus dan brevis
15. EKSTENSI PASIF MCP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern MCP.

16. FLEKSI PASIF MCP II-V


Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern MCP

17. EKSTENSI PASIF MCP II-V


Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern PIP bila flexion < extension.

18. FLEKSI PASIF PIP II-V


Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern PIP

19. EKSTENSI PASIF DIP II-V


Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern DIP bila flexion < extension.

20. FLEKSI PASIF DIP II-V


Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern DIP

21. ABDUKSI ISOMETRIK JARI II-III


Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari II-III

22. ABDUKSI ISOMETRIK JARI III-IV


Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari III-IV

23. ABDUKSI ISOMETRIK JARI V


Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari III-IV

24. ADDUKSI ISOMETRIK JARI V


Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari V

25. ADDUKSI ISOMETRIK JARI IV


Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari IV

26. ADDUKSI ISOMETRIK JARI II


Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari II

19
PREHENSION OF THE HAND

a, b dan c d 1) 2) dan 3)

a. Prehension of terminal opposition Oleh m. flexor digitorum profundus dan m. flexor


pollicis longus (n. Medianus)
b. Prehension of subterminal opposition Oleh m. flexor digitorum sublimis (jari I) dan thenar.
c. Prehension of subtermino-lateral opposition Oleh m. interosseus posterior I, m. fexor
pollicis brevis, m. adductor pollicis dan m. interosseus anterior.
d. Integral latero-lateral prehension
4.
1) Tridigital grip,
2) Tetradigital grip dan
3) Pentadigital grip

FUNCTIONAL OF THE HAND

20
ANATOMI TERAPAN, KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK
ANGGOTA GERAK BAWAH

ANATOMI PANGGUL DAN GELANG PANGGUL.

PELVIS.

Struktur tulang pembentuk pelvis:


Ilium - Pubis – Ischium.
Sacrum – Coccygeus
Merupakan satu rantai tertutup.

Sacrum berhubungan dg kolumna vertebralis sbg


lumbosacral joint dan berhubungan dengan pelvis sbg sacroiliac
joint, coccygeus berhubungan dg sacrum sebagai sacrococcygea.
Antar pelvis kiri-kanan dihubungkan symphisis pubis dan
berhungan dg anggota gerak bawah sbg hip joint.
Hubungan antara lumbale-pelvis-hip merupakan satuan
fungsi kompleks, dmn dalam fungsi gerak tubuh, ambulasi dan
gerak anggota bawah selalu terjadi secara bersama. Pada gerak
fleksi lumbale posisi berdiri selalu diikuti gerak sacroiliaca dan
hip secara proporsional. Demikian pula gerak fleksi panggul
ataupun berjalan, gerak panggul diikuti gerak sacro iliac dan
lumbale.

SACRO ILIAC JOINT.

Bentuk sendi huruf “L“ merupakan jenis : Sendi sinovial


dan syndesmosis.
Permukaan sacrum konkaf.
Ilium: fibrocartilage, sacrum hyaline cartilage, tebal 3 kali, makin
tua → tak rata.
Gerak rotasi kecil dlm bentuk nutasi–kontra nutasi.
Oleh BB → nutasi → lumbar lordosis

Sistem ligamenta:
Dihubungkan oleh lig sacrointerosseus (terkuat), lig. sacrospinal,
dan lig sacrotuberal ↔ menahan nutasi, Lig sacroiliaca anterior
(tertipis) dan lig sacroiliaca posterior yg menahan kontra nutasi,
serta lig iliolumbal.

Tak ada otot yg langsung melekat pada sacrum dan pelvis.

Innervasi: Dari seg. L3-S1 dan N. Gluteus superior (L3-S1)

SACROCOCCYGEAL JOINT

Umumnya menyatu oleh discus fibro-cartilage.

Tak ada gerak.

21
SYMPHYSIS PUBIS

Jenis sendi cartillagenius, terdapat discus interpubica.

Gerakan : gerak geser mengikuti gerak nutasi-kontra nutasi.

HIP JOINT
Jenis : ball and socked joint.
Dibentuk: acetabulum pertemuan antara os ilium,
os ischium, dan os pubis sebagai mangkuk sendi.
Dilapisi cartilago hyalin dan tertutup lagi glenoid
labrum yg mrpk cartilago fibrosa, keduanya tebal
ditepi dan tipis di tengah.
Caput femoris ½ bola dilapisi cartilago hyaline
kedistal sbg collum femoris (sering fraktur), ke
distal terdapat trochantor mayor dan minor,
selanjutnya kedistal sbg femur.
Sistem ligamenta:
Diperkuat oleh 5 ligamenta yg kuat: lig teres
femoris, lig acetabulare, lig acetabulare tranversus,
lig iliofemorale, dan lig ischiofemorale.
Arthrokinematic dan osteokinematic:

1. FLEKSI PASIF
Posisi terlentang dg lutut fleksi:
ROM : 1600 soft end feel.

Posisi terlentang dg lutut ekstensi:


ROM : 900 springy end feel. Pembatasan oleh ketegangan otot
hamstrings.

2. EKSTENSI PASIF
Posisi terlungkup :
ROM : 300 springy end feel. Pembatasan oleh ketegangan m. ilio
psoas.
Bila lutut fleksi penuh ROM : 100 springy end feel. Pembatasan
oleh ketegangan m. rectus femoris.

3. ABDUKSI PASIF
Posisi terlentang gerak tungkai kesamping.
ROM: 300 dg springy end feel. Pembatasan oleh ketegangan
mm. adductors.

4. ADDUKSI PASIF
Posisi terlentang dengan tungkai contra lateral fleksi dan
tungkai yang diukur lurus dibawahnya, gerak tungkai
kedalam.
ROM: 150 dg springy end feel. Pembatasan oleh ketegangan
mm. abductors.

5. ROTASI INTERNAL PASIF


Posisi telungkup dg lutut fleksi 900
22
ROM 900 elastic end feel. pembatasan oleh kapsulo
ligamenter.

6. ROTASI EKSTERNAL PASIF


Posisi telungkup dg lutut fleksi 900

ROM 900 elastic end feel, pembatasan oleh kapsulo


ligamenter.

7. FLEKSI ISOMETRIK
Posisi terlentang dg lutut fleksi 900

Gerakan oleh m. ilio psoas.

8. EKSTENSI ISOMETRIK
Posisi telungkup dg lutut lurus

Gerakan oleh m. gluteus maksimus.

9. ABDUKSI ISOMETRIK
Posisi terlentang dg lutut lurus
Gerakan oleh m. gluteus medius dan iliotibialis.

10. ADDUKSI ISOMETRIK


Posisi terlentang dg lutut lurusGerakan oleh m.
adductors.

11. ROTASI INTERNAL ISOMETRIK


Posisi telungkup dg lutut fleksi 900

Gerakan oleh m..

12. ROTASI EKSTERNAL ISOMETRIK


Posisi telungkup dg lutut fleksi 900

Gerakan oleh m..

23
Kinesiologi dan Biomekanik sendi lutut

Knee joint merupakan perantara Ankle and Foot dengan Hip, berfungsi sebagai stabilizator dan
penggerak.
Terdiri atas Tibiofemoral joint, patello femoral joint dan Proximal tibio fibular joint.

1. TIBIOFEMORAL JOINT.

Struktur sendi
Jenis Sinovial Hinge joint yg. punya dua derajat
kebebasan gerak rotasi ayun dan spin sebagai
gerak fisiologis :
Fleksi – ekstensi dlm sumbu latero-medial, bidang
sagital
Rotasi internal-eksternal dlm sumbu vertical
bidang transversal.

Terdapat meniscus medialis (‘C’) dan meniscus


lateralis (‘O’) yang terikat lig coronarius.

2/3 dalam meniscus avascular (nutrisi dari


synovium), tidak memiliki syaraf afferent,
sepertiganya (perifer) memiliki vascular (nutrisi
dari darah) dan ujung polymodal.
Seolah membentuk sendi : tibia – meniscus –
femur

Fungsi: Sebagai peredam gaya axial, melicinkan gerak lutut dan


cegah friksi sendi

Pada abduksi-rotasi internal meniscus lateral terjepit, dan pada


adduksi-rotasi eksternal meniscus medial terjepit.

Stabilitas pasif lutut:


Disamping oleh struktur tulang dan meniscus,
Stabilisasi oleh sistem ligament:
Lig. Collaterale medial
Stabilisasi thd gaya valgus
Lig. Collaterale laterale
Stabilisasi thd gaya varus
Cruciat lig extra articular.
Lig. Cruciatum anterior
Stabilisasi tibia thd gaya anterior
Lig. Cruciatum posterior
Stabilisasi tibia thd gaya posterior

Arthrokinematic dan osteokinematic


Osteokinematic :
Hinge joint dengan gerak rotasi ayun dalam
bidang sagital sebagai fleksi-ekstensi, rotasi spin
pada posisi menekuk dalam bidang transversal
sebagai rotasi internal dan eksternal.
Pada ekstensi terakhir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal

24
closed rotation phenomen.
Disamping itu juga terjadi gerak valgus

Traksi dan kompresi dg arah caudal-cranial searah sumbu


longitudinal tibiae.

Translasi ke dorsal saat fleksi dan ke ventral saat ekstensi.


Translasi medial dan lateral terjadi saat fleksi-ekstensi.

2. PATELLO FEMORAL JOINT

Struktur sendi

Modified plane joint

Permukaan patella tertutup cartilage tebal.

Fungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangsi friction


Quadriceps.
Kerja Quadriceps lebih efisien pada extension 30° terakhir.

Malalignment menimbulkan patellofemoral athralgia


(chondromalacia ).

Arthrokinematic dan osteokinematic

Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak


lurus - melengkung kemedial - lurus.
Gerak geser patella keproximal dan kedistal saat extension dan
flexion. Saat extension disertai gerak geser patela kemedial
hingga kembali lurus.
3. PROXIMAL TIBIO FIBULAR JOINT

Struktur sendi
Plane sinovial joint antara caput fibulae dengan tibia.

Gerakan karena pengaruh gerak Ankle joint kecranial dorsal.

10 % populasi kapsul sendinya menyatu dengan


tibiofemoral

Arthrokinematic dan osteokinematic :


Arthrokinematic :
Gerak geser cranial dan dorsal saat ankle dorsi fleksi dan plantar
fleksi.

25
ANALISIS GERAK LUTUT.

GERAK PASIF FLEKSI


Posisi terlentang hip fleksi 900:
• ROM : 0 – 1600 soft end feel, oleh penekanan jaringan lunak.
• Dapat ditambah valgus dan rotasi pada Fleksi penuh sehingga
tumis dilateral trochantor major.
• Traksi tibia kedistal searah as longitudinal
• Translasi tibia ke posterior

GERAK PASIF HYPER EXTENSION


Posisi terlentang :
• ROM : 0 – 100 hard end feel, oleh pembatasan tulang.
• Penguncian dengan rotasi eksternal.
• Terjadi gerak valgus
• Translasi tibia ke anterior

GERAK PASIF ROTASI MEDIAL TIBIA DLM FLEXION


ROM : 30-350 dg elastic end feel oleh ketegangan ligament
Posisi telungkup 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:

GERAK PASIF ROTASI LATERAL TIBIA DLM FLEXION


ROM : 45-500 dg elastic end feel oleh
Posisi telungkup 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:

Pada gerak ini harus di isolasi gerak inversi dan inversi pergelangan kaki.

ISOMETRIC KNEE FLEXION

Posisi terlentang 600 knee flexion


Gerak lutut menekuk, Oleh mm. hamstring,
(m. bicepsfemoris, m. semimembranosus dan m.
semitendinosus), m. gracilis, m. sartorius, m. popliteus dan m.
gastrocnemius.

ISOMETRIC KNEE EXTENSION


Posisi terlentang Knee semi flexion.
Gerak lutut lurus, oleh m. quadriceps.
(m. Rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus intermedius
dan m. vastus lateralis.

26
ISOMETRIC ROTASI INTERNAL
Posisi terlentang 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:

Gerak rotasi tibia kelateral, oleh m. sartorius, m.


semitendinosus, m. semimembranosus, m. gracilis dan m.
popliteus.

ISOMETRIC ROTASI INTERNAL


Posisi terlentang 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:

Gerak rotasi tibia kemedial oleh m. biceps femoris dan m.


tensor fascia latae.

27
ANATOMI TERAPAN, KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIK
PERG. KAKI DAN KAKI

Ankle and Foot merupakan distal ektremitas bawah yg berfungsi sebagai stabilizator dan
penggerak. Terdiri atas Distal TibioFibular joint, Ankle joint / TaloCrural joint, SubTalar / Talo
calcaneal joint, Inter Tarsal joint, Tarso Metatarsal joint, Metatarso Phalangeal joint, Proximal- dan
Distal- Interphalangeal joints.
Tulang pembentuk kaki adalah sbb :
1) Os talus paling atas
2) Os calcaneus, paling belakang
3) Os navicularis, medial
4) Os cuboideus, lateral
5) Ossa cuneiforme lateral – middle – medial,
6) Ossa metatarsalia 5 buah dan
7) Ossa palangea 14 buah.

Fore foot; ta : ossa metatarsalia dan ossa phalangea.


Mid foot; ta: os navicularis, os cuboid dan ossa
cuneiforme
Rear foot; ta: os talus dan calcaneus.(Subtalar joint/Talo
calcaneal joint)
Ada dua arcus Longitudinal arc dan transverse arc :
Longit arc : merupakan kontinum dari calcaneus dan
caput metatarsal.
Transverse arc bagian proksimal dibatasi os cuboideum,
lateral cuneiforme, mid cuneiforme dan medial
cuneiforme lebih cekung dan pada bagian distal oleh
caput metatarsalia yang lebih datar.

Fungsi utama ankle and foot :


• Membentuk dasar penyangga
• Berfungsi sebagai peredam kejut
• Berfungsi sebagai penyesuai mobilitas
• Membentuk pengungkit kaku

Kelainan / sakit pada kaki dapat menimbulkan gangguan mekanik dan gangguan fungsi pada
sendi lutut, pelvis & hip, lumbar spine dan lebih jauh gangguan cervical spine.

2.1. DISTAL TIBIOFFIBULAR JOINT.


Struktur sendi
Jenis Sindesmosis joint dg. satu kebebasan gerak kecil, membuka dan
menutup garpu.
Diperkuat anterior dan posterior tibiofibular ligament dan interosseum
membrane/lig.

Arthrokinematic dan osteokinematic


Gerak geser (translation = slide) dalam bidang sagital sangat kecil dan
gerak angulasi dalam bidang frontal sbg membuka dan menutup garpu.

28
2.2. ANKLE JOINT (TALO CRURAL JOINT)

Struktur sendi
Merupakan hinge joint yg dibentuk oleh cruris (tibia & fibula) dan os
talus.
Diperkuat oleh ligamenta tibio fibular lig sisi superior; juga posterior,
inferior dan anterior, Tibiotalar lig; serta posterior, inferior dan anterior
Talofibular lig.

Arthrokinematic dan osteokinematic


Gerakan hanya Plantar flexion dengan ROM : 40 – 500 hard end
feel
Dorsal flexion.ROM : 20 – 300 elastic end feel.
Traction terhadap talus selalu kearah distal.
Translation untuk gerak dorsal flexion kearah posterior dan untuk
plentar flexion kearah anterior.

2.3. SUB TALAR JOINT (TALO CALCANEAL JOINT)

Struktur sendi
Merupakan sendi jenis plan joint dibentuk oleh Talus dan Calcaneus bones.
Diperkuat oleh ligamenta Talocalcaneal lig.

Arthrokinematic dan osteokinematic :


Gerakan yang terjadi abduction (valgus) ROM : dan adduction (varus)
ROM keduanya hard end feel.

29
2.4. INTER TARSAL JOINT

TaloCalcaneo navicular joint


Memiliki cekungan permukaan sendi yang kompleks, termasuk
jenis sendi plan joint.
Diperkuat oleh lig:
1. Plantar Calcaneonavicular lig

Calcaneocuboid joint
Merupakan plan joint; Bersama alonavicularis membentuk
tranverse tarsal (mid tarsal) joint .
Diperkuat lig :
1. Spring lig
2. Dorsal talo navicular lig
3. Bifurcatum lig
4. Calcaneo cuboid lig
5. Plantar calcaneocuboid lig.

Cuneo navicular joints


Navicular bersendi dg cuneiforme I, II, III ; berbentuk konkaf.
Cuneiforms bag. plantar berukuran lebih kecil, bersama cuboid
membentuk tranverse arc.
Gerak utama plantar-dorsal flexion. Saat plantar flexion terjadi gerak
luncur cuneiform keplantar.

Cuboideocuneonavicular joints
Cuneiform III-cuboid sbg sendi utama, berupa plan joint. Gerak
terpenting : Inversion dan eversion. Saat inversion cuboid translation
ke plantar medial terhadap cuneiforme III

Intercuneiforms joints
Bersama navicular membentuk tranverse arc, saat pronation-
supination atau eversion-inversion terjadi pengurangan-penambahan
arc.
Arthrokinematikanya berupa Gerak translasion antar os tarsal satu
terhadap lainnya.

30
2.5. TARSO METATARSAL JOINT (TMT)
Cuneiforms I–II–III bersendi dg metatarsal I–II–III, Cuboid bersendi
dg metatarsal IV–V.
Metatarsal II ke proximal sehingga bersendi juga dengan cuneiforme
I dan III, sehingga sendi ini paling stabil dan gerakannya sangat
kecil.
Gerakan TMT joint plantar dan dorsal flexion.
Pada plantar flexion terjadi peningkatan arcus

MT I gerak roll slide keplantarlateral


MT III-IV-V roll slide ke ventromedial
Arthrokinematiknya berupa Traksi gerak MT ke distal.

2.6. METATARSO PHALANGEAL JOINT (MTP)


Distal metatarsal berbentuk convex dan basis phalangeal berbentuk
concave membentuk sendi ovoid-hinge dg gerak: flexion – extension
dan abduction – adduction.
MLPP = Extension 110
CPP = Full Extension
Gerak translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal
searah sumbu longitudinal phalang

2.7. PROXIMAL AND DISTAL INTERPHALANGEAL JOINT (PIP & DIP)


Head of (Caput) proximal phalang berbentuk convex dan basis distal
phalangeal berbentuk concave membentuk sendi hinge.
Gerak flexion – extension.
MLPP = Flexion 100
CPP = Full Extension
Gerak translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal
searah axis longitudinal phalang

ANALISIS GERAK ANKLE AND FOOT

PASSIVE PLANTAR FLEXION


Posisi terlentang:
Pegangan pada os talus dan os calcaneus, gerak dorongan os calcaneus
kearah plantar flexion.
• ROM : 700
• Elastic harder end feel.
PASSIVE DORSAL FLEXION
Posisi terlentang :
Pegangan pada os talus dan os calcaneus, gerak dorongan os calcaneus
kearah dorsal flexion. Atau fiksasi pada cruris, talus ditarik ke distal
bersamaan mendorong telapak kaki kearah dorsal flexion.
• ROM : 450
• Hard end feel

PASSIVE ABDUCTION (VALGUS) TALO CALCANEAL JOINT


Posisi terlentang, fiksasi pada os talus.
Calcaneus didorong kearah lateral
• ROM : 50
• Elastic To harder end feel
PASSIVE ADDUCTION (VARUS) TALO CALCANEAL JOINT
Posisi terlentang, fiksasi pada os talus:
Calcaneus didorong kearah medial.
• ROM : 50
• Elastic harder end feel
PASSIVE MID TARSAL JOINT PRONATION
31
Posisdi terlentang, fiksasi pada os talus. Gerakan os tarsalia kearah
pronasi.
• ROM : 300
• Elastic harder end feel
PASSIVE SUPINATION.
Posisi terlentang , fiksasi pada os talus. Gerakan os tarsalia kearah
supinasi.
• ROM : 300
• Elastic harder end feel
PASSIVE TMT JOINT FLEXION
Posisi terlentang , fiksasi pada ossa tarsalia. Gerakan ossa metatarsalia
kearah flexion
• ROM : 5-200
• Elastic harder end feel
PASSIVE TMT JOINT EXTENSION
Posisi terlentang , fiksasi pada ossa tarsalia. Gerakan ossa metatarsalia
kearah extension
• ROM : 5-200
• Elastic harder end feel
PASSIVE MTP JOINT FLEXION
Posisi terlentang, fiksasi pada ossa metatarsalia. Gerakan ossa phalangea
kearah flexion
• ROM : 20-450
• Elastic end feel
PASSIVE MTP JOINT EXTENSION
Posisi terlentang , fiksasi pada ossa metatarsalia. Gerakan ossa phalangea
kearah extension
• ROM : 60-900
• Elastic end feel
PASSIVE EXTENSION PIP DAN DIP I – V.
Posisi terlentang , fiksasi ossa phalangea proximal. Gerakan ossa
phalangea distal kearah extension
• ROM : 00
• Hard end feel

PASSIVE FLEXION PIP DAN DIP I – V


Posisi terlentang, fiksasi ossa phalangea proximal. Gerakan ossa
phalangea distal kearah flexion
• ROM : 60-900
• Elastic end feel

ISOMETRIC ANKLE PLANTAR FLEXION


Posisi terlentang pegangan pada os calcaneus dan lengan bawah
menahan telapak kaki, Gerakan plantar flexion ditahan dengan lengan
bawah.
• Gastrocnemius m, Soleus m, dan plantaris m.

32
ISOMETRIC ANKLE DORSAL FLEXION
Posisi terlentang pegangan pada os calcaneus dan dorsal kaki, Gerakan
dorsal flexion ditahan.
Anterior tibial m, Ext. digitorum longus m, ext. halluxis longus m,
eperoneus m,

ISOMETRIC EVERVION
Posisi terlentang pegangan pada distal cruris dan lateral kaki, Gerakan
eversi ditahan manual.
m. Peroneus brevis dan longus

ISOMETRIC INVERSION
Posisi terlentang pegangan pada distal cruris dan medial kaki, Gerakan
eversi ditahan.
Anterior tibial m dan posterior tibial m.

ISOMETRIC TOES FLEXION


Posisi terlentang pegangan pada kaki, Gerakan jari kaki flexion
ditahan.
• Flexor hallucis ms dan flexors digitorum ms.

ISOMETRIC TOES EXTENSION


Posisi terlentang pegangan pegangan pada kaki, Gerakan jari
kaki extension ditahan.
• Extensors hallucis ms dan extensors digitorum ms.

33

Anda mungkin juga menyukai