Anda di halaman 1dari 4

Pengusaha Muda Dea Valencia Budiarto

Dea Valencia adalah pengusaha muda sekaligus pendiri Batik Kultur. Perempuan
kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 ini mengawali perjalanannya dengan berdagang Batik
Lawas milik ibunya. Sejak kecil, Dea memang sudah dikenalkan dengan Batik. Dea mengerti
betul tentang proses pembuatan Batik Tulis dari hulu ke hilir. Berawal dari satu orang
penjahit di sudut rumahnya, kisah Batik Kultur dimulai. "Semua ini aku mulai dari membantu
mama menjual koleksi Batik yang kebanyakan adalah Batik Lawas. Saat itu dalam bentuk
kain, sambil berjualan juga sambil mempelajari," kata Dea Valencia saat Grand Opening
Batik Kultur di Kaca Coffe and Eatry, Jakarta, Sabtu 23 Maret 2019.

Tidak hanya dari berjualan Batik, ia kerap membaca buku yang berkaitan dengan
Batik. Sejak itulah, ia mulai jatuh cinta pada Batik dan muncul ide untuk berjualan baju dari
Batik Lawasan. Batik Kultur bermula dari keinginan Dea memiliki baju cantik seperti yang ia
mau. Meskipun tidak bisa beli baju yang ia inginkan, Dea terpikir untuk mengunting-gunting
Batik Lawas dan kemudian dijahit dengan model yang diinginkan.

Berawal dari satu orang penjahit di sudut rumahnya, kisah Batik Kultur dimulai. Dea
sendiri yang mendesain produk Batik Kultur. Karena tak bisa menggambar, Dea
mengandalkan imajinasi lalu ditransfer ke seorang juru gambar kepercayaannya. "Saya tidak
ingin menjual barang yang saya sendiri tak suka," tambahnya. Hal ini pula yang menjadi
rahasia sukses Batik Kultur di tangan Dea Valencia.

Batik Kultur mendapat respons yang luar biasa dari pemasaran digital yang memang
marak dalam beberapa tahun terakhir. Dea Valencia mengakui, kesuksesan Batik Kultur tak
lepas dari peran media sosial seperti Facebook dan Instagram. Di usia yang terbilang sangat
muda, Dea sudah bisa meraih omzet ratusan juta dalam satu bulan. Namun, kesuksesannya
tidak diraih dalam sekejap mata. Semua berkat ketekunan dan kerja keras dalam menggeluti
usaha yang dijalani.
Anak dari pasangan Ariyani Utoyo dan Iskiworo Budiarto ini tidak bekerja sendiri di
dalam mengembangkan usaha batiknya. Ia dibantu dan didukung penuh oleh ibunya. Ia juga
dibantu oleh beberapa karyawan, yang hebatnya adalah para penyandang disabilitas yang
memiliki semangat dan kerja keras dalam membantu mengangkat Batik Kultur. Hingga kini,
sekitar 120 orang karyawan termasuk 50 orang pekerja penyandang disabilitas berada di balik
label Batik Kultur.

Soal mempekerjakan karyawan penyandang disabilitas, Dea memiliki alasan


tersendiri. "Aku ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusinya di
balik perbedaan mereka. Ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil seperti ketekunan dan
semangat untuk belajar," ujar perempuan berusia 25 tahun ini. Ternyata Dea
Valencia memasuki dunia perkuliahan saat ia masih berumur 15 tahun dan sudah meraih
gelar sarjana di usia 19 tahun. Dea menjelaskan yang memotivasi awal untuk berjualan Batik
adalah hanya ingin mencari uang sendiri dengan hasil penjualan Batik. "Ingin melanjutkan
sekolah ke luar negeri, dan akhirnya sampai sekarang belum kesampaian dan melanjutkan
bisnis batik ini," jelas Dea.
Yohanes S Hadi, Pria Kampung Sukses Merintis Karir Perhotelan

Yohanes S Hadi, mantan General Manager Aston Soll Marina Hotel Bangka,
mengaku puas dengan kepemimpinannya hingga akhir masa tugas. Putra daerah kelahiran
Sungailiat Bangka itu bangga karena hampir 70 persen karyawan ASMH berhasil dia didik.
"Sebagai putra daerah sebetulnya tugas saya belum selesai untuk membimbing dan mendidik
anak-anak (karyawan). Saya mempunyai ikatan emosional dengan mereka. Namun, saya bisa
bangga karena hampir 70 persen karyawan di sini berhasil saya didik, saya tanamkan prinsip
kepada mereka bahwa untuk meraih keberhasilan kita sendiri yang menentukan, bukan dari
orang lain," kata Yohanes
Pria yang telah bergabung bersama Group Aston Internasional selama delapan tahun
ini mengatakan, karir yang ia rintis benar-benar dari nol, dan ia sendiri berasal dari sebuah
kampung kecil di Sungailiat.
"Awal karir saya hanya menjadi karyawan hotel biasa, namun saya memiliki tekad
kuat untuk meniti karir hingga menjadi GM. Nah, semangat itulah yang saya tularkan kepada
karyawan," ujarnya.
Yohanes kembali menambahkan, dengan potensi alam yang indah, Babel bisa
dijadikan destinasi wisata yang bisa dijual ke luar.
"Belitung luar biasa indahnya, dan orang beramai-ramai pengen ke sana, lantas kenapa
Bangka gak bisa. Ke depan saya ingin melihat Bangka bisa menjadi destinasi wisata," harap
Yohanes yang kini harus hijrah karena mendapat promosi menjadi Regional GM Aston
Corporate di Bali.
Pebandingan karakter dari 2 profil di atas:
 Karakter yang dimiliki dari seorang Dea Valencia Budiarto adalah selalu memberanikan diri
untuk terus belajar dan mencoba hal baru. Tekun dan pantang menyerah.
 Karakter yang dimiliki dari seorang Yohanes S Hadi adalah tekad yang kuat,
semangat yang tinggi, selalu berusaha.

Dari perbandingan karakter di atas, saya ingin memiliki karakter seperti Dea Valencia
Budiarto karena saya ingin mempunyai keberanian untuk terus belajar dan mencoba hal baru
walaupun pernah mengalami kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai