Anda di halaman 1dari 38

BAB I

URAIAN UMUM

1.1. Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan di Sungai Kali Yasa Kabupaten Cilacap

1.2. Nama Pekerjaan


Pekerjaan “Detail Engineering Design Sungai Kali Yasa, Kabupaten Cilacap”

1.3. Scope Pekerjaan


1. Pekerjaan Persiapan
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
1.2 Papan Proyek
1.3 Pembuatan Laporan Dokumentasi
1.4 Pembuatan Laporan Pelaksanaan

2. Pengerukan Dasar Sungai


2.1 Pengerukan Sedimen
BAB II

ACUAN NORMATIF

Undang-undang (UU) :
- UU No. 7 Tahun 2004 : Undang-Undang tentang Sumber Daya Air Keputusan
Menteri (KEPMEN) :
- KEPMEN KIMPRASWIL No. 257/PTS/M/2004 : Tata Cara Pembuatan
Dokumen Pelelangan (Dokumen Tender)
- KEPMEN KLH No. 17 Tahun 2001 : Jenis Rencana usaha dan/atauKegiatan
wajib dilengkapi denganAnalisa Menegenai DampakLingkungan
- Standar Nasional Indonesia (SNI) :
 SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk
Bangunan di Sungai
 SNI 03-2414-1991 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
 SNI 03-2415-1991 : Metode Perhitungan Debit Banjir
 SNI 03-2851-1991 : Tata Cara Perencanaan Teknis Bendung Penahan
Sedimen
 SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
denganAlat Ukur Arus Tipe Baling-baling
 SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
DenganPelampung Permukaan
 SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel
Sungai/Salurandengan Analisis Grafis
 SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai dengan
Cara PiasBerdasarkan Rumus Manning
 SNI 03-3414-1994 : Metode Pengambilan Contoh Muatan Sedimen
Melayang diSungai dengan Cara Integrasi Kedalaman Berdasarkan
Pembagian Debit
 SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai
PenampangGanda dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning
 SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara
Gravimetridengan Pengendapan
 SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara
Gravimetridengan Pengendapan
 Pedoman Teknis :
− Pd. T.11 – 2004 – A : Pemeliharaan Bangunan Persungaian Rancangan
Pedoman Teknis :
BAB III
ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Perencanaan
Perencanaan adalah rangkaian kegiatan untuk pelaksanaan kegiatan sebelum
pembangunannya. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi: identifikasi masalah,
pengumpulan data, penentuan metode, pelaksanaan investigasi dan penyelidikan,
optimasi solusi yang tepat dari berbagai alternatif solusi, serta penentuan skala
prioritas.

3.2. Konstruksi
Kontruksi adalah merupakan rangkaian proses kegiatan yang dituangkan dalam
bentuk pekerjaan fisik di lapangan berdasarkan gambar yang didapatkan dari hasil
kegiatan perencanaan teknik.
3.3.1. Direksi pekerjaan
Direksi pekerjaan adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik pekerjaan untuk
membimbing dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar mendapatkan hasil
yang sesuai dengan rencana
3.3.2. Dokumen perencanaan
Dokumen perencanaan adalah keterangan yang mencakup tentang spesifikasi
teknik, gambar perencanaan maupun gambar detail yang akan dibuat
3.3.3. Gambar pelaksanaan
Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sudah dilaksanakan apabila terjadi
perubahan dimensi dari perencanaan
3.3.4. Perencana
Perencana adalah personil yang membuat desain/rencana, meliputi perhitungan;
gambar konstruksi dan spesifikasi teknis

3.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah usaha-usaha untuk menjaga agar prasarana irigasi selalu dapat
berfungsi dengan baik guna mempertahankan kelestariannya.
3.4.1. Pemeliharaan periodik
Pemeliharaan periodik adalah suatu kegiatan yang mempunyai waktu yang lama
dan dampak yang diakibatkannya akan lebih besar dibandingkan dengan
pemeliharaan rutin.
3.4.2. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin adalah kegiatan yang mempunyai frekuensi lebih sering
dilakukan dengan skala kecil, waktunya pendek dan harus dilakukan serta secara
kontinyu.
3.4. Perawatan
Perawatan adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi konstruksi, tanpa
ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti.
3.5.1. Perawatan rutin
Perawatan rutin adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi
konstruksi yang dilaksanakan setiap waktu.
3.5.2. Perawatan berkala
Perawatan berkala adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi
konstruksi yang dilaksanakan secara berkala.
3.5. Perbaikan
Perbaikan adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi konstruksi.
3.6.1. Perbaikan darurat
Perbaikan darurat adalah usaha perbaikan dengan maksud agar konstruksi
sementara dapat berfungsi.
3.6.2. Perbaikan permanen
Perbaikan permanen adalah usaha perbaikan untuk mengembalikan kondisi dan
fungsi konstruksi secara permanen.
BAB IV
BAHAN BANGUNAN
4.1. Ketentuan Umum
a. Direksi berhak menolak bahan-baban bangunan yang akan digunakan yang tidak
sesuai dengan syarat-syarat bahan.
b. Direksi berhak untuk memerintahkan penggantian pekerjaan yang telah
dilaksanakan pemborong bila ternyata mutu pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam uraian dan syarat-syarat teknis serta gambar rencana
yang ada.
c. Semua bahan bangunan yang digunakan supaya menggunakan bahan produksi
dalam negeri.
d. Bila dalam RKS ini disebutkan nama dan pabrik pembuat bahan/ material, maka
hal ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/ kualitas bahan yang
digunakan dalam pekerjaan ini dan bukan karena KKN
e. Setiap bahan/ material yang akan digunakan harus disampaikan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan. Waktu penyampaian contoh bahan harus
sedemikian rupa sehingga Konsultan Pengawas dapat menilainya.
f. Contoh Bahan/Material yang akan digunakan harus diadakan atas tanggunan
Penyedia Jasa Pemborongan, setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas maka
bahan/material tersebut harus ditandai dan diadakan untuk dipakai dalam pekerjaan
nantinya.
g. Contoh bahan/material tersebut selanjutnya disimpan oleh Konsultan Pengawas
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan/material yang dipakai tidak
sesuai dengan contoh.
h. Dalam pengajuan harga penawaran, Penyedia Jasa Pemborongan harus
menyertakan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan/ material.
Tanpa mengingat jumlah tersebut, penyedia Jasa Pemborongan tetap bertanggung
jawab pula atas biaya pengujian bahan/ material yang tidak memenuhi syarat atas
perintah Konsultan Pengawas.
i. Apabila ternyata jenis dan macam bahan/ material yang tercantum dalam RKS ini
atau melalui contoh yang telah diberikan ternyata dalam pengadaannya tidak
mencukupi dalam jumlahnya (persediaan terbatas) maka penggantian bahan/
material hanya dapat diberikan dengan ijin dari Konsultan Pengawas.
Apabila Penyedia Jasa Pemborongan dalam penggunaan bahan/material tidak sesuai
dengan ketentuan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas maka Konsultan Pengawas
berhak untuk meminta mengganti/membongkar bagian pekerjaan yang menggunakan
bahan/material tersebut untuk diganti dengan yang sesuai ketentuan kecuali terdapat
alasan tertentu yang diketahui dan disetujui Tim Penerima Hasil Pekerjaan/Konsultan
Pengawas.
4.2. Spesifikasi Bahan
a. Air
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
4.3 Pemeriksaan Penggunaan Bahan
 Sebelum mendatangkan bahan-bahan di lapangan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi terlebih dahulu mengajukan 3 (tiga) contoh bahan/brosur kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan Pengguna Pekerjaan yang
akan disesuaikan dengan syarat-syarat teknis.
 Contoh bahan-bahan yang telah disetujui harus selalu ada di lapangan dalam
kantor sementara Konsultan Pengawas. Semua bahan yang dikirim ke lapangan
dan tidak sesuai dengan contoh bahan-bahan yang disetujui, harus segera
dikeluarkan dari lapangan atas biaya Penyedia Pekerjaan Konstruksi dalam
kurun waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam.
 Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,
atas keraguan Konsultan Pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut ke
Laboratorium Konstruksi/Bahan Bangunan dengan disesuaikan kebutuhan
pekerjaan.
 Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan kepada Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk mengadakan/melengkapi/menambah jumlah peralatan bila
dirasa peralatan yang tersedia kurang memadai dalam usaha mencapai target
prestasi.
 Keterlambatan pekerjaan yang diakibatkan oleh tidak adanya atau kekurangan
peralatan/ bahan menjadi tanggungjawab Penyedia Pekerjaan Konstruksi.
 Semua biaya pengadaan dan pemeliharaan peralatan/ bahan tersebut menjadi
tanggungjawab Penyedia Pekerjaan Konstruksi dan dianggap sudah termasuk
dalam harga kontrak.
4.8 Bahan-Bahan Lain
Penggunaan bahan-bahan lain yang belum tercantum dalam spesifikasi teknis ini
dilakukan sesuai dengan petunjuk Direksi.
BABV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1.UMUM
1. Syarat Teknis Umum
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan harus mempelajari
dengan benar dan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang tertulis pada
gambar-gambar kerja dan RKS ini beserta lampirannya.
b. Penyedia Jasa Pemborongan diwajibkan melapor kepada Konsultan Pengawas
setiap akan melakukan kegiatan pekerjaan dilapangan.
c. Apabila terdapat perbedaan ukuran, kelainan-kelainan antara Gambar Kerja dan
RKS serta kesesuaiannya di lapangan maka Penyedia Jasa Pemborongan
diharuskan melapor kepada Konsultan Pengawas untuk segera mendapatkan
keputusan. Penyedia Jasa Pemborongan tidak dibenarkan memperbaiki sendiri
perbedaan dan kelainan tersebut. Akibat dari kelalaian Penyedia Jasa
Pemborongan dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Pemborongan.
d. Daerah Kerja (Construction Area) akan diserahkan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan selama waktu pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan seperti pada
saat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan dianggap bahwa Penyedia Jasa
Pemborongan telah benar-benar mengetahui tentang :
 Letak Bangunan yang akan didirikan.
 Batas Persil/ Lahan maupun Kondisi pada saat itu.
 Keadaan permukaan tanah/ Kontur tanah.
e. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) set
lengkap Gambar-gambar Kerja dan RKS ditempat pelaksanaan pekerjaan untuk
dapat dipergunakan setiap saat oleh Konsultan Pengawas.
f. Atas perintah Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa Pemborongan diminta untuk
membuat Gambar-gambar penjelasan (Shop Drawing) berikut perincian bagian-
bagian khusus (Detail) yang biaya pembuatan gambarnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Pemborongan. Gambar tersebut setelah disetujui Konsultan
Pengawas secara tertulis akhirnya menjadi gambar pelengkap dari Gambar-
gambar Kerja yang ada.
2. Jadwal Pelaksanaan.
1. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan, dalam waktu paling lambat 2 (dua)
minggu setelah Penyedia Jasa Pemborongan dinyatakan atau ditunjuk oleh
Pemberi Tugas sebagai pelaksana pembangunan, Penyedia Jasa Pemborongan
wajib membuat :
 Jadwal Waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara rinci yang digambarkan
secara Diagram Panah (Network Planning) dan Diagram Balok (Barchart).
 Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
 Jadwal Pengadaan Bahan/Material Bangunan.
 Bagan/ Diagram tersebut diatas harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/ Tim Penerima Hasil Pekerjaan/ Konsultan Pengawas sebagai dasar/
pedoman Penyedia Jasa Pemborongan dalam melaksanakan pekerjaannya dan
Penyedia Jasa Pemborongan wajib mematuhi dan menepatinya.
 Penyedia Jasa Pemborongan wajib memberikan salinan Rencana Kerja
rangkap 3 (tiga) kepada Konsultan Pengawas. Satu salinan Rencana Kerja
harus ditempel pada dinding di bangsal Penyedia Jasa Pemborongan di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi
kerja).
 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa
Pemborongan berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
3. Gambar-gambar Kerja.
a. Gambar-gambar meliputi Gambar Perencanaan serta gambar perubahannya yang
yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Tim Penerima Hasil Pekerjaan.
Gambar-gambar ini selain dari gambar-gambar yang dibuat Konsultan Perencana
juga gambar-gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan (Shop
Drawing) yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila terdapat perbedaan ukuran dan penjelasan atau ketidaksesuaian antara
gambar yang berlainan jenis dan lingkupnya maka dapat dipakai pedoman sebagai
berikut :
 Secara fungsi yang dipakai pedoman adalah Gambar rencana
 Secara jenis dan kualitas yang menyangkut bahan dan perhitungan yang
dipakai sebagai pedoman adalah gambar yang sesuai jenis/ lingkupnya
(gambar detail).
c. Gambar pelaksanaan (Shop Drawing) harus dibuat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dengan ketentuan sebagai berikut :
 Pembuatannya berdasar kepada Gambar Kerja dan disampaikan kepada
Konsultan Pengawas, untuk mendapat persetujuan.
 Pekerjaan Pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum Gambar pelaksanaan
tersebut disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Tim Penerima Hasil
Pekerjaan.
 Persetujuan terhadap Gambar Pelaksanaan bukan berarti menghilangkan
tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan terhadap pelaksanaan pekerjaan
tersebut. Keterlambatan atas proses pembuatan Shop Drawing ini tidak berarti
Penyedia Jasa Pemborongan mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan.
 Shop Drawing tersebut harus dibuat rangkap 3 (tiga) berikut aslinya dan
semua biaya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan.
d. Perubahan Gambar Kerja karena Perencanaan hanya dapat dilakukan atas dasar
perintah tertulis Pemberi Tugas berdasar pertimbangan Konsultan Pengawas dan
konsultan Perencana dengan ketentuan sebagai berikut :
 Perubahan rancangan ini harus digambar sesuai dengan yang diperintahkan
Pemberi Tugas dengan pengarahan Konsultan Perencana dan jelas
memperlihatkan perbedaan antara Gambar Pelaksanaan dan Gambar
Perubahan Rencananya.
 Gambar Perubahan dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan atas Pengarahan
Konsultan Perencana dan disetujui oleh Pemberi Tugas kemudian dilampirkan
dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
e. Gambar Sesuai Terlaksana (As Built Drawing), harus dibuat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dengan ketentuan berikut :
 Gambar Sesuai Terlaksana dibuat dan diserahkan pada akhir pekerjaan dan
harus sesuai dengan hasil pekerjaan terpasang.
 Gambar Sesuai Terlaksana harus disetujui oleh Konsultan Pengawas , dan
diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut aslinya dengan biaya keseluruhan
ditanggung oleh Penyedia Jasa Pemborongan.
4. Petunjuk-petunjuk/ Instruksi Konsultan Pengawas.
Semua instruksi dari Tim Penerima Hasil Pekerjaan /Konsultan Pengawas harus
dilaksanakan secara baik oleh Penyedia Jasa Pemborongan, jika Penyedia Jasa
Pemborongan keberatan menerima petunjuk/ instruksi Tim Penerima Hasil
Pekerjaan/ Konsultan Pengawas tersebut, maka harus mengajukan keberatan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas dalam waktu 7 (tujuh) hari.
Apabila dalam batas waktu tersebut diatas Penyedia Jasa Pemborongan tidak
mengajukan keberatan maka dianggap telah menyetujui dan menerima petunjuk
Konsultan Pengawas untuk segera dilaksanakan. Penyedia Jasa Pemborongan
diharuskan merekam atau dalam kata lain mencatat setiap petunjuk/ instruksi
Konsultan Pengawas dalam buku harian lapangan/ pelaksanaan dan memintakan
tanda tangan atau sepengetahuan Konsultan Pengawas.
5. Hasil Pekerjaan.
Untuk menjamin mutu/ kualitas hasil pekerjaan dan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan menyediakan :
 Pelaksana atau tenaga ahli yang mengerti dan berpengalaman tentang gambar
kerja dan cara-cara pelaksanaan.
 Alat Bantu Kerja.
 Bila diperlukan, sesuai dengan kondisi lapangan/ situasi tempat kerja, maka
sebelum melakukan pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan diwajibkan
memasang alat-alat pengaman/ pelindung.
Penetapan Ukuran.
 Penyedia Jasa Pemborongan bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan
pekerjaan ini dan tidak boleh menambah ukuran tanpa seijin Konsultan
Pengawas. Setiap ada perbedaan dengan ukuran-ukuran yang ada harus segera
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas untuk segera ditetapkan
sebagaimana mestinya.
 Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib memberitahu
Konsultan Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk diperiksa
terlebih dahulu ketepatan ukuran-ukurannya.
 Penyedia Jasa Pemborongan diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran satu
dengan yang lain dalam setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada
Konsultan Pengawas setiap terdapat selisih/ perbedaan ukuran untuk
diberikan keputusan pembetulannya.
 Mengingat setiap kesalahan ukuran selalu mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaan yang lainya, maka ketetapan akan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Penyedia Jasa Pemborongan
terhadap hal ini tidak dapat diterima dan Konsultan Pengawas berhak untuk
membongkar pekerjaan dan memerintahkan untuk menepati ukuran sesuai
ketentuan.
 Kerugian terhadap kesalahan pengukuran oleh Penyedia Jasa Pemborongan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan.
Buku Harian Lapangan.
 Penyedia Jasa Pemborongan diwajibkan menyediakan dan mengisi Buku
Harian Lapangan yang berisi laporan tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan
bangunan dan pekerjaan yang dilaksanakan, keadaan cuaca, peralatan yang
dipakai serta lain-lain hal yang dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan
Konsultan Pengawas
 Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan
sesuai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada ditempat
pekerjaan, diisi oleh Penyedia Jasa Pemborongan dan diketahui Konsultan
Pengawas.
 Konsultan Pengawas mencatat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan
yang dianggap perlu pada Buku Harian Lapangan dan merupakan petunjuk
yang harus diperhatikan Penyedia Jasa Pemborongan.
 Buku Harian Lapangan dibuat masing-masing 3 (tiga) rangkap.
6. Kebersihan dan Ketertiban.
 Selama pelaksanaan Pekerjaan pembangunan berlangsung, Penyedia Jasa
Pemborongan harus memelihara kebersihan lokasi pembangunan maupun
lingkunganya terutama jalan-jalan disekitar lokasi Kegiatan, Direksi Keet,
Gudang, Los kerja, dan bagian dalam bangunan yang akan dikerjakan harus
bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
 Untuk kebersihan lingkungan terutama jalan-jalan disekitar lokasi Kegiatan
yang harus dibersihkan adalah kotoran yang diakibatkan oleh keluar
masuknya kendaraan Kegiatan. Kelalaian dalam hal ini dapat membuat
Pemberi Tugas memberi perintah penghentian pekerjaan yang segala
akibatnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan.
 Penimbunan bahan/ material yang ada dalam gudang maupun dihalaman luar
gudang harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan
keamanan umum serta untuk memudahkan penelitian yang dilakukan oleh
Direksi/ Konsultan Pengawas .
 Pada Penyerahan Pekerjaan Pertama, situasi bangunan serta halamannya harus
bersih dari sisa-sisa kotoran kerja.
7. Kecelakaan dan kesehatan.
 Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan menimpa pekerja
maupun orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Pemborongan.
 Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan untuk menyediakan alat
kesehatan/kotak PPPK yang terisi penuh dengan obat-obatan yang sesuai
dengan kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengerti dalam
soal-soal penyelamatan pertama dan kesehatan.
Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Penyedia Jasa Pemborongan
harus mengikuti semua ketentuan umum yang berlaku dan dikeluarkan oleh
Instansi Pemerintah terutama tentang Undang-undang Keselamatan Kerja
termasuk segala kelengkapan dan perubahannya.
8. Keamanan.
 Penyedia Jasa Pemborongan bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang ada dan terjadi didaerah kerjanya terutama mengenai :
 Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan baik
disengaja ataupun tidak disengaja.
 Penggunaan sesuatu bahan yang keliru/salah
 Kehilangan-kehilangan bahan, peralatan kerja.
 Perkelahian antar pekerja maupun dengan pihak lainya.
 Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut diatas, Penyedia Jasa
Pemborongan harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas dalam waktu
paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
 Untuk mencegah kejadian-kejadian seperti tersebut diatas, Penyedia Jasa
Pemborongan harus menyediakan pengamanan antara lain Penjagaan,
Penerangan yang cukup diwaktu malam hari, pemagaran sementara di lokasi
kerja dan lain sebagainya.
 Bila terjadi kehilangan bahan bangunan yang telah disetujui Pengawas baik
yang telah dipasang maupun yang belum dipasang menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Pemborongan.

5.2.METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Pekerjaan Persiapan
1.1.Mobilisasi dan Demobilisasi
1) Umum
Ruang Lingkup
Mobilisasi dalam Daftar Kuantitas dan Harga (Bill of Quantities) dimaksudkan
untuk sarana transportasi dan sarana konstruksi berdasarkan pada jadual
pelaksanaan yang disampaikan setelah penerimaan Surat Perintah Kerja, di
lapangan dimana harus digunakan. Mobilisasi peralatan berat dan
perlengkapannya yang sesuai jadual yang disampaikan juga dimasukkan untuk
mobilisasi.
Kontraktor boleh selalu melakukan setiap saat selama pekerjaan dengan
membuat beberapa perubahan, pengurangan dan/atau peningkatan sarana
konstruksi dan personalia kepada Direksi.
Mobilisasi semua peralatan yang dibutuhkan untuk memulai pekerjaan akan
diselesaikan dalam tempo 60 hari dari tanggal Surat Penunjukkan. Demobilisasi
akan termasuk dalam pemindahan semua peralatan dari lokasi.
2) Pengukuran dan Pembiayaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Sub pasal ini mengacu untuk mobilisasi dan demobilisasi seperti yang
dijalankan dalam sub pasal 5.3-a. Harga lumpsum akan dibayarkan sebagai
berikut:
a. 70% apabila semua perlengkapan ditunjukkan dalam jadual pelaksanaan
yang telah disetujui, setibanya di lokasi.
b. 30% apabila kagiatan-kegiatan selesai dan peralatan dipindahkan dari
lokasi.
Harga lumpsum akan sudah dianggap termasuk kompensasi penuh untuk setiap
biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk mobilisasi dan demobilisasi.
1.2.Papan Nama Proyek
1). Umum
a. Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek minimun
1(satu) buah dengan bentuk standar yang ditempatkan pada lokasi tepi
jalan masuk pekerjaan atau ditentukan Direksi, selambat-lambatanya 30
(tiga puluh) hari setelah terbitnya Surat Keputusan Pemenang Lelang.
b. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan
dimulai
c. Papan nama proyek tersebut dengan ketentuan :
 Ukuran papan nama proyek 150 x 100 cm² ,terbuat dari papan kayu
klas II dilapisi seng BJLS 18;
 Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu klas I ukuran 5 x
7 cm²;
 Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah
papan terletak setinggi 2 m dari permukaan tanah, bagian bawah
tiang penyangga dan penyokong kemudian dicor beton tumbuk
campuran 1 PC : 3 PS : 5 Kr, sedalam 40 cm didalam tanah dan 10
cm diatas tanah.
 Tulisan-Tulisan dan ketentuan lain yang belum jelas harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
Harga lumpsum sudah dianggap termasuk kompensasi penuh untuk setiap
biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk pembuatan papan nama
proyek.
1.3.Pembersihan Lokasi
Areal di mana ada kegiatan pekerjaan harus dibebaskan dari seluruh pohon-
pohon, semak-semak, tonggak-tonggak, akar-akar belukar sampah, dan unsur-
unsur lain yang tidak berkenan menurut pihak Direksi. Seluruh akar-akar harus
digali dan dikduarkan dari lokasi pekerjaan.

3 PENGERUKAN SUNGAI
A Umum
Alur Sistem Sungai relatif lurus dan sedikit berbelok-belok dinormalisasi dengan
cara meluruskan alur sungai dan menambah kapasitas palung sungai dengan
mengadakan pengerukan sedimen untuk memperlancar aliran air sungai menuju
ke laut.
B Pekerjaan Galian Alur Sungai
Galian alur sungai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Galian alur sungai bagian tebing
2. Galian alur sungai bagian dasar sungai
Pelaksanaan pekerjaan dengan alat berat dalam bentuk penggalian/pengerukan
tanah/lumpur hingga mencapai peil rencana maupun membentuk penampang
galian sesuai gambar kerja dan pengarahan Direksi Penggalian dengan
menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping
dan tidak membahayakan.
Metode Kerja Pekerjaan Galian Alur Sungai :
1. Galian akan dilakukan dari satu sisi sungai, yaitu sebelah kiri aliran air
disebabkan pada sisi kanan aliran air terdapat perumahan penduduk
2. Galian menggunakan Excavator Long Arm dan Excavator Standar
 Untuk galian sisi sebelah kanan aliran sungai akan dilakukan oleh
excavator long arm, excavator ditempatkan diatas timbunan tanah
sementara bekas galian tebing sungai bagian kiri, hal ini disebabkan
excavator tidak dapat menggunakan ponton (sungai sempit dan dangkal).
 Hasil galian akan ditempatkan disisi kiri aliran sungai dan selanjutnya
akan digali/diambil oleh excavator standar untuk ditempatkan dilokasi
disposal sementara
 Untuk galian sisi kiri aliran sungai dilakukan oleh excavator standar dan
hasil galian ditempatkan disisi kiri, kemudian hasil galian akan
dipindahkan oleh excavator ke lokasi disposal area sementara
 Hasil galian didisposal area dirapikan dan diratakan menggunakan
buldozer
Atau metode yang lain menggunakan ponton. Metode kerja pengerukan alur sungai
dengan menggunakan excavator berponton dilakukan sebagai berikut:

Excavator berponton menggali alur sungai, lalu hasil galian tersebut diestafet ketepi
alur sungai atau mendekati bantaran sungai. Dalam estafet ini dapat dilakukan dalam
siklus lebih dari satu kali estafet sesuai dengan lebar atau bentang alur sungai yang
ada. Hasil galian yang diletakkan ditepi alur sungai (hasil estafetan excavator
berponton) kemudian diambil oleh excavator darat dan dilanjutkan sesuai spektek
(spesifikasi teknik) yang ditentukan, dapat dibuang pada bantaran atau tanggul untuk
dijadikan timbunan atau dibuang dengan menggunakan dump truck ke lokasi disposal
lain yang disepakati (diluar area tanggul atau sungai).

Secara Umum, dengan kondisi yang ada, diassumsikan pekerjaan dilaksanakan


dengan Beberapa Type pekerjaan:
Tipe Asumsi Kondisi Pengerjaan
I - Lokasi pekerjaan diassumsikan - Pekerjaan ditepi bantaran kali untuk
kondisi tanah agak keras, dimana dilakukan pekerjaan pengerukan
dump truck dapat langsung ke sedimen
lokasi sedimen / rencana galian - Dengan kondisi lokasi galian
alur sungai mendekati Excavator demikian, maka pelaksanaan galian
- Galian sedimen dapat dilakukan dapat dilakukan dengan excavator
dari tengah menuju pinggir kali - Proses Pekerjaan;
- Pembuatan Ramp Jika diperlukan 1) Excavator ditepi bantaran situ
menggali
2) Hasil galian dari excavator
dituang / di tempatkan ke dalam
dump truck
3) Selanjutnya material hasil galian
di buang / dumping dengan dump
truck di lokasi pembuangan
(disposal area)
Tipe Asumsi Kondisi Pengerjaan
II - Lokasi pekerjaan diassumsikan - Pekerjaan ditepi bantaran kali untuk
kondisi tanah berlumpur / lunak, dilakukan pekerjaan pengerukan
dimana dump truck tidak dapat sedimen
berdiri di atas sedimen / rencana - Dengan kondisi lokasi galian
galian alur sungai / Tidak ada demikian, maka pelaksanaan galian
Space kerja dapat dilakukan dengan excavator
- Galian sedimen dapat dilakukan - Proses Pekerjaan;
dari tengah menuju pinggir kali 1) Excavator ditepi bantaran situ
dengan lansir / estafet menggali
2) Hasil galian dari excavator
dituang / di tempatkan ke dalam
dump truck
3) Selanjutnya material hasil galian
di buang / dumping dengan dump
truck di lokasi pembuangan
(disposal area)
III - lokasi jauh dari tepi bantaran - Pekerjaan dengan jarak lokasi jauh
dari tepi bantaran
- Dengan kondisi lokasi galian
demikian, maka pelaksanaan galian
dilakukan dengan metode “langsir”
material hasil galian dengan Ponton
Temporary Stock Pile
- Proses Pekerjaan;
1) Excavator diatas pontoon
menggali
2) Hasil galian dari excavator diatas
pontoon dituang / di tempatkan
diatas pontoon material
(temporary place)
3) Temporary place (pontoon)
menghantar material ke tepi
Tipe Asumsi Kondisi Pengerjaan
bantaran situ ==> “langsir”
4) Temporary Ponton dapat ditarik
sling dari darat ataupun dapat
ditarik dengan perahu motor.
5) Loading material dari temporary
place / pontoon material dengan
excavator service ke dump truck
6) Selanjutnya material hasil galian
di buang / dumping dengan dump
truck di lokasi pembuangan
(disposal area)

Penentuan Tipe Pengerjaan didiskusikan antara direksi dengan pelaksana setelah


menyesuaikan kondisi dilapangan.

Ilustrasi Tipe Pekerjaan Pengerukan:


TIPE I
TIPE II

TIPE III
C Pengukuran dan Pembayaran
1) Pengukuran
Pengukuran untuk setiap jenis material galian harus dilaksanakan sampai batas-
batas ketingian-ketinggian dan ukuran-ukuran seperti ditunjukkan dalam
gambar atau ditentukan oleh Direksi dan seperti pengukuran harus didasarkan
pada permukaan dasar sungai asli sebelum penggalian dan galian permukaan
sebenarnya seperti yang ditunjukan oleh Direksi.
2) Pembayaran
Pambayaran untuk galian galian biasa dalam berbagai macam material suatu
kedalaman di atas atau di bawah air, harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
Direksi/sebagaimana dijelaskan dalam Spesifikasi.

4 PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH TANGGUL & REVETMENT


- Sebelum Pekerjaan Revetment dilaksanakan, Pekerjaan Timbunan Tanah untuk
Tanggul akan dilaksanakan dengan Lokasi, Bentuk sesuai Gambar Kerja
- Konstruksi Tanggul terdiri atas Tangul Existing dan Tanggul dari Pekerjaan
Timbunan Tanah sesuai BQ dan Gambnar Kerja
A. Timbunan Tanah
Pekerjaan Timbunan dilakukan Layer per layer dengan ketebalan layer sesuai
yang dipersyaratkan, metode penghamparan timbunan tanah dilakukan sebagai
berikut:

Penghamparan dilakukan secara berlapis dengan pemadatan tiap lapisan sampai


lapisan teratas. Pemadatan lapisan timbunan dilakukan menggunaakan alat
vibrator roller sehingga kepadatan dapat tercapai sesuai syarat. Pemadatan
dilakukan seperti berikut:

Pada kondisi Tertentu, dimana penghamparan Awal tidak dapat dilakukan oleh
Motor Grader, Maka penghamparan awal dapat dilakukan dengan bantuan
Bulldoze.
Proses Penimbunan dan Pemadatan
1) Material dihampar dengan metode layer perlayer dengan ketebalan tiap
layernya sama.
2) Timbunan dengan elevasi , corss section dan kelandaian sesuai gambar
kerja. Sebelum dilaksanakan penimbunan daerah / area yang akan
dilaksanakan telah dipasang profil untuk penimbunan (patok-2 dan
ketinggiannya, kemiringan slope stick, elevasi)
3) Penghamparan dilakukan dari pinggir timbunan terus kearah sumbu
timbunan dan dari arah rendah menuju arah yang lebih tinggi
4) Penghamparan dilakukan dengan tebal padat penghamparan maksimal
20 cm atau Timbunan dihampar dalam lapisan dengan tebal padat < 20
cm dan > 10 cm atau dengan kata lain Timbunan tidak boleh dihampar
dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan
dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

B. Turap Beton
Pekerjaan Turap beton meliputi
- Pengadaan
- Pemancangan
- Pile Cape

1) Pengadaan
2) Pemancangan
3) Pile Cape (Capping Beam)
Pekerjaan Pile cape meliputi :
- Penulangan Ulir
- Bekisting
- Pembetonan

Penulangan Ulir
Bekisting
Uraian :
- Material bekisting terdiri dari multiplek minimal 9 mm untuk beton biasa dan 18mm
untuk beton ekspos atau ditentukan lain sesuai yang dipersyaratkan dalam spesifikasi
teknis sebagai bentuk dan balok kayu sebagai rangka/penyambung antar multiplek,
didatangkan ke lokasi pekerjaan (gudang proyek).
- Dibentuk dan diukur sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan dan diperkirakan
tidak ada perubahan bentuk ketika proses pengecoran berlangsung.
- Untuk mendapatkan bentuk vertikal pada Struktur Tegak / Vertikal, bekisting dibantu
dengan benang vertikal atau unting-unting
- Pada tiap sambungan antar lempeng multipiek ataupun multipiek itu sendiri
diusahakan tidak terdapat celah/bocor.
- Lokasi yang tinggi, bekisting dibantu dengan Scafollding / Perancah)
Pembetonan
- Pengecoran dengan Beton dengan mutu beton sesuai yang dipersyaratkan
- Pemadatan dengan Menggunakan Concrete Vibrator

5 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU


A. Pengendalian Biaya
1) Umum
Pengendalian biaya pekerjaan, pada umumnya terfokus pada kondisi
rentabilitas, yaitu mengupayakan agar perimbangan antara pendapatan dan
biaya pekerjaan tetap terjaga.Arti rentabilitas adalah kemampuan
menghasilkan laba.Jadi dapat diartikan bila pekerjaan dengan rentabilitas yang
baik berarti pekerjaan tersebut dapat menghasilkan laba yang baik pula.
Evaluasi biaya, sebagai bagian dari proses pengendalian biaya, biasanya
menggunakan data yang berkaitan dengan data pendapatan (termasuk piutang
yang belum cair) dan data biaya (termasuk hutang yang belum dibayar).
Sedangkan data cash basis yaitu yang berkaitan dengan data penerimaan (cash
in) dan data pengeluaran (cash out) sering luput dari perhatian, padahal data
tersebut juga ada dan penting sekali untuk mendukung suatu keputusan
keuangan.
Data cash basis sebenarnya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dikendalikan agar sasaran pekerjaan terutama laba dapat dicapai.
Hampir semua usaha dapat dikatakan tidak dapat terbebas dari kebutuhan dana
pinjaman, oleh karena itu dana pinjaman yang diperlukan untuk menutup cash
flow yang defisit, harus dikendalikan agar bunga pinjaman yang harus dibayar
cukup wajar. Dilihat dari sudut rentabilitas dan likuiditas kondisi pekerjaan
dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu :
i. Rentabilitas bagus dan likuiditas bagus
Pekerjaan seperti ini yang selalu diharapkan karena labanya cukup besar
dan pembayarannya lancar, sehingga labanya berwujud sebagai tunai,
seperti pekerjaan yang nilai kontraknya bagus (menguntungkan) dan
pembayarannya juga lancar.
ii. Rentabilitas bagus dan likuiditas jelek
Pekerjaan seperti ini memerlukan perbaikan likuiditas yang mendesak.bila
kondisi likuiditas jelek terus dan tidak dapat diperbaiki, dampaknya dapat
mengurangi kondisi rentabilitas, seperti pekerjaan yang semula nilai
kontraknya bagus tetapi dalam proses pembayarannya sering terhambat
(tidak lancar).
iii. Rentabilitas jelek dan likuiditas bagus
Pekerjaan seperti ini memerlukan strategi pengendalian biaya dengan
memanfaatkan likuiditas yang bagus sehingga dapat menolong kondisi
rentabilitas menjadi lebih baik, seperti pekerjaan yang nilai kontraknya
cukup berat, tetapi semua pembayarannya sangat lancar.
iv. rentabilitas jelek dan likuiditas jelek
Pekerjaan seperti sedapat mungkin dihindari atau dicegah sejak awal agar
tidak terjadi, seperti pekerjaan yang nilai kontraknya berat, ditambah lagi
pembayarannya tidak lancar.oleh karena itu, pengendalian likuiditas
pekerjaan perlu menjadi perhatian, terutama bagi para engineer dalam
rangka pengendalian pekerjaan.
2) Pengertian dan Maksud Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan adalah
semua upaya/usaha yang dilakukan oleh seluruh staf pekerjaan (Manajer
Pekerjaan dan Staf) dan perusahaan, agar biaya pelaksanaan pekerjaan menjadi
wajar, murah dan efisien sesuai dengan rencana dan atau hasil evaluasi yang
dilakukan.
Pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan terkait erat dan sangat dipengaruhi
oleh :
(1) Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan (efek dari penambahan biaya
tidak langsung)
(2) Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan pekerjaan (efek dari pekerjaan
ulang, finishing, pembongkaran, dan lain-lain yang harus menambah biaya
lagi, yaitu biaya langsung maupun tidak langsung)
(3) Pengendalian sistem manajemen operasional pekerjaan yang bersangkutan,
yang kurang baik atau tidak konsisten dalam pelaksanaan / penerapannya
(efek penambahan biaya karena in-efisiensi realisasi biaya pekerjaan dari
yang seharusnya direncanakan).
Pengendalian yang diterapkan dalam operasional pelaksanaan pekerjaan tidak
sekedar berarti pengawasan dan atau pemeriksaan obyek dan kejadian, tetapi
lebih merupakan tindakan yang sekaligus merupakan aktifitas perencanaan,
pengawasan, pemeriksaan, evaluasi dan tindakan pencegahan atau perbaikan
3) Pelaksanaan Pengendalian Biaya di Pekerjaan
Tindakan pengendalian yang lebih tepat disebut sebagai pengendalian
operasional pelaksanan pekerjaan. Dilaksanakan sebagai langkah antisipasi
dan pencegahan terhadap hal-hal yang secara luas mempengaruhi tercapainya
nilai biaya pekerjaan yang wajar, murah dan efisien, dilakukan dengan dua
cara :
(2) Cara langsung
Cara ini dilakukan dengan :
- Peninjauan
- Pengawasan
- Pemeriksaan
- Audit
Sasaran yang dicapai:
- Mengetahui dan mendapat informasi
- Evaluasi langsung pada obyek (pekerjaan) dan subyek (pelaksana)
pekerjaan
- Memberikan alternatif tindakan pencegahan dan perbaikan langsung atas
ketidaksesuaian proses hasil kerja dan perkiraan kejadian negatif yang
akan timbul.
Memastikan sasaran pengendalian:
- apakah waktu pelaksanaan dan progres fisiknya masih sesuai dengan
rencana atau jadwal pelaksanaan pekerjaan?
- apakah mutu hasil pekerjaan dan proses pelaksanaan pekerjaan
memenuhi standar spesifikasi teknis dan kontrak?
- apakah ada keluhan dari pemberi kerja atau yang terkait?
- apakah hasil kerja dan proses tersebut bisa diterima dengan baik oleh
pemilik pekerjaan?
- apakah biaya pekerjaan sampai waktu itu masih memenuhi batasan
rencana anggaran pekerjaan? sebandingkah dengan produksi yang
dihasilkan?
- alternatif tindakan apa yang harus dilakukan dengan adanya
penyimpangan dan ketidaksesuain yang telah diketahui sebab-sebabnya
itu, guna mencapai sasaran seperti yang telah direncanakan
sebelumnya?
(3) Cara tidak langsung
(a) Dokumen Pekerjaan
Melalui Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) pekerjaan sebagai
pedoman biaya pelaksanaan
- termasuk dalam hal metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan
efisien
- termasuk dalam hal jadwal pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dan
efektif
- termasuk dalam hal unit price pekerjaan, material dan alat sesuai
rencana yang wajar, murah dan efisien.
(b) Melalui Rencana Arus Kas Pekerjaan (Cash Flow)
Sebagai pedoman kerja dalam hal kondisi keuangan, agar selalu
tercapai likuiditas pekerjaan yang berada dalam kondisi balance positif
atau surplus.
- dilakukan penagihan progress fisik (progress billing) yang intensif
sesuai dengan batasan periode atau jumlah nilai penagihan tertentu
dan ditindak lanjuti secepatnya dengan benar sehingga segera
menjadi cash in (cair)
- dilakukan evaluasi dan rencana pembayaran (pembelian) mendesak
dan hutang jatuh tempo, sebagai tindakan prioritas pengunaan dana
cash pada yang berkepentingan dengan mempertimbangkan batas
waktu hutang jatuh tempo dan urgensi obyek yang harus diberikan
dana tersebut.
(c) Adanya dokumen kontrak dan tehnical specification, yang dalam hal ini
menjadi batasan dan aturan pelaksanaan yang harus diikuti/dipenuhi
Pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi akan menimbulkan biaya
tambahan (mungkin pembongkaran, perbaikan atau penalty/klaim dari
pemilik pekerjaan), kecuali apabila penyimpangan tersebut sebelumnya
telah direkomendasikan oleh pemilik pekerjaan sebagai langkah khusus
dan legal
(d) Melalui prosedur kerja dan instruksi kerja yang dibuat dan ditetapkan
pada pekerjaan (perusahaan) yang bersangkutan. Jika pelaksanaanya
tidak konsisten prosesnya pun akan tidak sesuai demikian juga
mutunya atau hasil pekerjaannya pun menjadi rentan terhadap
penambahan biaya mungkin untuk kerja ulang, pekerjaan finishing, dan
lain-lain
Kecuali bila hal tersebut sudah melalui perhitungan dan evaluasi bahwa
hal-hal yang dilakukan demikian itu akan menghasilkan kerja dan
proses kerja yang baik (keputusan berada pada Manajer Pekerjaan;
alasan teknis harus wajar)
(e) Laporan-laporan pekerjaan
- melalui laporan harian pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh para
pengawas kepada pelaksana utama atau site manajer
- melalui laporan mingguan pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh
para koordinator pengawas atau pelaksana utama kepada site
manager atau project manager
- melalui laporan bulanan hasil usaha pekerjaan atau operasional
pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh site manager atau manajer
pekerjaan kepada perusahaan / direksi.
Isi laporan mencakup hal-hal sebagai berikut :
- realisasi progress fisik terhadap rencananya
- rencana diambil dari rap / jadwal pelaksanaan pekerjaan
- realisasi pendapatan dan biaya pekerjaan terhadap rencana-nya
Rencana diambil dari RAP yang masih valid (RAP yang merupakan
edisi / revisi terakhir)
B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu didefinisikan sebagai upaya pengawasan dan tindak turun
tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar memenuhi persyaratan
teknis yang telah ditetapkan di dalam Dokumen Kontrak.Prinsip dasar pengendalian
mutu suatu pekerjaan dapat dilihat pada gambar.
Pengukuran pengendalian mutu mencakup 2 (dua ) hal yaitu :
- dimensi (panjang, lebar, tinggi, tebal, kemiringan, dsb)
- kualitas (kepadatan, kuat tekan, daya dukung tanah, dsb)
Terdapat tiga jenis pengendalian yang harus dilakukan, yaitu :
- pengendalian mutu bahan baku (seperti : tanah, batu,semen)
- pengendalian mutu bahan olahan (misalnya ; batu pecah hasil stone crasher,
dukan semen, adukan beton dan lain-lain)
- pengendalian mutu hasil pekerjaan (misalnya timbunan tanah, beton struktur
dll).
Untuk setiap obyek yang akan diperiksa ada 5 data yang harus dicatat :
- nama pemeriksaan,
- metode pemeriksaan
- frekuensi pemeriksaan
- spesifikasi / persyaratan mutu : misalnya kepadatan 100%
- toleransi hasil : misalnya 0 %
C. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu dapat dilakukan dengan cara pembuatan jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang memuat masing-masing jenis pekerjaan. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan :
i. kebutuhan dan fungsi pekerjaan tersebut dengan selesainya pekerjaan tersebut
diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
ii. keterkaitannya dengan pekerjaan berikutnya ataupun kelanjutan dari pekerjaan
sebelumnya.
iii. alasan sosial politik lainnya, apabila pekerjaan tersebut milik pemerintah.
iv. kondisi alam dan lokasi pekerjaan
v. keterjangkauan lokasi pekerjaan ditinjau dari fasilitas perhubungannya
vi. ketersedian dan keterkaitan sumber daya material, peralatan dan material
pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya pekerjaan yang bersangkutan
vii. kapasitas/daya tampung area kerja pekerjaan terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung
viii. produktivitas sumber daya, peralatan pekerjaan, dan tenaga kerja pekerjaan,
selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang
memenuhi aturan teknis
ix. cuaca, musim, debit banjir, skala gempa tahunan, dan lain-lain
x. referensi hari kerja efektif (pekerjaan) dengan mempertimbangkan hari-hari
libur resmi nasional, daerah, dan hari-hari keagamaan, serta adat setempat
dimana pekerjaan berada.
xi. kesiapan sponsor pekerjaan atau sumber daya finansial pekerjaan atau
ketersediaan dana pekerjaan yang bersangkutan.
Pengendalian waktu dapat dikontrol dengan pembuatan jadwal pekerjaan. Beberapa
jenis jadwal dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan pekerjaan antara
lain adalah :
a) Bar Charts – Basic and Linked (Diagram Balok-Asli dan Terkait)
b) Critical Path Method atau network planning

6 KETENTUAN LAIN-LAIN
a. Peralatan
Semua peralatan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
b. Administrasi dan Dokumentasi
1) Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan program dan jadual pelaksanaan sesuai
dengan syarat-syarat dokumen lelang dengan menggunakan bar chart dan kurva
S. Aktifitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan sementara dan tetap.
2) Laporan Bulanan Kemajuan Pelaksanaan
Setiap bulannya kontraktor harus membuat dua kali laporan yaitu pada
pertengahan bulan dan akhir bulan, yang menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai
berikut:
(1) Prosentase kemajuan pekerjaan bedasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya;
(2) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana pekerjaan harus sesuai dengan yang dicapai pada laporan;
(3) Rencana kegiatan untuk bulan berikutnya.
3) Laporan Harian Dan Mingguan
Kontraktor harus membuat laporan harian dan rekap mingguan atas setiap
kegiatan yang dilaksanakan, persiapan pekerjaan dan peralatan serta data-data
lain yang berkaitan denganpelaksanaan pekerjaan.
4) Foto Kemajuan Pekerjaan
Penyedia jasa harus menyerahkan foto kemajuan pekerjaan kepada direksi
pekerjaan mengenai kemajuan pekerjaan pada lokasi pekerjaan selama masa
kontrak.
Foto diambil pada waktu:
a.Sebelum pekerjaan dimulai atau pada waktu pemasangan bouwplank;
b.Kemajuan pekerjaan mencapai 50 % (sedang dilaksanakan);
c.Kemajuan pelaksanaan 100 %;
d.Selesai masa pemeliharaan.
c. Pemeriksaan Awal Berasama
1. Sebelum pekerjaan konstruksi fisik dimulai harus diadakan pemeriksaan awal
bersama (Mutual check awal MC.O), pekerjaan ini harus dilaksanakan
Pemborong dengan pengawasan dari Direksi pekerjaan.
2. Mutual check awal (MC.O) harus sudah selesai paling lambat satu bulan setelah
diterbitkan surat perintah mulai kerja. Apabila dalam waktu yang ditetapkan
oleh pemilik secara sepihak tanpa meminta persetujuan dari Pemborong.
d. Gambar Kerja
Sebelum pelaksanaan pekerjaan fisik konstruksi dilakukan Pemborong harus
membuat gambar kerja (Gambar pelaksanaan) terlebih dahulu.
Semua gambar kerja tersebut sebelum dilaksanakan harus disetujui oleh Direksi
pekerjaan.

e. Gambar Purna Laksana (Terpasang/terbangun As Built Drawing)


Pemborong diwajibkan membuat gambar purna laksana (as built drawing) dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Gambar harus baku dengan ukuran kertas A1 dan A3, gambar dibuat di atas
kertas kalkir ukuran A1 yang kemudian diperkecil menjadi kalkir ukuran A3 (di
"reduce"), dengan mesin copy/cetak yang dapat dicetak kembali.
2. Gambar harus lengkap dengan gambar situasi, denah, potongan-potongannya
secara lengkap.
3. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi
 1 (satu) set kalkir ukuran A1.
 1 (satu) set kalkir ukuran A3 merupakan pengecilan dari A1.
 3 (tiga) set cetakan gambar ukuran A1 yang dijilid rapi.
 6 (enam) set cetakan (foto copy) gambar ukuran A3 yang dijilid rapi
menjadi buku.
4) Gambar-gambar purna laksana (as built drawing) harus sudah-selesai pada
waktu penyerahan pertama pekerjaan.
f. Pekerjaan Kurang Sempurna
Pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan Direksi/ Petugas
Proyek, Pemborong harus memperbaiki ataupun mengulangi perkerjaan tersebut
hingga memenuhi syarat. Biaya perbaikan pengulangan pekerjaan ini menjadi
tanggungan Pemborong.

Anda mungkin juga menyukai