Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV
ANALISIS HIDROLOGI

4.1. KOLAM RETENSI IMOGIRI

4.1.1 Analisis Data Hujan


A. Ketersediaan Data Hujan
Data hujan yang digunakan dari 5 stasiun hujan terdekat dengan DAS Celeng, dengan
ketersediaan data yang bervariasi, yaitu: Stasiun Barongan, Stasiun Siluk, Stasiun Bedugan,
Stasiun Pundong, dan Stasiun Terong. Data hujan yang digunakan antara tahun 2001 sampai
2017. Namun, ada beberapa data yang tidak ada dan juga alat yang rusak pada tahun tertentu.
Berikut merupakan ketersediaan data hujan yang ada pada 5 stasiun hujan tersebut, disajikan
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Ketersediaan data hujan pada stasiun hujan yang digunakan

Pada tahun 2001, 2002, 2003, 2007, dan 2017 pada Stasiun Siluk ada sebagian data hujan
yang hilang. Pada stasiun hujan Barongan pada tahun 2011 dan 2017 juga ada sebagian data
yang hilang. Sementara itu pada tahun 2009 – 2011 pada stasiun Terong kemungkinan
mengalami kerusakan sehingga tidak tersedia data hujan pada tahun tersebut, sementara pada
tahun 2011 Stasiun Bedugan juga tidak tersedia data hujan. Dengan pertimbangan tersebut,
maka dalam studi ini digunakan metode pengisian data hilang untuk stasiun hujan yang sebagian
datanya hilang serta menggunakan beberapa konfigurasi poligon thiessen untuk menentukan
hujan harian rerata kawasan di DAS Celeng. Adapun metode pengisian data hilang digunakan
metode resiprocal, dimana jarak antara stasiun hujan disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.2 Jarak antar stasiun hujan yang digunakan (satuan km)
Nama Pos Hujan Bedugan Terong Siluk Pundong Barongan
Bedugan 0,000 7,191 10,187 12,399 5,997
Terong 7,191 0,000 11,746 15,470 10,130
Siluk 10,187 11,746 0,000 4,124 4,775

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 1


ANALISIS HIDROLOGI

Pundong 12,399 15,470 4,124 0,000 6,404


Barongan 5,997 10,130 4,775 6,404 0,000

B. Pemeriksaan Konsistensi Data Hujan


Konsistensi dari pencatatan data hujan diperiksa dengan menggunakan metode kurva massa
ganda (double mass curve). Metode ini membandingkan hujan tahunan kumulatif pada stasiun
referensi terhadap beberapa stasiun di dekatnya. Pada studi ini dilakukan uji konsistensi data
hujan di masing – masing stasiun hujan, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa kelima uji konsistensi data dari masing – masing stasiun hujan
menghasilkan garis lurus (linier) dengan nilai R mendekati nilai 1. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pencatatan data hujan pada Stasiun Bedugan, Stasiun Pundong, Stasiun
Terong, Stasiun Siluk, dan Stasiun Barongan adalah konsisten.

Gambar 4.1 Pengujian konsistensi data dengan kurva massa ganda

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 2


ANALISIS HIDROLOGI

C. Penentuan Curah Hujan Rerata DAS


Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun tersebut
berada, sehingga hujan pada suatu luasan DAS harus diperkirakan dari titik pengukuran stasiun
hujan tersebut. Dalam studi ini digunakan metode poligon Thiessen untuk menentukan hujan
rerata DAS Celeng. Metode ini memperhitungkan bobot dari masing – masing stasiun hujan
yang mewakili luasan di sekitarnya. Prosedur pembentukan poligon Thiessen ditunjukkan dalam
Gambar 3.2. Dari hasil poligon Thiessen selanjutnya didapatkan koefisien bobot yang
digunakan untuk mengalikan kedalaman hujan pada stasiun masing-masing, sebagaimana
disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil analisis koefisien bobot dari poligon Thiessen dengan 5 stasiun

No Name Pos hujan Luas (km2) Bobot α


1 DAS KALI CELENG Barongan 12,225 0,485
2 DAS KALI CELENG Bedugan 1,107 0,044
3 DAS KALI CELENG Terong 5,150 0,204
4 DAS KALI CELENG Siluk 6,744 0,267
Total 25,226 1

Gambar 4.2 Penentuan poligon Thiessen pada DAS Celeng dengan 5 stasiun

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 3


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 4.4 Hasil analisis koefisien bobot dari poligon Thiessen dengan 4 stasiun

No Name Pos hujan Luas (km2) Bobot α


1 DAS KALI CELENG Barongan 14,4318 0,572
2 DAS KALI CELENG Bedugan 3,9978 0,158
3 DAS KALI CELENG Siluk 6,7964 0,269
Total 25,226 1,000

Gambar 4.2 Penentuan poligon Thiessen pada DAS Celeng dengan 4 stasiun

Tabel 4.5 Hasil analisis koefisien bobot dari poligon Thiessen dengan 3 stasiun

No Name Pos hujan Luas (km2) Bobot α


1 DAS KALI CELENG Barongan 18,4296 0,731
2 DAS KALI CELENG Siluk 6,7964 0,269
Total 25,226 1,000

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 4


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 4.3 Penentuan poligon Thiessen pada DAS Celeng dengan 2 stasiun

Dari hasil analisis hujan harian rerata DAS menggunakan poligon Thiessen, selanjutnya
ditentukan hujan harian rerata maksimum tahunan pada DAS Celeng per tahun. Hujan harian
maksimum tahunan pada DAS Celeng dari tahun 2001 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.6
Selanjutnya data tersebut digunakan untuk analisis frekuensi untuk menentukan hujan rancangan
DAS dengan kala ulang tertentu.

Tabel 4.6 Hujan harian maksimum tahunan DAS Celeng

Hujan
Tahun
(mm)
2001 51,43
2002 57,06
2003 44,63
2004 70,07
2005 83,55
2006 253,01
2007 227,78
2008 57,55
2009 43,74
2010 48,54
2011 67,68
2012 29,14
2013 61,48
2014 38,07
2015 100,56
2016 82,59
2017 221,80

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 5


ANALISIS HIDROLOGI

4.1.2 Analisis Frekuensi

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan hujan harian maksimum adalah melakukan


analisis frekuensi untuk mendapatkan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu. Tujuan
analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim
terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Berdasarkan data
hujan dapat diperkirakan hujan yang diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam T tahun.
Beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis) yang sering digunakan dalam analisis
frekuensi untuk hidrologi, seperti distribusi normal, log normal, Gumbel, dan Log Pearson.
Analisis parameter statistik yang digunakan disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Analisis parameter statistik yang digunakan

Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data pengamatan dilakukan dengan
mencocokkan parameter statistik dengan syarat masing – masing jenis distribusi sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.5.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 6


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 4.8 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi


Hasil
No Distribusi Persyaratan
Hitungan
1 Normal (x ± s) = 68,27% 126,038 %
(x ± 2s) = 95,44% 161,566 %
Cs = 0 1,642
Ck = 3 1,307
2 Log Normal Cs = C3v + 3Cv 0,447
8 6 4
Ck = C + 6C +15C +16C +3
v v v
2
v
3,358
3 Gumbel Cs = 1,14 1,642
Ck = 5,4 1,307
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas

Dari analisis kecocokan jenis distribusi menunjukkan bahwa hasil analisis lebih mengarah ke
Log Pearson III. Namun mengingat perbedaan antara parameter statistik hasil hitungan dan nilai
persyaratan tidak begitu besar, maka selanjutnya dilakukan penggambaran pada kertas
probabilitas berdasarkan data kedalaman dan probabilitas dari masing-masing distribusi untuk
mendapatkan jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva teoritis, seperti diberikan
berikut ini.

Gambar 3.3 Penggambaran data pada kertas distribusi normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 7


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.4 Penggambaran data pada kertas distribusi log normal

Gambar 3.5 Penggambaran data pada kertas distribusi Gumbel

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 8


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.6 Penggambaran data pada kertas distribusi Log-Pearson III

Uji kecocokan dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan distribusi hujan rancangan
yang paling tepat dari beberapa pola distribusi yang ada. Ada 2 macam uji kecocokan yaitu
dengan Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov.

a. Uji Chi-Kuadrat (Chi Square)

Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena sebelum dilakukan
pengujian, data pengamatan harus dikelompokkan terlebih dahulu. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Tabel berikut ini.

Tabel 4.9. Uji Chi-Kuadrat distribusi normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 9


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.7. Uji Chi-Kuadrat distribusi log normal

Tabel 3.8. Uji Chi-Kuadrat distribusi Gumbel

Tabel 3.9. Uji Chi-Kuadrat distribusi Log Pearson III

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 10


ANALISIS HIDROLOGI

b. Uji Smirnov – Kolmogorov

Hasil uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov dicari dari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Pengujian dapat diterima apabila jarak penyimpangan terbesar (∆maks)
harus lebih kecil dari ∆kritik. Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai ∆maks terkecil. Uji
Smirnov-Kolmogorov untuk DAS Celeng disajikan pada Tabel 3.10. Menurut Uji Smirnov-
Kolmogorov distribusi yang terbaik adalah distribusi Log Normal dengan nilai ∆kritik = 0,320 dan
∆maks = 0,109.

Tabel 3.10. Uji Smirnov - Kolmogorov

Dari 2 uji kecocokan yang lakukan maka dipilih hujan rancangan dengan distribusi Log
Pearson III karena dari 2 uji kecocokan tersebut kedua-duanya dapat diterima dan untuk Uji
Smirnov - Kolmogorov hasilnya yang terbaik. Adapun hasil hitungan analisis frekuensi untuk
mendapatkan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dari masing – masing distribusi
disajikan pada Tabel 3.11.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 11


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.11. Hujan rancangan dengan berbagai kala ulang

3.1 Hidrograf Satuan Sintentik

Di daerah dimana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf satuan, maka
dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik dari DAS. Dalam studi ini
digunakan beberapa metode untuk menentukan HSS diantaranya metode Gama 1, metode
Nakayasu, metode Snyder, dan metode SCS. Berikut hasil analisis HSS dari masing – masing
metode yang digunakan.

a. Metode GAMA 1

Hidrograf satuan sintesis Gama 1 dikembangkan oleh Sri Harto (1993, 2000) berdasarkan
perilaku hidrologis 30 DAS di Pulau Jawa. HSS Gama 1 terdiri dari 3 bagian pokok yaitu sisi
naik (rising limb), puncak (crest) dan sisi turun/ resesi (recession limb). Parameter karakteristik
DAS Celeng yang digunakan untuk menentukan HSS Gama 1 disajikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Parameter DAS yang digunakan pada metode Gama 1


No. Parameter Simbol Satuan Nilai
1 Jumlah Panjang Sungai Tingkat 1 km 26,65
2 Jumlah Panjang Sungai Semua km 55,430
Tingkat
3 Jumlah Pangsa Sungai Tingkat 1 40
4 Jumlah Pangsa Sungai Semua 78
Tingkat
5 Lebar Atas DAS WU km 4,180
6 Lebar Bawah DAS WL km 2,451
7 Elevasi Hulu Sungai m 217
8 Elevasi Hilir Sungai m 16
9 Luas DAS A km2 25,226
10 Panjang Sungai Utama L km 13,010
11 Faktor Sumber SF - 0,481
12 Faktor Simetri SIM - 0,884
13 Faktor Lebar WF - 1,705

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 12


ANALISIS HIDROLOGI

14 Jumlah Pertemuan Sungai JN - 41


15 Kemiringan Sungai Rerata S - 0,015
16 Frekuensi Sumber SN - 0,513
17 Luas DAS sebelah hulu AU km2 13,082
18 Luas Relatif DAS Bagian Hulu RUA - 0,519
19 Kerapatan Jaringan Kuras D km/km2 2,197

Beberapa parameter pada Tabel di atas, didapatkan dari Gambar 3.7, Gambar 3.8, Gambar
3.9, dan Gambar 3.10. Dengan data tersebut selanjutnya dihitung beberapa parameter berikut.

1. Waktu puncak HSS Gama 1 (TR)

 L 
TR  0, 43    1, 0665 SIM  1, 2775
 100SF 

 13, 010 
 0, 43    1, 0665 x0,884  1, 2775  2, 229 jam
 100 x0, 481 

Gambar 3.7 DAS Celeng dan penentuan pangsa sungai parameter Gama 1
2. Debit puncak banjir (QP)
QP  0,1836 A0,5886TR0,4008 JN 0,2381

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 13


ANALISIS HIDROLOGI

 0,1836 x25, 2260,5886 x2, 2290,4008 x410,2381  2,154 m3 / s


3. Waktu dasar (TB)
TB  27, 4132TR0,1457 S 0,0986 SN 0,7344 RUA0,2574

 27, 4132 x2, 2290,1457 x0,0150,0986 x0,5130,7344 x0,5190,2574


 24, 036 jam
4. Koefisien resesi (K)
K  0,5617 A0,1798 S 0,1446 SF 1,0897 D0,0452

 0,5617 x25, 2260,1798 x0,0150,1446 x0, 4811,0897 x 2,1970,0452


 4, 222

Gambar 3.8 Penentuan JN dalam parameter Gama 1

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 14


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.9 Penentuan AU dalam parameter Gama 1


5. Aliran dasar (QB)
QB  0, 4715 A0,6444 D0,9430

 0, 4715 x25, 2260,6444 x2,1970,9430

 7,990 m3 / s
6. Besarnya  indek
4
6 13  A 
 indeks  10, 4903  3,859 x10 A  1, 6985 x10
2
 
 SN 
4
6 13  25, 226 
 10, 4903  3,859 x10 x25, 226  1,6985 x10
2
 0,513 
 
 10, 488 mm / jam

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 15


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.10 Penentuan WU dan WL dalam parameter Gama 1

Parameter hidrograf satuan Gama 1 tersebut digunakan untuk menghitung ordinat hidrograf
pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ...., n) seperti dijelaskan sebagai berikut.

a. Untuk 0 < t < TR = 2,229 jam


Kurva naik hidrograf adalah linier, dengan nilai Qt = 0 pada t = 0 sampai Qt = QP pada
waktu t = TR

b. Untuk t > TR = 2,229


Kurva mengikuti persamaan:

Qt  Qp et K  2,154e(t 2,229) 4,222

Hasil analisis hidrograf satuan sintetik Gama 1 setelah dilakukan koreksi karena kedalaman
hujan tidak sama dengan satu, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.13 dan bentuk dari HSS
Gama 1 asli dan koreksi dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 16


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.13 Hitungan hidrograf koreksi metode Gama 1


Q
Q
t (jam ke) koreksi
(m3/s)
(m3/s)
0 0,000 0,000
1 1,077 0,669
2 2,154 1,337
3 1,699 1,055
4 1,341 0,833
5 1,058 0,657
6 0,835 0,518
7 0,659 0,409
8 0,520 0,323
9 0,410 0,255
10 0,324 0,201
11 0,255 0,159
12 0,202 0,125
13 0,159 0,099
14 0,126 0,078
15 0,099 0,061
16 0,078 0,049
17 0,062 0,038
18 0,049 0,030
19 0,038 0,024
20 0,030 0,019
21 0,024 0,015
22 0,019 0,012
23 0,015 0,009
24 0,012 0,007
25 0,009 0,006
26 0,007 0,005
27 0,006 0,004
28 0,005 0,003
29 0,004 0,002
30 0,003 0,002
31 0,002 0,001
32 0,002 0,001
33 0,001 0,001
34 0,001 0,001
35 0,001 0,001
36 0,001 0,000
37 0,001 0,000
38 0,000 0,000
Jumlah 11,286 7,007
HE 1,611 1,000

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 17


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.11 Hidrograf Satuan Sintetis Gama 1 – asli dan koreksi


b. Metode Nakayasu

Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasar beberapa sungai di Jepang.


Parameter DAS Celeng yang digunakan untuk menentukan HSS Nakayasu disajikan pada Tabel
3.14.

Tabel 3.14. Parameter DAS untuk mencari HSS Nakayasu


Parameter Simbol Satuan Nilai
Luas DAS A km2 25,226
Panjang Sungai L km 13,010
Utama

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

tg  0, 21L0,7  0, 21x13,0100,7  1, 265 jam

tr  0, 75t g  0, 75 x1, 265  0,949 jam

Tp  t g  0,8Tr  1, 265  0,8 x0,949  2, 0246 jam

T0,3   t g  2 x1, 265  2,531 jam

1  ARe  1  25, 226 x1 


Qp      2, 233 m3 / s
3, 6  0,3Tp  T0,3  3, 6  0,3 x2, 0246  2,531 

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 18


ANALISIS HIDROLOGI

Parameter hidrograf satuan Nakayasu tersebut digunakan untuk menghitung ordinat


hidrograf pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ..., n) seperti diberikan pada tabel
berikut ini.

a. Pada kurva naik (0 < t < Tp = 2,025)


2,4
 t   t 
2,4

Qt  Q p    2, 233  
T  2, 025 
 p 

t (jam) Q (m3/d)
0 0
1 0,411
2 2,168
2,025 2,233

b. Pada kurva turun (Tp = 2,025< t < Tp + T0,3 = 4,555)


t T  T
Qr  Qp x0,3 p 0,3  2, 233x0,3t 2,025 2,531

t (jam) Q (m3/d)
3 1,404
4 0,872
4,555 0,670

c. Pada kurva turun (Tp + T0,3 = 4,555< t < Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 8,351)
 
 t Tp   0,5T0,3   1,5T0,3   t  2,025   0,5 x 2,531 1,5 x 2,531
Qr  Qp x0,3 
 2, 233x0,3

t (jam) Q (m3/d)
5 0,582
6 0,424
7 0,309
8,000 0,225
8,351 0,201

d. Pada kurva turun (t > Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 8,351)


 
 t Tp  1,5T0,3   2T0,3   t  2,025   1,5 x 2,531  2 x 2,531
Qr  Q p x0,3 
 2, 233x0,3

t (jam) Q (m3/d) t (jam) Q (m3/d)


9 0,172 22 0,008
10 0,136 23 0,006
11 0,107 24 0,005
12 0,084 25 0,004

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 19


ANALISIS HIDROLOGI

13 0,067 26 0,003
14 0,052 27 0,002
15 0,041 28 0,002
16 0,033 29 0,001
17 0,026 30 0,001
18 0,020 31 0,001
19 0,016 32 0,001
20 0,013 33 0,001
21 0,010 34 0,000

Hitungan hidrograf satuan sintetis terkoreksi dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
metode Gama 1, dan hasilnya seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.15 dan Gambar 3.12.

Tabel 3.15 Hitungan hidrograf koreksi metode Nakayasu


t (jam ke) Q (m3/s) Q koreksi (m3/s)
0 0,000 0,000
1 0,411 0,400
2 2,168 2,109
3 1,404 1,365
4 0,872 0,848
5 0,582 0,566
6 0,424 0,412
7 0,309 0,300
8 0,225 0,218
9 0,172 0,167
10 0,136 0,132
11 0,107 0,104
12 0,084 0,082
13 0,067 0,065
14 0,052 0,051
15 0,041 0,040
16 0,033 0,032
17 0,026 0,025
18 0,020 0,020
19 0,016 0,016
20 0,013 0,012
21 0,010 0,010
22 0,008 0,008
23 0,006 0,006
24 0,005 0,005
25 0,004 0,004
26 0,003 0,003
27 0,002 0,002
28 0,002 0,002
29 0,001 0,001

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 20


ANALISIS HIDROLOGI

30 0,001 0,001
31 0,001 0,001
32 0,001 0,001
33 0,001 0,001
34 0,000 0,000
Jumlah 7,206 7,007
HE 1,028 1,000

Gambar 3.12 Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu – asli dan koreksi


c. Metode Snyder

Hidrograf satuan sintetis ini dikembangkan oleh Snyder dari Amerika Serikat pada tahun
1938 yang memanfaatkan parameter DAS dari sejumlah DAS yang berada di dataran tinggi
Appalachian. Parameter DAS Celeng yang digunakan untuk menentukan HSS Snyder disajikan
pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Parameter DAS yang digunakan untuk mencari HSS Snyder

No. Parameter Simbol Satuan Nilai


1 Luas DAS A km2 25,226
2 Panjang Sungai Utama L km 13,010
3 Jarak antara titik kontrol ke titik Lc km 4,423
yang terdekat dengan titik berat

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

t p  0,75.Ct .( L.Lc )0,3  0,75x1,6x(13,010x4, 423)0,3  4,047 jam

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 21


ANALISIS HIDROLOGI

tp 4,047
tr    0,736 jam
5,5 5,5
C p .A 0,17.25, 226
Qp    1, 060 m3 / s
tp 4, 047

Tb  72  3.t p  72  3x 4, 017  84,14 jam

Snyder hanya membuat model untuk menghitung debit puncak dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai puncak dari suatu hidrograf saja, sehingga untuk mendapatkan lengkung
hidrografnya memerlukan waktu untuk menghitung parameter-parameternya. Untuk
mempercepat digunakan rumus Alexejev, yang memberikan bentuk hidrograf satuannya
sebagaimana disajikan sebagai berikut.

Q  f (t )

Q t
Y dan X 
Qp Tp

a
1 x 2
Y  10 x
dengan a diperoleh dari persamaan berikut:

Qp .Tp 1,060 x4,047 x3,6


   0,612
h. A 1x25, 226

a  1,32 2  0,15  0,045  1,32 x0,6122  0,15 x0,612  0,045  0,613

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik Snyder yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.11.

Tabel 3.17 Hitungan hidrograf koreksi metode Snyder


Q Q koreksi
t (jam ke) t/Tp Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,247 0,036 0,038 0,038
2 0,494 0,471 0,499 0,497
3 0,741 0,877 0,929 0,924
4 0,988 1,000 1,059 1,054
5 1,235 0,937 0,993 0,987
6 1,482 0,796 0,843 0,839
7 1,729 0,639 0,677 0,674

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 22


ANALISIS HIDROLOGI

8 1,977 0,496 0,525 0,523


9 2,224 0,376 0,398 0,396
10 2,471 0,280 0,297 0,295
11 2,718 0,206 0,219 0,218
12 2,965 0,151 0,160 0,159
13 3,212 0,109 0,116 0,115
14 3,459 0,079 0,084 0,083
15 3,706 0,057 0,060 0,060
16 3,953 0,041 0,043 0,043
17 4,200 0,029 0,031 0,030
18 4,447 0,021 0,022 0,022
19 4,694 0,015 0,015 0,015
20 4,941 0,010 0,011 0,011
21 5,188 0,007 0,008 0,008
22 5,436 0,005 0,006 0,005
23 5,683 0,004 0,004 0,004
24 5,930 0,003 0,003 0,003
25 6,177 0,002 0,002 0,002
26 6,424 0,001 0,001 0,001
27 6,671 0,001 0,001 0,001
28 6,918 0,001 0,001 0,001
29 7,165 0,000 0,000 0,000
30 7,412 0,000 0,000 0,000
Jumlah 7,045 7,007
HE 1,005 1,000

Gambar 3.13 Hidrograf Satuan Sintetis Snyder – asli dan koreksi


d. Metode SCS

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 23


ANALISIS HIDROLOGI

SCS menggunakan hidrograf tak berdimensi yang dikembangkan dari analisis sejumlah
besar hidrograf satuan dari data lapangan dengan berbagai ukuran DAS dan lokasi berbeda.
Parameter DAS Celeng yang digunakan sama dengan metode sebelumnya sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.16. Ordinat hidrograf satuan untuk periode waktu berbeda dapata
diperoleh dari tabel berikut, dengan nilai (Gupta, 1989):

t p  Ct ( LLc )0,3  1,6 x(13,010x4, 423)0,3  5,397 jam

tp
tr   0,981 jam
5,5
tr 0,981
pr   tp   5,397  5,887 jam
2 2
0, 208. A 0, 208.25, 226
Qp    0,891 m3 / s
pr 5,887
Tabel 3.18 Hidrograf satuan metode SCS
t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp
0 0 1 1 2,4 0,18
0,1 0,015 1,1 0,98 2,6 0,13
0,2 0,075 1,2 0,92 2,8 0,098
0,3 0,16 1,3 0,84 3 0,075
0,4 0,28 1,4 0,75 3,5 0,036
0,5 0,43 1,5 0,66 4 0,018
0,6 0,6 1,6 0,56 4,5 0,009
0,7 0,77 1,8 0,42 5 0,004
0,8 0,89 2 0,32 0
0,9 0,97 2,2 0,24

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik SCS yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.14.

Tabel 3.19 Hitungan hidrograf koreksi metode SCS


Q Q koreksi
t (jam ke) t/pr Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,00 0,000 0,000 0,000
1 0,17 0,057 0,051 0,050
2 0,34 0,208 0,185 0,183
3 0,51 0,446 0,398 0,393
4 0,68 0,735 0,655 0,647
5 0,85 0,929 0,828 0,818
6 1,02 0,996 0,888 0,877
7 1,19 0,927 0,826 0,816
8 1,36 0,787 0,701 0,693

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 24


ANALISIS HIDROLOGI

9 1,53 0,631 0,563 0,556


10 1,70 0,491 0,438 0,432
11 1,87 0,386 0,344 0,340
12 2,04 0,289 0,258 0,255
13 2,21 0,235 0,210 0,207
14 2,38 0,187 0,166 0,164
15 2,55 0,143 0,127 0,126
16 2,72 0,111 0,099 0,098
17 2,89 0,088 0,078 0,077
18 3,06 0,071 0,063 0,062
19 3,23 0,057 0,051 0,050
20 3,40 0,044 0,039 0,039
21 3,57 0,034 0,030 0,030
22 3,74 0,027 0,024 0,024
23 3,91 0,021 0,019 0,019
24 4,08 0,017 0,015 0,015
25 4,25 0,014 0,012 0,012
26 4,42 0,011 0,009 0,009
27 4,59 0,008 0,007 0,007
28 4,76 0,006 0,006 0,006
29 4,93 0,005 0,004 0,004
30 5,10 0,000 0,000 0,000
Jumlah 7,095 7,007
HE 1,013 1,000

Gambar 3.14 Hidrograf Satuan Sintetis SCS – asli dan koreksi

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 25


ANALISIS HIDROLOGI

3.2 Hyetograph Hujan Rancangan

Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman (hyetograph). Untuk dapat mengubah hujan
rancangan ke dalam besaran hujan jam-jaman perlu didapatkan terlebih dahulu suatu pola
distribusi hujan jam-jaman. Model distribusi hujan yang digunakan dalam studi ini adalah
Alternaint Block Method (ABM), dengan sebelumnya dilakukan perhitungan intensitas hujan
dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut.

 Rt   24 
n

ITt   24  
 24   t 

Dengan:

ITt : Intensitas hujan pada durasi t dengan kala ulang T (mm/jam)


t
R24 : Intensitas hujan harian maksimum pada t yang ditinjau (mm/hari)
t : Durasi hujan (jam)
n : Konstanta (2/3)

Penentuan durasi hujan diperoleh dari stasiun hujan otomatis. Data hujan yang digunakan
adalah yang mempunyai kedalaman hujan di atas 50 mm, yang diperkirakan setara dengan
periode ulang satu tahunan. Dalam studi ini digunakan data hujan dari stasiun hujan otomatis di
kelima stasiun hujan dari tahun 2008 – 2017. Selanjutnya dibuat frekuensi kejadian dalam
bentuk mawar angin menggunakan software WRPlot sebagaimana disajikan pada Gambar 3.15.
Berdasarkan pengamatan data hujan kemudian ditetapkan durasi hujan 4 jam sebagai durasi
yang mewakili kondisi hujan yang sering terjadi di lokasi penelitian.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 26


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.15 Frekuensi kejadian hujan dengan mawar angin

Berikut disajikan contoh perhitungan intensitas hujan dan distribusi hujan dengan ABM
untuk mendapatkan hujan rancangan pada kala ulang T = 50 tahun dengan durasi lama hujan
sebesar 4 jam, sebagaimana rata-rata durasi hujan di wilayah studi.

Tabel 3.20 Hitungan hyetograph dengan metode ABM untuk P50


Dist Dist
t I ΣP P
ABM % Dist ABM P50
(jam) (mm/jam) (mm) (mm)
(mm) (mm)
1 124,6 124,6 124,6 22,72 11,5 41,29
2 78,5 157,0 32,4 124,63 63,0 226,46
3 59,9 179,7 22,7 32,39 16,4 58,86
4 49,5 197,8 18,1 18,09 9,1 32,87
197,8 100,0 359,48

Adapun hasil hitungan hytograph dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang T tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.21 dan Gambar 3.15.

Tabel 3.21 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 27


ANALISIS HIDROLOGI

t % Dist P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) ABM (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 11,49 7,59 13,55 19,50 30,22 41,29 55,79


2 63,00 41,64 74,32 106,95 165,75 226,46 305,99
3 16,37 10,82 19,32 27,80 43,08 58,86 79,53
4 9,14 6,04 10,79 15,52 24,06 32,87 44,41

Gambar 3.15 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

3.3 Perhitungan Hujan Efektif

Hujan efektif adalah bagian dari hujan yang menjadi aliran langsung di sungai. Hujan efektif
ini adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukaan tanah dikurang dengan kehilangan

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 28


ANALISIS HIDROLOGI

air. Salah satu cara untuk mencari kehilangan air guna menghitung aliran langsung adalah
dengan menggunakan metode  indeks. Nilai  indeks adalah laju kehilangan air rerata yang
disebabkan karena infiltrasi, tampungan permukaan dan penguapan. Besarnya Nilai  indeks
dilakukan dengan pendekatan Gama 1, sebagaimana dijelaskan berikut:
4
6 13  A 
 indeks  10, 4903  3,859 x10 A  1, 6985 x10
2
 
 SN 
4
6 13  25, 226 
 10, 4903  3,859 x10 x25, 226  1,6985 x10
2
 0,513 
 
 10, 488 mm / jam

Selanjutnya nilai  indeks di atas akan mengurangi total hujan rancangan dari analisis
sebelumnya untuk mendapatkan kedalaman limpasan. Sebagai contoh diberikan grafik
perhitungan hujan efektif pada kala ulang T = 50 tahun.

Gambar 3.16 Perhitungan hujan efektif dengan  indeks pada kala ulang T = 50 tahun

Adapun hasil hitungan hujan efektif dengan  indeks dengan berbagai kala ulang T tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.22 dan Gambar 3.17.

Tabel 3.22 Hasil hitungan hujan efektif dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 0,00 5,78 10,56 16,59 21,07 25,51


2 39,18 78,73 104,93 138,02 162,57 186,94
3 2,42 12,70 19,51 28,11 34,49 40,83
4 0,00 2,46 6,26 11,07 14,63 18,17

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 29


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Distribusi hujan efektif dengan berbagai kala ulang

3.4 Debit Rancangan Banjir

Perhitungan debit rancangan banjir dilakukan dengan cara mengalikan hasil unit hidrograf
satuan sintetis HSS Gama 1, HSS Nakayasu, HSS Snyder, dan HSS SCS dengan intensitas hujan
efektif dengan berbagai kala ulang. Dari hasil analisis didapatkan nilai debit rancangan banjir
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.23.

Tabel 3.23 Hasil hitungan debit rancangan banjir dengan berbagai kala ulang
Q (m3/s)
T
Gama 1 Nakayasu Snyder SCS
2 61,993 91,565 51,508 44,324
5 127,860 186,976 109,624 93,732
10 172,470 251,442 150,117 128,623

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 30


ANALISIS HIDROLOGI

25 228,836 332,894 201,279 172,707


50 270,651 393,320 239,234 205,412
100 312,158 453,299 276,909 237,875

Berdasarkan Tabel 3.16, ditentukan debit banjir rancangan banjir menggunakan HSS Gama
1 dengan alasan yang relatif sesuai dengan kondisi di lapangan untuk keperluan penelusuran
banjir, yaitu debit banjir kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 228,836 m3/s, debit banjir kala ulang
50 tahun (Q50) sebesar 270,651 m3/s, debit banjir kala ulang 100 tahun (Q100) sebesar 312,158
m3/s. Berikut disajikan pula hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang dari beberapa metode
yang digunakan dalam studi ini.

Gambar 3.18 Hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 31


ANALISIS HIDROLOGI

4.2. EMBUNG BOLODUKUH

4.2.1 Analisis Data Hujan

Dalam perencanaan sistem hidrologi, data hujan merupakan data yang penting. Data hujan
yang digunakan dari Stasiun Hujan Gedangan yang merupakan stasiun terdekat dengan DAS
Embung Bolodukuh, dengan ketersediaan data antara tahun 2000 hingga 2017. Lokasi stasiun
hujan dari DAS Embung Bolodukuh dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dalam perencanaan debit
banjir rancangan, data hujan yang diperlukan adalah data hujan harian maksimum setiap
tahunnya, untuk selanjutnya dilakukan analisis frekuensi data hujan maksimum. Hasil analisis
frekuensi data hujan maksimum digunakan untuk memperkirakan hujan rencana dengan kala
ulang tertentu.

Gambar 3.1 Lokasi stasiun hujan Gedangan

Ketersedian data hujan pada stasiun tersebut dari tahun 2000 hingga 2017. Hujan harian
maksimum tahunan pada DAS Embung Bolodukuh dari tahun 2000 seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.1. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk analisis frekuensi.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 32


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.1 Hujan harian maksimum tahunan DAS Embung Bolodukuh

Hujan
Tahun
(mm)
2000 60,00
2001 115,00
2002 86,30
2003 80,20
2004 91,00
2005 64,50
2006 142,00
2007 74,50
2008 95,00
2009 85,50
2010 80,50
2011 88,00
2012 83,00
2013 97,50
2014 90,00
2015 69,00
2016 87,00
2017 127,40

4.2.2 Analisis Frekuensi

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan hujan harian maksimum adalah melakukan


analisis frekuensi untuk mendapatkan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu. Tujuan
analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim
terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Berdasarkan data
hujan dapat diperkirakan hujan yang diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam T tahun.
Beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis) yang sering digunakan dalam analisis
frekuensi untuk hidrologi, seperti distribusi normal, log normal, Gumbel, dan Log Pearson.
Analisis parameter statistik yang digunakan disajikan pada Tabel 3.2.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 33


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.2 Analisis parameter statistik yang digunakan

Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data pengamatan dilakukan dengan
mencocokkan parameter statistik dengan syarat masing – masing jenis distribusi sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi


Hasil
No Distribusi Persyaratan
Hitungan
1 Normal (x ± s) = 68,27% 110,555 %
(x ± 2s) = 95,44% 131,31 %
Cs = 0 1,144
Ck = 3 1,488
2 Log Normal Cs = C3v + 3Cv 0,147
8 6 4
Ck = C + 6C +15C +16C +3
v v v
2
v
3,038
3 Gumbel Cs = 1,14 1,144
Ck = 5,4 1,488
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas

Dari analisis kecocokan jenis distribusi menunjukkan bahwa tidak ada yang sesuai untuk
distribusi normal, log normal, dan Gumbel. Namun mengingat perbedaan antara parameter

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 34


ANALISIS HIDROLOGI

statistik hasil hitungan dan nilai persyaratan tidak begitu besar, maka selanjutnya dilakukan
penggambaran pada kerta probabilitas berdasarkan data kedalaman dan probabilitas dari masing-
masing distribusi untuk mendapatkan jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva
teoritis, seperti diberikan berikut ini.

Gambar 3.1 Penggambaran data pada kertas distribusi normal

Gambar 3.2 Penggambaran data pada kertas distribusi log normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 35


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.3 Penggambaran data pada kertas distribusi Gumbel

Gambar 3.4 Penggambaran data pada kertas distribusi Log-Pearson III

Uji kecocokan dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan distribusi hujan rancangan
yang paling tepat dari beberapa pola distribusi yang ada. Ada 2 macam uji kecocokan yaitu
dengan Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov.

c. Uji Chi-Kuadrat (Chi Square)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 36


ANALISIS HIDROLOGI

Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena sebelum dilakukan
pengujian, data pengamatan harus dikelompokkan terlebih dahulu. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Uji Chi-Kuadrat distribusi normal

Tabel 3.5 Uji Chi-Kuadrat distribusi log normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 37


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.6 Uji Chi-Kuadrat distribusi Gumbel

Tabel 3.7 Uji Chi-Kuadrat distribusi Log Pearson III

d. Uji Smirnov – Kolmogorov

Hasil uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov dicari dari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Pengujian dapat diterima apabila jarak penyimpangan terbesar (∆maks)
harus lebih kecil dari ∆kritik. Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai ∆maks terkecil. Uji
Smirnov-Kolmogorov untuk DAS Embung Bolodukuh disajikan pada Tabel 3.8. Menurut Uji
Smirnov-Kolmogorov distribusi yang terbaik adalah distribusi Gumbel dengan nilai ∆kritik =
0,310 dan ∆maks = 0,099.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 38


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.8 Uji Smirnov - Kolmogorov

Dari 2 uji kecocokan yang lakukan maka dipilih hujan rancangan dengan distribusi Gumbel
karena dari 2 uji kecocokan tersebut kedua-duanya dapat diterima dan untuk Uji Smirnov -
Kolmogorov hasilnya yang terbaik. Adapun hasil hitungan analisis frekuensi untuk mendapatkan
hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dari masing – masing distribusi disajikan pada Tabel
3.9.

Tabel 3.9. Hujan rancangan dengan berbagai kala ulang

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 39


ANALISIS HIDROLOGI

4.2.3 Hidrograf Satuan Sintentik

Di daerah dimana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf satuan, maka
dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik dari DAS. Dalam studi ini
digunakan beberapa metode untuk menentukan HSS diantaranya metode Gama 1, metode
Nakayasu, metode Snyder, dan metode SCS. Berikut hasil analisis HSS dari masing – masing
metode yang digunakan.

e. Metode GAMA 1

Hidrograf satuan sintesis Gama 1 dikembangkan oleh Sri Harto (1993, 2000) berdasarkan
perilaku hidrologis 30 DAS di Pulau Jawa. HSS Gama 1 terdiri dari 3 bagian pokok yaitu sisi
naik (rising limb), puncak (crest) dan sisi turun/ resesi (recession limb). Parameter karakteristik
DAS Embung Bolodukuh yang digunakan untuk menentukan HSS Gama 1 disajikan pada Tabel
3.10.

Tabel 3.10 Parameter DAS yang digunakan pada metode Gama 1


No. Parameter Simbol Satuan Nilai
1 Jumlah Panjang Sungai Tingkat 1 km 19,299
2 Jumlah Panjang Sungai Semua km 25,495
Tingkat
3 Jumlah Pangsa Sungai Tingkat 1 10
4 Jumlah Pangsa Sungai Semua 19
Tingkat
5 Lebar Atas DAS WU km 5,053
6 Lebar Bawah DAS WL km 1,629
7 Elevasi Hulu Sungai m 413
8 Elevasi Hilir Sungai m 191
9 Luas DAS A km2 17,688
10 Panjang Sungai Utama L km 8,123
11 Faktor Sumber SF - 0,757
12 Faktor Simetri SIM - 1,610
13 Faktor Lebar WF - 3,102
14 Jumlah Pertemuan Sungai JN - 9
15 Kemiringan Sungai Rerata S - 0,027
16 Frekuensi Sumber SN - 0,526
17 Luas DAS sebelah hulu AU km2 9,184
18 Luas Relatif DAS Bagian Hulu RUA - 0,519
19 Kerapatan Jaringan Kuras D km/km2 1,441

Beberapa parameter pada Tabel di atas, didapatkan dari Gambar 3.5, Gambar 3.6, Gambar
3.7, dan Gambar 3.8. Dengan data tersebut selanjutnya dihitung beberapa parameter berikut.

7. Waktu puncak HSS Gama 1 (TR)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 40


ANALISIS HIDROLOGI

 L 
TR  0, 43    1, 0665 SIM  1, 2775
 100SF 

 8,123 
 0, 43    1, 0665 x1, 610  1, 2775  2,995 jam
 100 x0, 757 

Gambar 3.5 DAS Embung Bolodukuh dan penentuan pangsa sungai parameter Gama 1
8. Debit puncak banjir (QP)
QP  0,1836 A0,5886TR0,4008 JN 0,2381

 0,1836 x17,6880,5886 x2,9950,4008 x90,2381  1,082 m3 / s


9. Waktu dasar (TB)
TB  27, 4132TR0,1457 S 0,0986 SN 0,7344 RUA0,2574

 27, 4132 x2,9550,1457 x0,0270,0986 x0,5260,7344 x0,5190,2574


 24,186 jam
10. Koefisien resesi (K)
K  0,5617 A0,1798 S 0,1446 SF 1,0897 D0,0452

 0,5617 x17,6880,1798 x0,0270,1446 x0,7571,0897 x1, 4410,0452

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 41


ANALISIS HIDROLOGI

 2,182

Gambar 3.6 Penentuan JN dalam parameter Gama 1

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 42


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.7 Penentuan AU dalam parameter Gama 1


11. Aliran dasar (QB)
QB  0, 4715 A0,6444 D0,9430

 0, 4715 x17,6880,6444 x1, 4410,9430

 4, 271 m3 / s
12. Besarnya  indek
4
6 13  A 
 indeks  10, 4903  3,859 x10 A  1, 6985 x10
2
 
 SN 
4
 17,688 
 10, 4903  3,859 x106 x17,6882  1,6985x1013  
 0,526 
 10, 489 mm / jam

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 43


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.8 Penentuan WU dan WL dalam parameter Gama 1

Parameter hidrograf satuan Gama 1 tersebut digunakan untuk menghitung ordinat hidrograf
pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ...., n) seperti dijelaskan sebagai berikut.

c. Untuk 0 < t < TR = 2,995 jam


Kurva naik hidrograf adalah linier, dengan nilai Qt = 0 pada t = 0 sampai Qt = QP pada
waktu t = TR

d. Untuk t > TR = 2,995


Kurva mengikuti persamaan:

Qt  Qp et K  1,082e(t 2,995) 2,182

Hasil analisis hidrograf satuan sintetik Gama 1 setelah dilakukan koreksi karena kedalaman
hujan tidak sama dengan satu, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.11 dan bentuk dari HSS
Gama 1 asli dan koreksi dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 44


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.11 Hitungan hidrograf koreksi metode Gama 1


Q
Q
t (jam ke) koreksi
(m3/s)
(m3/s)
0 0,000 0,000
1 0,361 0,348
2 0,722 0,696
2,995 1,082 1,042
3 1,080 1,040
4 0,683 0,658
5 0,432 0,416
6 0,273 0,263
7 0,173 0,166
8 0,109 0,105
9 0,069 0,066
10 0,044 0,042
11 0,028 0,027
12 0,017 0,017
13 0,011 0,011
14 0,007 0,007
15 0,004 0,004
16 0,003 0,003
17 0,002 0,002
18 0,001 0,001
19 0,001 0,001
20 0,000 0,000
Jumlah 5,102 4,913
HE 1,038 1,000

Gambar 3.9 Hidrograf Satuan Sintetis Gama 1 – asli dan koreksi

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 45


ANALISIS HIDROLOGI

f. Metode Nakayasu

Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasar beberapa sungai di Jepang.


Parameter DAS Embung Bolodukuh yang digunakan untuk menentukan HSS Nakayasu
disajikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Parameter DAS untuk mencari HSS Nakayasu


Parameter Simbol Satuan Nilai
Luas DAS A km2 17,688
Panjang Sungai L km 8,123
Utama

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

tg  0, 21L0,7  0, 21x8,1230,7  0,910 jam

tr  0, 75t g  0, 75 x0,910  0, 682 jam

Tp  t g  0,8Tr  0,910  0,8 x0, 682  1, 456 jam

T0,3   t g  2 x0,910  1,820 jam

1  ARe  1  17, 688 x1 


Qp      2,177 m3 / s

3, 6  0,3Tp  T0,3  3, 6  0,3 x1, 456  1,820 

Parameter hidrograf satuan Nakayasu tersebut digunakan untuk menghitung ordinat


hidrograf pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ..., n) seperti diberikan pada tabel
berikut ini.

e. Pada kurva naik (0 < t < Tp = 1,456)


2,4
 t   t 
2,4

Qt  Q p    2,177  
T  1, 456 
 p 

t (jam) Q (m3/d)
0 0
1 0,884
1,456 2,177

f. Pada kurva turun (Tp = 1,456< t < Tp + T0,3 = 3,276)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 46


ANALISIS HIDROLOGI

t T  T
Qr  Qp x0,3 p 0,3  2,177 x0,3t 1,456 1,820

t (jam) Q (m3/d)
2 1,519
3 0,784
3,276 0,653

g. Pada kurva turun (Tp + T0,3 = 3,276< t < Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 6,006)
 
 t Tp   0,5T0,3   1,5T0,3   t 1,456    0,5 x1,820  1,5 x1,820 
Qr  Qp x0,3 
 2,177 x0,3

t (jam) Q (m3/d)
4 0,475
5 0,305
6 0,196
6,006 0,196

h. Pada kurva turun (t > Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 6,006)


 
 t Tp  1,5T0,3    2T0,3   t 1,456   1,5 x1,820   2 x1,820 
Qr  Q p x0,3 
 2,177 x0,3

t (jam) Q (m3/d) t (jam) Q (m3/d)


7 0,141 17 0,005
8 0,101 18 0,004
9 0,073 19 0,003
10 0,052 20 0,002
11 0,038 21 0,001
12 0,027 22 0,001
13 0,019 23 0,001
14 0,014 24 0,001
15 0,010 25 0,000
16 0,007

Hitungan hidrograf satuan sintetis terkoreksi dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
metode Gama 1, dan hasilnya seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.13 dan Gambar 3.10.

Tabel 3.13 Hitungan hidrograf koreksi metode Nakayasu


t (jam ke) Q (m3/s) Q koreksi (m3/s)
0 0,000 0,000
1 0,884 0,635
1,456 2,177 1,564
2 1,519 1,091
3 0,784 0,563
4 0,475 0,341

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 47


ANALISIS HIDROLOGI

5 0,305 0,219
6 0,196 0,141
7 0,141 0,101
8 0,101 0,073
9 0,073 0,052
10 0,052 0,038
11 0,038 0,027
12 0,027 0,019
13 0,019 0,014
14 0,014 0,010
15 0,010 0,007
16 0,007 0,005
17 0,005 0,004
18 0,004 0,003
19 0,003 0,002
20 0,002 0,001
21 0,001 0,001
22 0,001 0,001
23 0,001 0,001
24 0,001 0,000
25 0,000 0,000
Jumlah 6,840 4,913
HE 1,392 1,000

Gambar 3.10 Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu – asli dan koreksi


g. Metode Snyder

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 48


ANALISIS HIDROLOGI

Hidrograf satuan sintetis ini dikembangkan oleh Snyder dari Amerika Serikat pada tahun
1938 yang memanfaatkan parameter DAS dari sejumlah DAS yang berada di dataran tinggi
Appalachian. Parameter DAS Embung Bolodukuh yang digunakan untuk menentukan HSS
Snyder disajikan pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Parameter DAS yang digunakan untuk mencari HSS Snyder

No. Parameter Simbol Satuan Nilai


1 Luas DAS A km2 17,688
2 Panjang Sungai Utama L km 8,123
3 Jarak antara titik kontrol ke titik Lc km 3,663
yang terdekat dengan titik berat

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

t p  0,75.Ct .( L.Lc )0,3  0,75x1,6 x(8,123x3,663)0,3  3,321 jam

tp 3,321
tr    0,604 jam
5,5 5,5
C p .A 0,17.177, 688
Qp    0,905 m3 / s
tp 3,321

Tb  72  3.t p  72  3x3,321  81,96 jam

Snyder hanya membuat model untuk menghitung debit puncak dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai puncak dari suatu hidrograf saja, sehingga untuk mendapatkan lengkung
hidrografnya memerlukan waktu untuk menghitung parameter-parameternya. Untuk
mempercepat digunakan rumus Alexejev, yang memberikan bentuk hidrograf satuannya
sebagaimana disajikan sebagai berikut.

Q  f (t )

Q t
Y dan X 
Qp Tp

a
1 x 2
Y  10 x
dengan a diperoleh dari persamaan berikut:

Qp .Tp 0,905x3,321x3,6
   0,612
h. A 1x17,688

a  1,32 2  0,15  0,045  1,32 x0,6122  0,15 x0,612  0,045  0,613

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 49


ANALISIS HIDROLOGI

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik Snyder yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.15 dan Gambar 3.11.

Tabel 3.15 Hitungan hidrograf koreksi metode Snyder


Q Q koreksi
t (jam ke) t/Tp Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,301 0,095 0,086 0,072
2 0,602 0,683 0,618 0,520
3 0,903 0,985 0,892 0,750
3,321 1,000 1,000 0,905 0,761
4 1,205 0,951 0,861 0,724
5 1,506 0,781 0,707 0,595
6 1,807 0,592 0,536 0,451
7 2,108 0,429 0,388 0,327
8 2,409 0,302 0,273 0,230
9 2,710 0,208 0,189 0,159
10 3,011 0,142 0,129 0,108
11 3,312 0,096 0,087 0,073
12 3,614 0,064 0,058 0,049
13 3,915 0,043 0,039 0,032
14 4,216 0,028 0,026 0,022
15 4,517 0,019 0,017 0,014
16 4,818 0,012 0,011 0,009
17 5,119 0,008 0,007 0,006
18 5,420 0,005 0,005 0,004
19 5,722 0,003 0,003 0,003
20 6,023 0,002 0,002 0,002
21 6,324 0,001 0,001 0,001
22 6,625 0,001 0,001 0,001
23 6,926 0,001 0,001 0,0005
24 7,227 0,000 0,000 0,000
Jumlah 5,843 4,913
HE 1,189 1,000

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 50


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.11 Hidrograf Satuan Sintetis Snyder – asli dan koreksi


h. Metode SCS

SCS menggunakan hidrograf tak berdimensi yang dikembangkan dari analisis sejumlah
besar hidrograf satuan dari data lapangan dengan berbagai ukuran DAS dan lokasi berbeda.
Parameter DAS Embung Bolodukuh yang digunakan sama dengan metode sebelumnya
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16. Ordinat hidrograf satuan untuk periode waktu berbeda
dapata diperoleh dari tabel berikut, dengan nilai (Gupta, 1989):

t p  Ct ( LLc )0,3  1,6 x(8,123x3,663)0,3  4, 428 jam

tp
tr   0,805 jam
5,5
tr 0,805
pr   tp   4, 428  4,830 jam
2 2
0, 208. A 0, 208.17, 688
Qp    0, 762 m3 / s
pr 4,830

Tabel 3.16 Hidrograf satuan metode SCS


t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 51


ANALISIS HIDROLOGI

0 0 1 1 2,4 0,18
0,1 0,015 1,1 0,98 2,6 0,13
0,2 0,075 1,2 0,92 2,8 0,098
0,3 0,16 1,3 0,84 3 0,075
0,4 0,28 1,4 0,75 3,5 0,036
0,5 0,43 1,5 0,66 4 0,018
0,6 0,6 1,6 0,56 4,5 0,009
0,7 0,77 1,8 0,42 5 0,004
0,8 0,89 2 0,32 0
0,9 0,97 2,2 0,24

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik SCS yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.17 dan Gambar 3.12.

Tabel 3.17 Hitungan hidrograf koreksi metode SCS


Q Q koreksi
t (jam ke) t/pr Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,00 0,000 0,000 0,000
1 0,21 0,081 0,062 0,053
2 0,41 0,301 0,229 0,196
3 0,62 0,636 0,484 0,414
4 0,83 0,912 0,695 0,595
4,830 1,00 1,000 0,762 0,652
5 1,04 0,993 0,756 0,647
6 1,24 0,886 0,675 0,577
7 1,45 0,706 0,538 0,460
8 1,66 0,521 0,397 0,339
9 1,86 0,388 0,296 0,253
10 2,07 0,292 0,222 0,190
11 2,28 0,217 0,165 0,141
12 2,48 0,159 0,121 0,104
13 2,69 0,115 0,088 0,075
14 2,90 0,087 0,066 0,056
15 3,11 0,067 0,051 0,044
16 3,31 0,051 0,039 0,033
17 3,52 0,035 0,027 0,023
18 3,73 0,028 0,021 0,018
19 3,93 0,020 0,016 0,013
20 4,14 0,015 0,012 0,010
21 4,35 0,012 0,009 0,008
22 4,55 0,008 0,006 0,006
23 4,76 0,006 0,005 0,004
24 4,97 0,004 0,003 0,003
25 5,18 0,000 0,000 0,000
Jumlah 5,744 4,913

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 52


ANALISIS HIDROLOGI

HE 1,169 1,000

Gambar 3.12 Hidrograf Satuan Sintetis SCS – asli dan koreksi

4.2.4 Hyetograph Hujan Rancangan

Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman (hyetograph). Untuk dapat mengubah hujan
rancangan ke dalam besaran hujan jam-jaman perlu didapatkan terlebih dahulu suatu pola
distribusi hujan jam-jaman. Model distribusi hujan yang digunakan dalam studi ini adalah
Alternaint Block Method (ABM), dengan sebelumnya dilakukan perhitungan intensitas hujan
dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut.

 R t   24 
n

ITt   24   
 24   t 

Dengan:

ITt : Intensitas hujan pada durasi t dengan kala ulang T (mm/jam)


t
R24 : Intensitas hujan harian maksimum pada t yang ditinjau (mm/hari)
t : Durasi hujan (jam)
n : Konstanta (2/3)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 53


ANALISIS HIDROLOGI

Berikut disajikan contoh perhitungan intensitas hujan dan distribusi hujan dengan ABM
untuk mendapatkan hujan rancangan pada kala ulang T = 50 tahun dengan durasi lama hujan
sebesar 6 jam, sebagaimana rata-rata durasi hujan di wilayah studi.

Tabel 3.18 Hitungan hyetograph dengan metode ABM untuk P50


Dist Dist
t I ΣP P
ABM % Dist ABM P50
(jam) (mm/jam) (mm) (mm)
(mm) (mm)
1 49,8 49,8 49,8 6,10 6,7 9,69
2 31,4 62,7 12,9 9,08 10,0 14,41
3 23,9 71,8 9,1 49,78 55,0 79,03
4 19,8 79,0 7,2 12,94 14,3 20,54
5 17,0 85,1 6,1 7,23 8,0 11,47
6 15,1 90,5 5,3 5,33 5,9 8,47
90,5 100,0 143,60

Adapun hasil hitungan hytograph dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang T tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.13.

Tabel 3.19 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 5,83 7,06 7,88 8,92 9,69 10,45


2 8,67 10,51 11,73 13,27 14,41 15,54
3 47,54 57,64 64,32 72,76 79,03 85,25
4 12,36 14,98 16,72 18,91 20,54 22,16
5 6,90 8,37 9,34 10,56 11,47 12,37
6 5,09 6,18 6,89 7,80 8,47 9,13

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 54


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.13 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

4.2.5 Perhitungan Hujan Efektif

Hujan efektif adalah bagian dari hujan yang menjadi aliran langsung di sungai. Hujan efektif
ini adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukaan tanah dikurang dengan kehilangan
air. Salah satu cara untuk mencari kehilangan air guna menghitung aliran langsung adalah
dengan menggunakan metode  indeks. Nilai  indeks adalah laju kehilangan air rerata yang
disebabkan karena infiltrasi, tampungan permukaan dan penguapan. Besarnya Nilai  indeks
dilakukan dengan pendekatan Gama 1, sebagaimana dijelaskan berikut:

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 55


ANALISIS HIDROLOGI

4
 A 
 indeks  10, 4903  3,859 x106 A2  1, 6985 x1013  
 SN 
4
6 13  17, 688 
 10, 4903  3,859 x10 x17, 688  1, 6985x10
2
 0,526 
 
 10, 489 mm / jam

Selanjutnya nilai  indeks di atas akan mengurangi total hujan rancangan dari analisis
sebelumnya untuk mendapatkan kedalaman limpasan. Adapun hasil hitungan hujan efektif
dengan  indeks dengan berbagai kala ulang T tahun dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Hasil hitungan hujan efektif dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00


2 0,00 0,02 1,24 2,78 3,92 5,05
3 37,05 47,15 53,83 62,27 68,54 74,76
4 1,87 4,49 6,23 8,42 10,05 11,67
5 0,00 0,00 0,00 0,07 0,98 1,88
6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4.2.6 Debit Rancangan Banjir

Perhitungan debit rancangan banjir dilakukan dengan cara mengalikan hasil unit hidrograf
satuan sintetis HSS Gama 1, HSS Nakayasu, HSS Snyder, dan HSS SCS dengan intensitas hujan
efektif dengan berbagai kala ulang. Dari hasil analisis didapatkan nilai debit rancangan banjir
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21 Hasil hitungan debit rancangan banjir dengan berbagai kala ulang
Q (m3/s)
T
Gama 1 Nakayasu Snyder SCS
2 44,747 63,405 33,888 29,523
5 57,990 80,878 43,556 37,710
10 67,551 93,762 50,830 43,869
25 79,681 110,040 60,059 51,694
50 89,275 122,117 67,350 58,008
100 98,798 134,104 74,587 64,275

Berdasarkan Tabel 3.21, ditentukan debit banjir rancangan banjir menggunakan HSS Gama
1 dengan alasan yang relatif sesuai dengan kondisi di lapangan untuk keperluan penelusuran
banjir, yaitu debit banjir kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 79,681 m3/s, debit banjir kala ulang
Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 56
ANALISIS HIDROLOGI

50 tahun (Q50) sebesar 89,275 m3/s, debit banjir kala ulang 100 tahun (Q100) sebesar 98,798 m3/s.
Berikut disajikan pula hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang dari beberapa metode yang
digunakan dalam studi ini.

Gambar 3.16 Hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang

4.2.7 Ketersediaan Air

Ketersediaan air DAS umumnya dinyatakan dalam debit andalan (dependable flow), yaitu
debit sungai dengan probabilitas terlampaui sebesar 80% (Q80). Penetapan Q80 memerlukan
input data debit aliran yang panjang (minimal 15 tahun). Jika data debit tidak cukup atau bahkan
tidak tersedia, maka dapat digunakan simulasi hujan-aliran untuk estimasi nilai debit rerata
bulanan atau setengah bulanan. Model simulasi hujan-aliran yang digunakan dalam studi ini
adalah model MOCK. Model Mock ini adalah cara perhitungan aliran sungai dari data curah

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 57


ANALISIS HIDROLOGI

hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi DAS untuk menaksir ketersediaan air, jika
ketersediaan data debit minimum, atau bahkan tidak ada.

Prinsip pemodelan dari model ini adalah pengalihragaman hujan menjadi aliran (limpasan)
dengan memperhitungkan neraca air di setiap zona tinjauan (surface, sub-surface dan akuifer).
Proses hidrologi yang dimodelkan meliputi: evapotranspirasi, pengisian lengas tanah
permukaan, limpasan langsung (direct runoff), infiltrasi, perubahan tampungan air di zona
akuifer (groundwater storage) dan aliran dasar (base flow).

Sebelum digunakan untuk simulasi dalam hitungan perkiraan debit aliran rerata DAS, model
MOCK harus dikalibrasi untuk menetapkan nilai parameter DAS berikut: Koefisien infiltrasi
musim basah (WIC), Koefisien infiltrasi musim kemarau (DIC), Initial Soil Moisture (ISM),
Soil Moisture Capacity (SMC), Initial Groundwater Storage (IGWS), dan Groundwater
Recession Constant (K). Berikut merupakan parameter DAS yang digunakan dari hasil kalibrasi
parameter DAS.

Tabel 3.22 Hasil kalibrasi parameter DAS

Min. Max. Opt.


Parameter DAS Satuan Simbol
value value value
1. Koefisien infiltrasi musim basah - WIC 0,10 0,50 0,429
2. Koefisien infiltrasi musim kemarau - DIC 0,35 0,75 0,671
3. Initial Soil Moisture (mm) (mm) ISM 50,00 350,00 100,00
4. Soil Moisture Capacity (mm) (mm) SMC 100,00 300,00 100,00
5. Initial Groundwater Storage (mm) (mm) IGWS 100,00 2000,00 100,00
6. Groundwater Recession Constant - K 0,75 1,00 0,963

Ketelitian hasil kalibrasi didasarkan pada nilai koefisien korelasi (R) = 0,983 dan selisih
volume aliran tahunan (ΔV) antara debit rerata terhitung dan terukur < 5%. Perbandingan antara
debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 58


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Perbandingan antara debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi

Selanjutnya dilakukan simulasi untuk mengetahui debit dari data hujan setengah bulanan
dari tahun 2000 hingga 2017. Berikut merupakan grafik hasil simulasi dengan model Mock
hingga tahun 2017 dan detail perhitungan disajikan pada Lampiran.

Gambar 3.17 Hasil simulasi debit tengah bulanan dengan model Mock

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 59


ANALISIS HIDROLOGI

Berdasarkan hasil simulasi selanjutnya dapat ditentukan debit andalan Q80 dan Q90 setengah
bulanan dan debit andalan tunggal, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19.

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 60


ANALISIS HIDROLOGI

4.3. EMBUNG NGAWONGGO

4.3.1 Analisis Data Hujan

Data hujan yang digunakan dari Stasiun Hujan Kaliangkrik yang merupakan stasiun terdekat
dengan DAS Embung Ngawonggo. Lokasi stasiun hujan dari DAS Embung Ngawonggo dapat
dilihat pada Gambar 3.1. Dalam perencanaan debit banjir rancangan, data hujan yang diperlukan
adalah data hujan harian maksimum setiap tahunnya, untuk selanjutnya dilakukan analisis
frekuensi data hujan maksimum. Hasil analisis frekuensi data hujan maksimum digunakan untuk
memperkirakan hujan rencana dengan kala ulang tertentu.

Gambar 3.1. Lokasi stasiun hujan Kaliangkrik

Ketersedian data hujan pada stasiun tersebut dari tahun 2007 hingga 2018. Hujan harian
maksimum tahunan pada DAS Embung Ngawonggo dari tahun 2000 seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.1. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk analisis frekuensi.

Tabel 3.1 Hujan harian maksimum tahunan DAS Embung Ngawonggo

Hujan
Tahun
(mm)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 61


ANALISIS HIDROLOGI

2007 91
2008 96
2009 84
2010 95
2011 148
2012 101
2013 169
2014 140
2015 149
2016 97
2017 120
2018 135

4.3.2 Analisis Frekuensi

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis frekuensi untuk mendapatkan hujan


rancangan dengan kala ulang tertentu. Berdasarkan data hujan dapat diperkirakan hujan yang
diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam T tahun. Beberapa bentuk fungsi distribusi
kontinyu (teoritis) yang sering digunakan, seperti distribusi normal, log normal, Gumbel, dan
Log Pearson. Analisis parameter statistik yang digunakan disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Analisis parameter statistik yang digunakan

Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data pengamatan dilakukan dengan
penggambaran pada kerta probabilitas berdasarkan data kedalaman dan probabilitas dari masing-

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 62


ANALISIS HIDROLOGI

masing distribusi untuk mendapatkan jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva
teoritis, seperti diberikan berikut ini.

Gambar 3.2 Penggambaran data pada kertas distribusi normal

Gambar 3.3 Penggambaran data pada kertas distribusi log normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 63


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.4 Penggambaran data pada kertas distribusi Gumbel

Gambar 3.5 Penggambaran data pada kertas distribusi Log-Pearson III

Uji kecocokan dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan distribusi hujan rancangan
yang paling tepat dari beberapa pola distribusi yang ada. Ada 2 macam uji kecocokan yaitu
dengan Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov.

e. Uji Chi-Kuadrat (Chi Square)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 64


ANALISIS HIDROLOGI

Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena sebelum dilakukan
pengujian, data pengamatan harus dikelompokkan terlebih dahulu. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Uji Chi-Kuadrat distribusi normal

Tabel 3.5 Uji Chi-Kuadrat distribusi log normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 65


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.6 Uji Chi-Kuadrat distribusi Gumbel

Tabel 3.7 Uji Chi-Kuadrat distribusi Log Pearson III

f. Uji Smirnov – Kolmogorov

Hasil uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov dicari dari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Pengujian dapat diterima apabila jarak penyimpangan terbesar (∆maks)
harus lebih kecil dari ∆kritik. Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai ∆maks terkecil. Uji
Smirnov-Kolmogorov untuk DAS Embung Ngawonggo disajikan pada Tabel 3.8. Menurut Uji
Smirnov-Kolmogorov distribusi yang terbaik adalah distribusi Log Pearson III dengan nilai
∆kritik = 0,380 dan ∆maks = 0,171.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 66


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.8 Uji Smirnov - Kolmogorov

Dari 2 uji kecocokan yang lakukan maka dipilih hujan rancangan dengan distribusi Log
Pearson III karena dari 2 uji kecocokan tersebut kedua-duanya dapat diterima dan untuk Uji
Smirnov - Kolmogorov hasilnya yang terbaik. Adapun hasil hitungan analisis frekuensi untuk
mendapatkan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dari masing – masing distribusi
disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Hujan rancangan dengan berbagai kala ulang

4.3.3 Hyetograph Hujan Rancangan

Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman (hyetograph). Untuk dapat mengubah hujan
rancangan ke dalam besaran hujan jam-jaman perlu didapatkan terlebih dahulu suatu pola

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 67


ANALISIS HIDROLOGI

distribusi hujan jam-jaman. Model distribusi hujan yang digunakan dalam studi ini adalah
Alternaint Block Method (ABM), dengan sebelumnya dilakukan perhitungan intensitas hujan
dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut.

 Rt   24 
n

I   24
t
T  
 24  t 

Dengan:

ITt : Intensitas hujan pada durasi t dengan kala ulang T (mm/jam)


t
R24 : Intensitas hujan harian maksimum pada t yang ditinjau (mm/hari)
t : Durasi hujan (jam)
n : Konstanta (2/3)

Berikut disajikan contoh perhitungan intensitas hujan dan distribusi hujan dengan ABM
untuk mendapatkan hujan rancangan pada kala ulang T = 50 tahun dengan durasi lama hujan
sebesar 6 jam, sebagaimana rata-rata durasi hujan di wilayah studi.

Tabel 3.10 Hitungan hyetograph dengan metode ABM untuk P50


Dist Dist
t I ΣP P
ABM % Dist ABM P50
(jam) (mm/jam) (mm) (mm)
(mm) (mm)
1 67,0 67,0 67,0 8,21 6,7 13,03
2 42,2 84,4 17,4 12,21 10,0 19,39
3 32,2 96,6 12,2 66,99 55,0 106,34
4 26,6 106,3 9,7 17,41 14,3 27,64
5 22,9 114,5 8,2 9,72 8,0 15,43
6 20,3 121,7 7,2 7,18 5,9 11,39
121,7 100,0 193,23

Adapun hasil hitungan hytograph dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang T tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.6.

Tabel 3.11 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 7,74 9,49 10,62 12,01 13,03 14,05


2 11,51 14,12 15,79 17,87 19,39 20,90
3 63,13 77,45 86,62 97,98 106,34 114,62
4 16,41 20,13 22,52 25,47 27,64 29,79

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 68


ANALISIS HIDROLOGI

5 9,16 11,24 12,57 14,22 15,43 16,64


6 6,76 8,30 9,28 10,50 11,39 12,28

Gambar 3.6 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

4.3.4 Perhitungan Hujan Efektif

Hujan efektif adalah bagian dari hujan yang menjadi aliran langsung di sungai. Hujan efektif
ini adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukaan tanah dikurang dengan kehilangan
air. Salah satu cara untuk mencari kehilangan air guna menghitung aliran langsung adalah
dengan menggunakan metode  indeks. Nilai  indeks adalah laju kehilangan air rerata yang

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 69


ANALISIS HIDROLOGI

disebabkan karena infiltrasi, tampungan permukaan dan penguapan. Besarnya Nilai  indeks
dilakukan dengan pendekatan Gama 1, sebagaimana dijelaskan berikut:
4
 A 
 indeks  10, 4903  3,859 x106 A2  1, 6985 x1013  
 SN 
4
6 13  6,158 
 10, 4903  3,859 x10 x6,158  1, 6985 x10
2
 0,552 
 
 10, 490 mm / jam

Selanjutnya nilai  indeks di atas akan mengurangi total hujan rancangan dari analisis
sebelumnya untuk mendapatkan kedalaman limpasan. Adapun hasil hitungan hujan efektif
dengan  indeks dengan berbagai kala ulang T tahun dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Hasil hitungan hujan efektif dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 0,00 0,00 0,13 1,52 2,54 3,56


2 1,02 3,63 5,30 7,38 8,90 10,41
3 52,64 66,96 76,13 87,49 95,85 104,13
4 5,92 9,64 12,03 14,98 17,15 19,30
5 0,00 0,75 2,08 3,73 4,94 6,15
6 0,00 0,00 0,00 0,01 0,90 1,79

4.3.5 Debit Rancangan Banjir

Dalam perhitungan debit rancangan banjir dilakukan dengan cara menjumlahkan debit
rancangan banjir pada catchment 1 dan catchment 2. Pada analisis debit banjir rancangan
catchment 1 digunakan metode rasional. Metode ini banyak digunakan untuk memperkirakan
debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Beberapa
ahli memandang bahwa luas DAS kurang dari 2,5 km2 dapat dianggap sebagai DAS kecil.
Metode rasional didasarkan pada persamaan berikut:

Q  0, 278 CIA

Dengan:

Q : debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas, durasi dan frekuensi
tertentu (m3/s)
I : intensitas hujan (mm/jam)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 70


ANALISIS HIDROLOGI

A : luas daerah tangkapan (km2)


C : koefisien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan.

Dalam menentukan nilai koefisien aliran digunakan peta tata guna lahan sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.13 dan Gambar 3.7, selanjutnya didapatkan nilai koefisien aliran (C)
komposit yang digunakan untuk mencari debit banjir rancangan.

Tabel 3.13 Penentuan nilai koefisien pengaliran (C)


No Tutupan Lahan Luas C Ci Ai
(Km2)
1 Semak Belukar 0,0069 0,14 0,0009647
2 Permukiman dan Tempat Kegiatan 0,0845 0,4 0,033801
3 Perkebunan/Kebun 0,1445 0,15 0,0216813
4 Tegalan/Ladang 0,1825 0,15 0,0273809
5 Sawah Tadah Hujan 0,2683 0,16 0,0429344
6 Rumput 0,0064 0,13 0,0008305
Total Luas Catchment 0,6932 0,1275927
Koefisien pengaliran komposit (Ck) 0,184

Gambar 3.7 Peta penggunaan lahan untuk menentukan koefisien pengaliran (C)

Langkah selanjutnya adalah mencari intensitas hujan dengan berbagai kala ulang
menggunakan rumus mononobe, sehingga didapatkan kurva Intensitas – Durasi – Frekuensi
(IDF), sebagaimana disajikan pada Tabel 3.14 dan Gambar 3.8. Kurva ini digunakan untuk
memperkirakan debit puncak di daerah tangkapan kecil sesuai dengan waktu konsentrasi yang
ditinjau pada titik kontrol.
Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 71
ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.14 Hasil hitungan IDF dengan berbagai kala ulang

Durasi Periode ulang (tahun)


(menit) 2 5 10 25 50 100
5 208,466 255,744 286,025 323,539 351,114 378,477
10 131,325 161,108 180,185 203,817 221,188 238,425
15 100,220 122,949 137,507 155,541 168,798 181,953
20 82,730 101,492 113,509 128,397 139,340 150,199
45 48,181 59,108 66,106 74,777 81,150 87,474
60 39,772 48,792 54,570 61,727 66,987 72,208
120 25,055 30,737 34,377 38,885 42,199 45,488
180 19,121 23,457 26,234 29,675 32,204 34,714
240 15,784 19,363 21,656 24,496 26,584 28,656
300 13,602 16,687 18,663 21,110 22,909 24,695
360 12,045 14,777 16,527 18,694 20,287 21,868

Gambar 3.8 Kurva IDF hasil analisis data

Untuk menentukan nilai intensitas hujan pada lokasi perencanaan, dicari terlebih dahulu
nilai waktu konsentrasi (tc) selanjutnya nilai tersebut diplot pada kurva IDF sehingga didapatkan
nilai intensitas hujan (I) pada arah sumbu verikal atau bisa juga dengan menggunakan secara
langsung rumus mononobe. Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan persamaan yang
diberikan oleh Kirpich, yang berlaku untuk luas daerah tangkapan kurang dari 80 hektar,
sebagaimana berikut:

0, 06628L0,77
tc 
S 0,385

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 72


ANALISIS HIDROLOGI

Dimana:
tc : waktu konsentrasi (jam)
L : panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km)
S : kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum

Hasil perhitungan waktu konsentrasi (tc) dan intensitas hujan (I) selanjutnya digunakan
untuk menentukan debit rancangan banjir pada catchment 1 dengan berbagai kala ulang,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Hasil analisis debit banjir rancangan pada catchment 1


Luas R24 Tc I Q
T C
km2 (mm) (jam) (mm/jam) (m3/s)
2 0,693 114,723 0,430 69,845 0,184 2,4775
5 0,693 140,741 0,430 85,685 0,184 3,0393
10 0,693 157,406 0,430 95,831 0,184 3,3992
25 0,693 178,051 0,430 108,399 0,184 3,8450
50 0,693 193,225 0,430 117,638 0,184 4,1727
100 0,693 208,284 0,430 126,806 0,184 4,4979

Pada analisis debit banjir rancangan catchment 2 digunakan metode hidrograf satuan sintetis.
Metode ini cocok digunakan di daerah dimana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan
hidrograf satuan, maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik dari
DAS. Dalam studi ini digunakan beberapa metode untuk menentukan HSS diantaranya metode
Gama 1, metode Nakayasu, metode Snyder, dan metode SCS. Berikut hasil analisis HSS dari
masing – masing metode yang digunakan.

i. Metode GAMA 1

Hidrograf satuan sintesis Gama 1 dikembangkan oleh Sri Harto (1993, 2000) berdasarkan
perilaku hidrologis 30 DAS di Pulau Jawa. HSS Gama 1 terdiri dari 3 bagian pokok yaitu sisi
naik (rising limb), puncak (crest) dan sisi turun/ resesi (recession limb). Parameter karakteristik
DAS Embung Ngawonggo yang digunakan untuk menentukan HSS Gama 1 disajikan pada
Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Parameter DAS yang digunakan pada metode Gama 1


No. Parameter Simbol Satuan Nilai
1 Jumlah Panjang Sungai Tingkat 1 km 16,526
2 Jumlah Panjang Sungai Semua km 27,156
Tingkat
3 Jumlah Pangsa Sungai Tingkat 1 16

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 73


ANALISIS HIDROLOGI

4 Jumlah Pangsa Sungai Semua 29


Tingkat
5 Lebar Atas DAS WU km 0,815
6 Lebar Bawah DAS WL km 0,584
7 Elevasi Hulu Sungai m 3225
8 Elevasi Hilir Sungai m 806
9 Luas DAS A km2 6,158
10 Panjang Sungai Utama L km 8,678
11 Faktor Sumber SF - 0,609
12 Faktor Simetri SIM - 0,689
13 Faktor Lebar WF - 1,397
14 Jumlah Pertemuan Sungai JN - 14
15 Kemiringan Sungai Rerata S - 0,279
16 Frekuensi Sumber SN - 0,552
17 Luas DAS sebelah hulu AU km2 3,039
18 Luas Relatif DAS Bagian Hulu RUA - 0,494
19 Kerapatan Jaringan Kuras D km/km2 4,410

Beberapa parameter pada Tabel di atas, didapatkan dari Gambar 3.9, Gambar 3.10, Gambar
3.11, dan Gambar 3.12. Dengan data tersebut selanjutnya dihitung beberapa parameter berikut.

13. Waktu puncak HSS Gama 1 (TR)

 L 
TR  0, 43    1, 0665 SIM  1, 2775
 100SF 

 8, 678 
 0, 43    1, 0665 x0, 689  1, 2775  2, 014 jam
 100 x0, 609 

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 74


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.9 DAS Embung Ngawonggo dan penentuan pangsa sungai parameter Gama 1
14. Debit puncak banjir (QP)
QP  0,1836 A0,5886TR0,4008 JN 0,2381

 0,1836 x6,1580,5886 x2,0140,4008 x140,2381  0,758 m3 / s


15. Waktu dasar (TB)
TB  27, 4132TR0,1457 S 0,0986 SN 0,7344 RUA0,2574

 27, 4132 x2,0140,1457 x0, 2790,0986 x0,5520,7344 x0, 4940,2574


 18,550 jam
16. Koefisien resesi (K)
K  0,5617 A0,1798 S 0,1446 SF 1,0897 D0,0452

 0,5617 x6,1580,1798 x0, 2790,1446 x0,6091,0897 x 4, 4100,0452


 1, 721

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 75


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.10 Penentuan JN dalam parameter Gama 1

Gambar 3.11 Penentuan AU dalam parameter Gama 1

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 76


ANALISIS HIDROLOGI

17. Aliran dasar (QB)


QB  0, 4715 A0,6444 D0,9430

 0, 4715 x6,1580,6444 x4, 4100,9430

 6, 211 m3 / s
18. Besarnya  indek
4
6 13  A 
 indeks  10, 4903  3,859 x10 A  1, 6985 x10
2
 
 SN 
4
6 13  6,158 
 10, 4903  3,859 x10 x6,158  1,6985 x10
2
 0,552 
 
 10, 490 mm / jam

Gambar 3.12 Penentuan WU dan WL dalam parameter Gama 1

Parameter hidrograf satuan Gama 1 tersebut digunakan untuk menghitung ordinat hidrograf
pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ...., n) seperti dijelaskan sebagai berikut.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 77


ANALISIS HIDROLOGI

e. Untuk 0 < t < TR = 2,014 jam


Kurva naik hidrograf adalah linier, dengan nilai Qt = 0 pada t = 0 sampai Qt = QP pada
waktu t = TR

f. Untuk t > TR = 2,014


Kurva mengikuti persamaan:

Qt  Qp et K  0,758e(t 2,014) 1,721

Hasil analisis hidrograf satuan sintetik Gama 1 setelah dilakukan koreksi karena kedalaman
hujan tidak sama dengan satu, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.17 dan bentuk dari HSS
Gama 1 asli dan koreksi dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Tabel 3.17 Hitungan hidrograf koreksi metode Gama 1


Q
Q
t (jam ke) koreksi
(m3/s)
(m3/s)
0 0,000 0,000
1 0,376 0,226
2 0,752 0,452
2,014 0,758 0,455
3 0,424 0,255
4 0,237 0,142
5 0,133 0,080
6 0,074 0,045
7 0,041 0,025
8 0,023 0,014
9 0,013 0,008
10 0,007 0,004
11 0,004 0,002
12 0,002 0,001
13 0,001 0,001
14 0,001 0,000
15 0,000 0,000
Jumlah 2,847 1,711
HE 1,664 1,000

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 78


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.13 Hidrograf Satuan Sintetis Gama 1 – asli dan koreksi


j. Metode Nakayasu

Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasar beberapa sungai di Jepang.


Parameter DAS Embung Ngawonggo yang digunakan untuk menentukan HSS Nakayasu
disajikan pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18. Parameter DAS untuk mencari HSS Nakayasu


Parameter Simbol Satuan Nilai
Luas DAS A km2 6,158
Panjang Sungai L km 8,678
Utama

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

tg  0, 21L0,7  0, 21x8,6780,7  0,953 jam

tr  0, 75t g  0, 75 x0,953  0, 715 jam

Tp  t g  0,8Tr  0,953  0,8 x0, 715  1,525 jam

T0,3   t g  2 x0,953  1,906 jam

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 79


ANALISIS HIDROLOGI

1  ARe  1  6,158 x1 
Qp        0, 724 m3 / s
3, 6  0,3Tp  T0,3  3, 6  0,3 x1,525  1,906 

Parameter hidrograf satuan Nakayasu tersebut digunakan untuk menghitung ordinat


hidrograf pada beberapa waktu yang ditetapkan (t = 0, 1, 2, ..., n) seperti diberikan pada tabel
berikut ini.

i. Pada kurva naik (0 < t < Tp = 1,525)


2,4
 t   t 
2,4

Qt  Q p    0, 724  
T  1,525 
 p 

t (jam) Q (m3/d)
0 0
1 0,263
1,525 0,724

j. Pada kurva turun (Tp = 1,525< t < Tp + T0,3 = 3,431)


t T  T
Qr  Qp x0,3 p 0,3  0, 724 x0,3t 1,525 1,906

t (jam) Q (m3/d)
2 0,536
3 0,285
3,431 0,217

k. Pada kurva turun (Tp + T0,3 = 3,431< t < Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 6,290)
 
 t Tp   0,5T0,3   1,5T0,3   t 1,525   0,5 x1,906  1,5 x1,906 
Qr  Qp x0,3 
 0, 724 x0,3

t (jam) Q (m3/d)
4 0,171
5 0,112
6 0,074
6,290 0,065

l. Pada kurva turun (t > Tp + T0,3 + 1,5T0,3 = 6,006)


 
 t Tp  1,5T0,3    2T0,3   t 1,525   1,5 x1,906   2 x1,906 
Qr  Q p x0,3 
 0, 724 x0,3

t (jam) Q (m3/d) t (jam) Q (m3/d)


7 0,052 16 0,003
8 0,038 17 0,002

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 80


ANALISIS HIDROLOGI

9 0,028 18 0,002
10 0,020 19 0,001
11 0,015 20 0,001
12 0,011 21 0,001
13 0,008 22 0,000
14 0,006 23 0,000
15 0,004 24 0,000

Hitungan hidrograf satuan sintetis terkoreksi dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
metode Gama 1, dan hasilnya seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.19 dan Gambar 3.14.

Tabel 3.19 Hitungan hidrograf koreksi metode Nakayasu


t (jam ke) Q (m3/s) Q koreksi (m3/s)
0 0,000 0,000
1 0,263 0,191
1,525 0,724 0,525
2 0,536 0,389
3 0,285 0,207
4 0,171 0,124
5 0,112 0,081
6 0,074 0,053
7 0,052 0,038
8 0,038 0,028
9 0,028 0,020
10 0,020 0,015
11 0,015 0,011
12 0,011 0,008
13 0,008 0,006
14 0,006 0,004
15 0,004 0,003
16 0,003 0,002
17 0,002 0,002
18 0,002 0,001
19 0,001 0,001
20 0,001 0,001
21 0,001 0,000
22 0,000 0,000
Jumlah 2,356 1,711
HE 1,377 1,000

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 81


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.14 Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu – asli dan koreksi


k. Metode Snyder

Hidrograf satuan sintetis ini dikembangkan oleh Snyder dari Amerika Serikat pada tahun
1938 yang memanfaatkan parameter DAS dari sejumlah DAS yang berada di dataran tinggi
Appalachian. Parameter DAS Embung Ngawonggo yang digunakan untuk menentukan HSS
Snyder disajikan pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Parameter DAS yang digunakan untuk mencari HSS Snyder

No. Parameter Simbol Satuan Nilai


1 Luas DAS A km2 6,158
2 Panjang Sungai Utama L km 8,678
3 Jarak antara titik kontrol ke titik Lc km 4,608
yang terdekat dengan titik berat

Dari beberapa parameter data seperti diberikan pada Tabel diatas dihitung beberapa
parameter berikut ini.

t p  0,75.Ct .( L.Lc )0,3  0,75x1,6x(8,678x4,608)0,3  3,629 jam

tp 3,629
tr    0,660 jam
5,5 5,5
C p .A 0,17.6,158
Qp    0, 289 m3 / s
tp 3, 629

Tb  72  3.t p  72  3 x3, 629  82,89 jam

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 82


ANALISIS HIDROLOGI

Snyder hanya membuat model untuk menghitung debit puncak dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai puncak dari suatu hidrograf saja, sehingga untuk mendapatkan lengkung
hidrografnya memerlukan waktu untuk menghitung parameter-parameternya. Untuk
mempercepat digunakan rumus Alexejev, yang memberikan bentuk hidrograf satuannya
sebagaimana disajikan sebagai berikut.

Q  f (t )

Q t
Y dan X 
Qp Tp

a
1 x 2
Y  10 x
dengan a diperoleh dari persamaan berikut:

Qp .Tp 0, 289 x3,629 x3,6


   0,612
h. A 1x6,158

a  1,32 2  0,15  0,045  1,32 x0,6122  0,15 x0,612  0,045  0,613

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik Snyder yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.21 dan Gambar 3.15.

Tabel 3.21 Hitungan hidrograf koreksi metode Snyder


Q Q koreksi
t (jam ke) t/Tp Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,276 0,063 0,018 0,015
2 0,551 0,588 0,170 0,145
3 0,827 0,949 0,274 0,233
3,629 1,000 1,000 0,289 0,246
4 1,102 0,986 0,285 0,242
5 1,378 0,860 0,248 0,211
6 1,653 0,687 0,198 0,169
7 1,929 0,522 0,151 0,128
8 2,205 0,384 0,111 0,094
9 2,480 0,277 0,080 0,068
10 2,756 0,197 0,057 0,048
11 3,031 0,138 0,040 0,034
12 3,307 0,096 0,028 0,024
13 3,582 0,067 0,019 0,016
14 3,858 0,046 0,013 0,011
15 4,134 0,032 0,009 0,008
16 4,409 0,022 0,006 0,005
17 4,685 0,015 0,004 0,004

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 83


ANALISIS HIDROLOGI

18 4,960 0,010 0,003 0,002


19 5,236 0,007 0,002 0,002
20 5,512 0,005 0,001 0,001
21 5,787 0,003 0,001 0,001
22 6,063 0,002 0,001 0,001
23 6,338 0,001 0,000 0,0004
24 6,614 0,001 0,000 0,000
Jumlah 2,007 1,711
HE 1,173 1,000

Gambar 3.15 Hidrograf Satuan Sintetis Snyder – asli dan koreksi


l. Metode SCS

SCS menggunakan hidrograf tak berdimensi yang dikembangkan dari analisis sejumlah
besar hidrograf satuan dari data lapangan dengan berbagai ukuran DAS dan lokasi berbeda.
Parameter DAS Embung Ngawonggo yang digunakan sama dengan metode sebelumnya
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16. Ordinat hidrograf satuan untuk periode waktu berbeda
dapata diperoleh dari tabel berikut, dengan nilai (Gupta, 1989):

t p  Ct ( LLc )0,3  1,6x(8,678x4,608)0,3  4,838 jam

tp
tr   0,880 jam
5,5
tr 0,880
pr   tp   4,838  5, 278 jam
2 2
0, 208. A 0, 208.6,158
Qp    0, 243 m3 / s
pr 5, 278
Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 84
ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.22 Hidrograf satuan metode SCS


t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp t/pr Q/Qp
0 0 1 1 2,4 0,18
0,1 0,015 1,1 0,98 2,6 0,13
0,2 0,075 1,2 0,92 2,8 0,098
0,3 0,16 1,3 0,84 3 0,075
0,4 0,28 1,4 0,75 3,5 0,036
0,5 0,43 1,5 0,66 4 0,018
0,6 0,6 1,6 0,56 4,5 0,009
0,7 0,77 1,8 0,42 5 0,004
0,8 0,89 2 0,32 0
0,9 0,97 2,2 0,24

Hasil perhitungan hidrograf satuan sintetik SCS yang sudah sekaligus dikoreksi disajikan
pada Tabel 3.23 dan Gambar 3.16.

Tabel 3.23 Hitungan hidrograf koreksi metode SCS


Q Q koreksi
t (jam ke) t/pr Q/Qp
(m3/s) (m3/s)
0 0,00 0,000 0,000 0,000
1 0,19 0,069 0,017 0,014
2 0,38 0,255 0,062 0,053
3 0,57 0,546 0,133 0,115
4 0,76 0,839 0,204 0,176
5 0,95 0,984 0,239 0,206
5,278 1,00 1,000 0,243 0,210
6 1,14 0,958 0,232 0,201
7 1,33 0,816 0,198 0,171
8 1,52 0,644 0,156 0,135
9 1,71 0,486 0,118 0,102
10 1,89 0,373 0,090 0,078
11 2,08 0,286 0,070 0,060
12 2,27 0,218 0,053 0,046
13 2,46 0,164 0,040 0,034
14 2,65 0,122 0,030 0,026
15 2,84 0,093 0,023 0,020
16 3,03 0,073 0,018 0,015
17 3,22 0,058 0,014 0,012
18 3,41 0,043 0,010 0,009
19 3,60 0,032 0,008 0,007
20 3,79 0,026 0,006 0,005
21 3,98 0,019 0,005 0,004
22 4,17 0,015 0,004 0,003

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 85


ANALISIS HIDROLOGI

23 4,36 0,012 0,003 0,002


24 4,55 0,008 0,002 0,002
25 4,74 0,007 0,002 0,001
26 4,93 0,005 0,001 0,001
27 5,12 0,004 0,001 0,001
28 5,30 0,000 0,000 0,000
Jumlah 1,979 1,711
HE 1,157 1,000

Gambar 3.16 Hidrograf Satuan Sintetis SCS – asli dan koreksi

Perhitungan debit rancangan banjir pada catchment 2 dilakukan dengan cara mengalikan
hasil unit hidrograf satuan sintetis HSS Gama 1, HSS Nakayasu, HSS Snyder, dan HSS SCS
dengan intensitas hujan efektif dengan berbagai kala ulang. Dari hasil analisis didapatkan nilai
debit rancangan banjir sebagaimana disajikan pada Tabel 3.24.

Tabel 3.24 Hasil hitungan debit rancangan banjir pada catchment 2


Q (m3/s)
T
Gama 1 Nakayasu Snyder SCS
2 33,109 35,404 20,783 18,682
5 42,144 44,655 25,913 23,112
10 48,140 50,606 29,349 26,120
25 55,745 58,235 33,866 30,059
50 61,334 63,842 37,265 33,056
100 66,881 69,407 40,704 36,031

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 86


ANALISIS HIDROLOGI

Berikut disajikan pula hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang dari beberapa metode
yang digunakan dalam studi ini.

Gambar 3.17 Hidrograf banjir dengan berbagai kala ulang pada catchment 2

Debit banjir rancangan total didapatkan dengan menjumlahkan debit puncak hasil analisis
pada catchment 1 dan catchment 2, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.25.

Tabel 3.25 Hasil hitungan debit banjir rancangan total dengan berbagai kala ulang
Q (m3/s)
T
Gama 1 Nakayasu Snyder SCS
2 35,587 37,881 23,260 21,160
5 45,183 47,694 28,952 26,151
10 51,539 54,005 32,748 29,519

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 87


ANALISIS HIDROLOGI

25 59,590 62,080 37,711 33,904


50 65,507 68,015 41,438 37,229
100 71,379 73,904 45,202 40,528

. Berdasarkan Tabel 3.25, untuk perencanaan dipilih debit banjir rancangan banjir
menggunakan HSS Gama 1 dengan alasan yang relatif sesuai dengan kondisi di Pulau Jawa
untuk keperluan penelusuran banjir, yaitu debit banjir kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 59,590
m3/s, debit banjir kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 65,507 m3/s, debit banjir kala ulang 100
tahun (Q100) sebesar 71,379 m3/s.

4.3.6 Ketersediaan Air

Ketersediaan air DAS umumnya dinyatakan dalam debit andalan (dependable flow), yaitu
debit sungai dengan probabilitas terlampaui sebesar 80% (Q80). Penetapan Q80 memerlukan
input data debit aliran yang panjang (minimal 15 tahun). Jika data debit tidak cukup atau bahkan
tidak tersedia, maka dapat digunakan simulasi hujan-aliran untuk estimasi nilai debit rerata
bulanan atau setengah bulanan. Model simulasi hujan-aliran yang digunakan dalam studi ini
adalah model MOCK. Model Mock ini adalah cara perhitungan aliran sungai dari data curah
hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi DAS untuk menaksir ketersediaan air, jika
ketersediaan data debit minimum, atau bahkan tidak ada.

Sebelum digunakan untuk simulasi dalam hitungan perkiraan debit aliran rerata DAS, model
MOCK harus dikalibrasi untuk menetapkan nilai parameter DAS berikut: Koefisien infiltrasi
musim basah (WIC), Koefisien infiltrasi musim kemarau (DIC), Initial Soil Moisture (ISM),
Soil Moisture Capacity (SMC), Initial Groundwater Storage (IGWS), dan Groundwater
Recession Constant (K). Berikut merupakan parameter DAS yang digunakan dari hasil kalibrasi
parameter DAS.

Tabel 3.26 Hasil kalibrasi parameter DAS

Min. Max. Opt.


Parameter DAS Satuan Simbol
value value value
1. Koefisien infiltrasi musim basah - WIC 0,10 0,50 0,100
2. Koefisien infiltrasi musim kemarau - DIC 0,35 0,75 0,350
3. Initial Soil Moisture (mm) (mm) ISM 50,00 350,00 100,00
4. Soil Moisture Capacity (mm) (mm) SMC 100,00 300,00 100,00
5. Initial Groundwater Storage (mm) (mm) IGWS 100,00 2000,00 2000,00
6. Groundwater Recession Constant - K 0,75 1,00 0,883

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 88


ANALISIS HIDROLOGI

Ketelitian hasil kalibrasi didasarkan pada nilai koefisien korelasi (R) = 0,794 dan selisih
volume aliran tahunan (ΔV) antara debit rerata terhitung dan terukur < 5%. Perbandingan antara
debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Perbandingan antara debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi

Selanjutnya dilakukan simulasi untuk mengetahui debit dari data hujan setengah bulanan
dari tahun 2007 hingga 2018. Berikut merupakan grafik hasil simulasi dengan model Mock
hingga tahun 2018 dan detail perhitungan disajikan pada Lampiran.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 89


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Hasil simulasi debit tengah bulanan dengan model Mock

Berdasarkan hasil simulasi selanjutnya dapat ditentukan debit andalan Q80 dan Q90 setengah
bulanan dan debit andalan tunggal, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19.

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 90


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

4.4. EMBUNG PAGERGUNUNG

4.4.1 Analisis Data Hujan

Data hujan yang digunakan dari Stasiun Hujan Ngablak yang merupakan stasiun terdekat
dengan DAS Embung Pagergunung. Lokasi stasiun hujan dari DAS Embung Pagergunung dapat
dilihat pada Gambar 3.1. Dalam perencanaan debit banjir rancangan, data hujan yang diperlukan
adalah data hujan harian maksimum setiap tahunnya, untuk selanjutnya dilakukan analisis
frekuensi data hujan maksimum. Hasil analisis frekuensi data hujan maksimum digunakan untuk
memperkirakan hujan rencana dengan kala ulang tertentu.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 91


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.1. Lokasi stasiun hujan Ngablak

Ketersedian data hujan pada stasiun tersebut dari tahun 2007 hingga 2018. Hujan harian
maksimum tahunan pada DAS Embung Pagergunung dari tahun 2000 seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.1. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk analisis frekuensi.

Tabel 3.1 Hujan harian maksimum tahunan DAS Embung Pagergunung

Hujan
Tahun
(mm)
2007 193
2008 93
2009 109
2010 121
2011 67
2012 133
2013 88
2014 117
2015 113
2016 69
2017 109
2018 87

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 92


ANALISIS HIDROLOGI

4.4.2 Analisis Frekuensi

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis frekuensi untuk mendapatkan hujan


rancangan dengan kala ulang tertentu. Berdasarkan data hujan dapat diperkirakan hujan yang
diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam T tahun. Beberapa bentuk fungsi distribusi
kontinyu (teoritis) yang sering digunakan, seperti distribusi normal, log normal, Gumbel, dan
Log Pearson. Analisis parameter statistik yang digunakan disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Analisis parameter statistik yang digunakan

Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data pengamatan dilakukan dengan
penggambaran pada kerta probabilitas berdasarkan data kedalaman dan probabilitas dari masing-
masing distribusi untuk mendapatkan jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva
teoritis, seperti diberikan berikut ini.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 93


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.2 Penggambaran data pada kertas distribusi normal

Gambar 3.3 Penggambaran data pada kertas distribusi log normal

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 94


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.4 Penggambaran data pada kertas distribusi Gumbel

Gambar 3.5 Penggambaran data pada kertas distribusi Log-Pearson III

Uji kecocokan dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan distribusi hujan rancangan
yang paling tepat dari beberapa pola distribusi yang ada. Ada 2 macam uji kecocokan yaitu
dengan Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov.

g. Uji Chi-Kuadrat (Chi Square)

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 95


ANALISIS HIDROLOGI

Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah data pengamatan besar, karena sebelum dilakukan
pengujian, data pengamatan harus dikelompokkan terlebih dahulu. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Uji Chi-Kuadrat distribusi normal

Tabel 3.5 Uji Chi-Kuadrat distribusi log normal

Tabel 3.6 Uji Chi-Kuadrat distribusi Gumbel

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 96


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.7 Uji Chi-Kuadrat distribusi Log Pearson III

h. Uji Smirnov – Kolmogorov

Hasil uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov dicari dari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Pengujian dapat diterima apabila jarak penyimpangan terbesar (∆maks)
harus lebih kecil dari ∆kritik. Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai ∆maks terkecil. Uji
Smirnov-Kolmogorov untuk DAS Embung Pagergunung disajikan pada Tabel 3.8. Menurut Uji
Smirnov-Kolmogorov distribusi yang terbaik adalah distribusi Log Normal dengan nilai ∆kritik =
0,380 dan ∆maks = 0,102.

Tabel 3.8 Uji Smirnov - Kolmogorov

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 97


ANALISIS HIDROLOGI

Dari 2 uji kecocokan yang lakukan maka dipilih hujan rancangan dengan distribusi Log
Normal karena dari 2 uji kecocokan tersebut kedua-duanya dapat diterima dan untuk Uji
Smirnov - Kolmogorov hasilnya yang terbaik. Adapun hasil hitungan analisis frekuensi untuk
mendapatkan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dari masing – masing distribusi
disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Hujan rancangan dengan berbagai kala ulang

4.4.3 Hyetograph Hujan Rancangan

Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan rancangan yang
didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman (hyetograph). Untuk dapat mengubah hujan
rancangan ke dalam besaran hujan jam-jaman perlu didapatkan terlebih dahulu suatu pola
distribusi hujan jam-jaman. Model distribusi hujan yang digunakan dalam studi ini adalah
Alternaint Block Method (ABM), dengan sebelumnya dilakukan perhitungan intensitas hujan
dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 98


ANALISIS HIDROLOGI

 Rt   24 
n

I   24
t
T  
 24  t 

Dengan:

ITt : Intensitas hujan pada durasi t dengan kala ulang T (mm/jam)


t
R24 : Intensitas hujan harian maksimum pada t yang ditinjau (mm/hari)
t : Durasi hujan (jam)
n : Konstanta (2/3)

Berikut disajikan contoh perhitungan intensitas hujan dan distribusi hujan dengan ABM
untuk mendapatkan hujan rancangan pada kala ulang T = 50 tahun dengan durasi lama hujan
sebesar 6 jam, sebagaimana rata-rata durasi hujan di wilayah studi.

Tabel 3.10 Hitungan hyetograph dengan metode ABM untuk P50


Dist Dist
t I ΣP P
ABM % Dist ABM P50
(jam) (mm/jam) (mm) (mm)
(mm) (mm)
1 65,4 65,4 65,4 8,02 6,7 12,73
2 41,2 82,4 17,0 11,93 10,0 18,93
3 31,4 94,3 11,9 65,42 55,0 103,84
4 26,0 103,8 9,5 17,00 14,3 26,99
5 22,4 111,9 8,0 9,50 8,0 15,07
6 19,8 118,9 7,0 7,01 5,9 11,13
118,9 100,0 188,70

Adapun hasil hitungan hytograph dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang T tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.6.

Tabel 3.11 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 7,02 8,96 10,18 11,66 12,73 13,78


2 10,44 13,32 15,14 17,34 18,93 20,49
3 57,25 73,07 83,01 95,11 103,84 112,38
4 14,88 18,99 21,58 24,72 26,99 29,21
5 8,31 10,61 12,05 13,81 15,07 16,31
6 6,13 7,83 8,89 10,19 11,13 12,04

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 99


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.6 Distribusi hujan dengan metode ABM dengan berbagai kala ulang

4.4.4 Perhitungan Hujan Efektif

Hujan efektif adalah bagian dari hujan yang menjadi aliran langsung di sungai. Hujan efektif
ini adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukaan tanah dikurang dengan kehilangan
air. Salah satu cara untuk mencari kehilangan air guna menghitung aliran langsung adalah
dengan menggunakan metode  indeks. Nilai  indeks adalah laju kehilangan air rerata yang
disebabkan karena infiltrasi, tampungan permukaan dan penguapan. Besarnya Nilai  indeks
dilakukan dengan pendekatan Gama 1, sebagaimana dijelaskan berikut:

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 100


ANALISIS HIDROLOGI

4
 A 
 indeks  10, 4903  3,859 x106 A2  1, 6985 x1013  
 SN 
4
6 13  1, 705 
 10, 4903  3,859 x10 x1, 705  1, 6985 x10
2
 0, 600 
 
 10, 490 mm / jam

Selanjutnya nilai  indeks di atas akan mengurangi total hujan rancangan dari analisis
sebelumnya untuk mendapatkan kedalaman limpasan. Adapun hasil hitungan hujan efektif
dengan  indeks dengan berbagai kala ulang T tahun dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Hasil hitungan hujan efektif dengan berbagai kala ulang

t P2 P5 P10 P25 P50 P100


(jam) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 0,00 0,00 0,13 1,52 2,54 3,56


2 1,02 3,63 5,30 7,38 8,90 10,41
3 52,64 66,96 76,13 87,49 95,85 104,13
4 5,92 9,64 12,03 14,98 17,15 19,30
5 0,00 0,75 2,08 3,73 4,94 6,15
6 0,00 0,00 0,00 0,01 0,90 1,79

4.4.5 Debit Rancangan Banjir

Dalam perhitungan debit rancangan banjir dilakukan dengan cara menjumlahkan debit
rancangan banjir pada catchment 1 dan catchment 2. Pada analisis debit banjir rancangan
catchment 1 dan catchment 2 digunakan metode rasional. Metode ini banyak digunakan untuk
memperkirakan debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (DAS)
kecil. Beberapa ahli memandang bahwa luas DAS kurang dari 2,5 km 2 dapat dianggap sebagai
DAS kecil. Metode rasional didasarkan pada persamaan berikut:

Q  0, 278 CIA

Dengan:

Q : debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas, durasi dan frekuensi
tertentu (m3/s)
I : intensitas hujan (mm/jam)
A : luas daerah tangkapan (km2)
C : koefisien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 101


ANALISIS HIDROLOGI

Adapun parameter yang digunakan untuk mencari debit banjir rancangan banjir dengan
metode rasional pada Embung Pagergunung, disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Parameter DAS untuk analisis debit banjir dengan metode rasional

Jenis Catchment
No. Parameter
I II
1 Luas DAS/Catchment (A), km2 0,0287 1,7354
2 Panjang Sungai Utama (L), km 0,4708 2,9
3 Kemiringan Rerata Saluran (S) 0,00944 0,1509

Gambar 3.7 Lokasi Catchment 1 pada Embung Pagergunung

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 102


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.8 Lokasi Catchment 2 pada Embung Pagergunung

Langkah pertama adalah mencari intensitas hujan dengan berbagai kala ulang menggunakan
rumus mononobe, sehingga didapatkan kurva Intensitas – Durasi – Frekuensi (IDF),
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.14 dan Gambar 3.9. Kurva ini digunakan untuk
memperkirakan debit puncak di daerah tangkapan kecil sesuai dengan waktu konsentrasi yang
ditinjau pada titik kontrol.

Tabel 3.14 Hasil hitungan IDF dengan berbagai kala ulang

Durasi Periode ulang (tahun)


(menit) 2 5 10 25 50 100
5 189,028 241,273 274,099 314,039 342,884 371,086
10 119,080 151,993 172,672 197,832 216,003 233,769
15 90,875 115,992 131,773 150,974 164,841 178,399

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 103


ANALISIS HIDROLOGI

20 75,016 95,749 108,776 124,626 136,073 147,265


45 43,688 55,763 63,350 72,581 79,247 85,765
60 36,064 46,031 52,294 59,914 65,417 70,798
120 22,719 28,998 32,943 37,744 41,210 44,600
180 17,338 22,130 25,140 28,804 31,449 34,036
240 14,312 18,268 20,753 23,777 25,961 28,096
300 12,334 15,743 17,884 20,490 22,372 24,213
360 10,922 13,941 15,837 18,145 19,812 21,441

Gambar 3.9 Kurva IDF hasil analisis data

Untuk menentukan nilai intensitas hujan pada lokasi perencanaan, dicari terlebih dahulu
nilai waktu konsentrasi (tc) selanjutnya nilai tersebut diplot pada kurva IDF sehingga didapatkan
nilai intensitas hujan (I) pada arah sumbu verikal atau bisa juga dengan menggunakan secara
langsung rumus mononobe. Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan persamaan yang
diberikan oleh Kirpich, yang berlaku untuk luas daerah tangkapan kurang dari 80 hektar,
sebagaimana berikut:

0, 06628L0,77
tc 
S 0,385
Dimana:
tc : waktu konsentrasi (jam)
L : panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km)
S : kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 104


ANALISIS HIDROLOGI

Hasil analisis nilai waktu konsentrasi (tc) menggunakan persamaan Kirpich pada Embung
Pagergunung disajikan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Hasil analisis waktu konsentrasi (tc)


No. Lokasi Catchment Waktu konsentrasi (jam)
1 Catchment 1 0,22341
2 Catchment 2 0,31163

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai koefisien pengaliran (C). Dalam menentukan
nilai koefisien aliran digunakan peta tata guna lahan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16,
Tabel 3.17, dan Gambar 3.10, selanjutnya didapatkan nilai koefisien aliran (C) komposit yang
digunakan untuk mencari debit banjir rancangan.

Tabel 3.16 Penentuan nilai koefisien pengaliran (C) pada catchment 1


No Tutupan Lahan Luas C Ci Ai
(Km2)
1 Sawah irigasi 0,0191 0,16 0,003061913
2 Sawah tadah hujan 0,0047 0,16 0,000758987
3 Permukiman dan Tempat Kegiatan 0,0049 0,4 0,001943671
Total Luas Catchment 0,0287 0,005764572
Koefisien pengaliran komposit (Ck) 0,201

Tabel 3.17 Penentuan nilai koefisien pengaliran (C) pada catchment 2


No Tutupan Lahan Luas C Ci Ai
(Km2)
1 Tegalan/Ladang 0,3332 0,15 0,049975244
2 Semak Belukar 0,1532 0,14 0,021441299
3 Permukiman dan Tempat Kegiatan 0,0506 0,4 0,020222073
4 Perkebunan/Kebun 0,2316 0,15 0,03474567
5 Sawah Tadah Hujan 0,2630 0,16 0,042083784
6 Hutan 0,6762 0,13 0,08790988
7 Sawah irigasi 0,0181 0,16 0,002895185
8 Padang rumput 0,0095 0,13 0,001236952
Total Luas Catchment 1,7354 0,260510087
Koefisien pengaliran komposit (Ck) 0,150

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 105


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.7 Peta penggunaan lahan untuk menentukan koefisien pengaliran (C)

Hasil perhitungan waktu konsentrasi (tc), intensitas hujan (I), dan koefisien pengaliran (C)
selanjutnya digunakan untuk menentukan debit rancangan pada catchment 1 dan catchment 2
dengan berbagai kala ulang, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.18 dan Tabel 3.19.

Tabel 3.18 Hasil analisis debit banjir rancangan pada catchment 1


Luas R24 Tc I Q
T C
km2 (mm) (jam) (mm/jam) (m3/s)
2 0,029 104,026 0,223 97,950 0,201 0,1570
5 0,029 132,778 0,223 125,022 0,201 0,2004
10 0,029 150,842 0,223 142,032 0,201 0,2276
25 0,029 172,822 0,223 162,728 0,201 0,2608
50 0,029 188,696 0,223 177,674 0,201 0,2847
100 0,029 204,216 0,223 192,288 0,201 0,3082

Tabel 3.19 Hasil analisis debit banjir rancangan pada catchment 2


Luas R24 Tc I Q
T C
km2 (mm) (jam) (mm/jam) (m3/s)
2 1,735 104,026 0,312 78,460 0,150 5,682
5 1,735 132,778 0,312 100,146 0,150 7,253
10 1,735 150,842 0,312 113,771 0,150 8,239
25 1,735 172,822 0,312 130,349 0,150 9,440
50 1,735 188,696 0,312 142,321 0,150 10,307
100 1,735 204,216 0,312 154,027 0,150 11,155

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 106


ANALISIS HIDROLOGI

Debit banjir rancangan total didapatkan dengan menjumlahkan debit puncak hasil analisis
pada catchment 1 dan catchment 2, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Hasil hitungan debit banjir rancangan total dengan berbagai kala ulang

T Q (m3/s)

2 5,839
5 7,453
10 8,467
25 9,701
50 10,592
100 11,463

. Berdasarkan Tabel 3.25, untuk keperluan penelusuran banjir dipilih debit banjir dengan
kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 9,701 m3/s, debit banjir kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar
10,592 m3/s, debit banjir kala ulang 100 tahun (Q100) sebesar 11,463 m3/s.

4.4.6 Ketersediaan Air

Ketersediaan air DAS umumnya dinyatakan dalam debit andalan (dependable flow), yaitu
debit sungai dengan probabilitas terlampaui sebesar 80% (Q80). Penetapan Q80 memerlukan
input data debit aliran yang panjang (minimal 15 tahun). Jika data debit tidak cukup atau bahkan
tidak tersedia, maka dapat digunakan simulasi hujan-aliran untuk estimasi nilai debit rerata
bulanan atau setengah bulanan. Model simulasi hujan-aliran yang digunakan dalam studi ini
adalah model MOCK. Model Mock ini adalah cara perhitungan aliran sungai dari data curah
hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi DAS untuk menaksir ketersediaan air, jika
ketersediaan data debit minimum, atau bahkan tidak ada.

Sebelum digunakan untuk simulasi dalam hitungan perkiraan debit aliran rerata DAS, model
MOCK harus dikalibrasi untuk menetapkan nilai parameter DAS berikut: Koefisien infiltrasi
musim basah (WIC), Koefisien infiltrasi musim kemarau (DIC), Initial Soil Moisture (ISM),
Soil Moisture Capacity (SMC), Initial Groundwater Storage (IGWS), dan Groundwater
Recession Constant (K). Berikut merupakan parameter DAS yang digunakan dari hasil kalibrasi
parameter DAS.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 107


ANALISIS HIDROLOGI

Tabel 3.26 Hasil kalibrasi parameter DAS

Min. Max. Opt.


Parameter DAS Satuan Simbol
value value value
1. Koefisien infiltrasi musim basah - WIC 0,10 0,50 0,100
2. Koefisien infiltrasi musim kemarau - DIC 0,35 0,75 0,350
3. Initial Soil Moisture (mm) (mm) ISM 50,00 350,00 100,00
4. Soil Moisture Capacity (mm) (mm) SMC 100,00 300,00 100,00
5. Initial Groundwater Storage (mm) (mm) IGWS 100,00 2000,00 2000,00
6. Groundwater Recession Constant - K 0,75 1,00 0,750

Ketelitian hasil kalibrasi didasarkan pada nilai koefisien korelasi (R) = 0,693 dan selisih
volume aliran tahunan (ΔV) antara debit rerata terhitung dan terukur < 5%. Perbandingan antara
debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Perbandingan antara debit terukur dengan debit rerata hasil simulasi

Selanjutnya dilakukan simulasi untuk mengetahui debit dari data hujan setengah bulanan
dari tahun 2007 hingga 2018. Berikut merupakan grafik hasil simulasi dengan model Mock
hingga tahun 2018 dan detail perhitungan disajikan pada Lampiran.

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 108


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Hasil simulasi debit tengah bulanan dengan model Mock

Berdasarkan hasil simulasi selanjutnya dapat ditentukan debit andalan Q80 dan Q90 setengah
bulanan dan debit andalan tunggal, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19.

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 109


ANALISIS HIDROLOGI

Gambar 3.17 Penentuan debit andalan tengah bulanan dengan model Mock

Detail Desain Embung/Telaga Wilayah Sungai Progo Opak Serang IV - 110

Anda mungkin juga menyukai