Oleh:
Amirah dhia nabila sinum
1102014020
Pembimbing:
KOMPOL dr. Utomo Budidarmo Sp.OG M.Kes
NRP.82051588
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Endometriosis merupakan kelainan ginekologi jinak yang sering diderita wanita usia
reproduktif ditandai dengan glandula dan stroma diluar lokasi normal.
Endometriosis diidentifikasi pertama kali pada abad ke 19 oleh Von Rockitansky tahun 1860.
Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvis, ovarium, septum rektovaginalis,
ureter, kadang vesika urinaria, pericardium dan pleura.
Insidensi endometriosis sulit dihitung oleh karena gejala asimtomatis dan pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakan diagnosis sensitititasnya rendah. Perempuan dengan
endometriosis bisa tanpa gejala, subfertil atau dismenore.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Teori ini menyatakan bahwa sel punca/progenitor yang berasal dari sumsum
tulang belakang dapat berdiferensiasi menjadi jaringan endometriosis. Temuan
4
histologi pada pasien dengan sindrom Rokitansky-Kuster-Hauser berupa sel
endometriosis tanpa adanya endometrium menstruasi mendukung teori ini3,4
Metastasis Jinak
Diseminasi Iatrogenik
Teori yang paling popular dinyatakan oleh Saampson (1920) bahwa sel
endometriosis masuk ke peritoneum melalui saluran tuba selama menstruasi
lalu berimplantasi ke pelvis. Sel ini kemudian melekat pada peritoneum pelvis
dan berkembang melalui pengaruh hormone. Teroi ini didukung dengan
temuan darah haid pada 90% wanita sehat dengan saluran tuba yang paten
pada laparaskopi selama siklus menstruasi.3,4
Perubahan Imunologi
Adanya kelainan pada sel yang dimediasi oleh system imun dan komponen
humoral dalam darah perifer dan cairan peritoneal. Adanya perubahan
imunologi pasien endometriosis diduga merupakan perubahan fungsi makrofag
dalam cairan peritoneal. Wanita tanpa endometriosis mempunyai monosit
dengan waktu hidup yang pendek serta fungsi terbatas, sementara wanita
dengan endometriosis mempunyai monosit dengan pertumbuhan yang cepat.
Sel inilah yang mengeluarkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang
menyebabkan terjadinya endometriosis. 3,4
5
dimediasi. Endometriosis bergantung pada esterogen didukung dengan temuan
molekuler lesi ektopik memiliki peningkatam ekspresi enzim aromatase dan
penurunan ekspresi dari 17β hydroxysteroid dehydrogenase). Perbedaan
penignkatan enzim ini mengakibatkan peningkatan konsentrasi estradiol local.4
DIAGNOSIS ENDOMETRIOSIS
Gejala Persentase
Nyeri haid 62
Nyeri pelvik kronik 57
Dispareunia dalam 55
Keluhan intestinal siklik 48
Infertilitas 40
Inkapasitas dismenore 28
6
kembung 96%, diare 27%, dan konstipasi 16% pada wanita dengan
endometriosis, sementara pada 64%, 9% dan 0% untuk wanita yang tidak
memiliki endometriosis.
Gejala Wanita dengan Wanita tanpa
endometriosis endometriosis
Perut kembung 96% 64%
Diare 27% 9%
Konstipasi 16% 0%
7
Temuan Klinis1,2 :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi vagina menggunakan speculum lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi rektovagina.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk meraba ligamentum sacrouterina dan septum
rektovagina untuk menilai ada atau tidaknya nodul endometriosis Pemeriksaan
dilakukan saat menstruasi agar meningkatkan peluang untuk mendeteksi nodul
dan nyeri, karena memiliki sensitivitas tinggi. Pada penelitian ditemukan pasien
dengan endometriosis pada retro sigmoid dan retroserviks pada pemeriksaan
dalam memiliki sensitivitas 72% dan 68% sementara spesifisitasnya 54% dan
64%. Nilai prediktif positif 63% dan 45%, nilai prediktif 8istolog 64% dan
69%, dan akurasi 63% dan 55%.
8
Laparakopi merupakan baku emas untuk diagnostic endometriosis. Lesi
endometriosis baru dan aktif biasanya berwarna merah terang, lesi yang
lama dan aktif biasanya merah kehitaman, sementara lesi nonaktif terlihat
berwarna putih dengan jaringan parut. Endometriosis yang tumbuh pada
ovarium biasanya berisi cairan berwarna coklat sehingga disebut kista
coklat
5. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan passti apabila didapatkan kelenjar dan stroma endometrium.
FAKTOR RESIKO
Dalam analisis retrospektif UK dalam 3 tahun sebelum diagnosis
endometriosis mengenai gejala lazim wanita dengan endometriosis
memiliki gejala nyeri abdominno pelvikum dan perdarahan saat menstruasi
lebih berat dibandingkan dengan wanita yang tidsak memiliki
endometriosis. Kemudian ketika dibandingkan dengan control wanita
endometriosis memiliki odd ratio [OR (95% CI)] untuk gejala berikut: nyeri
abdominopelvic 5.2 (4.7-5.7), dismenore 8.1 (7.2-9.9), perdarahan
menstruasi 4.0 4.0 (3.5-4.5) , infertilitas 8.2 (6.9-9.9), perdarahan
dispareunia / postcoital 6.8 (5.7–8.2) dan gejala saluran kemih 1.2 (1.0–
1.3). Selain itu, riwayat diagnosis dengan kista ovarium 7,3 (5,7-9,4),
sindrom iritasi usus besar 1,6 (1,3-1,8), penyakit radang panggul 3,0 (2,5-
3,6) dan penyakit payudara fibrokistik 1,4 (1,2-1,7).
Gejala Odd Ratio
Nyeri abdominopelvic 5,2 (4,7-5,7)
Dismenore 8,1 (7,2-9,9)
Perdarahan menstruasi 4,0 (3,5-4,5)
Infertilitas 8,2 (6,9-9,9)
Perdarahan 6,8 (5,7-8,2)
dispareunia/postcoital
Saluran kemih 1,2 (1,0-1,3)
Kista ovarium 7,3 (5,7-9,4)
Sindrom iritasi usus besar 1,6 (1,3-1,8)
Penyakit radang pangguk 3,0 (2,5-3,6)
9
Penyakit payudara 1,4 (1,2-1,7)
fibrokistik
Irritable bowel sindrom 3,5 (31,1-3,9)
Penyakit Radang Panggul 5,9 (5,1-6,9)
Pada studi italia, wanita yang akhirnya didiagnosis endometriosis post laparaskopi
melaporken gejala dismenorrhea lebih intensif daripada mereka yang tidak
memiliki gejala endometriosis.
10
Stadium I (minimal) : 1-5
Stadium II (ringan) : 6-15
Stadium III (sedang) : 16-40
Stadium IV (berat) : >40
11
NYERI PADA ENDOMETRIOSIS
PENILAIAN NYERI
Penilaian nyeri yang paling banyak digunakan ialah dengan metode VAS. VAS
adalah skala respons psikometrik dengan menggunakan kuesioner, dan merupakan
metode yang sederhana terdiri dari garis datar sepanjang 10 cm, yang dimulai
dengan 0 menandakan tidak ada nyeri, sedangkan angka 10 skala nyeri paling
buruk. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Art and Science of
Endometriosis Meeting yang diadakan oleh National Institutes of Health (NIH)
bekerjasama dengan American Society of Reproductive Mediciαne (ASRM) tahun
2010 menyatakan satu bulan sebelum terapi nyeri harian sebaiknya diukur pada
waktu yang sama dengan tujuan mendapatkan baseline nyeri yang adekuat tiap
harinya. Dismenorea dan nyeri pelvis harus diukur terpisah 1.
12
merupakan mediator nyeri. NGF pada lesi endometriosis juga akan meningkatkan
nosiseptor dan meningkatkan ekspresi subtansia P yang akan memodulasi nyeri.
Diketahui pertumbuhan serabut saraf ektopik juga merangsang timbulnya nyeri,
sementara densitas serabut saraf pada lesi endometriosis peritoneal 6x disbanding
wanita tanpa endometriosis. Selain itu, ditemukan hipereksitabilitas dari sistem
nosiseptif dan amplifikasi pada nyeri kronik dikarenakan penurunan volume gray
matter pada bagian thalamus, kortex, dan prefrontal yang merangfsang persepsi
nyeri terus menerus.1
13
TATALAKSANA NYERI ENDOMETRIOSIS11,2,3,4
Danazol
Danazol merupakan androgen sintetik juga merupakan derivate 17α-ethynyl
testosterone. Danazol mempunyai beberapa mekanisme kerja antara lain,
merangsang amenorea melalui supresi terhadap aksis Hipotalamus-Pituitari-
Ovarium (HPO), inhibisi steroidogenesis ovarium dan mencegah proliferasi
14
endometrium dengan mengikat reseptor androgen dan 15istology15ne pada
endometrium dan 15istolo endometriosis. Menurunkan produksi Steroid Hormone
Binding Globulin (SHBG) di hati, dan menggeser posisi terstosterone dari SHBG
yang menyebabkan peningkatan konsentrasi testosteron bebas, sehungga terjadilah
atrofi dari endometrium dan endometriosis akibat esterogen yang rendah dan
androgen yang tinggi.
Aromatase Inhibitor
Beberapa penelitian menyebutkan peran penting enzim aromatase dan estrogen
lokal pada endometriosis, yaitu potensi mitogenik estradiol yang mendorong
pertumbuhan dan proses inflamasi di lesi endometriosis. Maka aromatase inhibitor
dipikirkan menjadi pilihan terapi yang potensial pada pasien dengan endometriosis
Anti Prostaglandin
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kadar prostaglandin wanita dengan
endometriosis, sehingga di obat anti inflamasi non steroid digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri terkait endometriosis.
TATALAKSANA BEDAH1,2
1. NYERI
a. LUNA pada nyeri karena endometriosis
Prosedur LUNA merupakan prosedur dengan melakukan ablasi atau eksisi
sekitar 1,5-2 cm bagian ligamentum sakrouterina di insersi serviks.
Prosedur ini dimulai dengan memposisikan uterus anteversi menggunakan
manipulator uterus, mengidentifikasi ligamentum uterosakral yang
kemudian salah satu atau keduanya dipotong dekat dengan insersinya di
serviks. Sebagian kecil ligamen diambil untuk pemeriksaan histologi dan
konfirmasi adanya serabut saraf didalamnya.
Dengan pembedahan ini diharapkan terputusnya saraf sensoris sehingga
nyeri akan berkurang.
b. Laparoskopi pre-sacral neurectomy pada nyeri
Prosedur bedah PSN adalah melakukan eksisi jaringan saraf antara
peritoneum dan periosteum minimal 2 cm. PSN akan memutus saraf
15
sensorik, dan melibatkan pemutusan jalur persarafan yang lebih banyak
dibandingkan LUNA
c. Laparoskopi eksisi lesi endometriosis susukan dalam Endometriosis
susukan dalam didefinisikan sebagai massa padat terletak lebih dari 5 mm
di dalam peritoneum. Tindakan pembedahan eksisi lesi endometriosis
susukan dalam akan menghilangkan lesi endometriosis yang akan
menurunkan intensitas nyeri.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18