Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DESKRIPSI DATA

Pengantar Statistika Komputasi

Dosen Pengampu :
Dr. Arnita, M.Si.

Muhammad Luthfi Vareza (4183250020)


Azi Widyanto ( )
Joshua Christian (4183550005)

Ilmu Komputer-B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019/2020
DESKRIPSI DATA

Deskripsi data adalah upaya menampilkan data agar data tersebut dapat dipaparkan
secara baik dan diinterpretasikan secara mudah. Deskripsi data meliputi penyusunan data
dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca secara lengkap.
Tabel frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data, yang
sering ditampilkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram.
Sedangkan ukuran-ukuran deskriptif digunakan untuk menyatakan ciri lokasi pesebaran
peubah pengukuran.

A. TABEL FREKUENSI
Tabel frekuensi merupakan bentuk deskripsi paling umum yang digunakan untuk peubah
katagorik. Tabel ini menampilkan kategori-kategori yang muncul dalam gugus data beserta
frekuensinya masing – masing. Frekuensi relative atau persentase biasanya ditampilkan pada
tabel tersebut.
 Cara membuat tabel frekuensi secara manual :
a) Mengumpulkan datanya
b) Mengurutkan datanya
c) Menghitung jangkauannya (Range)
d) Menentukan berapa banyak nya kelas (k)
e) Panjang Interval Kelasnya (i), dan
f) Menentukan batas bawah kelas pertama

Contohnya sebagai berikut :


Dari hasil test semester kelas IC SMA PERSADA diperoleh nilai mata pelajaran Fisika
adalah sebagai berikut :
78 72 74 79 74 71 75 74 72 68
72 73 72 74 75 74 73 74 65 72
66 75 80 69 82 73 74 72 79 71
70 75 71 70 70 70 75 76 77 67
Maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengurutkan dahulu datanya, karena itu
data nilai lebih tepatnya kita urutkan dari terkecil ke yang terbesar, sehingga hasilnya sebagai
berikut :
65 66 67 68 69 70 70 70 70 71
71 71 72 72 72 72 72 72 73 73
73 74 74 74 74 74 74 74 75 75
75 75 75 76 77 78 79 79 80 82

Setelah data diurutkan, langkah berikutnya lagi adalah menentukan jangkauan atau sering
disebut dengan Range (R). Besarnya Range (R) dari data diatas dapat dihitung dengan proses,
yaitu :
nilai tertinggi – nilai terendah
82 – 65 = 17,
berarti Rangenya (R) = 17
Setelah Range (R) nya didapat maka dilanjutkan lagi dengan mencari banyaknya kelas
dengan menggunakan rumus :

K = 1 + 3,3 Log n

dimana:
k = banyaknyakelas
n = banyaknya data
dari rumus tersebut tinggal dimasukkan nilainya sehingga menjadi :
k = 1 + 3,3 Log 40
k = 1 + 5,3
k = 6,3
k = 6 (dibulatkan)
Selanjutnya, cari panjang kelas intervalnya dengan proses Range dibagi dengan banyaknya
kelas, sehingga hasilnya :
i = 17/6
i = 2,8
i = 3 (dibulatkan)
Selanjutnya menentukan batas bawah kelas pertamanya, kita ambil contoh nilai terendahnya
yang kita ambil. Kemudian disusun tabel frekuensinya seperti yang terlihat pada tabel 2.1
dibawah ini :
TABEL 2.1 Nilai test semester mata pelajaran Fisika
kelas Ic SMA PERSADA
(Data tunggal)
Nilai Turus Frekuensi
65 – 67 III 3
68 – 70 IIII I 6
71 – 73 IIII IIII II 12
74 – 76 IIII IIII III 13
77 – 79 IIII 4
80 – 82 II 2

Jumlah 40

 Frekuensi Distribusi
Tabel frekuensi untuk peubah pengukuran secara khusus dinamakan sebaran frekuensi, atau
diketahui sebaran frekuensi memberi gambaran sebaran nilai-nilai pengamatan pada suatu
garis peubah atau pengelompokan data ke dalam beberapa kelas.
Hal itu biasanya terjadi saat dilakukannya penelitian atau survey sering terdapat hasil yang
jumlahnya cukup besar dan membingungkan sehingga untuk memudahkan pengolahan data
kita harus melakukan pengelompokan data menjadi bebarapa kelompok atau kelas.
Sebaran frekuensi umumnya berbentuk sebuah tabel. Dalam suatu tabel frekuensi (atau
sebaran frekuensi) dapat berisi informasi tentang jumlah atau disebut frekuensi, frekuensi
relatif, frekuensi kumulatif kurang dari dan frekuensi kumulatif lebih dari. Frekuensi relative
kelas disajikan secara visual dalam bentuk histogram.

 Pembagian Tabel Frekuensi Distribusi:


a. Frekuensi Distribusi Numerikal
Bila dalam pengelompokan frekuensi terdiri dari data kuantitatif yang menyatakan besar
bilangan numerik
b. Frekuensi Distribusi Kategorikal
Bila dalam pengelompokan frekuensinya terdiri dari data kualitatif yang menyatakan jenis
atau mewakili karakteristik tertentu seperti orang, jenis kelamin, dll.
Contoh suatu sebaran frekuensi :
TABEL 2.3 Bobot pada anak BALITA (Bawah Lima Tahun)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Bobot (kg) Nilai tengah (M) frekuensi fr fk< fk>
7–9 8 2 0,04 2 50
10 – 12 11 8 0,16 10 48
13 – 15 14 14 0,28 24 40
16 – 18 17 19 0,36 43 26
19 – 21 20 7 0,14 50 7

Keterangan :
Ø Sebaran frekuensi di atas terdiri atas 5 kelas.
Kelas I adalah data dengan bobot antara 7 kg sampai dengan 9 kg.
Kelas II adalah data dengan bobot antara 10 kg sampai dengan 12 kg.
Kelas III adalah data dengan bobot antara 13 kg sampai dengan 15 kg.
Kelas IV adalah data dengan bobot antara 16 kg sampai dengan 18 kg, dst.
Kelas V adalah data dengan bobot antara 19 kg sampai dengan 21 kg.
Ø Kolom (1)
Angka 7, 10, 13, 16, dan 19 disebut dengan Batas Bawah atau Lower Limit (LL)
Angka 9, 12, 15, 18, dan 21 disebut dengan Batas Atas atau Upper Limit (UL)
Ø Kolom (2)
Nilai tengah untuk masing-masing kelas, dicari menggunakan rumus :
Mi = (LLi + ULi) / 2 ; dengan i = kelas ke-
Ø Kolom (3)
Jumlah atau frekuensi untuk setiap kelas.
Ø Kolom (4)
Frekuensi relatif dari masing-masing kelas, didapatkan dengan menggunakan rumus :
fri = fi / n ; dengan n = jumlah data ; i = kelas ke-
Ø Kolom (5)
Frekuensi kumulatif kurang dari yaitu penjumlahan bertambah frekuensi dari setiap kelas,
didapatkan dengan rumus :
Ø Kolom (6)
Frekuensi kumulatif lebih dari yaitu pengurangan bertahap frekuensi dari total data untuk
setiap kelas, didapatkan dengan rumus:
Tabel 2.4 dan Gambar 2.2 berturut-turut menampilkan sebaran frekuensi dan histogram hasil
ujian komprehensif Statistika pada tahun pendidikan 2000/2001 sebagai contoh.

Tabel 2.4 Sebaran Frekuensi Nilai Ujian Komprehensif Statistika


(Data Kelompok)
No. Kelas Selang Pertengahan Frekuensi Frekuensi
kelas kelas relatif
1. 21-30 20.5-30.5 25 1 0.0095
2. 31-40 30.5-40.5 35 2 0.0189
3. 41-50 40.5-50.5 45 10 0.0943
4. 51-60 50.5-60.5 55 13 0.1226
5. 61-70 60.5-70.5 65 42 0.3962
6. 71-80 70.5-80.5 75 29 0.2736
7. 81-90 80.5-90.5 85 7 0.0660
8. 91-100 90.5-100.5 95 2 0.0189
Total 106

Gambar 2.2 Sebaran Frekuensi Nilai Ujian Dalam Bentuk Histogram


Tampilan histogram mirip dengan tampilan diagram batang untuk peubah katagorik.
Perbedaan diantaranya adalah bahwa pada histogram, batang yang satu dengan batang yang
lainnya berimpitan. Dalam penyusunannya, masing-masing selang kelas pada sebaran
frekuensi dibuat tumpang tindih dengan kelas yang berdampingan di atas dan di bawahnya,
sedangkan batas-batas kelasnya diberi satu decimal lebih dari nilai peubahnya untuk
menghindari pengkelasan satu nilai peubah masuk kedalam lebih dari satu kelas.

Sebaran frekuensi peubah pengukuran memberi gambaran persebaran data pada suatu
garis peubah kontinu, secara singkat tabel sebaran. Histogram menggambarkan sebaran
fekuensi visual. Dalam membuat tabel sebaran, persoalan sering timbul dalam menentukan
batas-batas kelas, karena batas-batas kelas yang berbeda akan memberikan gambaran yang
berbeda pula. Tidak ada ketentuan khusus dalam hal ini. Dalam prakteknya, batas-batas kelas
ditetapkan menurut keperluan tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibicarakan.
B.. UKURAN - UKURAN DESKRIPTIF
Ukuran-ukuran deskriptif diperlukan untuk peubah pengukuran sebagai nilai rangkuman atas
nilai-nilai pengamatan yang ada. Ukuran deskriptif ini merupakan nilai atau ukuran yang
menggambarkan posisi nilai-nilai peubah dalam suatu garis peubah. Ukuran yang
menyatakan letak pusat secara umum dinamakan ukuran pemusatan dan ukuran yang
menyatakan posisi relative nilai-niali peubah terhadap nilai pusat tersebut dinamakan
persebaran.
a. Median
Median adalah suatu nilai setengah dari nilai-nilai peubah tersebut lebih tinggi darinya dan
setengah bagian lainnya lebih rendah. Median juga dikenal sebagai nilai yang terletak di
tengah dari data yang terurut. Pengertian lain median adalah nilai tengah setelah data terurut
naik.
Apabila banyak data adalah ganjil, maka median adalah nilai paling tengah dari data yang
sudah diurutkan atau mediannya merupakan nilai peubah yang ke (n+1)/2. (n=banyaknya
pengamatan) setelah nilai-nilai tersebut diurutkan. Apabila genap, median peubah adalah
rataan dari dua nilai peubah (data) yaitu datum yang ke [n/2] dan datum yang ke [(n+2)/2]
Contoh:
Diketahui data
7, 9, 8, 13, 12, 9, 6, 5
n=8
Data diurutkan terlebih dahulu dari yang kecil ke nilai yang besar, menjadi :
5 6 7 8 9 9 12 13
median = 8 + 9 = 8,5
b. Kuartil
Kuartil adalah nilai ukuran yang membagi data yang sudah terurut menjadi empat
bagian yang masing-masing terdiri dari 25% pengamtan.. Seperempat bagian pertama lebih
kecil dari Kuartil 1(K1), seperempat bagian antara Kuarti 1 dan Kuartil 2 (K2), seperempat
bagian antara Kuartil 2 dan ketiga (K3) dan seperempat bagian lagi lebih besar dari kuartil
ketiga.
Contoh suatu data terurut seperti berikut.
Data yang terdapat pada batas pengelompokan pertama disebut kuartil bawah (Q1), batas
pengelompokan kedua disebut kuartil tengah (Q2), dan batas pengelompokan ketiga disebut
kuartil atas (Q3).

1123334455678
Untuk menentukan nilai-nilai kuartil, kita tentukan nilai kuarti ltengah (Q2) terlebih dahulu.
Nilai Q2 adalah median dari data tersebut. Selanjutnya, seluruh data yang berada di sebelah
kiri Q2, digunakan untuk mencari Q1. Nilai Q1 adalah median dari data sebelah kiri Q2,
sedangkan Q3 adalah median dari seluruh data di sebelah kanan Q2. Selain dengan cara di
atas, nilai kuartil dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.
Q1 = data ke – i ( n + 1 )4
i = 1, 2, 3
n = Banyak data

c. Jarak Antar Kuartil (JAK)


Jarak Anatar Kuarti (JAK) menyatakan jarak yang mencakup 50% data yang berada disekitar
median, dan merupakan ukuran persebaran data sehubungan dengan nilai median sebagai
pusatnya. Atau dikenal sebagai selisih antara K3 dan K1 dinamakan.
JAK yang panjang menunjukkan bahwa nilai-nilai peubah dalam gugus tersebut cenderung
berpencaran atau memiliki ukuran persebaran yang tinggi. Sebaliknya JAK yang pendek
menunjukkan nilai-nilai pengamatan yang cenderung mengumpul atau memiliki ukuran
persebaran yang rendah.
d. Rataan (Mean)
Nilai tengah suatu peubah didefinisikan sebagai hasil bagi dari jumlah seluruh nilai
pengamatan dengan banyaknya pengamatan. Nilai tengah merupakan pusat sejati dari
segugus data yang menyatakan lokasi pusat keseimbangan data. Apabila dalam suatu gugus
data, bobot data yang berada di atas mediannya sama dengan bobot data yang berada di
bawah mediannya maka data tersebut merupakan data yang sebarnnya simetrik. Median dan
nilai tengah gugus data demikian berimpit dan terletak di tengah-tengah sebaran.
Apabila bobot data yang berada di atas median lebih besar dari bobot data yang sebarannya
melandai ke kanan (right skewed, skewed to the right). Data demikian dikatakan pula sebagai
data yang menjulur ke kanan. Nilai tengah data tersebut berada di sebelah kanan mediannya.
Demikian halnya, nilai tengah data yang melandai ke kiri berada di sebelah kiri mediannya.
Kasus ini disebut menjulur ke kiri (left skewed atau skewed to the left).
e. Ragam
Ragam berbanding lurus dengan jumlah kuadrat jarak nilai – nilai data dari nilai
tengahnya. Besarnya angka ragam ini menyatakan ukuran pesebaran nilai – nilai pengamatan
dari titik tengahnya; ragam yang tinggi menunjukkan nilai-nilai yang cenderung memencar
jauh dari nilai tengahnya. Dan ragam yang rendah menunjukkan nilai – nilai pengamatan
yang cenderung mengumpul di sekitar nilai tengahnya.
f. Simpangan Baku
Dalam terapannya, Simpangan Baku, S = , lebih sering digunakan sebagai ukuran
pesebaran data karena memiliki satuan sama dengan satuan data dan nilai tengahnya. Akar
pangkat dua dari ragam dinamakan Simpangan Baku (S), = S
g. Nilai Tengah Terpancung
Nilai tengah terpancung merupakan nilai tengah data dimana sebagian data terbesar dan
sebagian data terkecil disisihkan dalam perhitungan. Besarnya data yang disisihkan dari
perhitungan biasanya sebanyak 5% atau 10% dengan mempertimbangkan bahwa penyisihan
bagian tersebut akan menghilangkan nilai ekstrim yang mungkin ada.
Karena lebih tegar, nilai terpancung ini kadang-kadang lebih disukai untuk menyatakan
lokasi pusat. Perbandingan nilai tengah dengan nilai tengah terpancung dapat pula digunakan
untuk memeriksa adanya nilai ekstrim. Perbedaan mencolok diantara keduanya
mengindikasika adanya nilai ekstrim yang berpengaruh.
Dalam suatu gugus data, sering pula dijumpai adanya nilai ekstrim yang sangat
berpengaruh terhadap nilai tengah. Nilai ekstrim ini kadang-kadang disebabkan adanya
kesalahan mencatat, semestinya 100 tetapi tercatat 1000 misalnya atau karena data tersebut
sebenarnya seringkali berubah drastic apabila nilai ekstrim ini dikesampingkan.

C. DIAGRAM BATANG DAUN


Diagram batang daun dapat diajukan sebagai contoh penyebaran data. Dalam diagram
batang daun, data yang terkumpul diurutkan lebih dulu dari data ukuran terkecil sampai
dengan ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian, yaitu batang dan
daun. Diagram dahan daun adalah teknik penyajian peubah pengukuran yang sekaligus
menampilkan informasi frekuensi dan gambaran visual sebaran frekuensi.
Masing – masing nilai data dalam hal ini dipandang sebagai daun yang terikat pada dahan
tertentu pada suatu pohon bilangan yang biasannya digambarkan sebagai garis vertikal dan
horizontal. daun – daun data disusun pada dahan yang sesuai sehingga masing – masing
rangkaian daun pada dahan tertentu menggambarkan nilai frekuensi nilai peubah pada selang
kelas tertentu.
A. Cara menyajikan diagram batang daun
Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam membuat diagram batang daun yaitu :
a) Data yang disajikan dengan diagram batang daun berupa data tunggal yang cacahnya tidak
banyak.
b) Batang pada diagram adalah angka pertama pada data dan daun adalah angka berikutnya,
misalnya data 42 berarti 4 sebagai batang 2 sebagai daun. Namun sering juga batang terdiri
atas dua angka, misalnya pada data 124, maka batangnya 12 dan daunnya 4. Sedangkan bila
data adalah bilangan dengan 1 angka, maka batangnya adalah 0 dan daunnya data tersebut,
misalnya data 6, maka batangnya 0 dan daunnya 6.
c) Batang dituliskan secara tegak dalam urutan yang terus membesar. Daun-daunnya
dituliskan di bagian kanan batang.
d) Daun disusun dalam urutan yang terus membesar dari kiri ke kanan.
e ) Bila data belum diurutkan, maka sajian diagram batang daun dapat dilakukan dengan
membuat daun di sebelah kiri batang. Kemudian daun-daun diurutkan dari kecil ke besar dan
ditempatkan di sebelah kanan batang.

D. DIAGRAM KOTAK GARIS


Diagram kotak garis diperkenalkan oleh JF Tukey bersama diagram batang daun untuk
keperluan eksplorasi data. Pada waktu menggunakan nilai tengah untuk ukuran pemusatan
dan ragam sebagai ukuran persebarannya, maka secara implisit ada anggapan dasar mengenai
sebaran data tersebut yaitu bahwa :
a. Data berasal dari populasi tunggal
b. Sebarannya simetris
c. Tidak ada nilai ekstrim di dalamnya
Nilai ekstrim disebut juga pencilan, yaitu nilai data yang memencil dibandingkan dengan
nilai – nilai data sebelumnya.
Eksplorasi adalah usaha untuk mendeteksi adanya penyimpangan, dari anggapan tersebut
dapat kita ambil diagram batang daun digunakan untuk memeriksa ketunggalan data,
sedangkan kotak garis digunakan untuk menguji kesimetrisan data dan kemungkinan adanya
pencilan, setelah dipastikan ketunggalan datanya.
Diagram kotak garis menampilkan data dalam bentuk diagram yang terdiri dari kotak dan
garis.kotak mencangkup 50% data yang terletak di tengah,dibatasi oleh K1 pada satu sisi dan
K3 pada sisi lainnya.Garis pemisah yang digambarkan di dalam kotak tersebut
menggambarkan letak median.Sehingga kotak tersebut terbagi menjadi 2, satu bagian
mencangkup 25% data antara K1 dan Me, sedangkan satu bagiannya lainnya mencangkup
25% data antara Me dan K3. Satu garis ditarik dari sisi K1 sejauh – jauhnya sampai dengan
data yang paling kecil yang masih berada dalam cangkupan, dan satu garis lainnya ditarik
dari sisi K3 sejauh – jauhnya sampai dengan data yang paling besar yang masih berada dalam
cakupan.

Contoh Soal :
1. Diberikan data seperti di bawah ini :
5,4,6,7,8,8,6,4,8,6,4,6,6,7,5,5,3,4,6,6,8,7,8,7,5,4,9,10,5,6,7,6,4,5,7,7,4,8,7,6
Maka buatlah tabel frekuensi data tunggalnya!
Jawab :
Nilai Turus Frekuensi
3 I 1
4 IIIII II 7
5 IIIII I 6
6 IIIII IIIII 10
7 IIIII III 8
8 IIIII I 6
9 I 1
10 I 1
Total 40

2. Diketahui 13 buah amatan sebagai berikut :


3, 5, 5, 5, 6, 8, 4, 5, 8, 11, 12, 5, 16. Maka nilai tengahnya adalah…
Jawab :
= (3.1 + 5.3 + 6.1 + 8.2 + 4.1 + 11.1 + 12.1 + 5.1 + 16.1 )
= 7, 15

Anda mungkin juga menyukai