Islam
Perjuangan menegakkan Islam haruslah ditempuh dengan cara yang terorganisir rapi
(tanzhim), dengan perencanaan yang matang, keterpaduan perjuangan di segala aspek (takamul)
dan keseimbangan perjuangan dalam masing-masing aspek yang diperjuangkan (tawazun).
Karena memperjuangkan Islam merupakan perintah langit, sehingga sangat mustahil jika
dilakukan secara serampangan.
Aspek tanzhim dalam perjuangan Islam ini, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah
dalam proses hijrah. Di mana beliau mengorganisir dengan baik para sahabat yang ditugaskan
dalam peristiwa tersebut. Mulai dari Abu Bakar ash-Shidiq yang menemani perjalanan, Ali bin
Abi Thalib yang menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya, pemilihan Gua Tsur untuk
bersembunyi –di mana gua tersebut terletak berlawanan arah dengan perjalanan menuju
Madinah-, penugasan Abdullah bin Abu Bakar sebagai informan, Asma’ binti Abu Bakar sebagai
penyuplai makanan, juga Abi bin Fahirah yang bertugas menyamarkan jejak dengan
menggembala kambing di setiap sore hari. Tak ketinggalan, dengan dibayarnya Abdullah bin
Uraiqith al-Laitsi sebagai penunjuk jalan menuju Madinah.
Tanzhim ini sangat penting, karena musuh yang dihadapi oleh kaum muslimin adalah
organisasi internasional yang terstruktur rapi. Baik itu gerakan Salibisme Internasional, Zionisme
Internasional maupun Komunisme Internasional.
Selanjutnya, gerakan Islam harus bersikap takamul, keterpaduan. Yakni meliputi banyak
aspek, bukan bersifat juz’iyah (parsial). Karena tabiat Islam yang memang menyeluruh dan
mengatur segala aspek. Sehingga, gerakan Islam tidak boleh hanya fokus pada salah satu aspek
dan melupakan aspek yang lain.
Sebagai gambaran dalam hal ini, apa yang dirumuskan oleh Hasan al-Banna sangatlah
relevan. Bahwa Ikhwanul Muslimin yang didirikannya, merupakan Dakwah Salafiyah yang
mengajak kepada kemurnian Islam, Thariqat Sunniyah yang menyerukan pentingnya
melaksanakan sunnah yang suci dalam segala aspek, Hakikat Sufiyah yang mengajak anggotanya
untuk selalu menyucikan diri dengan aneka amal ibadah, Lembaga Politik yang menuntut
perbaikan sistem pemerintahan dan hukum agar sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah,
Perkumpulan Olah Raga yang menekankan pentingnya kesehatan anggotanya dengan aneka
macam kegiatan dan pelatihan fisik, Ikatan Ilmiah dan Kebudayaan yang mewajibkan kepada
anggotanya untuk mengutamakan dan menghargai ilmu pengetahuan, Usaha Ekonomi yang
menekankan anggotanya agar pandai mengatur dan mengupayakan harta yang halal untuk
kemaslahatan umat, dan Gagasan Kemasyarakatan yang mempunyai program agar anggotanya
semakin bersemangat dalam menghadirkan kemanfaatan sebesar-besarnya untuk sesama.
Setelah aspek tanzhim dan takamul dipenuhi, gerakan Islam haruslah memiliki visi tawazun.
Yakni seimbang dalam memperjuangkan masing-masing aspek takamul, hingga mencapai hasil
yang maksimal sesuai dengan yang ditargetkan.
Tawazun ini disusun sesuai dengan yang termaktub dalam al-Qur’an, dan sesuai dengan
prioritasnya. Yakni Aqidah dan Tarbiyah, Fiqih Aqidah dan Syariat, Ibadah, Kekuatan dan
Politik. Tawazun ini juga terkait dengan tanggungjawab para aktivis pergerakan Islam yang
terdiri dari tiga aspek; tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan dakwah. Di mana
masing-masing aspek ini harus dilakukan dengan baik agar tercipta cita-cita Islam sebagai
rahmat bagi semesta.
Jika gerakan Islam impian sudah memenuhi tiga aspek tersebut, selanjutnya gerakan
Islam harus bisa mewujudkan kesatuan amal islami –bersatunya umat Islam dalam satu gerakan
dan tidak terkotak-kotak apalagi banyak gerakan Islam-, memprogramkan tarbiyah
jihadiyah dalam amal islami –sebagai puncak tertinggi dalam amal, dan untuk mempertahankan
diri dari gempuran musuh di segala aspek kehidupan-, memahami dan mewujudkan
pentingnya tarbiyah amniyah –sebagai syarat utama bagi berlangsungnya amal islami dan
pertahanan diri terhadap intimidasi musuh Islam-, juga kewajiban memahami dan mewujudkan
adanya internasionalisasi gerakan amal islami.
Terakhir, yang harus diingat dan diupayakan oleh masing-masing kader pergerakan
Islam, adalah aspek ibadah sebagai sarana mengambil kekuatan dari Allah yang Mahakuat. Baik
itu melalui qiyamullail, shalat berjamaah di masjid terutama subuh dan Isya’, mengakrabkan diri
dengan al-Qur’an dan berupaya mengamalkannya, selalu merasa diawasi oleh Allah, menikmati
karunia makan dan minum sebagai sarana untuk menguatkan diri dalam beribadah, berupaya
mengamalkan Islam dalam setiap aspek kehidupan, dan selalu melakukan introspeksi diri
terhadap setiap amal yang sudah, sedang dan akan dikerjakan.
Insya Allah, dengan ini semua, kejayaan Islam akan segera terwujud, bi idznillah.
ِ ع ِن ْالفَ ْحش
َاء َ ص َالةَ تَ ْن َه ٰى
َّ ص َالةَ ِ ِإ َّن ال ِ ي إِلَي َْك ِمنَ ْال ِكتَا
َّ ب َوأَ ِق ِم ال ِ ُ اتْ ُل َما أ
َ وح
]٢٩:٤٥[ َصنَعُون ْ ََّللاُ َي ْعلَ ُم َما ت َّ َو ْال ُمن َك ِر ِ َولَ ِذ ْك ُر
َّ َّللاِ أَ ْكبَ ُر ِ َو
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-‘Ankabuut:
45)
Menjauhkan diri dari keburukan dan mensucikan diri dari semua perkataan serta amal
buruk adalah hakikat shalat. Nabi meriwayatkan dari Rabbnya,
َو َل ْم، علَى خ َْل ِقي َ َولَ ْم َي ْستَ ِط ْل، ظ َم ِتيَ ض َع بِ َها ِل َع
َ صالة َ ِم َّم ْن تَ َوا َّ ِإنَّ َما أَتَقَبَّ ُل ال
َ َو َر ِح َم ْال ِم ْس ِكيْنَ َوابْن، ار فِي ِذ ْك ِري َ ط َع النَّ َهَ َص َيتِي َوق ِ علَى َم ْع َ ً ت ُمصرا ْ َي ِب
اب
َ صَ َو َر ِح َم ال ُم، س ِب ْي ِل َواأل َ ْر َملَ ِة
َّ ال
“Sesungguhnya Aku menerima shalatnya seseorang yang tawadhu’ karena keagungan-
Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak terus-menerus melakukan maksiat terhadap-Ku,
menghabiskan siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, menyayangi orang miskin, ibnu sabil, dan
janda, serta menyantuni orang yang terkena musibah.” (Al-Bazzar).
Rukun Islam Dan Prinsip-Prinsip Akhlaq
(Bagian ke-2)
3. Zakat dan Akhlaq
Zakat wajib bukan pajak yang diambil dari kas. Namun, pertama-tama ia merupakan
bentuk penanaman perasaan kasih sayang, penguat hubungan antar orang-orang yang saling
mengenal, serta penyatuan lintas strata masyarakat.
Al-Qur’an menyebutkan tujuan dikeluarkannya zakat.
َ علَ ْي ِه ْم ِ ِإ َّن
َ ص َالتَ َك
س َك ٌن َ ط ِِّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ِّكي ِهم ِب َها َو
َ ص ِِّل َ ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم
َ ُ صدَقَةً ت
﴾١٠٣﴿ ع ِلي ٌمَ س ِمي ٌع َّ لَّ ُه ْم ِ َو
َ َُّللا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At
Taubah: 103)
Membersihkan dari daki-daki kekurangan dan mengangkat masyarakat ke tingkat
keluhuran merupakan hikmah utama zakat.
Oleh sebab itu Nabi memperluas pemahaman sedekah agar seorang muslim berusaha untuk
melakukannya,
، ٌصدَقَةَ ع ِن ْال ُم ْن َك ِر َ ف َونَ ْهيُ َك ِ َوأَ ْم ُر َك بِ ْال َم ْع ُر ْو، ٌصدَقَة َ س ُم َك ِفي َو ْج ِه أَ ِخي َْك ُّ تَ َب
ش ْو َكَّ طت ُ َك األَذَى َوال َ َو ِإ َما، ٌصدَقَة
َ ضالَ ِل لَ َك َّ ض ال ِ الر ُج َل فِي أَ ْرَّ َو ِإ ْرشَاد َُك
َ غ َك ِم ْن دَ ْل ِو َك فِي دَ ْل ِو أَ ِخي َْك لَ َك
ٌصدَقَة ُ َو ِإ ْف َرا، ٌصدَقَة َ ق لَ َك َّ ع ِن
ِ الط ِر ْي ْ َو ْال َع
َ ظ َم
ٌصدَقَة
َ ص ِر لَ َك َ َِي ِء ْالبْ الرد َّ لر ُج ِل َّ ص ُر َك ِلَ َ َوب،
“Senyum untuk saudaramu adalah sedekah, kamu memerintahkan yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar adalah sedekah. Kamu membimbing seseorang di tempat tersesatnya
adalah sedekah, serta kamu menunjukkan jalan bagi orang yang lemah penglihatannya adalah
sedekah. Kamu menyingkirkan duri, tulang dari jalan adalah sedekah. Mengosongkan embermu
dengan mengisi ember saudaramu adalah sedekah. Menuntun orang buta adalah sedekah
“ (Bukhari)
Ajaran semacam ini bagi masyarakat gurun pasir yang selama berabad-abad berada
dalam permusuhan dan pertikaian mengisyaratkan tujuan yang dipaparkan oleh Islam, yang
membimbing masyarakat Arab jahiliyah yang gelap gulita itu.
4. Puasa dan Akhlaq
Islam juga mensyariatkan puasa. Ibadah ini tidak dipandang sebagai larangan makan dan
minum untuk rentang waktu tertentu. Namun ia dianggap sebagai tahapan larangan bagi jiwa
manusia untuk memenuhi syahwatnya yang berbahaya serta keinginannya yang bejat.
Untuk menegaskan pengertian ini, Rasulullah saw bersabda,
َ ث فَإِذَا
سا َب َك َّ الص َيا ُم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َو
ِ َالرف ِّ ِ إِنَّ َما، ب
ِ ش ْر ُّ الص َيا ُم ِمنَ األ َ ْك ِل َوال َ لَي
ِّ ِ ْس
َ : فَقُ ْل ِإنِِّي، علَي َْك
صائِ ٌم َ أَ ْو َج ِه َل، ٌأَ َحد
“Bukanlah puasa itu hanya sekadar tidak makan dan minum. Puasa itu adalah
meninggalkan ucapan sia-sia dan kata-kata jorok. Jika seseorang mencacimu atau berbuat jahil
kepadamu katakan saja, ‘Aku sedang puasa.'” (Ibnu Khuzaimah).
Al-Qur’an juga menyebutkan buah puasa seperti halnya firman Allah,
سوقَ َو ََل ِجدَا َل َ َض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَ َال َرف
ُ ُث َو ََل ف َ ات ِ فَ َمن فَ َر ٌ ْال َح ُّج أَ ْش ُه ٌر َّم ْعلُو َم
َّ َّللاُ ِ َوتَزَ َّودُوا فَإِ َّن َخي َْر
الزا ِد َّ ُفِي ْال َح ِّجِ ِ َو َما تَ ْفعَلُوا ِم ْن َخي ٍْر يَ ْعلَ ْمه
﴾١٩٧﴿ ب ِ ون َيا أُو ِلي ْاأل َ ْل َبا ِ ُالت َّ ْق َو ٰى ِ َواتَّق
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah:
197).
Inilah paparan ringkas tentang sebagian ibadah populer dalam Islam dan dikenal sebagai
rukun-rukun utamanya. Jelaslah kiranya sejauh mana kuatnya hubungan antara agama dengan
akhlaq.
Ibadah yang berbeda inti dan tampilannya. Namun ia bertemu pada tataran tujuan
sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw melalui sabdanya,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.”
Shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah ketaatan lainnya yang ada pada ajaran Islam merupakan
tangga menuju kesempurnaan ideal dan sarana mensucikan jiwa untuk memelihara dan
meninggikan kualitas hidup. Perilaku yang mulia dan berkaitan erat dengan ibadah itu atau
muncul akibat itu akan membuat seseorang memiliki tempat tertinggi dalam agama Allah.
Jika seseorang tidak mendapatkan apapun untuk mensucikan hatinya, membersihkan otaknya
serta mengeratkan hubungannya dengan Allah dan dengan manusia maka orang itu gagal. Allah
berfirman,
﴾ َو َمن َيأْتِ ِه٧٤﴿ ت َربَّهُ ُم ْج ِر ًما فَإِ َّن لَهُ َج َهنَّ َم ََل َي ُموتُ فِي َها َو ََل َي ْحيَ ٰى ِ ْ ِإنَّهُ َمن َيأ
َ ُ﴾ َجنَّات٧٥﴿ ت فَأُو ٰلَئِ َك لَ ُه ُم الد ََّر َجاتُ ْالعُلَ ٰى
ع ْد ٍن ِ صا ِل َحا َّ ع ِم َل الَ ُمؤْ ِمنًا قَ ْد
﴾٧٦﴿ ار خَا ِلدِينَ فِي َها ِ َو ٰذَ ِل َك َجزَ ا ُء َمن ت َزَ َّك ٰىُ تَ ْج ِري ِمن تَ ْحتِ َها ْاأل َ ْن َه
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, Maka
Sesungguhnya baginya neraka jahanam. ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan
barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh Telah
beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi
(mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya. dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan
kemaksiatan).” (QS. Thaha: 74-76)
Iman adalah kekuatan yang memelihara seseorang dari dunia dan mendorongnya mencapai
kemuliaan. Oleh karena itu ketika Allah menyeru hamba-Nya menuju kebaikan atau mewanti-
wantinya melakukan kejahatan. Allah menjadikannya sebagai konsekuensi keimanan yang kokoh
tertancap di dalam hati mereka. Betapa sering Allah mengucapkan hal ini di dalam kitab-Nya,
“Hai orang-orang beriman…”
Setelah itu Allah menyebutkan tugas yang dibebankan kepada mereka,
َّ ي َِا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
َّ َّللاَ َو ُكونُوا َم َع ال
﴾١١٩﴿ َصا ِدقِين
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.“ (QS. At-Taubah: 119). Misalnya.
Pemandu risalah menjelaskan bahwa keimanan yang kuat akan melahirkan akhlaq yang kuat
pula. Dan kemerosotan akhlaq disebabkan oleh lemahnya keimanan atau kehilangan keimanan.
Tergantung bobot kejahatan yang ada.
Orang yang menyeramkan wajahnya dan rusak perilakunya melakukan serangkaian kejahatan
dan tidak peduli kepada seorang pun. Rasulullah saw bersabda;
ان قُ َرنَا ُء َج َِ ِم ْيعًا ً فَإِذَا ُر ِف َع أَ َحدُ ُه َما ُر ِف َع اآلخ َُر ِ اَ ْل َح َيا ُء َو
ُ اإل ْي َم
“Rasa malu dan keimanan saling terkait satu sama lainnya. Jika salah satunya
hilang, hilang pula yang lain.” (Hakim dan Thabari).
Orang yang menyakiti tetangganya dan selalu mengatakan hal-hal buruk kepada mereka. Agama
memberi penilaian kepadanya sebagai suatu kekerasan. Seperti apa yang dikatakan oleh
Rasulullah,
إن فالنة تذكر من كثرة صالتها وصيامها وصدقتها غير أنها. يا رسول هللا
يا رسول هللا فالنة: ” هي في النار ” ثم قال: تؤذي جيرانها بلسانها فقال
وأنها تتصدق ” باألثوار من األقط ” ـ، تذكر من قلة صالتها وصيامها
” هي في الجنة: قال. بالقطع من الجبن ـ وَل تؤذي جيرانها
“Ya Rasulullah, si Fulanah itu diceritakan banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya.
Hanya saja ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah menjawab, “Wanita itu
ada di neraka.” Lalu orang itu berkata lagi, “Ya Rasulullah, si Fulanah itu sedikit shalatnya,
puasanya, dan sedekahnya. Ia hanya bersedekah dengan sepotong keju saja namun tidak
menyakiti tetangganya. Rasulullah menjawab, “Wanita itu berada di surga.”
Jawab beliau menunjukkan nilai akhlaq yang luhur. Juga ditegaskan bahwa sedekah adalah
ibadah sosial yang manfaatnya merembet kepada orang lain. Oleh karena itu sisi kuantitasnya
berbeda dengan ibadah shalat dan puasa, yang secara lahir merupakan ibadah pribadi.
Rasul Islam tidak cukup hanya dengan menjawab pertanyaan. Beliau perlu menjelaskan
hubungan antara akhlaq dan keimanan yang sesungguhnya dan ibadah yang benar lalu
menjadikannya sebagai asas kebaikan dunia dan akhirat.
Permasalahan akhlaq lebih penting dari itu semua. Pada suatu hari beliau pernah bertanya kepada
para sahabat,
: فَقَا َل،عَ س فِ ْينَا َم ْن َلَ د ِْره ََم لَهُ َوَلَ َمتَا ُ ال ُم ْف ِل:س قَالُ ْوا ُ “أَتَ ْد ُر ْونَ َم ِن ْال ُم ْف ِل
َ َويَأْتِي َوقَ ْد،صيَ ٍام
شتَ َم ِ صالَةٍ َوزَ َكاةٍ َو َ ِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ب ْ ُ
َ ِس ِم ْن أ َّمتَي َم ْن يَأت ُ ال ُم ْف ِل
فَيُ ْع ِطى َهذَا ِم ْن،ب َهذَا َ ض َر َ َو،سفَ َك دَ َم َهذَا َ َو، َوأ َ َكل َما َل َهذَا،ف َهذَا َ َ َوقَذ،َهذَا
أَ َخذَ ِم ْن،علَ ْي ِه
َ ي َما َ ضِ سنَاتُهُ قَ ْب َل أَ ْن َي ْقَ ت َح ْ َ فَإِ ْن فَ ِني،سنَا ِت ِهَ َو َهذَا ِم ْن َح،سنَا ِت ِه َ َح
ِ َّط ِر َح فِي الن
ار ُ ث ُ َّم،علَ ْي ِه
َ ت ْ ط ِر َح ُ َطا َيا ُه ْم ف
َ َخ
“Tahukah kalian siapa orang bangkrut itu?” Mereka menjawab, “Orang bangkrut
menurut kami adalah yang tidak punya dirham dan harta benda.” Beliau bersabda, “Orang
bangkrut di kalangan umatku adalah seseorang yang datang pada hari Kiamat nanti dengan
shalat, zakat, dan puasanya. Ia datang pada hari itu dan sebelumnya pernah mencaci si ini,
menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul ini. Maka yang
ini diberi dari kebaikannya (ibadahnya) dan itu dari kebaikannya (ibadahnya). Jika kebaikannya
sudah habis sebelum melunasi tanggungannya diambillah dari kesalahan mereka dan
dilemparkan kepadanya. Lalu orang itu dilemparkan ke dalam neraka.” (Muslim)
Itulah orang bangkrut. Seperti seorang pedagang yang memiliki dagangan di tokonya senilai
seribu. Sementara ia punya utang senilai dua ribu. Bagaimana mungkin orang malang ini
menjadi kaya?
Seorang taat beragama yang melakukan banyak ibadah lalu setelah itu banyak melakukan dosa.
Wajahnya muram. Dekat dengan permusuhan. Bagaimana mungkin ia menjadi seorang yang
bertaqwa?
Diriwayatkan bahwa untuk permasalahan ini Nabi membuat perumpamaan yang dekat. Beliau
bersabda,
، وال ُخلق السوء، ” الخلق الحسن يذيب الخطايا كما يذيب الماء الجليد: قال
يفسد العمل كما يفسد الخل العسل
“Akhlaq yang baik melarutkan kesalahan sebagaimana air melarutkan tanah keras.
Akhlaq buruk itu merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.” (Al-Baihaqi).
Seseorang bisa terlepas dari agamanya sebagaimana orang telanjang terlepas dari pakaiannya.
Lalu anggapan sebagai orang beriman menjadi palsu. Lalu adakah nilai agama tanpa akhlaq?
Apa pula pengertian kerusakan walaupun ada afiliasi kepada Allah?
Untuk mengukuhkan prinsip-prinsip yang tegas tersebut, hubungan antara keimanan dan akhlaq
yang kuat. Nabi bersabda,
وإن صام وصلى وحج، ” ثالث من كن فيه فهو منافق: يقول النبي الكريم
وإذا اؤتمن، وإذا وعد أخلف، إذا حدث كذب: وقال إني مسلم، واعتمر
خان
“Ada tiga hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi munafik. Kendatipun ia
puasa, shalat, haji, umrah, dan mengatakan dirinya muslim: jika berbicara ia berdusta, jika
berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia khianat.” (Muslim).
Beliau bersabda di riwayat lain,
وإذا وعد، إذا حدث كذب، ” آية المنافق ثالث: وقال في رواية أخرى
.! ” وإن صلَّى وصام وزعم أنه مسلم، وإذا عاهد غدر، أخلف
“Tanda munafik ada tiga: Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika
diberi amanah ia khianat.”
Beliau bersabda lagi,
Karena Islam bukan sekadar tujuan tapi juga cara. Artinya kalau kita mempunyai cita-cita
menegakkan Islam maka tidak ada cara lain untuk mencapai kecuali dengan cara (akhlak) Islam.
Hal ini juga diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang keluar dari rumah-rumah mereka dengan
congkak dan ingin dilihat oleh manusia dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan
Allah.” (QS. Al-Anfal: 47)
Orang-orang kafir, sekalipun membangkang dan bersikeras memerangi Rasulullah SAW, namun
mereka tidak kuasa menampik kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Mengapa?
Apa –selain faktor hidayah dari Allah SWT- yang membuat hati banyak orang yang
semula lebih keras dari batu, bisa tiba-tiba luluh, dan tak berdaya selain tunduk dan pasrah
kepada seruan Rasulullah SAW? Jawabannya adalah karena Islam adalah kebenaran mutlak yang
pasti sesuai dengan fitrah manusia. Namun ada faktor lain yang menempati posisi amat
bermakna untuk membuat seseorang tersentuh fitrahnya yakni: akhlak.
Keindahan akhlak yang ditampilkan Rasulullah saw telah membungkam segala hujjah
orang yang mendustakan Rasulullah SAW. Karenanya hal yang paling mungkin mereka
tuduhkan kepada Rasulullah SAW adalah bahwa beliau seorang tukang sihir atau berpenyakit
gila. Meski akhirnya tuduhan itu tak dapat juga mereka buktikan.
Karena itu, semangat menegakkan kebenaran (baca: syari’at Islam) bukan alasan untuk
mengabaikan akhlak Islami. Bahkan justeru semangat itu seharusnya mendorong untuk
meningkatkan kualitas akhlak.
Prinsip itu berlaku universal dan dipraktekkan oleh para nabi sebelum Rasulullah SAW.
Lihat, bagaimana Allah SWT mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menghadapi Firaun.
Bukan untuk semata-mata menawarkan kebenaran, namun untuk menawarkan kebenaran dengan
memakai akhlak. “Pergilah kamu berdua kepada Firaun sesungguhnya dia telah melampaui
batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut (kepada Allah).” (QS. Thaha: 43-44)
Rasulullah SAW pun mendapat perintah yang sama. “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan
berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah sama antara
kebaikan dengan keburukan. Maka tolaklah (keburukan) itu dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antara kamu dengan dia ada permusuhan menjadi seolah-olah telah
menjadi teman setia.” (QS. Fushshilat: 33-34)
Kedua ayat ini menunjukkan akhlak dalam berdakwah dengan segala tantangannya
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mau menerima kebenaran atau tidak,
menjadi tunduk hatinya atau semakin congkak, menjadi suadara seiman atau semakin menjadi-
jadi permusuhannya.
Karenanya, dakwah yang penuh cacian dan makian, kepada siapa pun: penguasa, kelompok lain
yang tidak sehaluan, orang yang tidak mau mengikuti seruan dakwahnya adalah bertentangan
dengan akhlak Islam. Selain tidak sesuai dengan esensi kebenaran itu sendiri cacian dan makian
itu tidak akan menambah keimanan dan amal. Alih-alih meningkatkan pemahaman dan kesiapan
untuk berjuang, bertambah justeru penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, kebencian, dan
kesumpekan dada.
1. Berinfak, menahan marah, memaafkan kesalahan orang lain meskipun kita ampu
membalasnya. Allah berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Allah berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Abu Huraiah RA meriwayatkan,
3. Bersikap sabar;
Allah berfirman,
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
Telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar”. (QS. Fushshilat: 34-35).
Allah berfiman,
“Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. As-Syura: 43).
4. Sopan santun dan telaten
Ibnu Abbas RA berkata,
َيس ُِروا َو ََل تُعَس ُِروا َو َبش ُِروا َو ََل تُن َِف ُروا
“Permudahlah dan jangan persulit. Berilah berita gembira dan jangan kalian buat mereka
berlari.” (Muttafaq Alaihi).
Jarir bin Abdullah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
ش ْيءٍ فَإِذَا قَتَ ْلت ُ ْم فَأ َ ْح ِسنُوا ْال ِقتْلَةَ َو ِإذَا ذَ َب ْحت ُ ْم
َ ع َلى ُك ِل َ َسان ِْ ب
َ اْل ْح َّ ِإ َّن
َ ََّللاَ َكت
ُش ْف َرتَهُ فَ ْليُ ِرحْ ذَ ِبي َحتَه َ فَأ َ ْح ِسنُوا الذَّ ْب َح َو ْليُ ِحدَّ أَ َحدُ ُك ْم
“Allah menentukan ihsan dalam segala hal, jika kalian membunuh, baiklah dalam
membunuh, jika kalian menyembelih, baiklah dalam menyembelih. Hendaknya salah seorang di
antara kalian menajamkan pisaunya dan menyamankan binatang sembelihannya.” (HR. Muslim).
Aisyah ra berkata,
س َر ُه َما َما لَ ْم َ سلَّ َم بَيْنَ أَ ْم َري ِْن إِ ََّل أَ َخذَ أَ ْيَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َّ سو ُل
َ َِّللا ُ َما ُخ ِي َر َر
َّ صلَّى
َُّللا َّ سو ُل
َ َِّللا ُ اس ِم ْنهُ َو َما ا ْنتَقَ َم َر ِ َّيَ ُك ْن ِإثْ ًما فَإِ ْن َكانَ ِإثْ ًما َكانَ أَ ْب َعدَ الن
ع َّز َو َج َّل
َ َِّللاَّ ُسلَّ َم ِلنَ ْف ِس ِه ِإ ََّل أَ ْن ت ُ ْنت َ َه َك ُح ْر َمةَ علَ ْي ِه َو
َ
“Tidaklah Rasulullah diberi pilihan terhadap dua hal kecuali beliau memilih yang paling
mudah selama tidak dasa. Jika ia dosa, beliau adalah orang yang paling jauh. Rasulullah SAW
tidak pernah marah kepada sesuatu karena dirinya kecuali jika kehormatan Allah dinodai, maka
beliau akan marah karena Allah.” (Muttafaq Alaihi).
Rasulullah Saw memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari bagaimana berakhlak yang
baik. Seperti penuturan para sabahat di bawah ini;
Anas berkata;
علَ ْي ِه
َ ُارا َو ْح ِشيًّا فَ َردَّهً سلَّ َم ِح َم َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو ِلُ أَ ََ ْهدَيْتُ إلى َِر
َّ صلَّى
َُّللا َ َِّللا َّ سو ُل ُ سلَّ َم قَا َل فَلَ َّما أَ ْن َرأَى َر َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َّ سو ُل
َ َِّللا ُ َر
َ ُسلَّ َم َما ِفي َو ْج ِهي قَا َل ِإنَّا لَ ْم ن َُردَّه
علَي َْك ِإ ََّل أَنَّا ُح ُر ٌم َ علَ ْي ِه َوَ
“Aku memberi hadiah keledai liar kepada Rasulullah saw namun beliau
mengembalikannya. Ketika Rasulullah melihat perubahan pada wajahku beliau bersabda, ‘Kami
tidak mengembalikannya kepadamu kecuali karena hal itun haram (bagi kami).” (Muttafaq
Alaihi).
Nawwas bin Sim’an ra berkata,
ِ ُاْلثْ ِم فَقَا َل ْال ِب ُّر ُح ْس ُن ْال ُخل
ق ِ ْ ع ْن ْال ِب ِر َوَ سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ سأ َ ْلتُ َر
َّ سو َل
َ َِّللا َ
ُ َّعلَ ْي ِه الن
اس َّ َت أَ ْن ي
َ ط ِل َع َ ص ْد ِر َك َو َك ِر ْه َ اك فِي َ اْلثْ ُم َما َح ِ ْ َو
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebajikan dan dosa. Beliau bersabda,
‘Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di dalam dada dan
engkau tidak suka jika dilihat orang.” (Muttafaq Alaihi).
Abdullah bin Amr bin Ash berkata,
شا َو ِإنَّهُ َكانَ يَقُو ُل إِ َّن ً شا َو ََل ُمتَفَ ِح ِ َسلَّ َم ف
ً اح َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ لَ ْم يَ ُك ْن َر
َّ سو ُل
َ َِّللا
ار ُك ْم أَ َحا ِسنُ ُك ْم أَ ْخ ًَلقًا
َ َِخي
“Rasulullah itu tidak ngelantur berbicara dan bukan pembual. Beliau pernah bersabda,
‘Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”
Abu Darda’ ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda,
سا ِئ ِه ْم ُخلُقًا
َ ِار ُك ْم ِلن َ أَ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِم ِنينَ إِي َمانًا أَ ْح
ُ سنُ ُه ْم ُخلُقًا َو ِخ َي
ُ ار ُك ْم ِخ َي
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Dan
sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi, hadits
shahih).
Aisyah RA berkata,
صائِ ِم ْالقَا ِئ ِم
َّ ِإ َّن ْال ُمؤْ ِمنَ لَيُ ْد ِركُ بِ ُح ْس ِن ُخلُ ِق ِه دَ َر َجةَ ال
“Sesungguhnya seorang mukmin, dengan kebaikan akhlaknya, dapat mencapai derajat
orang yang berpuasa dan qiyamul lail.” (HR. Abu Dawud).
Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda,
ِ علَى ْالعُ ْن
ف َو َما ََل ِ الر ْف
َ ق َما ََل يُ ْع ِطي َ الر ْفقَ َويُ ْع ِطي
ِ علَى ِ ب ٌ َِّللاَ َرف
ُّ يق يُ ِح َّ ِإ َّن
ُعلَى َما ِس َواه َ يُ ْع ِطي
“Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dan memberikan, melalui kelembutan,
sesuatu yang tidak diberikan melalui kekerasan, dan yang tidak diberikan melalui yang lain.”
(HR. Muslim).
Aisyah ra berkata, Nabi SAW bersabda,
ُش ْيءٍ إِ ََّل شَانَه ُ َش ْيءٍ ِإ ََّل زَ انَهُ َو ََل يُ ْنز
َ ع ِم ْن ُ الر ْفقَ ََل يَ ُك
َ ون فِي ِ ِإ َّن
“Sesungguhnya kelembutan itu tidak berada pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidak
dicabut dari sesuatu kecuali memperburuknya.” (HR. Muslim).
Abu Umamah Al-Bahili RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,
ت ِفي ٍ ض ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ت َ َر َك ْال ِم َرا َء َو ِإ ْن َكانَ ُم ِحقًّا َو ِب َب ْي ِ ت ِفي َر َب ٍ أَنَا زَ ِعي ٌم بِ َب ْي
ت ِفي أَ ْعلَى ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ِ ِب َو ِإ ْن َكانَ َم
ٍ از ًحا َو ِب َب ْي َ س ِط ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن تَ َر َك ْال َكذَ َو
َُحسَّنَ ُخلُقَه
“Aku adalah penjamin sebuah rumah di sekitar taman (surga) bagi seseorang yang
meninggalkan perdebatan walaupun ia benar, penjamin rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan dusta walaupun ia bercanda, juga menjadi penjamin sebuah rumah di surga paling
atas bagi orang yang memiliki husnul khuluq.” (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
سا يَ ْو َم ْال ِق َيا َم ِة أَ َحا ِسنَ ُك ْم أ َ ْخ ًَلقًا َو ِإ َّن ً ي َوأ َ ْق َربِ ُك ْم ِم ِني َم ْج ِلَّ َِإ َّن ِم ْن أَ َح ِب ُك ْم إِل
َارونَ َو ْال ُمتَش َِدقُون ُ َسا َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة الث َّ ْرث ً ي َوأَ ْب َعدَ ُك ْم ِمنِي َم ْج ِل َّ َض ُك ْم ِإلَ َأَ ْبغ
ارونَ َو ْال ُمتَش َِدقُونَ فَ َما ُ َع ِل ْمنَا الث َّ ْرث َ َّللاِ قَ ْد
َّ سو َل ُ َو ْال ُمتَفَ ْي ِهقُونَ قَالُوا يَا َر
َْال ُمتَفَ ْي ِهقُونَ قَا َل ْال ُمتَ َكبِ ُرون
“Yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat denganku tempat
duduknya pada hari Kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Yang paling aku benci di
antara kalian dan paling jauh tempat duduknya di hari Kiamat adalah yang banyak berbicara,
yang suka usil, dan orang-orang Mutafaihiq (yang pongah dengan ucapannya).” Mereka
bertanya, “Siapakah orang-orang Mutafaihiq itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang
sombong.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan).
Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,
ٍ علَى ُك ِل قَ ِري
ب هَيِ ٍن َ ار أَ ْو ِب َم ْن تَ ْح ُر ُم
ُ َّعلَ ْي ِه الن
َ ار َ أَ ََل أ ُ ْخ ِب ُر ُك ْم ِب َم ْن َي ْح ُر ُم
ِ َّعلَى الن
س ْه ٍل
َ
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang diharamkan masuk neraka atau neraka
diharamkan terhadap setiap orang yang gampang dekat, lembut perangai, dan mudah.” (HR.
Tirmidzi, hadits hasan).
ـ عن جابر بن عبد هللا ـ رضي هللا عنهما ـ عن النبي ـ صلى هللا عليه1
. ومسلم، رواه البخاري . ” ” كل معروفٍ صدقة: وسلم ـ قال
Dari Jabir bin Abdullah RA, dari Nabi Muhammad saw bersabda: “Semua kebaikan itu
adalah sedekah.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
ٍ كل معروفKebaikan yang lahir dari manusia dalam bentuk perbuatan aktif, atau
meninggalkan perbuatan tertentu. Dicatat pahala sedekah baginya.
Al Ma’ruf adalah semua yang diketahui berdasarkan dalil syar’i termasuk dalam amal kebaikan.
Maka termasuk dalam al ma’ruf itu adalah nafkah suami kepada istrinya, berwajah cerah ketika
berjumpa dengan saudaranya. Demikian juga tidak melakukan keburukan adalah salah satu
bentuk al ma’ruf.
قال النبي ـ صلى هللا: ـ عن أبي موسى األشعري ـ رضي هللا عنه ـ قال2
فإن لم يجد ؟ قال فيعمل بيديه: قالوا. ” على كل مسلم صدقة: عليه وسلم ـ
فيعين ذا: أو لم يفعل ؟ قال، فإن لم يستطع: قالوا. ويتصدق، فينفع نفسه،
فيأمر بالخير ـ أو قال: فإن لم يفعل ؟ قال: قالوا: الحاجة الملهوف
“ فإنه له صدقة، فإن لم يفعل ؟ قال فليمسك عن الشر: قال. بالمعروف
Dari Abu Musa Al Asy’ariy RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap
muslim harus bersedekah.” Para sahabat bertanya: “Jika tidak memiliki sesuatu untuk
bersedekah?” Jawab Nabi: “Bekerja dengan tangannya, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan
bersedekah.” Para sahabat bertanya lagi: “Jika tidak mampu atau tidak melakukannya?”
Jawab Nabi: “Membantu orang yang memerlukan yang mengharapkan bantuan.” Para sahabat
bertanya lagi: “Jika tidak mampu?” Jawab Nabi: “Menyuruh yang baik –atau ma’ruf.” Ada
yang bertanya lagi: “Jika tidak mampu?” Jawab Nabi: “Hendaklah menahan diri dari
keburukan, karena sesungguhnya itu adalah shadaqah.”
Penjelasan:
Sabda Nabi Muhammad SAW: فيعمل بيده فينفعbekerja dengan tangannya, pekerjaan
apa saja yang bisa dikerjakannya seperti : kerajinan tangan, dagang, dll.
لنفسهBisa membiayai diri sendiri dan orang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak
meminta-minat kepada orang lain.
يـ ِّ ِث ـ رضي هللا عنه ـ قَا َل أَتَ ْينَا النَّب ِ سلَ ْي َمانَ َما ِل ِك اب ِْن ْال ُح َوي ِْر
ُ ع ْن أَبِي َ ـ1
، ً فَأَقَ ْمنَا ِع ْندَهُ ِع ْش ِرينَ لَ ْيلَة، َاربُون ِ َ ُمتَق، ٌش َب َبة َ صلى هللا عليه وسلم ـ َون َْح ُن
َو َكانَ َرفِيقًا، ُ فَأ َ ْخ َب ْرنَاه، ع َّم ْن تَ َر ْكنَا فِي أَ ْه ِلنَا
َ سأَلَنَاَ َو، ظ َّن أَنَّا ا ْشت َ ْقنَا أَ ْهلَنَا
َ َف
َك َما، صلُّوا َ َو، َو ُم ُرو ُه ْم، فَ َع ِلِّ ُمو ُه ْم، ار ِجعُوا ِإلَى أَ ْه ِلي ُك ْم
ْ : فَقَا َل، َر ِحي ًما
ث ُ َّم ِليَ ُؤ َّم ُك ْم، صالة ُ ؛ فَ ْليُ َؤذِّ ِْن لَ ُك ْم أَ َحدُ ُك ْم
َّ ت ال
ِ ض َر َ ُ َرأَ ْيت ُ ُمونِي أ
َ َو ِإذَا َح، ص ِلِّي
. أَ ْكبَ ُر ُك ْم “رواه البخاري
Dari Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits RA berkata: Kami menemui Nabi Muhammad
saw, ketika itu kami masih muda, rata-rata usianya. Kami berada bersama Nabi Muhammad
saw selama dua puluh hari, sehingga ia menganggap kami telah rindu kepada keluarga kami, ia
menanyakan kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan. Lalu kami sampaikan
kepadanya. Nabi Muhammad adalah orang yang sangat lemah lembut dan penyayang. Lalu
bersabda: Pulanglah ke keluarga kamu semua, ajarkan kepada mereka, suruhlah mereka, dan
shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat. Dan jika datang waktu shalat hendaklah
ada salah seorang di antaramu mengumandangkan adzan, kemudian yang paling tua hendaklah
menjadi imam. (HR. Al Bukhari)
Penjelasan:
ث ـ رضي هللا عنه ِ سلَ ْي َمانَ َما ِل ِك اب ِْن ْال ُح َوي ِْر
ُ َع ْن أَبِيAl Laitsiy, tinggal di Bashrah.
ٌشبَبَة
َ َون َْح ُنBentuk jama’ dari kata seperti kata شابpemuda. Seperti kata كتبة وكاتبpara
penulis. متقاربونBerdekatan usianya.
ً وكان رفيقاDengan fa’ lalu qaf, dari kata الرفقlemah lembut. Dalam riwayat lain وكان
ً رقيقا: dengan dua qaf, dari kata الرقة:sensitif
” فعلموهم ” أي الشرعAjarkan kepada mereka agama
” ومروهم ” أي بالمأمورات التي أمر هللا تعالى بهاSuruhlah mereka dengan perintah-
perintah Allah, antara lain: shalat, rukun kedua dalam Islam, ajarkan kepada mereka, suruhlah
mereka mengerjakannya.
” ً وليؤمكم أكبركم ” سناHendaklah yang lebih tua usianya di antara kalian menjadi imam. Hal
ini tidak menafikan prioritas yang paling mengerti As Sunnah, paling banyak hafalan Al Qur’an,
paling menjaga agamanya. Jika mereka sama dalam hal ini maka diprioritaskan yang paling tua
usianya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
Keutamaan menyayangi sesama manusia –meneladani Rasulullah saw- dialah orang yang sangat
lembut dan penyayang. Dan di antara kelembutan dan kasih sayangnya adalah perhatian kepada
Malik bin Al Huwairits dan teman-temannya yang telah rindu kepada keluarganya . sehingga
Nabi perintahkan kepada mereka: ” إلى أهليكم ” ارجعواPulanglah kepada keluarga kalian
semua. Agar berbahagia dengan perjumpaan.
َّللاِ ـ صلى هللا عليه وسلم َّ سو َل ُ ـ عن أَ ِبي ُه َري َْرةَ ـ رضي هللا عنه ـ أَ َّن َر2
ث ُ َّم، ب ِم ْن َها
َ فَش َِر، ش فَنَزَ َل بِئْ ًرا َ َعلَ ْي ِه ْالع
ُ ط َ َّ بَ ْينَا َر ُج ٌل يَ ْمشِي ا ْشتَد: ـ قَا َل
فَقَا َل لَقَ ْد بَلَ َغ َهذَا الكلب، ط ِش َ ث َيأ ْ ُك ُل الث َّ َرى ِمنَ ْال َعُ ب َي ْل َه
ٍ فَإِذَا ُه َو بِ َك ْل، خ ََر َج
س َقى
َ َ ف، س َكهُ ِب ِفي ِه َ فَ َمأل َ ُخفَّهُ ث ُ َّم أَ ْم، من العطش ِمثْ ُل الَّذِي بَلَ َغ ِبي فنزل البئر
َّللاِ َو ِإ َّن لَنَا فِي ْالبَ َهائِ ِم أَ ْج ًرا ؟َّ سو َل ُ قَالُوا يَا َر. ُ فَغَفَ َر لَه، َُّللاُ لَه َ ْال َك ْل
َ َب ف
َّ ش َك َر
. طبَ ٍة أَ ْج ٌر ” رواه البخاري ْ فِي ُك ِِّل َكبِ ٍد َر: قَا َل
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Ketika seorang laki-laki
berjalan ia mengalami dahaga yang sangat luar biasa. Lalu ia turun ke dalam sumur, minum
airnya, lalu naik keluar. Tiba-tiba ia dapati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena
kehausan. Ia berkata (dalam hati): anjing ini telah kehausan seperti kehausan yang aku alami.
Lalu ia kembali turun ke dalam sumur, ia penuhi sepatunya dengan air, ia pegang dengan
mulutnya, lalu diberikan minum untuk anjing itu. Allah membalasnya dan mengampuni dosanya.
Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah kita mendapatkan pahala dari hewan-hewan
ternak kita? Jawab Nabi: Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala. (HR Al Bukhari)
Penjelasan:
” من البئر: ” ثم خرج. Kemudian keluar dari sumur
” “ يلهثDengan tsa’ bertitik tiga, أي يخرج لسانه من العطش. artinya menjulurkan
lidahnya karena kehausan ” “ يأكل الثرىdengan tsa’ bertitik tiga Makan tanah التراب الندي أي
yang basah/lembab .
” ” من العطشKarena rasa sangat haus yang menimpanya
” ” لقد بلغ هذا الكلبAnjing ini telah mengalami .
” بفيه ” بفمهdengan mulutnya. ” أي جازاه عليه:“ فشكر هللا له ذلكAllah membalasnya.
” فقالوا يا رسول هللا وإن لنا في ” سقى ” البهائم أجرا ً ؟Lalu para sahabat bertanya: Ya
Rasulullah, apakah kita mendapatkan pahala ketika memberi minum hewan ternak kita?
Rasulullah saw menjawab: أجر ” في كل ذات كبد رطبة ” أي في سقي كل حيوان. نعم
” Ya dalam setiap memberikan minum hewan terdapat pahala.
والرطوبة ـ هنا ـ كناية عن الحياةKata basah adalah kata kinayah/pinjaman/istilah lain untuk
kata hidup. Ada yang mengatakan: Bahwa hati itu ketika haus, ia akan basah. Dengan alasan
bahwa hati ketika dilemparkan ke dalam api akan tampak basah. Hal ini disebabkan karena api
mengeluarkan bahan basahnya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang keutamaan menyayangi hewan.
Penjelasan:
” ” فقال أعرابيBerkata seorang A’rabiy, yaitu Dzul Huwaishirah Al Yamaniy, ada pula
yang mengatakan bahwa dialah Al Aqra’ in Habis.
Rasulullah saw bersabda kepada a’rabiy tadi dengan penolakan. Karena ia pelit dengan rahmat
Allah kepada makhluk-Nya. ً لقد حجرت واسعاHa’ tanpa titik dibaca fathah, jim dibaca
tasydid dan ra’ dibaca sukun/mati; artinya: mempersempit sesuatu yang luas, yang menjangkau
banyak orang yang berhak mendapatkannya. Dan yang dimaksudkan Rasulullah saw adalah
rahmat Allah yang menjangkau segala sesuatu.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang luasnya rahmat Allah, dan bahwasanya tidak
boleh membatasi rahmat Allah hanya untuk diri sendiri saja tanpa lainnya yang juga berhak
mendapatkannya.
قال رسول هللا ـ صلى هللا: ـ عن النعمان بن بشير ـ رضي هللا عنه ـ قال4
كمثل، وتعاطفهم، وتوادهم، ترى المؤمنين في تراحمهم: عليه وسلم ـ
” تداعى له سائر جسده بالسهر والحمى، إذا اشتكى منه عضو، الجسد
رواه البخاري ومسلم
Dari An Nu’man bin Basyir RA berkata: “Rasulullah saw bersabda: Kamu melihat kaum
mukminin dalam berkasih sayang, mencintai, tenggang rasa, adalah seperti satu tubuh, jika ada
bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan berjaga.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
” عن النعمان بن بشير ” األنصاريDari An Nu’man bin Basyir Al Anshari ra
ترى المؤمنين ” أي الكاملين في إيمانهمKamu melihat kaum mukminin yang sempurna
imannya
في تراحمهمSaling menyayangi satu sama lain, tidak ada sebab lain kecuali keimanan
وتوادهمDal bertasydid, aslinya ada dua huruf dal, lau diidzghamkan, artinya: hubungan cinta
mereka, seperti ziarah dan memberikan hadiah.
تعاطفهمSaling bantu di antara mereka, seperti tubuh dengan seluruh anggotanya.
Kemiripannya adalah pada persamaan senggang dan lelah.
إذا اشتكى عضو ” منه ” تداعى له سائر جسدهJika ada salah satu tubuh yang sakit maka
bagian tubuh lainnya bekerja sama dalam memikul rasa sakit itu.
بالسهرtidak bisa tidur, karena sakit akan menghilangkan rasa kantuk/tidur, dan والحمى
panas bisa terjadi ketika orang tidak bisa tidur
Kesimpulannya: bahwa perumpamaan tubuh itu jika ada salah satu organ yang sakit maka
semua tubuh akan itu sakit, seperti pohon, jika salah satu dahannya ditarik maka bagian batang
lainnya akan ikut bergerak.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Dibolehkan membuat penyerupaan dan contoh untuk mendekatkan pemahaman
2. Sesungguhnya persatuan kaum mukminin yang sempurna imannya adalah sifat asasinya
3. Besarnya hak sesama muslim dan anjuran untuk saling membantu, dan saling memperhatikan
satu sama lain
” ما: ـ عن أنس بن مالك ـ رضي هللا عنه ـ عن النبي ـ صلى هللا عليه وسلم ـ قال5
. ” إَل كان له به صدقة، أو دابة، فأكل منه إنسان، ً من مسلم غرس غرسا
Dari Anas bin Malik ra, dari Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang
menanam tanaman, lalu dimakan manusia atau hewan, kecuali menjadi sedekah baginya.”
Penjelasan:
فأكل منه إنسان أو دابةLalu dimakan manusia atau hewan. Penggabungan kata umum pada
kata khusus. Jika yang dimaksudkan adalah semua yang berjalan di muka bumi. Atau
penggabungan satu jenis kepada jenis lain, jika yang dimaksudkan adalah hewan melata seperti
yang kita kenal. Dan inilah yang lebih kuat.
Ibnu Abi Jamrah mengatakan: kuda masuk dalam cakupan umum kata insan.
كان له به صدقةMenjadi sedekah baginya, meskipun ia tidak secara khusus berniat sedekah
dengan hal itu.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran antara lain:
1. Mengingatkan kedudukan seorang muslim, bahwa ia mendapatkan pahala cocok tanamnya,
meskipun tidak secara khusus berniat sedekah
2. Anjuran untuk pekerjaan-pekerjaan yang banyak menghasilkan pahala, seperti menanam yang
bermanfaat bagi manusia dan hewan
3. Bahwa mengerjakan keputusan Allah untuk memakmurkan bumi ini tidak menafikan nilai
ibadah, zuhud dan tawakal
4. Anjuran belajar hadits/As Sunnah, untuk mengenali amal kebaikan, sehingga senang
mengerjakannya. Karena seperti pahala bercocok tanam ini tidak akan pernah ditemui kecuali
dalam As Sunnah.
“Dari ‘Adiy bin Hatim RA berkata: Nabi Muhammad saw pernah menyebutkan tentang
neraka, kemudian berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Kemudian
menyebutkan neraka lalu berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya.
Kemudian menyebutkan neraka dan berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan
wajahnya. Syu’bah berkata: kemungkinan dua kali, lalu saya tidak ragu. Kemudian Rasulullah
saw bersabda: Takutlah neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma, jika tidak ada maka
dengan tutur kata yang baik.” (HR Al Bukhari)
Penjelasan:
باب طيب الكالمBab tentang disyariatkannya tutur kata yang indah. Tutur kata yang indah
adalah amal kebaikan yang besar nilainya, karena firman Allah:
ٌ س ُن فَإِذَا الَّذِي بَ ْين ََك َوبَ ْينَهُ َعدَ َاوة َ س ِيِّئَةُ ِ ا ْدفَ ْع ِبالَّتِي ِه
َ ي أ َ ْح َ َو ََل ت َ ْست َ ِوي ْال َح
َّ سنَةُ َو ََل ال
﴾٣٤﴿ ي َح ِمي ٌم ٌّ َكأَنَّهُ َو ِل
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
Telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)
Pertahanan itu sebagaimana dilakukan dengan perbuatan bisa juga dilakukan dengan perkataan.
Kalimat yang indah seperti halnya perbuatan yang baik akan membuat musuh yang
membahayakan menjadi teman yang menyenangkan.
ي بن حاتم
ِّ عن عدDari ’Adiy bin Hatim At Tha’iy. Hatim adalah orang yang dikenal sebagai
dermawan Arab, tidak sempat bertemu Islam. Berkata:
ذكر النبي ـ صلى هللا عليه وسلم ـ النارRasulullah saw menyebut neraka yang disediakan
bagi kaum kafir, seperti yang diterangkan dalam ayat:
Dari Aisyah RA istri Rasulullah SAW berkata: Sekelompok Yahudi masuk ke rumah
Rasulullah saw, mereka mengucapkan: kematian atasmu. Aisyah RA berkata: Aku
memahaminya, lalu aku menjawab: Dan atas kalian semua kematian dan kutukan. Aisyah
berkata: Maka Rasulullah saw bersabda: Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah swt
mencintai kelembutan dalam segala urusan. Lalu aku berkata: Ya Rasulullah tidakkah engkau
dengar apa yang mereka katakan? Rasulullah saw menjawab: Aku sudah jawab: dan atas kamu
semua.
Penjelasan:
الرفقRa’ dibaca kasrah. Yaitu lembut/lunak dalam bertutur kata dan berbuat, juga bermakna:
memilih yang lebih mudah في اْلمر كلهdalam semua urusan.
رهطSekelompok lelaki yang berjumlah kurang dari sepuluh.
Lalu mereka mengucapkan: السام عليكمSin tanpa titik, dan mim tanpa tasydid. Artinya
kematian atasmu. Ada yang memaknai: Mereka bermaksud mengucapkan: Semoga Allah
matikan kamu saat ini.
Aisyah RA berkata: aku paham kalimat itu: عليكم السامsehingga aku katakan kepada
mereka: واللعنة، وعليكم السامyaitu terusir dari rahmat Allah, karena kebencian mereka
terhadap Rasulullah saw yang terungkap dalam ucapannya: السام عليكم. lalu Rasulullah saw
mengatakan: ً مهًلmim dibaca fathah, dan ha’ dibaca sukun/mati, dibaca nashab dalam bentuk
masdar, untuk satu orang atau lebih, mudzakkar (lk) atau muannats (pr) artinya: pelan-pelan, dan
lembutlah. Dalam riwayat Al Bukhari yang lain:
مهالً يا عائشة عليك بالرفق وإياك والعنف والفحش أي التكلم بالقبيح
Tenanglah wahai Aisyah, lembutlah kamu dan jauhilah sikap kasar dan keji, yaitu bertutur kata
buruk.
إن هللا يحب الرفق في اْلمر كلهSesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam semua
urusan. Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
ويعطي على الرفق ماَل يعطي على العنف، إن هللا رفيق يحب الرفق
Sesungguhnya Allah Maha Lembut mencintai kelembutan, dan memberikan pada kelembutan
yang tidak diberikan kepada sikap kasar.
Artinya: Bahwa Allah –menghadirkan – kepada sikap kelembutan dalam semua urusan yang
tidak diberikan kepada lawannya yaitu sikap kasar.
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
وَل ينزع من شيء إَل شانه، إن الرفق ـ َل يكون في شيء إَل زانه
Sesungguhnya kelembutan itu tidak akan ada pada apapun kecuali akan memperindahnya. Dan
tidak dicabut dari sesuatu kecuali akan memperburuknya.
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah RA berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda:
من يحرم الرفق يحرم الخير كله
Barang siapa yang terhalang dari kelembutan akan terhalang dari semua kebaikan.
يا رسول هللا أو لم تسمع ما قالوا ؟: فقلتAku bertanya Ya Rasulullah, tidakkah engkau
mendengar perkataannya? Rasulullah saw menjawab: Aku telah ucapkan untuk
mereka: وعليكمaku dan kalian semua akan mati. Ada yang memaknai wawu dalam kalimat
itu berfungsi isti’naf (permulaan kalimat baru) bukan athaf (penggabungan pada kalimat
sebelumnya) sehingga menjadi jawaban atas mereka, sesuai dengan ucapan mereka, atau
perkiraan maknanya adalah: aku katakan: عليكم ما تسحقونهatas kalian apa yang berhak bagi
kalian, balasan yang setimpal. Rasulullah memilih kalimat ini agar terjauhkan dari kalimat keji
dan lebih mendekatkan kepada sikap kelembutan.
Dalam riwayat Al Bukhari juga disebutkan bahwa Rasulullah saw mengatakan dalam
memberikan jawaban kepada Aisyah RA: