Anda di halaman 1dari 17

ANGGARAN DASAR

DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


( AD/ART )

Jl. Embong Ploso No. 7-15 Surabaya (60271)


Arnold W Mangundap 08123534938
ANGGARAN DASAR
DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN DONOR DARAH INDONESIA
(PDDI)

MUKADIMAH

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Bahwa sesungguhnya setiap manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa sejak dilahirkan di dunia, pada hakikatnya mempunyai derajat, harkat, dan martabat
yang sama.
Didorong oleh rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, serta ingin
mewujudkan kesatuan dan keutuhan Pancasila untuk meringankan penderitaan
s e s a m a m a n u s i a , m a k a d i b e n t u k l a h s u a t u Perhimpunan Donor Darah
sebagai wadah guna m e n gh i m p u n s e b a n ya k m u n gk i n d o n o r d a r a h sukarela.
Kemudian, didasarkan pada ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
usaha menjalin kasih s a ya n g s e s a m a m a n u s i a d e n g a n b e r d a s a r k a n Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, serta turut memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang I u h u r k e a r a h t e r w u j u d n ya m a s ya r a k a t y a n g berkeadilan
sosial, disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Donor
Darah Indonesia sebagai berikut:

ANGGARAN DASAR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam anggaran dasar ini yang dimaksud dengan:
1. Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDD I) adalah suatu perhimpunan
sosial kemasyarakatan yang mandiri serta merupakan wadah persatuan dan kesatuan dari
para donor darah sukarela di Indonesia.
2. Donor darah sukarela adalah seorang yang menyumbangkan darahnya
secara sukarela tanpa pamrih untuk kepentingan masyarakat tanpa membedakan agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, golongan, warna kulit, dan jenis
kelamin.
BAB II
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
Perhimpunan ini bernama Perhimpunan Donor Darah Indonesia, disingkat PDDI.
Pasal 3
Perhimpunan Donor Darah Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 20 September1978,
untuk waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 4
Perhimpunan ini berkedudukan di lbu Kota Negara Republik Indonesia.
BAB III
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 5
Perhimpunan Donor Darah Indonesia berasaskan Pancasila.

Pasal 6
Perhimpunan Donor Darah Indonesia bertujuan:
1. Melaksanakan penghayatan dan pengamalan falsafah dan ideologi Pancasila terutama sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam kehidupan sosial demi tercapainya masyarakat
Yang adil dan makmur.
2. Meringankan penderitaan sesama manusia dengan jalan memasyarakatkan donor darah
sukarela.

B A B IV
TUGASPOKOK
Pasal 7
Tugas pokok Perhimpunan Donor Darah Indonesia adalah:
1. Mebangkitkan kesadaran masyarakat untuk menyumbang-kan darah secara sukarela demi
kemanusiaan, dalam rangka membantu Palang Merah Indonesia atau pihak lain yang
ditunjuk Pemerintah sebagai penanggungjawab usaha transfuse darah.
2. Membina para Anggota Donor Darah sukarela dengan laling asah, asih, dan asuh
3. Meningkatkan pengabdian para anggota untuk usaha-usaha kemanusiaan

B A B V
LAMBANG
Pasal 8

Lambang Perhimpunan Donor Darah Indonesia adalah segi tiga sama sisi hitam dan dasar
kuning emas, bergaris biru empat, di tengahnya terdapat gambar setetes darah, yang di
dalamnya adalah lambang Palang Merah.

B A B V I
KEANGGOTAAN
Pasal 9
1. Anggota-anggota Perhimpunan Donor Darah Indonesia terdiri atas:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Kehormatan
c. Anggota Luar Biasa
2. Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART).

BAB VII
ORGANISASI
Pasal 10
Susunan organisasi Perhimpunan Donor Darah Indonesia terdiri atas:
1. Perhimpunan Donor Darah Indonesia Pusat;
2. Perhimpunan Donor Darah Indonesia Daerah;
3. Perhimpunan Donor Darah Cabang;
4. Perhimpunan Donor Darah Unit.
B A B V I I I
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 11
Musyawarah terdiri dari:Musyawarah Besar (Mubes), Musyawarah Daerah (Musda), dan
Musyawarah Cabang (Muscab)
1. Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas), Musyawarah Kerja Daerah (Muskerda), dan
Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab).
3. Musyawarah Besar Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa dan Musyawarah cabang
Luar Biasa.

Pasal 12
1. Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang, masing-masing
dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun.
2. Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang adalah sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya seperdua dari jumlah yang berhak hadir.
3. Tiap keputusan pada musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang,
diambil atas dasar musyawarah dan mufakat; apabila tidak dapat diambil keputusan atas
dasar musyawarah dan mufakat, keputusan diambil atas dasar suara terbanyak.

Pasal 13
1. Musyawarah Besar adalah pemegang kekuasaan tertinggi di dalam Perhimpunan Donor
Darah Indonesia.
2. Musyawarah Besar dihadiri oleh utusan-utusan Cabang dan Daerah serta Pengurus Besar.
3. Musyawarah Besar bertugas:
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar
b. Menentukan garis-garis kebijaksanaan untuk kurun waktu 5 tahun berikutnya;
c. Memilih Pengurus Besar yang baru untuk masa bakti 5 tahun berikutnya;
d. Membahas hal-hal yang penting.

Pasal 14
1. Musyawarah Daerah adalah pemegang kekuasaan tertinggi di dalam wilayah kerja Daerah
yang bersangkutan.
2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh utusan Cabang dan Pe-ngurus Daerah dalam wilayah kerja
yang bersangkutan.
3. Musyawarah Daerah bertugas:

a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Daerah;


b. Menentukan garis-garis kebijaksanaan untuk pelak-sanaan tugas PDDI di dalam wilayah
daerah yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 tahun berikutnya;
c. Memilih Pengurus Daerah yang baru untuk masa bakti 5 tahun berikutya;
d. Membahas hal-hal yang penting.

Pasal 15
1. Musyawarah Cabang adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam wilayah kerja cabang
yang bersangkutan.

2. Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang dan anggota-anggota cabang. Dalam
hal ini anggota terhimpun dalam unit, Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang
dan utusan unit.
3. Musyawarah Cabang bertugas:

a. Menilai Pertanggungjawaban Pengurus Cabang.


b. Menentukan garis-garis kebijaksanaan untuk pelaksa-naan tugas PDDI dalam wilayah
cabang yang baru untuk mass bakti 5 tahun berikutnya.
c. Memilih Pengurus Cabang yang baru untuk mass bakti 5 tahun beriuktnya;
d. Membahas hal-hal yang penting.

Pasal 16
Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Daerah, dan Musyawarah Kerja Cabang
diadakan sekali di antara 2 Mubes/ Musda/Muscab.
1. Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri dari Pengurus Besar dan Utusan Daerah.
2. Peserta Musyawarah Kerja Daerah terdiri dari Pengurus Daerah dan utusan Pengurus
Cabang.
3. Peserta Musyawarah Kerja Cabang terdiri dari Pengurus Cabang dan anggota, dalam hal ini
anggota dihimpun di dalam unit. Musyawarah tersebut terdiri dari Pengurus Cabang dan
Unit.

Pasal 17
Musyawarah kerja Nasional, Musyawarah Kerja Daerah, dan Musyawarah Kerja Cabang
bertugas:
1. Membahas pelaksanaan program kerja yang lalu termasuk anggarannya;
2. Menyusun rancangan program kerja yang akan datang termasuk rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja;
3. Membahas hal-hal yang penting.

Pasal 18
1. Musyawarah Besar Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa, dan Musyawarah Luar
Biasa, dan Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan pada waktu antara 2
Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang.
2. Musyawarah Besar Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa, dan Musyawarah Cabang
Luar Biasa membahas masalah-masalah yang luar biasa.
Musyawarah Besar Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa, dan Musyawarah Cabang
Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan keputusan pengurus yang bersangkutan atau
berdasarkan usul tertulis, sekurang-kurangnya satu pertiga dari utusan yang berhak hadir dalam
Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang.

Pasal 19
Rapat adalah pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar, Cabang, dan
Unit yang terdiri dari
1. Rapat Pengurus Pleno;
2. Rapat lain yang dianggap perlu.

BAB IX
KEUANGAN
Pasal 20
1. Keuangan Perhimpunan Donor Darah Indonesia dapat diperoleh dari :
a. luran sukarela anggota;
b. Sumbangan yang tidak mengikat;
c. Usaha lain yang sah.
3. Pengurus setiap tingkat kepengurusan mempertanggungjawabkan laporan keuangannya
kepada musyawarah tingkat masing-masing.

BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 21
1. Musyawarah dan Musyawarah Kerja, seperti yang tersebut dalam Bab XIII Anggaran dasar
ini, adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta.
2. Pengambilan keputusan pada asasnya diusahakan sejauh mungkin secara musyawarah
untuk mencapai mufakat dan apabila tidak mungkin, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.

BAB XI
PEMBINA DAN PENASEHAT
Pasal 22
1. Di tingkat pusat dibentuk Dewan Pembina Nasional. Di daerah tingkat I dan Daerah
tingkat II dibentuk Dewan Penasehat.
2. Ketua Dewan Pembina Nasional adalah istri Kepala Negara Republik Indonesia.
Mantan ketua pengurus dapat menjadi Dewan Pembina atau Dewan Penasehat pada
kepengurusan berikutnya, baik untuk tingkat Nasional, Daerah maupun Cabang.

BAB XII
KEPENGURUSAN
Pasal 23
Kepengurusan Perhimpunan Donor Darah Indonesia terdiri atas
a. Pengurus Besar,
b. Pengurus daerah,
c. Pengurus Cabang,
d. Pengurus Unit.

Pasal 24
Pengurus Besar dipilih oleh Musyawarah Besar, sekurangkurangnya terdiri atas:
a. Seorang Ketua Umum,
b. Beberapa orang Ketua,
c. Seorang Sekretaris Jenderal,
d. Seorang Wakil Sekretaris Jenderal,
e. Seorang Bendahara Umum,
f. Seorang Wakil Bendahara,
g. Dan beberapa orang anggota.

Pengurus Besar berdomisili di ibu kota Negara Republik Indonesia. Pengurus besar
berkewajiban;
1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
2. Melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Besar dan Musyawarah Kerja Nasional.
3. Mempertangunggjawabkan tugasnya kepada Musyawarah Besar.

Pasal 25
Pengurus Daerah dipilih oleh Musyawarah Daerah, sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Seorang Ketua,
b. Beberapa orang Wakil Ketua,
c. Seorang Sekretaris Daerah,
d. Seorang Wakil Sekretaris Daerah,
e. Seorang Bendahara,
f. Seorang Wakil Bendahara,
g. Beberapa orang Anggota.

Pengurus Daerah berdomisili di ibukota propinsi.


Pengurus Daerah berkewajiban:
1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah dan Musyawarah Kerja Daerah.
3. Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Musyawarah Daerah.
Pasal 26
Pengurus Cabang dipilih oleh Musyawarah Cabang, sekurang-kurangnya terdiri atas
a. Seorang Ketua,
b. Beberapa orang Wakil Ketua,
c. Seorang Sekretaris Cabang,
d. Seorang Wakil Sekretaris Cabang,
e. Seorang Bendahara,
f. Seorang Wakil Bendahara,
g. Beberapa orang Anggota.

Pengurus cabang berdomisili di kotamadya/kabupaten dan berkewajiban:


1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
2. Melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Kerja Cabang;
3. Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Musyawarah Cabang.
4.
Pasal 27
Pengurus Unit dipilih melalui rapat anggota unit dan dikukuhkan oleh Pengurus
Cabang dan Pengurus Daerah, serta diketahui oleh Pengurus Besar Perhimpunan Donor
Darah Indonesia, sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Seorang Ketua,
b. SeorangSekretaris,
c. Seorang Benclahara.

Pengurus Unit berdomisili di unit masing-masing dan berkewajiban:


1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar clan Anggaran Rumah Tangga;
2. Melaksanakan keputusan-keputusan rapat anggota;
3. Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada rapat anggota.

BAB XIII
KETE NTUAN TATA TE RTI B
Pasal 28
1. Pengurus berwenang memberhentikan keanggotaan seseorang bilamana kepentingan
perhimpunan menghendaki.
2. Tindakan tersebut, dalam ayat (1), harus diberitahukan kepada yang berkepentingan dengan
tertulis disertai alasan-alasan pemberhentiannya dan anggota yang bersangkutan dapat
mengajukan pembelaan dirinya secara tertulis pula kepada pengurus pehimpunan
selambat-lambatnya sebulan setelah pemberitahuan.

BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 29
1. Anggaran Dasar dapat diubah oleh Musyawarah Besar yang dihadiri sekurang-kurangnya
dua pertiga dari jumlah utusan yang berhak hadir.
2. Keputusan perubahan Anggaran Dasar dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya tiga perempat yang hadir sesuai kuorum.
3. Usulan perubahan Anggaran Dasar dapat diajukan oleh Pengurus Besar, Pengurus Daerah,
Pengurus Cabang, selambat-lambatnya 1 bulan sebelum Musyawarah Besar berlangsung.
4. Usulan perubahan Anggaran Dasar dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya 5 Pengurus
Daerah, tiap Pengurus Daerah minimal didukung oleh 4 Pengurus Cabang yang
bersangkutan.
B A B X V
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
2. Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan anggaran Dasar.

BAB XVI
PENUTUP
Pasal 31
Anggaran dasar ini mulai berlaku sejaktanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Yogjakarta
Pada tanggal : 30 September 1992

Tim Perumus :
1. Ketua : H.S.M. THAHIR
2. Wakil Ketua : Dr. H. ZAINAL ARIFIN
3. Sekretaris : drg. H. DINI ISWANDARI
4. Anggota : Ir. Tjok Gde NGURAH APRIND
Ir. SYAUKAT ALI
Dr.FREDDY E MUNTHE, M.Sc
TJOK GDE ADNYANA
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN
DONOR DARAH
INDONESIA
(PDDI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERHIMPUNAN DONOR DARAH INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan Perhimpunan Donor Darah Indonesia sebagai perhimpunan yang
mandiri adalah berdiri di atas usaha sendiri yang merupakan kerja sama dengan Palang
Merah Indonesia dalam melaksanakan tugas pokoknya.

BAB II
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
1. Perhimpunan Donor Darah Indonesia atau disingkat PDDI mempunyai arti yang sama
dengan yang terdapat pada Anggaran Dasar, Bab 1, Pasal 1, Ayat 1.
2. PDDI merupakan organisasi sosial yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia.
3. Istilah PDDI dalam bahasa Inggris adalah Indonesian Blood DonorAssociation.
4. Istilah PDDI dalam bahasa Prances adalah Federation Indonesienne des Donneurs de
Sang.
5. Nama kepengurusan PDDI tingkat pusat Pengurus Besar PDDI.
6. Nama kepengurusan PDDI daerah tingkat I Pengurus Daerah PDDI (nama propinsi).
7. Nama kepengurusan PDDI daerah tingkat II Pengurus Cabang PDDI (nama kota madya/
kabupaten).
8. Nama kepengurusan PDDI pads kelompok masyarakat Pengurus Unit PDDI (nama
kelompok).

BAB III
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
1. Di dalam melaksanakan tugas, PDDI bebas dare segala pengaruh Yang bertentangan dengan
asas clan tujuannya.
2. Di dalam melaksanakan tugas, PDDI bekerja sama dengan PMI atau pihak lain, yang
ditunjuk Pemerintah sebagai penanggungjawab pengelola usaha transfusi
darah, mengadakan kerja sama sesuai dengan ketentuan-ketentuan Yang berlaku dalam
bidang ini.
Pasal 4
Untuk mencapai tujuan, PDDI mengadakan usaha sebagai berikut :
1. Menggairahkan perhatian masyarakat luas terhadap donor darah dengan cara
menyebarluaskan pengertian asas dan tujuan perhimpunan.
2. Memberikan penerangan dan penyuluhan mengenai pentingnya transfusi darah bagi
kepentingan kemanusiaan, bersama PMI.
3. Membina setiap anggota perhimpunan untuk tetap menjadi donor darah sukarela tanpa
menuntut balas jasa, serta kreatif dalam bidang-bidang sosial lainnya.
4. Mempererat tali persaudaraan serta melindungi kesehatan para donor darah.

5. Mengadakan kerja sama dengan Perhimpunan Donor Darah Internasional sesuai


ketentuan-ketentuan yang berlaku.

B A B I V
TUGASPOKOK
Pasal 5
Tugas pokok PDDI adalah:
1. Menunjang secara aktif program-program PMI, khususnya di bidang pengumpulan darah,
karena PMI adalah lembaga yang bertanggung jawab dalam pengelolah dan pelaksanaan
usaha transfuse darah;
2. Membina para anggota donor darah sukarela dengan Baling asah, asih, dan asuh
sebagai donor darah yang baik;
3. Meningkatkan pengabdian para anggota untuk usaha-usaha perikemanusiaan dan
menggairahkan masyarakat untuk menjadi donor darah sukarela.

BAB V
LAMBANG
Pasal 6
Arti lambang Perhimpunan Donor Darah Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Segitiga sama sisi hitam berarti mempersatukan daerah selu ruh Indonesia.
2. Dasar kuning emas bearti sukarela dan 5 bidang melambangkan Pancasila.
3. Garis biru berarti ikatan para donor.
4. Setetes darah merah mencerminkan pengumpulan darah.
5. Tanda palang merah di dalam tetesan darah melambangkan mitra kerja antara Palang
Merha Indonesia dan Perhimpunan Donor Darah Indonesia.

BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 7
Untuk dapat diterima sebagai anggota PDDI, seorang donor darah harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh PMI untuk menjadi donor
darah sukarela.
2. Menyatak die untuk menjadi anggota PDDI dengan sukarela melalui perangkat
organisasi terdekat secara tertulis.
3. Bersedia mamatuhi dan melaksanakan sepenuhnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 8
Status Keanggotaan
1. Anggota Biasa
a. Yang diterima sebagai Anggota Biasa adalah WNI yang dengan sukarela pernah
menyumbangkan darahnya minimal 3 kali sesuai dengan kartu donor darah dan tetap
bersedia menyumbangkan darahnya bila diperlukan,
b. Anggota Biasa mempunyai hak dan kewajiban untuk menghadiri rapat anggota dengan
mempunyai hak suara,
c. Anggota Biasa selain menyumbangkan darahnya jugs bersedia menyumbangkan
darma baktinya demi kemanusiaan.
2. Anggota Kehormatan
a. Anggota Kehormatan adalah mereka yang telah berjasa kepada PDDI,
b. Yang berhak menetapkannya adalah Pengurus Besar,
c. Anggota Kehormatan berhak hadir pada rapat anggota, tetapi tidak mempunyai hak
suara,

d. Bilamana Pengurus Besar PDDI memandang perlu dapat diangkat seorang atau lebih
Anggota Kehormatan.
3. Anggota Luar Biasa,
a. Yang menjadi Anggota Luar Biasa adalah anggota bukan WNI yang dengan sukarela
pernah menyumbang darahnya untuk kemanusiaan di Indonesia,
b. Anggota Luar Biasa berhak menghadiri rapat anggota, tetapi tidak mempunyai hak
suara,
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini akan diatur oleh Pengurus Besar.

Pasal 9
Pengurus Besar mengeluarkan formulir pendaftaran anggota/kartu anggota melaluin
Pengurus Daerah dan pengurus Cabang.

Pasal 10
Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa berhenti karena:
a. Permintaan sendiri,
b. Meninggal dunia,
c. Gugur keanggotaannya.

Pasal 11
Anggota Biasa dan Luar Biasa dapat diberhentikan (gugur keanggotaannya) oleh
Pengurus Besar, bila melakun tindakan yang bertentangan dengan peraturan
perhimpunan.

PASAL 12
PEMBERHENTIAN DAN PEMBELAAN

1. Tata cara pemberhentian anggota


a . Permintaan pemberhentian seorang anggota dapat dilakukan secara tertulis
kepada Pengurus Cabang, sekurang-kurangnya satu bulan sebelumnya.
b. Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh Pengurus
Cabang, sesudah didahului dengan peringatan.
c. Paling lama 6 bulan sesudah pemberhentian semetara, Pengurus Cabang dapat
merehabilitasi atau mengusulkan pemberhentian kepada Pengurus Besar untuk
dikukuhkan, setelah mendapat rekomendasi dari Pengurus Daerah.
d. Dalam hal luar biasa, Pengurus Besar dapat melakukan pemberhentian langsung,
dan memberitahukan kepada Pengurus Cabang yang bersangkutan.
2. Tata cara pembelaan
a. Anggota yang dikenakan pemberhentian sementara dapat membela diri di hadapan
musyawarah Cabang.
b. Bila dianggap perlu, anggota yang diberhentikan dapat mengajukan pembelaan
dirinya pada Musyawarah Besar mengajukan pembelaan dirinya pada Musyawarah
Besar.
c. Musyawarah Besar dapat membatalkan atau memper kuat tindakan
pemberhentian tersebut.

Pasal 13
Hak dan Kewajiban Anggota
1. Semua anggota biasa tanpa kecuali berhak untuk menghadiri rapat memberikan
suara, mengajukan usul, dan dapat dipilih sebagai pengurus perhimpunan.
2. Semua anggota termasuk pengurus wajib mentaati AD/ART dan lain peraturan
perhimpunan.
3. Semua anggota wajib berperan aktif mewujudkan tujuan perhimpunan.
BABVII
ORGANISASI
Pasal 14
Pengurus Besar dibentuk di tingkat Pusat untuk seluruh Indonesia.
2. Pengurus Daerah dibentuk di tingkat Daerah tingkat I, untuk propinsi.
3. Pengurus Cabang dibentuk di tingkat Daerah tingkat Kotamadya/Kabupaten.
4. Pengurus Unit di bentuk dalam kelompok kerja dan atau kelompok masyarakat.

Pasal 15
1. Pengurus Daerah dipilih oleh Musyawarah Daerah dan disahkan oleh Pengurus Besar.
2. Pengurus Cabang dipilih oleh Musyawarah Cabang, dengan rekomendasi Pengurus
Daerah dan disahkan oleh Pengurus Besar.
3. Pengurus Unit yang dibentuk oleh kelompok masyarakat disahkan oleh Pengurus
Cabang, dan dilaporkan ke Pengurus Daerah dan Pengurus Besar.

BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 16
1. Musyawarah Besar adalah lembaga tertinggi dalam perhimpunan Donor Darah Indonesia.
2. Musyawarah Besar dilaksanakan 5 tahun sekali.
3. Musyawarah besar berkewajiban:
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar;
b. Menyusun program kerja perhimpunan untuk masa bakti berikutnya ;
c. Memilih Pengurus Besar baru.
4. Peserta Musyawarah Besar adalah Pengurus Besar, utusan Daerah dan utusan Cabang.
5. Pengurus Besar bertanggujawab atas terlaksananya Musyawarah Besar dan mernimpin
Musyawarah Besar sampai disahkannnya pertanggungjawaban.

Pasal 17
1. Musyawarah Besar Luar Biasa dapat diadakan bilamana dianggap perlu oleh Pengurus
Besar atau atas usul dari sekurang-kurangnya setengah dari jumlah Pengurus Daerah.
2. Pengurus Daerah tersebut, pada ayat (1), pasal ini, berhak mengadakan Musyawarah Besar
Luar Biasa bila setelah 6 bulan pengajuan usul tersebut tidak dipenuhi oleh Pengurus Besar.

Pasal 18
1. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 kali di antara dua
Musyawarah Besar.
2. Peserta Musyawarah kerja Nasional adalah Pengurus Besar, utusan Daerah ataupun pihak
lainnya yang dianggap perlu oleh Pengurus Besar.
3.Musyawarah Kerja Nasional mengevaluasi pelaksanaan program kerja yangtelah dilaksanakan
oleh Pengurus Besar untuk waktu sejak Musyawarah Besar sampai Musyawarah Kerja
Nasional tersebut dilaksanakan, dan menetapkan langkah-langkah selanjutnya kepada
Pengurus Besar sampai waktu Musyawarah Besar yang akan datang.
4.Musyawarah Kerja Nasional dilaksanakan selambat-lambatnya 1 tahun sebelum berakhirnya
periode kepengurusan.

Pasal 19
1. Musyawarah Daerah adalah lembaga tertinggi dalam Perhimpunan Donor Darah
Indonesia untuk tingakat daerah.
2. Musyawrah Daerah dilaksanakan 5 tahun sekali.
3. Musyawarah Daerah berkewajiban
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Daerah;
b. Menyusun program kerja yang disesuaikan dengan program kaerja hasil
Musyawarah Besar untuk Pengurus daerah masa bakti berikutnya;
c. Memilih Pengurus Daerah Baru.
4. Peserta Musyawarah Daerah adalah pengurus daerah dan utusan Cabang.
Pasal 20
1. Musyawrah Daerah Luar Biasa dapat diadakan bilamana dipandang perlu oleh
Pengurus Daerah atau atas usul sekuran g-kurangnya setengah jumlah Cabang di
daerahnya.
2. Para pengusul tersebut, pad a Ayat (1), pasal ini berhak mengadakan
Musyawarah Daerah Luar Biasa bila setelah 3 bulan pengajuan usul tersebut tidak dipenuhi
oleh Pengurus Daerah.

Pasal 21
1. Musyawarah Kerja Daerah dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 kali di antara dua
Musyawarah Daerah.
2. Peserta Musyawarah Kerja Daerah adalah Pengurus Daerah, Pengurus Cabang,
Pengurus Unit atau pihak lain yang dianggap perlu oleh Pengurus Daerah.
3. Musyawrah kerja Daerah mengevaluasi pelaksanaan program yang telah dilaksanakan dan
menetapkan langah-langkah s e l a n j u t n ya k e p a d a P e n gu r u s D a e r a h s a m p a l
w a k t u Musyawarah Daerah yang akan datang.
4. Musyawarah Kerja Daerah dilaksanakan selambat-lambatnya 1 tahun sebelum
berakhirnya periode kepengurusan.

Pasal 22
1. Musyawarah Cabang adalah lembaga tertinggi dalam Per himpunan Donor Darah
Indonesia untuk tingkat cabang.
2. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun sekali.
3. Musyarawah Cabang berkewajiban :
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang;
b. Meyusun program kerja cabang yang disesuiakan dengan program kerja hasil
Musyawarah Daerah untuk Pengurus Cabang masa bakti berikutnya;
c. Memilih Pengurus Cabang baru.
4. Peserta Musyawarah Cabang adalah Pengurus Cabang dan utusan Unit.
5. Pengurus Cabang memimpin Musyawarah Cabang.

Pasal 23
1. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan bila dipandang perlu oleh
Pengurus Cabang atau jika diusulkan oleh sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah
anggota.
2. Para pengusul tersebut, pad a Ayat (1), pasal ini, berhak mengadakan
Musyawarah Cabang Luar Biasa bila setelah 3 bulan pengajuan usul tersebut tidak dipenuhi
oleh Pengurus Cabang.

Pasal 24
1. Musyawrah Kerja Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 kali di antara dua
Musyawarah Cabang.
2. Peserta Musyawarah Cabang adalah Pengurus Cabang, utus an unit dan pihak
lain yang dianggap perlu oleh Pengurus Cabang.

Pasal 25
1. Musyawarah Kerja Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 kali di antara dua
Musyawrah Cabang.
2. Peserta Musyawarah Kerja Cabang adalah Pengurus Cabang, utusan Unit dan
pihak lain yang dianggap perlu oleh Pengurus Cabang.
3. Musyawarah Kerja Cabang mengevaluasi pelaksanaan program kerja yang telah
dilaksanakan oleh Pengurus Cabang untuk waktu sejak musyawarah sampai saat
Musyawarah Kerja Cabang dilaksanakan dan menetapkan langkah-langkah selanjutnya
kepada Pengurus Cabang sampai waktu musyawarah cabang yang akan clatang.
4. Musyawarah Kerja Cabang dilaksanakan selambat-lambat-nya 1 tahun sebelum berakhirnya
periode kepengurusan.

Pasal 26
Rapat diatur dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kebijaksanaan pengurus
masing-masing, sesuai dengan tingkatannya.

BAB IX
MANGAN
Pasal 27
1. Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Unit memperoleh dananya berupa
sumbangan anggota secara sukarela.
2. Selain dari sumbangan sukarela, Pengurus Besar PDDI berhak mencari dana dalam bentuk
lain, misalnya mengadakan kegiatan dengan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat.
3. Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan luar
biasa dengan izin Pengurus Besar.

BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 28
1. Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah utusan yang berhak
hadir.
Bilamana ketentuan tersebut tidak tercapai, maka musyawarah ditunda paling lama 1 x 24
jam dan dapat dibuka kembali untuk dinyatakan sah.
2. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat dan
bila tidak tercapai kesepakatan, dilakukan dengan pemungutan suara.

Pasal 29 Hak Suara


1. Di dalam Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang setiap peserta
yang berhak hadir mem-punyai 1 hak suara.
2. Penggunaan hak suara tersebut, pada Ayat (1), pasal ini, tidak dapat diwakilkan.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENASIHAT
Pasal 30
1. Pengurus Besar terpilih segera mengajukan permohonan untuk mohon kesediaan isteri
Kepala Negara dan isteri Wakil Kepala Negara menjadi dan membentuk Dewan Pembina.
2. Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang terpilih segera mengajukan permohonan kepada
Kepala Daerah masing-masing untuk mohon kesediaan menjadi dan membentuk Dewan
Penasihat.

BAB XII
KEPENGURUSAN
Pasal 31
3. Pengurus Besar bertanggungjawab melaksanakan keputusan musyawarah besar dan
mernimpin jalannya organisasi, Besar.

Pasal 32
1. Keanggotaan Pengurus Besar berakhir karena
a. Minta berhenti,
b. Meninggal dunia,
c. Diberhentikan.
2. Dalam hal terjadi lowongan di dalam kepengurusan di dalam kepengurusan Pengurus
Besar, lowongan dapat diisi oleh Anggota Biasa yang dipilih oleh Pengurus Besar.

Pasa133
1. Serah terima Pengurus Besar lama kepada Pengurus Besar baru, Pengurus Daerah lama
kepada Pengurus Daerah baru, Pengurus Cabang lama kepada Pengurus Cabang baru, dapat
dilaksanakan pada penutupan Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang
atau selambat-lambatnya 30 hari setelah musyawarah masing-masingdilaksanakan.
2. Mulai saat serah terima itu, pegurus tersebut, pada Ayat (1), memperoleh hak dan
wewenang kepengurusan.

Pasal 34
Anggota Pengurus Besar berdomisili di Ibukota Negara Republik Indonesia.

Pasal 35
Pengurus Daerah bertanggungjawab melaksanakan keputusan Musyawarah Besar dan
Musyawarah Daerah Berta memimpin jalannya organisasi tingkat daerah.
Pasal 36
Pengurus Daerah berkewajiban
1. Mengadakan koordinasi, bimbingan, dan pengawasan atas Cabang-Cabang dan Unit-Unit
dalam daerahnya;
2. Melakukan dengan penuh tanggungjawab beban tugas yang dibebankan oleh Pengurus
Besar dan Musyawarah Besar;
3. Mengadakan kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan kondisi daerah masig-masing;
4. Mewakili Pengurus Besar di daerah tingkat I.

Pasal 37
Tanggungjawab pengurus Daerah:
1. Dalam melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Pengurus Besar, Pengurus Daerah
bertanggungjawab kepada Pengurus Besar.
2. Dalam melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh Musyawarah Daerah, Pengurus Daerah
bertanggungjawab kepada Musyawarah Daerah.

Pasal 38
Apabila belum diadakan pemilih Pengurus Daerah oleh Cabang-Cabang, maka Pengurus
Besar menunjuk seseorang untuk merintis terbentuknya Pengurus daerah yang harus menyusun
Pengurus Daerah tersebut.
Susunan Pengurus daerah ini harus disahkan oleh Pengurus Besar dan
dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah Daerah berikutnya.

Pasal 39
Pengurus Cabang bertanggungjawab melaksanakan keputusan Musyawarah Besar,
Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan memimpin jalannya organisasi tingkat kota
madya/kabupaten.

Pasal 40
Pengurus Cabang berkewajiban :
1. Mengadakan koordinasi, bimbingan, dan pengawasan atas anggota dan unit dalam
cabangnya;
2. Melakukan dengan penuh tanggungjawab beban tugas yang dibebankan oleh
Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Musyawarah Cabang;
3, Mengadakan kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan kondisi Cabang masing-masing.

Pasa141
Tanggungjawab Pengurus Cabang
1. Dalam melaksanakan tugasnya yang dilimpahkan oleh Pengurus Daerah pengurus
Cabang bertanggungjawab kepada Pengurus Daerah.
2. Dalam melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh Musyawarah Cabang, Pengurus
Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Cabang.

Pasal 42
1. Maksud untuk mendirikan suatu Cabang diberitahukan kepada Pengurus Daerah, yang
akan memberi rekomendasi kepada Pengurus Besar.
2. Syarat-syarat untuk mendirikan Cabang ditentukan oleh sedikit-dikitnya 50 calon anggota.

3. Apabila belum diadakan pemilihan Pengurus Cabang, maka Pengurus Daerah


menunjuk seseorang untuk merintis terbentuknya Pengurus Cabang.
4. Setelah calon Cabang dan calon Pengurus Cabang terbentuk dan berjalan paling
sedikit 3 bulan dan telah memenuhi syarat, Pengurus Daerah yang bersangkutan
memberi rekomendasi kepada Pengurus Besar.
5. Pengurus Besar mengesahkan Cabang dan Pengurus Cabang tersebut.

Pasal 43
1. Unit adalah himpunan dari anggota donor darah sukarela yang tergabung dalam kelompok
kerja/kelompok kegiatan/kelompok organisasi/kelompok domisili/kelompok studi/
kelompok profesi/kelompok ciri khas lainnya, yang terbentuk melalui rapat anggota.
2. Kegiatan Unit adalah langsung pada perhimpunan cabang dan melaksanakan tugas
yang dilimpahkan oleh pimpinan kelompok tersebut, Pengurus Besar,
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan hasil rapat kerja Unit yang bersangkutan.
3. Kepengurusan Unit diajukan kepada cabang perhimpunan dan Pengurus Cabang
mengesahkannya, serta untuk diteruskan kepada Pengurus Daerah dan Pengurus
Besar.

BAB XIII
KETENTUAN TATA TERTIB

Pasal 44
1. Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat dibubarkan oleh Pengurus Besar jika
dianggap tidak lagi berfungsi atau merugikan PDDI.
2. Anggota Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang dapat diberhentikan untuk
sementara oleh Pengurus Daerah atau Cabang yang bersangkutan.
3. Pengurus Cabang yang telah diberhentikan sementara seorang anggota
Pengurus,Cabang, mempertanggujawabkannya kepada Musyawarah Kerja
Cabang berikutnya. Pengurus daerah yang telah diberhentikan sementara seorang
anggota Pengurus Daerah, mempertanggungjawabkannya kepada Musyawarah
Kerja Daerah atau Musyawarah Daerah berikutnya. Di dalam Musyawarah Kerja atau
Musyawarah Daerah, anggota termasuk diberi kesempatan membela diri.
4. Pemberhentian anggota Pengurus Daerah harus dilaporkan ke Pengurus Besar.

BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 45
Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh Musyawarah
Besar.

BAB XV
LAIN-LAIN
Pasal 46
Hal-hal yang belum diatur atau masih kurang jelas diatur dalam Anggaran
Rumah tangga ini, akan diatur oleh Pengurus Besar Perhimpunan Donor Darah
Indonesia dalam peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.

BAB XVI
PENUTUP
Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
:Di Yojakarta, Tanggal 30 September 1992
Ketua Tim Perumus : H.S.M THAHIR

Anda mungkin juga menyukai