KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
2018 - 2037
SAMBUTAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jakarta, 2018
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral,
ttd
IGNASIUS JONAN
- iv -
-v-
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Peta Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2017 ... 25
Gambar II.4. Skema Proses UPTLSK Di Wilayah Usaha Tanpa Subsidi ......... 27
Gambar II.6. Ilustrasi Proyeksi Emisi GRK Pembangkit Tenaga Listrik ......... 46
DAFTAR TABEL
Tabel IV.2. Panjang Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Tahun 2017 (dalam
kms)................................................................................................................ 84
Tabel IV.3. Panjang Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Tahun 2017 (dalam
kms)................................................................................................................ 86
Tabel V.1. Asumsi dan Target serta Hasil Proyeksi Skenario Tinggi............... 95
Tabel V.2. Asumsi dan Target serta Hasil Proyeksi Skenario Rendah ............ 97
- xiv -
- xv -
DAFTAR LAMPIRAN
(Neraca Daya)
- xvi -
-1-
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Listrik (RUPTL) yang harus disusun oleh Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik yang memiliki wilayah usaha.
RUKN ini menjadi rujukan dalam penyusunan RUPTL bagi pemegang IUPTL
yang memiliki wilayah usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014.
Visi dan misi sektor ketenagalistrikan sejalan dengan visi dan misi
pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Visi pembangunan nasional adalah:
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
-3-
RUKN ini merupakan perubahan terhadap RUKN 2008 – 2027 yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682
K/21/MEM/2008 tanggal 13 November 2008, dimana RUKN 2008 – 2027
tersebut masih berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan beserta peraturan turunannya yang telah digantikan oleh
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan beserta
peraturan turunannya.
1. Sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi primer dan energi final antara lain:
a. Terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025
sekitar 115 GW, dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW;
b. Tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada tahun 2025 sekitar
2.500 kWh dan pada tahun 2050 sekitar 7.000 kWh;
2. Untuk pemenuhan penyediaan energi dan pemanfaatan energi sebagaimana
dimaksud dalam butir 1, diperlukan pencapaian sasaran KEN, antara lain:
a. Tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 85% pada tahun 2015 dan
mendekati sebesar 100% pada tahun 2020;
b. Tercapainya bauran energi primer yang optimal;
Pada tahun 2025 peran energi baru dan energi terbarukan paling
sedikit 23% sepanjang keekonomiannya terpenuhi, minyak bumi
kurang dari 25%, batubara minimal 30%, dan gas bumi minimal 22%;
Pada tahun 2050 peran energi baru dan energi terbarukan paling
sedikit 31% sepanjang keekonomiannya terpenuhi, minyak bumi
kurang dari 20%, batubara minimal 25%, dan gas bumi minimal 24%;
-6-
BAB II
KEBIJAKAN KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
Kebutuhan tenaga listrik sudah menjadi bagian dari hajat hidup orang banyak,
oleh karena itu pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan harus menganut
asas manfaat, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, optimalisasi ekonomi dalam
pemanfaatan sumber daya energi, mengandalkan pada kemampuan sendiri,
kaidah usaha yang sehat, keamanan dan keselamatan, kelestarian fungsi
lingkungan, dan otonomi daerah.
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum meliputi jenis usaha
pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik
dan/atau penjualan tenaga listrik. Disamping itu, usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum dapat dilakukan secara terintegrasi yang
dilakukan oleh satu badan usaha dalam satu wilayah usaha. Pembatasan
wilayah usaha juga diberlakukan untuk usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau
penjualan tenaga listrik.
Selain untuk kepentingan umum, terdapat juga usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri yang diselenggarakan berdasarkan Izin Operasi (IO)
yang diterbitkan oleh Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya. Usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri meliputi jenis usaha
pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik dan distribusi tenaga
listrik. Berdasarkan sifat penggunaannya, IO terdiri dari penggunaan utama,
cadangan, darurat dan sementara.
Pemegang izin operasi yang mempunyai kelebihan tenaga listrik (excess power)
dapat menjual kelebihan tenaga listriknya kepada Pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik atau masyarakat, apabila wilayah tersebut belum
terjangkau oleh Pemegang Izin usaha Penyediaan Tenaga Listrik (PIUPTL)
berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh Menteri atau Gubernur, sesuai dengan
kewenangannya. Pembelian tenaga listrik dari excess power dimungkinkan juga
- 11 -
Dalam rangka menjamin keandalan pasokan listrik dan kesetaraan risiko jual
beli listrik antara PLN dan IPP, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri
ESDM No. 10 Tahun 2017 jo. Peraturan Menteri ESDM No. 49 Tahun 2017
tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik. Tujuan dari
Peraturan Menteri ini adalah agar terjadi kesetaraan risiko dalam jual beli listrik
antara penjual (IPP) dan pembeli (PLN) khususnya terkait aspek komersial.
Selain itu untuk memberikan payung hukum maka pembangkit yang masuk ke
sistem wajib memenuhi keandalan sistem yang dipersyaratkan. Peraturan
Menteri ini mengatur Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) untuk seluruh jenis
pembangkit termasuk panas bumi, PLTA dan PLT Biomass, sementara untuk
pembangkit EBT yang intermittent dan hydro dibawah 10 MW akan diatur dalam
peraturan tersendiri. Terbitnya Peraturan Menteri ini juga sebagai tindak lanjut
dari Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 111/PUU-XIII/2015 sebagai
bentuk hadirnya penguasaan negara dalam penyediaan tenaga listrik.
Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2017 jo. No. 49 Tahun 2017 diatur
mengenai pola kerjasama antara PLN dan IPP yang bersifat Build, Own, Operate,
Transfer (BOOT). Selain itu juga diatur mengenai ketentuan Commercial Operation
Date (COD), ketentuan transaksi yang memuat Take or Pay (TOP) dan Delivery or
Pay (DOP), dan jangka waktu PJBL. Peraturan Menteri ini juga mengatur
mengenai pasokan bahan bakar, pengendalian operasi sistem, penalti terhadap
kinerja pembangkit, pengakhiran PJBL, persyaratan penyesuaian harga,
penyelesaian perselisihan, dan keadaan kahar (force majeur).
Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Batubara Untuk
Pembangkit Tenaga Listrik dan Pembelian Kelebihan Tenaga Listrik (Excess Power)
bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan batubara secara optimal dalam
pengembangan pembangkit listrik, serta meningkatkan peran Captive Power dalam
menjaga ketersediaan daya listrik pada sistem ketenagalistrikan setempat. Selain
itu Peraturan Menteri ini mengatur pola harga patokan tertinggi (HPT) dalam
pengadaan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan kelebihan tenaga
listrik (excess power) serta menjaga BPP Pembangkitan setempat lebih efektif dan
efisien, agar tarif tenaga listrik dapat lebih kompetitif.
Peraturan Menteri ESDM No. 45 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Gas Bumi
Untuk Pembangkit Tenaga Listrik bertujuan untuk mengatur sisi teknis dan
harga gas bumi untuk pembangkit listrik dan menjamin ketersediaan pasokan
gas bumi dengan harga yang wajar dan kompetitif, baik untuk gas pipa maupun
LNG. Hal ini bertujuan untuk menjaga harga jual listrik tetap kompetitif dengan
memperhatikan sisi hulu. Dengan harga gas di sisi hulu yang wajar, maka akan
diperoleh harga jual listrik yang kompetitif. Selain itu, Peraturan Menteri ini
mencakup tentang pengembangan pembangkit listrik di mulut sumur yang
dapat dilakukan melalui penunjukan langsung.
Dalam rangka penyediaan tenaga listrik yang berkelanjutan, PLN wajib membeli
tenaga listrik dari pembangkit yang memanfaatkan sumber energi terbarukan
mengacu pada KEN dan RUK. Pembelian tenaga listrik dari pembangkit energi
terbarukan dilakukan dengan mekanisme pemilihan langsung. Sementara bagi
energi terbarukan yang memanfaatkan sumber energi terbarukan berbasis
teknologi tinggi, efisiensi sangat variatif, dan sangat tergantung pada tingkat
radiasi atau cuaca setempat seperti energi sinar matahari dan angin dilakukan
dengan mekanisme pemilihan langsung berdasarkan kuota kapasitas. Terkait
harga menggunakan harga patokan berdasarkan BPP pembangkitan setempat
dan pembelian tenaga listrik wajib mendapatkan persetujuan Menteri. Dalam
Peraturan Menteri ini juga disebutkan bahwa PLN wajib mengoperasikan
pembangkit energi terbarukan dengan kapasitas s.d. 10 MW secara terus
menerus (must run).
Penyediaan tenaga listrik juga tidak dapat dilepaskan dari transmisi dan
distribusi tenaga listrik. Untuk mengatur hal ini, Pemerintah telah menerbitkan
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) dan Aturan Distribusi Tenaga
Listrik (Distribution Code). Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik merupakan
seperangkat peraturan, persyaratan dan standar untuk menjamin keamanan,
keandalan serta pengoperasian dan pengembangan sistem yang efisien dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik pada suatu sistem tenaga
listrik. Aturan Distribusi Tenaga Listrik merupakan seperangkat peraturan,
persyaratan, dan standar untuk menjamin keamanan, keandalan serta
pengoperasian dan pengembangan sistem distribusi yang efisien dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik.
Aturan Jaringan dan Aturan Distribusi ini wajib ditaati oleh seluruh pelaku
usaha penyediaan tenaga listrik yang tersambung ke sistem jaringan transmisi
dan distribusi tenaga listrik. Hingga saat ini, Pemerintah telah menerbitkan
- 14 -
Aturan Jaringan untuk empat sistem tenaga listrik yaitu Jawa Bali, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi serta Aturan Distribusi Tenaga Listrik.
Untuk mendukung target porsi energi baru dan energi terbarukan tersebut,
diharapkan bauran energi baru dan energi terbarukan dalam pembangkitan tenaga
listrik pada tahun 2025 baik untuk wilayah usaha PT PLN (Persero) maupun Wilayah
Usaha lainnya dapat lebih tinggi dari 23%. Sementara itu porsi batubara paling
besar 50%, BBM paling besar 1%, dan sisanya gas sekitar 26%. Kemudian pada
tahun 2037 diharapkan porsi energi baru dan energi terbarukan meningkat menjadi
sekitar 27%, batubara paling besar 48%, BBM paling besar 0,5%, dan sisanya gas
sekitar 24,5%. Untuk pencapaian target pemanfaatan energi baru dan energi
terbarukan tersebut diperlukan regulasi dan insentif yang lebih menarik. Selain itu
untuk mendukung peningkatan bauran energi baru dan energi terbarukan,
terutama yang bersifat intermittent (variable renewable energy) pengembangan
flexible thermal powerplant dapat menjadi pertimbangan.
1. Sumber energi terbarukan dari jenis energi aliran dan terjunan air, energi
panas bumi (termasuk skala kecil/modular), energi gerakan dan
perbedaan suhu lapisan laut, energi angin, energi sinar matahari,
biomassa dan sampah;
- 15 -
Namun demikian, apabila target porsi energi baru dan energi terbarukan
menjadi paling sedikit sebesar 23% pada tahun 2025 tetap harus tercapai
walaupun realisasi pembangunan pembangkit yang memanfaatkan sumber
energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga surya, dan lain-lain
maupun jenis energi baru lainnya seperti hidrogen, gas metana batubara (coal
- 16 -
bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), dan batubara tergaskan
(gasified coal) belum dapat memenuhi target tersebut, maka energi nuklir
sebagai salah satu pilihan pemanfaatan sumber energi baru dapat dijadikan
alternatif pemenuhan target tersebut.
Prinsip dasar dalam operasi sistem tenaga listrik adalah besaran produksi
tenaga listrik setiap detik ditentukan oleh besaran permintaan tenaga listrik
pada detik itu juga (real time), agar besaran tegangan dan frekuensi dapat dijaga
konstan. Untuk itu perlu dijaga keseimbangan kebutuhan dan penyediaan
tenaga listrik. Selain itu, semakin besar faktor beban maka pemanfaatan
pembangkit yang dikhususkan untuk beban puncak dapat dikurangi sehingga
pada akhirnya biaya pokok penyediaan tenaga listrik menjadi menurun.
Selanjutnya, untuk optimalisasi penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
baik dari segi teknis maupun ekonomis maka diperlukan manajemen
kebutuhan (Demand Side Management - DSM) dan manajemen penyediaan
(Supply Side Management - SSM) tenaga listrik.
Selain itu, kombinasi DSM dan SSM melalui pembangunan PLTA Pumped
Storage merupakan pilihan yang baik yang berdampak positif dalam perbaikan
faktor beban dan dapat menggantikan penggunaan pembangkit berbahan bakar
minyak maupun gas pada saat beban puncak yang biayanya relatif mahal.
Investasi cenderung tertarik pada bidang maupun negara yang secara mutlak
memiliki risiko (risk) yang lebih rendah dan berpeluang memperoleh return yang
tinggi. Investasi dengan risk yang tinggi umumnya berkaitan dengan peluang
return yang tinggi pula. Atas dasar peluang return, dapat dihitung peluang
keuntungan (profit). Untuk itu, kebijakan investasi dilakukan dengan cara
menyempurnakan produk regulasi yang mendorong investasi, pemberian
insentif baik fiskal maupun non fiskal, dan memanfaatkan semaksimal
mungkin pendanaan yang bersumber dari dalam negeri dan sumber dari luar
negeri.
Dengan keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh Pemerintah dan PLN, maka
partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
- 21 -
Kebijakan Perizinan
Izin usaha penyediaan tenaga listrik diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral/Gubernur sesuai dengan kewenangannya. Izin tersebut meliputi:
pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik,
dan/atau penjualan tenaga listrik.
Untuk mendapatkan IUJPTL, syarat yang paling penting untuk dipenuhi adalah
tenaga teknik yang memiliki Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan (SKTTK) yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
Kompetensi (LSK) yang diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri ESDM. Selain
itu badan usaha tersebut harus memiliki Sertifikat Badan Usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Badan Usaha (LSBU) yang diakreditasi oleh
Menteri ESDM. Dalam hal belum ada LSBU yang diakreditasi, SBU diterbitkan
oleh Dirjen Ketenagalistrikan.
IUJPTL diberikan oleh Menteri untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
badan usaha swasta yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanaman modal
asing, sedangkan untuk badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
penanaman modal dalam negeri IUJPTL-nya diberikan oleh Gubernur. Hal ini
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha
Jasa Penunjang Tenaga Listrik.
Untuk efisiensi proses perizinan, maka pemberian izin usaha penyediaan tenaga
listrik dan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik dapat dilakukan secara
- 23 -
Koordinasi dengan instansi terkait akan terus dilakukan sebagai upaya untuk
percepatan proses perizinan. Penggunaan teknologi informasi diaplikasikan
sebagai sarana untuk mempermudah proses perizinan. Saat ini laporan berkala
pemegang IUPTL dan Wilayah Usaha sudah mulai dilakukan secara online
melalui aplikasi Sistem Informasi Pelayanan, Perizinan dan Laporan Berkala
Online (SIPPLO).
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum meliputi jenis usaha
pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik
dan/atau penjualan tenaga listrik. Disamping itu usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum dapat dilakukan secara terintegrasi. Usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum secara terintegrasi
dilakukan oleh satu badan usaha dalam satu wilayah usaha. Pembatasan
wilayah usaha juga berlaku untuk usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau
penjualan tenaga listrik seperti halnya distribusi tenaga listrik di suatu
kawasan, pusat perbelanjaan yang menjual listrik dan juga apartemen.
- 24 -
Gambar II.1. Peta Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2017
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini membuka kesempatan
kepada pihak Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan Koperasi
untuk berperan serta menyediakan tenaga listrik skala kecil di perdesaan yang
belum berkembang, perdesaan yang terpencil, perbatasan dan pulau kecil
berpenduduk dengan total kapasitas sistem tenaga listrik sampai dengan 50
MW dengan memprioritaskan penggunaan sumber energi setempat. Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini juga mengatur mekanisme
pengusulan wilayah usaha oleh Gubernur, tata cara pemilihan badan usaha,
pemberian subsidi untuk pelanggan dengan kapasitas 450VA (masyarakat tidak
mampu), penetapan tarif, hak dan kewajiban badan usaha.
Kebijakan penetapan harga jual dan sewa jaringan tenaga listrik merupakan
instrumen pengaturan untuk menjaga keseimbangan (fairness) para pihak yang
bertransaksi. Pemerintah mempunyai kewenangan untuk memberikan
persetujuan atas harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik dari
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Persetujuan harga jual tenaga listrik dapat berupa harga patokan.
Untuk mendorong minat investor dan menjaga iklim usaha yang baik, pada
- 28 -
prinsipnya harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik ditetapkan
berdasarkan prinsip usaha yang sehat.
Kebijakan Pemerintah mengenai tarif tenaga listrik adalah bahwa tarif tenaga
listrik secara bertahap dan terencana diarahkan untuk mencapai nilai
keekonomiannya sehingga tarif tenaga listrik dapat menutup biaya pokok
penyediaan. Kebijakan ini diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya
investasi di sektor ketenagalistrikan.
Dalam rangka penurunan BPP tenaga listrik, PT PLN (Persero) wajib melakukan
upaya antara lain:
Program diversifikasi energi pembangkit BBM ke non BBM;
Program penurunan susut jaringan (losses);
Optimalisasi penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar gas dan batubara;
Meningkatkan peran energi baru dan terbarukan dalam pembangkitan
tenaga listrik.
- 30 -
Jual beli tenaga listrik lintas negara oleh Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik dapat dilakukan setelah memperoleh izin penjualan atau
pembelian tenaga listrik lintas negara dari Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Adapun syarat pembelian tenaga listrik lintas negara yang harus dipenuhi
adalah:
Belum terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik setempat;
Hanya sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan tenaga listrik setempat;
Tidak merugikan kepentingan negara dan bangsa yang terkait dengan
kedaulatan, keamanan, dan pembangunan ekonomi;
Untuk meningkatkan mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik
setempat;
Tidak mengabaikan pengembangan kemampuan penyediaan tenaga listrik
dalam negeri, dan;
Tidak menimbulkan ketergantungan pengadaan tenaga listrik dari luar
negeri.
IUPTL wajib menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku, memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
konsumen dan masyarakat serta memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan.
Selain itu perlu dicatat pula bahwa negoisasi merupakan salah satu cara
penyelesaian sengketa yang dilaksanakan diluar pengadilan, sedangkan
perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan pengadilan
dilakukan maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan baik didalam
maupun diluar sidang pengadilan.
- 36 -
Penyelesaian Arbitrasi
Arbitrasi dalam suatu bentuk kelembagaan, tidak hanya bertugas untuk
menyelesaikan perbedaan atau perselisihan pendapat maupun sengketa
yang terjadi diantara para pihak dalam suatu perjanjian pokok, melainkan
juga dapat memberi konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum
atas permintaan dari para pihak yang memerlukannya tidak terbatas para
pihak dalam perjanjian.
Susut non teknis tenaga listrik disebabkan adanya penggunaan tenaga listrik
yang bukan haknya secara melawan hukum. Hal tersebut merupakan salah
satu tindak pidana yang sangat merugikan secara material, terutama perbuatan
yang dilakukan oleh industri dan pelanggan besar lainnya.
Untuk menekan penggunaan tenaga listrik yang bukan haknya secara melawan
hukum, maka diperlukan tindakan berupa pemidanaan terhadap pelaku yang
terbukti melakukan perbuatan tersebut, agar menimbulkan efek jera kepada
pelaku serta peringatan kepada pihak-pihak yang mungkin berniat melakukan
perbuatan tersebut. Diharapkan dengan penindakan melalui pemidanaan atas
penggunaan tenaga listrik yang bukan haknya yang terbukti melawan hukum,
berdampak kepada penurunan susut non teknis tenaga listrik.
Selain bermanfaat, tenaga listrik memiliki potensi bahaya yang cukup besar
bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya serta dapat
mengganggu/merusak daya dukung lingkungan. Untuk itu, diperlukan
pengaturan dan pengawasan yang komprehensif terhadap pengusahaan dan
pemanfaatan tenaga listrik, serta penindakan yang tegas terhadap pengusahaan
dan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Selain hal tersebut diatas, dalam setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib
memenuhi ketentuan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Impor Barang Modal tersebut harus disetujui dan ditandasahkan oleh Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan dan hanya diberikan untuk barang modal yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri, barang yang sudah diproduksi di
dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, atau
barang yang sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum
mencukupi kebutuhan industri. Dibawah ini adalah alur permohonan
persetujuan dan penandasahan RIB dalam rangka pembangunan pembangkit
listrik untuk kepentingan umum.
Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki Sertifikat Laik
Operasi (SLO) sebagai bukti pengakuan formal suatu instalasi tenaga listrik
telah berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap
dioperasikan. Hal tersebut, merupakan amanah dari Undang-undang 30 tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan dan telah diuji oleh Mahkamah Konstitusi
terhadap Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 melalui
Putusan Perkara No. 58/PUU-XII/2014.
Sertifikat Laik Operasi menjadi salah satu syarat bagi instalasi penyediaan
tenaga listrik agar dapat dioperasikan secara komersial maupun
penyambungan tenaga listrik dari penyedia tenaga listrik kepada calon
pelanggan pemanfaatan tenaga listrik, untuk memastikan bahwa instalasi yang
terpasang telah memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.
Selain itu, proses penerbitan Sertifikat Laik Operasi juga merupakan salah satu
indikator penilaian World Bank dalam kemudahan berusaha mendapatkan
tenaga listrik (Getting Electricity). Indikator Getting Electricity meliputi Prosedur,
Waktu, Biaya dan Keandalan. Peringkat Getting Electricity Indonesia pada tahun
2017 menduduki Peringkat 49 dari 190 Negara.
- 45 -
Untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor energi melalui upaya
sebagai berikut:
Memprioritaskan pengembangan energi baru dan terbarukan
Pemerintah memprioritaskan pemanfaatan pembangkit EBT sebagai upaya
untuk penurunan emisi GRK,
Pengalihan bahan bakar (fuel switching)
Untuk mengurangi pemakaian BBM, Pemerintah dan PLN berencana
mengalihkan pemakaian BBM ke gas pada PLTG, PLTGU dan PLTMG.
Langkah fuel switching secara langsung juga akan mengurangi emisi GRK
karena faktor emisi gas lebih rendah daripada faktor emisi BBM
Menggunakan teknologi rendah karbon dan efisien
- 46 -
Sebagaimana perhitungan emisi GRK didapatkan dari jumlah bahan bakar yang
digunakan dan dikonversi menjadi emisi GRK (khususnya emisi CO2, dalam
satuan ton CO2) dengan menggunakan faktor pengali bahan bakar (emission
factor of fuel/EFCO2) yang diterbitkan oleh IPCC* serta Puslitbang Lemigas dan
Puslitbang Tekmira yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia, maka
proyeksi emisi GRK tahun 2018-2037 dari aktivitas pembangkit tenaga listrik di
Indonesia dapat diilustrasikan pada gambar berikut:
980
1.000.000
900.000
800.000
700.000
x 1.000 ton CO2e
550
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Batubara BBM Gas
Mengacu kepada kebijakan KEN, penurunan emisi GRK tidak melebihi yang
ditargetkan oleh KEN pada sektor pembangkitan tenaga listrik.
1.400.000
1.200.000
1.000.000
x 1.000 ton CO2e
800.000
400.000
200.000
-
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Emisi BaU (Baseline) Emisi Skenario RUKN
Ketentuan ini juga berlaku bagi tenaga kerja asing yang berkerja pada sektor
ketenagalistrikan.
Tabel II.2. Faktor Perbandingan Antara Kapasitas Pembangkit dan Jumlah Tenaga Teknik
Kewajiban penggunaan barang dan atau jasa produksi dalam negeri tersebut
harus dicantumkan dalam dokumen lelang/penawaran pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan dan dalam kontrak pelaksanaan pembangunan.
Pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi atas besaran tingkat komponen
dalam negeri (TKDN) pada setiap pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
- 51 -
Usaha jasa penunjang tenaga listrik meliputi jenis usaha jasa konsultansi dalam
bidang instalasi tenaga listrik, pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga
listrik, pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik, pengoperasian
instalasi tenaga listrik, pemeliharaan instalasi tenaga listrik, sertifikasi
kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan, sertifikasi peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik, dan sertifikasi badan usaha jasa penunjang tenaga listrik.
BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN
SISTEM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
99.90 100
97.50
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
Luar Jawa-Bali Jawa-Bali INDONESIA
Hal yang perlu menjadi perhatian dalam peningkatan rasio elektrifikasi tidak
hanya penyambungan listrik ke rumah, namun juga perlu memperhatikan
keandalan dan mutu sistem tenaga listrik, sehingga tidak menimbulkan
permasalahan lain seperti seringnya terjadi pemadaman. Dengan kata lain
penyambungan listrik harus diimbangi dengan penambahan pasokan di sisi
hulu dan perkuatan ssistem penyaluran di sisi hilir.
Terkait aspek kualitas tenaga listrik, pembangkit tenaga listrik secara bersama-
sama dalam suatu sistem tenaga listrik harus mampu menjaga kualitas tenaga
listrik yang antara lain mencakup kualitas tegangan dan frekuensi agar berada
dalam batas toleransi yang ditentukan dalam grid code yang berlaku.
Aspek berikutnya adalah kewajaran harga listrik. Aspek ini dipengaruhi oleh
banyak hal, antara lain efisiensi penyediaan listrik. Biar bagaimana, jika
menghasilkan energi besar namun biaya operasional juga besar, berarti hal
tersebut tidak efisien serta menjadikan industri tidak kompetitif. Penyediaan
tenaga listrik haruslah seefisien mungkin agar masyarakat mendapatkan tarif
tenaga listrik yang lebih baik. Tarif tenaga listrik yang murah akan membuat
perekonomian termasuk industri akan tumbuh lebih baik.
Sebagai upaya untuk menuju efisiensi penyediaan tenaga listrik dan untuk
memenuhi aspek harga listrik yang wajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
sebagaimana telah disebutkan di atas, maka kecenderungan Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) tenaga listrik rata-rata nasional diupayakan tidak naik,
- 58 -
setidaknya tetap apabila tidak bisa turun. Untuk itu harga listrik dari
pembangkit tenaga listrik yang akan dibangun harus diatur sedemikian
sehingga tidak melebihi BPP pembangkitan di sistem tenaga listrik setempat
ataupun rata-rata BPP Pembangkitan nasional, kecuali untuk daerah dengan
BPP pembangkitan sama atau di bawah rata-rata BPP Pembangkitan nasional,
harga pembelian tenaga listrik dari pembangkit jenis tertentu dapat
berdasarkan kesepakatan para pihak.
Secara prinsip, pemilihan rencana lokasi pembangkit tenaga listrik yang akan
dibangun harus diupayakan sedekat mungkin dengan pusat beban sehingga
dapat meminimalisir susut (losses) dan risiko permasalahan dalam
pembangunan serta pengoperasian sistem penyaluran. Dalam pemilihan
rencana lokasi tersebut tetap memperhatikan aspek teknis, lingkungan dan
sosial.
Namun bagi daerah yang memiliki sumber energi primer setempat yang cukup
untuk kelangsungan operasi pembangkit tenaga listrik selama umur tekno-
ekonomisnya atau selama masa kontrak, maka lokasi pembangkit harus
direncanakan sedekat mungkin dengan lokasi sumber energi primer setempat
tersebut sehingga meniadakan atau meminimalisir faktor biaya dan
permasalahan logistik sumber energi primer.
Potensi panas bumi yang ada di Pulau Jawa dan Bali diharapkan segera
dimanfaatkan sebagai PLTP karena porsi konsumsi tenaga listrik nasional yang
terbesar adalah di sistem Jawa-Bali, sehingga tidak ada kekuatiran tidak
terserapnya pasokan tenaga listrik yang disediakan.
Provinsi Kalimantan Utara yang kaya akan potensi tenaga air perlu didorong
sebagai penghasil energi dari PLTA. Apabila Provinsi Kalimantan Utara belum
dapat menyerap semua energi listrik dari PLTA, maka perlu dikaji transfer
tenaga listrik ke Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah hingga Kalimantan Barat, dengan demikian di Provinsi Kalimantan
Barat yang relatif sedikit potensi sumber energinya dibanding provinsi lainnya
di Pulau Kalimantan, tidak perlu terlalu banyak dibangun pembangkit tenaga
listrik.
Potensi panas bumi yang besar di Sulawesi Utara didorong untuk terus
dimanfaatkan sehingga diharapkan ke depan meminimalisir pembangunan
PLTU karena Sulawesi Utara tidak memiliki potensi batubara. Potensi tenag air
- 60 -
Maluku dan Maluku Utara yang merupakan provinsi kepulauan yang memiliki
relatif sedikit potensi EBT ataupun memiliki potensi EBT namun kebutuhan
tenaga listrik berada di pulau lain, dapat dipenuhi oleh pembangkit berbahan
bakar gas skala kecil. Dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik bagi daerah
yang memiliki potensi panas bumi seperti Ambon dan Pulau Halmahera, maka
pemenuhan kebutuhan tenaga listrik diprioritaskan dari PLTP.
Pulau Papua yang kaya akan potensi tenaga air dan gas bumi, kebutuhan
tenaga listriknya dapat dipenuhi oleh kedua sumber energi tersebut. Namun
karena kondisi sebaran penduduk dan kondisi alam di Papua yang penuh
tantangan, maka apabila pemanfaatan potensi tenaga air belum layak secara
teknis dan ekonomis, kebutuhan tenaga listrik dapat dipenuhi dari pembangkit
berbahan bakar gas yang dibangun sedekat mungkin dengan pusat beban
dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Untuk daerah
pedalaman yang sulit diakses dalam rangka distribusi sumber energi primer
maupun transmisi ataupun distribusi tenaga listrik, maka pembangunan PLTS
dengan battery dapat menjadi pilihan.
Pembangkit yang digunakan sebagai pemikul base load antara lain PLTU, PLTP,
PLTN, PLTA Run of River (RoR), PLTM, PLTMH, PLTBm, dan PLTSa. Sementara
itu Pembangkit yang digunakan sebagai load follower antara lain PLTGU dan
PLTG. Sedangkan pembangkit yang digunakan sebagai peaker antara lain PLTA
Reservoir termasuk PLTA Pump Storage, PLTG, PLTMG, PLTBg dan PLTD. Selain
itu terdapat pembangkit yang output energinya harus diserap secara terus
menerus (must-run) selama pembangkit tersebut memproduksi energi listrik,
- 61 -
Untuk daerah yang tidak memiliki potensi sumber EBT yang dapat
dimanfaatkan untuk operasi pembangkit base load dengan capacity factor (CF)
setara PLTU, seperti PLTP, ataupun yang memiliki potensi sumber EBT namun
tidak mencukupi kebutuhan tenaga listrik, maka PLTU masih perlu
dikembangkan. Namun demikian sebagai upaya untuk berkontribusi dalam
menahan laju peningkatan emisi GRK maka perencanaan PLTU harus
mengutamakan pengunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan
memiliki efisiensi tinggi. Untuk itu secara bertahap penerapan pengembangan
PLTU menggunakan Clean Coal Technology (CCT) dengan boiler Super Critical
(SC) dan Ultra Super Critical (USC) untuk PLTU dengan kelas kapasitas ≥ 300
MW yang telah dilakukan akan terus ditingkatkan.
Dalam upaya mendorong pemanfaatan sumber EBT yang lebih besar untuk
penyediaan tenaga listrik, penelitian dan kajian kelayakan merupakan salah
satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk dilaksanakan agar
pengembangannya dapat dilakukan secara maksimal. Dengan demikian tidak
tertutup kemungkinan untuk dilakukannya kajian ataupun studi pemanfaatan
energi nuklir dalam penyediaan tenaga listrik.
Pemanfaatan potensi tenaga air untuk PLTA, PLTM dan PLTMH sangat didorong
oleh Pemerintah, selain dalam rangka mencapai target energy mix, juga untuk
- 62 -
memanfaatkan sumber daya alam yang akan terbuang percuma apabila tidak
segera dimanfaatkan. Selain itu PLTA Pumped Storage perlu dikembangkan,
selain untuk memperbaiki faktor beban dan menurunkan BPP pembangkitan
pada waktu beban puncak, dapat juga berfungsi sebagai alternatif penyimpanan
apabila terdapat kelebihan energi listrik dari pembangkit EBT yang intermittent
yang tidak terserap oleh beban.
Pembangkit tenaga listrik berbahan bakar gas didorong agar lebih efisien, untuk
itu pembangkit open cycle jenis PLTG dan PLTMG didorong untuk dijadikan
close cycle/combined cycle dengan menambahkan steam turbin, sehingga PLTG
menjadi PLTGU dan PLTMG menjadi PLTMGU. Dari sisi penyediaan sumber
energi primer, Pemerintah terus berupaya memfasilitasi kemudahan
memperoleh gas baik dari domestik maupun dari luar negeri.
Penggunaan PLTD BBM dan pembangkit lain yang berbahan bakar minyak
harus dikendalikan dan dibatasi secara ketat, yaitu terbatas untuk:
- melistriki daerah perdesaan dan Terdepan, Tertinggal dan Terluar (3T) yang
tidak memiliki potensi sumber energi lain yang bersifat non-intermittent,
namun dalam operasionalnya harus digabung (hybrid) dengan pembangkit
berbasiskan EBT, dimana pembangkit EBT sebagai pembangkit utama dan
PLTD sebagai load follower ataupun cadangan (back-up);
- 63 -
Apabila PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
menjadi pelaksana usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah memiliki
keterbatasan kemampuan keuangan dalam pengembangan pembangkit tenaga
listrik, maka Pemerintah mendorong peningkatan partisipasi swasta maupun
BUMN lainnya dalam pengembangan pembangkit di wilayah usaha PT PLN
(Persero) baik dengan skema IPP maupun excesss power. Sementara itu PT PLN
- 64 -
Pada saat ini, sistem tenaga listrik yang telah saling terhubung melalui jaringan
transmisi antara lain:
- Sistem Sumatera Bagian Utara (SBU) melalui jaringan transmisi 150 kV yang
melewati Provinsi: Aceh dan Sumatera Utara;
- Sistem Bintan melalui jaringan transmisi 150 kV yang meliputi Pulau Bintan
dan terinterkoneksi dengan Sistem Batam;
- Sistem Jawa – Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dan 150 kV yang
melewati Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta,
Jawa Timur, Banten dan Bali;
- untuk evakuasi daya dari pembangkit tenaga listrik atau dari GI ke pusat
beban yang tidak layak secara teknis dan ekonomis untuk disalurkan melalui
jaringan distribusi;
- untuk interkoneksi antar pembangkit dalam satu sistem tenaga listrik atau
interkoneksi antar sistem tenaga listrik sehingga menghasilkan penyediaan
tenaga listrik yang lebih efisien dan energy mix pembangkitan tenaga listrik
yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi primer setempat terutama
sumber EBT;
- perluasan jaringan trasnsmisi dari grid yang telah ada untuk menjangkau
sistem isolated yang masih dipasok oleh PLTD BBM dengan tetap
mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis;
- Sistem SBU dengan Sistem SBST menjadi Sistem Sumatera melalui jaringan
transmisi backbone 275 kV dibagian barat dan 500 kV dibagian timur;
- Sistem Sumatera dengan Sistem Jawa – Bali menjadi Sistem Sumatera – Jawa
– Bali (SJB) melalui jaringan transmisi HVDC. Selain untuk meningkatkan
keandalan bagi kedua sistem, transmisi HVDC ini diperlukan dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan sumber energi primer setempat seperti sumber
EBT dari panas bumi dan tenaga air di Pulau Sumatera dan batubara
khususnya di Jambi dan Sumatera Selatan untuk pembangkitan tenaga
listrik. Kelebihan tenaga listrik dari Pulau Sumatera dapat ditransfer melalui
jaringan transmisi HVDC sehingga memberikan dampak positif antara lain:
menambah pasokan tenaga listrik bagi Pulau Jawa tanpa menambah emisi
- 69 -
CO2 di Pulau Jawa dan mendorong percepatan peningkatan porsi EBT dalam
bauran energi pembangkitan tenaga listrik, karena porsi konsumsi tenaga
listrik nasional yang terbesar berada di Jawa dan Sumatera. Pengendalian
emisi CO2 di pulau Jawa perlu menjadi perhatian mengingat pulau Jawa
semakin padat penduduk dan telah banyak PLTU;
- Sistem 500 kV Jawa dengan Sub Sistem 150 kV Bali melalui jaringan
transmisi 500 kV apabila ada hasil kajian yang menyimpulkan bahwa
pembangunan jaringan transmisi 500 kV Jawa – Bali dinyatakan layak secara
teknis dan ekonomis dibanding membangun pembangkit baru di Pulau Bali.
Selain itu deklarasi Bali Clean Energy perlu menjadi pertimbangan;
- Sistem Sulbagsel dengan Sistem Sultra melalui jaringan transmisi 150 kV,
namun perlu dikaji lebih lanjut terkait level tegangan interkoneksi yang akan
menjadi backbone Sulbagsel mengingat makin luasnya cakupan sistem
tenaga listrik Sulbagsel;
- Untuk jangka panjang dapat dikaji transmisi antara pulau yang kaya akan
potensi sumber energi primer dengan pulau yang memiliki keterbatasan
potensi namun kebutuhan tenaga listriknya relatif tinggi, seperti antara
Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa, antara Pulau Flores dan Pulau Sumba
dan/atau Sumbawa.
Sementara itu beberapa sistem tenaga listrik yang dalam memasok kebutuhan
tenaga listrik hanya menggunakan sistem distribusi, perlu dikembangkan
sistem transmisi antara lain:
Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi
atau dari pembangkitan ke konsumen. Usaha distribusi tenaga listrik dapat
dilakukan oleh badan usaha baik sebagai pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik di bidang distribusi tenaga listrik atau pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik terintegrasi yang memiliki distribusi tenaga listrik.
Selain badan usaha milik negara, kesempatan untuk melakukan usaha
distribusi tenaga listrik juga diberikan kepada badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, dan swadaya
masyarakat.
Listrik Perdesaan
Dalam upaya penyediaan tenaga listrik untuk listrik perdesaan, potensi energi
setempat perlu diprioritaskan dan upaya pemberdayaan kemampuan
masyarakat perlu didorong.
Smart Grid
Apakah yang membuat suatu jaringan atau grid itu menjadi smart? Singkatnya,
teknologi digital yang memungkinkan komunikasi dua arah antara perusahaan
listrik (utility) dan konsumennya, dan adanya penginderaan di sepanjang
jaringan transmisi dan distribusi, inilah yang membuat grid menjadi smart.
Seperti Internet, Smart Grid akan terdiri dari sistem kontrol, komputer,
otomatissi, serta teknologi dan peralatan baru yang bekerja sama, namun dalam
hal ini, teknologi tersebut akan bekerja dengan jaringan listrik untuk merespon
secara digital terhadap permintaan listrik yang cepat berubah.
Ketika pemadaman listrik terjadi, teknologi Smart Grid akan mendeteksi dan
mengisolasi area padam, sebelum terjadi pemadaman skala besar. Teknologi
baru juga akan membantu memastikan bahwa pemulihan pasokan listrik
dilakukan secara cepat ke sumber tenaga listrik darurat. Selain itu, Smart Grid
akan lebih memanfaatkan pembangkit listrik milik pelanggan (distributed
generation) untuk menghasilkan tenaga listrik bila pasokan tidak tersedia dari
perusahaan listrik. Dengan menggabungkan sumber daya "distributed
generation" ini, sebuah komunitas dapat menjaga agar pusat kesehatan, pusat
keamanan, lampu lalu lintas, sistem telekomunikasi, dan perbankan tetap
dapat beroperasi selama keadaan darurat.
Selain itu, Smart Grid adalah salah cara untuk mengatasi penuaan infrastruktur
penyediaan tenaga listrik yang perlu diupgrade atau diganti. Ini adalah cara
untuk menuju efisiensi energi, untuk meningkatkan kesadaran konsumen
terhadap hubungan antara penggunaan listrik dengan lingkungan, dan ini
adalah cara untuk meningkatkan energy security dengan memanfaatkan
sejumlah besar potensi energi listrik milik konsumen yang lebih tahan terhadap
bencana alam.
Smart Grid bukan hanya tentang perusahaan listrik dan teknologi, ini adalah
tentang pemberian informasi kepada kita dan tools yang kita butuhkan untuk
membuat pilihan dalam penggunaan tenaga listrik. Jika kita telah melakukan
aktivitas seperti perbankan dari komputer di rumah kita, bayangkan kita
- 76 -
mengelola pemakaian listrik kita dengan cara yang sama. Jaringan yang lebih
cerdas akan memungkinkan tingkat partisipasi konsumen yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Misalnya, kita tidak perlu lagi menunggu rekening listrik
bulanan untuk mengetahui berapa banyak listrik yang telah kita gunakan.
Dengan jaringan yang lebih cerdas, kita dapat memiliki gambaran yang jelas
dan tepat waktu tentang konsumsi listrik.
Smart Grid akan terdiri dari jutaan bagian sistem kontrol, komputer, jaringan
listrik, dan teknologi dan peralatan baru. Ini akan memakan waktu lama bagi
sempurnanya semua teknologi, terpasangnya peralatan, dan diujinya sistem
sebelum benar-benar on line. Dan itu tidak akan terjadi sekaligus, Smart Grid
berkembang secara perlahan. Begitu matang, Smart Grid kemungkinan akan
membawa transformasi yang sama seperti yang telah dilakukan oleh internet
terhadap cara hidup (life style) masyarakat, bekerja, bermain, dan belajar.
BAB IV
KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SAAT INI
Kondisi penyediaan tenaga listrik yang disajikan dalam bab ini mencakup
kondisi sistem tenaga listrik berdasarkan data pengusahaan pemegang IUPTL
status tahun 2017 baik dalam wilayah usaha PT PLN (Persero) maupun dalam
wilayah usaha pemegang IUPTL lainnya (PPU), beserta data pemegang izin
operasi (IO) yang memiliki pembangkit yang memanfaatkan potensi sumber
energi primer selain BBM.
Usaha penyediaan tenaga listrik yang telah dilakukan oleh BUMD, swasta,
koperasi, dan swadaya masyarakat tersebut diantaranya adalah membangun
dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga listrik yang kemudian tenaga
listriknya di jual kepada PT PLN (Persero) atau lebih dikenal Independent Power
Producer (IPP) ataupun membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit,
transmisi dan/atau distribusi tenaga listrik secara terintegrasi yang kemudian
tenaga listriknya dijual langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha
khusus yang dikenal dengan istilah usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi
atau Private Power Utility (PPU).
Pulau Sumatera
Pulau Jawa
Pulau Kalimantan
Pulau Sulawesi
Kepulauan Maluku
Pulau Papua
255
244
230 34
224 31
212 29
28
198
27
26
214 221
197 201
186
172
Gambar IV.1. Perkembangan Konsumsi Tenaga Listrik Nasional Berdasarkan Wilayah Usaha (dalam TWh)
- 81 -
255
244
230
224
212
103
198 95
90
90
87 Industri
82 Publik
14 15 Bisnis
13 Rumah Tangga
12
11 41 Total
40
11 37
36
34
31
90 95 96
79 86
74
Gambar IV.2. Perkembangan Konsumsi Tenaga Listrik Nasional Per Sektor Pemakai (dalam TWh)
Pada tahun 2017, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional
mencapai sekitar 60.786 MW yang terdiri dari pembangkit PLN sekitar 41.720
MW (68,64%), IPP sekitar 14.239 MW (23,43%), PPU sekitar 2.434 MW (4,00%)
dan IO non BBM sekitar 2.392 MW (3,93%).
Rincian kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik tahun 2017 per provinsi
adalah sebagaimana terlihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1. Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik Tahun 2017 (dalam MW)
No PROVINSI IO IPP PLN PPU JUMLAH
1 Aceh - 15 940 - 955
2 Sumatera Utara 603 540 2,864 - 4,006
3 Sumatera Barat 9 21 860 - 889
4 Riau 700 - 1,143 - 1,843
5 Jambi - 62 455 - 516
6 Sumatera Selatan 30 1,364 936 - 2,330
7 Bengkulu - 18 274 - 292
8 Lampung 16 127 909 - 1,052
9 Kep. Bangka Belitung - 14 334 - 348
10 Kepulauan Riau - 17 194 774 985
11 DKI Jakarta - - 3,748 - 3,748
12 Jawa Barat 39 2,037 6,270 630 8,976
13 Jawa Tengah - 4,145 3,069 - 7,214
14 D.I. Yogyakarta - 1 - 1
15 Jawa Timur 140 3,275 6,177 - 9,592
16 Banten - 681 6,310 888 7,878
17 Bali - 382 978 - 1,360
18 Nusa Tenggara Barat 120 63 426 - 609
19 Nusa Tenggara Timur - 40 367 - 406
20 Kalimantan Barat - 7 617 - 625
21 Kalimantan Tengah - 14 476 - 490
22 Kalimantan Selatan 55 48 567 60 729
23 Kalimantan Timur - 224 1,014 83 1,321
24 Kalimantan Utara - - 7 - 7
25 Sulawesi Utara - 43 496 - 539
26 Sulawesi Tengah - 287 228 - 514
27 Sulawesi Selatan 485 762 761 - 2,008
28 Sulawesi Tenggara - - 329 - 329
29 Gorontalo - 28 155 - 183
30 Sulawesi Barat - 4 5 - 9
31 Maluku - - 318 - 318
32 Maluku Utara - - 95 - 95
33 Papua Barat - 18 93 - 111
34 Papua 195 2 307 - 505
Total 2,392 14,239 41,721 2,434 60,786
Sumber: PLN & KESDM
59.7 60.8
55.5
53.1 2.4
2.4
51.3 2.4
2.4
48.2 2.4
2.4 2.3
2.4 2.3 14.2
2.3 13.8
2.4
2.1 12.5
10.9
10.6
10.5
TOTAL
IO Non BBM
PPU
IPP
PLN
41.0 41.7
37.4 38.3
35.9
33.2
Gambar IV.3. Perkembangan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Nasional Berdasarkan Pemilik (dalam GW)
59,7 60,8
55,5
53,1 6,3
51,3 6,3
48,2 Total
6,3 4,4
4,4 PLTSa
6,2
6,8 4,3 PLTGB
6,2 4,3 PLTMH
4,4 10,1 10,1
PLTM
4,2 10,1 PLTBayu
10,1
9,6 5,1 5,1 PLTS
9,5
5,1 1,6 1,8 PLTD
5,1 2,4 2,4 PLTG
4,6 1,4
4,6 1,4 2,4 PLTMG
1,3 2,4
1,3 1,9 PLTGU
1,9
PLTA
PLTP
27,4 27,7
24,8 PLTU-M/G
22,0 22,6
20,0 PLTBm
PLTU-B
Gambar IV.4. Perkembangan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Nasional Per Jenis (dalam GW)
- 84 -
Jaringan Transmisi
Pada tahun 2017, total panjang jaringan transmisi tenaga listrik adalah sekitar
48.901 kms yang terdiri atas SUTET 500 kV sekitar 5.074 kms, SUTET 275 kV
sekitar 2.889 kms, 230 kV sekitar 115 kms, SUTT 150 kV sekitar 35.802 kms,
70 kV sepanjang 5.035 kms, dan 25 – 30 kV sepanjang 101 kms. Panjang
jaringan transmisi tenaga listrik tahun 2017 adalah sebagaimana terlihat pada
pada tabel IV.2.
Tabel IV.2. Panjang Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Tahun 2017 (dalam kms)
NO PROVINSI (25 - 30) kV 70 kV 150 kV 230 kV 275 kV 500 kV JUMLAH
14 DI Yogyakarta - - - - - - -
24 Kalimantan Utara - - - - - - -
32 Maluku Utara - - - - - - -
34 Papua Barat - - - - - - -
49,225
44,180
5,074
41,798
40,025
39,510 3,098
38,211 5,056
5,053
1,856
5,053 5,053
5,052 1,513
1,374 1,374
1,028
500 kV
275 kV
35,802 230 kV
32,423 150 kV
30,834
28,851 29,353
27,780 70 kV
25-30kV
Gambar IV.5. Perkembangan Panjang Jaringan Transmisi Tenaga Listrik (dalam kms)
Jaringan Distribusi
Pada tahun 2017, total panjang jaringan distribusi tenaga listrik adalah sekitar
1.028.679 kms yang terdiri atas Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sekitar
401.959 kms dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sekitar 626.720 kms.
Rincian panjang jaringan distribusi tahun 2017 per provinsi adalah
sebagaimana terlihat pada pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3. Panjang Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Tahun 2017 (dalam kms)
TEGANGAN
NO PROVINSI JUMLAH
6 – 7 kV 10 – 12 kV 15 – 20 kV JTR
TEGANGAN
NO PROVINSI JUMLAH
6 – 7 kV 10 – 12 kV 15 – 20 kV JTR
1,028,679
887,241
843,098
798,944 800,718
401,954
741,957
359,739
342,971
329,409 331,185
15 - 20 kV
312,752
10 - 12 kV
6 - 7 kV
JTR
626,720
527,494
500,119
469,479 469,479
428,907
Gambar IV.6. Perkembangan Panjang Jaringan Distribusi Tenaga Listrik (dalam kms)
Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi atau jumlah rumah tangga di seluruh Indonesia yang sudah
menikmati tenaga listrik untuk mendukung kehidupan masyarakat baru
mencapai sekitar 95,35% dari seluruh jumlah rumah tangga yang berjumlah
sekitar 67,2 juta rumah tangga. Ini berarti masih ada sekitar 4,65% jumlah
rumah tangga atau sekitar 3,1 juta penduduk di Indonesia yang belum dapat
menikmati tenaga listrik. Adapun rasio elektrifikasi nasional tahun 2017 per
provinsi adalah sebagaimana terlihat pada Tabel IV.4.
JUMLAH
JUMLAH RUMAH
JUMLAH RUMAH
TANGGA
NO PROVINSI RUMAH TANGGA RE (%)
BERLISTRIK
TANGGA BERLISTRIK
NON PLN
PLN
9 Kep. Bangka Belitung 366.897 390.145 62 100,00
10 Kepulauan Riau 548.079 411.524 10.317 76,97
11 DKI Jakarta 2.630.053 2.728.500 124 100,00
12 Jawa Barat 12.641.474 12.895.604 112.385 100,00
13 Jawa Tengah 9.258.892 8.908.551 8.088 96,30
14 DI Yogyakarta 1.140.061 1.038.589 136.051 100,00
15 Jawa Timur 10.914.722 9.995.842 49.420 92,03
16 Banten 3.145.902 3.332.500 1.206 100,00
17 Bali 1.117.500 1.081.694 3.585 97,12
18 Nusa Tenggara Barat 1.376.556 1.136.114 21.753 84,11
19 Nusa Tenggara Timur 1.149.413 615.132 72.829 59,85
20 Kalimantan Barat 1.147.093 943.007 88.586 89,93
21 Kalimantan Tengah 668.026 478.303 61.606 80,82
22 Kalimantan Selatan 1.113.459 1.017.787 7.928 92,12
23 Kalimantan Timur 907.853 832.580 82.573 100,00
24 Kalimantan Utara 144.338 114.408 7.966 84,78
25 Sulawesi Utara 631.026 587.894 8.786 94,56
26 Sulawesi Tengah 706.262 555.956 4.190 79,31
27 Sulawesi Selatan 1.975.068 1.886.925 70.670 99,12
28 Sulawesi Tenggara 591.455 441.137 41.160 81,54
29 Gorontalo 271.674 233.393 1.762 86,56
30 Sulawesi Barat 295.778 208.366 73.445 95,28
31 Maluku 363.479 289.402 28.245 87,39
32 Maluku Utara 251.938 201.941 40.138 96,09
33 Papua 759.349 334.904 131.513 61,42
34 Papua Barat 203.422 173.236 21.432 95,70
NASIONAL 67.228.573 62.543.434 1.562.115 95,35
Sumber: PLN & KESDM
95.35
91.16
88.30
84.35
80.51
76.56
Adapun rasio desa berlistrik tahun 2017 per provinsi adalah sebagaimana
terlihat pada tabel IV.5.
Pada tahun 2012 rasio desa berlistrik baru mencapai 96,10%. Namun disisi lain
yang perlu menjadi perhatian adalah penambahan Jumlah desa/kelurahan di
Indonesia pada tahun 2017 yang meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan
penambahan sebanyak 6.202 desa/kelurahan. Peningkatan jumlah
- 92 -
BAB V
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK
Proyeksi kebutuhan tenaga listrik dalam RUKN ini merupakan kebutuhan minimal
yang harus dipenuhi oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang
memiliki wilayah usaha termasuk PT PLN (Persero), dimana masing-masing
pemegang wilayah usaha mempunyai kewajiban melistriki wilayah usahanya.
Kebutuhan penambahan kapasitas pembangkit hanya bersifat indikatif, adapun
detail jenis pembangkit dan daftar proyeknya akan diuraikan dalam Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang berbasis proyek yang harus disusun oleh
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang memiliki wilayah usaha.
Rentang waktu proyeksi kebutuhan tenaga listrik dalam RUKN ini adalah 20
tahun, rentang waktu yang relatif panjang. Disadari bahwa dengan semakin
panjangnya rentang waktu proyeksi maka tingkat akuraasi atau kepastiannya
akan semakin berkurang, namun demikian aspek kuantitatif kebutuhan tenaga
listrik harus dipenuhi untuk menghindari kekurangan pasokan tenaga listrik di
masa depan serta untuk mempersiapkan kebutuhan investasinya. Untuk itu
proyeksi kebutuhan tenaga listrik perlu dimutakhirkan apabila ada dinamika
dalam variabel-variabel yang mempengaruhi kebutuhan tersebut.
Proyeksi Nasional
Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah berkaitan erat setidaknya dengan
3 variabel yaitu pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan besaran
tarif tenaga listrik. Pertumbuhan penduduk selain berkaitan langsung dengan
kebutuhan tenaga listrik, juga berkaitan dengan pertumbuhan jumlah rumah
tangga yang akan dilistriki yang pada akhirnya mempengaruhi rasio
elektrifikasi. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik berbanding lurus dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk namun berbanding
- 94 -
Hasil Proyeksi
Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang relatif
tinggi tersebut, maka dalam periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan
pembangkit dengan total kapasitas rata-rata sekitar 6,2 GW pertahun,
sementara itu dalam periode 20 tahun ke depan rata-rata sekitar 10 GW
pertahun. Dengan tambahan pembangkit tersebut maka diharapkan Daya
Mampu Neto (DMN) pembangkit Nasional1 meningkat dari sekitar 55 GW pada
tahun 2018 menjadi sekitar 108 GW pada tahun 2027 dan 238 GW pada tahun
2037.
Asumsi dan target serta hasil proyeksi sebagaimana dijelaskan di atas dapat
terlihat pada tabel V.1 dan secara lebih detail adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran IV dan Lampiran V.
Tabel V.1. Asumsi dan Target serta Hasil Proyeksi Skenario Tinggi
TAHUN
Pertumbuhan
% 1,2 1,2 1,1 0,9 0,8 0,7 0,5 0,5 1,0 1,0
Penduduk
Rasio
% 97,50 99,90 100 100 100 100 100 100
Elektrifikasi
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan 274 294 315 464 546 694 1.029 1.204
TWh
Energi Listrik
Pertumbuhan
Kebutuhan % 7,5 7,3 7,2 8,0 8,4 8,3 8,1 8,2 8,0 8,1
Energi Listrik
Konsumsi
Energi Listrik kWh 1.034 1.097 1.163 1.630 1.883 2.340 3.367 3.898
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3 1,2
Kebutuhan
Tambahan 2 4 4 7 9 12 16 20 6,2 10
GW
Kapasitas
(Pertahun)
Kebutuhan
Tambahan 2 6 11 44 62 94 162 199
GW
Kapasitas
(Kumulatif)
Kapasitas
Pembangkit GW 55 59 63 92 108 137 203 238
(DMN)*
*DMN: Daya Mampu Netto
Sebagaimana terlihat dalam tabel V.1 bahwa konsumsi tenaga listrik pada tahun
2025 diproyeksikan sekitar 1.630 kWh/kapita, lebih rendah dari pada target KEN
yakni 2.500 kWh/kapita. Kecilnya kWh/kapita dalam proyeksi RUKN disebabkan
antara lain karena lebih rendahnya asumsi pertumbuhan ekonomi dan lebih
tingginya asumsi pertumbuhan penduduk dalam RUKN dibanding asumsi yang
digunakan dalam KEN. Sementara itu proyeksi kapasitas pembangkit Nasional pada
tahun 2025 adalah sekitar 92 GW, proyeksi ini lebih kecil dibanding target kapasitas
pembangkit dalam KEN, dimana target kapasitas pembangkit dalam KEN pada
tahun 2025 adalah sekitar 115 GW.
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
TOTAL Rumah Tangga Bisnis Publik Industri
Gambar V.1. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Nasional Skenario Tinggi (dalam TWh)
- 97 -
Asumsi dan target serta hasil proyeksi sebagaimana dijelaskan di atas dapat
terlihat pada tabel V.2.
Tabel V.2. Asumsi dan Target serta Hasil Proyeksi Skenario Rendah
TAHUN
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,7 3,6
Pertumbuhan
% 1,2 1,2 1,1 0,9 0,8 0,7 0,5 0,5 1,0 1,0
Penduduk
Rasio
% 97,50 99,90 100 100 100 100 100 100
Elektrifikasi
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan 274 293 312 431 489 589 800 903
TWh
Energi Listrik
Pertumbuhan
Kebutuhan % 7,5 6,9 6,7 6,6 6,5 6,4 6,3 6,3 6,6 6,5
Energi Listrik
Konsumsi
Energi Listrik kWh 1.034 1.092 1.153 1.513 1.686 1.987 2.617 2.924
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3 1,3
TAHUN
Sebagaimana terlihat dalam tabel V.2 bahwa konsumsi tenaga listrik pada
tahun 2025 diproyeksikan sekitar 1.513 kWh/kapita, lebih rendah dari pada
target KEN yakni 2.500 kWh/kapita. Kecilnya kWh/kapita dalam proyeksi
RUKN disebabkan antara lain karena lebih rendahnya asumsi pertumbuhan
ekonomi dan lebih tingginya asumsi pertumbuhan penduduk dalam RUKN
dibanding asumsi yang digunakan dalam KEN. Sementara itu proyeksi
kapasitas pembangkit Nasional pada tahun 2025 adalah sekitar 86 GW,
proyeksi ini lebih kecil dibanding target kapasitas pembangkit dalam KEN,
dimana target kapasitas pembangkit dalam KEN pada tahun 2025 adalah
sekitar 115 GW.
Gambar V.2. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Nasional Skenario Rendah (dalam TWh)
Proyeksi Per-Provinsi
Provinsi Aceh
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Aceh
tahun 2017 adalah sekitar 612 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 579 MW (94,2%) dan IPP sekitar 35 MW (5,8%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar
395 MW (64,5%), PLTU batubara sekitar 194 MW (31,6%), PLTG sekitar 20 MW
(3,3%), PLTA/M/MH sekitar 3 MW (0,5%), dan PLTBM sekitar 0,8 MW (0,1%).
- 100 -
Konsumsi energi listrik di Provinsi Aceh tahun 2017 mencapai sekitar 2.416
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 1.540 GWh (64%), bisnis sekitar 386 GWh (16%), publik
sekitar 366 GWh (15%), dan industri sekitar 124 GWh (5%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 97,68%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2032, di mana sektor bisnis lebih besar dari sektor
rumah tangga, perubahan mulai tahun 2035 di mana sektor industri lebih besar
dari sektor publik, dan perubahan mulai tahun 2037 di mana sektor industri
lebih besar dari sektor rumah tangga. Komposisi kebutuhan energi listrik pada
tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.3.
- 101 -
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.3. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Aceh (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.2. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2.
Provinsi Aceh memiliki beraneka ragam potensi sumber energi primer yang
dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
air, panas bumi, minyak bumi dan gas, serta batubara. Diperkirakan potensi
sumber tenaga air mencapai 1.914 MW yang tersebar di 20 lokasi di wilayah
Aceh yaitu pada Jambo Papeun-1&2, Woyla-2 (RES), Teunom-2, Teunom-3,
- 102 -
Potensi panas bumi juga menjadi alternatif energi selain air yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik yang diperkirakan sekitar 1.347
MWe yang tersebar di 19 lokasi diantaranya terdapat di daerah Iboih, Lho Pria
Laot, Jaboi, Ie Seum - Krueng Raya, Seulawah Agam, Alur Canang, Alue Long –
Bangga, Tangse, Rimba Raya, G. Geureudong, Simpang Balik, Silih Nara,
Meranti, Brawang Buaya, KafI, G. Kembar, Dolok Perkirapan, Kaloi dan Lokop.
Adapun potensi minyak bumi dan gas bumi yang dimiliki adalah 115,0 MMSTB
dan 7,51 TSCF. Provinsi Aceh juga memiliki potensi Batubara 450,6 juta ton.
Potensi sumber energi primer Provinsi Aceh adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera
Utara tahun 2017 adalah sekitar 3.202 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 2.164 MW (67,6%), IO non BBM sekitar 603 MW (18,8%), dan IPP
sekitar 435 MW (13,6%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTA sekitar 1.012 MW (31,6%), PLTGU
sekitar 623 MW (19,5%), PLTU batubara sekitar 515 MW (16,1%), PLTD sekitar
254 MW (7,9%), PLTG sekitar 246 MW (7,7%), PLTMG sekitar 233 MW (7,3%),
PLTU minyak/gas 154 MW (4,8%), PLTP sekitar 110 MW (3,4%) dan PLTBM
sekitar 55 MW (1,7%).
rata-rata sekitar 36.496 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk
mempertahankan rasio elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037,
diperlukan kenaikan jumlah rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 20.834
rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2021, dimana sektor rumah tangga akan lebih besar
daripada sektor industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-
2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.4.
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
Gambar V.4. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sumatera Utara (dalam GWh)
pasokan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat dari sekitar
3.043 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar 4.873 MW pada tahun 2027 dan
9.064 MW pada tahun 2037. Adapun penambahan pasokan tenaga listrik
tersebut dapat berasal dari penambahan pembangkit di Provinsi Sumatera
Utara sendiri maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem
penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.3. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.3.
Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi air
sekitar 1.579,4 MW tersebar di 23 lokasi yaitu Kumbih-3, Simanggo-2, Raisan-
1, Batang Toru-2, Batang Toru-3, Sibudong-4, Ordi-3, Ordi-5, Bila-2, Siria,
Wampu, Lake Toba, Asahan-3, Aek Kuala, Aek Simonggo, Batang Gadis,
Cinendang, Garoga, Kualo Toba, Munthe Tigabinanga, Pahe Julu, Poring, dan
Asahan 4-5. Potensi panas bumi sekitar 2.155 MWe yang tersebar di 17 lokasi
diantaranya terdapat di daerah Beras Tepu, Lau Debuk-Debuk / Sibayak,
Marike, Dolok Marawa, Pusuk Bukit – Danau Toba, Simbolon – Samosir,
Pagaran, Helatoba, Sipaholon, Sarula, Sibual buali, Namora Ilangit, Sibubuhan,
S. Merapi, Sampuraga, Roburan dan Pincurak. Sedangkan potensi minyak bumi
yang dimiliki adalah 166,2 MMSTB dan gas bumi sekitar 0,95 TSCF. Provinsi
Sumatera Utara juga memiliki potensi Batubara 27,2 juta ton. Potensi sumber
energi primer Provinsi Sumatera Utara adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera
Barat tahun 2017 adalah sekitar 701 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 670 MW (95,6%), IPP sekitar 22,4 MW (3,2%), dan IO non BBM sekitar
8,5 MW (1,2%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit
tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 359 MW (51,2%), PLTA/M/MH
sekitar 275 MW (39,3%), PLTG sekitar 53 MW (7,6%), PLTD sekitar 13 MW
(1,9%), PLTBM sekitar 0,7 MW (0,1%), dan PLTS sekitar 0,1 MW (0,02%).
- 105 -
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.5.
- 106 -
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.5. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sumatera Barat (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 77 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 79 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Sumatera
Barat akan meningkat dari sekitar 783 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar
1.266 MW pada tahun 2027 dan 2.080 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi Sumatera Barat sendiri maupun transfer daya dari
provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.4. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.4.
Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari batubara
mencapai 795,5 juta ton dan panas bumi spekulatif sekitar 1.267 Mwe yang
terdapat pada 17 lokasi yaitu Simisioh, Cubadak, Talu, Pant, Lubuk Sikaping,
Situjuh, Bonjol, Kota Baru - Merapi, Maninjau, Sumani, Priangan, Bukit Kili/
G.Talang, Surian, G. Talang, Muaralabuh, Liki – Pinangawan dan Talagobiru.
- 107 -
Adapun tenaga air skala besar sekitar 836.9 MW yang berada pada 12 lokasi
yaitu Batanghari-4, Sinamar-1, Sinamar-2, Masang-2, Gumanti-1, Anai-1, Liki,
Lubu, Padang Aro, Inderagiri Akuaman, Sinamar dan Kuantan-2 dan potensi
CBM sekitar 0,5 TCF.
Provinsi Riau
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Riau tahun
2017 adalah sekitar 1.646 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN sekitar 941
MW (57,2%), IO non BBM sekitar 700 MW (42,5%), dan IPP sekitar 5 MW (0,3%).
Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi
oleh PLTU batubara sekitar 885 MW (53,8%), PLTD sekitar 482 MW (29,3%), PLTG
sekitar 165 MW (10%), dan PLTA/M/MH sekitar 114 MW (6,9%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Riau tahun 2017 mencapai sekitar 8.437
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
industri sekitar 4.480 GWh (53%), rumah tangga sekitar 2.579 GWh (31%),
bisnis sekitar 972 GWh (11%), dan publik sekitar 407 GWh (5%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 95,25%.
Rasio elektrifikasi di Provinsi Riau ditargetkan meningkat dari sekitar 96,83% pada
tahun 2018 menjadi sekitar 100% pada tahun 2020. Untuk mencapai target
tersebut, diperlukan kenaikan jumlah rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar
62.995 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk mempertahankan rasio
elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037, diperlukan kenaikan jumlah
rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 35.359 rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun-tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.6.
120000
100000
80000
60000
40000
20000
Gambar V.6. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Riau (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 592 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 1.009 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Riau
akan meningkat dari sekitar 2.070 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar 7.298
MW pada tahun 2027 dan 21.415 MW pada tahun 2037. Adapun penambahan
pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan pembangkit di
Provinsi Riau sendiri maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem
penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.5. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.5.
- 109 -
Provinsi Riau memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari minyak bumi diperkirakan
sekitar 2.875,2 MMSTB, gas bumi sekitar 1,09 TSCF. Adapun potensi batubara
mencapai 1.800,1 juta ton, panas bumi spekulatif sekitar 45 MWe yang terdapat
pada 4 lokasi yaitu di Pasir Pangarayan, Kepanasan, Sahilan dan Sungai
Pinang, Provinsi Riau. Selain itu, terdapat potensi CBM sekitar 52,5 TCF.
Potensi sumber energi primer Provinsi Riau adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.
Provinsi Jambi
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jambi
tahun 2017 adalah sekitar 535 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 479 MW (89,5%) dan IPP sekitar 56 MW (10,5%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar
278 MW (52%), PLTG sekitar 222 MW (41,5%)BM sekitar 3 MW (0,6%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Jambi tahun 2017 mencapai sekitar 1.240
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 761 GWh (61%), bisnis sekitar 275 GWh (22%), publik
sekitar 94 GWh (8%), dan industri sekitar 110 GWh (9%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 93.68%.
Rasio elektrifikasi di Provinsi Jambi ditargetkan meningkat dari sekitar 99,02% pada
tahun 2018 menjadi sekitar 100% pada tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut, diperlukan kenaikan jumlah rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar
22.353 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk mempertahankan rasio
elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037, diperlukan kenaikan jumlah
rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 10.626 rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2020, dimana sektor publik akan lebih besar daripada
sektor industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.7.
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.7. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Jambi (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.6. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.6.
- 111 -
Provinsi Jambi memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri minyak bumi sekitar 228,3
MMSTB, gas bumi sekitar 5,51 TSCF, batubara sekitar 2.224,90 juta ton,
potensi panas bumi diperkirakan sekitar 1.152 MWe tersebar di 9 lokasi dan
tenaga air 373,9 MW yang terdapat di G. Kapur Kerinci, G. Kaca Kerinci, Sungai
Betung, Semurup, Lempur, Air Dikit, Graho Nyabu, Sungai Tenang dan Geragai.
Potensi tenaga air skala besar mencapai 611,7 MW pada 4 lokasi yaitu
Merangin-2, Batang Merangin, Gunung Tujuh dan Merangin-5. Potensi sumber
energi primer Provinsi Jambi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2017 adalah sekitar 2.080 MW yang didominasi oleh pembangkit
IPP sekitar 1379 MW (66,3%), PLN sekitar 671 MW (32,3%), dan IO non BBM
sekitar 30 MW (1,4%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 1.271 MW (61,1%),
PLTGU sekitar 410 MW (19,7%), PLTG sekitar 274 MW (13,2%), PLTD sekitar 80
MW (3,8%), PLTU minyak/gas sekitar 30 MW (1,4%), PLTA/M/MH sekitar 11,8
MW (0,6%) dan PLTBM sekitar 4 MW (0,2%).
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun-tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.8.
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
Gambar V.8. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sumatera Selatan (dalam GWh)
pada tahun 2037. Adapun penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat
berasal dari penambahan pembangkit di Provinsi Sumatera Selatan sendiri
maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.7. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.7.
Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
sumber tenaga air skala besar yaitu 22 MW yang diperkirakan terletak pada 1
lokasi yaitu Endikat-2, minyak bumi diperkirakan 1091,90 MMSTB, gas bumi
sekitar 13,58 TSCF, dan batubara diperkirakan sekitar 50.226 juta ton serta
panas bumi sekitar 1.905 MWe yang tersebar di 6 lokasi yang tersebar pada
daerah Tanjungsakti, Rantau Dadap – Segamit, Bukit Lumut Balai, Ulu Danau,
Marga Bayur dan Wai Selabung. Selain itu, terdapat potensi CBM sekitar 18,3
TCF. Potensi sumber energi primer Provinsi Sumatera Selatan adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Provinsi Bengkulu
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Bengkulu
tahun 2017 adalah sekitar 278 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 266 MW (95,7%) dan IPP sekitar 12 MW (4,3%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTA/M/MH
sekitar 245 MW (88,3) dan PLTD sekitar 32,5 MW (11,7%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Bengkulu tahun 2017 mencapai sekitar 860
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 624 GWh (73%), bisnis sekitar 112 GWh (13%), publik
sekitar 68 GWh (8%), dan industri sekitar 57 GWh (7%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 96,49%.
12.804 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk mempertahankan rasio
elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037, diperlukan kenaikan jumlah
rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 5.538 rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2022, dimana sektor industri akan lebih besar daripada
sektor publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.9.
3000
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.9. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Bengkulu (dalam GWh)
tenaga listrik di Provinsi Bengkulu akan meningkat dari sekitar 277 MW pada
tahun 2018 menjadi sekitar 353 MW pada tahun 2027 dan 619 MW pada tahun
2037. Adapun penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari
penambahan pembangkit di Provinsi Bengkulu sendiri maupun transfer daya
dari provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.8. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.8.
Provinsi Lampung
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Lampung
tahun 2017 adalah sekitar 898 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 743 MW (82,8%), IPP sekitar 139 MW (15,4%), dan IO non BBM sekitar
16 MW (1,8%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit
tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 340 MW (37,9%), PLTP sekitar
214 MW (23,8%), PLTA/M/MH sekitar 118 MW (13,1%), PLTG sekitar 115 MW
(12,8%), PLTD sekitar 107 MW (11,9%), dan PLTBM sekitar 5 MW (0,5%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Lampung tahun 2017 mencapai sekitar 4.092
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 2.495 GWh (62,1%), industri sekitar 856 GWh (21%),
bisnis sekitar 463 GWh (11%), dan publik sekitar 278 GWh (9%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 91,96%.
- 116 -
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun-tahun
berikutnya sampai pada tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor rumah
tangga kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor publik.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana
terlihat pada Gambar V.10
3000
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.10. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Lampung (dalam GWh)
- 117 -
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 137 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 187 MW pertahun. Dengan
penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Lampung akan
meningkat dari sekitar 1.042 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar 2.226 MW pada
tahun 2027 dan 4.592 MW pada tahun 2037. Adapun penambahan pasokan tenaga
listrik tersebut dapat berasal dari penambahan pembangkit di Provinsi Lampung
sendiri maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.9. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.9.
Provinsi Lampung memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari batubara, tenaga air dan panas
bumi, potensi batubara sekitar 107,9 juta ton. Potensi tenaga air untuk skala besar
adalah 99 MW berada pada 3 lokasi yaitu Semung-3, Semuong dan Besai-2. Potensi
panas bumi diperkirakan juga sangat besar yaitu mencapai 2.424 MWe yang terdapat
di 13 lokasi diantaranya di daerah Wai Umpu, Danau Ranau, Purunan, G. Sekincau,
Bacingot, Suoh Antatai, Fajar Bulan, Natar, Ulubelu, Lempasing, Wai Ratai, Kalianda
dan Pematang Belirang. Potensi sumber energi primer Provinsi Lampung adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung tahun 2017 adalah sekitar 308 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 297 MW (96,5%) dan IPP sekitar 11 MW (3,5%). Adapun
berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD
sekitar 138 MW (44,8%), PLTU batubara sekitar 84 MW (27,2%), PLTG sekitar 75 MW
(24,4%), PLTBM sekitar 11 MW (3,5%), dan PLTS sekitar 0,3 MW (0,1%).
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor publik.
Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun-tahun berikutnya sampai
pada tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor rumah tangga, kemudian diikuti
oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor publik. Komposisi kebutuhan energi
listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.11.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.11. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam GWh)
- 119 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.10. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.10.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2017 adalah sekitar 1.047 MW yang didominasi oleh
pembangkit PPU sekitar 774 MW (74%), PLN sekitar 225 MW (21,4%), dan IPP
sekitar 48 MW (4,6%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar 467 MW (44,6%), PLTG
sekitar 340 MW (32,5%), PLTU batubara sekitar 158 MW (15%), PLTGU sekitar
43 MW (4,1%), PLTMG sekitar 38 MW (3,7%), dan PLTS sekitar 0,1 MW (0,01%).
Kebutuhan energi listrik di Provinsi Kepulauan Riau diproyeksikan akan tumbuh rata-
rata sekitar 10,7% pertahun dalam periode 10 tahun ke depan, atau sekitar 10,8%
pertahun untuk periode 20 tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi tersebut, kebutuhan
energi listrik yang diperkirakan sekitar 4.329 GWh pada tahun 2018 akan meningkat
menjadi 10.811 GWh pada tahun 2027 dan 30.492 GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh sektor rumah
tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor publik. Namun
komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami perubahan mulai tahun 2026,
dimana sektor bisnis akan lebih besar daripada sektor industri. Komposisi kebutuhan
energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.12.
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
Gambar V.12. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kepulauan Riau (dalam GWh)
- 121 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.11. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.11.
Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari minyak bumi
diperkirakan sekitar 304,2 MMSTB, gas bumi sekitar 50,0 TSCF. Potensi
sumber energi primer Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2017 adalah sekitar 4.887 MW yang seluruhnya merupakan
pembangkit PLN. Adapun berdasarkan jenisnya, kapasitas terpasang
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTGU sekitar 3.439 MW (70,4%), PLTG
sekitar 1.114 MW (22,8%), PLTU minyak/gas sekitar 324 MW (6,6%), dan PLTD
sekitar 10 MW (0,2%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 mencapai sekitar
31.643 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 12.706 GWh (40%), bisnis sekitar 11.817 GWh
(37%), industri sekitar 4.321 GWh (14%), dan publik sekitar 2.799 GWh (9%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 100%.
- 122 -
Kebutuhan energi listrik di Provinsi DKI Jakarta diproyeksikan akan tumbuh rata-rata
sekitar 5,2% per tahun dalam periode 10 tahun ke depan, atau sekitar 5,6% per tahun
untuk periode 20 tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi tersebut, kebutuhan energi
listrik yang diperkirakan sekitar 32.982 GWh pada tahun 2018 akan meningkat
menjadi 52.103 GWh pada tahun 2027 dan 92.042 GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri dan sektor
publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun berikutnya
sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor rumah tangga,
kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri, dan sektor publik. Komposisi
kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada
Gambar V.13.
100000
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
Gambar V.13. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi DKI Jakarta (dalam GWh)
- 123 -
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 504 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 739 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi DKI
Jakarta akan meningkat dari sekitar 6.748 MW pada tahun 2018 menjadi
sekitar 10.651 MW pada tahun 2027 dan 18.806 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi DKI Jakarta sendiri maupun transfer daya dari provinsi
lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.12. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.12.
Di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tidak ada potensi sumber energi
primer.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa
Barat tahun 2017 adalah sekitar 6.961 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 4.303 MW (61,8%), IPP sekitar 1.990 MW (28,6%), PPU sekitar 630
MW (9,1%), dan IO non BBM sekitar 39 MW (0,5%). Adapun berdasarkan
jenisnya, kapasitas terpasang pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU
batubara sekitar 2.499 MW (35,9%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 1.931 MW
(27,7%), PLTGU sekitar 1.218 MW (17,5%), PLTP sekitar 1.048 MW (15,1%),
PLTG sekitar 190 MW (2,7%), PLTD sekitar 75 MW (1,1%), dan PLTS sekitar 1
MW (0,01%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 mencapai sekitar
56.582 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor industri sekitar 32.116 GWh (57%), rumah tangga sekitar 17.663 GWh
(31%), bisnis sekitar 5.119 GWh (9%), dan publik sekitar 1.684 GWh (3%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 100%.
- 124 -
Kebutuhan energi listrik di Provinsi Jawa Barat diproyeksikan akan tumbuh rata-rata
sekitar 8,4% per tahun dalam periode 10 tahun ke depan, atau sekitar 8,5% per tahun
untuk periode 20 tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi tersebut, kebutuhan energi
listrik yang diperkirakan sekitar 60.818 GWh pada tahun 2018 akan meningkat
menjadi 125.465 GWh pada tahun 2027 dan 285.203 GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh sektor
industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan sektor
publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun berikutnya
sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor industri, kemudian
diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan sektor publik. Komposisi
kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada
Gambar V.14.
300000
250000
200000
150000
100000
50000
Gambar V.14. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Jawa Barat (dalam GWh)
- 125 -
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 1.332
MW per tahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 2.174 MW per
tahun. Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi
Jawa Barat akan meningkat dari sekitar 11.476 MW pada tahun 2018 menjadi
sekitar 23.636 MW pada tahun 2027 dan 53.323 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi Jawa Barat sendiri maupun transfer daya dari provinsi
lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.13. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.13.
Provinsi Jawa Barat memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
tenaga air 2.868 MW yang sebagian besar sudah dikembangkan berada pada 5
lokasi Cibareno-1, Rajamandala, Jati Gede, Upper Cisokan-PS dan Grindulu-
PS-3 dan yang belum dikembangkan di 4 lokasi yaitu Cibuni-3, Cibuni-4,
Cikaso-3, dan Cipasang. Untuk minyak bumi sekitar 586,2 MMSTB, dan gas
bumi sekitar 4,15 TSCF, serta potensi panas bumi yang dapat dikembangkan
diperkirakan sekitar 6.380 MWe yang tersebar di 40 lokasi yaitu K.Ratu (Salak),
Kiaraberes (Salak), Awi Bengkok, Ciseeng, Bujal Jasinga, Cisukarame,
Selabintana, Cisolok, G. Pancar, Jampang, Tanggeung, Saguling, Cilayu, Kawah
Cibuni, G. Patuha, K. Ciwidey, Maribaya, Tangkubanperahu, Sagalaherang,
Ciarinem, G. Papandayan, G. Masigit – Guntur, Kamojang, Darajat,
G.Tampomas, Cipacing, G. Wayang – Windu, G. Telagabodas , G. Galunggung,
Ciheuras, Cigunung, Cibalong, G. Karaha, G. Sawal, Cipanas – Ciawi, G.
Cakrabuana, G. Kromong, Sangkanurip, Subang dan Cibingbin. Selain itu
terdapat potensi CBM sekitar 0,8 TCF. Potensi sumber energi primer Provinsi
Jawa Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2017 adalah sekitar 6.486 MW yang didominasi oleh pembangkit
- 126 -
PLN sekitar 5.256 MW (81%) dan IPP sekitar 1.230 MW (19%). Adapun
berdasarkan jenisnya, kapasitas terpasang pembangkit tersebut didominasi
oleh PLTU batubara sekitar 4.995 MW (77%), PLTGU sekitar 810 MW (12,5%),
PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 330 MW (5,1%), PLTU minyak/gas sekitar 249 MW
(3,8%), PLTG sekitar 52 MW (0,8%), PLTP sekitar 45 MW (0,7%), dan PLTD
sekitar 5 MW (0,08%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 mencapai sekitar
22.381 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 10.413 GWh (47%), industri sekitar 7.762 GWh
(35%), bisnis sekitar 2.644 GWh (12%), dan publik sekitar 1.562 GWh (7%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 96,3%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Namun pada tahun 2027, kebutuhan energi listrik untuk sektor
industri akan melebihi kebutuhan energi sektor rumah tangga. Komposisi
kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat
pada Gambar V.15.
- 127 -
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
Gambar V.15. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Jawa Tengah (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.14. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.14.
Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
tenaga air yang dapat dikembangkan adalah diperkirakan mencapai 370,0 MW
yang berada pada 2 lokasi yaitu Maung dan Rawalo-1, potensi gas bumi sekitar
0,9 TSCF, potensi minyak bumi sekitar 918,3 MMSTB dan panas bumi yang
diperkirakan mencapai 1.901 MWe yang tersebar di 14 lokasi yaitu
- 128 -
Konsumsi energi listrik di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2017 mencapai sekitar
2.753 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 1.601 GWh (54%), bisnis sekitar 675 GWh (24%),
publik sekitar 350 GWh (13%), dan industri sekitar 257 GWh (9%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 100%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.16.
- 129 -
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.16. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi D.I. Yogyakarta (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 51 MW
per tahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 74 MW per tahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi D.I.
Yogyakarta akan meningkat dari sekitar 643 MW pada tahun 2018 menjadi
sekitar 1.109 MW pada tahun 2027 dan 2.080 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi D.I. Yogyakarta sendiri maupun transfer daya dari
provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.15. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.15.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa
Timur tahun 2017 adalah sekitar 8.902 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 5.488 MW (61,6%), IPP sekitar 3.274 MW (36,8%), dan IO non BBM
sekitar 140 MW (1,6%). Adapun berdasarkan jenisnya, kapasitas terpasang
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 5.956 MW (66,9%),
PLTGU sekitar 1.896 MW (21,3%), PLTU minyak/gas sekitar 410 MW (4,6%),
PLTG sekitar 334 MW (3,8%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 285 MW (3,2%), dan
PLTU Biomassa sekitar 4,8 MW (0,05%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Jawa Timur tahun 2017 mencapai sekitar
36.193 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor industri sekitar 16.754 GWh (46%), rumah tangga sekitar 12.976 GWh
(36%), bisnis sekitar 4.376 GWh (12%), dan publik sekitar 2.088 GWh (6%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 92,03%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2034, dimana sektor rumah tangga akan lebih besar
- 131 -
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
Gambar V.17. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Jawa Timur (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.16. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.16.
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi gas
bumi yang dapat dikembangkan sekitar 5,37 TSCF, minyak bumi 264,1
- 132 -
MMSTB, batubara 0,1 juta ton dan tenaga air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu
Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkjates Ext. dan Kalikonto-2. Serta panas
bumi yang diperkirakan mencapai 1.369 MWe yang tersebar di 12 lokasi yaitu
pada Melati Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan
Madiun, G. Arjuno – Welirang, Cangar, Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro
Probolinggo, Tiris - G. Lamongan Probolinggo, Gunung Wilis dan Blawan - Ijen
Bondowoso.. Potensi sumber energi primer Provinsi Jawa Timur adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Provinsi Banten
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Banten
tahun 2017 adalah sekitar 7.389 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 5.862 MW (79,3%), PPU sekitar 888 MW (12%), dan IPP sekitar 639 MW
(8,7%). Adapun berdasarkan jenisnya, kapasitas terpasang pembangkit tersebut
didominasi oleh PLTU batubara sekitar 6.002 MW (81,2%), PLTGU sekitar 660
MW (8,9%), PLTU minyak/gas sekitar 600 MW (8,1%), PLTG sekitar 84 MW
(1,2%), PLTD sekitar 29 MW (0,4%), dan PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 14 MW
(0,2%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Banten tahun 2017 mencapai sekitar 25.453
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
industri sekitar 17.773 GWh (70%), rumah tangga sekitar 4.608 GWh (18%),
bisnis sekitar 2.564 GWh (10%), dan publik sekitar 507 GWh (2%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 100%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.18.
120000
100000
80000
60000
40000
20000
Gambar V.18. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Banten (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.17. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.17.
- 134 -
Provinsi Bali
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Bali
tahun 2017 adalah sekitar 794 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 412 MW (51,9%) dan IPP sekitar 382 MW (48,1%). Adapun berdasarkan
jenisnya, kapasitas terpasang pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU
batubara sekitar 380 MW (47,9%), PLTG sekitar 210 MW (26,4%), PLTD sekitar
201 MW (25,3%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 1 MW (0,1%), PLTB sekitar 0,9
MW (0,1%), dan PLTS sekitar 0,1 MW (0,01%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Bali tahun 2017 mencapai sekitar 5.073 GWh
dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor bisnis
sekitar 2.527 GWh (50%), rumah tangga sekitar 2.062 GWh (41%), publik
sekitar 310 GWh (6%), dan industri sekitar 174 GWh (3%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 97,12%.
akan meningkat menjadi 10.233 GWh pada tahun 2027 dan 19.252 GWh pada
tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor bisnis, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor bisnis,
kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor publik, dan sektor industri.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana
terlihat pada Gambar V.19.
25000
20000
15000
10000
5000
0
20182019202020212022202320242025202620272028202920302031203220332034203520362037
Gambar V.19. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Bali (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 104 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 152 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Bali akan
meningkat dari sekitar 1.102 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar 2.063 MW
pada tahun 2027 dan 3.841 MW pada tahun 2037. Adapun penambahan
pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan pembangkit di
Provinsi Bali sendiri maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem
penyaluran.
- 136 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.18. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.18.
Provinsi Bali memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi panas bumi yang
dapat dikembangkan sekitar 354 MWe terdapat di 6 lokasi yaitu Banyuwedang
Buleleng, Seririt Buleleng, Batukao Tabanan, Penebel Tabanan, Buyan-Bratan
Buleleng dan Kintamani-Batur. Potensi sumber energi primer Provinsi Bali
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Barat tahun 2017 adalah sekitar 561 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 382 MW (68%), IO non BBM sekitar 120 MW (21,3%),
dan IPP sekitar 60 MW (10,7%). Adapun berdasarkan jenisnya, kapasitas
terpasang pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar 289 MW (51,5%),
PLTU batubara sekitar 210 MW (37,4%), PLTG sekitar 50 MW (8,9%),
PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 11 MW (2%), dan PLTS sekitar 0,7 MW (0,1%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017 mencapai
sekitar 2.410 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi
oleh sektor rumah tangga sekitar 1.096 GWh (45%), industri sekitar 801 GWh
(33%), bisnis sekitar 348 GWh (14%), dan publik sekitar 165 GWh (7%). Adapun
rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 84,11%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2037, dimana sektor bisnis akan lebih besar daripada
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.20.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.20. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Nusa Tenggara Barat (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.19. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.19.
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi sumber energi primer relatif
kecil. Panas bumi terdapat di 3 lokasi dengan total daya sekitar 175 MWe yaitu
pada Sembalun Lombok Timur, Marongge Sumbawa Besar dan Daha Dompu.
Potensi sumber energi primer Nusa Tenggara Barat adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur tahun 2017 adalah sekitar 355 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 265 MW (74,6%) dan IPP sekitar 90 MW (25,4%).
Adapun berdasarkan jenisnya, kapasitas terpasang pembangkit tersebut
didominasi oleh PLTD sekitar 230 MW (64,8%), PLTMG sekitar 60 MW (16,9%),
PLTU batubara sekitar 44 MW (12,4%), PLTP sekitar 12 MW
(3,4%),PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 4 MW (1,1%), PLTS sekitar 4 MW (1,1%), dan
PLTB sekitar 0,1 MW (0,03%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2017 mencapai
sekitar 925 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi
oleh sektor rumah tangga sekitar 577 GWh (62%), bisnis sekitar 212 GWh (23%),
publik sekitar 101 GWh (11%), dan industri sekitar 35 GWh (4%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 59,85%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.21.
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.21. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Nusa Tenggara Timur (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.20. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.20.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber energi primer yang
dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari panas
bumi dan air. Potensi panas bumi yang dimiliki adalah sekitar 1.334,5 MWe di
24 lokasi yaitu Wai Sano Manggarai Barat, Ulumbu Manggarai Barat, Wai Pesi
Manggarai Barat, Gou - Inelika Ngada, Mengeruda Ngada, Mataloko Ngada,
Komandaru Ende, Ndetusoko, Sukoria Ende, Jopu Ende, Lesugolo, Oka-Ile
Angie Flores Timur, Atadei Lembata, Bukapiting Alor, Roma-Ujelewung
Lembata, Oyang Barang Flores Timur, Sirung (Isiabang-Kuriali) Alor, Adum
Lembata, Alor Timur Alor, Mapos Manggarai Timur, Rana Masak Manggarai
Timur, Rana Kulan Manggarai Timur, Ulugadung Manggarai Timur dan
Amfoang Kupang serta Potensi tenaga air yang dimiliki sekitar 68 MW pada 3
lokasi yaitu di Wai Ranjang, Riam Kiwa, dan Watunpanggatu. Potensi sumber
energi primer Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2017 adalah sekitar 642 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 442 MW (68,8%) dan IPP sekitar 200 MW (31,2%).
Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut
didominasi oleh PLTD sekitar 377 MW (58,7%), PLTG sekitar 129 MW (20,1%),
PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 94 MW (14,6%), PLTU batubara sekitar 34 MW
(5,3%), PLTU biomasa sekitar 8 MW (1,2%), dan PLTS sekitar 0,2 MW (0,03%).
- 141 -
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.22.
- 142 -
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.22. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kalimantan Barat (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.2. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.21.
Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
batubara sekitar 491,50 juta ton yang tersebar di berbagai tempat, potensi
tenaga air sekitar 228 MW yang terdapat pada 2 lokasi yaitu Pinoh dan
Kembayung. Sedangkan potensi panas bumi yang dimiliki sekitar 65 MWe yang
- 143 -
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah sekitar 495 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 397 MW (80,1%) dan IPP sekitar 98 MW (19,9%).
Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut
didominasi oleh PLTD sekitar 269 MW (54,3%), PLTU batubara sekitar 188 MW
(38,0%), PLTG sekitar 22 MW (4,4%), PLTMG sekitar 9 MW (1,8%), dan PLTU
biomasa sekitar 7 MW (1,4%).
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.23.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.23. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kalimantan Tengah (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.22. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.22.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2017 adalah sekitar 554 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 438 MW (79,2%), PPU sekitar 60 MW (10,8%), IO non
BBM sekitar 55 MW (9,9%), dan IPP sekitar 1 MW (0,1%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU
batubara sekitar 329 MW (59,4%), PLTD sekitar 181 MW (32,7%),
PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 28 MW (5,1%), dan PLTG sekitar 16,5 MW (2,9%).
tersebut, kebutuhan energi listrik yang diperkirakan sekitar 3.282 GWh pada
tahun 2018 akan meningkat menjadi 5.911 GWh pada tahun 2027 dan 10.839
GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor bisnis, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.24.
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.24. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kalimantan Selatan (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 71 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 93 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi
Kalimantan Selatan akan meningkat dari sekitar 715 MW pada tahun 2018
menjadi sekitar 1.261 MW pada tahun 2027 dan 2.262 MW pada tahun 2037.
Adapun penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari
penambahan pembangkit di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri maupun
transfer daya dari provinsi lain melalui sistem penyaluran.
- 147 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.23. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.23.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari batubara
14.226,93 juta ton dan tenaga air sebesar 284 MW yang terletak di 1 lokasi yaitu
Muara Jambi, Adapun potensi panas bumi yang dimiliki sekitar 50 MW yang
berada di 3 lokasi yaitu pada Batubini Hulu Sungai, Tanuhi Hulu Sungai
Selatan dan Hantakan Hulu Sungai Tengah. Selain itu terdapat potensi CBM
sekitar 104,6 TCF. Potensi sumber energi primer Provinsi Kalimantan selatan
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2017 adalah sekitar 1.233 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 846 MW (68,6%), IPP sekitar 304 MW (24,7%), dan PPU
sekitar 83 MW (6,7%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 559 MW (45,3%),
PLTD sekitar 311 MW (25,2%), PLTG sekitar 268 MW (21,7%), PLTGU sekitar 58
MW (4,7%), ,PLTMG sekitar 30 MW (2,4%), PLTU biomasa sekitar 7 MW (0,6%),
dan PLTS sekitar 0,1 MW (0,01%).
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2031, dimana sektor publik akan lebih besar daripada
sektor industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.25.
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.25. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kalimantan Timur (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.24. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.24.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari minyak bumi
yang diperkirakan sekitar 463,6 MMSTB, gas bumi 11,71 TSCF, batubara
48.180,2 juta ton, tenaga air 758 MW pada 4 lokasi yaitu Kelai-2, Boh, Loh
Bangun, dan Mentarang-1. Adapun potensi panas bumi sekitar 17 MWe terletak
di 2 lokasi yaitu pada Sungai Batuq dan Dondang. Selain itu terdapat potensi
CBM sekitar 106,3 TCF. Potensi sumber energi primer Provinsi Kalimantan
Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara tahun 2017 adalah sekitar 55 MW yang didominasi oleh
pembangkit PLN sekitar 50 MW (90,9%) dan IPP sekitar 5 MW (9,1%). Adapun
berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh
PLTD sekitar 47 MW (85,5%), PLTU batubara sekitar 5 MW (9,1%), PLTG sekitar
2 MW (3,6%), PLTS sekitar 1 MW (1,8%), dan PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 0,1
MW (0,2%).
rata-rata sekitar 10.894 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk
mempertahankan rasio elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037,
diperlukan kenaikan jumlah rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 4.835
rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.26.
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
Gambar V.26. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Kalimantan Utara (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 15 MW
- 151 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.25. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.25.
Provinsi Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi sumber energi primer yang
dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik yaitu tenaga
air 900 MW pada 1 lokasi yaitu Kayan dan panas bumi sekitar 50 MWe terletak
di 4 lokasi yaitu pada Sebakis Nunukan, Sajau Bulungan, Semolon Malinau dan
Mengkausar Malinau. Potensi sumber energi primer Kalimantan Utara adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2017 adalah sekitar 413 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 250 MW (60,5%) dan IPP sekitar 163 MW (39,5%). Adapun
berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh
PLTG sekitar 120 MW (29,1%), PLTP sekitar 112 MW (27,1%), PLTD sekitar 86
MW (20,8%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 54 MW (13,1%), PLTU batubara
sekitar 40 MW (9,7%), PLTS sekitar 1 MW (0,2%), dan PLTBayu sekitar 0,1 MW
(0,02%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017 mencapai sekitar
1.529 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 773 GWh (50,5%), bisnis sekitar 382 GWh (25%),
industri sekitar 225 GWh (14,7%), dan publik sekitar 150 GWh (9,8%). Adapun
rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 94,56%.
- 152 -
Kebutuhan energi listrik di Provinsi Sulawesi Utara diproyeksikan akan tumbuh rata-
rata sekitar 10% pertahun dalam periode 10 tahun ke depan, atau sekitar 11,5%
pertahun untuk periode 20 tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi tersebut, kebutuhan
energi listrik yang diperkirakan sekitar 1.651 GWh pada tahun 2018 akan meningkat
menjadi 3.890 GWh pada tahun 2027 dan 13.040 GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor industri, dan sektor
publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami perubahan
mulai tahun 2029, dimana sektor industri akan lebih besar daripada sektor rumah
tangga, sektor bisnis, dan sektor publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada
tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.27.
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
Gambar V.27. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sulawesi Utara (dalam GWh)
- 153 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.26. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.26.
Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari panas bumi,
dan tenaga air. Potensi panas bumi yang ada diperkirakan 888 MWe yang
tersebar di 9 lokasi yaitu Air Madidi Minahasa, Lahendong Tomohon, Tompaso
Minahasa, G. Ambang Bolaang Mongondow, Kaleosan-Kalawat Minahasa Utara,
Tanggari Minahasa Utara, Wineru Minahasa Utara, Dua Sudara Bitung dan
Kotamobagu Bolaang Mongondow dan potensi air sekitar 297 MW pada 9 lokasi
yaitu Sawangan, Poigar-3, Dumoga, Minut-1, Minut-2, Minut-3, Mongondow,
Ranoyapo-1, dan Ranoyapo-2. Potensi sumber energi primer Provinsi Sulawesi
Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2017 adalah sekitar 345 MW yang didominasi oleh pembangkit
IPP sekitar 179 MW (51,9%) dan pembangkit PLN sekitar 166 MW (48,1%).
Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut
didominasi oleh PLTD sekitar 153 MW (44,3%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 127
MW (36,8%), dan PLTU batubara sekitar 65 MW (18,8%).
(16,8%), publik sekitar 167 GWh (15,3%), dan industri sekitar 37 GWh (3,4%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 79.31%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor publik, sektor bisnis, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.28.
- 155 -
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.28. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sulawesi Tengah (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.27. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.27.
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari minyak bumi,
batubara, gas bumi, air (PLTA, Minihidro, dan mikro hidro), dan panas bumi.
Potensi Minyak Bumi sekitar 33.7 MMSTB, Potensi batubara sekitar 2 juta ton,
potensi gas bumi sekitar 2,03 TSCF. Potensi air sekitar 3.238 MW terdapat pada
- 156 -
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2017 adalah sekitar 1.849 MW yang didominasi oleh pembangkit
IPP sekitar 697 MW (37,7%), PLN sekitar 667 MW (36,1%), dan IO non BBM
sekitar 485 MW (26,2%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 757 MW
(40,9%), PLTU batubara sekitar 420 MW (22,7%), PLTGU sekitar 315 MW (17%),
PLTD sekitar 248 MW (13,4%), PLTG sekitar 108 MW (5,8%), dan PLTS sekitar
1 MW (0,1%).
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan sektor
publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.29.
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
Gambar V.29. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sulawesi Selatan (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 201 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 334 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi
Selatan akan meningkat dari sekitar 1.902 MW pada tahun 2018 menjadi
sekitar 3.614 MW pada tahun 2027 dan 7.967 MW pada tahun 2037. Adapun
- 158 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.28. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.28.
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
batubara sekitar 231,1 juta ton. Potensi sumber daya air sekitar 2.878 MW yang
tersebar di 13 lokasi yaitu Bakaru-2, Masuni, Mong, Poko, Malea, Batu, Bonto
Batu, Karama-1, Batu (ROR), Endikat, Makale, Seko-2, dan Bakaru-3. Potensi
panas bumi diperkirakan sekitar 445 MWe yang tersebar di 16 lokasi yaitu
Limbong Luwu Utara, Parara Luwu Utara, Pincara Luwu Utara, Bituang
Tanatoraja, Sangalla Tanatoraja, Watansoppeng Soppeng, Sulili Pinrang,
Malawa Pangkajene, Baru Baru, Watampone Bone, Todong Bone, Kampala/
Sinjai Sinjai, Massepe Sidrap, Lamosusu Pinrang, Sewang, dan Sengkang/ D.
Tempe Wajo. Selain itu terdapat potensi minyak bumi sekitar 13,2 MMSTB, gas
bumi sekitar 0,534 TSCF serta CBM sekitar 2 TCF.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017 adalah sekitar 258 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 239 MW (92,6%) dan IPP sekitar 19 MW (7,4%). Adapun
berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh
PLTD sekitar 164 MW (63,6%), PLTG sekitar 48 MW (18,6%), PLTU batubara
sekitar 41 MW (15,9%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 4 MW (1,6%), dan PLTS
sekitar 1 MW (0,4%).
(17,8%), publik sekitar 76 GWh (8,7%), dan industri sekitar 36 GWh (4,1%).
Adapun rasio elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 81.54%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.30.
- 160 -
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.30. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 40 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 45 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi
Tenggara akan meningkat dari sekitar 234 MW pada tahun 2018 menjadi
sekitar 565 MW pada tahun 2027 dan 1.036 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri maupun transfer daya dari
provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.29. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.29.
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi air
(PLTA Mikrohidro) dan panas bumi.
Provinsi Gorontalo
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi
Gorontalo tahun 2017 adalah sekitar 147 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 122 MW (83%) dan IPP sekitar 25 MW (17%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTG sekitar
100 MW (67,9%), PLTU batubara sekitar 21 MW (14,3%), PLTD sekitar 21 MW
(14,3%), PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 3 MW (2,0%), PLTS sekitar 2 MW (1,4%),
dan PLTU biomasa sekitar 0,3 MW (0,2%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Gorontalo tahun 2017 mencapai sekitar 469
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 308 GWh (65,6%), bisnis sekitar 71 GWh (15,2%), publik
sekitar 63 GWh (13,4%), dan industri sekitar 27 GWh (5,8%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 86.56%.
akan meningkat menjadi 1.006 GWh pada tahun 2027 dan 2.019 GWh pada
tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.31.
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.31. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Gorontalo (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.30. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.30.
Provinsi Gorontalo memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi panas bumi di 5 lokasi
sekitar 160 MWe yaitu Petandio Gorontalo, Dinoniyohu Gorontalo, Dulangeya
Boalemo, Pohuwato dan Suwawa Bone Bolango. Potensi sumber energi primer
Provinsi Gorontalo adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi
Barat tahun 2017 adalah sekitar 18 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 18 MW (100,0%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU batubara sekitar 11 MW (61,1%) dan
PLTA/PLTM/PLTMH sekitar 7 MW (38,9%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2017 mencapai sekitar
375 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 279 GWh (74,3%), bisnis sekitar 51 GWh (13,5%),
publik sekitar 37 GWh (9,9%), dan industri sekitar 8 GWh (2,2%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 95.28%.
tahun 2018 akan meningkat menjadi 1.329 GWh pada tahun 2027 dan 6.651
GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.32.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.32. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Sulawesi Barat (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 23 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 77 MW pertahun.
Dengan penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi
Barat akan meningkat dari sekitar 101 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar
323 MW pada tahun 2027 dan 1.633 MW pada tahun 2037. Adapun
penambahan pasokan tenaga listrik tersebut dapat berasal dari penambahan
pembangkit di Provinsi Sulawesi Barat sendiri maupun transfer daya dari
provinsi lain melalui sistem penyaluran.
- 165 -
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.31. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.31.
Provinsi Sulawesi Barat memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi panas
bumi sekitar 401 MWe yang tersebar di 12 lokasi yaitu pada Mambosa Mamuju,
Somba Majene, Mamasa Mamasa, Lilli-Sepporaki Polewali Mandar, Riso-
Kalimbua Polewali Mandar, Alu Polewali Mandar, Tapalang Mamuju, Karema
Mamuju, Ampalas Mamuju, Kona-Kaiyangan Mamuju, Panusuan Mamuju dan
Doda Mamuju Uata serta potensi energi air sekitar 450 MW pada 1 lokasi yaitu
Tumbuan. Potensi sumber energi primer Provinsi Sulawesi Barat adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
Provinsi Maluku
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Maluku
tahun 2017 adalah sekitar 248 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 248 MW (100,0%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar 247 MW (99,5%), PLTS
sekitar 1 MW (0,4%), dan PLTU batubara sekitar 0,2 MW (0,1%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Maluku tahun 2017 mencapai sekitar 535
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
rumah tangga sekitar 320 GWh (59,8%), bisnis sekitar 128 GWh (24%), publik
sekitar 72 GWh (13,6%), dan industri sekitar 14 GWh (2,6%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 87.39%.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2033, dimana sektor bisnis akan lebih besar daripada
sektor rumah tangga, sektor publik, dan sektor industri. Komposisi kebutuhan
energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah sebagaimana terlihat pada Gambar
V.33.
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.33. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Maluku (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.32. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.32.
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Maluku
Utara tahun 2017 adalah sekitar 118 MW yang didominasi oleh pembangkit
PLN sekitar 118 MW (100%). Adapun berdasarkan jenisnya, daya mampu neto
pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar 106 MW (89,8%), PLTU
batubara sekitar 11 MW (9,3%), dan PLTS sekitar 1 MW (0,8%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Maluku Utara tahun 2017 mencapai sekitar
418 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 298 GWh (71,4%), bisnis sekitar 68 GWh (16,3%),
publik sekitar 48 GWh (11,5%), dan industri sekitar 3 GWh (0,8%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 96,09%.
- 168 -
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
industri. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037 adalah
sebagaimana terlihat pada Gambar V.34.
- 169 -
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.34. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Maluku Utara (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.33. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.33.
Provinsi Maluku Utara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi panas
bumi sekitar 777 MWe di 15 lokasi yaitu pada Mamuya Halmahera Utara, Ibu
Halmahera Barat, Akelamo Halmahera Utara, Jailolo Halmahera Barat, Keibesi
Halmahera Barat, Akesahu Tidore, Indari Halmahera Selatan, Labuha
Halmahera Selatan, Songa - Wayaua Halmahera Selatan, Kramat Kepulauan
- 170 -
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Papua
Barat tahun 2017 adalah sekitar 105 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN
sekitar 66 MW (62,8%) dan IPP sekitar 39 MW (37,2%). Adapun berdasarkan
jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTD sekitar
64 MW (61,0%), PLTG sekitar 35 MW (33,3%), dan PLTA sekitar 6 MW (5,7%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Papua Barat tahun 2017 mencapai sekitar
545 GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh
sektor rumah tangga sekitar 331 GWh (60,8%), bisnis sekitar 139 GWh (25,6%),
publik sekitar 63 GWh (11,6%), dan industri sekitar 11 GWh (2%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 95,7%.
Kebutuhan energi listrik di Provinsi Papua Barat diproyeksikan akan tumbuh rata-
rata sekitar 7,8% pertahun dalam periode 10 tahun ke depan, atau sekitar 8,4%
pertahun untuk periode 20 tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi tersebut,
kebutuhan energi listrik yang diperkirakan sekitar 580 GWh pada tahun 2018 akan
meningkat menjadi 1.140 GWh pada tahun 2027 dan 2.707 GWh pada tahun 2037.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan
sektor industri. Adapun komposisi kebutuhan energi listrik untuk tahun tahun
berikutnya sampai dengan tahun 2037 tetap akan didominasi oleh sektor
rumah tangga, kemudian diikuti oleh sektor bisnis, sektor publik, dan sektor
- 171 -
3000
2500
2000
1500
1000
500
Gambar V.35. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Papua Barat (dalam GWh)
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, maka dalam
periode 10 tahun ke depan diperlukan tambahan daya rata-rata sekitar 13 MW
pertahun dan untuk periode 20 tahun rata-rata sekitar 23 MW pertahun. Dengan
penambahan daya tersebut, pasokan tenaga listrik di Provinsi Papua Barat akan
meningkat dari sekitar 128 MW pada tahun 2018 menjadi sekitar 246 MW pada
tahun 2027 dan 574 MW pada tahun 2037. Adapun penambahan pasokan tenaga
listrik tersebut dapat berasal dari penambahan pembangkit di Provinsi Papua Barat
sendiri maupun transfer daya dari provinsi lain melalui sistem penyaluran.
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.34. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.34.
Provinsi Papua Barat memiliki potensi sumber energi primer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi
sumber panas bumi 75 MWe yang berada di 3 lokasi yaitu pada Makbon -
Sorong Sorong, Ransiki -Manokwari Manokwari dan Kebar Manokwari. Potensi
- 172 -
sumber energi primer minyak bumi sekitar 96 MMSTB, gas bumi sekitar 26,20
TSCF dan batu bara sekitar 126,5 juta ton.
Provinsi Papua
Total daya mampu neto pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Papua tahun
2017 adalah sekitar 451 MW yang didominasi oleh pembangkit PLN sekitar 255 MW
(56,5%), IO non BBM sekitar 195 MW (43,2%), dan IPP sekitar 1 MW (0,2%). Adapun
berdasarkan jenisnya, daya mampu neto pembangkit tersebut didominasi oleh PLTU
batubara sekitar 221 MW (49%), PLTD sekitar 205 MW (45,5%),
PLTA/PLTM/PLTTMH sekitar 24 MW (5,3%), dan PLTS sekitar 1 MW (0,2%).
Konsumsi energi listrik di Provinsi Papua tahun 2017 mencapai sekitar 2.151
GWh dengan komposisi konsumsi per sektor pemakai didominasi oleh sektor
industri sekitar 1,163 GWh (54,1%), rumah tangga sekitar 619 GWh (28,8%),
bisnis sekitar 254 GWh (11,8%), publik sekitar 116 GWh (5,4%). Adapun rasio
elektrifikasi tahun 2017 mencapai sekitar 61,42%.
Rasio elektrifikasi di Provinsi Papua ditargetkan meningkat dari sekitar 78,32% pada
tahun 2018 menjadi sekitar 100% pada tahun 2020. Untuk mencapai target
tersebut, diperlukan kenaikan jumlah rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar
96.894 rumah tangga per tahun. Sementara itu untuk mempertahankan rasio
elektrifikasi sekitar 100% sampai dengan tahun 2037, diperlukan kenaikan jumlah
rumah tangga berlistrik rata-rata sekitar 10.762 rumah tangga per tahun.
Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018 akan didominasi oleh
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga, sektor bisnis, dan
sektor publik. Namun komposisi kebutuhan energi listrik tersebut mengalami
perubahan mulai tahun 2023, dimana sektor rumah tangga akan lebih besar
daripada sektor industri, sektor bisnis, dan sektor publik serta tahun 2031
dimana dimana sektor bisnis akan lebih besar daripada sektor sektor industri
- 173 -
dan sektor publik. Komposisi kebutuhan energi listrik pada tahun 2018-2037
adalah sebagaimana terlihat pada Gambar V.36.
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
Gambar V.36. Proyeksi Komposisi Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Papua (dalam GWh)
Asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi beserta hasil proyeksi secara
lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran IV.35. Adapun neraca daya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.35.
Provinsi Papua memiliki potensi sumber energi primer yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari potensi sumber tenaga air sekitar 69 MW di
2 lokasi yaitu Warsamson dan Sentani. Selain itu potensi batu bara sekitar 9,3 juta ton.
- 174 -
- 175 -
BAB VI
INVESTASI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Berikut adalah ketentuan mengenai harga gas untuk PLTG sesuai Peraturan
Menteri ESDM No. 45 Tahun 2017 yaitu:
Berikut adalah ketentuan mengenai harga pembelian tenaga listrik dari PLTU
sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2017:
- 179 -
LAMPIRAN
- 180 -
- 181 -
Lampiran I
Data Potensi Sumber Energi Primer
SUMBER ENERGI
BATUBARA PANAS BUMI
3) 2)
(JUTA TON) GAS MINYAK (MW)
NO. WILAYAH
BUMI BUMI AIR CBM
1) SUMBER 1) 1)
SUMBER CADANGAN (BCF) (MMSTB) LOKASI CADANGAN (MW) (TCF)
1) DAYA
DAYA
Sumatera
1. Aceh 1.250,27 416,68 7.516,3 115,0 19 980 1.312 5.062 -
Sumatera
2. 34,59 - 955,5 166,2 17 434 2.316 3.808 -
Utara
Sumatera
3. 950,3 197,84 - - 17 801 1.035 0,5
Barat 3.607
4. Riau 1.490,81 608,88 1.093,8 2.875,2 4 41 - 52,50
Kepulauan
5. - - 50.008,0 304,2 - - - - -
Riau
Bangka
6. - - 3,2 2,7 7 106 106 - -
Belitung
7. Jambi 3.279.77 665,71 5.517,8 228,3 9 422 1.043 -
8. Bengkulu 415,54 79,12 - - 5 580 780 3,6
Sumatera 3.102
9. 40.996,88 11.066,98 13.585,9 1091,9 6 918 964 183
Selatan
10. Lampung 135,63 11,74 246,9 51,2 13 1.243 1.339 -
Jawa-Bali
1. Banten 98,00 - - - 6 261 626 - -
2. DKI Jakarta - - 123,7 20,1 - - - - -
3. Jawa Barat - - 4.158,6 586,2 40 2.159 3.765 2.861 0,8
4. Jawa Tengah 0,82 - 996,5 918,3 14 517 1.344 813 -
D.I.
5. - - - - 1 - 10 - -
Yogyakarta
6. Jawa Timur 0,08 - 5.377,9 264,1 12 362 1.012 525 -
7. Bali - - - - 6 92 354 -
Nusa Tenggara
624
1. NTB - - - - 3 6 175 -
2. NTT - - - - 24 629 763 -
Kalimantan
Kalimantan
1. 43.040,68 7.194,94 11.713,9 463,6 2 18 - 106,3
Timur
Kalimantan
2. 15.035,53 5.270,25 1.693,1 62,4 3 50 - 16.844 104,6
Selatan
Kalimantan
3. 17.977,32 2.001,3 286,0 0,004 - - - -
Tengah
Kalimantan
4. 2.458,19 943,70 - 4 50 - 3.828,2 -
Utara
Kalimantan
5. 491,50 - - - 5 65 - 4.737 -
Barat
Sulawesi
Sulawesi
1. - - - - 9 128 896 -
Utara
3.967
Sulawesi
2. 2,50 - 2.030,3 33,7 23 385 753 -
Tengah
3. Gorontalo - - - - 5 140 250 - -
- 182 -
SUMBER ENERGI
BATUBARA PANAS BUMI
3) 2)
(JUTA TON) GAS MINYAK (MW)
NO. WILAYAH
BUMI BUMI AIR CBM
1) SUMBER 1) 1)
SUMBER CADANGAN (BCF) (MMSTB) LOKASI CADANGAN (MW) (TCF)
1) DAYA
DAYA
Sulawesi
4. - - - - 13 225 323 -
Tenggara 6.340
Sulawesi
5. 235,96 0,12 534,0 13,2 16 292 455 2
Selatan
Sulawesi
6. 24,20 - - - 12 369 531 2.068,7 -
Barat
Maluku
1. Maluku - - 19.284,0 12,6 18 454 674 430 -
2. Maluku Utara 8,22 - - - 15 197 777 8,1 -
Papua
1. Papua 9,36 - - - - 22.,371 -
26.206,1
2. Papua Barat 126,48 - 96,0 3 75 - - -
TOTAL 128.062,64 28.457,29 151.331,4 7.305,0 331 11.998 17.546 75.091 453,3
Keterangan:
1) Sumber: Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
2) Sumber: Buku Potensi Energi Panas Bumi Status 2017, Ditjen EBTKE
3) Sumber: Badan Geologi Status Desember 2016, KESDM
CBM : Coal Bed Methane
BCF : Billion Cubic Feet
MMSTB : Million Metric Stock Tank Barrels
MWe : Mega Watt electric
MW : Mega Watt
TCF : Trillion Cubic Feet
Lampiran I.1
PETA POTENSI BATU BARA
1.250,3
416,7
34,6
ACEH
KALIMANTAN
1.490,8 UTARA
608,9 8,22
SUMATERA 491,5 43.040,7
UTARA
KEPULAUAN RIAU
Keterangan: JAWA
TIMUR
NUSA TENGGARA
BARAT
D.I. YOGYAKARTA BALI
NUSA TENGGARA
TIMUR
Cadangan 28.457,29
7.516,3
955,5
ACEH
KALIMANTAN
1.093,8 50.008,0 UTARA
SUMATERA
UTARA KEPULAUAN RIAU
11.713,9
GORONTALOSULAWESI
RIAU UTARA MALUKU
UTARA
SUMATERA
5.517,8 94,3
KALIMANTAN 286,0
BARAT BARAT KALIMANTAN
TIMUR 2.030,3
3,2 26.206,1
PAPUA BARAT
13.585,9 SULAWESI
1.693,1 TENGGAH
JAMBI KEPULAUAN KALIMANTAN
BANGKA-BELITUNG TENGAH SULAWESI
19.284,0
BENGKULU 11.998,3 BARAT
MALUKU PAPUA
SULAWESI
SUMATERA 246,9 KALIMANTAN
TENGGARA
SELATAN SELATAN 534,0
123,7 SULAWESI
SELATAN
LAMPUNG 4.158,6 996,5
DKI JAKARTA
5.377,9
BANTEN
JAWA
JAWA
BARAT
TENGAH
JAWA NUSA TENGGARA
D.I. YOGYAKARTA TIMUR BALI BARAT
NUSA TENGGARA
TOTAL TIMUR
151.331,4
BCF
115,0
166,2
ACEH
KALIMANTAN
2.875,2 304,2 UTARA
SUMATERA
UTARA KEPULAUAN RIAU
463,6
GORONTALOSULAWESI
RIAU UTARA MALUKU
UTARA
SUMATERA
228,3 94,3
KALIMANTAN 0,004
BARAT BARAT KALIMANTAN
TIMUR 33,7
2,7 96,0
PAPUA BARAT
1.091,9 SULAWESI
62,4 TENGGAH
JAMBI KEPULAUAN KALIMANTAN
BANGKA-BELITUNG TENGAH SULAWESI
12,6
BENGKULU 11.998,3 BARAT
MALUKU PAPUA
SULAWESI
SUMATERA 51,2 KALIMANTAN
TENGGARA
SELATAN SELATAN 13,2
20,1 SULAWESI
SELATAN
LAMPUNG 586,2 918,3
DKI JAKARTA
264,1
BANTEN
JAWA
JAWA
BARAT
TENGAH
JAWA NUSA TENGGARA
D.I. YOGYAKARTA TIMUR BALI BARAT
NUSA TENGGARA
TIMUR
TOTAL: 7.305,0
C Cadangan C 17.546
Sumber: Buku Potensi Energi Panas Bumi Status 2017, Ditjen EBTKE
Lampiran I.5
PETA POTENSI TENAGA AIR
5.062
3.828,2
3.808
ACEH
KALIMANTAN
UTARA
3.607 3.967 8,1
SUMATERA
UTARA
4.737
KEPULAUAN RIAU
SULAWESI
RIAU MALUKU
KALIMANTAN
16.844 KALIMANTAN
TIMUR
GORONTALO UTARA
UTARA
94,3 BARAT
SUMATERA 6.340
BARAT
3.102 2.068,7 SULAWESI PAPUA BARAT 22.371
TENGGAH
JAMBI KEPULAUAN KALIMANTAN
BANGKA-BELITUNG TENGAH
430
SULAWESI
BENGKULU 11.998,3 BARAT MALUKU PAPUA
KALIMANTAN SULAWESI
SUMATERA
SELATAN TENGGARA
SELATAN
SULAWESI
LAMPUNG 2.861 SELATAN
DKI JAKARTA
813
525
BANTEN 624
JAWA
JAWA
BARAT
TENGAH
JAWA
D.I. YOGYAKARTA TIMUR BALI
TOTAL: 75.091 MW
NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA
BARAT
TIMUR
ACEH
KALIMANTAN
52,5 UTARA
SUMATERA 104,6
UTARA KEPULAUAN RIAU
0,5 SULAWESI
MALUKU
RIAU UTARA
106,3 GORONTALO UTARA
KALIMANTAN KALIMANTAN
94,3 BARAT TIMUR
SULAWESI
LAMPUNG 0,8 SELATAN
DKI JAKARTA
BANTEN
JAWA
JAWA
BARAT
TENGAH
JAWA
D.I. YOGYAKARTA TIMUR BALI
NUSA TENGGARA
NUSA TENGGARA
BARAT
TIMUR
No. PROVINSI 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
1 Aceh 98,45 99,23 100 100 100 100 100 100 100 100
2 Sumatera Utara 99,93 100 100 100 100 100 100 100 100 100
3 Sumatera Barat 95,99 99,73 100 100 100 100 100 100 100 100
4 Riau 96,83 99,57 100 100 100 100 100 100 100 100
5 Kepulauan Riau 87,87 99,46 100 100 100 100 100 100 100 100
6 Bengkulu 97,66 99,99 100 100 100 100 100 100 100 100
7 Jambi 99,02 100 100 100 100 100 100 100 100 100
8 Sumatera Selatan 95,48 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
10 Lampung 97,87 100 100 100 100 100 100 100 100 100
11 Banten 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
12 DKI Jakarta 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
13 Jawa Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
14 Jawa Tengah 97,54 100 100 100 100 100 100 100 100 100
15 D. I. Yogyakarta 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
16 Jawa Timur 97,92 100 100 100 100 100 100 100 100 100
17 Bali 98,08 100 100 100 100 100 100 100 100 100
18 Kalimantan Barat 96,52 99,41 100 100 100 100 100 100 100 100
19 Kalimantan Tengah 90,44 99,84 100 100 100 100 100 100 100 100
20 Kalimantan Selatan 97,97 99,91 100 100 100 100 100 100 100 100
21 Kalimantan Timur 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
22 Sulawesi Utara 96,37 99,34 100 100 100 100 100 100 100 100
23 Gorontalo 95,07 99,85 100 100 100 100 100 100 100 100
24 Sulawesi Tengah 90,24 99,74 100 100 100 100 100 100 100 100
25 Sulawesi Barat 96,85 99,58 100 100 100 100 100 100 100 100
26 Sulawesi Selatan 99,41 100 100 100 100 100 100 100 100 100
27 Sulawesi Tenggara 91,73 99,33 100 100 100 100 100 100 100 100
28 Nusa Tenggara Barat 93,44 99,61 100 100 100 100 100 100 100 100
29 Nusa Tenggara Timur 77,27 99,08 100 100 100 100 100 100 100 100
30 Maluku 95,63 99,55 100 100 100 100 100 100 100 100
31 Maluku Utara 97,39 99,85 100 100 100 100 100 100 100 100
32 Papua 78,32 99,61 100 100 100 100 100 100 100 100
33 Papua Barat 97,13 99,42 100 100 100 100 100 100 100 100
34 Kalimantan Utara 93,89 99,26 100 100 100 100 100 100 100 100
Jawa-Bali 98,84 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Luar Jawa-Bali 95,44 99,75 100 100 100 100 100 100 100 100
INDONESIA 97,50 99,90 100 100 100 100 100 100 100 100
LAMPIRAN II TARGET RASIO ELEKTRIFIKASI (%)
No. PROVINSI 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
1 Aceh 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 Sumatera Utara 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
3 Sumatera Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4 Riau 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
5 Kepulauan Riau 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
6 Bengkulu 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
7 Jambi 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
8 Sumatera Selatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
10 Lampung 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
11 Banten 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
12 DKI Jakarta 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
13 Jawa Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
14 Jawa Tengah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
15 D. I. Yogyakarta 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
16 Jawa Timur 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
17 Bali 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
18 Kalimantan Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
19 Kalimantan Tengah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
20 Kalimantan Selatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
21 Kalimantan Timur 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
22 Sulawesi Utara 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
23 Gorontalo 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
24 Sulawesi Tengah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
25 Sulawesi Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
26 Sulawesi Selatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
27 Sulawesi Tenggara 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
28 Nusa Tenggara Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
29 Nusa Tenggara Timur 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
30 Maluku 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
31 Maluku Utara 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
32 Papua 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
33 Papua Barat 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
34 Kalimantan Utara 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Jawa-Bali 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Luar Jawa-Bali 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
INDONESIA 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran III.1
Peta Sistem Tenaga Listrik Sumatera
Batu Ampar I
Arum (LNG)
D 8 MW
MG 180 MW Batu Ampar II
D 14 MW
Baloi
D 20 MW
Sekupang II
Semen
Indonesia
D 15.2 MW
D
GI Mukakuning
Sekupang II
Pangkalan Susu 1,2 D 15.2 MW
U 2x220 MW
U
GI Rempang
Meulaboh 1,2
U 2x110 MW
Wampu
A 3x15 MW, 2016
Asahan
A 2x90 MW
Sibanyak
P 10 MW
Renun
P 2x41 MW
Duri
G 112 MW
Duri (Relokasi)
U
G 2x18 MW
Labuhan Angin
U 2x115 MW Sipan
A 17+33 MW Riau Amandemen FTP1 (Tenayan)
U 2x100 MW, 2016
GU
MPP Sumbagut
G 25 MW, 2016
Kotopanjang
Maninjau A 3x38 MW
A 4x17 MW
Ombilin
U 2x91 MW
Singkarak
A 4x43,75 MW
Pauhlimo (HSD)
D 3x18 MW Batang Hari
G 2x20 MW & 18 MW
Sewa Kit SBS
Teluk Sirih Sungai
MG 50 MW G Tambahan Sewa
20 MW Air Anyir
U 2x112 MW Rumbai
Payoselincah (Sewa Beli)
U 2x30 MW
G 100 MW
Sumsel 5
Muaraangin U 2x150 MW
U
Tes
A 2x0.64+4x4.41 MW
Inderalaya
Musi GU 45+39(+40) MW U Belitung Baru
2x16,5 MW
A 3x71 MW
MG Prabumulih
11 MW
(IPP)
Banjar
Sari
Besai
A 2x45 MW
Simp. Belimbing
Gn. Megang U 2x113,5 MW
GU 2x40+30 MW Batulegi
A 2x14.6 MW
Tegineneng
D 19.3 MW
Banjarsari
U 2x115 MW
Keban Agung Tarahan
U 2x112,5 MW U Bukit Asam
4x65 MW
U 2x100 MW
T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana P Ulubelu #3
55 MW
Ulubelu
P 2x55 MW
Sibalang #1,2
U 2x115 MW
Lampiran III.2
G
U G
Jabung
G
U
U
P U
U
U
P
U
A
P
P
A U
A U
P U
P U
U U
U
P
P
U P
U
P P P
U P
U U
P
P
U
U
P
PS
U U
PS
P
P
A A
P U P
U A
T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Lampiran III.3
A
PLTM Segara D
5,8 MW
PLTD Labuhan
A
D 13,4 MW
A PLTD
A
D Soe
PLTD Ampenan
D 55 MW D
PLTD Taman
D 9,6 MW D
Lombok APBN D
U 1x25 MW D
D
U
Kupang (FTP1)
U 2x16,5 MW
PLTD Taliwang
D 5,3 MW
PLTD
D Labuan Bajo PLTD G
D Ruteng
D
D
P
D
Ulumbu (ADB)
P 2x2.5 MW
PLTD
D Bajawa T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Lampiran III.4
T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Nunukan
D 22 MW
Sebuku
D
MG
Malinau
D 14 MW
D
Tidang Pale
U
D D 3, 12 MW
MG Juwata
G
Sekatak
A
Bulungan
D
U D 17 MW
G
Kayan Hulu
Bontang
MG 2x7 MW
A
Kaltim Peaking
G G 2x50 MW
SIANTAN
Tanjung Batu
GU 60 MW
U G
SIANTAN
G
CEMARA
Bangkanai (FTP2)
G 155 MW
GU
Embalut (Exsp.)
U 1x50 MW
MPP Kalbar RASAU
G 100 MW
Sanga-Sanga Senipah
G 2x41 MW
G
New Industri
Manggarsari
Buntok New Balikpapan
D 7 MW Kaltim/Tl. Balikpapan
U
U 2x110 MW
Kuaro
U
Ketapang
U 2x10 MW
Sei Durian
D
U
U
Riam Kanan
A 3x10 MW
Pangkalan Bun
U 11 MW
G
A
Pulang Pisau
U 2x60 MW
Sampit
D 11 MW
U
Trisakti
G 21 MW
Trisakti
D 90 MW U
Asam Asam #1,2
2x65 MW
Asam Asam #3,4 (FTP1)
U 2x65 MW
Lampiran III.5
Bitung
D 57 MW
Lopana
D 100 MW
Amurang
U 2x25 MW
Sulbagut (Amurang)
MPP 120 MW
Lahendong 1,2
P 2x20 MW
Lahendong 3,4
P 2x20 MW
U U
Lahendong 5,6
P 2x20 MW
Gorontalo Peaker
G 100 MW
Molotabu
U 2x10 MW Kotamobagu
Talaga
D 8 MW
D 24 MW
Tawaeli Ekspansi
U 2x15 MW
Silae
D 45 MW A
Poso 2
3x65 MW
Bakaru 1 U
D 2x63 MW
Sengkang (GT22)
G 60 MW
G Sengkang (GT28)
GU G 60 MW
Tello
D 123 MW
Bau Bau 2
U 2x7 MW T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Lampiran III.6
Kayu Merah
D 14.8 MW
Malifut
Tidore FTP1
U 2x7 MW
D
Soa Siu
D 4.9 MW
T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Namlea
D 6.4 MW
D
D
Mako
D 4.3 MW
Masohi
D
D 8.1 MW
D
Poka
D 34.9 MW
Hative Kecil
D 44.7 MW
Lampiran III.7
PLTD
PLTD
D Jayapura
PLTD
D Sentani
D Genyem
Orya/Genyem
PLTD Sorong A 20 MW
D 6,6 MW D
D D
A
Excess G
G Power
PLTD Wamena
D 7 MW
A
YAHUKIMO
T/L 70 kV Existing/Rencana
T/L 150 kV Existing/Rencana
T/L 275/500 kV Existing/Rencana
Lampiran IV.1
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 1,0
Rasio Elektrifikasi % 97,50 99,90 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik TWh 274 294 315 341 369 398 430 464 503 546
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,5 7,3 7,2 8,2 8,1 8,0 8,0 8,0 8,4 8,4 8,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.034 1.097 1.163 1.244 1.332 1.424 1.523 1.630 1.752 1.883
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
GW 2 4 4 5 6 7 8 7 8 9 6
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
GW 2 6 11 16 22 29 37 44 53 62
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) GW 55 59 63 68 73 79 85 92 100 108
Lampiran IV.1
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 1,0
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik TWh 591 640 694 751 813 880 952 1.029 1.113 1.204
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,4 8,3 8,3 8,3 8,2 8,2 8,2 8,1 8,2 8,2 8,1
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 2.024 2.176 2.340 2.517 2.707 2.911 3.130 3.367 3.622 3.898
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
GW 10 10 12 12 12 13 14 16 17 20 10
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
GW 72 82 94 106 118 131 146 162 179 199
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) GW 117 127 137 149 161 174 188 203 220 238
Lampiran IV.2
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,8 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,3 1,3 1,2 1,5
Rasio Elektrifikasi % 98,45 99,23 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.576 2.772 2.985 3.208 3.454 3.723 4.015 4.332 4.691 5.083
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,6 7,6 7,7 7,4 7,7 7,8 7,8 7,9 8,3 8,4 7,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 488 516 547 578 613 652 693 738 789 845
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,3 1,4 1,1 1,2 1,2 1,2 1,2 1,1 1,2 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1 40 47 45 55 56 59 63 71 79 59
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1 41 88 132 187 243 302 365 436 515
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 582 622 666 711 761 816 874 938 1.009 1.086
Lampiran IV.2
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,2 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 1,2
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 5.512 5.982 6.496 7.064 7.690 8.379 9.141 9.982 10.918 11.960
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,4 8,5 8,6 8,7 8,9 9,0 9,1 9,2 9,4 9,5 8,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 905 971 1.043 1.122 1.209 1.305 1.410 1.526 1.654 1.795
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3 1,3 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 84 92 101 110 121 134 163 173 179 204 98
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 599 691 792 901 1.022 1.156 1.319 1.491 1.671 1.875
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.170 1.261 1.361 1.471 1.591 1.723 1.868 2.027 2.203 2.399
Lampiran IV.3
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,8
Rasio Elektrifikasi % 99,93 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 14.242 14.928 15.632 16.498 17.417 18.390 19.420 20.510 21.757 23.086
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 4,5 4,8 4,7 5,5 5,6 5,6 5,6 5,6 6,1 6,1 5,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 988 1.025 1.063 1.112 1.164 1.219 1.277 1.340 1.412 1.488
Per Kapita
Elastisitas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -106 246 234 188 203 577 271 597 273 291 277
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -106 140 374 562 765 1.342 1.613 2.210 2.483 2.773
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 3.043 3.083 3.237 3.425 3.628 3.843 4.071 4.309 4.582 4.873
Lampiran IV.3
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,6
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 24.503 26.012 27.623 29.340 31.168 33.118 35.196 37.411 39.781 42.322
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,4 5,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.571 1.658 1.752 1.853 1.960 2.074 2.197 2.327 2.467 2.616
Per Kapita
Elastisitas 0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,8
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 309 330 351 374 399 425 453 482 516 552 348
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 3.083 3.412 3.764 4.138 4.537 4.962 5.414 5.896 6.412 6.964
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 5.182 5.512 5.863 6.238 6.637 7.061 7.514 7.996 8.512 9.064
Lampiran IV.4
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,9
Rasio Elektrifikasi % 95,99 99,73 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.769 4.031 4.239 4.473 4.714 4.965 5.229 5.500 5.798 6.110
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,4 6,9 5,2 5,5 5,4 5,3 5,3 5,2 5,4 5,4 5,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 700 741 771 805 841 877 916 955 999 1.045
Per Kapita
Elastisitas 1,9 1,5 1,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 122 55 43 48 50 52 55 56 61 234 77
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 122 176 219 267 317 369 425 480 542 776
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 783 837 880 928 978 1.030 1.085 1.141 1.202 1.266
Lampiran IV.4
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,7
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 6.434 6.772 7.121 7.489 7.873 8.275 8.697 9.137 9.599 10.097
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 5,3 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,2 5,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.092 1.142 1.193 1.247 1.304 1.363 1.425 1.490 1.558 1.632
Per Kapita
Elastisitas 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 68 69 71 75 78 82 86 90 94 102 79
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 843 912 984 1.059 1.137 1.219 1.305 1.395 1.489 1.591
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.333 1.402 1.473 1.548 1.626 1.709 1.794 1.884 1.978 2.080
Lampiran IV.5
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,4 2,3 2,2 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 1,9 1,9 2,1
Rasio Elektrifikasi % 96,83 99,57 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 10.487 12.520 14.607 17.138 19.838 22.748 25.885 29.345 33.306 37.628
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 24,3 19,4 16,7 17,3 15,8 14,7 13,8 13,4 13,5 13,0 15,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.539 1.796 2.049 2.353 2.667 2.996 3.342 3.715 4.138 4.589
Per Kapita
Elastisitas 4,4 3,4 2,9 2,6 2,3 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 2,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 604 393 412 495 536 581 631 692 791 865 592
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 604 997 1.408 1.904 2.440 3.021 3.653 4.345 5.136 6.001
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 2.070 2.442 2.833 3.309 3.826 4.389 5.002 5.676 6.450 7.298
Lampiran IV.5
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,8 1,8 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,5 1,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 42.347 47.509 53.156 59.295 65.947 73.168 81.001 89.502 98.794 108.963
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 12,5 12,2 11,9 11,5 11,2 10,9 10,7 10,5 10,4 10,3 13,1
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 5.072 5.592 6.150 6.746 7.381 8.060 8.784 9.559 10.392 11.288
Per Kapita
Elastisitas 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 2,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 945 1.034 1.131 1.229 1.332 1.445 1.567 1.700 1.855 2.027 1.009
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 6.946 7.979 9.110 10.339 11.670 13.116 14.683 16.383 18.238 20.265
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 8.226 9.244 10.359 11.572 12.889 14.320 15.872 17.559 19.400 21.415
Lampiran IV.6
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,3
Rasio Elektrifikasi % 99,02 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.410 1.611 1.825 2.067 2.330 2.614 2.919 3.242 3.595 3.975
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 13,8 14,2 13,3 13,3 12,7 12,2 11,7 11,1 10,9 10,6 12,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 395 445 496 554 616 682 752 826 905 990
Per Kapita
Elastisitas 2,6 2,7 2,5 2,2 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 2,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -198 -153 -106 -53 58 62 77 100 106 83 -2
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -198 -153 -106 -53 4 66 143 242 348 432
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 519 519 519 519 523 585 651 721 797 879
Lampiran IV.6
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 1,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 4.381 4.816 5.280 5.776 6.306 6.873 7.480 8.131 8.830 9.582
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 10,2 9,9 9,6 9,4 9,2 9,0 8,8 8,7 8,6 8,5 10,6
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.079 1.174 1.275 1.381 1.495 1.615 1.744 1.881 2.027 2.183
Per Kapita
Elastisitas 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,7
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 87 94 100 107 113 120 129 140 148 159 59
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 519 613 713 819 932 1.053 1.181 1.322 1.470 1.629
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 966 1.058 1.157 1.263 1.375 1.496 1.625 1.762 1.910 2.069
Lampiran IV.7
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 1,0
Rasio Elektrifikasi % 95,48 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 6.122 6.737 7.376 8.175 9.023 9.927 10.890 11.923 13.109 14.381
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 13,0 10,0 9,5 10,8 10,4 10,0 9,7 9,5 9,9 9,7 10,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 731 795 861 944 1.031 1.123 1.221 1.325 1.444 1.572
Per Kapita
Elastisitas 2,4 1,8 1,7 1,6 1,6 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,6
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -540 -405 -263 -87 188 201 214 343 260 279 19
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -540 -405 -263 -87 102 302 516 860 1.120 1.398
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.903 1.903 1.903 1.902 2.004 2.204 2.418 2.645 2.905 3.184
Lampiran IV.7
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,8 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 15.746 17.211 18.784 20.470 22.276 24.211 26.285 28.508 30.900 33.477
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,5 9,3 9,1 9,0 8,8 8,7 8,6 8,5 8,4 8,3 9,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.708 1.854 2.010 2.177 2.355 2.545 2.748 2.966 3.199 3.449
Per Kapita
Elastisitas 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 298 321 344 366 392 464 449 518 516 555 221
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.697 2.017 2.361 2.728 3.120 3.584 4.033 4.551 5.067 5.622
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 3.482 3.802 4.144 4.510 4.902 5.322 5.770 6.251 6.767 7.322
Lampiran IV.8
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,3
Rasio Elektrifikasi % 97,66 99,99 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 921 977 1.033 1.095 1.161 1.230 1.303 1.379 1.463 1.552
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,0 6,1 5,7 6,0 6,0 6,0 5,9 5,8 6,1 6,1 6,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 469 491 511 535 560 586 613 641 673 706
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -64 -52 -39 -26 -11 16 16 17 19 20 19
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -64 -52 -39 -26 -11 5 21 38 57 76
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 277 277 277 277 277 282 298 315 333 353
Lampiran IV.8
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 1,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.646 1.746 1.850 1.960 2.077 2.201 2.333 2.472 2.620 2.777
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,1 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 741 778 817 858 901 947 996 1.047 1.102 1.159
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 21 23 23 25 26 28 31 32 33 34 9
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 97 120 143 168 193 222 253 285 318 352
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 373 395 418 442 467 494 523 553 585 619
Lampiran IV.9
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,7
Rasio Elektrifikasi % 97,87 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 4.532 4.973 5.426 5.951 6.506 7.091 7.713 8.365 9.084 9.849
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 10,8 9,7 9,1 9,7 9,3 9,0 8,8 8,5 8,6 8,4 9,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 541 589 637 693 752 814 879 948 1.024 1.105
Per Kapita
Elastisitas 2,3 2,0 1,9 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,7
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 188 98 102 117 125 146 140 144 159 169 137
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 188 286 389 506 630 777 916 1.060 1.220 1.389
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.042 1.140 1.242 1.359 1.484 1.615 1.754 1.898 2.058 2.226
Lampiran IV.9
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,5
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 10.660 11.519 12.430 13.401 14.433 15.532 16.703 17.951 19.283 20.708
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,2 8,1 7,9 7,8 7,7 7,6 7,5 7,5 7,4 7,4 8,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.190 1.281 1.377 1.480 1.589 1.706 1.831 1.965 2.107 2.259
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 179 189 200 212 225 239 255 271 289 308 187
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.567 1.756 1.956 2.168 2.393 2.632 2.887 3.158 3.446 3.754
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 2.405 2.594 2.793 3.005 3.230 3.470 3.724 3.995 4.284 4.592
Lampiran IV.10
REKAPITULASI PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA DAN BELITUNG
TAHUN
URAIAN SATUAN Rata-Rata
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
2018-2027
ASUMSI & TARGET
Pertumbuhan Ekonomi % 5,1 5,2 5,2 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,6 6,7 6,0
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,0 2,0 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.226 1.334 1.446 1.584 1.731 1.888 2.056 2.239 2.451 2.682
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,4 8,9 8,4 9,6 9,3 9,1 8,9 8,9 9,5 9,4 9,1
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 840 896 953 1.025 1.099 1.178 1.261 1.351 1.455 1.567
Per Kapita
Elastisitas 1,8 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -33 -12 29 27 29 31 33 36 41 51 23
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -33 -12 18 45 75 106 139 175 217 268
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 289 289 300 328 357 388 422 457 499 543
Lampiran IV.10
REKAPITULASI PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA DAN BELITUNG
TAHUN
Rata-Rata
URAIAN SATUAN
2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
2018-2037
ASUMSI & TARGET
Pertumbuhan Ekonomi % 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 7,1 7,2 6,4
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,6
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.933 3.207 3.507 3.835 4.192 4.582 5.009 5.476 6.035 6.657
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,4 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 10,2 10,3 9,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.688 1.819 1.960 2.114 2.279 2.459 2.654 2.866 3.119 3.398
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 48 53 58 70 68 73 83 97 109 115 50
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 316 369 427 496 564 638 721 817 926 1.041
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 592 644 701 763 831 904 984 1.072 1.175 1.290
Lampiran IV.11
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,6 2,5 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,1 2,1 2,1 2,2
Rasio Elektrifikasi % 87,87 99,46 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 4.329 4.888 5.324 5.885 6.503 7.185 7.924 8.753 9.730 10.811
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 15,0 12,9 8,9 10,5 10,5 10,5 10,3 10,5 11,2 11,1 10,7
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 2.026 2.232 2.374 2.565 2.772 2.996 3.235 3.499 3.810 4.148
Per Kapita
Elastisitas 2,3 2,0 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -66 123 90 115 130 141 154 189 344 225 144
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -66 57 147 261 391 532 687 876 1.220 1.444
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 963 1.017 1.107 1.222 1.350 1.491 1.646 1.817 2.020 2.245
Lampiran IV.11
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 2,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 12.009 13.344 14.831 16.459 18.254 20.233 22.413 24.819 27.501 30.492
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 11,1 11,1 11,1 11,0 10,9 10,8 10,8 10,7 10,8 10,9 10,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 4.515 4.917 5.357 5.829 6.339 6.891 7.488 8.136 8.846 9.624
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 249 278 310 473 375 414 460 702 563 671 297
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.694 1.972 2.282 2.755 3.130 3.545 4.005 4.707 5.270 5.941
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 2.494 2.772 3.082 3.422 3.798 4.212 4.669 5.174 5.737 6.366
Lampiran IV.12
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,5 0,7
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 32.982 34.442 35.988 37.873 39.876 42.000 44.242 46.613 49.273 52.103
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 4,2 4,4 4,5 5,2 5,3 5,3 5,3 5,4 5,7 5,7 5,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 3.151 3.262 3.381 3.530 3.689 3.858 4.036 4.225 4.439 4.668
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 1,0 0,9 0,9 0,9 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 2.186 291 316 380 412 704 461 485 669 579 488
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 2.186 2.477 2.793 3.173 3.585 4.290 4.750 5.235 5.904 6.483
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 6.748 7.039 7.356 7.736 8.148 8.582 9.043 9.528 10.072 10.651
Lampiran IV.12
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,5
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 55.109 58.300 61.685 65.280 69.091 73.135 77.429 81.987 86.848 92.042
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,9 5,9 5,9 5,9 6,0 5,6
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 4.913 5.175 5.454 5.752 6.070 6.408 6.769 7.154 7.564 8.002
Per Kapita
Elastisitas 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.498 652 691 734 778 826 877 1.631 992 1.060 739
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 7.980 8.632 9.323 10.057 10.835 11.661 12.537 14.168 15.160 16.221
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 11.266 11.918 12.609 13.343 14.121 14.946 15.823 16.754 17.746 18.806
Lampiran IV.13
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 0,9 1,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 60.818 65.383 70.337 76.408 82.953 90.017 97.616 105.899 115.291 125.465
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,5 7,5 7,6 8,6 8,6 8,5 8,4 8,5 8,9 8,8 8,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.249 1.326 1.409 1.512 1.622 1.741 1.868 2.006 2.163 2.332
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 4.584 847 934 1.139 1.240 1.332 1.453 1.632 1.768 1.911 1.332
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 4.584 5.431 6.365 7.503 8.743 10.075 11.528 13.160 14.928 16.838
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 11.476 12.323 13.257 14.395 15.635 16.967 18.401 19.958 21.725 23.636
Lampiran IV.13
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,9
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 136.484 148.427 161.369 175.349 190.409 206.636 224.109 242.924 263.247 285.203
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,8 8,8 8,7 8,7 8,6 8,5 8,5 8,4 8,4 8,3 8,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 2.514 2.711 2.924 3.153 3.398 3.663 3.946 4.252 4.579 4.931
Per Kapita
Elastisitas 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 2.065 2.234 2.848 2.642 2.802 3.015 3.242 3.487 3.762 4.059 2.174
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 18.903 21.137 23.985 26.627 29.430 32.445 35.687 39.174 42.936 46.995
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 25.701 27.935 30.351 32.956 35.758 38.773 42.016 45.502 49.264 53.323
Lampiran IV.14
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6
Rasio Elektrifikasi % 97,54 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 24.287 26.340 28.590 31.554 34.756 38.232 41.985 46.158 51.063 56.434
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,5 8,5 8,5 10,4 10,1 10,0 9,8 9,9 10,6 10,5 9,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 704 759 818 898 983 1.075 1.174 1.284 1.413 1.554
Per Kapita
Elastisitas 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -1.359 -971 -539 565 617 669 724 801 942 1.083 253
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -1.359 -971 -539 26 644 1.312 2.036 2.837 3.780 4.863
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 6.237 6.237 6.237 6.263 6.881 7.550 8.273 9.075 10.017 11.048
Lampiran IV.14
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 62.320 68.784 75.892 83.638 92.032 101.153 111.051 121.781 133.525 146.428
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 10,4 10,4 10,3 10,2 10,0 9,9 9,8 9,7 9,6 9,7 9,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.709 1.878 2.065 2.268 2.489 2.728 2.989 3.272 3.581 3.920
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.129 1.238 1.361 1.482 1.607 1.746 1.895 2.056 2.250 3.792 1.054
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 5.991 7.230 8.590 10.073 11.679 13.426 15.321 17.377 19.627 23.419
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 12.176 13.415 14.775 16.257 17.864 19.611 21.506 23.562 25.812 28.282
Lampiran IV.15
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,9
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.045 3.217 3.394 3.619 3.856 4.105 4.366 4.640 4.958 5.295
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 10,6 5,7 5,5 6,6 6,6 6,5 6,4 6,3 6,9 6,8 6,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 801 837 874 923 974 1.028 1.083 1.141 1.210 1.282
Per Kapita
Elastisitas 2,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 643 35 37 46 49 52 54 57 66 70 51
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
Lampiran IV.15
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 5.651 6.028 6.426 6.850 7.300 7.777 8.284 8.821 9.378 9.973
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,7 6,7 6,6 6,6 6,6 6,5 6,5 6,5 6,3 6,3 6,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.358 1.438 1.523 1.613 1.708 1.808 1.915 2.028 2.145 2.269
Per Kapita
Elastisitas 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 74 78 83 88 93 99 105 111 115 123 74
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
Lampiran IV.16
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4
Rasio Elektrifikasi % 97,92 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 38.156 40.216 42.374 45.014 47.767 50.652 53.687 56.898 60.486 64.282
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 5,4 5,4 5,4 6,2 6,1 6,0 6,0 6,0 6,3 6,3 6,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 966 1.013 1.062 1.124 1.187 1.254 1.325 1.400 1.484 1.573
Per Kapita
Elastisitas 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -1.287 -648 -230 505 536 1.255 2.146 625 700 1.197 480
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -1.287 -648 -230 275 812 2.066 4.212 4.837 5.537 6.734
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 8.697 8.447 8.447 8.722 9.259 9.820 10.413 11.039 11.739 12.479
Lampiran IV.16
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,0 (0,0) (0,1) (0,1) (0,1) 1,0
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 68.292 72.530 77.007 81.751 86.761 92.059 97.666 103.604 109.913 116.621
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.668 1.768 1.875 1.988 2.109 2.237 2.373 2.519 2.674 2.839
Per Kapita
Elastisitas 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 846 827 2.094 927 982 1.038 1.401 1.167 1.238 1.317 832
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 7.580 8.408 10.501 11.428 12.410 13.449 14.849 16.016 17.254 18.572
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 13.262 14.089 14.963 15.890 16.869 17.907 19.006 20.171 21.409 22.727
Lampiran IV.17
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,9 1,9 1,8 1,7 1,7 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,6
Rasio Elektrifikasi % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 26.757 28.350 30.107 32.392 34.819 37.404 40.147 43.149 46.584 50.280
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 5,1 6,0 6,2 7,6 7,5 7,4 7,3 7,5 8,0 7,9 7,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 2.109 2.193 2.288 2.419 2.558 2.705 2.859 3.028 3.224 3.433
Per Kapita
Elastisitas 0,9 1,0 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -2.517 -2.246 -1.939 -1.542 -1.113 -658 -172 530 972 654 -803
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -2.517 -2.246 -1.939 -1.542 -1.113 -658 -172 359 1.331 1.985
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.673 8.280 8.935
Lampiran IV.17
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,3 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,3
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 54.262 58.558 63.201 68.181 73.504 79.202 85.301 91.841 98.910 106.556
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,9 7,9 7,9 7,9 7,8 7,8 7,7 7,7 7,7 7,7 7,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 3.657 3.898 4.157 4.434 4.728 5.040 5.373 5.728 6.109 6.517
Per Kapita
Elastisitas 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 705 761 823 883 944 1.012 1.083 1.163 1.257 2.021 131
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 2.690 3.452 4.275 5.158 6.102 7.114 8.197 9.360 10.617 12.638
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 9.640 10.402 11.224 12.107 13.052 14.063 15.147 16.309 17.567 18.927
Lampiran IV.18
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,9
Rasio Elektrifikasi % 98,08 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 5.399 5.779 6.197 6.686 7.204 7.748 8.317 8.907 9.553 10.233
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,4 7,0 7,2 7,9 7,7 7,5 7,3 7,1 7,3 7,1 7,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.258 1.332 1.415 1.511 1.613 1.719 1.829 1.942 2.066 2.196
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,3 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 309 74 83 96 104 108 114 118 128 135 104
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 309 382 466 562 666 774 888 1.006 1.134 1.269
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.102 1.176 1.259 1.356 1.459 1.568 1.682 1.799 1.928 2.063
Lampiran IV.18
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 10.948 11.697 12.482 13.308 14.176 15.089 16.050 17.059 18.125 19.252
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,0 6,8 6,7 6,6 6,5 6,4 6,4 6,3 6,2 6,2 6,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 2.331 2.472 2.619 2.774 2.936 3.106 3.285 3.473 3.670 3.877
Per Kapita
Elastisitas 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 272 148 155 163 171 181 189 240 249 221 152
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.542 1.690 1.845 2.008 2.180 2.360 2.550 2.789 3.038 3.259
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 2.205 2.353 2.508 2.671 2.843 3.023 3.212 3.410 3.620 3.841
Lampiran IV.19
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 1,0
Rasio Elektrifikasi % 93,44 99,61 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.576 2.721 2.817 2.926 3.042 3.166 3.298 3.438 3.595 3.762
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,9 5,6 3,5 3,9 4,0 4,1 4,2 4,2 4,6 4,7 4,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 514 537 550 565 582 600 619 640 663 689
Per Kapita
Elastisitas 1,7 1,3 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -12 32 19 21 24 25 27 28 31 33 23
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -12 20 39 61 84 109 136 164 194 228
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 547 565 584 605 629 654 680 708 739 772
Lampiran IV.19
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.941 4.132 4.336 4.553 4.785 5.032 5.297 5.579 5.881 6.206
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 4,8 4,8 4,9 5,0 5,1 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5 4,7
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 716 745 776 810 846 884 925 970 1.017 1.067
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 35 37 40 151 45 48 51 54 58 62 41
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 263 300 340 491 536 584 635 690 748 810
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 807 844 884 926 971 1.019 1.070 1.125 1.183 1.245
Lampiran IV.20
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,6 1,6 1,6 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,5
Rasio Elektrifikasi % 77,27 99,08 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.063 1.203 1.301 1.415 1.537 1.666 1.803 1.948 2.116 2.296
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 14,9 13,2 8,1 8,8 8,6 8,4 8,2 8,0 8,6 8,5 8,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 198 221 235 251 269 287 306 326 349 374
Per Kapita
Elastisitas 2,7 2,3 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,6
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -94 -64 -44 -20 86 27 29 30 34 38 2
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -94 -64 -44 -20 65 92 121 151 185 223
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 321 321 321 321 326 352 380 410 444 480
Lampiran IV.20
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,4
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.488 2.693 2.912 3.149 3.405 3.681 3.979 4.300 4.648 5.026
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,4 8,2 8,1 8,2 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 399 426 455 485 518 553 590 630 672 718
Per Kapita
Elastisitas 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 42 41 44 49 52 57 63 66 74 79 29
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 265 307 351 400 451 508 571 637 712 791
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 519 560 603 651 702 756 815 879 947 1.021
Lampiran IV.21
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 0,9 1,1
Rasio Elektrifikasi % 96,5 99,4 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.414 2.643 2.924 3.264 3.656 4.097 4.585 5.119 5.712 6.362
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,2 9,5 10,6 11,6 12,0 12,1 11,9 11,7 11,6 11,4 11,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 483 521 569 628 695 770 853 942 1.041 1.149
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,7 1,9 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,6 1,6 1,7
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -18 51 65 78 91 102 126 123 137 150 91
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -18 33 98 176 267 369 495 619 755 905
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 582 615 680 758 848 950 1.064 1.187 1.323 1.473
Lampiran IV.21
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,9 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,9
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 7.070 7.837 8.668 9.563 10.526 11.561 12.674 13.867 15.150 16.532
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 11,1 10,9 10,6 10,3 10,1 9,8 9,6 9,4 9,2 9,1 10,7
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.266 1.391 1.526 1.671 1.826 1.992 2.169 2.359 2.562 2.778
Per Kapita
Elastisitas 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,6
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 192 177 194 206 222 237 255 273 292 314 163
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 1.097 1.274 1.468 1.674 1.896 2.132 2.388 2.660 2.952 3.266
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.635 1.811 2.002 2.206 2.426 2.662 2.916 3.187 3.479 3.792
Lampiran IV.22
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,1 2,1 2,0 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,6 1,6 1,8
Rasio Elektrifikasi % 90,44 99,84 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.276 1.476 1.678 1.887 2.101 2.318 2.538 2.762 3.001 3.249
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 13,2 15,7 13,7 12,5 11,3 10,3 9,5 8,8 8,7 8,3 10,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 480 544 606 669 730 792 851 911 974 1.038
Per Kapita
Elastisitas 2,7 3,1 2,7 2,1 1,9 1,7 1,6 1,4 1,3 1,2 2,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -188 -141 -91 -43 52 56 51 54 62 58 -29
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -188 -141 -91 -43 9 65 116 170 232 290
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 483 482 479 479 486 535 585 635 689 744
Lampiran IV.22
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,0
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.506 3.773 4.052 4.342 4.644 4.960 5.290 5.633 5.994 6.378
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,9 7,6 7,4 7,2 7,0 6,8 6,7 6,5 6,4 6,4 8,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.103 1.169 1.238 1.308 1.380 1.455 1.532 1.612 1.695 1.781
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,1 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 62 66 64 65 66 68 71 82 79 83 29
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 352 418 482 547 613 681 752 834 914 996
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 800 859 920 983 1.049 1.117 1.188 1.262 1.339 1.421
Lampiran IV.23
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,1 1,2
Rasio Elektrifikasi % 97,97 99,91 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.282 3.523 3.757 4.013 4.285 4.572 4.877 5.196 5.543 5.911
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,4 7,3 6,7 6,8 6,8 6,7 6,7 6,5 6,7 6,6 6,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 785 830 873 920 970 1.022 1.077 1.135 1.198 1.264
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 205 51 54 63 57 72 93 66 71 83 71
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 205 256 309 373 430 502 595 661 732 815
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 715 766 816 869 926 986 1.049 1.115 1.186 1.261
Lampiran IV.23
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 1,0
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 6.301 6.710 7.140 7.592 8.067 8.566 9.091 9.643 10.225 10.839
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,6 6,5 6,4 6,3 6,3 6,2 6,1 6,1 6,0 6,0 6,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.334 1.407 1.483 1.563 1.647 1.734 1.826 1.922 2.023 2.129
Per Kapita
Elastisitas 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 80 84 89 247 97 102 107 112 118 124 93
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 894 978 1.067 1.314 1.411 1.512 1.620 1.732 1.850 1.974
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.341 1.424 1.512 1.604 1.700 1.801 1.908 2.020 2.138 2.262
Lampiran IV.24
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,1 2,0 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 1,8 1,8 1,7 1,8
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.879 4.169 4.484 4.850 5.242 5.663 6.113 6.601 7.143 7.726
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,6 7,5 7,5 8,2 8,1 8,0 7,9 8,0 8,2 8,2 8,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.063 1.120 1.182 1.255 1.331 1.412 1.497 1.589 1.689 1.797
Per Kapita
Elastisitas 2,2 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 2,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -407 -347 -281 -205 -123 -34 95 102 126 122 -95
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -407 -347 -281 -205 -123 -34 60 162 288 410
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.228 1.228 1.228 1.228 1.228 1.227 1.288 1.389 1.501 1.622
Lampiran IV.24
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,6
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 8.358 9.043 9.788 10.594 11.470 12.425 13.467 14.607 15.863 17.248
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,2 8,2 8,2 8,2 8,3 8,3 8,4 8,5 8,6 8,7 8,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.911 2.035 2.169 2.312 2.467 2.635 2.818 3.016 3.233 3.470
Per Kapita
Elastisitas 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,8
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 130 163 155 167 182 199 218 299 256 281 55
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 540 703 858 1.026 1.208 1.407 1.625 1.924 2.181 2.462
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.752 1.893 2.047 2.212 2.392 2.587 2.800 3.032 3.287 3.568
Lampiran IV.25
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 3,7 3,6 3,5 3,3 3,1 2,9 2,7 2,5 2,3 2,2 2,9
Rasio Elektrifikasi % 93,89 99,26 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 656 730 779 824 869 914 959 1.003 1.050 1.097
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 60,5 11,4 6,6 5,8 5,5 5,2 4,9 4,7 4,6 4,5 5,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 915 984 1.013 1.037 1.062 1.086 1.109 1.133 1.159 1.185
Per Kapita
Elastisitas 14,9 2,8 1,6 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 2,6
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 90 16 10 9 10 9 9 10 11 11 15
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 90 106 117 126 135 145 154 164 174 185
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 144 160 170 179 188 198 207 216 225 235
Lampiran IV.25
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 2,1 2,1 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,4
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.145 1.194 1.244 1.295 1.348 1.403 1.459 1.517 1.578 1.641
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 4,4 4,3 4,2 4,1 4,1 4,1 4,0 4,0 4,0 4,0 4,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.212 1.238 1.264 1.290 1.317 1.343 1.370 1.397 1.424 1.452
Per Kapita
Elastisitas 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 1,7
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 10 10 10 10 11 12 11 11 12 12 13
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 195 205 215 225 236 249 260 271 283 296
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 244 254 264 274 285 295 306 318 330 342
Lampiran IV.26
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,7
Rasio Elektrifikasi % 96,37 99,34 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.651 1.786 1.934 2.121 2.331 2.566 2.832 3.131 3.485 3.890
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,0 8,2 8,3 9,7 9,9 10,1 10,4 10,5 11,3 11,6 10,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 664 712 765 832 907 991 1.086 1.193 1.320 1.465
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,5 1,5 1,5 1,6 1,6 1,6 1,6 1,7 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -9 28 31 159 44 49 55 61 72 82 57
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -9 19 50 209 253 302 357 418 490 572
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 382 400 431 470 514 563 618 679 751 832
Lampiran IV.26
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 4.351 4.876 5.476 6.162 6.947 7.847 8.881 10.070 11.446 13.040
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 11,8 12,1 12,3 12,5 12,7 13,0 13,2 13,4 13,7 13,9 11,5
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.629 1.817 2.031 2.276 2.556 2.877 3.246 3.670 4.160 4.727
Per Kapita
Elastisitas 1,7 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0 2,0 1,7
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 93 114 118 134 154 176 200 228 262 301 118
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 665 779 897 1.031 1.185 1.361 1.561 1.790 2.052 2.353
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 924 1.029 1.147 1.281 1.434 1.608 1.807 2.034 2.295 2.596
Lampiran IV.27
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,3
Rasio Elektrifikasi % 90,24 99,74 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.304 1.421 1.541 1.682 1.835 2.000 2.177 2.367 2.589 2.831
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 19,7 9,0 8,4 9,2 9,1 9,0 8,9 8,7 9,4 9,3 9,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 433 465 498 536 577 621 668 717 776 839
Per Kapita
Elastisitas 3,0 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -25 26 27 33 34 49 40 42 50 54 33
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -25 0 27 61 95 144 183 226 275 329
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 332 333 359 391 425 462 502 544 593 646
Lampiran IV.27
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 1,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 3.095 3.382 3.696 4.039 4.415 4.827 5.279 5.774 6.318 6.919
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,4 9,4 9,4 9,5 9,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 907 981 1.062 1.149 1.245 1.349 1.462 1.586 1.721 1.869
Per Kapita
Elastisitas 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 60 76 70 78 82 91 102 113 117 127 62
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 389 465 535 612 695 786 888 1.001 1.118 1.246
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 704 767 835 910 991 1.079 1.176 1.281 1.396 1.523
Lampiran IV.28
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,7
Rasio Elektrifikasi % 99,41 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 8.968 9.532 10.138 10.880 11.693 12.575 13.528 14.560 15.739 17.024
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,0 6,3 6,4 7,3 7,5 7,5 7,6 7,6 8,1 8,2 7,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.022 1.077 1.136 1.209 1.289 1.376 1.470 1.571 1.688 1.815
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 155 118 130 175 174 189 204 219 250 317 201
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 155 273 403 578 753 941 1.146 1.364 1.614 1.931
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 1.902 2.020 2.150 2.307 2.482 2.670 2.874 3.092 3.342 3.614
Lampiran IV.28
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 18.422 19.943 21.599 23.392 25.336 27.442 29.722 32.191 34.879 37.807
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,2 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,4 7,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.954 2.104 2.268 2.446 2.639 2.848 3.074 3.320 3.587 3.877
Per Kapita
Elastisitas 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 605 320 348 376 408 441 477 518 561 611 334
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 2.536 2.856 3.205 3.581 3.989 4.430 4.907 5.425 5.987 6.597
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 3.909 4.229 4.577 4.953 5.361 5.802 6.279 6.796 7.357 7.967
Lampiran IV.29
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,0 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 1,7
Rasio Elektrifikasi % 91,73 99,33 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 977 1.113 1.258 1.409 1.562 1.718 1.876 2.035 2.200 2.370
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 11,5 14,0 13,0 12,0 10,9 10,0 9,2 8,5 8,1 7,7 10,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 368 412 456 502 547 591 635 678 721 765
Per Kapita
Elastisitas 1,9 2,2 2,1 1,7 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1,5
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 13 33 35 36 37 37 38 38 44 39 40
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 13 46 81 117 154 191 229 267 311 351
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 234 267 302 338 375 412 449 487 526 565
Lampiran IV.29
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,5
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.544 2.723 2.909 3.101 3.300 3.508 3.726 3.954 4.195 4.450
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,3 7,1 6,8 6,6 6,4 6,3 6,2 6,1 6,1 6,1 8,3
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 809 853 898 944 992 1.040 1.091 1.143 1.198 1.255
Per Kapita
Elastisitas 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 1,2
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 41 58 43 44 45 47 49 55 55 57 45
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 392 449 493 537 582 629 678 733 788 845
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 605 647 689 733 778 825 874 925 979 1.036
Lampiran IV.30
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,3
Rasio Elektrifikasi % 95,07 99,85 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 536 592 631 676 722 771 823 878 939 1.006
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 14,3 10,3 6,7 7,0 6,9 6,8 6,7 6,6 7,0 7,1 7,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 453 492 518 546 576 608 641 675 715 757
Per Kapita
Elastisitas 2,1 1,5 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -13 -1 9 10 10 11 12 12 14 15 8
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -13 -1 8 18 28 39 51 63 76 91
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 140 140 148 157 168 179 190 202 216 230
Lampiran IV.30
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 1,1
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.077 1.153 1.235 1.323 1.418 1.521 1.631 1.750 1.879 2.019
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,1 7,1 7,1 7,1 7,2 7,2 7,3 7,3 7,4 7,4 7,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 802 850 901 957 1.016 1.080 1.149 1.224 1.304 1.390
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 16 17 24 19 21 22 24 26 28 30 15
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 106 123 148 167 187 209 233 259 287 317
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 246 263 281 300 320 342 366 392 420 450
Lampiran IV.31
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,8 1,8 1,8 1,8 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,5 1,7
Rasio Elektrifikasi % 96,85 99,58 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 416 463 516 584 664 757 865 990 1.144 1.329
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 10,8 11,4 11,5 13,0 13,7 14,1 14,3 14,4 15,6 16,1 13,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 307 336 368 408 456 512 575 648 737 843
Per Kapita
Elastisitas 1,7 1,8 1,9 1,8 1,9 2,0 2,0 2,0 2,0 2,1 1,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 83 11 13 16 19 23 27 30 38 45 23
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 83 94 107 123 142 165 192 222 260 305
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 101 112 125 141 160 183 210 240 278 323
Lampiran IV.31
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,5
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.547 1.806 2.111 2.473 2.903 3.414 4.023 4.748 5.614 6.651
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 16,4 16,7 16,9 17,1 17,4 17,6 17,8 18,0 18,2 18,5 15,7
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 967 1.112 1.281 1.480 1.713 1.988 2.312 2.692 3.142 3.674
Per Kapita
Elastisitas 2,1 2,1 2,2 2,2 2,2 2,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 54 63 75 89 106 126 150 179 213 256 77
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 359 422 497 586 692 818 968 1.147 1.360 1.616
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 377 440 515 604 710 836 986 1.164 1.378 1.633
Lampiran IV.32
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,7 1,6 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,3 1,5
Rasio Elektrifikasi % 95,63 99,55 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 584 628 666 711 759 810 865 923 990 1.063
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,3 7,5 6,1 6,7 6,7 6,7 6,8 6,7 7,3 7,3 6,9
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 329 348 364 382 402 423 445 468 495 524
Per Kapita
Elastisitas 1,9 1,5 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -153 -137 -128 -117 -42 -30 -16 -2 18 17 -59
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW -153 -137 -128 -117 -42 -30 -16 -2 16 34
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 298 292 292 292 228 228 227 226 240 256
Lampiran IV.32
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,3
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.141 1.225 1.315 1.413 1.520 1.635 1.761 1.896 2.044 2.206
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,3 7,4 7,4 7,5 7,5 7,6 7,7 7,7 7,8 7,9 7,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 556 589 625 664 705 750 799 851 908 969
Per Kapita
Elastisitas 1,3 1,3 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 22 20 21 26 26 27 44 40 39 36 -14
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 56 76 97 123 149 175 220 259 298 334
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 274 293 314 336 360 386 414 445 478 514
Lampiran IV.33
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,93 1,88 1,83 1,78 1,74 1,70 1,65 1,61 1,57 1,55 1,7
Rasio Elektrifikasi % 97,39 99,85 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 446 478 510 551 595 643 695 752 819 893
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,8 7,2 6,7 7,9 8,1 8,1 8,1 8,1 9,0 9,0 8,0
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 329 348 364 382 402 423 445 468 495 524
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 4 8 8 10 17 12 13 14 17 20 14
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 4 12 20 29 46 58 71 85 101 121
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 113 121 128 138 149 161 174 187 204 222
Lampiran IV.33
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,5
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 974 1.062 1.159 1.265 1.381 1.509 1.649 1.803 1.972 2.158
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 9,0 9,1 9,1 9,2 9,2 9,2 9,3 9,3 9,4 9,4 8,6
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 669 719 773 832 896 966 1.042 1.124 1.214 1.311
Per Kapita
Elastisitas 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 22 22 25 26 29 32 34 41 41 44 23
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 143 164 189 215 244 276 310 351 392 436
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 241 263 286 311 339 370 403 440 480 524
Lampiran IV.34
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,1 2,0 2,0 1,9 2,2
Rasio Elektrifikasi % 97,1 99,4 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 580 619 661 710 764 825 892 965 1.048 1.140
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 6,4 6,7 6,9 7,3 7,7 7,9 8,1 8,3 8,6 8,8 7,8
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 619 645 673 707 745 787 833 884 941 1.004
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 22 8 9 10 12 13 14 16 18 19 13
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 22 30 39 49 61 74 88 104 121 141
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 128 136 145 155 167 179 194 209 227 246
Lampiran IV.34
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 1,0
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 1.241 1.353 1.475 1.609 1.756 1.915 2.089 2.278 2.483 2.707
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 8,9 9,0 9,0 9,1 9,1 9,1 9,1 9,0 9,0 9,0 8,4
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.073 1.148 1.229 1.317 1.413 1.516 1.627 1.745 1.873 2.009
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 21 23 26 28 31 33 36 39 43 47 23
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 162 185 211 239 270 303 340 379 422 469
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 267 291 317 345 375 409 445 485 527 574
Lampiran IV.35
Inflasi % 4,0 4,0 4,0 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,7
Pertumbuhan Penduduk % 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,3 1,3 1,5
Rasio Elektrifikasi % 78,32 99,61 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 2.304 2.464 2.637 2.824 3.026 3.244 3.479 3.733 4.012 4.316
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,1 7,0 7,0 7,1 7,2 7,2 7,2 7,3 7,5 7,6 7,2
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 693 729 768 809 854 902 953 1.008 1.069 1.136
Per Kapita
Elastisitas 1,3 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 1,1
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 30 35 38 41 44 48 52 55 60 67 49
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 30 64 102 143 187 235 286 341 402 468
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 452 487 525 565 610 657 709 764 824 890
Lampiran IV.35
Inflasi % 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,3 3,3 3,6
Pertumbuhan Penduduk % 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 1,3
Rasio Elektrifikasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL PROYEKSI
Kebutuhan Energi Listrik GWh 4.648 5.010 5.405 5.839 6.313 6.833 7.404 8.031 8.721 9.482
Pertumbuhan Kebutuhan Energi
% 7,7 7,8 7,9 8,0 8,1 8,2 8,4 8,5 8,6 8,7 7,7
Listrik
Konsumsi Energi Listrik
kWh 1.208 1.286 1.372 1.466 1.568 1.680 1.803 1.938 2.085 2.246
Per Kapita
Elastisitas 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 73 196 145 93 102 113 122 133 146 161 89
(Pertahun)
Kebutuhan Tambahan Kapasitas
MW 541 737 882 974 1.076 1.189 1.312 1.445 1.591 1.752
(Kumulatif)
Kapasitas Pembangkit (DMN) MW 962 1.039 1.125 1.217 1.319 1.430 1.552 1.685 1.831 1.992
LAMPIRAN V.1 PRAKIRAAN KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
INDONESIA
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 273.972 294.060 315.115 340.946 368.591 398.225 429.918 464.249 503.321 545.515
- Rumah Tangga GWh 103.871 112.267 120.606 130.833 141.721 153.332 165.727 178.987 194.216 210.605
- Bisnis GWh 43.797 46.671 49.930 53.914 58.380 63.309 68.680 74.508 81.111 88.344
- Publik GWh 15.701 16.801 17.977 19.263 20.654 22.140 23.711 25.391 27.279 29.309
- Industri GWh 110.603 118.321 126.601 136.936 147.836 159.443 171.800 185.364 200.714 217.257
Pertumbuhan % 7,5 7,3 7,2 8,2 8,1 8,0 8,0 8,0 8,4 8,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,4 14,2 14,1 14,0 13,9 13,9 13,9 13,8 13,7 13,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,4 9,2 9,1 9,0 8,9 8,9 8,9 8,8 8,7 8,7
Produksi GWh 319.912 342.559 366.799 396.241 428.199 462.373 499.059 538.575 583.534 632.047
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 40.517 43.414 46.498 50.241 54.304 58.650 63.315 68.332 74.046 80.210
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 54.698 58.609 62.773 67.825 73.311 79.177 85.476 92.249 99.962 108.284
Kapasitas exsisting *) MW 52.550 52.166 52.049 51.878 51.719 50.327 48.640 48.015 47.304 46.532
- Sistem PLN MW 48.033 47.649 47.531 47.360 47.202 45.873 44.186 43.561 43.351 42.625
- Sistem Non PLN MW 4.518 4.518 4.518 4.518 4.518 4.454 4.454 4.454 3.953 3.907
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 2.148 6.443 10.724 15.947 21.591 28.850 36.835 44.234 52.658 61.752
- Sistem PLN MW 1.858 5.816 9.737 14.566 19.785 26.589 34.097 40.986 48.837 57.353
- Sistem Non PLN MW 290 627 987 1.381 1.807 2.262 2.738 3.248 3.821 4.399
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 2.148 4.295 4.281 5.223 5.644 7.259 7.985 7.399 8.424 9.094
- Sistem PLN MW 1.858 3.958 3.921 4.830 5.218 6.804 7.508 6.889 7.851 8.515
- Sistem Non PLN MW 290 337 360 394 426 455 476 509 573 578
Total Kapasitas MW 54.698 58.609 62.773 67.825 73.311 79.177 85.476 92.249 99.962 108.284
- Sistem PLN MW 49.890 53.465 57.268 61.927 66.987 72.462 78.283 84.547 92.189 99.978
- Sistem Non PLN MW 4.808 5.144 5.505 5.898 6.324 6.716 7.192 7.702 7.773 8.306
Kebutuhan GWh 591.086 640.356 693.661 751.150 813.022 879.704 951.567 1.029.049 1.113.096 1.204.416
- Rumah Tangga GWh 228.247 247.253 267.743 289.836 313.640 339.315 367.018 396.916 429.281 464.374
- Bisnis GWh 96.230 104.820 114.169 124.279 135.249 147.146 160.050 174.042 189.297 205.966
- Publik GWh 31.497 33.851 36.390 39.160 42.163 45.426 48.972 52.824 57.031 61.638
- Industri GWh 235.111 254.432 275.360 297.876 321.969 347.818 375.528 405.268 437.487 472.438
Pertumbuhan % 8,4 8,3 8,3 8,3 8,2 8,2 8,2 8,1 8,2 8,2
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,6 13,6 13,5 13,5 13,4 13,3 13,3 13,2 13,2 13,1
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,6 8,6 8,5 8,5 8,4 8,3 8,3 8,2 8,2 8,1
Produksi GWh 684.401 740.962 802.109 868.004 938.870 1.015.192 1.097.385 1.185.944 1.281.946 1.386.193
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 86.862 94.045 101.809 110.176 119.179 128.877 139.325 150.585 162.792 176.046
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 117.263 126.961 137.442 148.738 160.891 173.983 188.088 203.290 219.769 237.662
Kapasitas exsisting *) MW 45.077 44.867 43.114 42.640 42.609 42.528 42.148 41.022 40.939 38.886
- Sistem PLN MW 41.233 41.142 39.880 39.736 39.705 39.624 39.243 38.348 38.264 36.236
- Sistem Non PLN MW 3.844 3.725 3.234 2.904 2.904 2.904 2.904 2.675 2.675 2.650
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 72.186 82.094 94.328 106.098 118.282 131.455 145.941 162.268 178.830 198.776
- Sistem PLN MW 67.167 76.413 87.941 98.979 110.394 122.732 136.310 151.651 167.155 185.941
- Sistem Non PLN MW 5.019 5.681 6.387 7.119 7.888 8.723 9.631 10.617 11.675 12.835
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 10.435 9.908 12.234 11.770 12.184 13.174 14.485 16.327 16.562 19.946
- Sistem PLN MW 9.815 9.246 11.528 11.038 11.415 12.338 13.578 15.341 15.503 18.787
- Sistem Non PLN MW 620 662 705 732 769 835 908 986 1.059 1.159
Total Kapasitas MW 117.263 126.961 137.442 148.738 160.891 173.983 188.088 203.290 219.769 237.662
- Sistem PLN MW 108.401 117.554 127.821 138.715 150.099 162.356 175.553 189.999 205.419 222.177
- Sistem Non PLN MW 8.863 9.407 9.621 10.023 10.792 11.627 12.535 13.291 14.350 15.485
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 2.576 2.772 2.985 3.208 3.454 3.723 4.015 4.332 4.691 5.083
- Rumah Tangga GWh 1.608 1.676 1.744 1.796 1.847 1.899 1.950 2.001 2.055 2.108
- Bisnis GWh 429 489 563 650 752 866 992 1.130 1.283 1.451
- Publik GWh 394 438 482 531 586 645 706 771 851 937
- Industri GWh 145 169 197 230 268 314 367 429 502 587
Pertumbuhan % 6,6 7,6 7,7 7,4 7,7 7,8 7,8 7,9 8,3 8,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,4 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,4 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 78,5 78,8 79,2 79,6 80,0 80,4 80,8 81,2 81,6 82,1
Produksi GWh 3.120 3.348 3.602 3.863 4.157 4.477 4.826 5.200 5.624 6.087
Beban Puncak Neto (Non Coincident ) MW 431 461 493 527 564 604 648 694 747 804
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 582 622 666 711 761 816 874 938 1.009 1.086
Kapasitas exsisting *)
MW 581 581 579 579 574 573 573 573 573 571
- Sistem PLN MW 581 581 579 579 574 573 573 573 573 571
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1 41 88 132 187 243 302 365 436 515
- Sistem PLN MW 1 41 88 132 187 243 302 365 436 515
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 1 40 47 45 55 56 59 63 71 79
- Sistem PLN MW 1 40 47 45 55 56 59 63 71 79
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 582 622 666 711 761 816 874 938 1.009 1.086
- Sistem PLN MW 582 622 666 711 761 816 874 938 1.009 1.086
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 5.512 5.982 6.496 7.064 7.690 8.379 9.141 9.982 10.918 11.960
- Rumah Tangga GWh 2.163 2.217 2.273 2.330 2.388 2.448 2.509 2.572 2.638 2.706
- Bisnis GWh 1.634 1.832 2.048 2.280 2.532 2.803 3.096 3.411 3.751 4.119
- Publik GWh 1.029 1.128 1.234 1.352 1.479 1.617 1.766 1.927 2.102 2.292
- Industri GWh 687 804 941 1.102 1.290 1.511 1.770 2.072 2.427 2.843
Pertumbuhan % 8,4 8,5 8,6 8,7 8,9 9,0 9,1 9,2 9,4 9,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 16,4 16,3 16,2 16,1 16,0 15,9 15,7 15,6 15,5 15,4
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 11,4 11,3 11,2 11,1 11,0 10,9 10,7 10,6 10,5 10,4
Faktor Beban % 82,5 82,9 83,3 83,8 84,2 84,6 85,0 85,5 85,9 86,3
Produksi GWh 6.592 7.144 7.749 8.416 9.150 9.957 10.849 11.833 12.926 14.142
Beban Puncak Neto (Non Coincident ) MW 867 934 1.008 1.090 1.179 1.276 1.383 1.502 1.632 1.777
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.170 1.261 1.361 1.471 1.591 1.723 1.868 2.027 2.203 2.399
Kapasitas exsisting *)
MW 571 571 570 570 569 567 549 536 533 524
- Sistem PLN MW 571 571 570 570 569 567 549 536 533 524
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 599 691 792 901 1.022 1.156 1.319 1.491 1.671 1.875
- Sistem PLN MW 599 691 792 901 1.022 1.156 1.319 1.491 1.671 1.875
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 84 92 101 110 121 134 163 173 179 204
- Sistem PLN MW 84 92 101 110 121 134 163 173 179 204
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 1.170 1.261 1.361 1.471 1.591 1.723 1.868 2.027 2.203 2.399
- Sistem PLN MW 1.170 1.261 1.361 1.471 1.591 1.723 1.868 2.027 2.203 2.399
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 14.242 14.928 15.632 16.498 17.417 18.390 19.420 20.510 21.757 23.086
- Rumah Tangga GWh 5.380 5.818 6.258 6.806 7.383 7.991 8.636 9.315 10.098 10.931
- Bisnis GWh 1.580 1.672 1.778 1.907 2.055 2.222 2.406 2.607 2.831 3.077
- Publik GWh 919 1.000 1.079 1.166 1.259 1.357 1.457 1.562 1.690 1.824
- Industri GWh 6.363 6.437 6.516 6.619 6.720 6.820 6.921 7.025 7.139 7.253
Pertumbuhan % 4,5 4,8 4,7 5,5 5,6 5,6 5,6 5,6 6,1 6,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,6 17,4 17,3 17,1 17,1 17,0 17,0 16,9 16,8 16,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,6 12,4 12,3 12,1 12,1 12,0 12,0 11,9 11,8 11,7
Faktor Beban % 86,2 85,8 85,5 85,1 84,8 84,4 84,1 83,8 83,5 83,2
Produksi GWh 17.289 18.071 18.902 19.912 21.007 22.163 23.394 24.675 26.143 27.705
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 2.176 2.284 2.398 2.537 2.687 2.846 3.016 3.192 3.394 3.610
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 2.937 3.083 3.237 3.425 3.628 3.843 4.071 4.309 4.582 4.873
Kapasitas exsisting *) MW 3.043 2.943 2.863 2.863 2.863 2.501 2.459 2.100 2.100 2.100
- Sistem PLN MW 2.458 2.358 2.278 2.278 2.278 1.916 1.874 1.515 1.515 1.515
- Sistem Non PLN MW 585 585 585 585 585 585 585 585 585 585
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (106) 140 374 562 765 1.342 1.613 2.210 2.483 2.773
- Sistem PLN MW (106) 133 360 538 732 1.300 1.561 2.149 2.411 2.691
- Sistem Non PLN MW - 7 14 23 33 42 51 61 71 82
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (106) 246 234 188 203 577 271 597 273 291
- Sistem PLN MW (106) 239 227 178 194 568 261 587 263 280
- Sistem Non PLN MW - 7 7 9 9 9 9 10 10 11
Kapasitas tahun berjalan MW 3.043 3.083 3.237 3.425 3.628 3.843 4.071 4.309 4.582 4.873
- Sistem PLN MW 2.458 2.491 2.638 2.816 3.010 3.216 3.435 3.663 3.926 4.206
- Sistem Non PLN MW 585 592 599 608 618 627 636 646 656 667
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 24.503 26.012 27.623 29.340 31.168 33.118 35.196 37.411 39.781 42.322
- Rumah Tangga GWh 11.820 12.768 13.781 14.860 16.012 17.243 18.560 19.967 21.476 23.094
- Bisnis GWh 3.347 3.640 3.958 4.301 4.669 5.066 5.491 5.948 6.440 6.970
- Publik GWh 1.967 2.119 2.280 2.456 2.645 2.847 3.064 3.295 3.544 3.813
- Industri GWh 7.369 7.486 7.604 7.723 7.842 7.961 8.080 8.200 8.322 8.445
Pertumbuhan % 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 16,6 16,5 16,4 16,2 16,1 16,0 15,9 15,8 15,7 15,6
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 11,6 11,5 11,4 11,2 11,1 11,0 10,9 10,8 10,7 10,6
Faktor Beban % 83,0 82,7 82,5 82,2 82,0 81,8 81,6 81,4 81,2 81,0
Produksi GWh 29.367 31.136 33.022 35.030 37.166 39.441 41.863 44.441 47.198 50.149
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 3.839 4.083 4.343 4.621 4.916 5.231 5.566 5.923 6.305 6.714
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 5.182 5.512 5.863 6.238 6.637 7.061 7.514 7.996 8.512 9.064
Kapasitas exsisting *) MW 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100
- Sistem PLN MW 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515 1.515
- Sistem Non PLN MW 585 585 585 585 585 585 585 585 585 585
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 3.083 3.412 3.764 4.138 4.537 4.962 5.414 5.896 6.412 6.964
- Sistem PLN MW 2.990 3.309 3.650 4.013 4.401 4.815 5.257 5.728 6.232 6.773
- Sistem Non PLN MW 92 103 114 125 136 147 158 169 180 191
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 309 330 351 374 399 425 453 482 516 552
- Sistem PLN MW 299 319 341 363 388 414 442 471 505 541
- Sistem Non PLN MW 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
Kapasitas tahun berjalan MW 5.182 5.512 5.863 6.238 6.637 7.061 7.514 7.996 8.512 9.064
- Sistem PLN MW 4.505 4.824 5.165 5.528 5.916 6.330 6.771 7.242 7.747 8.288
- Sistem Non PLN MW 677 688 699 710 721 732 743 754 765 776
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 3.769 4.031 4.239 4.473 4.714 4.965 5.229 5.500 5.798 6.110
- Rumah Tangga GWh 1.872 2.046 2.163 2.295 2.432 2.574 2.727 2.882 3.056 3.239
- Bisnis GWh 496 528 561 595 629 664 699 735 771 807
- Publik GWh 306 320 335 350 366 381 397 414 431 449
- Industri GWh 1.095 1.136 1.179 1.233 1.287 1.345 1.406 1.470 1.540 1.615
Pertumbuhan % 8,4 6,9 5,2 5,5 5,4 5,3 5,3 5,2 5,4 5,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,7 14,4 14,3 14,2 14,1 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,7 9,4 9,3 9,2 9,1 9,1 9,0 8,9 8,8 8,7
Faktor Beban % 82,6 82,4 82,3 82,2 82,2 82,1 82,1 82,0 81,9 81,9
Produksi GWh 4.417 4.711 4.948 5.213 5.490 5.777 6.082 6.390 6.728 7.080
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 580 620 652 687 725 763 804 845 890 938
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 783 837 880 928 978 1.030 1.085 1.141 1.202 1.266
Kapasitas exsisting *) MW 661 661 661 661 661 661 661 661 661 491
- Sistem PLN MW 653 653 653 653 653 653 653 653 653 483
- Sistem Non PLN MW 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 122 176 219 267 317 369 425 480 542 776
- Sistem PLN MW 122 176 219 266 316 367 422 477 538 771
- Sistem Non PLN MW 0 1 1 1 2 2 3 3 4 4
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 122 55 43 48 50 52 55 56 61 234
- Sistem PLN MW 122 54 43 47 50 52 55 55 61 233
- Sistem Non PLN MW 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Kapasitas tahun berjalan MW 783 837 880 928 978 1.030 1.085 1.141 1.202 1.266
- Sistem PLN MW 775 829 872 919 969 1.020 1.075 1.130 1.191 1.254
- Sistem Non PLN MW 8 8 9 9 9 10 10 11 11 12
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 6.434 6.772 7.121 7.489 7.873 8.275 8.697 9.137 9.599 10.097
- Rumah Tangga GWh 3.430 3.629 3.836 4.055 4.286 4.530 4.788 5.058 5.343 5.658
- Bisnis GWh 844 881 917 954 991 1.028 1.064 1.101 1.137 1.173
- Publik GWh 467 486 506 526 547 569 592 616 640 665
- Industri GWh 1.693 1.776 1.862 1.953 2.048 2.148 2.253 2.363 2.479 2.601
Pertumbuhan % 5,3 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,2
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2 13,1 13,0 12,9 12,8 12,6
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,6 8,5 8,4 8,3 8,2 8,1 8,0 7,9 7,8 7,6
Faktor Beban % 81,8 81,8 81,7 81,7 81,6 81,6 81,5 81,5 81,4 81,4
Produksi GWh 7.447 7.828 8.222 8.636 9.068 9.520 9.992 10.485 11.002 11.559
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 987 1.038 1.091 1.147 1.205 1.266 1.329 1.396 1.465 1.541
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.333 1.402 1.473 1.548 1.626 1.709 1.794 1.884 1.978 2.080
Kapasitas exsisting *) MW 489 489 489 489 489 489 489 489 489 489
- Sistem PLN MW 481 481 481 481 481 481 481 481 481 481
- Sistem Non PLN MW 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 843 912 984 1.059 1.137 1.219 1.305 1.395 1.489 1.591
- Sistem PLN MW 839 907 978 1.052 1.130 1.211 1.297 1.385 1.479 1.579
- Sistem Non PLN MW 5 5 6 7 7 8 9 10 10 11
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 68 69 71 75 78 82 86 90 94 102
- Sistem PLN MW 67 68 71 74 78 81 85 89 93 101
- Sistem Non PLN MW 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kapasitas tahun berjalan MW 1.333 1.402 1.473 1.548 1.626 1.709 1.794 1.884 1.978 2.080
- Sistem PLN MW 1.320 1.389 1.459 1.534 1.611 1.693 1.778 1.867 1.960 2.061
- Sistem Non PLN MW 12 13 14 14 15 16 16 17 18 19
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 10.487 12.520 14.607 17.138 19.838 22.748 25.885 29.345 33.306 37.628
- Rumah Tangga GWh 2.721 2.955 3.283 3.733 4.310 5.014 5.853 6.828 7.960 9.257
- Bisnis GWh 1.092 1.223 1.375 1.574 1.806 2.072 2.374 2.720 3.141 3.624
- Publik GWh 465 535 608 696 798 912 1.037 1.178 1.360 1.565
- Industri GWh 6.210 7.807 9.341 11.134 12.925 14.749 16.622 18.620 20.845 23.183
Pertumbuhan % 24,3 19,4 16,7 17,3 15,8 14,7 13,8 13,4 13,5 13,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,5 17,3 17,2 17,0 17,0 16,9 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,5 12,3 12,2 12,0 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 89,9 90,7 91,1 91,4 91,4 91,3 91,1 90,9 90,7 90,4
Produksi GWh 12.710 15.130 17.633 20.650 23.887 27.370 31.130 35.246 39.953 45.080
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.533 1.809 2.099 2.451 2.834 3.251 3.705 4.205 4.778 5.406
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 2.070 2.442 2.833 3.309 3.826 4.389 5.002 5.676 6.450 7.298
Kapasitas exsisting *) MW 1.466 1.445 1.425 1.405 1.386 1.367 1.349 1.331 1.314 1.297
- Sistem PLN MW 829 808 788 768 749 730 712 694 677 660
- Sistem Non PLN MW 637 637 637 637 637 637 637 637 637 637
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 604 997 1.408 1.904 2.440 3.021 3.653 4.345 5.136 6.001
- Sistem PLN MW 358 524 717 957 1.239 1.561 1.926 2.335 2.809 3.341
- Sistem Non PLN MW 246 473 691 946 1.201 1.460 1.727 2.011 2.327 2.660
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 604 393 412 495 536 581 631 692 791 865
- Sistem PLN MW 358 166 193 240 282 322 365 408 475 532
- Sistem Non PLN MW 246 227 218 255 255 259 266 284 316 332
Kapasitas tahun berjalan MW 2.070 2.442 2.833 3.309 3.826 4.389 5.002 5.676 6.450 7.298
- Sistem PLN MW 1.187 1.332 1.505 1.726 1.988 2.291 2.638 3.029 3.486 4.001
- Sistem Non PLN MW 883 1.110 1.328 1.583 1.838 2.097 2.364 2.648 2.964 3.297
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 42.347 47.509 53.156 59.295 65.947 73.168 81.001 89.502 98.794 108.963
- Rumah Tangga GWh 10.723 12.368 14.200 16.225 18.452 20.894 23.560 26.466 29.626 33.056
- Bisnis GWh 4.179 4.818 5.556 6.388 7.337 8.418 9.647 11.044 12.646 14.484
- Publik GWh 1.798 2.061 2.360 2.708 3.105 3.559 4.077 4.664 5.337 6.106
- Industri GWh 25.647 28.261 31.041 33.975 37.052 40.297 43.717 47.328 51.185 55.316
Pertumbuhan % 12,5 12,2 11,9 11,5 11,2 10,9 10,7 10,5 10,4 10,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 16,4 16,3 16,2 16,1 16,0 15,9 15,8 15,7 15,6 15,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 11,4 11,3 11,2 11,1 11,0 10,9 10,8 10,7 10,6 10,5
Faktor Beban % 90,2 89,9 89,7 89,4 89,2 88,9 88,7 88,5 88,3 88,1
Produksi GWh 50.668 56.772 63.440 70.677 78.506 86.992 96.184 106.145 117.017 128.900
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 6.093 6.847 7.673 8.572 9.547 10.607 11.757 13.006 14.371 15.863
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 8.226 9.244 10.359 11.572 12.889 14.320 15.872 17.559 19.400 21.415
Kapasitas exsisting *) MW 1.280 1.264 1.249 1.233 1.218 1.204 1.190 1.176 1.162 1.149
- Sistem PLN MW 643 627 612 596 581 567 553 539 525 512
- Sistem Non PLN MW 637 637 637 637 637 637 637 637 637 637
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 6.946 7.979 9.110 10.339 11.670 13.116 14.683 16.383 18.238 20.265
- Sistem PLN MW 3.936 4.598 5.333 6.145 7.039 8.022 9.103 10.290 11.596 13.036
- Sistem Non PLN MW 3.010 3.382 3.777 4.194 4.632 5.093 5.579 6.093 6.641 7.229
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 945 1.034 1.131 1.229 1.332 1.445 1.567 1.700 1.855 2.027
- Sistem PLN MW 594 662 735 812 894 984 1.081 1.186 1.307 1.440
- Sistem Non PLN MW 350 372 395 417 438 461 486 513 548 588
Kapasitas tahun berjalan MW 8.226 9.244 10.359 11.572 12.889 14.320 15.872 17.559 19.400 21.415
- Sistem PLN MW 4.579 5.225 5.945 6.741 7.620 8.589 9.656 10.829 12.122 13.549
- Sistem Non PLN MW 3.647 4.019 4.414 4.831 5.269 5.730 6.216 6.730 7.278 7.866
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.410 1.611 1.825 2.067 2.330 2.614 2.919 3.242 3.595 3.975
- Rumah Tangga GWh 872 986 1.092 1.205 1.322 1.443 1.570 1.701 1.845 1.999
- Bisnis GWh 307 359 426 506 599 703 817 940 1.075 1.222
- Publik GWh 108 131 159 193 231 274 320 370 423 480
- Industri GWh 123 136 148 162 178 194 212 231 252 274
Pertumbuhan % 13,8 14,2 13,3 13,3 12,7 12,2 11,7 11,1 10,9 10,6
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 18,5 18,3 18,2 18,0 18,0 17,9 17,8 17,7 17,6 17,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 13,5 13,3 13,2 13,0 13,0 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5
Faktor Beban % 78,9 79,0 79,1 79,3 79,5 79,7 79,9 80,0 80,2 80,3
Produksi GWh 1.730 1.971 2.230 2.521 2.840 3.183 3.553 3.941 4.365 4.820
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 238 271 306 345 387 433 482 534 590 651
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 321 365 413 465 523 585 651 721 797 879
Kapasitas exsisting *) MW 519 519 519 519 519 519 508 478 449 447
- Sistem PLN MW 519 519 519 519 519 519 508 478 449 447
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (198) (153) (106) (53) 4 66 143 242 348 432
- Sistem PLN MW (198) (153) (106) (53) 4 66 143 242 348 432
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (198) (153) (106) (53) 58 62 77 100 106 83
- Sistem PLN MW (198) (153) (106) (53) 58 62 77 100 106 83
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 519 519 519 519 523 585 651 721 797 879
- Sistem PLN MW 519 519 519 519 523 585 651 721 797 879
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 4.381 4.816 5.280 5.776 6.306 6.873 7.480 8.131 8.830 9.582
- Rumah Tangga GWh 2.162 2.335 2.519 2.714 2.923 3.146 3.386 3.644 3.921 4.219
- Bisnis GWh 1.381 1.553 1.739 1.941 2.158 2.393 2.647 2.921 3.220 3.544
- Publik GWh 540 603 668 737 808 882 958 1.037 1.119 1.203
- Industri GWh 299 326 354 384 417 452 489 528 570 615
Pertumbuhan % 10,2 9,9 9,6 9,4 9,2 9,0 8,8 8,7 8,6 8,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,4 17,3 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 80,5 80,6 80,7 80,8 80,9 80,9 81,0 81,1 81,1 81,2
Produksi GWh 5.306 5.824 6.378 6.968 7.597 8.270 8.989 9.759 10.584 11.471
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 715 784 857 935 1.019 1.108 1.203 1.305 1.415 1.532
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 966 1.058 1.157 1.263 1.375 1.496 1.625 1.762 1.910 2.069
Kapasitas exsisting *) MW 447 446 445 444 443 443 443 441 440 440
- Sistem PLN MW 447 446 445 444 443 443 443 441 440 440
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 519 613 713 819 932 1.053 1.181 1.322 1.470 1.629
- Sistem PLN MW 519 613 713 819 932 1.053 1.181 1.322 1.470 1.629
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 87 94 100 107 113 120 129 140 148 159
- Sistem PLN MW 87 94 100 107 113 120 129 140 148 159
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 966 1.058 1.157 1.263 1.375 1.496 1.625 1.762 1.910 2.069
- Sistem PLN MW 966 1.058 1.157 1.263 1.375 1.496 1.625 1.762 1.910 2.069
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 6.122 6.737 7.376 8.175 9.023 9.927 10.890 11.923 13.109 14.381
- Rumah Tangga GWh 3.462 3.856 4.255 4.745 5.264 5.815 6.401 7.024 7.739 8.504
- Bisnis GWh 1.023 1.110 1.206 1.327 1.458 1.600 1.753 1.917 2.106 2.311
- Publik GWh 437 475 515 560 609 662 720 782 853 929
- Industri GWh 1.200 1.295 1.400 1.543 1.692 1.850 2.016 2.200 2.411 2.637
Pertumbuhan % 13,0 10,0 9,5 10,8 10,4 10,0 9,7 9,5 9,9 9,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 18,5 18,3 18,2 18,0 18,0 17,9 17,8 17,7 17,6 17,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 13,5 13,3 13,2 13,0 13,0 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5
Faktor Beban % 80,7 80,5 80,5 80,4 80,3 80,3 80,3 80,2 80,2 80,2
Produksi GWh 7.511 8.241 9.013 9.970 10.997 12.089 13.256 14.494 15.916 17.438
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.010 1.110 1.215 1.345 1.484 1.633 1.791 1.959 2.152 2.358
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.363 1.498 1.640 1.815 2.004 2.204 2.418 2.645 2.905 3.184
Kapasitas exsisting *) MW 1.903 1.903 1.903 1.902 1.902 1.902 1.902 1.785 1.785 1.785
- Sistem PLN MW 1.875 1.875 1.875 1.875 1.875 1.875 1.874 1.758 1.758 1.758
- Sistem Non PLN MW 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (540) (405) (263) (87) 102 302 516 860 1.120 1.398
- Sistem PLN MW (540) (405) (263) (87) 99 297 508 848 1.104 1.379
- Sistem Non PLN MW - - - - 3 5 8 12 15 19
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (540) (405) (263) (87) 188 201 214 343 260 279
- Sistem PLN MW (540) (405) (263) (87) 186 198 211 340 257 275
- Sistem Non PLN MW - - - - 3 3 3 3 4 4
Kapasitas tahun berjalan MW 1.903 1.903 1.903 1.902 2.004 2.204 2.418 2.645 2.905 3.184
- Sistem PLN MW 1.875 1.875 1.875 1.875 1.974 2.171 2.382 2.606 2.862 3.137
- Sistem Non PLN MW 27 27 27 27 30 33 36 39 43 47
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 15.746 17.211 18.784 20.470 22.276 24.211 26.285 28.508 30.900 33.477
- Rumah Tangga GWh 9.322 10.197 11.132 12.133 13.204 14.351 15.580 16.896 18.307 19.823
- Bisnis GWh 2.533 2.772 3.031 3.308 3.607 3.929 4.276 4.649 5.054 5.492
- Publik GWh 1.012 1.103 1.201 1.308 1.426 1.553 1.693 1.844 2.009 2.189
- Industri GWh 2.879 3.140 3.421 3.721 4.039 4.377 4.736 5.119 5.530 5.972
Pertumbuhan % 9,5 9,3 9,1 9,0 8,8 8,7 8,6 8,5 8,4 8,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,4 17,3 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 80,2 80,2 80,2 80,2 80,2 80,1 80,1 80,1 80,1 80,1
Produksi GWh 19.068 20.816 22.689 24.694 26.838 29.132 31.587 34.214 37.039 40.076
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 2.579 2.816 3.070 3.341 3.631 3.942 4.274 4.630 5.013 5.424
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 3.482 3.802 4.144 4.510 4.902 5.322 5.770 6.251 6.767 7.322
Kapasitas exsisting *) MW 1.785 1.784 1.783 1.783 1.782 1.737 1.737 1.700 1.700 1.700
- Sistem PLN MW 1.758 1.757 1.755 1.755 1.755 1.710 1.710 1.672 1.672 1.672
- Sistem Non PLN MW 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.697 2.017 2.361 2.728 3.120 3.584 4.033 4.551 5.067 5.622
- Sistem PLN MW 1.673 1.989 2.328 2.689 3.076 3.534 3.977 4.488 4.997 5.544
- Sistem Non PLN MW 24 28 33 39 44 50 57 63 71 78
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 298 321 344 366 392 464 449 518 516 555
- Sistem PLN MW 294 316 339 361 387 458 443 511 509 547
- Sistem Non PLN MW 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8
Kapasitas tahun berjalan MW 3.482 3.802 4.144 4.510 4.902 5.322 5.770 6.251 6.767 7.322
- Sistem PLN MW 3.431 3.746 4.083 4.444 4.831 5.244 5.687 6.160 6.669 7.216
- Sistem Non PLN MW 51 56 61 66 71 77 84 91 98 106
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 921 977 1.033 1.095 1.161 1.230 1.303 1.379 1.463 1.552
- Rumah Tangga GWh 651 689 724 763 804 847 893 939 991 1.046
- Bisnis GWh 136 146 157 171 185 200 215 232 250 270
- Publik GWh 71 74 78 81 85 89 93 97 101 105
- Industri GWh 63 68 73 80 87 95 103 112 121 132
Pertumbuhan % 7,0 6,1 5,7 6,0 6,0 6,0 5,9 5,8 6,1 6,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 18,5 18,3 18,2 18,0 18,0 17,9 17,8 17,7 17,6 17,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 13,5 13,3 13,2 13,0 13,0 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5
Faktor Beban % 77,5 77,6 77,6 77,7 77,8 77,9 77,9 78,0 78,1 78,1
Produksi GWh 1.130 1.195 1.262 1.336 1.415 1.498 1.586 1.677 1.776 1.882
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 158 167 176 186 197 209 221 233 247 261
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 213 226 238 252 266 282 298 315 333 353
Kapasitas exsisting *) MW 277 277 277 277 277 277 277 277 276 276
- Sistem PLN MW 277 277 277 277 277 277 277 277 276 276
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (64) (52) (39) (26) (11) 5 21 38 57 76
- Sistem PLN MW (64) (52) (39) (26) (11) 5 21 38 57 76
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (64) (52) (39) (26) (11) 16 16 17 19 20
- Sistem PLN MW (64) (52) (39) (26) (11) 16 16 17 19 20
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 277 277 277 277 277 282 298 315 333 353
- Sistem PLN MW 277 277 277 277 277 282 298 315 333 353
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.646 1.746 1.850 1.960 2.077 2.201 2.333 2.472 2.620 2.777
- Rumah Tangga GWh 1.103 1.164 1.228 1.296 1.368 1.444 1.524 1.610 1.701 1.797
- Bisnis GWh 291 313 336 361 387 414 444 475 507 542
- Publik GWh 109 113 117 122 126 131 135 140 144 149
- Industri GWh 143 155 168 182 197 213 230 248 267 288
Pertumbuhan % 6,1 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,4 17,3 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 78,2 78,3 78,3 78,4 78,4 78,5 78,5 78,6 78,6 78,7
Produksi GWh 1.994 2.111 2.234 2.365 2.503 2.649 2.803 2.967 3.140 3.324
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 277 293 309 327 346 366 387 410 433 458
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 373 395 418 442 467 494 523 553 585 619
Kapasitas exsisting *) MW 276 275 275 274 274 272 270 268 267 267
- Sistem PLN MW 276 275 275 274 274 272 270 268 267 267
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 97 120 143 168 193 222 253 285 318 352
- Sistem PLN MW 97 120 143 168 193 222 253 285 318 352
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 21 23 23 25 26 28 31 32 33 34
- Sistem PLN MW 21 23 23 25 26 28 31 32 33 34
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 373 395 418 442 467 494 523 553 585 619
- Sistem PLN MW 373 395 418 442 467 494 523 553 585 619
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 4.532 4.973 5.426 5.951 6.506 7.091 7.713 8.365 9.084 9.849
- Rumah Tangga GWh 2.757 3.015 3.264 3.558 3.858 4.168 4.496 4.834 5.213 5.613
- Bisnis GWh 521 599 690 791 901 1.019 1.142 1.270 1.405 1.546
- Publik GWh 336 373 414 461 512 569 632 703 781 868
- Industri GWh 918 986 1.058 1.142 1.235 1.335 1.443 1.559 1.685 1.822
Pertumbuhan % 10,8 9,7 9,1 9,7 9,3 9,0 8,8 8,5 8,6 8,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 20,5 20,3 20,2 20,0 20,0 19,9 19,9 19,8 19,7 19,6
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 15,5 15,3 15,2 15,0 15,0 14,9 14,9 14,8 14,7 14,6
Faktor Beban % 80,1 80,1 80,2 80,2 80,2 80,3 80,3 80,4 80,5 80,5
Produksi GWh 5.702 6.238 6.799 7.443 8.130 8.855 9.627 10.427 11.308 12.244
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 772 844 920 1.007 1.099 1.196 1.299 1.406 1.524 1.649
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.042 1.140 1.242 1.359 1.484 1.615 1.754 1.898 2.058 2.226
Kapasitas exsisting *) MW 854 854 853 853 853 838 838 838 838 838
- Sistem PLN MW 839 839 839 839 839 823 823 823 823 823
- Sistem Non PLN MW 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 188 286 389 506 630 777 916 1.060 1.220 1.389
- Sistem PLN MW 187 284 385 501 624 769 906 1.049 1.206 1.372
- Sistem Non PLN MW 1 2 3 5 6 8 10 12 14 16
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 188 98 102 117 125 146 140 144 159 169
- Sistem PLN MW 187 97 101 116 123 145 138 142 157 167
- Sistem Non PLN MW 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
Kapasitas tahun berjalan MW 1.042 1.140 1.242 1.359 1.484 1.615 1.754 1.898 2.058 2.226
- Sistem PLN MW 1.026 1.123 1.224 1.339 1.463 1.592 1.730 1.872 2.029 2.195
- Sistem Non PLN MW 16 17 18 19 21 23 25 27 29 31
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 10.660 11.519 12.430 13.401 14.433 15.532 16.703 17.951 19.283 20.708
- Rumah Tangga GWh 6.032 6.473 6.937 7.429 7.949 8.501 9.087 9.708 10.366 11.065
- Bisnis GWh 1.693 1.846 2.006 2.172 2.345 2.525 2.714 2.911 3.119 3.337
- Publik GWh 965 1.073 1.193 1.326 1.474 1.639 1.822 2.025 2.252 2.504
- Industri GWh 1.969 2.127 2.295 2.474 2.665 2.867 3.080 3.306 3.547 3.803
Pertumbuhan % 8,2 8,1 7,9 7,8 7,7 7,6 7,5 7,5 7,4 7,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,5 19,3 19,2 19,1 19,0 18,9 18,8 18,7 18,6 18,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,5 14,3 14,2 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5
Faktor Beban % 80,6 80,6 80,7 80,7 80,8 80,8 80,9 80,9 81,0 81,0
Produksi GWh 13.234 14.283 15.392 16.572 17.824 19.157 20.574 22.083 23.690 25.407
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.781 1.921 2.069 2.226 2.393 2.570 2.759 2.960 3.173 3.401
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 2.405 2.594 2.793 3.005 3.230 3.470 3.724 3.995 4.284 4.592
Kapasitas exsisting *) MW 838 838 838 838 838 838 838 838 838 838
- Sistem PLN MW 823 823 823 823 823 823 823 823 823 823
- Sistem Non PLN MW 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.567 1.756 1.956 2.168 2.393 2.632 2.887 3.158 3.446 3.754
- Sistem PLN MW 1.548 1.734 1.931 2.140 2.362 2.598 2.849 3.116 3.401 3.704
- Sistem Non PLN MW 19 22 24 28 31 34 38 42 46 50
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 179 189 200 212 225 239 255 271 289 308
- Sistem PLN MW 176 186 197 209 222 236 251 267 284 304
- Sistem Non PLN MW 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
Kapasitas tahun berjalan MW 2.405 2.594 2.793 3.005 3.230 3.470 3.724 3.995 4.284 4.592
- Sistem PLN MW 2.371 2.557 2.754 2.963 3.185 3.421 3.672 3.939 4.224 4.527
- Sistem Non PLN MW 34 36 39 42 45 49 52 56 60 65
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.226 1.334 1.446 1.584 1.731 1.888 2.056 2.239 2.451 2.682
- Rumah Tangga GWh 677 734 788 851 916 982 1.051 1.123 1.204 1.288
- Bisnis GWh 195 213 233 257 284 313 345 381 422 467
- Publik GWh 82 90 99 110 121 133 146 160 178 196
- Industri GWh 272 297 326 367 411 459 513 575 648 730
Pertumbuhan % 9,4 8,9 8,4 9,6 9,3 9,1 8,9 8,9 9,5 9,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,5 13,3 13,2 13,1 13,0 12,9 12,9 12,8 12,7 12,6
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,5 8,3 8,2 8,1 8,0 7,9 7,9 7,8 7,7 7,6
Faktor Beban % 81,1 81,2 81,3 81,4 81,6 81,8 82,0 82,2 82,5 82,7
Produksi GWh 1.418 1.539 1.666 1.822 1.990 2.169 2.361 2.567 2.808 3.068
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 190 206 222 243 264 288 312 339 369 402
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 256 278 300 328 357 388 422 457 499 543
Kapasitas exsisting *) MW 289 289 282 282 282 282 282 282 282 275
- Sistem PLN MW 289 289 282 282 282 282 282 282 282 275
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (33) (12) 18 45 75 106 139 175 217 268
- Sistem PLN MW (33) (12) 18 45 75 106 139 175 217 268
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (33) (12) 29 27 29 31 33 36 41 51
- Sistem PLN MW (33) (12) 29 27 29 31 33 36 41 51
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 289 289 300 328 357 388 422 457 499 543
- Sistem PLN MW 289 289 300 328 357 388 422 457 499 543
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 2.933 3.207 3.507 3.835 4.192 4.582 5.009 5.476 6.035 6.657
- Rumah Tangga GWh 1.376 1.469 1.567 1.670 1.778 1.892 2.012 2.140 2.282 2.433
- Bisnis GWh 517 573 635 703 779 864 958 1.063 1.180 1.312
- Publik GWh 217 239 263 290 320 352 387 426 468 514
- Industri GWh 823 926 1.042 1.172 1.316 1.475 1.652 1.849 2.105 2.397
Pertumbuhan % 9,4 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 10,2 10,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,5 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,8 11,7 11,6 11,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,5 7,4 7,3 7,2 7,1 7,0 6,8 6,7 6,6 6,5
Faktor Beban % 82,9 83,2 83,5 83,7 84,0 84,3 84,5 84,8 85,1 85,4
Produksi GWh 3.351 3.660 3.997 4.366 4.767 5.204 5.682 6.205 6.829 7.524
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 438 477 519 565 615 670 729 794 870 955
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 592 644 701 763 831 904 984 1.072 1.175 1.290
Kapasitas exsisting *) MW 275 275 274 267 267 267 264 254 249 249
- Sistem PLN MW 275 275 274 267 267 267 264 254 249 249
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 316 369 427 496 564 638 721 817 926 1.041
- Sistem PLN MW 316 369 427 496 564 638 721 817 926 1.041
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 48 53 58 70 68 73 83 97 109 115
- Sistem PLN MW 48 53 58 70 68 73 83 97 109 115
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 592 644 701 763 831 904 984 1.072 1.175 1.290
- Sistem PLN MW 592 644 701 763 831 904 984 1.072 1.175 1.290
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 4.329 4.888 5.324 5.885 6.503 7.185 7.924 8.753 9.730 10.811
- Rumah Tangga GWh 1.407 1.722 1.885 2.091 2.325 2.587 2.877 3.207 3.606 4.056
- Bisnis GWh 1.356 1.462 1.583 1.739 1.915 2.112 2.328 2.569 2.853 3.169
- Publik GWh 197 216 238 262 288 318 350 384 423 468
- Industri GWh 1.369 1.488 1.618 1.793 1.975 2.168 2.370 2.593 2.847 3.118
Pertumbuhan % 15,0 12,9 8,9 10,5 10,5 10,5 10,3 10,5 11,2 11,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,5 17,3 17,2 17,0 17,0 16,9 16,8 16,7 16,6 16,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,5 12,3 12,2 12,0 12,0 11,9 11,8 11,7 11,6 11,5
Faktor Beban % 85,6 85,0 85,0 85,0 84,9 84,9 84,8 84,7 84,6 84,5
Produksi GWh 5.247 5.907 6.426 7.090 7.830 8.644 9.530 10.513 11.672 12.952
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 665 753 820 905 1.000 1.105 1.219 1.346 1.496 1.663
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 898 1.017 1.107 1.222 1.350 1.491 1.646 1.817 2.020 2.245
Kapasitas exsisting *) MW 963 960 960 960 959 959 959 942 800 800
- Sistem PLN MW 227 224 224 224 223 223 223 206 188 188
- Sistem Non PLN MW 736 736 736 736 736 736 736 736 612 612
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (66) 57 147 261 391 532 687 876 1.220 1.444
- Sistem PLN MW (66) (7) 13 34 65 104 149 218 426 516
- Sistem Non PLN MW - 63 133 227 326 429 538 657 794 928
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (66) 123 90 115 130 141 154 189 344 225
- Sistem PLN MW (66) 59 20 20 32 38 45 69 207 91
- Sistem Non PLN MW - 63 70 94 98 103 109 119 137 134
Kapasitas tahun berjalan MW 963 1.017 1.107 1.222 1.350 1.491 1.646 1.817 2.020 2.245
- Sistem PLN MW 227 218 238 258 289 327 372 424 614 705
- Sistem Non PLN MW 736 799 869 963 1.061 1.165 1.274 1.393 1.406 1.540
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 12.009 13.344 14.831 16.459 18.254 20.233 22.413 24.819 27.501 30.492
- Rumah Tangga GWh 4.564 5.141 5.797 6.527 7.347 8.267 9.300 10.459 11.774 13.265
- Bisnis GWh 3.520 3.913 4.353 4.831 5.359 5.940 6.581 7.286 8.070 8.942
- Publik GWh 516 570 628 692 763 840 925 1.018 1.120 1.231
- Industri GWh 3.409 3.720 4.054 4.410 4.786 5.185 5.607 6.056 6.538 7.054
Pertumbuhan % 11,1 11,1 11,1 11,0 10,9 10,8 10,8 10,7 10,8 10,9
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 16,4 16,3 16,2 16,1 16,0 15,9 15,8 15,7 15,6 15,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 11,4 11,3 11,2 11,1 11,0 10,9 10,8 10,7 10,6 10,5
Faktor Beban % 84,4 84,2 84,1 83,9 83,8 83,6 83,5 83,3 83,1 83,0
Produksi GWh 14.369 15.945 17.700 19.619 21.731 24.055 26.614 29.435 32.574 36.071
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.847 2.053 2.283 2.535 2.813 3.120 3.458 3.832 4.250 4.716
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 2.494 2.772 3.082 3.422 3.798 4.212 4.669 5.174 5.737 6.366
Kapasitas exsisting *) MW 800 800 800 667 667 667 664 467 467 425
- Sistem PLN MW 188 188 188 188 188 188 185 174 174 156
- Sistem Non PLN MW 612 612 612 479 479 479 479 293 293 268
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.694 1.972 2.282 2.755 3.130 3.545 4.005 4.707 5.270 5.941
- Sistem PLN MW 622 747 892 1.190 1.391 1.620 1.884 2.378 2.733 3.181
- Sistem Non PLN MW 1.071 1.225 1.390 1.566 1.740 1.925 2.121 2.329 2.537 2.761
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 249 278 310 473 375 414 460 702 563 671
- Sistem PLN MW 106 124 145 298 201 229 264 494 355 448
- Sistem Non PLN MW 143 154 165 176 174 185 196 208 208 223
Kapasitas tahun berjalan MW 2.494 2.772 3.082 3.422 3.798 4.212 4.669 5.174 5.737 6.366
- Sistem PLN MW 811 935 1.081 1.378 1.579 1.808 2.069 2.552 2.907 3.337
- Sistem Non PLN MW 1.683 1.837 2.002 2.044 2.218 2.403 2.599 2.622 2.830 3.029
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 32.982 34.442 35.988 37.873 39.876 42.000 44.242 46.613 49.273 52.103
- Rumah Tangga GWh 13.558 14.393 15.206 16.201 17.216 18.257 19.331 20.443 21.722 23.067
- Bisnis GWh 12.121 12.522 13.002 13.579 14.250 15.008 15.849 16.768 17.780 18.889
- Publik GWh 2.867 2.975 3.102 3.238 3.382 3.530 3.681 3.836 3.997 4.161
- Industri GWh 4.436 4.552 4.678 4.855 5.029 5.205 5.380 5.566 5.774 5.985
Pertumbuhan % 4,2 4,4 4,5 5,2 5,3 5,3 5,3 5,4 5,7 5,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,1 12,8 12,8 12,6 12,5 12,5 12,4 12,4 12,3 12,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,1 7,8 7,8 7,6 7,5 7,5 7,4 7,4 7,3 7,3
Faktor Beban % 82,3 82,2 82,1 82,0 81,9 81,9 81,8 81,8 81,7 81,6
Produksi GWh 37.943 39.517 41.248 43.330 45.594 47.986 50.526 53.204 56.208 59.402
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 4.999 5.214 5.449 5.730 6.036 6.357 6.698 7.057 7.461 7.890
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 6.748 7.039 7.356 7.736 8.148 8.582 9.043 9.528 10.072 10.651
Kapasitas exsisting *) MW 4.563 4.563 4.563 4.563 4.563 4.293 4.293 4.293 4.169 4.169
- Sistem PLN MW 4.563 4.563 4.563 4.563 4.563 4.293 4.293 4.293 4.169 4.169
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 2.186 2.477 2.793 3.173 3.585 4.290 4.750 5.235 5.904 6.483
- Sistem PLN MW 2.186 2.477 2.793 3.173 3.585 4.290 4.750 5.235 5.904 6.483
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 2.186 291 316 380 412 704 461 485 669 579
- Sistem PLN MW 2.186 291 316 380 412 704 461 485 669 579
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 6.748 7.039 7.356 7.736 8.148 8.582 9.043 9.528 10.072 10.651
- Sistem PLN MW 6.748 7.039 7.356 7.736 8.148 8.582 9.043 9.528 10.072 10.651
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 55.109 58.300 61.685 65.280 69.091 73.135 77.429 81.987 86.848 92.042
- Rumah Tangga GWh 24.483 25.977 27.555 29.233 31.013 32.905 34.918 37.058 39.347 41.801
- Bisnis GWh 20.097 21.402 22.808 24.318 25.939 27.675 29.537 31.531 33.671 35.970
- Publik GWh 4.330 4.502 4.678 4.859 5.043 5.232 5.426 5.623 5.826 6.033
- Industri GWh 6.199 6.419 6.643 6.870 7.096 7.322 7.548 7.775 8.005 8.238
Pertumbuhan % 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,9 5,9 5,9 5,9 6,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,2 12,2 12,1 12,1 12,0 12,0 11,9 11,9 11,8 11,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,2 7,2 7,1 7,1 7,0 7,0 6,9 6,9 6,8 6,8
Faktor Beban % 81,6 81,6 81,5 81,5 81,4 81,4 81,4 81,3 81,3 81,2
Produksi GWh 62.793 66.391 70.206 74.256 78.546 83.096 87.925 93.049 98.510 104.342
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 8.345 8.828 9.340 9.884 10.460 11.071 11.721 12.410 13.145 13.931
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 11.266 11.918 12.609 13.343 14.121 14.946 15.823 16.754 17.746 18.806
Kapasitas exsisting *) MW 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 2.586 2.586 2.586
- Sistem PLN MW 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 3.286 2.586 2.586 2.586
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 7.980 8.632 9.323 10.057 10.835 11.661 12.537 14.168 15.160 16.221
- Sistem PLN MW 7.980 8.632 9.323 10.057 10.835 11.661 12.537 14.168 15.160 16.221
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 1.498 652 691 734 778 826 877 1.631 992 1.060
- Sistem PLN MW 1.498 652 691 734 778 826 877 1.631 992 1.060
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 11.266 11.918 12.609 13.343 14.121 14.946 15.823 16.754 17.746 18.806
- Sistem PLN MW 11.266 11.918 12.609 13.343 14.121 14.946 15.823 16.754 17.746 18.806
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 60.818 65.383 70.337 76.408 82.953 90.017 97.616 105.899 115.291 125.465
- Rumah Tangga GWh 19.387 21.156 22.984 25.297 27.722 30.277 32.966 35.836 39.159 42.697
- Bisnis GWh 5.402 5.761 6.184 6.702 7.300 7.969 8.704 9.504 10.403 11.396
- Publik GWh 1.813 1.958 2.120 2.299 2.495 2.710 2.945 3.201 3.480 3.784
- Industri GWh 34.217 36.508 39.050 42.110 45.436 49.061 53.001 57.357 62.248 67.587
Pertumbuhan % 7,5 7,5 7,6 8,6 8,6 8,5 8,4 8,5 8,9 8,8
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,3 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7 11,7 11,6 11,6 11,5
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,3 7,1 7,0 6,9 6,8 6,7 6,7 6,6 6,6 6,5
Faktor Beban % 88,5 88,4 88,3 88,2 88,1 88,0 88,0 87,9 87,9 87,9
Produksi GWh 69.376 74.385 79.939 86.685 94.052 101.986 110.547 119.860 130.416 141.844
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 8.500 9.128 9.820 10.663 11.581 12.568 13.631 14.783 16.093 17.508
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 11.476 12.323 13.257 14.395 15.635 16.967 18.401 19.958 21.725 23.636
Kapasitas exsisting *) MW 6.892 6.892 6.892 6.892 6.892 6.892 6.873 6.798 6.798 6.798
- Sistem PLN MW 6.256 6.256 6.256 6.256 6.256 6.256 6.238 6.162 6.162 6.162
- Sistem Non PLN MW 636 636 636 636 636 636 636 636 636 636
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 4.584 5.431 6.365 7.503 8.743 10.075 11.528 13.160 14.928 16.838
- Sistem PLN MW 4.542 5.344 6.228 7.306 8.480 9.740 11.114 12.660 14.331 16.136
- Sistem Non PLN MW 42 87 137 198 264 335 413 500 597 702
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 4.584 847 934 1.139 1.240 1.332 1.453 1.632 1.768 1.911
- Sistem PLN MW 4.542 802 884 1.078 1.174 1.260 1.375 1.546 1.671 1.805
- Sistem Non PLN MW 42 45 50 61 66 72 78 86 97 106
Kapasitas tahun berjalan MW 11.476 12.323 13.257 14.395 15.635 16.967 18.401 19.958 21.725 23.636
- Sistem PLN MW 10.798 11.600 12.483 13.561 14.735 15.996 17.352 18.822 20.493 22.298
- Sistem Non PLN MW 677 723 773 834 900 971 1.049 1.136 1.232 1.338
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 136.484 148.427 161.369 175.349 190.409 206.636 224.109 242.924 263.247 285.203
- Rumah Tangga GWh 46.471 50.508 54.829 59.449 64.379 69.648 75.279 81.299 87.757 94.690
- Bisnis GWh 12.483 13.665 14.950 16.341 17.844 19.468 21.221 23.113 25.159 27.377
- Publik GWh 4.115 4.475 4.867 5.294 5.757 6.262 6.811 7.408 8.058 8.765
- Industri GWh 73.415 79.779 86.723 94.266 102.428 111.258 120.797 131.104 142.274 154.372
Pertumbuhan % 8,8 8,8 8,7 8,7 8,6 8,5 8,5 8,4 8,4 8,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 11,5 11,4 11,4 11,3 11,3 11,2 11,2 11,1 11,1 11,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 6,5 6,4 6,4 6,3 6,3 6,2 6,2 6,1 6,1 6,0
Faktor Beban % 87,8 87,8 87,9 87,9 87,9 87,9 87,9 88,0 88,0 88,0
Produksi GWh 154.215 167.615 182.128 197.794 214.661 232.824 252.368 273.402 296.108 320.624
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 19.038 20.692 22.482 24.412 26.488 28.721 31.123 33.705 36.492 39.499
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 25.701 27.935 30.351 32.956 35.758 38.773 42.016 45.502 49.264 53.323
Kapasitas exsisting *) MW 6.798 6.798 6.365 6.328 6.328 6.328 6.328 6.328 6.328 6.328
- Sistem PLN MW 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162 6.162
- Sistem Non PLN MW 636 636 204 167 167 167 167 167 167 167
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 18.903 21.137 23.985 26.627 29.430 32.445 35.687 39.174 42.936 46.995
- Sistem PLN MW 18.086 20.193 22.904 25.435 28.119 31.007 34.112 37.450 41.050 44.935
- Sistem Non PLN MW 818 944 1.081 1.193 1.311 1.438 1.576 1.724 1.885 2.060
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 2.065 2.234 2.848 2.642 2.802 3.015 3.242 3.487 3.762 4.059
- Sistem PLN MW 1.950 2.108 2.711 2.531 2.685 2.888 3.105 3.338 3.600 3.885
- Sistem Non PLN MW 115 126 137 112 118 127 138 149 161 174
Kapasitas tahun berjalan MW 25.701 27.935 30.351 32.956 35.758 38.773 42.016 45.502 49.264 53.323
- Sistem PLN MW 24.248 26.355 29.066 31.596 34.281 37.169 40.273 43.612 47.212 51.097
- Sistem Non PLN MW 1.454 1.580 1.285 1.359 1.477 1.605 1.742 1.891 2.052 2.226
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 24.287 26.340 28.590 31.554 34.756 38.232 41.985 46.158 51.063 56.434
- Rumah Tangga GWh 11.150 11.950 12.820 13.976 15.226 16.582 18.045 19.652 21.559 23.646
- Bisnis GWh 2.855 3.079 3.320 3.623 3.949 4.297 4.667 5.060 5.512 5.995
- Publik GWh 1.637 1.719 1.805 1.898 1.999 2.108 2.223 2.346 2.481 2.629
- Industri GWh 8.645 9.593 10.646 12.057 13.582 15.245 17.051 19.099 21.511 24.164
Pertumbuhan % 8,5 8,5 8,5 10,4 10,1 10,0 9,8 9,9 10,6 10,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,1 12,9 12,8 12,6 12,6 12,5 12,5 12,4 12,4 12,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,1 7,9 7,8 7,6 7,6 7,5 7,5 7,4 7,4 7,3
Faktor Beban % 83,9 84,1 84,2 84,4 84,6 84,8 84,9 85,0 85,2 85,3
Produksi GWh 27.956 30.239 32.788 36.122 39.762 43.706 47.977 52.714 58.283 64.376
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 3.614 3.901 4.221 4.640 5.097 5.592 6.128 6.722 7.420 8.183
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 4.878 5.266 5.698 6.263 6.881 7.550 8.273 9.075 10.017 11.048
Kapasitas exsisting *) MW 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.185
- Sistem PLN MW 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.237 6.185
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (1.359) (971) (539) 26 644 1.312 2.036 2.837 3.780 4.863
- Sistem PLN MW (1.359) (971) (539) 26 644 1.312 2.036 2.837 3.780 4.863
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (1.359) (971) (539) 565 617 669 724 801 942 1.083
- Sistem PLN MW (1.359) (971) (539) 565 617 669 724 801 942 1.083
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 6.237 6.237 6.237 6.263 6.881 7.550 8.273 9.075 10.017 11.048
- Sistem PLN MW 6.237 6.237 6.237 6.263 6.881 7.550 8.273 9.075 10.017 11.048
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 62.320 68.784 75.892 83.638 92.032 101.153 111.051 121.781 133.525 146.428
- Rumah Tangga GWh 25.934 28.448 31.214 34.246 37.562 41.192 45.166 49.522 54.312 59.579
- Bisnis GWh 6.511 7.063 7.655 8.281 8.950 9.662 10.421 11.228 12.095 13.027
- Publik GWh 2.788 2.961 3.146 3.346 3.562 3.794 4.044 4.312 4.600 4.910
- Industri GWh 27.086 30.311 33.878 37.765 41.958 46.505 51.420 56.719 62.518 68.912
Pertumbuhan % 10,4 10,4 10,3 10,2 10,0 9,9 9,8 9,7 9,6 9,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,3 12,2 12,2 12,1 12,1 12,0 12,0 11,9 11,9 11,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,3 7,2 7,2 7,1 7,1 7,0 7,0 6,9 6,9 6,8
Faktor Beban % 85,4 85,5 85,6 85,7 85,8 85,9 85,9 85,9 86,0 86,0
Produksi GWh 71.050 78.375 86.426 95.192 104.686 114.996 126.177 138.290 151.540 166.090
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 9.019 9.937 10.945 12.043 13.233 14.526 15.930 17.453 19.120 20.950
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 12.176 13.415 14.775 16.257 17.864 19.611 21.506 23.562 25.812 28.282
Kapasitas exsisting *) MW 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 4.863
- Sistem PLN MW 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 6.185 4.863
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 5.991 7.230 8.590 10.073 11.679 13.426 15.321 17.377 19.627 23.419
- Sistem PLN MW 5.991 7.230 8.590 10.073 11.679 13.426 15.321 17.377 19.627 23.419
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 1.129 1.238 1.361 1.482 1.607 1.746 1.895 2.056 2.250 3.792
- Sistem PLN MW 1.129 1.238 1.361 1.482 1.607 1.746 1.895 2.056 2.250 3.792
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 12.176 13.415 14.775 16.257 17.864 19.611 21.506 23.562 25.812 28.282
- Sistem PLN MW 12.176 13.415 14.775 16.257 17.864 19.611 21.506 23.562 25.812 28.282
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 3.045 3.217 3.394 3.619 3.856 4.105 4.366 4.640 4.958 5.295
- Rumah Tangga GWh 1.686 1.777 1.871 1.991 2.118 2.251 2.391 2.538 2.709 2.890
- Bisnis GWh 727 783 842 916 995 1.080 1.170 1.265 1.375 1.492
- Publik GWh 366 384 400 418 437 456 474 493 516 540
- Industri GWh 265 273 282 294 306 318 330 344 358 374
Pertumbuhan % 10,6 5,7 5,5 6,6 6,6 6,5 6,4 6,3 6,9 6,8
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,1 12,9 12,8 12,6 12,6 12,5 12,5 12,4 12,4 12,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,1 7,9 7,8 7,6 7,6 7,5 7,5 7,4 7,4 7,3
Faktor Beban % 79,8 79,8 79,8 79,8 79,8 79,8 79,8 79,8 79,7 79,7
Produksi GWh 3.505 3.693 3.893 4.142 4.411 4.693 4.989 5.299 5.660 6.040
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 476 502 529 563 600 638 678 720 770 822
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
Kapasitas exsisting *) MW - - - - - - - - - -
- Sistem PLN MW - - - - - - - - - -
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
- Sistem PLN MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 643 35 37 46 49 52 54 57 66 70
- Sistem PLN MW 643 35 37 46 49 52 54 57 66 70
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
- Sistem PLN MW 643 678 714 760 810 861 916 973 1.039 1.109
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 5.651 6.028 6.426 6.850 7.300 7.777 8.284 8.821 9.378 9.973
- Rumah Tangga GWh 3.082 3.284 3.499 3.727 3.970 4.228 4.502 4.793 5.094 5.416
- Bisnis GWh 1.617 1.751 1.894 2.047 2.211 2.386 2.574 2.774 2.982 3.206
- Publik GWh 563 587 611 636 662 688 715 742 771 800
- Industri GWh 389 405 422 440 457 475 493 512 531 551
Pertumbuhan % 6,7 6,7 6,6 6,6 6,6 6,5 6,5 6,5 6,3 6,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,3 12,2 12,2 12,1 12,1 12,0 12,0 11,9 11,9 11,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,3 7,2 7,2 7,1 7,1 7,0 7,0 6,9 6,9 6,8
Faktor Beban % 79,7 79,7 79,7 79,7 79,7 79,7 79,7 79,7 79,6 79,6
Produksi GWh 6.443 6.868 7.318 7.797 8.304 8.842 9.412 10.016 10.643 11.312
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 876 934 996 1.061 1.130 1.203 1.281 1.364 1.449 1.541
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
Kapasitas exsisting *) MW - - - - - - - - - -
- Sistem PLN MW - - - - - - - - - -
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
- Sistem PLN MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 74 78 83 88 93 99 105 111 115 123
- Sistem PLN MW 74 78 83 88 93 99 105 111 115 123
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
- Sistem PLN MW 1.183 1.261 1.344 1.432 1.526 1.625 1.730 1.841 1.956 2.080
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 38.156 40.216 42.374 45.014 47.767 50.652 53.687 56.898 60.486 64.282
- Rumah Tangga GWh 13.834 14.728 15.636 16.740 17.892 19.102 20.384 21.728 23.256 24.880
- Bisnis GWh 4.636 4.926 5.239 5.607 6.014 6.455 6.932 7.439 8.001 8.613
- Publik GWh 2.205 2.324 2.445 2.569 2.694 2.820 2.948 3.078 3.208 3.340
- Industri GWh 17.480 18.238 19.054 20.098 21.167 22.275 23.423 24.653 26.020 27.449
Pertumbuhan % 5,4 5,4 5,4 6,2 6,1 6,0 6,0 6,0 6,3 6,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,9 12,7 12,6 12,4 12,4 12,3 12,3 12,2 12,2 12,1
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,9 7,7 7,6 7,4 7,4 7,3 7,3 7,2 7,2 7,1
Faktor Beban % 86,6 86,4 86,4 86,3 86,2 86,1 86,0 86,0 85,9 85,8
Produksi GWh 43.809 46.052 48.473 51.400 54.510 57.760 61.194 64.817 68.866 73.145
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 5.489 5.777 6.087 6.461 6.858 7.274 7.713 8.177 8.695 9.244
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 7.410 7.799 8.217 8.722 9.259 9.820 10.413 11.039 11.739 12.479
Kapasitas exsisting *) MW 8.697 8.447 8.447 8.447 8.447 7.753 6.201 6.201 6.201 5.745
- Sistem PLN MW 8.570 8.320 8.320 8.320 8.320 7.690 6.138 6.138 6.138 5.681
- Sistem Non PLN MW 127 127 127 127 127 64 64 64 64 64
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (1.287) (648) (230) 275 812 2.066 4.212 4.837 5.537 6.734
- Sistem PLN MW (1.287) (648) (230) 268 797 2.045 4.186 4.806 5.501 6.693
- Sistem Non PLN MW - - - 7 14 22 26 31 36 41
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (1.287) (648) (230) 505 536 1.255 2.146 625 700 1.197
- Sistem PLN MW (1.287) (648) (230) 498 529 1.247 2.141 621 695 1.191
- Sistem Non PLN MW - - - 7 7 7 4 5 5 5
Kapasitas tahun berjalan MW 8.697 8.447 8.447 8.722 9.259 9.820 10.413 11.039 11.739 12.479
- Sistem PLN MW 8.570 8.320 8.320 8.588 9.117 9.734 10.323 10.944 11.639 12.374
- Sistem Non PLN MW 127 127 127 134 142 85 90 94 100 105
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 68.292 72.530 77.007 81.751 86.761 92.059 97.666 103.604 109.913 116.621
- Rumah Tangga GWh 26.603 28.432 30.371 32.450 34.670 37.044 39.585 42.304 45.210 48.319
- Bisnis GWh 9.272 9.977 10.730 11.538 12.406 13.336 14.335 15.405 16.554 17.791
- Publik GWh 3.472 3.604 3.737 3.870 4.004 4.137 4.270 4.402 4.534 4.665
- Industri GWh 28.945 30.517 32.168 33.892 35.681 37.542 39.477 41.494 43.615 45.845
Pertumbuhan % 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,1 12,0 12,0 11,9 11,9 11,8 11,8 11,7 11,7 11,6
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,1 7,0 7,0 6,9 6,9 6,8 6,8 6,7 6,7 6,6
Faktor Beban % 85,7 85,7 85,6 85,5 85,4 85,4 85,3 85,2 85,1 85,0
Produksi GWh 77.664 82.437 87.475 92.812 98.444 104.397 110.692 117.356 124.431 131.950
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 9.824 10.436 11.083 11.770 12.496 13.264 14.078 14.942 15.859 16.835
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 13.262 14.089 14.963 15.890 16.869 17.907 19.006 20.171 21.409 22.727
Kapasitas exsisting *) MW 5.681 5.681 4.461 4.461 4.459 4.458 4.157 4.155 4.155 4.155
- Sistem PLN MW 5.681 5.681 4.461 4.461 4.459 4.458 4.157 4.155 4.155 4.155
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 7.580 8.408 10.501 11.428 12.410 13.449 14.849 16.016 17.254 18.572
- Sistem PLN MW 7.533 8.358 10.449 11.373 12.352 13.388 14.785 15.949 17.184 18.497
- Sistem Non PLN MW 47 50 52 55 58 61 64 67 71 75
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 846 827 2.094 927 982 1.038 1.401 1.167 1.238 1.317
- Sistem PLN MW 841 825 2.091 924 979 1.035 1.398 1.163 1.235 1.314
- Sistem Non PLN MW 6 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Kapasitas tahun berjalan MW 13.262 14.089 14.963 15.890 16.869 17.907 19.006 20.171 21.409 22.727
- Sistem PLN MW 13.215 14.039 14.910 15.834 16.811 17.846 18.942 20.104 21.338 22.652
- Sistem Non PLN MW 47 50 52 55 58 61 64 67 71 75
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 26.757 28.350 30.107 32.392 34.819 37.404 40.147 43.149 46.584 50.280
- Rumah Tangga GWh 4.690 4.949 5.229 5.605 6.009 6.443 6.907 7.412 8.006 8.650
- Bisnis GWh 2.709 2.902 3.125 3.403 3.720 4.072 4.458 4.880 5.368 5.913
- Publik GWh 520 532 544 555 567 578 589 600 611 621
- Industri GWh 18.838 19.967 21.209 22.829 24.522 26.311 28.193 30.257 32.599 35.097
Pertumbuhan % 5,1 6,0 6,2 7,6 7,5 7,4 7,3 7,5 8,0 7,9
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,0 11,8 11,7 11,6 11,5 11,4 11,4 11,4 11,3 11,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,0 6,8 6,7 6,6 6,5 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3
Faktor Beban % 92,9 92,9 92,9 92,9 92,9 92,9 92,9 92,9 92,9 92,8
Produksi GWh 30.421 32.148 34.105 36.628 39.348 42.239 45.317 48.678 52.523 56.659
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 3.553 3.754 3.982 4.276 4.593 4.931 5.290 5.683 6.134 6.618
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 4.796 5.068 5.375 5.772 6.200 6.656 7.142 7.673 8.280 8.935
Kapasitas exsisting *) MW 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 6.950 6.950
- Sistem PLN MW 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501
- Sistem Non PLN MW 813 813 813 813 813 813 813 813 449 449
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (2.517) (2.246) (1.939) (1.542) (1.113) (658) (172) 359 1.331 1.985
- Sistem PLN MW (2.517) (2.246) (1.939) (1.542) (1.113) (658) (172) 299 1.204 1.814
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - 60 127 171
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (2.517) (2.246) (1.939) (1.542) (1.113) (658) (172) 530 972 654
- Sistem PLN MW (2.517) (2.246) (1.939) (1.542) (1.113) (658) (172) 471 904 610
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - 60 68 44
Kapasitas tahun berjalan MW 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.314 7.673 8.280 8.935
- Sistem PLN MW 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.800 7.705 8.315
- Sistem Non PLN MW 813 813 813 813 813 813 813 872 576 620
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 54.262 58.558 63.201 68.181 73.504 79.202 85.301 91.841 98.910 106.556
- Rumah Tangga GWh 9.347 10.105 10.929 11.819 12.781 13.822 14.946 16.163 17.487 18.929
- Bisnis GWh 6.516 7.183 7.919 8.727 9.616 10.595 11.673 12.857 14.170 15.627
- Publik GWh 631 641 651 660 669 678 687 696 704 712
- Industri GWh 37.767 40.630 43.703 46.975 50.437 54.107 57.995 62.125 66.549 71.289
Pertumbuhan % 7,9 7,9 7,9 7,9 7,8 7,8 7,7 7,7 7,7 7,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 11,2 11,2 11,1 11,1 11,0 11,0 10,9 10,9 10,8 10,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 6,2 6,2 6,1 6,1 6,0 6,0 5,9 5,9 5,8 5,8
Faktor Beban % 92,8 92,8 92,7 92,7 92,6 92,6 92,5 92,5 92,4 92,4
Produksi GWh 61.111 65.913 71.099 76.658 82.596 88.949 95.744 103.027 110.895 119.401
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 7.141 7.705 8.314 8.968 9.668 10.417 11.220 12.081 13.012 14.020
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 9.640 10.402 11.224 12.107 13.052 14.063 15.147 16.309 17.567 18.927
Kapasitas exsisting *) MW 6.950 6.950 6.950 6.950 6.950 6.950 6.950 6.950 6.950 6.290
- Sistem PLN MW 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 6.501 5.841
- Sistem Non PLN MW 449 449 449 449 449 449 449 449 449 449
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 2.690 3.452 4.275 5.158 6.102 7.114 8.197 9.360 10.617 12.638
- Sistem PLN MW 2.472 3.183 3.951 4.777 5.660 6.607 7.621 8.711 9.890 11.827
- Sistem Non PLN MW 218 269 323 381 442 507 576 649 727 811
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 705 761 823 883 944 1.012 1.083 1.163 1.257 2.021
- Sistem PLN MW 658 711 769 825 883 947 1.015 1.090 1.179 1.937
- Sistem Non PLN MW 47 51 54 58 61 65 69 73 78 84
Kapasitas tahun berjalan MW 9.640 10.402 11.224 12.107 13.052 14.063 15.147 16.309 17.567 18.927
- Sistem PLN MW 8.973 9.684 10.452 11.277 12.161 13.108 14.122 15.212 16.391 17.668
- Sistem Non PLN MW 667 718 772 830 891 956 1.025 1.098 1.176 1.259
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 5.399 5.779 6.197 6.686 7.204 7.748 8.317 8.907 9.553 10.233
- Rumah Tangga GWh 2.126 2.254 2.405 2.578 2.765 2.960 3.162 3.369 3.589 3.821
- Bisnis GWh 2.707 2.899 3.100 3.342 3.597 3.867 4.152 4.450 4.784 5.138
- Publik GWh 341 385 435 487 541 597 653 710 770 832
- Industri GWh 225 240 257 279 301 325 350 378 409 442
Pertumbuhan % 6,4 7,0 7,2 7,9 7,7 7,5 7,3 7,1 7,3 7,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,2 11,9 11,8 11,7 11,6 11,6 11,5 11,5 11,4 11,4
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,2 6,9 6,8 6,7 6,6 6,6 6,5 6,5 6,4 6,4
Faktor Beban % 81,6 81,7 81,7 81,7 81,8 81,8 81,8 81,9 81,9 81,9
Produksi GWh 6.146 6.561 7.029 7.570 8.151 8.760 9.399 10.061 10.784 11.546
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 817 871 933 1.004 1.081 1.161 1.246 1.333 1.428 1.528
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.102 1.176 1.259 1.356 1.459 1.568 1.682 1.799 1.928 2.063
Kapasitas exsisting *) MW 794 794 794 794 794 794 794 794 794 794
- Sistem PLN MW 794 794 794 794 794 794 794 794 794 794
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 309 382 466 562 666 774 888 1.006 1.134 1.269
- Sistem PLN MW 309 382 466 562 666 774 888 1.006 1.134 1.269
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 309 74 83 96 104 108 114 118 128 135
- Sistem PLN MW 309 74 83 96 104 108 114 118 128 135
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 1.102 1.176 1.259 1.356 1.459 1.568 1.682 1.799 1.928 2.063
- Sistem PLN MW 1.102 1.176 1.259 1.356 1.459 1.568 1.682 1.799 1.928 2.063
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 10.948 11.697 12.482 13.308 14.176 15.089 16.050 17.059 18.125 19.252
- Rumah Tangga GWh 4.062 4.313 4.573 4.844 5.127 5.423 5.732 6.056 6.395 6.752
- Bisnis GWh 5.511 5.905 6.319 6.758 7.221 7.710 8.226 8.770 9.345 9.955
- Publik GWh 896 963 1.031 1.103 1.178 1.255 1.337 1.421 1.509 1.602
- Industri GWh 478 517 558 603 650 701 755 813 875 942
Pertumbuhan % 7,0 6,8 6,7 6,6 6,5 6,4 6,4 6,3 6,2 6,2
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 11,3 11,3 11,2 11,2 11,1 11,1 11,0 11,0 10,9 10,9
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 6,3 6,3 6,2 6,2 6,1 6,1 6,0 6,0 5,9 5,9
Faktor Beban % 82,0 82,0 82,1 82,1 82,1 82,2 82,2 82,3 82,3 82,3
Produksi GWh 12.345 13.183 14.059 14.981 15.950 16.967 18.037 19.161 20.347 21.599
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.633 1.743 1.858 1.979 2.106 2.239 2.379 2.526 2.681 2.845
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 2.205 2.353 2.508 2.671 2.843 3.023 3.212 3.410 3.620 3.841
Kapasitas exsisting *) MW 663 663 663 663 663 662 662 621 581 581
- Sistem PLN MW 663 663 663 663 663 662 662 621 581 581
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.542 1.690 1.845 2.008 2.180 2.360 2.550 2.789 3.038 3.259
- Sistem PLN MW 1.542 1.690 1.845 2.008 2.180 2.360 2.550 2.789 3.038 3.259
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 272 148 155 163 171 181 189 240 249 221
- Sistem PLN MW 272 148 155 163 171 181 189 240 249 221
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 2.205 2.353 2.508 2.671 2.843 3.023 3.212 3.410 3.620 3.841
- Sistem PLN MW 2.205 2.353 2.508 2.671 2.843 3.023 3.212 3.410 3.620 3.841
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 2.576 2.721 2.817 2.926 3.042 3.166 3.298 3.438 3.595 3.762
- Rumah Tangga GWh 1.211 1.300 1.337 1.376 1.417 1.460 1.505 1.551 1.602 1.656
- Bisnis GWh 375 404 435 474 515 559 606 656 713 774
- Publik GWh 175 185 196 208 220 233 247 262 277 293
- Industri GWh 815 831 848 868 889 914 940 970 1.003 1.040
Pertumbuhan % 6,9 5,6 3,5 3,9 4,0 4,1 4,2 4,2 4,6 4,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 15,3 15,1 15,0 14,8 14,8 14,7 14,7 14,6 14,5 14,4
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 10,3 10,1 10,0 9,8 9,8 9,7 9,7 9,6 9,5 9,4
Faktor Beban % 83,3 83,1 83,1 83,1 83,1 83,2 83,2 83,2 83,3 83,3
Produksi GWh 3.043 3.205 3.314 3.436 3.570 3.713 3.866 4.025 4.204 4.394
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 396 418 433 448 466 484 504 524 547 572
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 535 565 584 605 629 654 680 708 739 772
Kapasitas exsisting *) MW 547 545 545 545 545 545 545 544 544 544
- Sistem PLN MW 438 436 435 435 435 435 435 435 435 435
- Sistem Non PLN MW 109 109 109 109 109 109 109 109 109 109
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (12) 20 39 61 84 109 136 164 194 228
- Sistem PLN MW (12) 18 35 54 74 96 119 143 169 198
- Sistem Non PLN MW - 2 4 7 10 13 17 21 25 30
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (12) 32 19 21 24 25 27 28 31 33
- Sistem PLN MW (12) 30 17 19 21 22 23 24 27 28
- Sistem Non PLN MW - 2 2 3 3 3 4 4 4 5
Kapasitas tahun berjalan MW 547 565 584 605 629 654 680 708 739 772
- Sistem PLN MW 438 453 470 489 510 531 554 578 605 633
- Sistem Non PLN MW 109 111 114 116 119 122 126 130 134 139
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 3.941 4.132 4.336 4.553 4.785 5.032 5.297 5.579 5.881 6.206
- Rumah Tangga GWh 1.713 1.772 1.834 1.899 1.968 2.040 2.117 2.197 2.282 2.373
- Bisnis GWh 839 908 981 1.060 1.143 1.232 1.326 1.426 1.534 1.649
- Publik GWh 310 328 346 366 386 408 430 453 477 503
- Industri GWh 1.080 1.125 1.174 1.228 1.288 1.353 1.424 1.502 1.588 1.681
Pertumbuhan % 4,8 4,8 4,9 5,0 5,1 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,3 14,2 14,1 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,3 9,2 9,1 8,9 8,8 8,7 8,6 8,5 8,4 8,3
Faktor Beban % 83,4 83,5 83,6 83,6 83,7 83,8 83,9 84,0 84,1 84,2
Produksi GWh 4.597 4.813 5.044 5.290 5.553 5.833 6.132 6.451 6.792 7.158
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 598 625 655 686 719 755 793 833 876 922
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 807 844 884 926 971 1.019 1.070 1.125 1.183 1.245
Kapasitas exsisting *) MW 544 544 544 435 435 435 435 435 435 435
- Sistem PLN MW 435 435 435 435 435 435 435 435 435 435
- Sistem Non PLN MW 109 109 109 - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 263 300 340 491 536 584 635 690 748 810
- Sistem PLN MW 227 259 292 436 479 524 571 622 677 735
- Sistem Non PLN MW 35 41 48 55 58 61 64 68 71 76
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 35 37 40 151 45 48 51 54 58 62
- Sistem PLN MW 30 31 33 144 42 45 48 51 54 58
- Sistem Non PLN MW 5 6 7 7 3 3 3 4 4 4
Kapasitas tahun berjalan MW 807 844 884 926 971 1.019 1.070 1.125 1.183 1.245
- Sistem PLN MW 662 694 727 871 913 958 1.006 1.057 1.111 1.169
- Sistem Non PLN MW 145 151 157 55 58 61 64 68 71 76
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.063 1.203 1.301 1.415 1.537 1.666 1.803 1.948 2.116 2.296
- Rumah Tangga GWh 662 760 811 870 931 994 1.059 1.126 1.203 1.283
- Bisnis GWh 252 280 311 351 396 445 498 557 627 705
- Publik GWh 107 113 120 127 135 143 151 159 169 180
- Industri GWh 42 50 58 67 76 85 95 105 116 128
Pertumbuhan % 14,9 13,2 8,1 8,8 8,6 8,4 8,2 8,0 8,6 8,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 12,8 12,6 12,5 12,3 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 7,8 7,6 7,5 7,3 7,3 7,2 7,1 7,0 6,9 6,8
Faktor Beban % 78,4 78,3 78,4 78,6 78,7 78,9 79,0 79,1 79,3 79,4
Produksi GWh 1.219 1.376 1.486 1.614 1.752 1.897 2.053 2.214 2.403 2.603
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 169 191 205 223 241 261 282 303 329 356
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 228 257 277 301 326 352 380 410 444 480
Kapasitas exsisting *) MW 321 321 321 321 261 260 260 259 258 257
- Sistem PLN MW 321 321 321 321 261 260 260 259 258 257
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (94) (64) (44) (20) 65 92 121 151 185 223
- Sistem PLN MW (94) (64) (44) (20) 65 92 121 151 185 223
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (94) (64) (44) (20) 86 27 29 30 34 38
- Sistem PLN MW (94) (64) (44) (20) 86 27 29 30 34 38
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 321 321 321 321 326 352 380 410 444 480
- Sistem PLN MW 321 321 321 321 326 352 380 410 444 480
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 2.488 2.693 2.912 3.149 3.405 3.681 3.979 4.300 4.648 5.026
- Rumah Tangga GWh 1.367 1.454 1.544 1.640 1.740 1.847 1.959 2.077 2.201 2.332
- Bisnis GWh 790 884 988 1.103 1.230 1.370 1.525 1.696 1.886 2.096
- Publik GWh 191 202 214 227 240 254 269 285 301 319
- Industri GWh 140 153 166 180 194 210 226 242 260 278
Pertumbuhan % 8,4 8,2 8,1 8,2 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 11,7 11,6 11,5 11,4 11,3 11,2 11,1 11,0 10,9 10,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 6,7 6,6 6,5 6,4 6,3 6,2 6,1 6,0 5,9 5,8
Faktor Beban % 79,6 79,7 79,8 80,0 80,1 80,2 80,4 80,5 80,6 80,7
Produksi GWh 2.818 3.047 3.290 3.554 3.839 4.145 4.475 4.830 5.215 5.632
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 384 415 447 482 520 560 604 651 702 756
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 519 560 603 651 702 756 815 879 947 1.021
Kapasitas exsisting *) MW 253 253 252 251 250 248 244 241 236 230
- Sistem PLN MW 253 253 252 251 250 248 244 241 236 230
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 265 307 351 400 451 508 571 637 712 791
- Sistem PLN MW 265 307 351 400 451 508 571 637 712 791
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 42 41 44 49 52 57 63 66 74 79
- Sistem PLN MW 42 41 44 49 52 57 63 66 74 79
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 519 560 603 651 702 756 815 879 947 1.021
- Sistem PLN MW 519 560 603 651 702 756 815 879 947 1.021
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 2.414 2.643 2.924 3.264 3.656 4.097 4.585 5.119 5.712 6.362
- Rumah Tangga GWh 1.522 1.663 1.845 2.068 2.329 2.626 2.958 3.325 3.730 4.175
- Bisnis GWh 531 583 644 714 793 879 972 1.071 1.181 1.301
- Publik GWh 197 208 221 237 255 276 299 324 353 385
- Industri GWh 165 189 215 246 280 316 356 399 448 501
Pertumbuhan % 7,2 9,5 10,6 11,6 12,0 12,1 11,9 11,7 11,6 11,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 20,2 20,0 19,9 19,7 19,7 19,6 19,6 19,5 19,3 19,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 15,2 15,0 14,9 14,7 14,7 14,6 14,6 14,5 14,3 14,2
Faktor Beban % 78,6 78,6 78,6 78,6 78,5 78,5 78,4 78,4 78,3 78,3
Produksi GWh 3.025 3.302 3.649 4.066 4.551 5.096 5.699 6.355 7.082 7.878
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 418 456 504 561 628 704 788 879 980 1.091
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 564 615 680 758 848 950 1.064 1.187 1.323 1.473
Kapasitas exsisting *) MW 582 582 582 582 582 582 569 568 568 568
- Sistem PLN MW 582 582 582 582 582 582 569 568 568 568
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (18) 33 98 176 267 369 495 619 755 905
- Sistem PLN MW (18) 33 98 176 267 369 495 619 755 905
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (18) 51 65 78 91 102 126 123 137 150
- Sistem PLN MW (18) 51 65 78 91 102 126 123 137 150
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 582 615 680 758 848 950 1.064 1.187 1.323 1.473
- Sistem PLN MW 582 615 680 758 848 950 1.064 1.187 1.323 1.473
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 7.070 7.837 8.668 9.563 10.526 11.561 12.674 13.867 15.150 16.532
- Rumah Tangga GWh 4.661 5.188 5.758 6.374 7.038 7.752 8.520 9.344 10.230 11.181
- Bisnis GWh 1.430 1.570 1.720 1.882 2.057 2.244 2.445 2.662 2.895 3.148
- Publik GWh 421 461 504 552 605 663 727 796 873 957
- Industri GWh 558 619 685 754 827 903 983 1.065 1.152 1.246
Pertumbuhan % 11,1 10,9 10,6 10,3 10,1 9,8 9,6 9,4 9,2 9,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,1 19,0 18,9 18,8 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2
Faktor Beban % 78,3 78,2 78,2 78,2 78,1 78,1 78,1 78,0 78,0 78,0
Produksi GWh 8.742 9.679 10.690 11.779 12.948 14.204 15.550 16.992 18.539 20.204
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.211 1.342 1.483 1.634 1.797 1.972 2.160 2.361 2.577 2.809
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.635 1.811 2.002 2.206 2.426 2.662 2.916 3.187 3.479 3.792
Kapasitas exsisting *) MW 538 537 534 532 530 530 528 527 527 527
- Sistem PLN MW 538 537 534 532 530 530 528 527 527 527
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 1.097 1.274 1.468 1.674 1.896 2.132 2.388 2.660 2.952 3.266
- Sistem PLN MW 1.097 1.274 1.468 1.674 1.896 2.132 2.388 2.660 2.952 3.266
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 192 177 194 206 222 237 255 273 292 314
- Sistem PLN MW 192 177 194 206 222 237 255 273 292 314
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 1.635 1.811 2.002 2.206 2.426 2.662 2.916 3.187 3.479 3.792
- Sistem PLN MW 1.635 1.811 2.002 2.206 2.426 2.662 2.916 3.187 3.479 3.792
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.276 1.476 1.678 1.887 2.101 2.318 2.538 2.762 3.001 3.249
- Rumah Tangga GWh 844 995 1.144 1.292 1.437 1.579 1.719 1.857 1.994 2.133
- Bisnis GWh 263 283 305 333 364 397 432 470 514 561
- Publik GWh 133 160 188 220 255 295 336 382 437 496
- Industri GWh 37 39 40 43 45 48 50 53 56 60
Pertumbuhan % 13,2 15,7 13,7 12,5 11,3 10,3 9,5 8,8 8,7 8,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 18,7 18,5 18,4 18,2 18,2 18,1 18,1 18,0 17,8 17,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 13,7 13,5 13,4 13,2 13,2 13,1 13,1 13,0 12,8 12,7
Faktor Beban % 77,8 77,6 77,5 77,4 77,4 77,4 77,5 77,5 77,6 77,7
Produksi GWh 1.569 1.810 2.055 2.308 2.567 2.830 3.097 3.366 3.653 3.950
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 219 253 288 323 360 396 433 471 510 551
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 295 342 388 436 486 535 585 635 689 744
Kapasitas exsisting *) MW 483 482 479 479 476 470 469 465 457 454
- Sistem PLN MW 483 482 479 479 476 470 469 465 457 454
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (188) (141) (91) (43) 9 65 116 170 232 290
- Sistem PLN MW (188) (141) (91) (43) 9 65 116 170 232 290
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (188) (141) (91) (43) 52 56 51 54 62 58
- Sistem PLN MW (188) (141) (91) (43) 52 56 51 54 62 58
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 483 482 479 479 486 535 585 635 689 744
- Sistem PLN MW 483 482 479 479 486 535 585 635 689 744
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 3.506 3.773 4.052 4.342 4.644 4.960 5.290 5.633 5.994 6.378
- Rumah Tangga GWh 2.272 2.412 2.555 2.700 2.848 3.000 3.155 3.316 3.482 3.655
- Bisnis GWh 612 667 727 790 858 931 1.009 1.092 1.183 1.280
- Publik GWh 559 626 698 776 858 945 1.036 1.130 1.230 1.337
- Industri GWh 64 67 71 76 80 85 90 95 100 106
Pertumbuhan % 7,9 7,6 7,4 7,2 7,0 6,8 6,7 6,5 6,4 6,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,6 17,5 17,4 17,3 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,6 12,5 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7
Faktor Beban % 77,9 78,0 78,1 78,2 78,3 78,4 78,5 78,6 78,7 78,9
Produksi GWh 4.257 4.575 4.906 5.251 5.610 5.983 6.373 6.778 7.203 7.655
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 593 636 681 728 777 827 880 935 992 1.053
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 800 859 920 983 1.049 1.117 1.188 1.262 1.339 1.421
Kapasitas exsisting *) MW 449 441 438 437 436 436 436 428 425 425
- Sistem PLN MW 449 441 438 437 436 436 436 428 425 425
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 352 418 482 547 613 681 752 834 914 996
- Sistem PLN MW 352 418 482 547 613 681 752 834 914 996
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 62 66 64 65 66 68 71 82 79 83
- Sistem PLN MW 62 66 64 65 66 68 71 82 79 83
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 800 859 920 983 1.049 1.117 1.188 1.262 1.339 1.421
- Sistem PLN MW 800 859 920 983 1.049 1.117 1.188 1.262 1.339 1.421
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 3.282 3.523 3.757 4.013 4.285 4.572 4.877 5.196 5.543 5.911
- Rumah Tangga GWh 1.635 1.758 1.864 1.967 2.072 2.181 2.294 2.409 2.534 2.665
- Bisnis GWh 468 508 551 605 662 723 788 856 935 1.019
- Publik GWh 228 247 269 293 318 345 373 401 432 465
- Industri GWh 951 1.009 1.073 1.148 1.232 1.324 1.423 1.528 1.642 1.763
Pertumbuhan % 7,4 7,3 6,7 6,8 6,8 6,7 6,7 6,5 6,7 6,6
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 18,7 18,5 18,4 18,2 18,2 18,1 18,1 18,0 17,8 17,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 13,7 13,5 13,4 13,2 13,2 13,1 13,1 13,0 12,8 12,7
Faktor Beban % 82,6 82,6 82,6 82,7 82,8 82,9 83,1 83,2 83,3 83,4
Produksi GWh 4.037 4.321 4.603 4.907 5.236 5.583 5.951 6.332 6.747 7.186
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 530 568 604 644 686 730 777 826 878 934
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 715 766 816 869 926 986 1.049 1.115 1.186 1.261
Kapasitas exsisting *) MW 511 511 507 496 496 484 454 454 454 446
- Sistem PLN MW 406 406 402 391 391 379 350 349 349 342
- Sistem Non PLN MW 105 105 105 105 105 105 105 105 105 105
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 205 256 309 373 430 502 595 661 732 815
- Sistem PLN MW 199 243 289 344 392 453 534 588 646 715
- Sistem Non PLN MW 6 13 20 29 38 49 61 73 86 100
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 205 51 54 63 57 72 93 66 71 83
- Sistem PLN MW 199 44 46 55 47 61 81 54 58 69
- Sistem Non PLN MW 6 7 7 9 10 11 11 12 13 14
Kapasitas tahun berjalan MW 715 766 816 869 926 986 1.049 1.115 1.186 1.261
- Sistem PLN MW 605 649 691 735 783 832 884 937 995 1.056
- Sistem Non PLN MW 111 117 125 133 143 154 165 178 191 205
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 6.301 6.710 7.140 7.592 8.067 8.566 9.091 9.643 10.225 10.839
- Rumah Tangga GWh 2.802 2.946 3.097 3.254 3.420 3.594 3.778 3.973 4.178 4.395
- Bisnis GWh 1.108 1.203 1.305 1.413 1.528 1.651 1.782 1.921 2.070 2.231
- Publik GWh 499 535 573 613 655 699 746 795 847 901
- Industri GWh 1.891 2.025 2.166 2.312 2.464 2.622 2.785 2.954 3.130 3.312
Pertumbuhan % 6,6 6,5 6,4 6,3 6,3 6,2 6,1 6,1 6,0 6,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 17,6 17,5 17,4 17,3 17,2 17,1 17,0 16,9 16,8 16,7
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 12,6 12,5 12,4 12,3 12,2 12,1 12,0 11,9 11,8 11,7
Faktor Beban % 83,5 83,6 83,7 83,8 83,9 84,0 84,0 84,1 84,2 84,2
Produksi GWh 7.649 8.136 8.647 9.182 9.743 10.333 10.952 11.603 12.287 13.009
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 993 1.055 1.120 1.188 1.259 1.334 1.413 1.496 1.584 1.676
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.341 1.424 1.512 1.604 1.700 1.801 1.908 2.020 2.138 2.262
Kapasitas exsisting *) MW 446 446 445 290 289 289 288 288 288 288
- Sistem PLN MW 342 342 340 235 235 234 234 234 234 234
- Sistem Non PLN MW 105 105 105 55 55 55 55 55 55 55
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 894 978 1.067 1.314 1.411 1.512 1.620 1.732 1.850 1.974
- Sistem PLN MW 779 847 920 1.150 1.232 1.319 1.411 1.507 1.608 1.715
- Sistem Non PLN MW 115 131 147 164 178 193 209 225 241 258
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 80 84 89 247 97 102 107 112 118 124
- Sistem PLN MW 65 68 73 230 83 87 92 96 101 107
- Sistem Non PLN MW 15 16 16 17 14 15 15 16 17 17
Kapasitas tahun berjalan MW 1.341 1.424 1.512 1.604 1.700 1.801 1.908 2.020 2.138 2.262
- Sistem PLN MW 1.121 1.189 1.260 1.385 1.467 1.554 1.645 1.741 1.842 1.949
- Sistem Non PLN MW 220 235 252 219 233 248 263 279 296 313
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 3.879 4.169 4.484 4.850 5.242 5.663 6.113 6.601 7.143 7.726
- Rumah Tangga GWh 2.000 2.163 2.337 2.523 2.721 2.933 3.160 3.402 3.661 3.938
- Bisnis GWh 803 863 930 1.015 1.108 1.209 1.316 1.432 1.566 1.710
- Publik GWh 326 358 395 437 486 542 606 680 768 869
- Industri GWh 751 785 822 875 927 979 1.031 1.086 1.147 1.209
Pertumbuhan % 7,6 7,5 7,5 8,2 8,1 8,0 7,9 8,0 8,2 8,2
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,9 14,7 14,6 14,5 14,4 14,3 14,3 14,2 14,1 14,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,9 9,7 9,6 9,5 9,4 9,3 9,3 9,2 9,1 9,0
Faktor Beban % 81,4 81,3 81,2 81,2 81,2 81,1 81,1 81,1 81,1 81,1
Produksi GWh 4.561 4.888 5.251 5.670 6.125 6.612 7.134 7.694 8.314 8.983
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 608 652 701 757 818 884 954 1.029 1.112 1.201
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 821 880 947 1.023 1.105 1.193 1.288 1.389 1.501 1.622
Kapasitas exsisting *) MW 1.228 1.228 1.228 1.228 1.228 1.227 1.227 1.227 1.213 1.212
- Sistem PLN MW 1.148 1.148 1.148 1.148 1.148 1.148 1.148 1.147 1.147 1.146
- Sistem Non PLN MW 80 80 80 80 80 80 80 80 66 66
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (407) (347) (281) (205) (123) (34) 60 162 288 410
- Sistem PLN MW (407) (347) (281) (205) (123) (34) 56 153 274 392
- Sistem Non PLN MW - - - - - - 4 9 14 18
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (407) (347) (281) (205) (123) (34) 95 102 126 122
- Sistem PLN MW (407) (347) (281) (205) (123) (34) 91 97 121 118
- Sistem Non PLN MW - - - - - - 4 4 5 4
Kapasitas tahun berjalan MW 1.228 1.228 1.228 1.228 1.228 1.227 1.288 1.389 1.501 1.622
- Sistem PLN MW 1.148 1.148 1.148 1.148 1.148 1.148 1.204 1.301 1.421 1.537
- Sistem Non PLN MW 80 80 80 80 80 80 84 88 80 84
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 8.358 9.043 9.788 10.594 11.470 12.425 13.467 14.607 15.863 17.248
- Rumah Tangga GWh 4.233 4.549 4.886 5.246 5.630 6.041 6.481 6.950 7.451 7.986
- Bisnis GWh 1.866 2.035 2.218 2.411 2.619 2.841 3.079 3.334 3.609 3.908
- Publik GWh 987 1.124 1.283 1.470 1.687 1.942 2.240 2.589 2.998 3.478
- Industri GWh 1.272 1.336 1.402 1.468 1.534 1.601 1.668 1.735 1.805 1.876
Pertumbuhan % 8,2 8,2 8,2 8,2 8,3 8,3 8,4 8,5 8,6 8,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,2 13,1 13,0 12,9
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,9 8,8 8,7 8,6 8,5 8,4 8,2 8,1 8,0 7,9
Faktor Beban % 81,1 81,1 81,1 81,1 81,1 81,2 81,2 81,2 81,2 81,3
Produksi GWh 9.705 10.488 11.338 12.257 13.254 14.339 15.523 16.817 18.240 19.809
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.298 1.402 1.516 1.639 1.772 1.916 2.074 2.246 2.435 2.643
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.752 1.893 2.047 2.212 2.392 2.587 2.800 3.032 3.287 3.568
Kapasitas exsisting *) MW 1.212 1.190 1.188 1.186 1.184 1.180 1.174 1.107 1.106 1.106
- Sistem PLN MW 1.146 1.123 1.122 1.120 1.117 1.113 1.108 1.085 1.084 1.083
- Sistem Non PLN MW 66 66 66 66 66 66 66 22 22 22
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 540 703 858 1.026 1.208 1.407 1.625 1.924 2.181 2.462
- Sistem PLN MW 518 677 827 990 1.167 1.362 1.575 1.870 2.123 2.401
- Sistem Non PLN MW 22 27 31 36 41 45 50 55 58 61
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 130 163 155 167 182 199 218 299 256 281
- Sistem PLN MW 126 159 150 163 178 195 213 295 253 278
- Sistem Non PLN MW 4 4 5 5 5 5 5 5 3 3
Kapasitas tahun berjalan MW 1.752 1.893 2.047 2.212 2.392 2.587 2.800 3.032 3.287 3.568
- Sistem PLN MW 1.663 1.800 1.949 2.110 2.284 2.475 2.683 2.955 3.207 3.484
- Sistem Non PLN MW 89 93 98 102 107 112 116 77 80 83
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 656 730 779 824 869 914 959 1.003 1.050 1.097
- Rumah Tangga GWh 416 469 496 518 539 559 579 598 616 633
- Bisnis GWh 108 119 130 142 154 166 179 191 205 219
- Publik GWh 79 84 89 95 102 108 115 122 130 139
- Industri GWh 52 58 63 69 74 80 86 93 99 106
Pertumbuhan % 60,5 11,4 6,6 5,8 5,5 5,2 4,9 4,7 4,6 4,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,9 14,7 14,6 14,5 14,4 14,3 14,3 14,2 14,1 14,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,9 9,7 9,6 9,5 9,4 9,3 9,3 9,2 9,1 9,0
Faktor Beban % 78,6 78,5 78,6 78,7 78,9 79,0 79,1 79,3 79,4 79,5
Produksi GWh 771 856 912 963 1.015 1.067 1.119 1.170 1.222 1.275
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 106 118 126 133 140 146 153 160 167 174
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 144 160 170 179 188 198 207 216 225 235
Kapasitas exsisting *) MW 53 53 53 53 53 53 53 52 51 49
- Sistem PLN MW 53 53 53 53 53 53 53 52 51 49
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 90 106 117 126 135 145 154 164 174 185
- Sistem PLN MW 90 106 117 126 135 145 154 164 174 185
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 90 16 10 9 10 9 9 10 11 11
- Sistem PLN MW 90 16 10 9 10 9 9 10 11 11
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 144 160 170 179 188 198 207 216 225 235
- Sistem PLN MW 144 160 170 179 188 198 207 216 225 235
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.145 1.194 1.244 1.295 1.348 1.403 1.459 1.517 1.578 1.641
- Rumah Tangga GWh 651 669 686 705 723 743 762 782 803 824
- Bisnis GWh 234 249 265 282 299 316 335 355 375 397
- Publik GWh 148 157 167 178 189 201 213 226 240 255
- Industri GWh 112 119 125 131 137 143 149 154 160 165
Pertumbuhan % 4,4 4,3 4,2 4,1 4,1 4,1 4,0 4,0 4,0 4,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,2 13,1 13,0 12,9
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 8,9 8,8 8,7 8,6 8,5 8,4 8,2 8,1 8,0 7,9
Faktor Beban % 79,7 79,8 79,9 80,1 80,2 80,3 80,4 80,5 80,6 80,6
Produksi GWh 1.329 1.384 1.441 1.499 1.558 1.619 1.682 1.747 1.814 1.884
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 181 188 195 203 211 219 227 235 244 253
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 244 254 264 274 285 295 306 318 330 342
Kapasitas exsisting *) MW 49 49 49 49 48 46 46 46 46 46
- Sistem PLN MW 49 49 49 49 48 46 46 46 46 46
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 195 205 215 225 236 249 260 271 283 296
- Sistem PLN MW 195 205 215 225 236 249 260 271 283 296
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 10 10 10 10 11 12 11 11 12 12
- Sistem PLN MW 10 10 10 10 11 12 11 11 12 12
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 244 254 264 274 285 295 306 318 330 342
- Sistem PLN MW 244 254 264 274 285 295 306 318 330 342
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.651 1.786 1.934 2.121 2.331 2.566 2.832 3.131 3.485 3.890
- Rumah Tangga GWh 818 866 917 980 1.047 1.119 1.195 1.276 1.368 1.467
- Bisnis GWh 414 450 491 538 593 655 724 801 888 987
- Publik GWh 157 165 173 180 188 195 203 211 220 229
- Industri GWh 261 304 354 423 503 597 709 843 1.009 1.207
Pertumbuhan % 8,0 8,2 8,3 9,7 9,9 10,1 10,4 10,5 11,3 11,6
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 20,2 19,9 19,8 19,7 19,6 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 15,2 14,9 14,8 14,7 14,6 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2
Faktor Beban % 81,3 81,6 81,9 82,2 82,6 83,0 83,4 83,8 84,2 84,7
Produksi GWh 2.068 2.231 2.413 2.641 2.900 3.190 3.519 3.885 4.320 4.815
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 276 297 320 348 381 417 458 503 556 617
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 372 400 431 470 514 563 618 679 751 832
Kapasitas exsisting *) MW 382 382 381 261 261 261 261 261 261 261
- Sistem PLN MW 382 382 381 261 261 261 261 261 261 261
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (9) 19 50 209 253 302 357 418 490 572
- Sistem PLN MW (9) 19 50 209 253 302 357 418 490 572
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (9) 28 31 159 44 49 55 61 72 82
- Sistem PLN MW (9) 28 31 159 44 49 55 61 72 82
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 382 400 431 470 514 563 618 679 751 832
- Sistem PLN MW 382 400 431 470 514 563 618 679 751 832
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 4.351 4.876 5.476 6.162 6.947 7.847 8.881 10.070 11.446 13.040
- Rumah Tangga GWh 1.573 1.686 1.806 1.934 2.072 2.219 2.378 2.547 2.729 2.924
- Bisnis GWh 1.096 1.218 1.354 1.504 1.670 1.853 2.055 2.279 2.525 2.798
- Publik GWh 238 247 257 267 277 288 299 310 322 333
- Industri GWh 1.444 1.725 2.059 2.457 2.928 3.487 4.149 4.934 5.870 6.985
Pertumbuhan % 11,8 12,1 12,3 12,5 12,7 13,0 13,2 13,4 13,7 13,9
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,1 19,0 18,9 18,8 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,1
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,1
Faktor Beban % 85,2 85,7 86,2 86,7 87,2 87,7 88,3 88,8 89,3 89,8
Produksi GWh 5.378 6.020 6.751 7.587 8.543 9.637 10.892 12.335 14.001 15.931
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 685 762 850 949 1.062 1.191 1.338 1.507 1.700 1.923
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 924 1.029 1.147 1.281 1.434 1.608 1.807 2.034 2.295 2.596
Kapasitas exsisting *) MW 260 250 250 250 249 247 246 244 243 243
- Sistem PLN MW 260 250 250 250 249 247 246 244 243 243
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 665 779 897 1.031 1.185 1.361 1.561 1.790 2.052 2.353
- Sistem PLN MW 665 779 897 1.031 1.185 1.361 1.561 1.790 2.052 2.353
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 93 114 118 134 154 176 200 228 262 301
- Sistem PLN MW 93 114 118 134 154 176 200 228 262 301
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 924 1.029 1.147 1.281 1.434 1.608 1.807 2.034 2.295 2.596
- Sistem PLN MW 924 1.029 1.147 1.281 1.434 1.608 1.807 2.034 2.295 2.596
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 1.304 1.421 1.541 1.682 1.835 2.000 2.177 2.367 2.589 2.831
- Rumah Tangga GWh 861 920 981 1.055 1.134 1.219 1.311 1.408 1.519 1.639
- Bisnis GWh 198 214 232 255 280 308 338 370 408 449
- Publik GWh 197 226 254 284 316 350 385 422 467 515
- Industri GWh 49 61 74 88 104 123 143 167 196 229
Pertumbuhan % 19,7 9,0 8,4 9,2 9,1 9,0 8,9 8,7 9,4 9,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 20,2 19,9 19,8 19,7 19,6 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 15,2 14,9 14,8 14,7 14,6 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2
Faktor Beban % 77,9 78,1 78,3 78,5 78,6 78,8 78,9 79,1 79,2 79,4
Produksi GWh 1.634 1.775 1.922 2.094 2.283 2.486 2.705 2.938 3.209 3.504
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 228 247 266 289 315 342 372 403 439 479
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 307 333 359 391 425 462 502 544 593 646
Kapasitas exsisting *) MW 332 332 332 330 330 319 319 318 318 317
- Sistem PLN MW 332 332 332 330 330 319 319 318 318 317
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (25) 0 27 61 95 144 183 226 275 329
- Sistem PLN MW (25) 0 27 61 95 144 183 226 275 329
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (25) 26 27 33 34 49 40 42 50 54
- Sistem PLN MW (25) 26 27 33 34 49 40 42 50 54
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 332 333 359 391 425 462 502 544 593 646
- Sistem PLN MW 332 333 359 391 425 462 502 544 593 646
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 3.095 3.382 3.696 4.039 4.415 4.827 5.279 5.774 6.318 6.919
- Rumah Tangga GWh 1.767 1.905 2.052 2.210 2.380 2.562 2.758 2.969 3.196 3.440
- Bisnis GWh 493 542 595 652 713 779 851 928 1.012 1.103
- Publik GWh 567 623 684 752 825 906 994 1.090 1.195 1.310
- Industri GWh 267 313 365 426 497 580 676 787 916 1.066
Pertumbuhan % 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,4 9,4 9,4 9,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,1 19,0 18,9 18,8 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,1
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,1
Faktor Beban % 79,5 79,7 79,9 80,1 80,2 80,4 80,6 80,8 81,0 81,2
Produksi GWh 3.826 4.176 4.557 4.974 5.429 5.928 6.474 7.072 7.729 8.453
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 522 568 619 674 734 799 871 949 1.034 1.128
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 704 767 835 910 991 1.079 1.176 1.281 1.396 1.523
Kapasitas exsisting *) MW 315 302 300 297 296 293 287 280 278 278
- Sistem PLN MW 315 302 300 297 296 293 287 280 278 278
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 389 465 535 612 695 786 888 1.001 1.118 1.246
- Sistem PLN MW 389 465 535 612 695 786 888 1.001 1.118 1.246
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 60 76 70 78 82 91 102 113 117 127
- Sistem PLN MW 60 76 70 78 82 91 102 113 117 127
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 704 767 835 910 991 1.079 1.176 1.281 1.396 1.523
- Sistem PLN MW 704 767 835 910 991 1.079 1.176 1.281 1.396 1.523
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 8.968 9.532 10.138 10.880 11.693 12.575 13.528 14.560 15.739 17.024
- Rumah Tangga GWh 2.969 3.207 3.447 3.739 4.052 4.387 4.745 5.128 5.573 6.053
- Bisnis GWh 1.147 1.257 1.379 1.533 1.702 1.888 2.090 2.310 2.567 2.849
- Publik GWh 523 561 601 644 691 740 793 850 910 975
- Industri GWh 4.330 4.508 4.711 4.963 5.248 5.560 5.900 6.272 6.689 7.148
Pertumbuhan % 6,0 6,3 6,4 7,3 7,5 7,5 7,6 7,6 8,1 8,2
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 21,0 20,8 20,7 20,5 20,5 20,4 20,3 20,2 20,1 20,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 16,0 15,8 15,7 15,5 15,5 15,4 15,3 15,2 15,1 15,0
Faktor Beban % 87,4 87,2 87,0 86,9 86,7 86,6 86,5 86,4 86,3 86,2
Produksi GWh 11.350 12.028 12.778 13.686 14.699 15.795 16.984 18.255 19.707 21.288
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 1.409 1.497 1.593 1.709 1.838 1.978 2.129 2.291 2.476 2.677
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 1.902 2.020 2.150 2.307 2.482 2.670 2.874 3.092 3.342 3.614
Kapasitas exsisting *) MW 1.747 1.747 1.747 1.729 1.729 1.729 1.729 1.728 1.728 1.682
- Sistem PLN MW 1.284 1.284 1.284 1.266 1.266 1.265 1.265 1.265 1.265 1.265
- Sistem Non PLN MW 463 463 463 463 463 463 463 463 463 418
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 155 273 403 578 753 941 1.146 1.364 1.614 1.931
- Sistem PLN MW 139 238 345 492 635 790 956 1.134 1.337 1.604
- Sistem Non PLN MW 16 35 58 86 117 152 190 231 277 327
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 155 118 130 175 174 189 204 219 250 317
- Sistem PLN MW 139 99 107 147 143 154 167 177 204 266
- Sistem Non PLN MW 16 20 23 28 31 35 38 41 46 51
Kapasitas tahun berjalan MW 1.902 2.020 2.150 2.307 2.482 2.670 2.874 3.092 3.342 3.614
- Sistem PLN MW 1.423 1.522 1.629 1.758 1.901 2.055 2.222 2.399 2.602 2.869
- Sistem Non PLN MW 479 499 521 549 581 615 653 694 740 745
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 18.422 19.943 21.599 23.392 25.336 27.442 29.722 32.191 34.879 37.807
- Rumah Tangga GWh 6.572 7.135 7.745 8.405 9.121 9.896 10.737 11.649 12.641 13.721
- Bisnis GWh 3.158 3.497 3.870 4.274 4.715 5.197 5.723 6.295 6.925 7.617
- Publik GWh 1.044 1.117 1.196 1.280 1.370 1.467 1.569 1.679 1.797 1.922
- Industri GWh 7.648 8.194 8.788 9.433 10.129 10.881 11.692 12.568 13.517 14.547
Pertumbuhan % 8,2 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 8,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,9 19,8 19,7 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2 19,1 19,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,9 14,8 14,7 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2 14,1 14,0
Faktor Beban % 86,2 86,1 86,0 86,0 85,9 85,9 85,9 85,8 85,8 85,7
Produksi GWh 23.006 24.872 26.901 29.096 31.472 34.043 36.824 39.831 43.100 46.656
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 2.895 3.133 3.390 3.669 3.971 4.298 4.651 5.034 5.449 5.902
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 3.909 4.229 4.577 4.953 5.361 5.802 6.279 6.796 7.357 7.967
Kapasitas exsisting *) MW 1.372 1.372 1.372 1.372 1.372 1.372 1.372 1.370 1.370 1.370
- Sistem PLN MW 955 955 954 954 954 954 954 952 952 952
- Sistem Non PLN MW 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 2.536 2.856 3.205 3.581 3.989 4.430 4.907 5.425 5.987 6.597
- Sistem PLN MW 2.157 2.420 2.706 3.016 3.351 3.713 4.106 4.533 4.995 5.499
- Sistem Non PLN MW 380 437 499 566 638 717 801 893 992 1.099
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 605 320 348 376 408 441 477 518 561 611
- Sistem PLN MW 553 263 286 309 335 363 393 427 462 503
- Sistem Non PLN MW 52 57 62 67 73 78 85 91 99 107
Kapasitas tahun berjalan MW 3.909 4.229 4.577 4.953 5.361 5.802 6.279 6.796 7.357 7.967
- Sistem PLN MW 3.111 3.375 3.661 3.970 4.305 4.668 5.060 5.485 5.947 6.451
- Sistem Non PLN MW 797 854 916 983 1.056 1.135 1.219 1.310 1.409 1.517
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 977 1.113 1.258 1.409 1.562 1.718 1.876 2.035 2.200 2.370
- Rumah Tangga GWh 685 798 917 1.036 1.155 1.274 1.392 1.508 1.624 1.740
- Bisnis GWh 172 189 207 230 256 285 315 348 387 429
- Publik GWh 82 87 93 99 105 112 119 126 134 143
- Industri GWh 38 39 41 43 45 47 50 52 55 58
Pertumbuhan % 11,5 14,0 13,0 12,0 10,9 10,0 9,2 8,5 8,1 7,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 21,0 20,8 20,7 20,5 20,5 20,4 20,3 20,2 20,1 20,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 16,0 15,8 15,7 15,5 15,5 15,4 15,3 15,2 15,1 15,0
Faktor Beban % 77,3 77,1 76,9 76,8 76,7 76,7 76,7 76,7 76,7 76,8
Produksi GWh 1.236 1.405 1.585 1.772 1.964 2.158 2.355 2.551 2.755 2.963
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 173 198 223 250 277 305 333 361 389 419
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 234 267 302 338 375 412 449 487 526 565
Kapasitas exsisting *) MW 221 221 220 220 220 220 220 220 215 215
- Sistem PLN MW 221 221 220 220 220 220 220 220 215 215
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 13 46 81 117 154 191 229 267 311 351
- Sistem PLN MW 13 46 81 117 154 191 229 267 311 351
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 13 33 35 36 37 37 38 38 44 39
- Sistem PLN MW 13 33 35 36 37 37 38 38 44 39
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 234 267 302 338 375 412 449 487 526 565
- Sistem PLN MW 234 267 302 338 375 412 449 487 526 565
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 2.544 2.723 2.909 3.101 3.300 3.508 3.726 3.954 4.195 4.450
- Rumah Tangga GWh 1.856 1.972 2.090 2.208 2.328 2.450 2.575 2.702 2.834 2.970
- Bisnis GWh 476 526 581 641 705 776 852 935 1.026 1.125
- Publik GWh 152 161 171 182 193 205 218 231 245 260
- Industri GWh 61 64 67 70 74 78 82 86 90 95
Pertumbuhan % 7,3 7,1 6,8 6,6 6,4 6,3 6,2 6,1 6,1 6,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,9 19,8 19,7 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2 19,1 19,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,9 14,8 14,7 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2 14,1 14,0
Faktor Beban % 76,8 76,9 77,0 77,1 77,1 77,2 77,3 77,4 77,5 77,6
Produksi GWh 3.177 3.396 3.623 3.857 4.099 4.352 4.616 4.892 5.184 5.492
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 448 479 510 543 576 611 647 685 725 767
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 605 647 689 733 778 825 874 925 979 1.036
Kapasitas exsisting *) MW 214 197 196 196 196 196 196 192 191 191
- Sistem PLN MW 214 197 196 196 196 196 196 192 191 191
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 392 449 493 537 582 629 678 733 788 845
- Sistem PLN MW 392 449 493 537 582 629 678 733 788 845
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 41 58 43 44 45 47 49 55 55 57
- Sistem PLN MW 41 58 43 44 45 47 49 55 55 57
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 605 647 689 733 778 825 874 925 979 1.036
- Sistem PLN MW 605 647 689 733 778 825 874 925 979 1.036
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 536 592 631 676 722 771 823 878 939 1.006
- Rumah Tangga GWh 357 395 416 438 461 485 510 536 564 594
- Bisnis GWh 78 85 93 103 114 126 139 153 169 187
- Publik GWh 68 74 80 88 97 107 118 129 142 157
- Industri GWh 33 38 42 46 50 53 56 60 64 68
Pertumbuhan % 14,3 10,3 6,7 7,0 6,9 6,8 6,7 6,6 7,0 7,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 20,2 19,9 19,8 19,7 19,6 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 15,2 14,9 14,8 14,7 14,6 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2
Faktor Beban % 78,0 78,0 78,2 78,3 78,4 78,6 78,7 78,8 79,0 79,1
Produksi GWh 672 739 788 841 899 959 1.023 1.089 1.164 1.245
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 93 103 109 116 124 132 141 150 160 171
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 126 139 148 157 168 179 190 202 216 230
Kapasitas exsisting *) MW 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140
- Sistem PLN MW 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (13) (1) 8 18 28 39 51 63 76 91
- Sistem PLN MW (13) (1) 8 18 28 39 51 63 76 91
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (13) (1) 9 10 10 11 12 12 14 15
- Sistem PLN MW (13) (1) 9 10 10 11 12 12 14 15
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 140 140 148 157 168 179 190 202 216 230
- Sistem PLN MW 140 140 148 157 168 179 190 202 216 230
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.077 1.153 1.235 1.323 1.418 1.521 1.631 1.750 1.879 2.019
- Rumah Tangga GWh 625 658 693 730 769 811 856 903 954 1.009
- Bisnis GWh 206 227 249 274 300 328 358 391 426 465
- Publik GWh 174 192 212 235 259 286 316 349 385 424
- Industri GWh 72 76 80 85 90 95 101 107 114 120
Pertumbuhan % 7,1 7,1 7,1 7,1 7,2 7,2 7,3 7,3 7,4 7,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,1 19,0 18,9 18,8 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,1
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,1 14,0 13,9 13,8 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,1
Faktor Beban % 79,2 79,3 79,5 79,6 79,7 79,8 80,0 80,1 80,2 80,3
Produksi GWh 1.331 1.424 1.523 1.629 1.744 1.867 2.000 2.144 2.299 2.467
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 182 195 208 222 237 254 271 290 311 333
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 246 263 281 300 320 342 366 392 420 450
Kapasitas exsisting *) MW 140 139 133 133 133 133 133 133 133 133
- Sistem PLN MW 140 139 133 133 133 133 133 133 133 133
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 106 123 148 167 187 209 233 259 287 317
- Sistem PLN MW 106 123 148 167 187 209 233 259 287 317
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 16 17 24 19 21 22 24 26 28 30
- Sistem PLN MW 16 17 24 19 21 22 24 26 28 30
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 246 263 281 300 320 342 366 392 420 450
- Sistem PLN MW 246 263 281 300 320 342 366 392 420 450
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 416 463 516 584 664 757 865 990 1.144 1.329
- Rumah Tangga GWh 310 348 391 446 513 591 684 792 927 1.090
- Bisnis GWh 56 62 68 76 84 94 104 115 129 143
- Publik GWh 40 43 46 49 53 56 60 65 70 75
- Industri GWh 9 10 11 13 14 15 16 18 20 21
Pertumbuhan % 10,8 11,4 11,5 13,0 13,7 14,1 14,3 14,4 15,6 16,1
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 21,0 20,8 20,7 20,5 20,5 20,4 20,3 20,2 20,1 20,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 16,0 15,8 15,7 15,5 15,5 15,4 15,3 15,2 15,1 15,0
Faktor Beban % 76,6 76,5 76,5 76,4 76,2 76,0 75,9 75,7 75,5 75,3
Produksi GWh 526 585 651 734 834 951 1.086 1.241 1.433 1.662
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 74 83 92 104 119 136 155 178 206 239
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 101 112 125 141 160 183 210 240 278 323
Kapasitas exsisting *) MW 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
- Sistem PLN MW 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 83 94 107 123 142 165 192 222 260 305
- Sistem PLN MW 83 94 107 123 142 165 192 222 260 305
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 83 11 13 16 19 23 27 30 38 45
- Sistem PLN MW 83 11 13 16 19 23 27 30 38 45
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 101 112 125 141 160 183 210 240 278 323
- Sistem PLN MW 101 112 125 141 160 183 210 240 278 323
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.547 1.806 2.111 2.473 2.903 3.414 4.023 4.748 5.614 6.651
- Rumah Tangga GWh 1.285 1.518 1.795 2.127 2.524 3.000 3.570 4.254 5.074 6.062
- Bisnis GWh 159 176 195 216 238 263 290 319 351 386
- Publik GWh 81 87 93 101 108 117 125 135 145 156
- Industri GWh 23 25 27 30 32 35 38 41 44 48
Pertumbuhan % 16,4 16,7 16,9 17,1 17,4 17,6 17,8 18,0 18,2 18,5
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 19,9 19,8 19,7 19,6 19,5 19,4 19,3 19,2 19,1 19,0
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 14,9 14,8 14,7 14,6 14,5 14,4 14,3 14,2 14,1 14,0
Faktor Beban % 75,1 74,9 74,7 74,5 74,4 74,2 74,0 73,9 73,7 73,6
Produksi GWh 1.932 2.252 2.629 3.076 3.606 4.235 4.984 5.874 6.937 8.208
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 279 326 382 448 526 619 730 862 1.020 1.210
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 377 440 515 604 710 836 986 1.164 1.378 1.633
Kapasitas exsisting *) MW 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17
- Sistem PLN MW 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 359 422 497 586 692 818 968 1.147 1.360 1.616
- Sistem PLN MW 359 422 497 586 692 818 968 1.147 1.360 1.616
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 54 63 75 89 106 126 150 179 213 256
- Sistem PLN MW 54 63 75 89 106 126 150 179 213 256
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 377 440 515 604 710 836 986 1.164 1.378 1.633
- Sistem PLN MW 377 440 515 604 710 836 986 1.164 1.378 1.633
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 584 628 666 711 759 810 865 923 990 1.063
- Rumah Tangga GWh 350 374 391 411 431 451 473 495 520 545
- Bisnis GWh 142 157 173 193 215 240 267 298 333 372
- Publik GWh 77 81 85 90 95 100 105 110 116 122
- Industri GWh 15 16 17 18 18 19 20 21 22 23
Pertumbuhan % 9,3 7,5 6,1 6,7 6,7 6,7 6,8 6,7 7,3 7,3
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 24,8 24,6 24,5 24,3 24,3 24,2 24,1 24,0 23,9 23,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 19,8 19,6 19,5 19,3 19,3 19,2 19,1 19,0 18,9 18,8
Faktor Beban % 78,6 78,6 78,7 78,9 79,0 79,1 79,3 79,4 79,6 79,7
Produksi GWh 777 832 882 939 1.002 1.069 1.140 1.215 1.302 1.395
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 107 115 122 129 138 146 156 166 177 190
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 145 155 164 174 186 198 211 224 240 256
Kapasitas exsisting *) MW 298 292 292 292 228 228 227 226 223 222
- Sistem PLN MW 298 292 292 292 228 228 227 226 223 222
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW (153) (137) (128) (117) (42) (30) (16) (2) 16 34
- Sistem PLN MW (153) (137) (128) (117) (42) (30) (16) (2) 16 34
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW (153) (137) (128) (117) (42) (30) (16) (2) 18 17
- Sistem PLN MW (153) (137) (128) (117) (42) (30) (16) (2) 18 17
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 298 292 292 292 228 228 227 226 240 256
- Sistem PLN MW 298 292 292 292 228 228 227 226 240 256
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.141 1.225 1.315 1.413 1.520 1.635 1.761 1.896 2.044 2.206
- Rumah Tangga GWh 572 600 629 659 690 723 757 793 830 869
- Bisnis GWh 416 465 519 579 646 720 802 892 993 1.105
- Publik GWh 128 135 141 148 155 163 170 178 186 195
- Industri GWh 24 25 26 28 29 30 32 33 35 36
Pertumbuhan % 7,3 7,4 7,4 7,5 7,5 7,6 7,7 7,7 7,8 7,9
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 23,7 23,6 23,5 23,4 23,3 23,2 23,1 23,0 22,9 22,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,2 18,1 18,0 17,9 17,8
Faktor Beban % 79,9 80,0 80,2 80,4 80,5 80,7 80,9 81,0 81,2 81,4
Produksi GWh 1.495 1.603 1.719 1.845 1.982 2.129 2.289 2.462 2.650 2.856
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 203 217 232 249 267 286 307 329 354 381
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 274 293 314 336 360 386 414 445 478 514
Kapasitas exsisting *) MW 218 218 217 213 212 211 195 186 180 180
- Sistem PLN MW 218 218 217 213 212 211 195 186 180 180
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 56 76 97 123 149 175 220 259 298 334
- Sistem PLN MW 56 76 97 123 149 175 220 259 298 334
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 22 20 21 26 26 27 44 40 39 36
- Sistem PLN MW 22 20 21 26 26 27 44 40 39 36
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 274 293 314 336 360 386 414 445 478 514
- Sistem PLN MW 274 293 314 336 360 386 414 445 478 514
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 446 478 510 551 595 643 695 752 819 893
- Rumah Tangga GWh 317 338 359 385 413 444 477 512 555 601
- Bisnis GWh 75 83 91 103 115 129 145 162 183 206
- Publik GWh 50 53 56 58 61 65 68 71 75 80
- Industri GWh 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7
Pertumbuhan % 6,8 7,2 6,7 7,9 8,1 8,1 8,1 8,1 9,0 9,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 24,8 24,6 24,5 24,3 24,3 24,2 24,1 24,0 23,9 23,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 19,8 19,6 19,5 19,3 19,3 19,2 19,1 19,0 18,9 18,8
Faktor Beban % 76,9 77,0 77,0 77,1 77,2 77,2 77,3 77,3 77,4 77,4
Produksi GWh 593 634 675 727 785 848 917 989 1.077 1.173
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 84 89 95 102 110 119 129 139 151 164
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 113 121 128 138 149 161 174 187 204 222
Kapasitas exsisting *) MW 109 109 109 109 103 103 103 103 102 101
- Sistem PLN MW 109 109 109 109 103 103 103 103 102 101
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 4 12 20 29 46 58 71 85 101 121
- Sistem PLN MW 4 12 20 29 46 58 71 85 101 121
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 4 8 8 10 17 12 13 14 17 20
- Sistem PLN MW 4 8 8 10 17 12 13 14 17 20
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 113 121 128 138 149 161 174 187 204 222
- Sistem PLN MW 113 121 128 138 149 161 174 187 204 222
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 974 1.062 1.159 1.265 1.381 1.509 1.649 1.803 1.972 2.158
- Rumah Tangga GWh 651 705 763 828 897 974 1.057 1.147 1.246 1.354
- Bisnis GWh 232 261 293 329 369 414 464 519 581 651
- Publik GWh 84 89 94 100 106 112 118 125 133 141
- Industri GWh 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12
Pertumbuhan % 9,0 9,1 9,1 9,2 9,2 9,2 9,3 9,3 9,4 9,4
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 23,7 23,6 23,5 23,4 23,3 23,2 23,1 23,0 22,9 22,8
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 18,7 18,6 18,5 18,4 18,3 18,2 18,1 18,0 17,9 17,8
Faktor Beban % 77,5 77,6 77,6 77,7 77,7 77,8 77,8 77,9 78,0 78,0
Produksi GWh 1.277 1.391 1.515 1.651 1.801 1.965 2.144 2.340 2.556 2.794
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 179 195 212 231 251 274 299 326 356 388
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 241 263 286 311 339 370 403 440 480 524
Kapasitas exsisting *) MW 99 98 97 96 95 94 93 89 89 89
- Sistem PLN MW 99 98 97 96 95 94 93 89 89 89
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 143 164 189 215 244 276 310 351 392 436
- Sistem PLN MW 143 164 189 215 244 276 310 351 392 436
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 22 22 25 26 29 32 34 41 41 44
- Sistem PLN MW 22 22 25 26 29 32 34 41 41 44
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 241 263 286 311 339 370 403 440 480 524
- Sistem PLN MW 241 263 286 311 339 370 403 440 480 524
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 580 619 661 710 764 825 892 965 1.048 1.140
- Rumah Tangga GWh 352 374 399 426 456 489 526 566 611 661
- Bisnis GWh 146 154 163 175 188 204 222 241 264 289
- Publik GWh 68 73 78 83 89 96 102 109 118 127
- Industri GWh 14 18 22 26 31 36 42 48 55 63
Pertumbuhan % 6,4 6,7 6,9 7,3 7,7 7,9 8,1 8,3 8,6 8,8
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 15,2 15,0 14,9 14,8 14,7 14,6 14,6 14,5 14,4 14,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 10,2 10,0 9,9 9,8 9,7 9,6 9,6 9,5 9,4 9,3
Faktor Beban % 78,5 78,5 78,6 78,7 78,8 78,8 78,9 79,0 79,0 79,1
Produksi GWh 684 728 777 832 896 966 1.044 1.129 1.224 1.330
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 95 101 107 115 123 133 143 155 168 182
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 128 136 145 155 167 179 194 209 227 246
Kapasitas exsisting *) MW 105 105 105 105 105 105 105 105 105 105
- Sistem PLN MW 105 105 105 105 105 105 105 105 105 105
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 22 30 39 49 61 74 88 104 121 141
- Sistem PLN MW 22 30 39 49 61 74 88 104 121 141
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 22 8 9 10 12 13 14 16 18 19
- Sistem PLN MW 22 8 9 10 12 13 14 16 18 19
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 128 136 145 155 167 179 194 209 227 246
- Sistem PLN MW 128 136 145 155 167 179 194 209 227 246
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 1.241 1.353 1.475 1.609 1.756 1.915 2.089 2.278 2.483 2.707
- Rumah Tangga GWh 716 777 844 917 997 1.084 1.178 1.281 1.393 1.514
- Bisnis GWh 317 348 382 420 461 507 556 610 669 733
- Publik GWh 137 148 159 172 185 199 215 232 250 269
- Industri GWh 71 80 90 101 112 125 140 155 172 190
Pertumbuhan % 8,9 9,0 9,0 9,1 9,1 9,1 9,1 9,0 9,0 9,0
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,2 14,1 14,0 13,9 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,2 9,1 9,0 8,9 8,7 8,6 8,5 8,4 8,3 8,2
Faktor Beban % 79,2 79,2 79,3 79,3 79,4 79,4 79,4 79,5 79,5 79,5
Produksi GWh 1.446 1.574 1.714 1.868 2.035 2.218 2.416 2.631 2.865 3.119
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 198 215 235 255 278 303 330 359 391 425
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 267 291 317 345 375 409 445 485 527 574
Kapasitas exsisting *) MW 105 105 105 105 105 105 105 105 105 105
- Sistem PLN MW 105 105 105 105 105 105 105 105 105 105
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 162 185 211 239 270 303 340 379 422 469
- Sistem PLN MW 162 185 211 239 270 303 340 379 422 469
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 21 23 26 28 31 33 36 39 43 47
- Sistem PLN MW 21 23 26 28 31 33 36 39 43 47
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Kapasitas tahun berjalan MW 267 291 317 345 375 409 445 485 527 574
- Sistem PLN MW 267 291 317 345 375 409 445 485 527 574
- Sistem Non PLN MW - - - - - - - - - -
Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan GWh 2.304 2.464 2.637 2.824 3.026 3.244 3.479 3.733 4.012 4.316
- Rumah Tangga GWh 723 832 948 1.072 1.205 1.348 1.502 1.668 1.847 2.041
- Bisnis GWh 277 307 343 385 432 485 543 607 681 763
- Publik GWh 133 154 174 195 215 237 258 281 306 333
- Industri GWh 1.170 1.171 1.172 1.173 1.174 1.175 1.176 1.177 1.178 1.179
Pertumbuhan % 7,1 7,0 7,0 7,1 7,2 7,2 7,2 7,3 7,5 7,6
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 15,2 15,0 14,9 14,8 14,7 14,6 14,6 14,5 14,4 14,3
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 10,2 10,0 9,9 9,8 9,7 9,6 9,6 9,5 9,4 9,3
Faktor Beban % 88,0 87,2 86,5 85,8 85,2 84,6 84,1 83,7 83,2 82,8
Produksi GWh 2.718 2.899 3.099 3.313 3.548 3.801 4.074 4.366 4.686 5.035
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 335 361 389 419 452 487 525 566 611 659
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 452 487 525 565 610 657 709 764 824 890
Kapasitas exsisting *) MW 423 423 423 423 423 423 423 423 423 422
- Sistem PLN MW 245 245 245 245 245 245 245 245 245 244
- Sistem Non PLN MW 177 177 177 177 177 177 177 177 177 177
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 30 64 102 143 187 235 286 341 402 468
- Sistem PLN MW 28 63 101 141 185 233 284 339 399 466
- Sistem Non PLN MW 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 30 35 38 41 44 48 52 55 60 67
- Sistem PLN MW 28 35 38 40 44 48 51 55 60 67
- Sistem Non PLN MW 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas tahun berjalan MW 452 487 525 565 610 657 709 764 824 890
- Sistem PLN MW 274 308 346 386 431 478 529 584 645 710
- Sistem Non PLN MW 179 179 179 179 179 179 179 180 180 180
Uraian Satuan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Kebutuhan GWh 4.648 5.010 5.405 5.839 6.313 6.833 7.404 8.031 8.721 9.482
- Rumah Tangga GWh 2.252 2.479 2.727 2.995 3.286 3.602 3.945 4.317 4.722 5.162
- Bisnis GWh 854 957 1.073 1.202 1.348 1.511 1.695 1.903 2.138 2.405
- Publik GWh 361 391 423 458 495 534 577 622 671 724
- Industri GWh 1.180 1.182 1.183 1.184 1.185 1.186 1.187 1.188 1.189 1.190
Pertumbuhan % 7,7 7,8 7,9 8,0 8,1 8,2 8,4 8,5 8,6 8,7
Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % 14,2 14,1 14,0 13,9 13,7 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2
- Pemakaian Sendiri % 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
- Losses (T&D) % 9,2 9,1 9,0 8,9 8,7 8,6 8,5 8,4 8,3 8,2
Faktor Beban % 82,4 82,1 81,8 81,5 81,2 81,0 80,8 80,6 80,4 80,3
Produksi GWh 5.415 5.830 6.282 6.778 7.319 7.913 8.563 9.277 10.062 10.926
Beban Puncak Neto (Non Coincident) MW 712 770 833 902 977 1.059 1.149 1.248 1.357 1.476
Reserve Margin % 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Kebutuhan Daya MW 962 1.039 1.125 1.217 1.319 1.430 1.552 1.685 1.831 1.992
Kapasitas exsisting *) MW 421 302 243 243 243 241 240 240 240 240
- Sistem PLN MW 243 243 243 243 243 241 240 240 240 240
- Sistem Non PLN MW 177 59 - - - - - - - -
Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW 541 737 882 974 1.076 1.189 1.312 1.445 1.591 1.752
- Sistem PLN MW 538 734 879 972 1.073 1.186 1.309 1.442 1.588 1.749
- Sistem Non PLN MW 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Kebutuhan tambahan daya (per tahun) MW 73 196 145 93 102 113 122 133 146 161
- Sistem PLN MW 72 196 145 93 102 113 122 133 146 161
- Sistem Non PLN MW 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas tahun berjalan MW 962 1.039 1.125 1.217 1.319 1.430 1.552 1.685 1.831 1.992
- Sistem PLN MW 781 977 1.122 1.214 1.316 1.427 1.549 1.682 1.828 1.989
- Sistem Non PLN MW 180 62 3 3 3 3 3 3 3 3