Menurut Paula dan Gordon (2003: 1) tujuan akhir dari trauma healing adalah membuat
seseorang untuk dapat menerima dan menyatukan pengalaman trauma, kesedihan, dan
Menurut Herman (2003: 13) terdapat tiga langkah untuk membantu menyembuhkan
seseorang dari pengalaman trauma, tiga hal tersebut yang menjadi dasar dalam membantu
pada dasarnya gangguan tersebut dapat disembuhkan dengan dua dasar hal ini berdasarkan
penelitian di bidang psikologi forensik (dalam Nurjannah, dkk. 2012: 19-20) proses
a. Korban trauma memiliki teman dekat untuk dapat saling berbagi dan saling memberikan
semangat. Melalui kondisi ini korban trauma dengan sendirinya akan menciptakan kondisi yang
aman dan nyaman dengan lingkungan sekitar. Berbeda apabila memilih sikap untuk diam dan
menarik diri.
b. Mereka tidak pernah pernah ingin melupakan kejadian yang menyebabkan trauma. Pengalaman
bencana yang dialami dijadikan sebagai sebuah pengalaman yang melekat dalam pikiran. Mereka
menerima pengalaman yang menakutkan tersebut sebagai sebuah referensi bagi kehidupan
kedepannya.
Menurut Anita Gurian (2006 : 11) ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam proses
pemulihan dan pengembangan mental anak pasca bencana, baik itu sebelum terjadinya bencana,
b. Trauma sebelumnya atau pengalaman kehidupan yang menyebabkan stress, seperti kematian,
keuangan, perceraian.
e. Keterbatasan orang tua dalam mengatasi dan memberikan harapan dan jaminan kepada anak–
anak.
h. Relokasi tetap.
Menurut Echterling (dalam Megawangi dan Amriel, 2006: 20), pendekatan yang dapat
dilakukan terhadap anak trauma pasca bencana harus memegang prinsip dasar yaitu:
a. Seburuk apapun reaksi korban, pada dasarnya mereka tengah bereaksi secara normal terhadap
b. Para korban tidak sendirian, ada orang lain yang senasib dengan mereka, dan selalu ada pihak-
c. Para korban mampu mengatasi stress kronis dan tarauma pasca bencana lewat cara-cara positif
dan sehat.
Berikut ini merupakan permainan dan aktivitas yang dapat membantu dalam pemulihan
trauma pasca bencana untuk anak usia 6-12 tahun yang dimodifikasi dari Karen DeBord (dalam
g. Bernyanyi.
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan dalam penyembuhan trauma bencana ada
a. Mencoba untuk tetap nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tetap melakukan rutinitas
sehari-hari, dengan kembali melakukan rutinitas pasca bencana sehingga dapat mengurangi
stress. Selain itu membuka diri dengan lingkungan sosial, karena dengan begitu dapat saling
memberikan dukunngan satu sama lainnya. Melawan ketidak berdayaan juga dapat membantu
b. Mengurangi media yang mengekspos, untuk beberapa orang kadang kala dengan melihat
gambar atau siaran ulang bencana akan dapat menyebabkan timbulnya trauma, oleh karena itu
c. Mengakui dan menerima. Rasa takut, sedih, khawatir, marah adalah perasaan yang wajar saat
mengalami suatu bencana, untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pengalaman bencana
jadikan rasa takut, marah, sedih, dan khawatir sebagai bagian dari sebuah proses karena hal
Peran lingkungan terutama orang tua memiliki peran penting dalam membantu
penyesuaian diri trauma pasca bencana. Menurut Anita Gurian (2006: 21), dukungan yang dapat
1. Dorong anak untuk melakukan hobi baru atau aktivitas sosial. Tetap dalam situasi yang
menyenangkan dan terlibat dalam kegiatan akan membantu mengalihkan perhatian setelah efek
bencana.
2. Dorong anak untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan penngalaman lainnya.
Lewat menulis secara tidak langsung anak akan berbagi pikiran mereka, hal ini akan membantu
4. Mengatur kegiatan sosial untuk anak dan teman–teman mereka. Dukungan sosial merupakan
Upaya dalam membantu menyembuhkan seseorang dari trauma merupakan hal yang
tidak mudah karena ini berarti membantu seseorang untuk kembali membangun dan membentuk
diri sendiri. Cara pandang seseorang yang mengalami trauma adalah hal mendasar yang harus
dibangun. Seseorang harus mampu merubah cara pandang terhadap peristiwa yang terjadi, dari
cara pandang tersebut maka akan melahirkan keyakinan, harapan untuk masa depan. Selanjutnya
adalah lingkungan sosial. Manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri. Dalam
konteks trauma healing lingkungan sosial menjadi salah satu faktor dalam membantu seseorang
dari trauma. Dukungan, dorongan sangat dibutuhkan dan hal ini akan lahir ketika seseorang
mampu membangun komunikasi social yang pada akhirnya akan mehilangkan perasaan sepi,
terasing, terisolasi dan sebagainya. Proses pemulihan trauma tergantung pada faktor internal
individu sendiri yang berupa persepsi, keyakinan dan faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar
Trauma dalam istilah psikologis menunjukkan kondisi yang syok dan tertekan oleh suatu
peristiwa yang membekas relatif lama pada korban. Beberapa kondisi yang dapat potensial
menjadi peristiwa traumatis menurut Taylor (2000) antara lain bencana, menjadi korban
kriminal, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda. Parkinson (2000) menjelaskan
bahwa peristiwa traumatis dapat terjadi pada saat bencana terjadi hingga bencana telah berlalu,
dalam kondisi terakhir ini yang disebut post traumatic stress disorder (PTSD)
Trauma healing adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan trauma yang ada. Di sisi lain, trauma healing adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk membantu orang lain yang sedang mengalami gangguan dalam psikologisnya
yang diakibatkan syok atau trauma.
Kegiatan trauma healing mempunyai banyak manfaat bagi masyarat yang menjalani trauma
healing ini. berikut ini merupakan manfaat dari trauma healing :
b.Membuat bahagia
Banyak cara atau teknik yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya trauma healing, ini berbagai
cara yang dapat dilakukan ketika mahasiswa keperawatan akan melakukan trauma healing di
tempat bencana :
1.Terapi bermain
Bermain adalah merupakan suatu aktifitas yang dilakukan dengan sukarela atas dasar rasa senang
dan menumbuhkan aktifitas yang dilakukan secara spontan
Terapi bermain merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja,
dan dengan siapa saja, karena dari anak kecil sampai dewasa suka dengan yang namanya
bermain. Permainan yang dapat dilakukan dalam terapi ini tergantung situasi dan kondisi yang
ada. Contohnya ketika di suatu tempat bencana disana tidak ada apa-apa, kita sebagai mahasiswa
juga tidak mempunyai perlengkapan yang cukup untuk melakukan suatu permainan yang besar,
tapi semua itu tidak membatasi kita untuk melakukan terapi bermain ini, kita bisa menggunakan
permainan klasik yang adik-adik di tenda penampungan biasa mainkan, kita harus bisa
meyakinkan mereka untuk bangkit, untuk melakukan aktifitas seperti biasa, dan mensyukuri apa
yang masih ada.
Dengan terapi bermain ini, pelakunya mampu menghilangkan beban dihati, bisa tersenyum dan
bahagia walaupun kondisinya saat ini lagi kurang beruntung.
TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Sehingga di dalam
kelompok tersebut terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive (Budi
Anna Keliat dan Akemat, 2005).
Terapi Aktifitas Kelompok ini dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti menggambar,
mendengarkan musik, mendengarkan lagu dan lain-lain.
Dalam terapi ini, masyarakat dibentuk dalam sebuah kelompok dan masing-masing kelompok
terdapat sekitar sepuluh orang. Di dalam kelompok tersebut kita sebagai mahasiswa yang
memimpin dan sebagai fasilitator.
SEFT merupakan pengembangan dari EFT dari Hale Downskin, dimana dalam teknik SEFT
ditambahkan dengan sugesti spiritual kepada penyitas. Teknik ini mengkombinasikan teknik
relaksasi-meditatif dan akunpuntur. Kegiatan SELF ini dilakukan sekitar 3-5 menit.
4.Terapi Memasak
Memasak pada prinsipnya adalah proses atau pemberian panas pada bahan makanan sehingga
bahan itu menjadi mudah dicerna, aman dan lezat serta mengubah bentuk penyajian.
Terapi memasak ini dilakukan oleh masyarakat dengan cara memasak secara bersama-sama
sehingga ada interaksi artar individu, dan masing-masing individu tidak berlarut-larut dalam
kesedihan mereka masing-masing.
Pada terapi ini masyarakat saling berusaha membantu teman atau saudaranya dengan
menyediakan masakan untuk dimakan bersama-sama.
5.Relaksasi
Relaksasi adalah upaya menjadi rilaks, bukan hanya tubuh fisik, tetapi juga batin kita. Namun
relaksasi bukanlah meditasi. Relaksasi adalah anak tangga menuju meditasi
Relaksasi ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk menenangkan diri, menyelaraskan apa yang
ada pada diri individu, dan menghilangkan beban yang ada, sehingga lebih rilaks dan merasa
nyaman.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1.trauma healing adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain untuk
mengurangi bahkan menghilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami yang diakibatkan
syok atau trauma.
2.Kegiatan Trauma Healing bisa berupa Terapi Bermain, Terapi Aktifitas Kelompok, SELF,
Terapi Memasak, Relaksasi, dan lain-lain.
Bagi pembaca apabila ada kekurangan dalam penyusunan atas makalah ini, saya mohon kritik
dan sarannya, sebagai bahan koreksi kami atas makalah ini, dan dapat sebagai acuan dalam
menyusun makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Parkinson, frank. 2000. Post trauma Stress : A Personal Guide to Reduce the longterm Effects
and Hidden damage caused by Violence and Disarter. Fisher book
Slegel, Danille J; Solomon, marion. 2003. Healing Trauma ; Attachment. Mind and Brain.
New York : WWW Norton & Company
Effendi, Tjiptadinata. 2005. Meditasi Jalan menuju Kesembuhan Lahir dan Batin. Jakarta :
Gramedia