Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AKMAL DZULFIKAR R

NIM : 14/365970/PA/16175

RESUME PAPER

“TOWARD CONTINUOIS 4D MICROGRAVITY MONITORING OF


VOLCANOES”

Erupsi Gunungapi merupakan salah satu jenis bencana alam yang menimbulkan banyaj
korban jiwa. Yang mana umumnya penyebab kematiannya adakah implikasi dari letusan
tersebut seperti kelaparan dan sumber penyakit. Namun masih kurang signifikan monitoring
yang dilakukan pada bencana ini. Sehingga dibutuhkan cara tertentu yang lebih baik untuk
memonitoring gejala letusan tersebut.

Erupsi gunung api dapat terjadi karena magma dan gas menumpuk jauh dalam gunung
api dan seketika bermigrasi ke atas akibat tekana yang tinggi. Kejadian ini menimbulkan
tekanan dan rekahan dalam pipa vulkanik sehingga hasilnya dapat direkam sebagai sinyal
seismic. Tak hanya secara seismic, pemantauan gunung api juga telah dapat dilakukan dengan
deformasi tiltmete, EDM, GPS termal, bahkan ultraviolet. Namun beberapa pertanyaan masih
belum dapat terjawab. Seperti, bagaimana kejadian proses transfer panas dan massa? Kemudian
bagaimana magma yang kaya akan gas dapat disimpan dan tercampur sampai akhirnya
diletuskan? Dengan mengikuti perkembangan teknologi, saat ini terdapat salah satu metode
baru dalam pengamatan yaitu dengan memasukkan variable temporal atau waktu dalam
pemodelan untuk mengetahui perubahan bentuk di bawah permukaan salah satunya dengan
metode gravitasi 4D.

Survey microgravity telah terbukti untuk dilakukannya pengukuran perubahan massa


dan kerapatan bawah permukaan akibat perubaha-perubahan dalam skala temporal. Dengan
melakukan pengukuran pada titik survey tertentu kemudian diulangi kembali di tempat yang
sama pada waktu tertentu akan didapatkan perbedaan hasil kedua pengukuran tersebtu sehingga
dapat dilakukan monitoring kegiatan bawah permukaan. Beberapa monitoring microgravity
telah dilakukan pada beberapa beberapa gunung api seperti Pacaya Guatamela, Kilauea Hawaii,
Pas Costa Rica, dan Etna Ilatia. Dan hasilnya cukup memuaskan, apalagi bila dilakukan dengan
inegrasi bersana beberapa teknik seperti seismisitas dan remote sensing sehingga dapat
diperolah proses perubahan gravitasi dan geodetic. Berikut merupakan contoh monitoring
gunung api secara diskrit.
1. Gunung Api Etna, Italia
Salah satu gunung-api terbesar di Eropa dan telah aktif selama hampir 500.000 tahun
serta menghasilkan banyak tletusan eksplosif menghasilkan batuan basaltic. Aktifnya
gunung tersebut menjadi objek menarik untuk dilakukan pengamatan. Pengukuran
microgravity dengan deformasi merekam adanya intrusi magma menuju puncak dan
terjadi rekahan pada dinding gunung api. Contohnya pada erupsi tahun 2001,
pengukuran microgravity yang dilakukan secara temporal mendeteksi adanya
penurunan massa sebanyak 2,5x1011 kg.
2. Gunung Api Masaya, Nikaragua
Gunung api ini juga menjadi salah satu bukti bahwa integrase data geokimia,
penginderaan jauh dan data mikrogravitasi 4D menjadi kuat dalam investigasi gunung
berapi skala dangkal. Telah dilakukan pengukuran sejak 1993 dan didapatkan
pengurangan massa tiap tahunnya mencapai 70 Gal/tahun. Hal ini dapatdisebabkan
karena aadanya osilasi zona vesikuler kaya gas tepat di bawah kawah puncak.
Dan masih terdapat contoh lain pengukuran mikrogravitasi 4D secara diskrit seperti
Gunung api Krafla dan Askja di Islandia, dan Campi Flegrei di Italia.

Namun pendekatan 4D secara diskrit jelas memiliki kelemahan yaitu informasi bawah
permukaan prosesnya dibatasi olehe frekuensi survey yang dilakukan pengulangan secara per
jangka waktu tertentu. Proses vulkanisme gunung api terjadi dalam waktu yang panjang namun
dalam proses tersebut terdapat proses-proses kecil yang mempengaruhi cukup signifikan dan
terjadi dalam skala waktu yang singkat. Sehingga dikembangkan kembali pengukuran yang
dilakukan secara kontinyu terus menerus dan hasilnya memuaskan yaitu perubahan intensitasi
kegiatan vulkanisme dapat terekam terus menerus dari frekuensi terkecilnya. Namun resolusi
spasial yang dihasilkan tidak begitu baik karena untuk dilakukan pengukuran terus menerus
dibutuhkan biaya yang cukup lebih tinggi sehingga pengukuran hanya dilakukan pada tempat
yang relative sempit. Selain itu alat yang digunakan cukup banyak karena pengukuran
dilakukan pada waktu yang bersamaan secara terus menerus.
Hanya saja semua masalah dalam mikrogravitasi 4D yang dilakukan secara kontinyu
tersebut dapat diatasi dengan cara pengukuran yang dilakukan secara kolaborasi antar institusi.
Antar institusi dapat memiliki tujuan pengukuran yang sama sehingga dapat dilakukan
kolaborasi untuk memperkecil pengeluaran anggaran dengan menggunaka semua alat
pengukuran yang dimiliki masing-masing institusi. Sehingga resolusi temporal dan spasial
dapat didapatkan dengan maksimal dan anggaran pengeluaran dapat diminimalkan. Selain itu
target objek utama yaitu aktivitas bawah permukaan gunung api bisa diperoleh hingga skala
frekuensi terkecilnya.
Peneliti umumnya ahli vulkanologi menyadari benar bila data temporal dan spasial
yang baik sangat dibutuhkan untuk memahami mekanisme yang mengendalikan magma dan
tekanan dalam vulkanisme. Sehingga dibutuhkan data derte waktu yang lebih lama dan analisis
real-time yang lebih baik. Meskipun tidak bisa dilakukan pencegahan terhadap letusan,
setidaknya dapat diprediksi waktu letusan sehingga mengurangi dampaknya.
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pengamatan, dibutuhkan
Gravity Modelling secara real-time. Dimana saat ini modelling hanya terbatas pada skala 3D
dengan tambahan beberapa parameter fisis. Modelling 3D yang dilakukan secara real-time atau
dapat dibilang modelling 4D dapat memperlihatkan karakteristik bawah permukaan secara
terus menerus dana pengamatan yang dilakukan dapat menjadi lebih mudah dan akurat. Salah
satu masalah menantangnya adalah integrasi multiparameter dan multifrekuesi hasil
pengukuran sehingga dapat diketahui secara lebih detail pergerakan massa bawah permukaan.

Anda mungkin juga menyukai