Skala VEI
Skala VEI dimulai dari nilai 0 yaitu nilai yang paling rendah untuk erupsi dengan volume
material yang dikeluarkan kurang dari 0.0001 kubik kilometer. Sebagian besar erupsi pada skala
ini memiliki kekuatan yang relative kecil. Sehingga tipe letusannya cenderung effusif dari pada
eksplosif. Erupsi effusif ditandai oleh lava yang mengalir dari kawah.
Skala VEI 1 ditandai dengan volume erupsi berkisar antara 0.0001 sampai 0.001 km3.
Diatas VEI 1, skala akan menjadi logaritmik, ini artinya setiap penambahan skala maka jumlah
volume material yang dikeluarkan akan menjadi 10 kali lipat dari skala dibawahnya. Sebagai
contoh pada VEI 2, volume material yang dikeluarkan berkisar antara 0.001 sampai 0,01km3.
Pada VEI 3, volume material yang dikeluarkan berkisar antara 0.01 sampai 0.1 km3. Skala VEI 0
sampai 8 ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Karena setiap penambahan skala memiliki besar 10 kali lipat dari skala dibawahnya, VEI
5 memiliki besar 10 kali lipat lebih eksplosif dari VEI 4, makan VEI 6 memiliki besar 100 kali lipat
lebih eksplosif dari VEI 4. Sehingga VEI 8 memiliki besar 1 juta lebih eksplosif dari VEI 2.
Contoh letusan gunung api yang memiliki skala VEI 8 yaitu Toba (74.000 tahun yang
lalu), Yellowstone (640.000 tahun yang lalu), dan lake Taupo (26.500 tahun yang lalu). Erupsi
gunung api pada skala VEI 8 paling besar sekarang yaitu erupsi Wah Wah Springs yang terjadi di
daerah Utah (30 juta tahun yang lalu) dengan material yang dikeluarkan sekitar 5500 km3dengan
durasi letusan sekitar satu minggu.
VEI Eruption Frequency
Grafik diatas menunjukkan rangkuman dari frekuensi erupsi berbanding dengan VEI
yang diambil dari data Global Volcanism Program Smithsonian Institution untuk erupsi yang
terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu sampai tahun 1994. Hanya 4 erupsi yang terjadi pada skala
VEI 7 yang pernah terdokumentasikan, sedangkan 3477 erupsi pernah terjadi pada skala VEI 2.
Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa erupsi yang besar sangat jarang terjadi.
Kemungkinan suatu gunung berapi yang pernah meletus akan meletus lagi di kemudian
hari dari pada gunung itu mati. Walaupun begitu, waktu ‘tertidur’nya gunung berapi jauh lebih
lama di masa lampau dari pada yang terekam oleh sejarah manusia. Gunung berapi yang pernah
erupsi besar yang pernah dialami dan dirasakan oleh manusia misalnya adalah Gunung Kilauae,
Vesuvius, Hekla (Islandia), Etna (Sisili), Mayon (Filifina), Merapi (Jawa), Sakurajima (Jepang),
Komagatake (Jepang), Arenal (Kosta Rika) dan Gunung Augustine (Alaska). Salah satu yang
selama ini cuku aktif, tetapi sekarang tidak stabil, adalah Gunung Stromboli di Laut Tyrrhenian,
dengan fase erupsinya hanya beberapa menit atau jam saja.
Penyebab perbedaan periode erupsi setiap gunung masih sangat kompleks dan belum
diketahui. Kemungkinan perbedaan periode letusan ini bergantung pada umur magma di dapur
magma, kecepatan naiknya magma dari dalam bumi, proses kompleks di dapur magma serta
interaksinya dengan air tanah atau air permukaan.
Erupsi gunung api dapat berlangsung dalam hitungan menit hingga ratusan tahun,
tergantung dari bagaimana orang mendefinisikannya. Rata-rata durasi letusan gunung adalah
pada batas lempeng konvergen adalah sekitar 65 hari, sedangkan untuk gunung api yang berada
di dalam lempeng adalah sekitar 31 hari. Itu adalah harga minimum, bagaimana pun juga, waktu
terjadinya erupsi tidak dapat diketahui secara pasti.
Prediksi erupsi gunung berapi yang didasarkan pada analisis statistic pada kejadian masa
lampau, tetap tidak dapat menghitung secara tepat dan pasti kapan terjadinya erupsi.
Pengalaman yang ada selama ini menunjukkan bahwa warga pedesaan yang ada di sekitar
gunung berapi memprediksikan dengan kemungkinan yang belum tentu tepat.
Untuk studi secara geologi, monitoring gunung berapi merupakan metode yang sangat
penting untuk memprediksikan erupsi yang akan datang, tidak hanya waktu, tetapi juga tipe
erupsinya serta lokasi leher magmanya.
Jika sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan evakuasi maka tindakan yang
harus dilakukan menjadi terbatas.
Upaya penenganan setelah bencana
• Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
• Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan
• Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
motor, rem, persneling dan pengapian
• Membangun kembali daerah yang rusak karena letusan, membangun infrastruktur yang
vital bagi kehidupan masyarakat.
• Menghijaukan kembali lahan yang rusak karena letusan gunung berapi dengan reboisasi.
KESIMPULAN
1. Ancaman di GunungApi dapat berupa ancaman langsung yakni berupa efek yang cepat
seperti lava dan debu yang mengenai bangunan, maupun ancaman tidak langsung seperti
dampak terhadap lahan pertanian/ gagal panen yang dalam jangka panjang dapat
menimbulkan bencana kelaparan serta perubahan iklim.
2. Aliran lava walaupun sangat jarang menyebabkan kematian karena kecepatan alirannya
yang rendah namun dapat merusak infrastuktur dan lahan pertanian
3. Material piroklastik merupakan salah satu ancaman utama terhadap bangunan karena
debu- debu ringan yang membahayakan kesehatan serta bahaya bagi penerbangan.
4. Pyroclastic density current dan surges merupakan ancaman yang paling fatal karena dapat
merusak segala sesuatu yang dilewati. Material ini mengalir dengan kecepatan tinggi dan
hanya dapat dihindari dengan melakukan evakuasi dini.
5. Aliran lahar yang merupakan campuran piroklastik dengan air juga dapat merusak
infrastruktur seperti halnya pyroclastic density currents.
6. Gas yang dikeluarkan dari gunung api, kecuali uap air secara kimiawi beracun dan
berbahaya bagi kesehatan
7. Penilaian bahaya terhadap gunung api perlu dilakukan memerlukan data dari erupsi
sebelumnya untuk analisa dan prediksi erupsi di masa mendatang.
8. Beberapa gunung api yang sering mengalami erupsi dan berlokasi di kawasan yang
berpenduduk umumnya dipantau dengan cara merakam aktivitas seismic di kawasan
gunung tersebut, mengukur deformasi yang terjadi di bangunan gunung api, memantau
gas yang dikeluarkan dari kantong magma dangkal.
9. Walaupun telah dilakukan pemantauan yang mendetail, tidak mudah untuk dapat
menentukan sistem peringatan dini yang paling akurat.