Hazard
Riri Anandanur S
(4211419012)
Fajar Shodiq
Monitori (4211419060)
Ilqia Rahma
(4211419061)
ng
PERSEPSI AWAL
TENTANG GUNUNG
API DAN
AKTIVITASNYA
Selama hampir 18 abad,gunung api selalu
di kaitkan dengan mitos mitos kuno tuhan Terminologi
dan iblis.Sampailah pada saat seorang filsuf
Erupsi gunung api,merupakan proses alam dari
Yunani kuno(Empedocles) mulai tertarik sebuah gunung api yang menunjukan ekspresi
dan penasaran dengan salah satu gunung dari sistem dalam bumi yang dinamis dan hidup. -
teraktif pada saat itu,yaitu Etna dan Bahaya gunung api,seperti proses alam lainnya
Stromboli.Selama 17 abad dan pertengahan erupsi gunung api erat hubungannya dengan
abad ke 18 pandangan mengenai apa ancaman terhadap manusia dan lingkungan
elemen penyusun gunung api adalah sekitarnya,di definisikan tergantung tipe,besarnya
api,angin dan sulfur(coal).Pada pertengahan dan seberapa sering. - Bencana,merupakan
sebuah proses interaksi antara proses alam
abad 18 Hamilton konsen meneliti gunung dengan aspek politik ekonomi sosial dan
Vesuvius. teknologi. - Mitigasi bencana,merupakan seluruh
aktifitas untuk mengurangi resiko bencana.
Volcanic Explosivity
Index (VEI)
Skala Pengukuran Untuk
Kejadian Alam
Karakteristik yang digunakan untuk menentukan VEI ini
adalah volume piroklastik material yang dikeluarkan oleh
gunung api ketika meletus. Material piroklastik ini terdiri
dari abu vulkanik, tepra, aliran piroklastik dan jenis-jenis
material lain. Selain itu, ketinggian kolom erupsi dan
durasi erupsi juga dipertimbangkan dalam menentukan
level VEI.
Skala VEI
Skala VEI dimulai dari nilai 0 yaitu nilai yang paling
rendah untuk erupsi dengan volume material yang
dikeluarkan kurang dari 0.0001 kubik kilometer.
Sebagian besar erupsi pada skala ini memiliki kekuatan
yang relative kecil. Sehingga tipe letusannya cenderung
effusif dari pada eksplosif. Erupsi effusif ditandai oleh
lava yang mengalir dari kawah.
PENGAMATAN
GUNUNG API DAN
PREDIKSI ERUPSI
JANGKA PENDEK
Pengamatan terhadap gunung api yang
mengalami erupsi secara periodik dilakukan
atas 2 alasan yakni untuk mempelajari
struktur internal suatu gunung api dan untuk
mengerti tanda- tanda aktivitas guna
mengetahui indikator suatu gunung api
akan meletus demi mengambil tindakan
dalam mengantisipasinya.
PENGAMAT PENGAMAT
AN AN GAS
SEISMISITA DAN
S TERMAL
PENGAMAT PENGAMAT
AN AN
DEFORMASI GRAVITY
DAN
GEOMAGNE
T
PENGAMATAN SEISMISITAS
Ketika sebuah gunung api akan meletus maka akan
ada aktifitas seismisitas berupa tremor/getaran-
getaran kecil/gempa vulkanik yang biasanya dirasakan
oleh masyarakat yang dekat dengan gunung api.
Aktifitas seismisitas ini meningkat karena
peningkatan aktifitas dan tekanan di dapur
magma. Peningkatan ini menyebabkan terjadinya
rekahan-rekahan yang menjadi sumber gempa vulkanik.
Sebelum pengamatan seismisitas ini bisa dilakukan,
hal pertama yang harus dilakukan adalah
pemasangan seismometer di sekitar gunung api
yang akan diamati. Untuk pengamatan lebih akurat,
harus dipasang lebih dari satu seismometer di setiap
gunung api.
Selain peningkatan seismisitas, peningkatan gas
dan thermal (suhu) juga terjadi apabila sebuah
Monitoring
Monitoring Monitoring Deformasi dengan
Metode Gravitasi Metode Magnetik GPS
Monitoring Metode Gravitasi
Monitoring aktivitas gunungapi dengan menggunakan metode graitasi yang akan ditinjau
dalam tulisan ini adalah monitoring episodik, bukan kontinu. Pengukuran dilakukan pada
beberapa titik tetap mulai dari bawah gunungapi sampai dengan puncak gunungapi. Jumlah
titik bervariasi antara sepuluh sampai tigapuluh titik untuk tiap gunungapi. Perulangan
pengukuran dilakukan dalam setiap bulan, 3 bulan, semester atau 1 tahun sekali. Tujuan
utama dari monitoring ini adalah bukan untuk melakukan prediksi waktu letusannya, tetapi
lebih diutamakan berkaitan dengan massa magma yang berubah, antara lain:
● ●Perpindahan magma dari satu tempat ke tempat lain.
● ●Perkiraaan penambahan massa dalam rentang waktu pengukuran untuk
memperkirakan potensi volume material yang akan dikeluarkan.
● Analisis terhadap perubahan densitas magma.
Monitoring Metode Magnetik
Dalam memonitoring gunung api menggunakan metode magnetik biasanya bisa dilakukan secara kontinyu
ataupun secara periodik, yang membedakan keduanya hanyalah waktu pengambilan datanya. Untuk monitoring
secara kontinyu koordinat dari titik-titik magnetik pada gunung api ditentukan secara realtime dan terus
menerus dengan sistem yang disusun secara otomatis. Agar metode ini dapat dilakukan maka diperlukan
komunikasi data antara titik-titik magnetik pada gunung api dan stasiun pengamat. Dalam melakukan
monitoring magnetik digunung api biasanya minimal harus membutuhkan dua alat magnetometer untuk
melakukan pengukuran. Salah satu alat diletakkan ditempat yang relatif jauh dari aktivitas gunung api, sebagai
basenya, dan alat yang lainya diletakan disekitar gunung api untuk memonitoring aktivitas gunung api tersebut.
Dengan demikian kita akan memiliki minimal satu data hasil pengukuran magnetik digunung api dan satu data
yang yang tanpa pengaruh aktivitas gunung api, sehingga dari kedua data tersebut kita bisa membandingkan
antara keduanya. Sehingga ketika terjadi perubahan nilai magnetik akan ketahuan.
Pengamatan magnetik juga dilakukan untuk mengamati nilai intensitas magnet di atas gunung api, apabila
magma mulai naik ke atas permukaan maka nilai intensitas magnet di atas gunung api akan rendah karena
pengaruh panas magma. Magma yang naik ke atas permukaan akan memiliki nilai suseptibilitas yang rendah
dibandingkan dengan batuan vulkanik pembentuk gunung api. Hasil akhir dari pengukuran Geomagnet juga
untuk memodelkan volume daripada dapur magma.
Monitoring Metode Deformasi dengan
GPS
Pada metode ini, beberapa alat penerima sinyal receiver
GPS ditempatkan pada beberapa titik pantau yang
ditempatkan pada punggung dan puncak gunung yang akan
dipantau, serta pada suatu stasion referensi yang dianggap
sebagai titik stabil. Koordinat dari titik-titik pantau tersebut
kemudian ditentukan secara teliti dengan GPS, relatif
terhadap stasion referensi, dengan menggunakan metode
penentuan posisi diferensial menggunakan data pengamatan
fase. Selanjutnya dengan mempelajari perubahan koordinat 4
titik-titik pantau tersebut, baik terhadap stasion referensi
maupun di antara sesama titik pantau secara periodik, maka
karakteristik deformasi dan magmatik gunung berapi yang
bersangkutan dapat dipelajari dan dianalisa, seperti yang
diilustrasikan pada Gambar.
1
Dapatkah Bencana
Gunung Api
Dihindari
Diagnosis
Parameter-parameter vulkanologi, seperti volume, ukuran grain,
karakteristik partikel, mekanisme fragmentasinya, dan lain-lain dapat
digunakan untuk menentukan perilaku letusan dari sebuah gunung api.
Ini bergantung pada prinsip uniformitas, yaitu, sebuah gunung api
cenderung berperilaku sama di masa yang akan datang dengan masa
lampau. Dari data ini, peta bahaya dapat ditentukan, dimana di sana
tampak distribusi berbagai macam jenis produk letusan (termasuk di
dalamnya aliran lava, aliran piroklastik, jatuhan awan panas, lahar,
longsoran sisasisa letusan, serta kemungkinan terjadinya tsunami.
Kemungkinan suatu gunung berapi yang pernah meletus akan meletus
lagi di kemudian hari dari pada gunung itu mati. Walaupun begitu,
waktu ‘tertidur’nya gunung berapi jauh lebih lama di masa lampau dari
pada yang terekam oleh sejarah manusia. Gunung berapi yang pernah
erupsi besar yang pernah dialami dan dirasakan oleh manusia misalnya
adalah Gunung Kilauae, Vesuvius, Hekla (Islandia), DLL.
Prediksi
● Selain prediksi kapan terjadinya suatu erupsi gunung api,
kesadaran warga untuk menaati peraturan pun perlu
ditingkatkan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri.
● Perkiraan yang tepat adalah dalam jangka waktu yang paling
mendekati saat-saat akan terjadinya erupsi, yaitu bisa dalam
hitungan minggu atau hari sehingga warga tidak terlalu
dirugikan. Prediksi ini juga harus mampu menjelaskan dimana
lokasi vent-nya, serta apa tipe kemungkinan letusannya.
● Mitigasi Bencana, Upaya dalam mengurangi dampak erupsi
gunung api bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni:
kesiapsiagaan sebelum bencana erupsi dan penanganan saat
bencana erupsi terjadi
Terimakasi
h