Anda di halaman 1dari 109

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari lahir manusia dibekali dengan panca indera yang sama dengan makhluk

lain, salah satu dari panca indera tersebut adalah mata. Mata adalah salah satu organ

yang berperan dalam sistem penglihatan, mata bekerja untuk mendeteksi cahaya,

meneruskan sinyal tersebut ke retina dan membuat efek visual yang dikirim ke otak.

Panca indera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas. Oleh karena

itu banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati hanya dapat

diperiksa dengan menggunakan alat bantu. Salah stu alat bantu yang sering dipakai

dalam pengamatan, terutama dalam bidang biologi adalah mikroskop. Mikroskop

merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam

bidang biologi.

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah

sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata

kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini

disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat

oleh mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme

hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,

sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan

mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi.

Mikroskop adalah sebuah alat banu untuk melihat objek yang terlalu kecil

untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskop. Dan kata mikroskopik berarti sangat

kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Dan perkembangannya mikroskop mampu

mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat

denan mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam

penemuan mikroorganisme dan perkembangan secara mikrobiologi.

Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah Antonie

Van Leewenhock ( 1632-1723). Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop dengan

kualitas lensa yang cukup baik. Dengan menumpuk banyak lensa sehingga ia bisa

mengamati mikrooganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air

jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi.

Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan

penggunaan tertentu dan dengan berbagai macam kelengkapannya. Mikroskop

yang sering digunakan dalam biologi adalah mikroskop cahaya. Baik yang berlensa

okuler tunggal atau dikenal dengan mikroskop monokuler, maupun yang berlensa

okuler ganda atau yang disebut mikroskop binokuler. Cahaya harus berukuran kecil

dan tipis, agar dapat ditembus oleh cahaya (sinar matahari atau lampu).

Pembesaran yang sering terdapat pada mikroskop biologi adalah sebagai berikut :

1. Lensa objektik 4x, lensaa okuler 10x, perbesaran total 40x

2. Lensa objektif 10x, lensa okuler 10x, perbesaran total 100x

3. Lensa objektif 40x. Lensa okuler 10x, perbesaran total 400x

4. Lensa objektif yang palingkuat untuk mikroskop optik adalah 100x, yang disebut

dengah objektif .
Seiring berkembangannya zaman dan peradaban yang semakin kompleks,

para ilmuan berhasil menciptakan mikroskop.Mikroskop sangat berperan penting

dalam hal atau proses penelitian dalam penelitian atau sejenisnya.Mikroskop juga

bisa digunakan sebagai sarana untuk kegiatan praktek untuk sekedar mengetahui

atau pengenalan fungsi dan kegunaan pada bagian - bagian mikroskop.

1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat terampil dalam

menggunakan mikroskop dengan cepat dan aman dan mampu mengenal semua

bagian dari mikroskop dan fungsi-fungsinya.

Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat mengetahui

bagian-bagian dari mikroskop beserta fungsinya dan praktikan juga mampu

menggunakan mikroskop dengan baik dan mampu merawatnya.


II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Mikroskop

Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat

dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat

ini disebut mikroskop, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah

terlihat oleh mata (Anonim, 2012).

Mikroskop ditemukan pertama kali oleh Antony Van Leuwenhoek (1632-

1723) seorang ahli mikrobiologi yang berkebangsaan Belanda. Beliaumembuat

mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak

lensa sehingga ia bisa mengamati mikroorganisme yang lebih kecil dan tak kasat

mata (Purba, 1999).

Penggunaan mikroskop pertama kalinya untuk tujuan ilmiah adalah pada

abad ketujuh belas, yaitu dalam pekerjaan seorang ilmuwan yang bernama

Cornelius Drebel (1621), Janssen bersaudara diBelanda (1608), dan Antony Van

Leuwenhoek (1632-1723). Mikroskop digunakan untuk tujuan kedokteran dan

ilmiah oleh Athanasius Kircher of Fulda (1602-1680), dan dia dianggap sebagai

orang pertama kali yang menggunakan mikroskop untuk menginvestigasi penyebab

penyakit (Timmreck, 1998).

Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa

cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat

dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang
berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang

putar (Volk, 1984).

2.2 Macam –macam Mikroskop

Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan

penggunaan tertentudan dengan berbagai macam kelengkapannya pula. Benda atau

organisme yang akan diamati dengan mikroskop harus brukuran kecil dan tipis agar

dapat ditembus oleh cahaya (Volk, 1984).

Macam-macam mikroskop, yaitu :

a. Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop

mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan

stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa

okuler, dan kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung

tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal

(monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat

dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung

mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa

yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan

lensa-lensa mikroskop yang lain (Volk, 1984).

b. Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan

untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran

7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara
tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop

cahaya(Champbell, 2000).

c. Mikroskop Pendar

Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau

antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini

protein antibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya

rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi antibodi-antigen

itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi apabila antigen yang dimaksud

ada dan dilihat oleh antibodi yang ditandai dengan pewarna pendar (Volk, 1984).

d. Mikroskop Medan Gelap

Mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup, khususnya

bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya pisah

mikroskop majemuk (Volk, 1984).

e. Mikroskop Fase Kontras

Mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda hidup dalam

keadaan alaminya, tanpa menggunakan bahan pewarna. Pada bawah meja

objeknya dan pada lensa objektifnya terpasang perlengkapan fase kontras

(Volk, 1984).

f. Mikroskop Elektron

Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron

digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe,

yaitu mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi


(TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur

renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan

untuk mengamati struktur detil internal sel (Volk, 1984).

g. Mikroskop Elektron Pemayaran

Mikroskop ini menggunakan berkas elektron, tetapi yang seharusnya

ditransmisikan secara serempak ke seluruh medan elektron difokuskan sebagai titik

yang sangat kecil dan dapat digerakkan maju mundur pada spesimen

(Winatasasmita, 1986).

Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu:

1. Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler.

2. Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja

objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.

II. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum biologi tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop

dilaksanakan pada Selasa, 24 September 2019 pukul 13.00-18.30 WITA. Bertempat

dilaboratorium Ilmu-Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako,

Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum biologi tentang pengenalan dan

penggunaan adalah mikroskop, gelas objek,gelas penutup, pipet tetes dan cutter

atau silet.

Adapun bahan yang digunakan preparat ‘d’ dan sari-sari pati kentang

(Solanum tuberosum). Adapun medium yang digunakan yaitu air dan larutan

yodium.

3.3 Langkah kerja

3.3.1 Pengamatan Kertas

Adapun cara kerja pada praktikum biologi tentang pengenalan dan

penggunaan mikroskop yaitu,pertama-tama kita siapkan terlebih dahulu semua alat

dan bahan yang akan digunakan seperti mikroskop, gelas objek, gelas penutup,

pipet tetes, cutter, preparat “d”, dan sari-sari pati kentang (Solanum tuberosum).

Untuk mengamati preparat “d” kita siapkan terlebih dahulu mikroskop beserta

dengan gelas objek dan gelas penutup kemudian diletakkan diatas meja secara

perlahan-lahan, kemudian mengambil bahan yang akan digunakan dalam praktikum

(preparat), yaitu potongan kertas yang bertulis huruf “d” lalu diletakkan diatas gelas
objek dan ditutup menggunakan gelas penutup selanjutnya, gelas objek diletakkan

pada meja mikroskop dan dijepit dengan penjepit objek setelah itu diamati dengan

pembesaran 40 kali kemudian digambarkan bayangan huruf “d” seperti yang

terlihat pada mikroskop.

Percobaan ketiga kita mengambil sari pati kentang (Solanum tuberosum)

dengan cara dibelah menjadi 2 bagian .Untuk mengamati sari pati kentang

(Solanum tuberosum) terlebih dahulu kita siapkan semua alat dan bahan yang akan

digunakan kemudian ambil dan belah dua kentang (Solanum tuberosum) yang

sudah disiapkan dan kerik kentang (Solanum tuberosum) tersebut sampai

mengeluarkan sari-sari patinya. Kemudian meneteskan cairan tersebut pada gelas

objek. Lalu menutupnya dengan gelas penutup. Setelah itu untuk memperjelas

bentuk preparat gunakan pemutar halus dan pemutar kasar agar butir sari pati

kentang (Solanum tuberosum) kelihatan kontras terhadap air yang mengelilinginya,

kemudian mengamati bayangan butir sari pati kentang (Solanum tuberosum) pada

mikroskop dan menggambarnya seperti yang terlihat. Hasil pengamatan tersebut

dibandingkan dengan hasil pengamatan pertama ,perubahan apa yg terjadi.

Kemudian digambarkan pada hasil pengamatan kita.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum pengenalan dan penggunaan mikroskop yaitu:

Gambar 1: Mikroskop dan bagian-bagiannya.


Gambar 2: Preparat “d” sebelum diamati dengan menggunakan mikroskop.

Gambar 3: Preparat “d” setelah diamati menggunakan mikroskop dengan

pembesaran 40x.
Gambar 4: Sari pati kentang (Solanum tuberosum) yang belum ditetesi larutan

yodium dengan menggunakan pembesaran 40x.

Gambar 5: Sari pati kentang (Solanum tuberosum) yang telah ditetesi larutan

yodium dengan menggunakan miroskop pembesaran 40x.


4.2 Pembahasan

Mikroskop merupakan alat yang dapat membantu manusia dalam mengamati

dan meneliti benda-benda yang tidak dapat dilihat jelas jika hanya dengan mata

telanjang. Mikroskop juga merupakan alat utama dalam laboratorium dan penelitian

benda-benda yang jauh dari jangkauan mata biasa.

Pada hasil pengamatan pada preparat “d”, dapat dilihat bahwa setelah diamati

di mikroskop, huruf objek yang asli adalah “d” namun pada mikroskop terlihat

menjadi huruf “P”. Kemudian, pada saat preparat di geser ke kiri, bayangan objek

bergeser ke kanan, sedangkan apabila preparat di geser ke kanan, bayangan objek

bergeser ke kiri. Apabila preparat di geser ke belakang, bayangannya bergeser ke

depan dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi akibat dari sifat lensa objektif yang

nyata, terbalik dan diperbesar, kemudian diteruskan oleh lensa okuler berupa

bayangan maya dan diperbesar.

Pada hasil pengamatan sari pati kentang(Solanum tuberosum), terlihat bahwa

ada perbedaan saripati kentang(Solanum tuberosum) sebelum di tambah larutan

yodium dan sesudah di tambah larutan yodium. Pada saripati kentang(Solanum

tuberosum) sebelum di tetesi dengan larutan yodium, terdapat lingkaran lingkaran

kecil seperti kristal dalam jumlah yang besar namun setelah ditetesi yodium

lingkaran kecil tersebut menjadi berkurang karena, yodium bereaksi dengan sari

pati dengan membuat lingkarangnya berkurang dan sehingga membuat sari pati

terlihat seperti gelembung air. Gelembung tersebut adalah amilum dari

kentang(Solanum tuberosum). Amilum adalah suatu senyawa lapisan yang

mengelilingi sel kentang dimana sari pati kentang(Solanum tuberosum)tersebut


terdiri dari amilum dan hillus, amilum disusun oleh kloroplas dan juga sebagai

tempat untuk menyimpannya. Sari pati adalah karbohidrat yang terdiri dari

rangkaian molekul dan bentuknya seperti butiran yang berwarna hitam kebiruan

sari pati kentang(Solanum tuberosum) pertama kali dibentuk kloroplas. Didalam

bagian- bagian sari pati kentang(Solanum tuberosum) terdapat vakuola, plastid dan

amiloplas.
V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengenalan dan penggunaan mikroskop, dapat

disimpilkan bahwa:

1. Mikroskop merupakan sebuah alat optik yang berfungsi untuk melihat objek

atau organisme-organisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang

2. Mikroskop terbagi atas dua bagian yaitu bagian mekanik dan bagian optik,

dimana bagian-bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda

3. Preparat huruf “d”setelah dilakukan pembesaran 40x ,maka preparat huruf

“d”berubah menjadi preparat huruf “p”

4. Pada preparat huruf “d”menghasilkan bayangan yang maya ,terbalik,dan di

perbesar.

5. Kentang (Solanum tuberosum) memiliki sel yang rapat, ketika di tetesi

yodium selnya mengalami perubahan yaitu pada bagian inti sel dan bentuk

sel yang menjadi renggang atau terpisah-pisah

5.2. Saran

Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum kali ini, waktu yang telah

ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Juga jangan lupa untuk memperhatikan bagian-bagian

dari mikroskop apakah dalam keadaan baik dan lengkap.


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup.Ukuran sel sangat kecil

sehingga untuk melihatnya harus menggunakan alat yang disebut

mikroskop.Struktur sel pertama kali diamati oleh seorang berkebangsaan Inggris

yang bernama Robert Hooke (1635-1703).Pengamatan pengamatan terhadap sel

gabus tutup botol tampak susunan kotak kecil yang teratur. Kotak kecil tersebut

dalam bahasa Latin disebut cellulae (Wanatasasmita,1986).

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam

arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Struktur

sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua

organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar

organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota

beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi

untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.

Oleh karena itu sel berperan begitu penting bagi tubuh ini, walaupun

strukturnya begitu sangat kecil karena merupakan struktur terkecil dari makhluk

hidup. Hanya menggunakan mikroskop kita dapat mengamati sel. Namunpenuh

ketelitian dan ketekunan untuk dapat mengamati struktur dari sel tersebut. Ada tiga

macam bentuk sel yaitu, sel mati, sel tumbuhan, dan sel hewan. Setiap sel memiliki

struktur yang berbeda. Dan untuk lebih jelasnya tentang sel – sel tersebut,

dilakukanlah sebuah praktikum untuk mengamati masing – masing sel tersebut.


Adapun yang melatarbelakangi pengenalan sel dilaksanakan agar kita semua

dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel,dan bentuk.Serta dapat

membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pengamatan sel ini adalah untuk dapat mengenal bentuk dan

struktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari

berbagai jenis organisme serta mampu memahami sifat semipermeabilitas

membran sel.

Kegunaan dari pengamatan sel ini adalah kita dapat mengetahui struktur sel,

mengetahui jenis-jenis organisme dan dapat memahami sifat permeabilitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Sel

Pada tahun 1655 sel ditemukan oleh Robert Hooke. Hooke mengambil

sebagian dari jamur yang ada dibotol yang kemudian ditelitinya, kemudian dia

melihat bentuk seperti kamar. Bentuk inilah yang kemudian diberi nama sel. Dalam

tubuh kita terdapat hampir 200 jenis sel. Pada umumnya, sel memiliki struktur

tubuh yang sama tetapi bentuknya bisa berbeda-beda. Perbedaan bentuk sel yang

dimaksud yaitu yang terkait dengan perbedaan kerja yang dilakukannya dan tempat

dimana mereka berada (Sema, 2007).

2.2. Dasar Struktur Sel

Sel adalah unit kehidupan terksecil, yang berarti sel ini menjalani

matabolisme, homeostatis, pertumbuhan dan reproduksi. Bagian dalam sel

eukariota terbagi menjadi berbagai kompartemen fungsional termasuk nukleus. Sel

prokariotik biasanya lebih kecil dan lebih sederhana, tidak memiliki nukleus. Sel

berbeda dalam hal ukuran, bentuk, dan aktivitas(Prasaja, 2009).

2.3. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

Sel-sel eukariotik terdapat pada semua hewan dan tumbuhan, tetapi ada

sejumlah perbedaan penting antara sel-sel dari organisme-organisme dalam kedua

kingdom tersebut. Sel-sel tumbuhan hampir selalu mengandung dinding sel

ekstraseluler, yang terbuat dari selulosa. Sel-sel hewan umumnya tidak mempunyai

dinding sel. Dinding sel ditemukan pula pada fungi dan bakteri, tetapi bukan terbuat

dari selulosa. Plastid adalah ciri dari kebanyakan sel tumbuhan, tetapi tidak

ditemukan pada sel hewan. Vakuola merupakan ciri yang cukup menonjol pada sel-
sel tumbuhan, tetapi jauh lebih tidak penting atau bahkan tidak ada sama sekali pada

sel-sel hewan. Sentriol biasanya tidak ditemukan pada sel tumbuhan, sedangkan sel

hewan selalu memiliki sepasang sentriol yang terletak tepat di luar nukleus.

Tumbuhan sangat berbeda dari hewan dalam hal detil-detil spesifik dari

pembelahan sel (mitosis), walaupun demikian ciri-ciri umum dari fungsi

reproduktif tersebut mirip dengan kedua kelompok organisme tersebut (Fried,

2005).

Sel pada umumnya berbentuk bulat (kokus),batang(basil),lengkung(vibrio)

,spral,kubus,prisma memanjang dan peluruh.Dinding sel tumbuhan merupaka

matriks ekstra seluler yang menyelubungi setiap sel ,dinding sel tersusun atas

selulosa yang tertanam dalam polisakarida lain serta protein dan juga berukuran

jauh lebih tebal dari membran plasma yaitu 0.1 meter hingga beberapa mm ,dinding

sel melindungi sel tumbuhan(Amel Yeng ,2010)

2.4. Sifat Semipermiabel

Salah satu fungsi dari membran sel adalah untuk mengatur keluar masuknya

molekul - molekul. Untuk dapat menjalankan fungsi itu, maka membran sel harus

bersifat semipermeabel. Membran sel bersifat semipermeabel, artinya hanya zat -

zat tertentu yang dibutuhkan sel saja yang dapat melalui membran sel ini,

sedangkan zat - zat yang berbahaya dan tidak dibutuhkan oleh sel tidak dapat

melalui membran sel. Artinya tidak sembarang zat dapat melalui membran sel

(Fried, 2005).
Molekul hidrofobik, seperti hidrokarbon, karbon dioksida dan oksigen dapat

larut dalam membran dan melintasinya dengan mudah.molekul sangat kecil yang

polar tetapi tidak bermuatan juga dapat melintasi memran dengan sangat cepat,

contohnya air dan etanol. Membran sel sangat tidak permeabel terhadap molekul

polar tidak bermuatan yang lebih besar, seperti glukosa dan gula lain. Membran sel

juga relatif tidak permeabel terhadap semua ion, sekalipun ion kecil, seperti H

(positif) dan Na (positif).Protein yang ada di dalam membran memainkan peran

yang sangat penting dalam pengaturan transport (Prasaja, 2009).

Hal ini penting untuk mempertahankan zat - zat yang berguna agar tidak

keluar sel. Selain itu, sifat semipermeabel ini juga berguna untuk mencegah zat -

zat yang tidak berguna dan berbahaya masuk ke dalam sel. Kedua mekanisme ini

sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu sel. Dengan adanya sifat

semipermeabel ini, maka sel dapat memilih dan menyeleksi zat - zat yang akan

masuk maupun keluar, sesuai dengan kebutuhan sel tersebut (Prasaja, 2009).

III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum biologi tentang Pengamatan Sel dilaksanakan pada hari Selasa

,24 September 2019 13.00-18.30 WITA. Bertempat di laboratorium Ilmu-Ilmu

Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu, mikroskop, kaca

objek, kaca penutup, pipet tetes, tusuk gigi, pinset, cutter, pita ukur, toples, dan alat

tulis.

Dan adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu,

tumbuhan hydrilla (Hydrilla verticillata), batang ubi kayu (Manihot eesculenta),

bawang merah (Allium cepa), telur, dan air rendaman jerami (Oryza sativa).

3.3. Langkah Kerja

3.3.1 Pengamatan Sel Empulur Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Pertama-tama kita menyiapkan semua alat dan bahan terlebih dahulu

kemudian mengambil gabus dari ketela pohon, pada bagian tengah batang.Buatlah

sayatan setipis mungkin menggunakan cutter, lalu letakkan sayatan di atas kaca

obyek dan beri 1-2 tetes air.Kemudian tutup dengan kaca penutup (the glass) dan

jangan sampai terjadi kerutan atau lipatan.Lalu amatidibawah mikroskop dengan

perbesaran lemah (4 X) kemudian dilanjutkan dengan perbesaran kuat (10

X).Kemudian gambar beberapa sel.

3.3.2 Pengamatan Sel Bawang Merah


Bukalah satu lapis umbi bawang merah dan buatlah sayatan kulitari umbi lapis

tersebut.Gunakan pinset dan jepitlah sayatan kulit tersebut sehingga terlepas dari

umbinya secara perlahan-lahan Letakkan sayatan di kaca obyek dan beri 1-2 tetes

air dan tutup dengan kaca penutup secara perlahan jangan sampai ada lipatan

ataugelembungan udara.Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah ke

perbesaran yang kuat.Kemudian gambar beberapa sel dan bagiannya.Teteskan 1-2

larutan yodium di tepi kaca penutup, sampai larutan yodium menyebar ke sayatan

bawang merah, kemudian amati dengan pembesaran yang lebih besar.Gambarlah

sel tersebut dengan melakukan perbandingan sebelum atau sesudah di beri larutan

yodium.

3.3.3 Pengamatan Sel Daun Hydrilla

Ambil selembar daun yang muda atau daun pada pucuk Hydrilla kemudian

letakkan diatas kaca obyek lalu teteskan 1-2 tetes air. kemudian tutup menggunakan

kaca penutup dengan hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara..Amati sel

tumbuhan di bawah mikroskop, gambarlah sel-sel yang ada di daun hydrilla

verticilata.

3.3.4 Pengamatan Sel Air Rendaman Jerami (Oryza sativa)


Mengambil air rendaman jerami dengan menggunakan pipet tetes, lalu

dengan hati–hati dletakkan di atas kaca obyek.Kemudian tutup dengan kaca

penutup, jangan ditekan karena sel protozoa akan mati atau hancur.Amati dibawah

mikroskop dengan perbesaran yang lemah ke perbesaran yang lebih kuat.

Gambarlah sel protozoa yang diamati.

3.3.5 Pengamatan Sel Selaput Rongga Mulut

Pertama masing – masing setiap kelompok mengambil tusuk gigi, kemudian kita

masukkan tusuk gigi kedalam rongga mulut (Ephitelium mucosa) masing –masing

untuk mengambil epitel pada bagian dalam dinding pipi. Setelah kita mendapatkat

epitel , kita letakkan epitel diatas kaca objek dan jangan lupa beri satu atau dua tetes

air dan tutup kaca objek menggunakan kaca penutup dan jangan sampai ada

gelembung saat kita menutup gelas objek. Kemudian kita tetesi lagi epitel

menngunakan aquades dan kemudian kita amati menggunakan mikroskop dengan

pembesaran yang tepat.

3.3.6 Pengamatan Sel Darah Manusia

Pertama bersihkan terlebih dahulu jari manis yang akanb diambil darahnya

menggunakan alkohol dengan tisu /kapas. Tusukkan jari manis secara perlahan

dengan lanset yang telah distrerilkan dengan alkohol . Selanjutnya hapuslah darah

yang pertama kali keluar tersebut ,kemudian teteskan darah yang keluar berikutnya
secara langsung diatas gelas objek. Kemudian buatlah lapisan tipis dengan

menyentuh kaca objek lain pada tetesan darah sehingga membentuk 45% dengan

kaca objek yang ada tetesan darah ,doronglah tetesan darah dengan merata sehingga

membentuk lapisan bayangan darah tipis ,berilah tetesan larutan Metylin biru

supaya melekat. Cucilah hapusan darah tersebut dengan aquades, kemudian

keringkan dan amati dengan mikroskop.

3.3.7 Pengamatan Sifat Permeabilitas Sel Telur

Pertama kita siapkan satu buah toples kemudian kita ambil satu buah telur.

Ukur dan catat garis tengah telur, sisi horisontal dan vertikal telur. Masukkan telur

kedalam toples, jangan sampai kulitnya terganggu atau pecah.Tuangkan cuka

kedalam toples sampai seluruh telur terendam, lalu toples ditutup rapat-rapat.Amati

perubahan yang terjadi pada telur secara periodik selama 72 jam. Apakah diameter

telur naik atau turun.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang dapat diperoleh dari praktikum ini sebagai berikut :

Gambar 6: Sel tumbuhan pada emepelur batang ubi kayu (Manihot esculenta)

diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x.

Gambar 7 : Sel bawang merah (Allium cepa) diamati menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 40x.


Gambar 10 : Strukur sel darah merah manusia diamati menggunakan mikroskop

dengan perbesar 40x

Gambar 11 : Air rendaman jerami (oryza sativa) yang diamati menngunakan

mikroskop dengan perbesar 40x


Gambar 10: Struktur sel darah merah manusia diamati menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 40x

Gambar 11: Air rendaman jerami (oryza sativa) yang diamati menngunakan

mikroskop dengan pembesaran 40x


s

Gambar 12 : Struktur sel siung bawang merah (Allium cepa )di amati

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x.


4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop pada sel empulur

batang ubi kayu (Manihot utilissima) ini berbentuk heksagonal. Pada sel gabus

dapat terlihat adanya dinding sel dan ruang sel. Dimana fungsi dari dinding sel itu

sendiri yakni pembatas antara satu sel dengan sel yang lainnya, sedangkan ruang

sel berwarna putih dan terlihat kosong. Susunan dari sel gabus yakni sel satu

dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan beraturan. Sel gabus juga sering disebut

dengan sel mati. Yakni hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel

mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya

kosong. Bentuk sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Sel epidermis bawang merah (Allium

cepa) di bawah mikroskop yakni berbentuk kotak yang tersusun dengan rapi,

meskipun tidak kotak sempurna. Pada sel epidermis bawang merah(Allium cepa)

dapat terlihat bagian sitoplasma, nukleus, dinding sel dan vakuola. Dinding sel

terdapat pada bagian terluar dari sel yang dapat berfungsi sebagai pembatas.

Sitoplasma, nukleus dan nukleolus terdapat di dalam dinding sel. Vakuola ini

berfungsi sebagai cadangan makanan dari tumbuhan itu sendiri, sedangkan

sitoplasma berupa cairan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan zat kimia.

Didalam sel tumbuhan memiiliki dinding sel di luar membrannya, sehingga terlihat

rapi saat diamati dibawah mikroskop. Sel epidermis pada bawang merah(Allium

cepa)berwarna keungu-unguan karena mengandung kloroplas meski tak selalu

mengandung klorofil.
Hydrilla adalah tumbuhan spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia

memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dengan spermatophyta darat. Dinding

selnya tebal untuk mencegah osmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Sel

hydrilla berbentuk lonjong yang tersusun beraturan. Didalamnya terdapat kloroplas

dan klorofil. Pada daun hydrilla(Hydrilla verticillata), dapat pula diamati proses

aliran sitoplasma, yaitu pada bagian-bagian penyusun sel tulang daun yang

memanjang di tengah-tengah daun. Pada hydrilla juga terdapat trikoma yang

berfungsi untuk mencegah penguapan berlebih. Aliran sitoplasma dalam tumbuhan

akan menggerakkan plastid melewati beberapa vakuola kesegala arah yang disebut

sirkulasi, aliran ini biasanya terdapat pada sel tumbuhan yang masih muda, karena

pada tumbuhan yang masih muda sel-sel masih dalam tahapan pertumbuhan dan

perkembangan, sehingga masih membutuhkan bahan-bahan organik untuk sintesis

komponen-komponen sel. Sedang aliran sitoplasma yang mengelilingi vakuola

disebut aliran rotas, terjadi pada sel tua, karena sel tua tidak terlalu banyak

membutuhkan senyawa organik lagi, maka bahan organic tersebut dibawa ke

vakuola untuk disimpan sebagai cadangan makanan jika suatu saat tumbuhan

membutuhkannya misalnya dalam kondisi kekringan atau kemarau.

Pada sel epitel rongga mulut yang diamati dibawah mikroskop kita dapat

melihat adanya dinding sel dan sitoplasma. Bahwa fungsi dari inti sel dan

sitoplasma pada sel hewan sama seperti pada sel tumbuhan, bedanya sel hewan

tidak memiliki dinding sel. Sel mukosa pipi tidak mempunyai dinding sehingga

mempunyai bentuk yang tidak tetap dan mudah berubah – ubah bentuknya.
Selmukosa pipi hanya mempunyai membran sel saja sehingga sel mukosa pipi

termasuk sel hewan.

Pada rendaman air jerami (Oryza sativa )yang saya amati dibawah mikroskop

saya dapat melihat paramaecium memiliki tubuh yang sebagian atau seluruhnya

tertutupi oleh cilia atau rambut getar. Dimana bereproduksi secara vegetatif dengan

pembelahan melintang. Paramecium itu memiliki tubuh streamline yang dapat

digunakan untuk berenang. Laju renang dibantu oleh silia yang menutupi

permukaan tubuh.

Paramecium hanya bergerak di tempat dan berputar-putar. Selama bergerak,

silia membuat gerakan yang simultan dari anterior ke posterior, disebut ritme

metakronal.Bentuk sel pada paramecium seperti sandal (alas kaki),memiliki

makronuklesus satu, mikronukleus satu atau lebih, dimana mikronukleus berfungsi

sebagai alat reproduksi dan mikronekleus sebagai konjugasi.

Pada semi permeabel yang saya amati selama tiga hari berturut-turut yang

menggunakan rendaman cuka dan satu hari menggunakan rendaman sirup pisang

ambon dan pengukuran di lakukan pada pukul 14: 35 dan saya melihat pada hari

pertama kulit ari telur terkelupas, sehingga telur tampak putih dan ukuran

diameternya 14,0 cm, pada hari ke dua ukuran diameternya 14,2 cm, pada hari ke

tiga ukuran diameternya 14,3 cm, dan pada hari terakhir, yang menggunakan

rendaman sirup pisang ambon ukuran diameternya menjadi 13,0 cm


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap,

mempunyai dinding sel, mempunyai plastid, mempunyai vakuola atau

rongga sel yang besar, menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul)

pati, tidak Mempunyai sentrosom, tidak memiliki lisosom, nukleus lebih

kecil daripada vakuola.

2. Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan, tidak mempunyai bentuk yang

tetap, tidak mempunyai dinding sel, tidak mempunyai plastid, tidak

mempunyai vakuola, walaupun terkadang sel beberapa hewan uniseluler

memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan).

3. Yang biasa dimiliki hewan adalah vesikel, menyimpan tenaga dalam bentuk

butiran (granul) glikogen, mempunyai sentrosom, memiliki lisosom,

nukleus lebih besar daripada vesikel.

4. Pada sel bawang merah terdapat, inti sel, dinding sel, dan sitoplasma, pada sel

gabus terdapat, sitoplasma dan dinding sel, pada sel ephitelium pipi terdapat, inti

sel, dinding sel dan sitoplasma, dan pada daun hydrilla kloroplas, klorofil,

sitoplasma, tnikoma.

5. Salah satu protista mirip hewan yang ditemukan dalam air rendaman jerami

adalah Paramecium Sp dan Euglena.Paramecium Sp berukuran sekitar


50-350ɰm dan memiliki selubung inti (Eukariot) serta terdapat alat gerak

berupa silia.

6. Hewan ber sel satu terdiri dari organel sel: silia, inti sel, plasmolema,

flagelata, protoplasma.

7. Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong

dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior

(belakang) serta euglena memiliki alat gerak berupa flagel.

5.2. Saran

Sel merupakan unit terkecil penyusun dari makhluk hidup sehingga sebagai

asdos biologi sebaiknya ikut membatu pengamatan sel karena sangat penting

sehingga dapat membantu mahasiswa dengan mudah dapat membedakan sel antara

hewan dan tumbuhan. Dan saran dari percobaan ini, untuk laboraturium sebaiknya

alat-alat yang disediakan laboratorium diperhatikan, sehingga praktikan tidak

menggunakan alat yang kurang baik.Untuk asisten, mencoba lebih sabar dalam

membimbing praktikan. Sebaiknya dalam proses pembuatan ini harus lebih tenang

agar berjalan lancar dalam proses pembuatan laporan.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pertumbuhan

dan perkembangan berjalan dengan seiring waktu, contohnya pada

tanaman. Tanaman merupakan bagian besar dari alam yang ada di bumi kita ini.

Selain itu keberadaan tanamann di bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah

penting, karena ia merupakan satu kesatuan dari rantai makanan yang terdapat

dalam ekosistem.

Ekosisitem terdiri dari dua macam komponen yaitu biotik ,yang terdiri dari

tumbuhan, hewan, dan manusia. Sedangkan komponen abiotik antara lain udara,

gas, angin, cahaya, matahari, dan sebagainya. Antara komponen biotik dan abiotik

saling mempengaruhi, misalnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk

melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis di butuhkan oleh makhluk hidup

lainnya.

Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berada dengan fisiologi hewan atau

fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola

atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui

pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang

sepanjang hidupnya, kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi

makanannya sendiri, menggantungkn diri pada apa yang diperolehnya dari

lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus

bergerak, harus mencari makanan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu

dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.


Kita ketahui setiap makhluk memiliki sturuktur yang menyusunnya, seperti

halnya pada tumbuhan dikotil dan monokotil disusun atas berbagai organ seperti

akar, batang, daun, bunga dan biji. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai

jaringan, seperti jaringan meristem, dan jaringan pengangkut, meskipun sama-sama

diklasifikasikan tumbuhan dikotil dan monokotil mempunyai perbedaan yang

cukup jelas baik secara otonomi maupun secara morfologinya.

Kalau secara morfologi mungkin kita bisa melihatnya secara langsung seperti

bentuk daun, akar, dan batangnya.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum biologi tentang pengamatan tumbuhan adalah

untuk melihat dan mengetahui struktur akar, batang, dan daun tumbuhan dikotil

dam monokoti, dan mengidentifikasi perbedaan anatomi akar batang dan dau pada

tumbuhan dikotil dan monokotil.

Adapun kegunaan dari praktikum biologi tentang pengamatan tumbuhan

adalah agar praktikan dapat secara langsung melihat struktur jaringan penyusu

tumbuhan dan praktikan mampu mengidentifikasi jaringan-jaringan penyusun

organ tumbuhan dikotil dan monokotil baik bentuk, susunan, letak maupun

perbedaannya. Sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman serta

pemahaman praktikan mengenai praktikan mengenai materi pengamatan tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jaringan

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang

sama serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainnya yang

mendukung pertumbuhan pada tumbuhan (Mukhtar, 1992). Jaringan adalah

kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur

dan fungsi yang sam. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi

beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992).

Jaringan adalah kumpulan struktur, (fungsi, cara pertumbuhan, dan cara

perkembangan (Brolowidjoyo, 1989).

Jaringan menurut fungsinya dibagi menjadi dua yaitu jringan muda atau

jaringan meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball, 1992). Jaringan

terdiri dari jaringan mudatau meristem, jaringan dasar atau parenkim, sklerenkim,

xilem dan floem (Brotowidjoyo, 1989).

Tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tumbuh-tumbuhan

berbiji keping satu atau yang disebut monokotil/monocotyledonae dan tumbuhan

berbiji keping dua atau yang disebut dikotil/dicotyledonae (Brotowidjoyo, 1989).

2.2 Monokotil

Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri yang tidak berkacang, tidak

berkambium, akar serabut, pertulangan daun, sejajar dan mempunyai ikatan

pembuluh koklea (Mukhtar, 1992). Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang,

ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut (Saktiyono,

1989).

Contoh tumbuhan monokoil yaitu :


a. Sawit (Elais Guinensis)

b. Pisang (Musa Paradisiaca)

c. Kelapa (Cocos Nucifera)

d. Salak (Salacca Edulis)

e. Persik (Pronus Persica)

2.3 Dikotil

Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki biji keping dua yang

merupakan cabang dari dua tumbuhan angiospermae. Ciri tumbuhan dikotil adalah

bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, daun menyirip dan mempunyai

ikatan pembuluh kolateral terbuka (kimball, 1992).

Contoh tumbuhan dikotil yaitu :

a. Karet (Hevea Braziliensis)

b. Kacang kedelai (Glycine Soja)

c. Terong (Solanum Melongena)

d. Petai (Parkia Speciosa)

e. Cabe (Camsicum Frutescens)

III. METODE PRAKTEK


1.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat praktikum biologi tentang pengamatn tumbuhan

dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2016 pukul 13:00 – 15:00 WITA.

Bertempat di Laboratorium Ilmu-Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas

Tadulako, Palu.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum tentang pengamatan tumbuhan

yaitu cutter/pisau, pingset dan alat tulis.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum tentang pengamatan tumbuhan

yaitu tanaman jagung (Zea Mays), mangga (Mangifera Indica), bunga mawar

(Rossa SP), bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), bunga kamboja

(Adenium Obesum), kecamba kacang hijau (Vigna Radiata), dan batang ubi kayu

(Manihot Esculenta).

2.3 Langkah Kerja

Langkah yang dilakukan saat praktikum biologi tentang pengamatan tumbuhan

yaitu, siapkan semua bahan yang akan digunakan, ambil masing-masing satu

tanaman jagung (ZeaMays) sebagai tanaman monokotil dan tanaman mangga

(Mangifera Indica) sebagai tanaman dikotil. Kemudian amati morfologi akar,

batang, dan daun. Selanjutnya gambar ketiga organ (akar, batang, ddan daun) pada

kedua kelompok tanaman.

Pengamatan anatomi tumbuhan. Menyiapkan kaca objek dan kaca penutup

yang telah dibersihkan, membuat irisan melintang akar, batang dan daun dari

tanaman dikotil dan monokotil, dengan menggunakan kuas kecil ambil irisan
tersebut, kemudian letakkan diatas kaca objek secara terpisah dan tetesi dengan air

atau pewarna, menutup dengan kaca penutup secara perlahan, mengamati dibawah

mikroskop, menggambarkan dan berikan keterangan secara lengkap.

Pengamatan reproduksi tumbuhan. Mengambil bunga lengkap suatu tumbuhan

yang telah disiapkan. Mengambil daunkelopak (sepal)dan daun

mahkota.Perhatikan bagaimana kedua macam bagian tersebut melekat satu sama

lain atau pada dasar bunganya.juga perhatikan bagaimana stamen (benang sari)

melekat pada dasar bunga ovari yaitu bagian yang membengkak pada dasar pisti.

Belahlah bakal buahnya secara membujur dan perhatikan bagian-bagian di

dalamnya. Mengambil sebuah kecambah dan gambar.Mangambil satu batang stek

tanaman kemudian gambar.Apa yang telah disimpulkan dari ketiga gambar

tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum pengamatan tumbuhan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 11 : Pengamatan morfologi tanaman jagung (Zea mays) sebagai

tumbuhan monokotil.

Gambar 12 : Pengamatan morfologi akar tanaman jagung (Zea mays) sebagai

tumbuhan monokotil.
Gambar 13 : Pengamatan morfologi batang tanaman jagung (Zea mays) sebagai

tumbuhan monokotil.

Gambar 14: Pengamatan morfologi daun jagung (Zea mays) sebagai tumbuhan

monokotil.
Gambar 15 : Pengamatan morfologi tanaman mangga (Mangifera indica) sebagai

tumbuhan dikotil.

Ganbar 16 : Pengamatan morfologi akar tanaman mangga (Mangifera indica)

sebagai tumbuhan dikotil.

Gambar 17 : Pengamatan morfologi batang tanaman mangga (Mangifera indica)

sebagai tumbuhan dikotil.


Gambar 18 : Pengamatan morfologi daun tanaman mangga (Mangifera indica)

sebagai tumbuhan dikotil.

Gambar 19 : Pengamatan anatomi akar tumbuhan monokotil jagung (Zea mays)

diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x.


Gambar 20 : Pengamatan anatomi batang tumbuhan monokotil jagung(Zea mays)

diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x.

Gambar 21: Pengamatan anatomi daun tumbuhan monokotil jagung (Zea mays)

yang diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x.


Gambar 22 : Pengamatan akar anatomi tumbuhan dikotil mangga (Mangifera

indica) yang diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran

40x.

Gambar 23 : Pengamatan anatomi batang tumbuhan dikotil mangga

(Mangifera indica) yang diamati menggunakan mikroskop dengan

pembesaran 40x.

Gambar 24 : Pengamatan anatomi daun tumbuhan dikotil mangga (Mangifera

indica) yang diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran

40x.
Gambar 25 : Pengamatan anatomi sistem reproduksi tumbuhan bunga mawar

(Rossa sp) sebagai bunga lengkap.

Gambar 26 : Pengamatan anatomi sistem reproduksi tumbuhan bunga kamboja

(Adenium obesum) sebagai bunga tidak lengkap.


Gambar 27 : Pengamatan anatomi sistem reproduksi tumbuhan bunga kembang

sepatu (Hibiscus rosa sinensis) sebagai bunga lengkap.


Gambar 28 : Pengamatan morfologi kecambah kacang hijau (Viagna radiata).

Gambar 29 : Pengamatan morfologi stek ubi kayu (Manihot esculenta).


4.2Pembahasan

Perbedaan Anatomi Akar Monokoti dan Dikotil

a. Akar monokotil (anatomi)

Batas ujung akar dan kaliptra jelas, perisikel terdiri dari beberapa lapis sel,

Punya empulur yang luas sebagai pusat akar, tidak ada kambiumnya, Jumlah lengan

protoxilem banyak (lebih dari 12), Letak xilem dan floem berselang-seling.

b. Akar dikotil (anatomi)

Batas ujung akar dan kaliptra tidak jelas, Perisikel terdiri dari 1 lapis sel, Tidak

punya empulur/empulurnya sempit, Mempunyai kambium, Jumlah lenganxilem

antara 2-6, Letak xilem di dalam dan floem di luar (dengan kambium sebagai

pembatas)

Struktur Anatomi Akar Dikotil

Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem

jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem berkas

pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang

tersusun berselang-seling. Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil

berbeda.

Secara morfologi, kayaknya antara dikotil dan monokotil tidak ada bedanya.

Cuma, tanaman monokotil akarnya serabut dan tanaman dikotil akarnya

tunggang.floem di luar (dengan kambium sebagai pembatas). Asal akar adalah dari

akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga

membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada

pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama
sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi

oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu

menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum,

dinamakan kolumela.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Akar,batang dan daun monokotil dengan dikotil mempunya struktur

yang berbeda.

2. Tumbuhan monokotil dan dikotil mempunya perbedaan secara fisik meliputi ;

bentuk akar,bentuk sussum atau pola tulang daun, kaliptrogen atau tudung

akar,jumlah keping biji,kandungan akar dan batang lembaga.

3. Pertumbuhan akar dan batang tumbuhan monokotil meliputi ciri akar serabut

batang tidak bercabang dan di dalamnya tidak ada kambium dan memiliki daun

sejajar atau melengkung sedangkan tumbuhan dikotil memiliki akar

tunggang,batang bercabang dan didalamnya terdapat kambium dan

mempunyai bentuk daun menjari dan menyirip.

5.2 Saran

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum kali ini yaitu waktu yamg telah

ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Selain itu kerja sama antara asisten dengan praktikan

harus ditingkatkan, terutama dalam membimbing praktikan agar praktikan dapat

dengan benar dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang belakang.

Salah satunya amphibi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu “amphi” yang

berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi merupakan hewan yang hidup

dengan dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah dingin. Pembagian

tubh terdiri atas kepala, badan dan ekor. Kulit lembab berlendir, terdiri dari dermis

dan epidermis.

Tubuh hewan terdiri dari beberapa organ tubuh. Organ-organ bekerja sama

dalam melakukan fungsi yang lebih tinggi membentuk sistem organ. Hewan dibagi

ke dalam dua golongan, yaitu hewan vertebrata dan hewan invertebrata. Salah satu

hewan vertebrata adalah katak sawah (Rana cancarivora).

Ampibia merupakan salah satu kelas dari sub-fitum vertebrata. Ampibia

berasal dari bahasa yunani, yaitu amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti

hidup. Amphibia merupakan kelompok hewan yang mempunyai fase kehidupan di

air dan di darat. Amphibia terdiri dari empat ordo yaitu ordo uredela, ordo apoda,

ordo anura, dan ordo proanura. Tapi sekarang ini ordo proanura sudah dinyatakan

punah.

Pada amphibi, memiliki dua alat pernapasan yaitu dengan menggunakan paru-

paru pada saat berada di daratan dan dengan menggunakan kulitnya pada keadaan

basah (pada saat berada daam air). Kulit katak bersifat permiabel terhadap air dan

gas, serta kaya akan persediaan pembuluh darah. Adanya dua alat pernapasan ini

disebabkan karena faktor lingkungan hidupnya.


Organ terbentuk dari beberapa jaringan yang paling bekerja sama

melaksanakan fungsi tertentu. Contoh organ adalah usus halus yang disusun oleh

jaringan epitel, otot, ikat dan saraf. Organ dibedakan atas dua yaitu organ dalam

dan organ luar.

Organ tubuh hampir tidak ada yang bekerja sendiri, biasanya bekerja sama

dalam kordinasi tertentu sebagai satu bagian darisebuah sistem. Setiap sistem organ

mempunyai fungsi tertentu. Contonya: organ jantunng, pembuluh darah, dan darah

terikat dalam sistem peredaran darah (sirkulasi).

Semua organ tentu sudah mengenal hewan dari kelas amphibia seperti katak,

kodok, salamander, dan sebagainya. Tetapi pemahaman yang lebih dalam mengenai

hewan dari kelas amphibia masih terbilang minim. Dari segi teori, mungkin kita

sudah paham tetapi untuk mendeskripsikannya secara morfologi dan anatomi

seperti masi belum paham.

Untuk memahami struktur dan fungsi organ-organ yang terdapat pada hewan

vertebrata dalam hal ini adalah katak sawah (Rana cancrivora), maka dilakukanlah

percobaan dengan mengamati bagian atau organ-organ yang ada pada tubuh katak.

Pengamatan anatomi katak diperlukan pembedahan untuk memudahkan mengamati

bentuk kedudukan, dan hubungannya dengan organ lain.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan praktikum pengamatan hewan, Untuk mengetahui morfologi

dari katak (Rana sp), untuk mengetahui reproduksi dari katak (Rana sp), dan Untuk

mengetahui sistem pencernaan katak dari katak (Rana sp).

Adapun kegunaan praktikum pengamatan hewan ini adalah, setelah

menyelesaikan praktikum mahasiswa dapat memahami struktur morfologi, anatomi

dan histologi dari sistem organ pada hewan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Amphibia umumnya didefinisikan sebagai kata hewan bertulang belakang

yang hidup didua alam, yakni di air dan di laut. Amphibia bertelur di air atau

menyimpan telur di tempat lembab dan basah. Ketika menetes, Larva dengan dari

katak dikatakan berudu yang hidup di air atau ditempat basah tersebut dan bernafas

dengn insang. Setelah beberapa lama berudu kemudian berubah bentuk menjadi

katak dewasa yang umumnya hidup di darat atau ditempat yang lebih kering dan

bernafas dengan paru-paru (Djuanda, 1982).

Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air

tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamofosis dari berudu (aquatis

dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amphibius dan bernapas dengan paru-

paru), namun beberapa jenis amphibius tetap memilki insang selama hidupnya.

Jenis-jenis sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah

(Djarubito, 1989).

Amphibia mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir,

amphibi merupakan hewan berdarah dingin (poikilotem) yang mempunyai jantung

yang terdiri dari tiga ruang yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang

kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari

kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai
selaput tambahan yang diebut membrane niktilans yang sangat berfungsi waktu

menyelam. Pernapasan saat masih kecobang berupa insang dan setela dewasa alat

pernapasannya berupa paru-paru dan kulit, hidingnya mempunyai katup yang

mencegah air yang masuk kedalam rongga mulut ketika berenang, dan berkembang

biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantang diluar tubuh

induknya atau pembuahan eksternal (Djuanda, 1982).

Tubuh amphibia khususnya katak terdiri dari kepala, badan, dan leher yang

belum tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu terlepas

dari otot yang ada dalamnya, sehingga bagian dalam tubuhnya berupa rongga-

rongga yang berisi cairan limpa subkutan (Djuanda, 1982).

Kedua fase strukturnya menunjukkan bahwa amphibi merupakan kelompok

chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan air (Radiopoetro,1977).

Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada

fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan

bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.

Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke

daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan

menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi

terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Brotowidjoyo,

1993).

Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik.

Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari

debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem
syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan

menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum

konvulasi hampir tidak berkembang. Amphibi pada fase dewasa mulai terbentuk

kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun

demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke

daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal

dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu,

bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis

amphibi lain yang sudah ditemukan oleh ahli-ahli dimuka bumi ini, sebagian

hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk

berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama

hidupnya. Pada amphibi ini tidak ada terdapat stadium larva dalam air (Anonymous

1, 2013).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Adapun waktu dan tempat praktikum biologi pengamatan hewan dilaksanakan

pada hari Senin, 31 Oktober 2016, pukul 13.00-15:00 WITA. Bertempat di

Laboratorium Ilmu-Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako

Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktek biologi tentang pengamatan hewan

papan bedah, jarum pentul, pisau bedah (silet), pingset, sarung tangan medis, senter

kecil.

Adapun bahan yang di gunakan dalam praktek biologi tentang pengamatan

hewan, katak betina (Rana sp), katak jantan (Rana sp), kapas, alcohol 70%, toples

sosis 2 atau 4.

3.3 Cara Kerja


Siapkan alat-alat yang akan di gunakan, seperti; karter, gunting, pena, pensil,

kertas HVS dan sebagainya, Mengambil segumpal kapas (sebesar ruas empu jari

tangan), membasahi dengan alcohol 70%, lalu memasukkan ke dalam botol

pembunuh, segera pula memasukkan katak ke dalam botol pembunuh tersebut,

menutup dengan rapat. Membiarkan sampai katak pingsan.

Mengeluarkan katak (Rana sp) yang sudah tidak bergerak dan meletakkan di

atas baki bedah. Membiarkan kapas dalam botol dan menutup rapat.Ambillah

preparat yang akan di teliti. Gambar morfologi katak (Rana sp) tersebut. Letakkan

katak (Rana sp) pada punggungnya di atas baki bedah. Memaku keempat kakinya

dengan jarum pentul, sehingga tidak mudah goyang.

Dengan pingset menjepit membujur kulit bagian perut dekat paha, mengangkat

sedikit, menggunting melintang di bawah pingset, sehingga terbentuk celah pada

kulit perut. Seset kulit katak (Rana sp) kemudian belah bagian perut katak (Rana

sp), dengan pingset menjepit membujur kulit bagian perut dekat paha, mengangkat

sedikit, menggunting melintang di bawah pingset, sehingga terbentuk celah pada

kulit perut.

Amati organ tubuh katak sawah (Ranacancrivora) bagian dalam untuk

mengetahui jenis kelamin, system pencernaan, system organ, system reproduksi,

kemudian gambar dari masing-masing bagian tersebut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

Berikut adalah hasil pengamatan praktikum Biologi tentang pengamatan

hewan katak sawah (Rana cancrivora) :

Gambar 30 : Pengamatan morfologi katak sawah (Rana cancrivora) dalam

keadaan tertelungkup.
Gambar 31 : Pengamatan morfologi katak sawah (Rana cancrivora) dalam

keadaan terlentang.
Gambar 32 : Pengamatan anatomi sistem pencernaan katak sawah (Rana

cancrivora).

Gambar 33 : Pengamatan anatomi sistem reproduksi katak jantan(Rana

cancrivora).
Gambar 34 : Pengamatan anatomi sistem reproduksi katak betina

(Rana cancrivora).

4.2 Pembahasan

Pada pengamatan morfologi katak sawah (Rana cancarifora) dapat dilihat

dengan jelas bagian-bagian yaitu tubuhnya berbentuk bilateral simetris yaitu antara

bagian kanan dan bagian kiri mempunyai bentuk yang sama persis.Warna tubuh

katak yang telah diamati berwarna kecoklatan di sekujur tubuh dengan bagian atas

tubuh lebih gelap dibandingkan bagian bawah tubuh. Adanya warna kulit demikian

karena adanya lapisan yang terdapat pada bagian bawah kulit yaitu lapisan

melanofora. Lapisan yang ini mengandung melanin, jenis pigmen yang

menghasilkan warna cokelat gelap atau hitam sehingga pada kulit katak sawah

(Rana cancrivora) ini berwarna kecoklatan. Permukaan kulit pada katak sawah

(Rana cancrivora) licin dan lunak. Kulit yang lemas sebagai penutup tubuh

berfungsi menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis atau pathologis.

Kulit tersusun atas epidermis yang merupakan lapisan kulit paling luar dan dermis

yang terbagi atas jaringan lain. Dalam kulit terdapat butir-butir pigmen (pada

epidermis) dan sel pigmen (chromatofora) pada dermis.

Pada bagian kepala terdapat sepasang organon visus (mata) yang bulat dan

menonjol. Di belakang mata terdapat membrane tympani untuk menerima getaran


suara. Selain itu, juga terdapat mulut yang agak moncong ke depan yang berfungsi

sebagai alat pencernaan. Di dalam mulut terdapat gigi yang terdiri atas gigi maxilla

(rahang atas ) dan mandibula (rahang bawah), Lingua (lidah), berpangkal dicranial

mandibula bersifat bifida (bercabang), ujung caudal bebas dapat dijulurkan keluar

untuk menangkap mangsa.Katak memiliki 2 pasang kaki yaitu sepasang kaki depan

memiliki 4 jari dan sepasang kaki belakang memiliki 5 jari. Selain itu pula katak

memiliki kaki yang berselaput yang berfungsi untuk berenang. Struktur kaki

katak(Rana cancrivora) sangat bervariasi di antara spesies katak sesuai dengan

habitat yang ditempatinya yaitu seperti di tanah, dalam air, di pohon atau di liang

tanah.

Katak(Rana cancrivora) adalah pemakan hewan-hewan kecil seperti

serangga. Untuk mengakomodasi kebutuhan makannya, maka lidah pada

katak(Rana cancrivora) berukuran panjang yang dapat digulung. Hal ini

merupakan bentuk adaptasi guna menangkap makanannya. Sederetan gigi-gigi

kecil yang “rapuh” di sebelah dalam tepi rongga atas mulut, disebut dengan gigi

maksila. Gigi maksila sangat lemah, tidak dapat digunakan untuk menangkap

makanan. Oleh karenanya, katak(Rana cancrivora) mengalami bentuk adaptasi

lidah yang panjang, dapat digulung, bersifat kenyal dan lengket. Makanan

dimasukan ke dalam mulut, akan dicampur dengan saliva yang dihasilkan oleh

kelenjar ludah di rongga mulut. Saliva membantu memecah makanan secara

kimiawi, mengubah zat tepung menjadi gula sederhana. Sepasang gigi voramen

(berbentuk kerucut) menghiasi rahang atas rongga mulut yang membantu untuk
memegang dan mengunyah makanan. Makanan yang telah dilumatkan bercampur

dengan saliva, didorong menuju faring lalu ke esofagus.

Esofagus yang pendek menghantarkan makanan menuju lambung. Saliva dan

cairan mukus yang disekresikan faring ke dalam makanan membantu dalam proses

penelanan. Selain itu. esofagus menghasilkan cairan alkali guna memudahkan

penelanan makanan. Di lambung makanan akan dicerna secara kimiawi dan

mekanik. Lambung merupakan organ penyimpan makanan untuk sementara.

Partikel-partikel makanan akan dicampur dengan sekret lambung yang

mengandung enzim-enzim pencernaan dan getah lambung. Lambung katak terbagi

menjadi 2 bagian, kardiak adalah bagian yang berbatasan dengan esofagus,

sedangkan piloris bagian yang berbatasan dengan usus halus menuju kloaka.

Otot dinding-dinding lambung membantu meremas-remas makanan

membantu mencerna secara mekanik sedangkan di sisi lain enzim-enzim

pencernaan dan getah lambung bekerja mencerna makanan secara kimiawi.

Makanan katak yang berupa serangga akan dibantu dicerna oleh enzim kitinase.

Dinding lambung menghasilkan enzim kitinase yang membantu mencerna zat kitin

penyususn rangka luar/cangkang yanng keras pada arthropoda (serangga). Hal ini

memudahkan katak dalam menyerap nutrisi dari makanannya, serangga. Partikel-

partikel makanan dialirkan menuju usus halus melalui gerakan peristaltik. Terdapat

sfingter piloris yang membatasi lambung dengan usus halus, berfungsi mencegah

agar makanan tak dapat masuk kembali ke dalam lambung.

Usus halus menerima makanan dari lambung, melanjutkan

pencernaan secara kimiawi. Usus katak terbagi menjadi daerah pencernaan


(duodenum) dan daerah penyerapan (ileum). Sebagian besar proses pencernaan

berlangsung di dalam usus halus. Enzim-enzim pencernaan dari kelenjar

pencernaan pankreas disekresikan ke dalam ruang usus halus. Garam empedu hasil

sekresi dari hati dicurahkan ke dalam ruang usus halus guna mengemulsikan lemak

untuk dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Sari-sari

makanan akan diserap melalui pembuluh darah di sepanjang ileum (usus

penyerapan) untuk diedarkan ke seluruh sel di dalam tubuh.

Sisa-sisa makanan yang tidak tercerna akan didorong secara peristaltik

menuju usus besar. Sama halnya seperti manusia, di dalam usus besar ampas

makanan ini akan mengalami pembusukan, penyerapan air dan nutrisi yang tak

terserap ketika berada di usus halus. Kotoran akan dibuang melalui kloaka,

merupakan muara tiga saluran, saluran pencernaan, saluran urine, dan saluran

reproduksi. Hal in memungkinkan katak untuk defekasi, berkemih, bahkan

mengeluarkan sel kelamin secara bersamaan.

Menurut Anonymous (2010), sistem reproduksi pada katak terdiri atas:

Testis, sepasang bulat telur, berwarna putih kekuningan. Terletak di atas ginjal dan berisi

cadangan makanan yang digunakan pada musim kawin. Jaringan ini menghasilkan

spermatozoid yang dilindungi oleh selaput nesopehium. Spermatozoa dikeluarkan

melalui vena efferensia melalui bagian lateral dan ren.Vena efferensia. Berupa

saluran halus dari testis serta melalui nesorchium. Selanjutnya sperma dikeluarkan

melalui ren dan bermuara di ductus urospemachitus.Ductus spermachitus, sepasang

terletak pada bagian lateral dan ren bermuara di kloaka. Saluran ini menyalurkan
spermatozoa dan urine ke kloaka.Vesicula seminalis, merupakan bagian caudal dari

ductus urospermachitus serta tempat penyimpanan terakhir dari spermatozoa.

Pada jantan atau atau genitalis maskulinus terdiri dari sepasang testis

berbentuk oval dan berwarna putih kekunungan. Spermatozoa dihasilkan oleh

jaringan testis yang dilindungi oleh selaput mesorchim. Spermatozoa di keluarkan

dari tubuh melalui ductus urospermatis. Selain itu terdapat badan-badan lemak atau

corpus adiposum berwarna kekuningan dan berisi cadangan makanan yang

digunakan pada musim kawi (Anonymous, 2010).

Fertilisasi berlangsung secara eksternal, pada saat telur dilepaskan maka

jantan akan menyemprot spermanya untuk membuahi telur. Kelamin terpisah,

fertilisasi eksternal, telur terbungkus glatin lalu diletakkan di air menetes manjadi

larva atau berudu yang kemudian mengalami metamorphosis katak dewasa

(Anonymous, 2010).

Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal,

artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada

pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar,

karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih keciil dari pada pembuahan secara

internal. Katak jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak

si betinanya dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan

memijat perut katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan

katak jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur

yang dikeluarkan si betina. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari

nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi


dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses

yang dikenal metamorphosis


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum biologi tentang pengamatan hewan dapat diambil

kesimpulan :

1. Katak (Rana sp) merupakan amphibia yang secara tipikal dapat hidup di air

tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu

(akuatis dan bernafas dengan insang) ke dewasa (bernafas dengan paru-paru).

2. Morfologi Katak (Rana sp) terbagi menjadi lima bagian yaitu kepala (caput)

yang terdiri dari mata, lubang hidung, mulut dan telinga. Badan (truncus)

yang terdiri dari telinga hingga kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor

(cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke ujung. Katak mempunyai

sepasang anggota depan (extrimitas anterior), dan sepasang anggota belakang

(extrimitas posterior).

3. Saluran pencernaan pada katak (Rana sp) meliputi: rongga mulut,

oesophagus, gatrum (lambung), pylorus, duodenum, intestine, mesenterium,

rectum, cloaca, hepar, ductus hepaticus, vesica felea, ductus cysticus,

pankreas, dustus pancreaticus, dan ductus choleodocus.

4. Alat ekskresi utama pada katak (Rana sp) adalah sepasang ginjal yang

terdapat di kanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang

memanjang ke belakang. Pembuahan pada katak dlakukan di luar tubuh.

5.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum kali ini yaitu waktu yamg telah

ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Selain itu kerja sama antara asisten dengan praktikan

harus ditingkatkan, terutama dalam membimbing praktikan agar praktikan dapat

dengan benar dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.

Peneliti yang paling popular adalahGregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di

Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan

meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-

prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam

pembiakan silang.

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,

dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tertua kepada generasi

berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan

bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara

bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel melanjutkan

persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna

bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya

hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan

gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan

fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak

adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip

beserta perbandingannya. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan

dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel

I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of
Segregation of Allelic Genes ). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan

keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya

Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The

Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil

percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara

sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua

kepada keturunannya melalui gamet. Persilangan monohibrida adalah persilangan

sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan

persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda.

Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-

gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas

dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan

yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya

gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini ialah agar praktikan memahami angka-angka

perbandingan dalam Hukum Mendell melalui hukum kebetulan, memahami konsep

Hukum Mendell, memahami fenotipe dominan sempurna, memahami sifat-sifat

Hukum Mendel, dan cara penurunan gen.

Adapun kegunaan dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat mengetahui

bagaimana mendapatkan perbangingan dalam hukum Mendell, memahami angka-


angka perbandingan dalam hukum Mendell melalui hukum kebetulan dan dapat

mengetahui cara penutunan gen.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

padaorganisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya

'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum

Pertama Mendel, dan

2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel,

juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel

kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah

sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter

turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak

selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya P dalam

gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan

huruf besar, misalnya M).

2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari

tetua betina.

3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada

gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara
visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap

akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat

beda (monohibrit). Setiap indifidu yang berkembang baik secara seksual terbentuk

dari perleburan 2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel

dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel I

berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot. Dalam

peritiwa meiyosis, gen sealel akan terpisah , mesisng-masing terbentuk gamet. Baik

pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi

penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang

mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan

atau peristiwa.(Suryati Doti, 2011)

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis

berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak

berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.

Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum

Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)

Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif

heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam

gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam

perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).

Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun

sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai
kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant

lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet,

setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele

resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi

F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan.

Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu

1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder,

1997:33)

III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum biologi tentang memahami konsep hukum Mendel dilaksanakan

pada Senin, 10 Oktober 2016 pukul 13:00-15:00 Wita sampai selesai. Bertempat:

dilaboratorium Ilmu-Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Palu

3.2 Alat dan bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum penerapan hukum Mendel alat

yang digunakan adalah toples.

Adapun bahan yang digunakan adalah kancing baju warna merah dan putih

masing-masing 20.

3.3 Langkah kerja

Pertama-tama kita menyiapkan semua alat dan bahan terlebih dahulu

kemudian megambil toples dan memasukkan kacing baju warna merah dan putih

yang masing-masing 20 buah. Andaikan kancing merah sebagai induk jantan, dan

kancing putih sebagai induk betina. Kemudian toples tersebut digoyangkan agar

isinya tercampur. Kemudian ambillah dua buah kancing sebanyak tiga kali dengan

cara menutup mata.Catatlah masing-masing warna dari kancing yang telah diambil

sebanyak tiga kali.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka hasil yang di dapat adalah :

Macam Pasangan Frekuensi muncul

Merah-putih 2

Putih-putih 1

Merah-merah -

4.2. Pembahasan

Dominan Putih-putih : MMPP

Merah-putih resesif : mmpp

P1 MMPP >< mmpp

G MP mp

F1 MmPp

P2 MmPp >< MmPp

G MP MP

Mp Mp

mP mP

mp mp
MP Mp Mp Mp

MP MMPP MMPp MmPP MmPp

Mp MMPp MMpp MmPp Mmpp

mP MmPP MmPp mmPP mmPp

Mp MmPp Mmpp mmPp Mmpp

Genotipe Fenotipe

M + P (Dominan putih) = 1,2,3,4,5,7,9,10,13 = 9

M + p (Putih) = 6,8,14 = 3

m + P (Merah-Putih) = 11,12,15 = 3

m + p (Merah resesif = 16 = 1

Jadi perbandingan fenotipnya yaitu 9:3:3:1 atau 12:3:1

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan

kancing dengan 2 perbedaan pada warna yaitu kancing berwarna merah yang

diibaratkan sebagai induk jantan dan kancing berwarna putih yang

diibaratkan sebagai induk betina. Dilakukan pemilihan secara acak dari dalam

toples. Dilakukan 3X pengambilan dan didapatkan perbandingan 2 : 1

Pengambilan pertama dilakukan secara acak, diambil kancing berwarna

didapatkan pasangan merah-putih, pengambilan ke-2 didapatkan pasangan

merah-putih, dan pada pengambilan ke-3 didapatkan pasangan putih-putih.

Setelah disilangkan dengan cara dihibrid ditemukan fenotipe 1 PpMm,

kemudian perbandingan genotipnya adala 9:3:3:1. Artinya dominan putih ada

9, dominan putih ada 3, dominan merah ada 3, dan merah resisif ada 1.
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua varietas yang mempunyai

sifat beda lebih dari pada satu. Dihibrid sangat berhubungan dengan hukum

Mendell II yang berbunyi “Pengelompokan gen secara bebas”.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum memahami konsep hukum Mendell, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan pewarisan sifat

pada mahkluk hidup

2. Genotipe adalah komposisi atau sifat yang tidak tampak pada keturunan,
3. Fenotipe adalah sifat yang tampak pada keturunan,

4. Sifat dominan dapat ditemukan pada putih

5. Resisif ditemukan pada merah,

6. Pembandingan genotipe yang didapat 9:3:3:1.

5.2 Saran

Ini sebelum melakukan praktikum pihak yang ada di laboratorium sebaiknya

mengecek atau memperhatikan terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk

mengamati sesuatu yang akan di amati, demi mengantisipasi jalannya praktikum.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan

merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya

bersifat pasif. Tumbuhan memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan

yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah

kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya

berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga

dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ

tersebut.

Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan

terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan

sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk

mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian

tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini

yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan.

Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk uap

melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan

fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya

dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran

air yang berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun. Aliran air tersebut

akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam tubuh

tumbuhan.
Penguapan adalah suatu proses pergerakan molekul-molekul zat cair dari

permukaan zat cair tersebut ke udara bebas. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan

sebagian besar melalui permukaan daun disebut sebagai transpirasi.

Transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui permukaan

tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu

transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel.

Transpirasi ini biasanya bibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui

daun, karena sebagian besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan

daun tumbuhan. Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang proses

transpirasi, maka diadakanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui

kecepatan transpirasi dan untuk mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan

luas daun dalam waktu tertentu.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada

masing-masing tumbuhan dengan jenis yang berbeda. Serta mampu memahami dan

menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya proses

transpirasi pada tumbuhan.

Kegunaan dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat mengetahui

bagaimana proses transpirasi itu terjadi, perubahan apa yang terjadi dan mengetahui

pengaruh luas permukaan daun terhadap kecepatan transpirasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap

melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi
kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula

epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air

berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan

pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen

atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,

sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.

Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan

menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh

tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan,

ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk

besarnya transpirasi.Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang

terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat

higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka

penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya

gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di

bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya

panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan

penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses

transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan

kegiatan fotosintesis yang akan terus berlangsung agar kelangsungan hidup

tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995).


Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan

tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan

dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat

menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan

mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit.

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun

faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal

tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua

mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung

sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk

pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih

banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air

tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara.

Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan

secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya

sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada

makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi

karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah

lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu

lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat

(Dartius, 1991). Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh
masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari

sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah.

Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari

cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada

sel semakin rendah (Heddy, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain:

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan

menutupnya stomata

2. Kelembaban udara sekitar

3. Suhu udara

4. Suhu daun tanaman

(Guritno, 1995).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak

melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah)

dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan

resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk

perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata

dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya

tergantung pada suhu (Filter, 1991).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata.

Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada

beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini

daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Dwijoseputro, 1983).


III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum biologi tentang pengamatan proses terjadinya transpirasi

dilaksanakan pada Senin, 07 November 2016 pada pukul 13.00-Selesai. Bertempat

di laboratorium Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah rak dan tabung reaksi,

kertas grafik, alat tulis, dan gelas ukur.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan transpiraasi

tumbuhan ini yaitu minyak kelapa, daun hydrila(Hydrilla verticilata), pucuk daun

tanaman daun kayu jawa(Lannea coromandelica) dan tanaman gulma.

3.3 Langkah kerja

Petama-tama sebelum kita melakukan praktikum hal yang harus kita lakukan

adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kali

ini.

Kemudian kita letakkan 3 jenis tanaman tersebut kedalam air. Setelah itu

ambil 4 tabung reaksi dan masukkan air kedalam sebanyak 10 ml, masing-masing

tabung reaksi di beri label untuk label A untuk tanaman gulma, label B untuk

tanaman kayu jawa(Lannea coromandelica), label C untuk tanaman

hidrilla(Hydrilla verticilata), dan label D sebagai kontrol. Setelah itu masukkan

masing-masing tanaman kedalam tabung reaksi yang telah di beri label tersebut.

Kemudian dengan menggunakan pipet tetes masukkan minyak kelapa hingga

menutupi permukaan air.


Setelah itu, rak yang telah berisi 4 tabung resksi tersebut di letakkan di tempat

terbuka. Selanjutnya kita akan mengamati dan mencatat air yang

menghilang\menguap setiap 10 menit selama 1 jam. Jumlah air yang hilang pada

setiap 10 menit dapat kita hitung dengan menambahkan sejumlah air hingga

mencapai tinggi permukaan semula.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil

Adapun hasil dari praktikum pengamatan transpirasi pada tumbuhan sebagai

berikut :

Tabel 2. Hasil pengamatan transpirasi tumbuhan

Waktu Gulma Kayu Jawa Hydrilla Minyak

A B C D

10 0,4 0,4 0,2 0,1

20 0,4 0,4 0,2 0,1

30 0,4 0,4 0,2 0,1

40 0,4 0,6 0,2 0,1

50 0,4 0,6 0,6 0,1

60 0,4 0,6 0,6 0,1

Grafik 2. Pengamatan transpirasi tumbuhan


4.3 Pembahasan

Transpirasi dalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa

cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan

dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi.

Ada dua tipe transpirasi yaitu :

1.Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui

kutikula epidermis.

2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui

stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. Kutikula

daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan

transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang

melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui

stomata.

Faktor yang mempengaruhi transpirasi :

Faktor Internal

1. Penutupan Stomata

Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi

peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan

pelebaran stomata. Banyak faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan

stomata, yang paling berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembaban. Pada

sebagian besar tanaman, cahaya menyebabkan stomata membuka. Pada tingkat

kelembaban dalam daun yang rendah, sel-sel pengawal kehilangan turgornya

mengakibatkan penutupan stomata.


2. Jumlah dan Ukuran Stomata

Kebanyakan daun tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada

kedua sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan

lingkungan.

3. Jumlah Daun

Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

4. Penggulungan atau Pelipatan Daun

Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang

menguntungkan pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas.

Faktor eksternal

1. Kelembaban

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan

yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan

uap di luar daun, atau dengan kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih penuh

akan uap air dari pada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari

konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).

Sebaliknya, jika pada suatu hari di uadara banyak awan maka kebasahan antara

bumi dengan awan itu sangat tinggi. Kesimpulannya ialah, udara yang basah

menghambat transpirasi, sedang udara yang kering melancarkan transpirasi.

2. Temperatur

Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudu

tlain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan

tekanan uapair di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam
daun. Kenaikan temperatur itu sudah tentu juga menambah tekanan uap di luar

daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak didalam ruang yang

terbatas maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung di dalam

daun

3. Sinar matahari

Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan

menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena

sinar itu juga mengandung panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar

berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan

temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma

dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

Dari ke 4 percobaan yang kami lakukan tadi yang paling besar atau paling

banyak mengalami traspirasi adalah tanman Gulma, setelah itu tanaman kayu jawa,

kemudian tanaman hidrilla dan yang terakhir adalah kontor yang tidak berisikan

tanaman apapun. Dan yang menjadi penyebab tanaman gulma paling banyak

mengalami penguapan adalah jumlah daun yang lebih banyak dan lebih lebar

sehingga mengakibatkan proses transpirasi lebih cepat di bandingkan dengan dua

tanaman yang lainnya. Dan pada tabung reaksi D sulit mengalami transpirasi adalah

karena tabung D tidak memiliki tanaman untuk melakukan traspirasi.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan

tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain

dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan

dengan yang hilang melalui stomata

2. Proses transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam

meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun,

banyak sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang

termasuk faktor luar yaitu meliputi radiasi, temperatur, kelembaban udara,

tekanan udara dan keadaan air dalam tanah

3. Untuk tumbuhan yang berada di daerah terik matahari mempunyai laju

transpirasi yang lebih besar daripada tumbuhan di tempat teduh. Karena

cahaya matahari akan memacu proses transpirasi lebih besar akibat kenaikan

suhu pada daun dan membukanya stomata karena rangsang cahaya.

4. Tanaman yang paling banyak mengalami penguapan adalah tanaman gulma

5. Tanaman yang paling sedikit mengalami penguapan adalah tanaman hidrilla.

5.2 Saran

Sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium diperhatian dan dirawat dengan

baik agar penggunaannya bisa tahan lama dan efesien sehingga pada saat praktikum

bisa dipergunakan dengan baik dan juga bila perlu dipasang kipas angin atau AC

dalam ruangan laboratorium.


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan

dalam menggunakan karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta

diasimilasi dalam tubuh tumbuhan.Oleh karena itu proses pengubahan memerlukan

energy cahaya, maka asimilasi zat karbon disebut fotosintesis.Fotosintesis adalah

proses pengubahan zat organic H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organic

(karbohidrat) dengan pertolongan cahaya.Sumber energi cahaya alami adalah

matahari. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum. Masing – masing

spektrum mempunyai panjang gelombang yang berbeda,sehingga pengaruh

terhadap proses fotosintesis pada tumbuhan juga berbeda.

Metabolisme yang terjadi pada setiap jenis makhluk hidup tentunya tidak

sama. Bergantung komponen penyusun makhluk hidup tersebut dari tingkat seluler

hingga organisme. Dalam proses metabolisme terjadi berbagai reaksi kimia baik

untuk menyusun maupun menguraikan senyawa tertentu. Proses penyusunan

tersebut disebut anabolisme, sedang proses penguraiannya disebut katabolisme.

Salah satu contoh proses anabolisme yang sering kita dengar adalah proses

fotosintesis. Fotosintesis adalah mengolah bahan sederhana menjadi bahan yang

kompleks dengan bantuan cahaya pada tumbuhan. Bahan sederhana yang

digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis adalah karbon dioksida dan air.

Tumbuhan umumnya mendapatkan karbon dioksida dari udara dan mendapatkan

air dari tanah. Karbon dioksida diubah menjadi gula. Hasil sampingan proses ini

adalah gas oksigen.


Proses ini memerlukan energi alami yang didapat dari cahaya matahari.

Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum

mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses

fotosintesis juga berbeda. Energi cahaya matahari ini diserap oleh klorofil yang

terdapat pada tumbuhan. Proses Fotosintesis menghasilkan oksigen dan

karbohidrat. Fotosintesis pada tumbuhan dilakukan pada siang hari dengan bantuan

sinar matahari dan karbon dioksida serta mengeluarkan oksigen dan karbohidrat.

Oksigen akan disebarkan ke luar tumbuhan sehingga manusia dapat menghirupnya

untuk bernafas sedangkan karbohidrat digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk

pertumbuhan. Hampir semua makhluk hidup bergantung pada hasil fotosintesis.

Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Pada malam

hari karena tidak ada cahaya matahari, tumbuhan mengambil oksigen dari udara

dan mengeluarkan karbon dioksida.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa dalam

proses fotosintesis melepaskan oksigen dan menghasilkan glukosa serta untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis.

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah kita dapat membuktikan bahwa

proses fotosintesis menghasilkan amilum serta pengaruh cahaya matahari yang

sangat penting.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan

sebagai kebutuhan pokoknya harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses

sintesis karbohidrat yang terjadi dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki

klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan

sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya

cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal

ini disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya

matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari

(Dwidjoseputro, 1986).

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai

molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya

seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat

yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk

membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua

monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau

energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri

dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan

energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang

dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi

kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen

yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui

fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof (Putu, 1972).


Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta

berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala

dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.

Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama

lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan

bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya

tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin

tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat

tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan

(Salisbury, 1992).

Fotosistem ada dua macam, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Fotosistem I

tersusun oleh klorifil a dan klorifil b dengan perbandingan 12:1 dan tereksitasi

secara maksimum oleh cahaya pada panjang gelombang 700 nm. Pada fotosistem

II perbandingan klorofil a dan klorofil b yaitu 1:2 dan tereksitasi secara maksimum

oleh cahaya pada panjang gelombang 680 nm (Syamsuri, 2000).

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini

menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil

yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai

membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma

yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut

tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O),

konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Bahan-

bahan yang digunakan tumbuhan untuk membuat makanannya adalah zat hijau
daun, air, karbon dioksida, dan cahaya matahari ataupun lampu. Air diperoleh

tumbuhan dari dalam tanah. Air dari tanah diserap oleh akar. Air disalurkan ke daun

melalui pembuluh angkut (xylem). Karbon dioksida diperoleh dari udara yang

masuk melalui mulut daun (Romi, 1998).

Cahaya diserap oleh klorofil. Air yang sampai pada daun (di bagian kloroplas)

digunakan bersama karbon dioksida untuk proses fotosintesis. Melalui proses

fotosintesis, tumbuhan mengubah air dan karbon dioksida menjadi karbohidrat dan

oksigen dengan bantuan sinar matahari atau cahaya yang

cukup.Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam

fotosintesis karbonbebas dari CO2

diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi dan hasil

tersebut kita kenal dengan karbohidrat dalam makanan (Bita, 1994).


III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum Biologi dilaksanakan pada hari Senin,

14 November 2016,pada pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium

Ilmu-Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah pinset, gelas piala 100 ml 2 buah,

pemanas listrik, corong gelas atau corong plastik, tabung reaksi, potongan kawat,

air yang jernih, danalat tulis.

Adapun bahan yang digunakan ialah kayu jawa (Lannea coromandelica),

hydrilla (Hydrilla verticillata), daun ubi (Manihot esculenta), kayu eboni

(Diospyros celebica), kertas timah, alkohol 70%, air aqua dan betadine.

3.3 Langkah Kerja

Pertama, mari kita siapkan alat dan bahan, setelah alat dan bahan telah kita

siapkan mari kita mulai melakukan praktek. Percobaan pertama ialah percobaan

Sachs, langkah pertama yaitu pada sore hari tutuplah bagian tengah daun seperti

daun ubi (Manihot esculenta), kayu jawa (Lannea coromandelica), hydrilla

(Hidrylla verticillata, dan kayu eboni (Diospyros celebica) dengan kertas timah,

lipat dan beri penjepit agar tidak terlepas. Keesokan harinya, setelah daun yang

terkena cahaya matahari beberapa jam yang lalu, mari kita petik daun - daun

tersebut dan membuka kertas timah, masukkan kedalam air mendidih sehingga agak
layu. Lalu mari kita masukkan daun kedalam alkohol panas sampai warna daun

agak pucat. Dengan menggunakan pinset, kita pindahkan daun kedalam cawan petri

kemudian tetesi dengan betadine. Percobaan 2 yaitu percobaan tentang Ingenhousz,

langkah pertama yang harus kita lakukan ialah ambilah gelas piala lalu beri

potongan kawat sepanjang 30 cm agar dapat menyangga corong atau tabung reaksi.

Lalu mari kita masukkan Hydrilla (Hydrilla verticillata) kedalam corong lalu

letakkan diatas kawat setelah itu isi air secukupnya. Selanjutnya, ambil tabung

reaksi lalu isi dengan air hingga penuh lalu tuang tabung reaksi agar dapat menyatu

dengan corong yang berisi Hydrilla (Hydrilla verticillata). Kemudian bawalah

percobaan tersebut diterik matahari dan biarkan selama 30 menit.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah :

Gambar 35 : Daun eboni (Diospyros celebica) sebelum ditutupi kertas timah.

Gambar 36 : Daun Eboni (Diospyros celebica) setelah ditutupi kertas timah lalu

direndam air dan alkohol panas


Gambar 37 : Daun ubi kayu (Manihot esculenta) sebelum di tutupi kertas timah

Gambar 38 : Daun ubi kayu (Manihot esculenta) setelah ditutupi kertas timah

lalu direndam air dan alkohol panas.

Tabel 3. Pengamatan gelembung fotosintesis


Waktu (menit) Gelembung

5 0

10 11

15 12

20 20

25 25

30 32

Grafik 3. Pengamatan laju fotosintesis pada tumbuhan


4.2 Pembahasan

Fotosintesis adalah suatu proses biologi yang kompleks, proses ini

menggunakan energi matahari yang dapat dimanfaatkan oleh kloropil yang terdapat

dalam kloroplas. Fotosintesis selain memerlukan cahaya matahari sebagai bahan

bakar juga memerlukan karbondioksida dan air sebagai bahan anorganik yang akan

diproses untuk menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen.

Lima menit pertama dihasilkan 0 gelembung, lima menit kedua dihasilkan 11

gelembung, lima menit ketiga dihasilkan 1 gelembung, lima menit keempat

dihasilkan 8 gelembung, lima menit kelima dihasilkan 5 gelembung dan lima menit

keenam dihasilkan 7 gelembung sehingga jumlah gelembung yang dihasilkan

sebanyak 32 gelembung. Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin banyak

ATP yang terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis. Sehingga gelembung

yang dihasilkan semakin banyak. oksigen yang dirilis sebagai bi-produk dari proses

ini, adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sementara oksigen diperlukan untuk proses respirasi, glukosa memainkan peran

penting dalam diet, dan yang menjelaskan mengapa fotosintesis penting bagi semua

jenis makhluk hidup di planet ini - termasuk manusia.Pada percobaan yang telah

kami lakukan terbukti bahwa dalam proses fotosintesis menghasilkan oksigen. Hal

itu dibuktikan dengan adanya gelembung-gelembung udara yang dihasilkan oleh

tanaman hydrilla (Hydrilla verticillata).

Ketika kayu jawa (Lannea coromandelica), hydrilla (Hydrilla verticillata),

daun ubi (Manihot esculenta), kayu eboni (Diospyros celebica) belum direbus

warna daun yang tidak ditutupi dengan kertas timah berwarna hijau tua dan warna
daun yang ditutupi kertas timah berwarna hijau muda. Hal ini dikarenakan, daun

yang tidak ditutupi kertas timah melakukan fotosintesis pada siang hari, sementara

daun yang ditutpi kertas timah tidak melakukan fotosintesis pada siang hari.

Pada saat kayu jawa (Lannea coromandelica), hydrilla (Hydrilla

verticillata), daun ubi (Manihot esculenta), kayu eboni (Diospyros

celebica),dipanaskan dalam air sampai layu, warna daun yang tidak ditutupi kertas

timah berubah menjadi hijau kehitaman, sedangkan pada daun yang ditutupi kerts

timah berubah berwarna hijau muda.

Pada saatkayu jawa (Lannea coromandelica), hydrilla (Hydrilla

verticillata), daun ubi (Manihot esculenta), kayu eboni (Diospyros celebica),

dipanaskan didalam alkohol 70%, warna daun yang tidak ditutupi kertas timah

berubah menjadi kuning muda dan warna daun yang ditutupi kertas timah berubah

menjadi hijau.

Pada saat kayu jawa (Lannea coromandelica), hydrilla (Hydrilla

verticillata), daun ubi (Manihot esculenta), kayu eboni (Diospyros celebica)

dengan betadine, warna daun yang tidak ditutupi kertas timah berubah menjadi

kejinggaan dan terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam. Sedangkan pada daun

yang ditutupi kertas timah warna daun yang berubah menjadi hijau kehitaman.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Fotosintesis adalah proses pengubahan zat organic H2O dan CO2 oleh klorofil

menjadi zat organic (karbohidrat) dengan pertolongan cahaya.

2. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis pada percobaan ini, adalah cahaya

matahari dan konsentrasi CO2

3. Suhu mempengarui fotosintesis karena mempengaruhi kinerja enzim dan

membuka atau menutupnya stomata, pada proses fotosintesis suhu optimum

10-38oC.

4. Faktor intensitas cahaya yang terang (cukup/optimal) akan membuat proses

fotosintesis menjadi cepat tetapi bila cahaya yang tersedia sedikit, proses

fotosintesis menjadi lambat.

5. Warna yang memiliki panjang gelombang pendek sangat cepat

mempengaruhi laju fotosintesis sehingga menghasilkan banyak gelembung

gas.

6. Hydrilla (Hydrilla verticillata) digunakan sebagai objek pengamatan karena

tumbuhan ini adalah tumbuhan air yang berhubungan langsung dengan air.

7. Pada reaksi terang, jumlah gelembung yang dihasilkan lebih banyak daripada

reaksi gelap. Hal ini dikarenakan reaksi yang terang berhubungan langsung

dengan sinar matahari sehingga jumlah gelembung (O2) lebih banyak

dihasilkan.

8. Fotosintesis melibatkan sinar matahari untuk memperoleh hasil yang

sempurna.

9. Suhu, intensitas cahaya, dan kadar karbon dioksida yang tersedia berpengaruh

terhadap pembentukan oksigen dalam proses fotosintesis.


5.2 Saran

Alat – alat praktek yang ada di Laboratorium diperlengkap dan penyediaan

kapasitas ruang yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai