Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN AKHIR PRATIKUM BIOLOGI DASAR

Dosen Pengampu :
Yulianto Suteja, S.Kel.,M.Si.
Elok Faiqoh, S.Pi.,M.Pi.
Dwi Budi Wiyanto, S.Kel.,M.Si.

MUHAMMAD FIRDAUS FIRMANSYAH


1514511025

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

MIKROSKOP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panca indera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas.
Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan
diamati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu. Seiring dengan
berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah banyak ditemukan
alat bantu untuk menemukan alat atau menyelesikan masalah. Salah satu alat
bantu yang sering dipakai dalam pengamatan, terutama dalam bidang biologi
adalah Mikroskop. Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan dalam kemampuan
daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati objek yang
halus sekalipun (Winatasasmita, 1986).
Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah
sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini
disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari
organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam
penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Pramesti,
2000).
Mikroskop merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata
micros dan scopos. Mikroskop dapat diartikan sebagai alat yang dibuat atau di
pergunakan untuk melihat secara detail objek yang terlalu kecil apabila dilihat
oleh mata telanjang dalam jarak yang dekat (Moena, 2010)
Mikroskop menjadi alat yang sangat penting dalam bidang ilmu biologi
terkhusus ketika ingin mengamati zat/molekul-molekul yang berukuran kecil

yang tidak bisa dilihat dengan hanya mengandalkan penglihatan mata normal
(Volk, 1984)
Oleh karena itu, mikroskop harus diperkenalkan sejak dini kepada
seorang yang akan melakukan praktikum. Mikroskop dipelajari guna mengetahui
bagian-bagian mikroskop serta fungsinya masing_masing agar dalam kegiatan di
Laboratorium praktikan tidak lagi kebingungan ketika hendak menggunakan
mikroskop, serta bagaimana cara menggunakan mikroskop tersebut dengan baik
dan benar (Winatasasmita, 1986)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut
:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan mikroskop
2. Mengetahui bagian-bagian mikroskop serta fungsinya
3. Dapat mengoprasionalkan mikroskop dengan baik, benar dan aman ketika
hendak melakukan pengamatan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui informasi mengenai mikroskop
2. Agar dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop serta fungsinya
3. Agar dapat mengoprasionalkan mikroskop dengan baik, benar dan aman ketika
hendak melakukan pengamatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Sejarah Mikroskop

Menurut sejarah orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang
bernama mikroskop adalah Zachanas Janssen pada tahun 1590. Kemudian Galileo
Galilei (Itali), untuk membuat alat yang sama. Setelah itu seorang berkebangsaan
Belanda bernama Anthony Van Leuwenhock (1632-1723) terus mengembangkan
mikroskop (Moena, 2010).
Pada tahun 1675 Anthony Van Leuwenhock membuat mikroskop dangan
kualitas lensa cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia
bias mengamati mikrooragnisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang
dan air jambangan bunga. Dia menyebut benda bergerak tadi Animalcule
(Dwidjoseputro,1989)
Untuk melihat benda berukuran 200 nanometer diperlukan mikroskop dengan
panjang gelombang pendek. dari ide inilah ditahun 1932 lahir mikroskop elektron
menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari
cahaya oleh karena itu mikroskop elektron mempunyai resolusi yang lebih tinggi
dari mikroskop cahaya (Goldstein,2004)
Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micos yang berarti kecil
dan scopos yang berarti tujuan. Dari dua pengertian tersebut, mikroskop dapat
diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk melihat secara detail
objek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata telanjang dalam jarak yang
dekat (Sanjaya,2010)
Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa
objektif dan okuler. Dalam mikroskop baik lensa objektif dan okuler keduanya
merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu
bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik dan diperbesar
terhadap posisi benda mula-mula (Cambell, 2000)
Mikroskop adalah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan
alat ini disebut mikroskoli dan mikroskopik berati sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata (Fany, 2008)
Mikroskop majemuk adalah mikroskop yang mengunakan lensa tipis,
biasanya dipakai untuk melihat benda kecil yang letaknya dekat dengan alat
tersebut(Young and Freedman, 2001)

2.2 Macam-macam Mikroskop


Menurut Wheeler (1998), macam-macam mikroskop adalah :
Mikroskop Cahaya : memiliki dua jenis lensa yaitu objektif dan

okuler. Mampu memperbesar bayangan hingga 1000X


Mikroskop Binokuler : Mikroskop yang mampu memperjelas rincian

permukaan objek. Perbesaran hingga 30 X


Mikroskop Electron : Mempuyai dua resolusi sangat tinggi mampu
memperbesar bayangan hingga jutaan kali.

Menurut Fany (2008), macam-macam mikroskop adalah :


SEM (Scanning Electron Mikroskop)

difokus tajam dan digerakan sepanjang cuplikan.


TEM (Transmision Elektron Mikroskop)

: Berkas electron
: Berkas electron

dipancarkan langsung melalui objek yang akan diperbesar.


Menurut Faisal S. Perdana (2010), macam-macam mikroskop adalah :

Mikroskop Cahaya

: Mikroskop cahaya memilik perbesaran

maksimal 1000 kali. Mikroskop memiliki kaki yang berat dan kokoh

agar dapat berdiri dengan stabil.


Mikroskop Stereo
: mikroskop stereo merupakan jenis
mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran

relaitf besar.
Mikroskop Pender

: Mikroskop Flourenscence (pender)

dapat digunakan untuk mendektasi benda-benda asing atau anngen

( seperti baktwri atau virus dalam jaringan)


Mikroskop Medan Gelap
: mikroskop medan gelap digunakn
untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri yang begitu tipis

yang hamper mendekati batas daya mikroskop majemuk.


Mikroskop Fase Kontras
: Cara ideal untuk mengamati benda
hidup adalah dalam keadaan alamiahnya tidak diberi warna dalm
keaadan hidup yang mikrokopis tembus cahaya sehingga pada masingmasing tidak akan teramati

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi dasar yang pertama mengenai Mikroskop kali ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 09 Januari 2015 pada pukul 15.00 WITA hingga 17.00 WITA bertempat
di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :

1.1.1. Alat

No
1.

Nama alat
Mikroskop Binokuler

Kegunaan
Untuk mengamati sampel

Tisu

(plankton)
Membersihkan lensa dan

2.
3.
4.

Kaca preparat

preparat
Untuk meletakkan objek yang

Cover glass

akan di teliti.
Untuk menjaga dan menutup
sampel di kaca preparat agar

5.

Pipet Tetes

terhindar dari debu


Untuk memindahkan air sampel

1.1.2. Bahan
No
1

Nama Bahan
Sampel air

Kegunaan
Sebagai sampel yang akan
diteliti dengan mikroskop

3.3 Prosedur Kerja


Adapun tahapan dalam melaksanakan praktikum mengenai Mikroskop kali ini
adalah sebagai berikut :
3.3.1 Menyiapkan Mikroskop

Mengeluarkan mikroskop dari dalam kotak/ lemari dengan


menggunakan kedua tangan, tangan yang satu memegang
bagian tiangnya dan tangan lain memegang bagian kaki

mikroskop.
Letakan mikroskop pada meja yang kokoh. Jangan diatas buku

atau kertas yang berserakan diatas meja


Periksalah mikroskop, bahwa bagian-bagian lengkap, dalam

keadaan bersih dan tidak rusak.


Kalau badan atau meja mikroskop kotor, atau berdebu
bersihkan dengan tissue.

Kenalilahlah

dahulu

nama

bagian-bagian

mikroskop

berdasrkan apa yang telah dijelaskan.


3.3.2

Mengatur Penyinaran/Lampu

Pasang kabel mikroskop pada stopkontak.


Tekan tombol knop lampu kearah on dan untuk mematikan

tekan off
Setelah lampu menyala, aturlah kondensor pada posisi paling

atas, agar didapatkan penyinaran kritis (Criticall Illumination)


Untuk mengamati preparat yang tranparan, aturlah diafragma.

3.3.3

Mengatur Fokus
Tempatkan preparat diatas meja mikroskop
Naik turunkan meja mikroskop, jangan sampai menyentuh
preparat. Kerjakan dengan pelan dan hati-hati melalui lensa

okuler amati preparat sampai terfokus


Terdapat dua pengaturan focus yaitu pengatur kasar dan
pengatur halus, gunakan pengaturan kasar untuk mencari
bayangan objek dengan memutar pengaturan kasar secara

berlahan sehingga terfokus.


Untuk mendapatkan focus yang lebih baik putarlah pengaturan

halus
Mulailah dengan pembesaran lemah, baru dengan pembesaran
yang lebih kuat.

3.3.4

Mengganti Perbesaran

Putar objektif yang diinginkan kesumbu optic hingga bunyi

terdengar bunyi klik yang lemah


Untuk mendapatkan pembesaran yang lebih kuat putar objektif

kelensa objektif yang diiningkan sampai bunyi klik.


Atur kembali cahaya dengan level diafragma hingga didapatkan
kontras yang baik

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 1.1. Mikroskop tampak


samping

Gambar 1.2. Mikroskop tampak


belakang

4.2 Pembahasan
4.2.1. Bagian-bagian Mikroskop
Mikroskop adalah alat optic yang digunakan untuk mengamati bendabenda yang berukuran kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop membuat benda-benda yang berukuran kecil terlihat dengan
perbesaran

oleh

lensa

yang

terdapat

pada

mikroskop,

serta

meresolusikannya sehingga Nampak jelas oleh mata kita. Berdasarkan hasil


pengamatan tentang mikroskop, maka dapat dibahas tentang bagian-bagian
mikroskop beserta fungsinya sebagai berikut :
1. Lensa Okuler
: Lensa yang terletak dekat dengan mata
manusia (pengamat)
2. Lensa Objektif
: Lensa ini berada dekat pada objek yang
diamati berfungsi sebagai pembesar obyek yang berada pada preparat
dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
3. Kondensor
: Berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang
masuk dan diteruskan ke objek yang diamati
4. Kaki Mikroskop
: Bentuk umum seperti tapal kuda, berfungsi
sebagai alat penyangga atau penahan mikroskop agar dapat berdiri
dengan stabil
5. Lengan Mikroskop

: Berfungsi sebagai tempat pegangan ketika

sedang menggunakan mikroskop


6. Meja Preparat
: Berfungsi sebagai tempat meletakan preparat
atau objek yang akan diamati
7. Penjepit Kaca Preparat
:

Berfungsi

sebagai

penjepit

kaca

preparat agar tidak bergeser saat diamati


8. Diafragma
: Berfungsi mengatur bayangan atau banyaknya
cahaya yang masuk dengan mengatur bukaan irisan
9. Tubus/Tabung
: berfungsi sebagai penghubung antara lensa
okuler dengan mengatur lensa objektif
10. Revolver
: berfungsi sebagai penukar lensa objektif
sehingga untuk mengganti objektif cukup memutar revolver saja
sampai berbunyi klik

11. Makrometer

berfungsi

untuk

menggerakan

tubus

(pengaturan kasar)
12. Mikrometer

: berfungsi untuk memperhalus atau memerjelas

objek yang diamati


13. Pengatur Meja Preparat

preparat
14. Sumber Cahaya

: berfungsi sebagai pemberi cahaya pada

objek yang diamati


15. Dasar Mikroskop

: berfungsi sebagai alas kaki mikroskop

agar dapat berdiri datar


16. Tombol Power

: Untuk mematikan dan menyalakan

berfungsi

untuk

mengatur

posisi

sumber cahaya
4.2.2. Langkah-Langkah Menggunakan Mikroskop
Pegang lengan mikroskop dengan satu tangan dan tangan lain
menyangga kaki mikroskop. Letakkan meja pengaman pada tempat yang
tidak sebagai lalu lalang. Karena akan mempengaruhi saa mengamati suatu
objek. Letakan mikroskop diatas meja pengamatan. Agar dapat medan
penglihatan yang baik. Putarlah revolver sehingga diperoleh pembesaran
terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus
okuler.
Putar cermin mikroskop kearah sumber cahaya sambil melihat pada
lensa okuler sehingga diperoleh medan terang tanpa bayangan lain.
Letakkan preparat pada meja mikroskop lalu jepitlah dengan penjepitnya
sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondesor menembus kaca benda.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Mikroskop merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengamati bendabenda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
2. Mikroskop memiliki 2 bagian utama yaitu bagian mekanik dan bagian optik
(lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor).
3. Mikroskop merupakan alat yang mahal sehingga harus berhati-hati dalam
penggunaanya. Selain itu agar praktikan memperoleh hasil yang baik maka
perlu mengetahui prosedur dan aturan yang sesuai.
5.2 Saran-Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Diharapkan para praktikan lebih memahami hal-hal dalam penggunaan
mikroskop.
2. Diharapkan pola praktikan lebih teliti dalam melakukan penelitian
3. Diharapkan para asisten agar tidak jenuh dan lebih sabar dalam membimbing
praktikan
4. Diharapkan praktikan lebih memahami dan mampu serta terampil
menggunakan mikroskop dengan cepat dan aman.

DAFTAR PUSTAKA

Cambell, N.A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta


Chomer, 1994. Microscopes. New York. Mc.Grow. Hill
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta.
Erlangga
Fany, 2000. Jurnal Bagian-Bagian dan Sejarah Mikroskop. Bogor. Dikasinanjo
Goldstein, Philip. 2004. Ilmu pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi II. Jakarta. PT.Ikrar
Mandiri Abadi
Moena. 2010. Mikrobiologi. Bandung. Jica
Perdana, F.S. 2010. Hand Out Scanning Electron Microscopy
Pramesti, H, T. 2000. Mikroskop dan Sel FK. Unlam. Banjarbaru:Unlam
Sanjaya, A. 2010. Mikroskop. Bandung. Jica
Volk and Wheller. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Ke-lima Jilid 1. Jakarta. Erlangga
Winatasasmita, D. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Young and Freedman. 2001. Microscope Binoculear. University Physics. New York.
Addison Publishing Company, Inc

LAMPIRAN

Lampiran 1.1 PenggunaanLampiran 2.1 Penggunaan


mikroskop binokuler

mikroskop binokuler

BIODIVERSITAS TUMBUHAN LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki perairan laut yang lebih luas dari daratan. Oleh karena
itu, Indonesia dikenal sebagai Negara Maritime. Perairan laut Indonesia kaya
akan berbagai biota laut, baik flora maupun fauna demikian luas serta keragaman
jasad-jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di
laut yang saling berkesinambungan (Nybakken,1998).
Keanekaragaman hayati adalah variabilitas diantara makhluk hidup dari
semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terrestrial pesisir dan lautan serta
ekosistem aquatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup
menjadi bagiannya. Hail ini meliputi keragaman jenis, antar jenis dan ekosistem
(Manuputty,1984).
Perairan Indonesia dikenal kaya akan sumberdaya hayati laut yang
beranekaragam. Dari tumbuhan laut sampai hewan laut. Keanekaragaman
tumbuhan laut yang sering dijumpai adalah mangrove, lamun, dan alga.
(Lovelsss,1989)
Mangrove sendiri adalah tumbuhan tropis dan komunitasnya yang tumbuh di
daerah pasang surut (Kitamura et al,1997). Lamun adalah tumbuhan yang
berpembuluh dan memiliki bagian-bagian tumbuhan yang jelas (Nontji,1993).
Sedangkan alga adalah tumbuhan talus yang sukar dibedakan antara bagianbagian tubuh tumbuhannya (Silvius,1986). Keanekaragaman tumbuhan laut
tersebut semakin memperkaya keanekaragaman laut indonesia (Nybakken,1988).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara mangrove jenis Rizophora,
Mucronata, Sonneratia alba, dan Bruguiera gymnorrhiza.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara lamun jenis Enhalus acoroides,
Halophila ovalis, dan Halodule pinifolio.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari praktikum yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Agar menambah wawasan pembaca mengenai keanekaragaman
tumbuhan laut.

2. Agara pembaca mengetahui perbedaan antara masing-masing jenis


mangrove, lamun, dan alga.
3. Agar pembaca dan masyarakat dapat menjaga dan melestarikan
kekayaan laut Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa portugis mangue dan


bahasa Inggris grove. Dalam bahasa inggris, kata mangrove digunakan untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang surut dan untuk
individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang
dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu
spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal digunkan untuk menyatakan
komunitas tumbuhan tersebut, sedangkan menurut FAO, kata mangrove
sebaiknya digunakan untuk indivisdu jenis tumbuhan maupun komunitas
tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut. Mangrove adalah kelompok jenis
tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai subtropics yang
memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung gram dan
bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob (Nybakken,1980)
Kata mangrove berate tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada
daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang
surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarine, pantai dan river banks.
Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya
dijumpai pada pantai yang berombak relative kecil atau bahkan terlindung dari
ombak, disepanjang delta dan estuarine yang dipengarunghi oleh masukan air
dan lumpur dari daratan (Lovelss,1998)
Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi
mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang
dekat daratan pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove
tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas.
Sedangkan pada areal pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuhan
membentuk sabuk hijau atau green belt dengan komposisi yang hamper seragam
(Nicarita,dkk,1996)
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki fungsi istimewa
disuatu lingkungan yang mengandug garam. Mangrove merupakan ekosistem
yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak
relative kecil atau bahkan terlindungi dari ombak, di sepanjang delta dan

estuarine yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan
(Hachinoe,1998)
2.1.1

Ekologi Mangrove
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong
ke dalam family, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu:
Avicennia, Sonneratia, Rizophora, Bruguiera, Ceriops, Xytocarpus,
Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegilatilissnaeda, dan Conocarpus
(Bengen,2000). Berbagai biota laut hidup di hutan mangrove seperti ikan,
kepiting, Crustacea, burung ,biawak, ular dan tumbuhan lain. Yang hidup di
hutan mangrove antara lain anggrek, paku pakis, serta tumbuhan semut.
Adapun karakteristik ekologis dari mangrove aldalah (Bengen,2000) :
1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahanbahan yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang
2. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun
hanya tergenang pada saat pasang purnama.
3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air
atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah
pasokan unsur hara dan lumpur
4. Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5 0 celcius dan
suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 200 c
5. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas
mencapai 38 ppt
6. Arus laut tidak terlalu deras
7. Tempat-tempat yang terlindung dari angina kencang dan gempuran

ombak yang kuat


8. Topografi pantai yang datar atau landai
2.1.2 Fungsi dan Manfaat Mangrove Secara Umum
Adapun fungsi dari ekosistem mangrove adalah sebagai berikut
(Hutomo,1997)
1. Sebagai tempat asuhan (nursery ground). Tempat mencari makan,
tempat berkembang biak berbagai jenis crustasea, ikan , burung,

biawak, ular, tempat tumpangan tumbuhan semut, dan berbagai


kehidupan lainnya
2. Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan
angina kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan
instrusi air laut
3. Membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan
dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang
laut lainnya
4. Membantu perluasan daratan kelaut dan pengolahan limbah organic
5. Bermanfaat bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting mangrove
dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya tiram karena adanya
aliran sungai atau peranan yang melalui ekosistem mangrove
6. Sebagai penghasil kayu dan non-kayu
7. Berpotensi untuk fungsi pendidikan dan reaksi
2.1.3 Habitat dan Asosiasi Mangrove
Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran
terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi
dengan hutan air payau. Adapun habitat dan asosiasi mangrove adalah
sebagai berikut (erftemeijer,1988)
1. Tipe api-api (Avicennia sp.)
Paling dekat dengan air laut, merupakan mangrove parintis.
Substratnya berlumbur, kadang-kadang berparis dan kaya akan bahan
organic. Contoh bakau jenis ini adalah avicennia dan avicennia
officinellis
2. Tipe bakau (Rhizophora sp.)
Hidup di dekat pantai atau dibelakang avicennia subtract berlumpur
tetapi warnanya lebih pekat dan kaya akan humus, kadang lumpur
berpasir paling bisa hidup didekat laut adalah bakau gandul
(Rhizophora mucronata). Jenis lain yang masih termasuk dalam
kerabat Rhizophora antara lain Ceriops, Bruguire, dan Acanthus.
3. Tipe kandeka (Bruguier sp.)
Lingkungan hidupnya berada dibelakang dari tumbuhan bakau jenis
ceriops, mampu tumbuh dengan umur yang panjang dan lebih bisa
beradaptasi dengan wilayah darat, substrat berlumbur tetapi tidak
begitu dipengaruhi oleh factor pasang surut

4. Tipe nipah (Nypa frucicans)


Bakau jenis ini sudah mampu untuk tumbuh ditanah lunak berlumpur,
merupakan tipe peralihan dari laut ke darat dan dapat cepat beradaptasi
dengan kondisi salinitas tinggi atau pada daerah genangan air tawar.
Contoh tumbuhan ini adalah Sonneratia alba.
5. Tipe hutan bakau air tawar
Hanya dipengaruhi oleh air musim dimana pada musim barat daerah
ini tergenang oleh air. Sedangkan pada musim timur kering. Bakau
jenis ini tidak dipengaruhi oleh pasng surut. Contoh tumbuhan ini
adalah

Callophylum

sp.,Hibicus

sp.,

dan

Termanalia

sp.

(Romimohtarto dan Juwana,1999)


2.1.4 Penjelasan Klasifikasi Mangrove
Berdasarkan jenis mangrove yang telah diperoleh, berikut beberapa
penjelasan klasifikasinya (kitamura,1997).
1. Bruguiera sp.
Bruguiera memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut, bentuk
tubuh daun elips dengan ujungnya meruncing, bentuk tebal dan kaku,
bagian atas daun berwarna hijau muda dan kasar, tulang daun
meruncing dan beruas-ruas, dan permukaan daunnya halus dan
serabutnya hamper tak dijumpai. Buahnya pendek dan kecil, mudah
menyebar, memiliki perakaran lutut. Adapun klasifikasi dari jenis
Bruguiera adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rhizophorales
Famili
: Rhizophoraceae
Genus
: Bruguiera
Spesies : Bruguiera sp.
2. Rhizophora Mucronata
Mangrove jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk daunya elips, dengan
ujung daun meruncing bagian bawah terdapat bintik-bintik, tulang
daun beruas, buahnya pendek, kecil dan mudah menyebar, serta
memiliki tipe perakaran akar tunjang. Adapun klasifikasi dari jenisjenis Rhizophora adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae

Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Rhizophorales
: Rhizophoraceae
: Rhizophora
: Rhizophora mucronata

3. Sonneratia alba
Mangrove pidada atau perepat adalah nama umu untuk
sekelompok

tumbhan

dari

marga

sonneratia,

kini

keduanya

dimasukkan sebagai anggota suku lythraceae. Mangrove jenis ini


memiliki ciri-ciri pohonnya selalu hijau kulit kayunya berwarna putih
tua hingga coklat, tangkai bunga pohon ini tumpul dengan panjang 1
cm, dan daun mahkota warnanya putih dan mudah rontok. Adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Lythraceae
Genus
: Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba
2.2 Lamun
Lamun merupakan tumbuhan yang berpembuluh (vaskuler plant) dan jelas
memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Bentuknya seperti rumput
yang ada di darat, namun berbeda karena lamun mampu hidup di perairan laut
yang mengandung garam. Kita bisa menemukan tumbuhan lamun di dekat
pantai, diperairan laut yang dangkal, yang dasarnya berpasir. Oleh karena itu
tumbuhan lamun memerlukan intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk
berfotosintesis.

Pasir

yang

bisanya

menutupi

dasaran

padang

lamun

sesungguhnya adalah tumpukan pasir yang terbawa arus kemudian terperangkap


di padang lamun. Hasilnya dasaran padang lamun umumnya berupa dasaran
berpasir (Nontji,1993)
Terdapat keanekaragaman

jenis lamun yang ada di Indonesia, yaitu

Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila

decipiens, Halophila minor, Halodule pinifolia, Halophila spinulosa, Halodule


uninervis, Syngirodium iso etifolium, Thalassodendron ciliatum, dan Thalassia
hemparichi (Dwintasari,2009)
2.2.1 Ekologi Lamun
Adapun Karakteristik ekologi lamun adalah sebagai berikut :
1. Suhu berpengaruh terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat
memengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan
hidup lamun (Brouns dan hiejs 1986; Mars etal,1986; Bulthuis 1987).
Pada suhu kisaran 250C300C fotosintesiss bersih akan meningkat
dengan meningkatnya suhu namun kisaran yang lebih luas yaitu 5 0 C
350C (Mars et al,1986).
2. Lamun dapat hidup dengan salinitas antara 10 sampai 40 ppt. Dan
berada pada keadaan optimal pada salinitas 35 ppt (Zeiman,1986)
3. Kekeruhan dan kecerahan juga berpengaruh pada kelangsungan hidup
lamun. Lamun membutuhkan kecerahan air laut agar sinar matahari
dapat menembus air laut untuk proses fotosintesis (Erftmeijer,1993)
4. Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal.
Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga
2.2.2

mencapai kedalaman 30 meter (Hutomo,1997)


Fungsi dan Manfaat Lamun
Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang
kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, peranan lamun
di lingkungan perairan laut dangkal adalah sebagai berikut (Azkab,1988):
1. Sebagai prosdusen primer karena lamun mempuyai tingkat
produktivitas primer tertinggi bila di bandingkan dengan ekosistem
lainnya yang ada di laut dangkal
2. Sebagai habitat biota laut karena lamun memberikan tempat
perlindungan da tempat menempel berbagai hewan dan tumbuhtumbuhan, itu juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan
makan dari berbagai jenis ikan herbivore (Kikuchi dan Peres,1977).
3. Sebagai penangkap sedimen karena daun lamun yang lebat akan
memperlambat

air

yang

disebabkan

oleh

arus

dan

ombak,

menstabilkan dasar permukaan, serta mencegah erosi (Gingsburg dan


lowestan,1958).

4. Sebagai pendaur zat hara memfiksasi karbon yang sebagian besar


2.2.3

masuk kedalam sistem daur rantai makanan


Habitat dan Asosiasi Lamun
Habitat lamun itu, diperairan dangkal yang berpasir sering dijumpai
di terumbu karang, lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar
laut yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi
pertumbuhan lamun. Air dan pasang surut serta struktur substrat
memengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertumbuhan lamun
(Nontji,1987).
Daerah padang lamun organisme asosiasi sangat melimpah, hal ini
karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari
predator. Biota asosiasi yang ditemukan setiap transek berbeda-beda, biotabiota tersebut meliputi Crustacea, turbo, Bivalvia, ikan gobie, sponge, yang
beraneka ragam warna, halimeda gracilaria, bintang laut pleria, padina,
cacing tabung, alga, dan ceulerpa. Biota asosiasi memanfaatkan lamun
sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus
yang tinggi juga merupakan sumber bahan makanan baik dan daunnya

2.2.4

maupun epifit atau detritus (Syari,2005)


Penjelasan Klasifikasi Lamun
Berdasarkan jenis lamun yang diperoleh, terdapat beberapa yaitu
(Arman,2011):
1. Syringodium isoetifolium
Membentuk padang lamun jenis tunggal pada rataan terumbu
karang yang telah rusak. Syringodium isoetifolium memiliki ciri
tiap nodus hanya terdiri dari satu tegakan tiap tangkai terdiri dari satu
sampai dua helai, tiap nodus berakar tunggal dan banyak, tidak
bercabang. Adapun klasifikasi lamun Syringodium isoetifolium
adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliobiae
Ordo
: Halobiae
Famili
: Hydrocharitaceae
Genus
: Syringodium

Spesies : Syringodium isoetifolium


2. Halophila Ovalis
Umum dijumpai pada substrat berlumpur, dapat merupakan jenis
yang dominan di daerah intertidal dan mampu tumbuh sampai
kedalaman 25 meter. Adapun klasifikasi Halophila Ovalis sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Anthophyta
Kelas
: Angios permae
Ordo
: Hydrocaritaceae
Famili
: Halophilaceae
Genus
: Halophila
Spesies : Halophila Ovalis
3. Enhalus Acoroides
Memiliki bentuk fisik paling besar disbanding spesies lamun yang
lain. Daun berwarna hijau pekat, panjang dan lebar seperti sabuk,
lebarnya kurang lebih 3 cm dan panjangnya berkisar 30 sampai 150
cm. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Hidrocaritales
Famili
: Hydrocaritaceae
Genus
: Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
2.3 Alga
Alga merupakan tumbuhan thallus yang tidak mempunyai akar, batang,
daun, dan bunga. Struktur pembiakannya hampir selalu ber-sel tunggal, jika ada
yang ber-sel banyak setiap komponen sel membentuk satuan reproduksi baik
sabagai zoopora maupun gamet. Alat reproduksi tidak memiliki lapisan luar yang
terdiri atas sel-sel steril. Alga tidak pernah menghasilkan embrio, yaitu zigotnya
tidak pernah berkembang menjadi tumbuhan muda yang bersel banyak ketika
masih terbungkus oleh alat kelamin betina. Beberapa keanekaragaman alga
antara lain yaitu alga merah, alga hijau, alga emas, alga biru, dan alga pirang
(Dewi,2006).
2.3.1 Ekologi Alga
Adapun karakteristik ekologi alaga, adalah sebagai berikut :

1. Substrat yang digunakan menjadi tempat melekat adalah pasir, batuan


karang, coral mati, tanaman lain, dan mungkin benda-benda padat
yang kebetulan tenggelam dalam laut (Sze,1993;Bold dan Weyne,1985
dalam Jelantik,2003).
2. Cahaya matahari sebagai sumber energy sangat berpengaruh terhadap
alga untuk proses fotosintesis serta proses pertumbuhan dan
perkembangan pada alga (Luning,1990 dalam jelantik,2003).
3. Suhu yang tinggi menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta
dapat merusak enzim dan membrane sel yang bersifat labil terhadap
suhu yang tinggi pada suhu yang rendah, protein dan lemak membrane
dapat mengalami kerusakan sebagai akibat terbentuknya keristal es
dalam sel.
4. Terait dengan pertumbuhan, maka salinitas yang ekstrim dapat
menurunkan laju pertumbuhan alga secara tajam. Tingkat penurunan
laju pertumbuhan ini bergantung juga pada daya toleransi alga
terhadap fluktuasi salinitas.
5. Rendahnya keanekaragaman alga disebabkan karena hamper semua
alga tidak mengalami tekanan kekeringan
6. Gerakan air yang memperlancar difusi gas dan ion-ion yang diperlukan
2.3.2

oleh alga akan menjadi lebih cepat :


Fungsi dan Manfaat Alga
Banyak manfaat yang diperoleh dari alaga, tidak hanya dikonsumsi
tetapi juga dapat digunakan pada bidang kesehatan, secara umum alaga

2.3.3

mempunyai manfaat sebagai berikut:


1. Sumber utam energy makanan
2. Bahan makanan manusia
3. Makanan ternak
4. Bahan pembuatan pupuk
5. Bahan obat dan anti biotik
Habitat dan Asosiasi Alga
Tempat hidup alga umumnya di air, baik air tawar, laut maupun
payau. Tumbuhan alga juga ditemukan di daerah bersalju, bersimbiosis
dengan organisme lain seperti lumut, paku atau fungsi (membentuk Liches
yang mampu hidup diatas batu yang gersang dan kering), dan pada sumber
air panas. Alga dapat tumbuh hamper di semua tempat yang cukup basah

dan cukup cahaya untuk berfotosintesis. Salah satu habitat yang paling
ekstrim adalah alga yang dapat hidup pada jaringan tubuh hewan seperti
pada beberapa jenis mentimun laut, binatang-binatang karang yang
mengadakan simbiosis yang menguntungkan. Beberapa jenis alga memiliki
holdfast Sehingga dapat melekat pada substrat tetapi ada juga melayang
bebas dalam air bersama makhluk lain membentuk plankton. Alga sangat
penting sebagai produsen yang menyediakan makanan bagi sebagaian besat
2.3.4

hewan air (Lovelss,1989 dalam dewi,2006).


Klasifikasi Alga yang ditemukan
Berdasarkan alga yang diperoleh, terdapat beberapa penjelasan
klasifikasinya:
1. Alga Hijau
Mempunyai klorofila, klorofil 6, keratin dan xantofil.
Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air
tawar dan 10 % hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai
plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Adapun
klasifikasi dari alga hijau sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Thallophyta
Kelas
: Diatomeae
Ordo
: Ulvatrichales
Famili
: Ulvaceae
Genus
: Ulva
Spesies : Ulva lactuca
2. Alga Merah
Pada umumnya alga merah hidup dilaut dan beberapa jenis diair
tawar, mengandung pigmen klorofil, klorofil D, karoten, fikoeritrin,
fikosianin. Adapun klasifikasi alaga merah adalah sebagi berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Rhodophycophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Gracilariaciae
Genus
: Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp.
3. Alga Coklat

Alga coklat memiliki ciri utama yaitu thali berukurn besar


(sekitar 15 cm), membentuk kipas dengan lebar 2-8 cm, dan terdapat
segmen-segmen lembaran tipis (cabus) dengan garis-garis berambut
radial. Adapun klasifikasi alga coklat sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi
: Thollophyta
Kelas
: Phaeophyta
Ordo
: Fucales
Famili
: Fucaceae
Genus
: Padina
Spesies : Padina sp.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu dan Tempat di Lapangan
Pada praktikum Biologi Dasar mengenai Biodiversitas Tumbuhan
Laut, pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015.
Untuk pengambilan sampel berupa mangrove, dilaksanakan pada pukul
07:00-09:00 WITA yang bertempat dihutan mangrove Kedonganan.
Sementara untuk pengambilan sampel berupa lamun dan alga, dilaksanakan
3.1.2

pada pukul 14:30-16:30 WITA yang bertempat dipantai Samuh nusa dua.
Waktu dan Tempat di Laboratorium
Pada praktikum Biologi Dasar menenai Biodiversitas Tumbuhan
Laut, analisis sampel dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015, pukul
17:00-18:30 WITA yang bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universita Udayana Bukit Jimbaran.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
Biologi Dasar mengenai Biodiversitas Tumbuhan Laut adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Alat
N
o.
1.

Nama Bahan
Buku gambar

Kegunaan
Sebagai media
untuk menggambar
sampel yang

2.

Alat Tulis

diamati
Sebgai alat untuk
menggambar

3.

Plastik

sampel
Sebagai alat untuk
membawa sampel

3.2.2 Bahan
N

Nama Alat

Kegunaan

Daun mangrove

Sebagai Objek

Rhizophora mucronata

Praktikum

Buah mangrove

Sebagai Objek

Rhizophora mucronata

Praktikum

Bunga mangrove

Sebagai Objek

Rhizophora mucronata

Praktikum

Daun mangrove

Sebagai Objek

Sonneratia alba

Praktikum

Buah mangrove

Sebagai Objek

Sonneratia alba

Praktikum

Bunga mangrove

Sebagai Objek

Sonneratia alba

Praktikum

Daun mangrove

Sebagai Objek

Bruguiera gymnorrhiza

Praktikum

Buah mangrove

Sebagai Objek

Bruguiera gymnorrhiza

Praktikum

o.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Bunga mangrove
Bruguiera gymnorrhiza

Sebagai Objek

Praktikum
10
.

Daun Enhalus

Sebagai Objek

acoroides

Praktikum

Akar Enhalus acoroides

Sebagai Objek

11
.

Praktikum
12
.

Rhizome Enhalus

Sebagai Objek

acoroides

Praktikum

Daun Halophila ovalis

Sebagai Objek

13
.

Praktikum
14
.

Akar Halophila ovalis

Sebagai Objek
Praktikum

15
.

Rhizome Halophila

Sebagai Objek

ovalis

Praktikum

Daun Syringodium

Sebagai Objek

isoetifolium

Praktikum

Akar Syringodium

Sebagai Objek

isoetifolium

Praktikum

Rhizome Syringodium

Sebagai Objek

isoetifolium

Praktikum

Alga Ulva lactuca

Sebagai Objek

16
.
17
.
18
.
19
.

Praktikum
20
.

Alga Padina sp.

Sebagai Objek
Praktikum

21
.

Alga Gracilaria sp.

Sebagai Objek
Praktikum

3.3 Cara Kerja


3.2.3

Cara Kerja di Laboratorium


Adapun cara kerja dalam praktikum Biologi dasar Biodiversitas
Tumbuhan Laut, di laboratorium adalah:
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan
2. Diidentifikasi bagian-bagian tumbuhan (bunga, buah, daun) dan
spesiesnya
3. Setelah diketahui bagian-bagian tumbuhan dan spesiesnya, dicari
klasifikasinya
4. Lalu digambar dibuku gambar
5. Kemudian ditulis klasifikasinya disamping gambar tumbuhannya
6. Dilakuakan langkah tersebut pada mangrove dan lamun, untuk alga
tidak perlu dilakukan. Identifikasi bagian-bagian tumbuhan, karena

3.2.4

tidak dapat dibedakan antara daun, bunga, buah, dan akar


Cara Kerja di Lapangan
Adapun cara kerja dalam praktikum Biologi Dasar mengenai
Biodiversitas Tumbuhan Laut, di lapangan adalah:
1. Disiapkan alat
2. Sampel diambil dengan hati-hati
3. Dimasukkan kedalam plastic
4. Dibawa ke laboratorium

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 2.1. Daun


Rhizopora mucronata

Gambar 2.2. Propagul


Rhizopora mucronata

GambarGambar
2.3. Bunga
mucronata
2.4. Rhizopora
Akar Rhizopora
mucronata

Gambar 2.5. Daun Sonneratia


alba

Gambar 2.6. Buah Sonneratia alba

Gambar 2.7. Pucuk Sonneratia alba

Gambar 2.8. Bunga Sonneratia alba

Gambar 2.9. Akar Sonneratia alba

Gambar 2.10. Daun Bruguiera


gymnorrhiza

Gambar 11. Buah Bruguiera gymnorrhiza

Gambar 12. Bunga Bruguiera


gymnorrhiza

Gambar 2.13. Akar


Bruguiera gymnorrhiza

Gambar 2.14 Lamun


Enhalus acoroides

Gambar 2. 15. Lamun Halophile ovalis

Gambar 2.17. Alga Glacitaria sp.

Gambar 2.16. Lamun


Syrongodium Isoetifolium

Gambar 2.18. Alga Ulva lactuca

Gambar 2.19. Alga Padina sp.


4.2 Pembahasan
4.2.1

Pembahasan Mangrove
Berdasarkan sampel yang didapat, ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda. Ketiga spesies itu adalah Rhizophora
mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera Gymnorrizha. Sesuai dengan
tinjauan pustaka sebelumnya, Rhizophora mucronata yang diperoleh sudah

sesuia dengan ciri-ciri mangrove yang ada di tinjauan pustaka. Adapun ciriciri dari Rhizophora mucronata adalah bentuk daun elips,dengan ujung
daun runcing, buah pendek, sudah sesuia dengan ciri-ciri Rhizophora
mucronata yang ada di tinjauan pustaka. Dari ketiga spesies yang
ditemukan seperti Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrihza yang
diperoleh, sudah memenuhi ciri yang ada di tinjauan pustaka. Dari ketigsa
sspesies mangrove yang ditemukan memiliki perbedaan, yaitu bentuk akar,
buah, daun, dan batang. Meskipun demikian perbedaan tersebut tidak
terlalu mencolok, antara Rhizophora dan Bruguiera memliki kemiripan
4.2.2

dalam bentuk daun hanya berbeda pada ketebalan dan bentuk daunnya.
Pembahasan Lamun
Berdasarkan sampel yang didapat, Ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda. Ketiga spesies itu adalah Enhalus
acoroides, Halophila ovalis, Halodule pinifolia. Sesuai dengan tinjauan
pustaka sebelumnya, Enhalus acoroides memiliki ciri-ciri daun yang
panjang dan berwarna hijau daunnnya panjang dan lebar. Begitu pula
dengan Halophila ovalis, yang memiliki bentuk oval dan Halodule pinifolia
yang memiliki bentuk daun tipis dan panjang. Dari ketiga spesies lamun
yang ditemukan memiliki perbedaan, terutama pada bentuk akar dan
bentuk daun.

4.2.3

Pembahasan Alga
Berdasarkan sampel alga yang didapat, ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda, ketiga spesies itu adalah Ulva lactuca,
Padina sp., dan Glacilaria sp. Sesuai dengan tinjauan pustaka, alga
memiliki ciri yang sangat mencolok, yaitu pigmen warna. Pada praktikum
ini, alga yang ditemukan adalah alga merah, hijau, dan coklat. Perbedaan
yang mencolok dari ketiga spesies alaga tersebut adalah pigmen warna dan
struktur alganya.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Biologi Dasar Mengenai Biodiversitas
Tumbuhan Laut adalah:

1. Perbedaan yang terjadi antara Rhizophora mucronata, Sonneratia alba,


dan Bruguiera gymnorrhiza adalah terletak pada perbedaan bentuk daun,
bunga(warna), bentuk akar, dan bentuk buah
2. Perbedaan yang terjadi antara lamun Halophila ovalis, Syirongodium
Isoetifolium, dan Enhalus acoroides adalah terletak pada perbedaan
bentuk akar dan bentuk daun
3. Perbedaan yang terjadi antar alga merah, coklat, dan hijau adalah terletak
pada perbedaan warna pigmen tubh dan bentuk tubuh alga
5.2 Saran-Saran
Adapun saran dari praktikum mengenai biodiversitas tumbuhan laut
sebaiknya acc oleh asdos dilakukan lebih cepat. Waktu terulur karena adanya
asdosnya yang tidak hadir. Sebaiknya ada asdos pengganti ketika ada asdos yang
tidak hadir. Sehingga acc gambar dapat selesai tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Arman. 2011. Pengenalan dan engelolaan Ekosistem Lamun pkspl. IPB Bogor
Azkab. 1988. Ekosistem Pesisir. Bogor : IPB
Bengen, D. G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan Kampus dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor :
Institute Pertanian Bogor

Dewi. 2006. Alga. Jakarta : LIPI


Dwintasari. 2009. Pengelolaan Sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara
terpadu. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Erftemeijer, P & E, Djuharss. 1988. Survey of Coastal Netlands and Waterbirds in the
Bratas and Solo Deltas. East java (Indonesia) PFIPA
Gingsburg. 1958. Radjoengans. De Tropische natutir. 16. 155-160
Hachinoe, dkk. 1998. Manul Persemaian Mangrove di Bali. Denpasar : Indografika.
Utama
Hutomo. 1997. Laut Nusantara Indonesia. Jakarta : PT. JKA
Kihuchi. 1997. Consumer Ecology of Seagrass Beds, PP.147-193 New York : Dekket
Inc.
Kitamura, SC. Anwar, A. Chaniaga & S, Baba. 1997. Hand Book of Mangroves in
Indonesi, Bali &Lombok : JICA 7 ISME
Lovelss. 1989. Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Jakarta : Gramedia
Manuputty, AEW. 1984. Some notes on the crustacean fauna Round Mangrove Area
Of Pances Balok. Cimanuk river Eastuary WEsst Java. Dalam posiding.
Symposium mangrove environment-resto ration management 1984 : 231-240
Mars etal,1986. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta : PT Gramedia
Nicarita,

dkk.

1996.

Ekosistem

lahan

basah-Indonesia-Bogor

:Wetlands

International-Inodensia Programme
Nontji. A. 1993. Laut nusatara. Jakarta : Djambatan
Nybakken, j.w. 1980. Biologi laut suatu pemdekatan ekologis. Jakarta : Gramedia

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran. 2.1 pengambilan sampel

Lampiran. 2.2 pengambilan sampel

Lampiran. 2.3 pengambilan sampel

Lampiran. 2.4 pengambilan sampel

BIODIVERSITAS HEWAN LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki perairan laut yang luas dari daratan. Oleh karena itu,
Indonesia dikenal sebagai Negara maritime. Perairan Indonesia kaya akan
berbagai biota laut, baik hewan maupun tumbuhan. Demikian luas serta
kergaman jasad-jasad hidup didalam yang kesemuanya membentuk dinamika
kehidupan dilaut yang saling berkesinambungan (Nyabakken, 1988)
Keanekaragaman hayati adalah variabilitas diantara makhluk hidup dari
semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terostrial pesisir dan lautan dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologi tempat hidup makhluk hidup
menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman antar jenis dan ekosistem.
(Manuputty,1984)
Perairan Indonesia dikenal kaya akan sumber daya hayati laut yang
beranekaragam. Dari hewan laut sampai tumbuhan laut, sumber hayati dapat
ditunjukan dengan adanya keragamn biota laut yang dapat ditemukan hamper
diseluruh perairan Indonesia. Biota laut yang ada di Indonesia seperti
Echinodermata, Molusca, Crustacea, Chepalopoda. Adapun yang termasuk
Echinodermata adalah kelas Asteorida (Bintang Laut), Kelas Gphluroida
(Bintang mengular), kelas Holothuroidea (teripang). Sedangkan yang termasuk
Molussca seperti kelas Bavalvia (Cumi-cumi), dan kelas Gastropoda (Siput Laut)
yang termasuk Crustacea adalah kelas Malacostraca (Udang Windu dan Kepiting
Bakau). Sebab dari itu biodiversitas biota laut atau keanekaragaman biota laut
tersebut semakin memeperkaya keanekaragaman laut Indonesia (Keenan, 1998)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Biologi Dasar mengenai Biodiversitas
Hewan Laut adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keanekaragaman hewan laut didalam paraktikum kali ini
2. Untuk mengetahui cirri-ciri fulum Mollusca, Echinodermata, dan kelas
Arthropoda serta Cephalopoda
3. Untuk mengetahui perbedaan antara filum Mollusca, Echinodermata,dank
kelas Arthropoda dan Cephalopoda
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Biologi Dasar mengenai Biodiversitas
Hewan Laut adalah sebagai berikut :

1. Agra menambah wawasan praktikan mengenai keanekaragaman hewan laut


yang ada dalam praktikum ini.
2. Agar pembaca lebih mengetahui perbedaan antara masing-masing filum
fulum Mollusca, Echinodermata, dan kelas Arthropoda serta Cephalopoda
3. Agar praktikan lebih mengenal hewan laut berdasarkan filumnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerang Hijau


Kerang hijau (Perna viridi) yang dikenal sebagai sebagai green mussels
adalah binatang lunak (Mollusca) yang hidup di laut, berczngkang dua dan
berwarna hijau. (Robert, 1988)
2.1.1Klasifikasi
Kerang hijau memiliki anatomi dengan panjang tubuh antara 6,4-8,5
cm dan diameter sekitar 1,5 cm. cirri khas kerang hijau terletak pada warna
gelap ke gradasi warna cerah kehijauan. Kerang ini tidak memiliki kepala
(termasuk otak). Oragn yang terdapat dalam kerang adalah ginjal, jantung,

mulut dan anus. Adapun klasifikasi dari kerang hijau (James,1989) sebagai
berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Anisomysia
Family
: Mytilidae
Genus
: Perna L
Spesies
: Perna viridis L.
2.1.2 Ekologi
Kerang hijau pada perairan estuary, teluk dan daerah mangrove dengan
substrat pasir lumpuran serta salinitas yang tidak terlalu tinggi. Umumnya
hidup menempel atau menggerombol pada dasar substrat yang keras, yaitu
batu karang, kayu, bamboo, atau lumpur keras dengan bantuan bysus
(Efendie, 1997)
2.1.3 Siklus Hidup
Kerang hijau umunya develious, yaitu induk jantan dan betina terpisah,
dan pembuahan terjadi diluar tubuh. Telur yang sudah dibuahi umumnya
membentuk bulat dan berukuran sekitar 5 cm, sedangkan yang tidak
dibuahi berbentuk lonjong. Sekitar 10- 15 menit berikutnya terbentuklah
polar bodi kedua. Cleavage 1 selesai pada 30-45 menit dengan
terbentuknya 2 buah sel yang berukuran tidak sama. Cleavage 2 dimulai
dengan terjadinya pembelahan micromere selama 15 menit. Kemudian dan
akhirnya dari cleavage 2 ditandai dengan terbentuknya tahapan 4 sel yang
membutuhkan waktu 60-75 menit. Blastula yang berenang bebas terbentuk
dalam waktu 3-4 jam. Embrio pada tahap ini disebut tahap granulasi yang
selesai setelah 7-8 jam dengan terbentuknya larva tiochopere (antara 12-15
jam). Fase larva akan berakhir ditandai dengan tertutupnya bagian (tubuh)
yang lunak oleh cangkang, yaitu dikuti dengan adanya velum yang bersilia
kuat dan fase ini disebut veliger dengan ukuran rata-rata 65x80. Fase
veliger berlangsung selama 16-19 jam. Pada hari ke-8 otot kaki mulai
digunakan untuk merayap dan panjang rata-rata veliger tersebut dapat
mencapai 240 jam. Otot kaki yang telah berkembang kemudian disebut
pediveliger atau veliconcha yaitu tahap berkembang kemudian merayap

dan berenang dengan beras dan ini merupakan tahap akhir dari
metamorfosa. Larva yang sudah mengalami metamorfosa akan memiliki
cangkang yang sama dengan cangkang kerang hijau dewasa, panjang
cangkang pada hari ke-12 dapat mencapai ukuran 0,34-0,38 mm (Suwigyo,
1984)
2.1.4 Persebaran
Kerang hijau memiliki sebaran yang luas, yaitu mulai dari India bagian
barat hingga Pasifik Barat, dari Teluk Parsia hingga Filipina, bagian utara
dan Timur laut cina hingga Taiwan. Kerang ini juga tersebar luas diperairan
Indonesia dan ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove
dan muara sungai. Di Indonesia, jenis ini ditemukan melimpah pada bulan
Maret hingga Juli pada awal pasang surut atau subtidal, hidup bergerombol
dan menempel kuat dengan menggunakan benang byscusnya pada bendabenda keras seperti kayu, bamboo, batu, ataupun yang keras (Linnaeus,
1798)
2.2 Siput Laut
Siput laut ini biasaya berwarna hijau cerah, karena kandungan kloroplas
didalam sel-sel siput laut. Namun, warna tubuh mereka kadan-kadang berganti
menjadi agak kemerah-merahan atau bau-abu. Siput ini dapat hidup hingga
memiliki panjang 60 mm, tetapi ditemukan besar berukuran antara 20 mm
sampai 30 mm. (Dasen, 1981)
2.2.1 Klasifikasi
Adapun kalsifikasi dari siput lau adalah sebagai berikut (Dasen,1981) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Opisthobranchia
Family
: Cassidea
Genus
: Cassis
Spesies
: Cassis cornata
2.2.2 Ekologi
Siput Elysia choratice dapat ditemukan di laut, rawa-rawa, sampai di
sungai dengan kedalaman 0-0,5 meter, karena mereka sangat membutuhkan

tumbuhan sebagai sumber energinya, maka siput ini tidak dapat hidup di
perairan yang lebih dalam. (Amri, 2008)
2.2.3 Siklus Hidup
Awalnya siput yang beranjak dewasa ini membutuhkan ganggang hijau
agar bisa berfotosintesis untuk menghasilkan energy. Namun, setelah selselnya beradaptasi dan mampu untuk menyimpan zat kloroplas sendiri,
maka hewan ini dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa
makanan. Ia hanya membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis
dan menghasilkan energy. Jadi, hewan ini tetap membutuhkan gnggang
hijau sebagai makanannya, hanya saja jika saat gnggang hijau sulit
ditemukan, hewan ini masih dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
yang lama (Sarwojo, 2005)
2.2.4 Persebaran
Siput Elysia choratice dapat ditemukan di laut, rawa-rawa, sampai di
sungai dengan kedalaman 0-0,5 meter. Biasanya terdapat di sepanjang
pantai timur Amerika Serikat, termasuk Negara bagian massa chassets,
New York, Comiticut, New Jersey, Macyland, dan Florida, dan juga
perairan Kanada. (Suwigyo, 1984)
2.3 Bintang Laut
Sesuai dengan namanya, bintang laut mempunya bentuk tubuh menyerupai
bintang dengan lima lengan. Hewan iini mempunyai banyak variasi warna
diantaranya warna orange yang terdapat pada lengan tiap hewan ini, kemudian
terdapat warna biru atau abu-abu yang terletak di pangkal lengan hewan ini
mudah berbaur dengan lingkungannya. (Rohmat,2011)
2.3.1 Klasifikasi
Bintang laut termasuk dalam hewan simmetri radial. Diameter tubuh
bintang laut bisa mencapai 30 cm dengan tubuhnya berbentuk aboral.
Tubuhnya memiliki sati sisi oral (mulut) dan aboral (atas) (Rohmat, 2011).
Adapun kalsifikasi dari Bintang laut adalah sebagia berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Asteroideae
Ordo
: Valvatida
Family
: Presteridae

Genus
: Protoreaster
Spesies
: Protoreaster nodosus (Rohmat,2011)
2.3.2 Ekologi
Habitat bintang laut adalah di dasar air laut, juga didaerah pantai
hingga laut dalam. Bintangh laut merupakan biota penghuni karang yang
alami. Anakan bintang laut atau yang masih kecil hidup di antara pecahan
karang di dasr terumbu. Meraka memakan alga berkapur yang tumbuh pada
pecahan karang tersebut. Pada siang hari, bintang laut bintang laut kecil
bersembunyi dari pemangsa di bawah karang meja atau di celah-celah
terumbu.

Separuh

waktu

bintang

laut

digunakan

untuk

makan.

(Martoyo,1994)
2.3.3 Siklus Hidup
Siklus hidup bintang laut adalah berawal dari zigot. Zigot yang
terjadi pada saat pemijahan berkembang melalui proses-proses blastulasi
dan glastulasi yang kemudian memasuki tahapan dua fase larva secara
berurutan, yaitu bepimassa dan Brachiolaria. Kedua larva tersebut hidup
sebagai plankton sehingga pergeraknnya mengikuti arah arus. Larva
brachiolaria yang matang mempunyai daya apung sehingga turun kedasar
laut yang biasanya di kawasan terumbu karang. Di duga larva brachiolaria
menggunakan aroma alag berkapur sebagai tanda-tanda untuk turun
menempel pada terumbu karang. Di duga larva brachilaria yang matang
mempunyai daya apung negative sehingga turun kedasar terumbu karang
dimulailah kehidupan sebagai bentos bagi bintang laut. Penempelan larva
bintang laut kemungkinan terjadi di tempat yang dalam karena pemangsaan
karang dan bintang laut biasanya dimulai dari karang di tempat yang
dalam. (Irananingtyas, 2007)
Periode planktonis dari bintang laut berlangsung sekitar dua
atau tiga minggu. Makanan larva planktonis bintang laut terdiri dari fito
plankton (khususnya pikoplnkton), bakteri dan bahan organic terlarut
(Oison, 1985). Periode planktonis larva brachiolaria diakhiri dengan
berkembngnya lim lengan melalui metamorphosis dan menempel di dasar
terumbu. Metamorphosis tersebut terjadi setelah hari ke-12 (Oison,1985).

Ukuran diameter bintang laut pada saat terjadi penempelan sekitar 0,5-1
mm atau 500-1000 mikrom. Anakn bintang laut yang sudah menempel di
terumbu mendaptkan makanan dari alga berkapur. Pada umur sekitar 4-6
bulan, ketika ukuran tubuhnya mencapai 10mm, bintang laut merubah
makanannya menjadi pemangsa karang dan mampu jauh lebih cepat
(Oison,1985)
2.3.4 Persebaran
Bintang laut sangat umum ditemui di daerah pantai terutama di daerah
terumbu karang, kemudian juga dijumpai di dearah pantai berbatu dan yang
berlumpur. Di Indonesia, bintang laut dapat di temui di kawasan indo
pasifik Barat dan sekitarnya. Didaerah Indopasifik terutama sekitar pulaupulau Filipina, Kalimantan, dan Irian merupakan daerah yang kaya akan
bintang laut. (Nontji, 2005)
2.4 Bintang Mengular
Umumnya bintang mengular sangat bervariasi di pewarnaan, mulai dari
ungu atau merah untuk kekuningan atau pucat abu-abu, sering terlihat dengan
warna merah. Lengan biasanya putih atau abu-abu dengan bercak merah muda.
Disekitar pusat adalah sekitar centimeter dengan diameter lima lengan menjadi
sekitar lima kali lebih lama. (Irnaningtyas, 2007)
2.4.1 Klasifikasi
Bintang mengular diklasifikasikan kedalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Ophiuroidea
Ordo
: Ophiurida
Family
: Ophiothicidae
Genus
: Ophiothrix
Spesies
: Ophiothrix fragilis (Subhanadikusuma, 2013)
2.4.2 Ekologi
Bintang mengular adalah epifaunal dan hidup dalam kelompokkelompok yang sangat besar di pantai lepas (sebanyak 2000 orang tercatat)
dikenal sebagai tempat tidur ) Ophiuroidea. Dalam zona inertidal, mereka
yang paling sering ditemukan

secara individu. Mereka biasanya lebih

memilih substrat keras (pasir dan shell dasar) dan sering di temukan

dibawah kulit atau batu, tetapi dapat ditemukan di terumbu karang dan
substrat lembut juga. Ophiuroidea ini ditemukian di perairan dangkal tetapi
juga sedalam 300 m, dan lebih memilih daerah dengan arus kuat. Karena
tingginya tingglat sedimentasi dapat mencegah mereka dari makan dan
akhirnya menghentikan

respirasi, spesies ini menghindari daerah

sedimentasi tinggi. (Nonji, 2005)


2.4.3 Siklus Hidup
Bintang mengular mimiliki tiga tahapan besar dalam hidup : larva,
remaja, dan dewasa. Pengembangan dari larva ke tahap dewasa
membutuhkan 20-30 hari, tergantung pada ketersediaan hara, sementara
pembangunan hingga jatuh tempo penuh berlangsung 60-10 bulan (Nontji,
2005)
Telur Ophiuraoidea umumnya adalah 0,1 mm. Sekitar 12 jam setelah
pembuatan, larva berbentuk oval meninggalkan membrane telur mereka
dan membentuk puncak vokuolisasi terutama (puncak dengan rongga berisi
cairan

di

tengah).

Sehari

kemudian

mereka

membentuk

lengan

poteroleteral. Awal periode larva exotrophic di tentukan oleh pembentukan


mulut dan anus (biasanya pada hari ketiga). Selama 10 hari berikutnya,
bintang mengular mengembangkan anterolateral, postural, dan sepasang
posdorsal sebagai senjata. Metamorphosis dimulai sekitar hari ke -15
pembangunan, ditandai dengan perpecahan dari hidrokelt (system vascular
air) menjadi 5 lobus dan pembungkus berikutnya sekitar kerongkongan.
Berikutnya bintang laut mengular memasuki periode Eendotrophic. Lengan
mereka larva (tidak termasuk posterolaterals) regresi, diikuti dengan
regresi, diikuti dengan regresi kerongkongan dan usus. Selama ini, larva
mulai mengembangkan lima tentakel dewasa mereka serta mulut dan pada
sisi bawah lengan, kaki tabung (podia). Akhirnya, remaja kehilangan
lengan posterolateral larva mereka dan mengembangkan kait ujung lengan
mereka yang digunakan untuk kait pada orang dewasa. Remaja tergantung
pada orang dewasa untuk membantu mereka makan samapai mereka
mampu makan sendiri. (Olson, 1985)

2.4.4

Persebaran
Bintang mengular biasanya dipantai lepas kepulauan Inggris

(meskipun tidak tercatat dari pantai timur Skotlandia) serta pada semua
pantai-pantai yang berbatasan dengan laut utara dan seluruh bagian timur
skotlandia Atlantik, sejauh selatan sebagai Tanjung Harapan. Mereka juga
ditemukan disekitar kepulauan Azorean. (Pratiwi,2004)
2.5 Teripang
Teripang (Holothuria atra), umumnya di kenal sebagai teripang atau
lollyfish, adalah spesies laut invertebrate dalam keluarga Holothuria. (Amri,
2008)
2.5.1

Klasifikasi
Adapaun klasifikasi dari teripang sebagai berikut (Amri, 2008) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Holothuroidea
Ordo
: Aspidochirotid
Family
: Holothuriidae
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothuria atra (Amri,2008)
2.5.2 Ekologi
Teripang memiliki banyak jenis, salah satunya adalah teripang pasir
atau teripang putih. Teripang merupakan spesies yang hidup dengan cara
berkelompok. Dalam satu kelompok bisa mencapai 3-10 ekor, Teripang
akan hidup optimal didaerah dasar peariran, terdiri dari pasir berlumpur
yang ditumbuhi lamun (seagrass). Perairan pada surut terendah masih
tergenag air yang dalamnya 40-80cm dan kecerahan air diatas 75 cm dan
arus tidak tercemar dengan salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-40o C
(Martoyo,1994)
2.5.3 Siklus Hidup
Siklus hidup sebagian teripang dilakukan didasar laut dangkal dan
biasanya dijumpai tergeletak pada satu sisi tertentu saja, yakni pada bagian
tubuh yang biasanya berwarna lebih pucat. Ada juga jenis teripang yang
sering membenamkan diri didalam pasir. Daur hidup hewan ini dimulai
dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
(Martoyo, 1994)

2.5.4

Persebaran
Habitat teripang tersebar luas dilingkungan perairan di seluruh dunia,

mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Beberapa diantaranya lebih menyukai
perairan dengan dasar berbatu karang, yang lainnya menyukai rumput laut
atau dalam liang pasir dan lumpur. Penyebaran teripang di Indonesia sangat
luas, antara lain perairan Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka,
Riau dan sekitarnya Belitung,Kalimantan (barat ,timur, dan selatan),
Sulawesi, Maluku,NTT,NTB, dan Kepulauan seribu. (Martoyo,1994)
2.6 Kepiting Bakau
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perairan
yang hidup di perairan pantai, khususnya dihutan-hutan bakau (mangrove).
Potensi kepiting di Indonesia yang sangat memungkinkan Indonesia dikenal
sebagai gatra bahari kepulauan dan terbesar di dunia dengan luas perairan laut
sekitar 5,8 juta Km2 atau 75% dari total wilyah dari Indonesia. (Nontji, 2005)
2.6.1 Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kepiting bakau (Scylla serrata) adalah sebagai
berikut (Rohmat,2011) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Gustracea
Ordo
: Pecapoda
Family
: Portanidae
Genus
: Scylla
Spesies
: Scylla serrata
2.6.2 Ekologi
Menurut Suwigyo dalam pertubuhannya semua jenis kepiting sering
berganti kulit. Habitat kepiting tergantung dari daur hidupnya, dalam
menjalani hidupnya kepiting berupaya dari perairan pantai kemudian induk
dan anak-anaknya kembali keperairan pantai, nuara-muara sungai atau
hutan bakau. Kepiting yang siap melakukan perkawinan akan masuk ke
perairan hutan bakau atau tambak. Setelah melakukan perkawinan itu,
kepiting betina pelahan-lahan meninggalkan pantai ke tengah laut untuk
berpijah. Setelah telur setelah telur menetas maka muncul larva tingkat 1

(zoea 1) dan terus menerus berganti kulit sambil terbawa arus ke perairan
pantai (Suwigyo, 1984)
2.6.3 Siklus Hidup
Seperti hewan air lainya reproduksi kepiting terjadi diluar tubuh, hanya
saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina.
Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin,
tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang
jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi
selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma.
Setelah telur dibuahai telur telur ini akan di tempatkan pada bagian bawah
perut (abdomen). Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran
kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur
ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan melepas setelah beberapa hari
kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan zoea.
Ketika melepaskan Zoea keperairan, sang induk menggerak-gerakan
perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari
abdomen. Larva kepiting selanjutnya

hidup sebagai plankton dan

melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar


dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Pratiwi,2004)
2.6.4 Persebaran
Penyebaran kepiting cukup luas mulai dari selatan dan timur
Afrika,Mozambi,terus ke Iran, Pakistan, India, Srilanka, Bangladesh,
Negara ASEAN, Cina, Vietnam, Kamboja, Jepang, Taiwan, Lautan Pasifik,
Hawai, Selandia Baru dan Australia Selatan (Robert,1988)
2.7 Udang Windu
Udang windu tubuhnya secara keseluruhan berwana putih agak mengkilap
dengan warna hitam yang menyebar pada keseluruhan tubuhnya. Bagian tubuh
udang windu dibagi menjadi 2 bagian terdiri atas kepala dan dada serta perut.
Udang windu termasuk hewan nocturnal (hewan yang aktif pada malam hari atau
gelap) makanya udang windu lambat dan kanibal (Dasen, 1981)
2.7.1 Klasifikasi

Udang windu digolongkan kedalam keluarga Panaeid pada filum


Arthropoda. Berikut klasifikasi udang windu adalah :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Family
: Panaeidae
Genus
: Panaeus
Spesies
: Panaeus monodon (Dasen,1981)
2.7.2 Ekologi
Juvenil udang windu hidup didekat pantai dan estuary
mangrove, sedangkan dewasa hidup di bawah pasir dan lumpur. Udang
windu hidup sampai kedalaman 110m. udang ini dapat mengubur diri
dalam substrat pada siang hari dan muncul pada malam hari untuk member
makan. Mereka hidup diperoleh mulai 28-33o C (Fast, 1992)
2.7.3 Siklus Hidup
Udang memijah didaerah lepas pantai yang dangkal. Proses pemijahan
udang meliputu pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang
betina. Penularan bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam.
Telur-telur dikeluarkan dan difertilisaikan secara eksternal didalam air.
Seekor udang betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur
setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang
menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut haupli atau nauplius.
Tahap haupli tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam
tubuhnya lalu mengalami metamorphosis menjadi zoea. Tahap ini
memakan alga dan setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi
mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang kecil dan memmakan alga dan
zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami metamorphosis,
menjadi post larva. Tahap postlarva adalah tahap saat udang sudah mulai
mimiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari tahap naupli
sampai post larva membutuhkan waktu sekitar 12 hari. (Fast,1992)
2.7.4 Persebaran

Daerah penyebaran udang windu sangat luas, dari barat Samudra Pasifik
hingga samudra Hindia dan Afrika Selatan hingga Jepang dan Australia. Di
Indonesia, udang windu hampir terdapat di seluruh perairan (Fast,1992)
2.8 Cumi-Cumi
Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris.
Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada ujungnya
pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang dilengkapi
dengan alat penghisap. Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh dan mantel
(Efendie,1997)
2.8.1 Klasifikasi
Cumi-cumi merupakan kelompok hewan cephalopoda atau jenis
Mollusca yang hidup di laut. Cephalopoda yang berarti kaki di kepala, hal
ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari
kepala cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda.
(Sarwaojo,2005). Adapun klasifikasi cumi-cumi adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Cephalopoda
Ordo
: Teuhoidea
Family
: Loliginidae
Genus
: Loligo
Spesies
: Loligo sp (Sarwojo,2005)
2.8.2 Ekologi
Cumi-cumi merupakan semi pelagis ayau domersal pada daerah pantai
dan paparan benua sampai kedalam 400 m. Hidup bergerombol atau soliter
baik ketika sedang berenang maupun pada waktu istirahat. Beberapa
spesies ini menembus sampai perairan payau. Melakukan pergerakan
diurnal yang berkelompok dekat dengan dasar perairan pada saat siang hari
dan akan menyebar pada malam hari (Efendie,1997)
2.8.3 Siklus Hidup
Cumi-cumi memiliki musim kawin yang jelas, namun mereka
diketahui memiliki lokasi perkawinan khusus saat musim kawin tiba
dimana lokasinya juga bergantung dari habitat mereka. Saat melakukan
perkawinan, cumi-cumi jantan akan melepaskan sperma ke permukaan

mulut betina. Betina lalu memakai sperma tersebut untuk membuahi telurtelurnya sebelum kemudian melepaskannya kelaut lepas, cumi-cumi jantan
dan betina akan selalu mati setiap kali selesai melakukan perkawinan,
sehingga umumnya usia maksimal dari cumi-cumi tidak lebih dari 1 tahun
(Aziz, 1989)
2.8.4 Persebaran
Cumi-cumi hampir ditemukan pada semua laut didunia, mulai dari
perairan pantai yang dangkal sampai pada bujur barat lautan pasifik dan
larutan Indonesia. Di Indonesia terdapat hampir disemua perairan, misalnya
perairan pantai Barat Sumatra (aceh dan Sumatra Utara), selatan Jawa
(Jawa Barat dan Jawa Timur),Selatan Malaka (aceh, Sumatra utara dan
riau) timur Sumatra (Sumatra selatan dan Lampung) utara Jawa (Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur) Bali, NTB, NTT, selatan barat
Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya (Azis, 1989)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat praktikum biologi dasar mengenai biota laut
adalah sebagai berikut :
3.1.1. Waktu dan Tempat di Lapangan
Pada praktikum biologi dasar mengenai biodiversitas biota laut,
pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015. Untuk
pengambilan sampel berupa bintang laut,bintang mengular, siput laut, dan
teripang dilakukan pada pukul 14.00-17.00 WITA yang bertempat di pantai
samuh nusa dua. Sementara sampel yang tidak bisa didapatkan dipantai
samuh dibeli di pasar kedonganan. Pembelian sampel tersebut dilaksanakan
pada pukul 17.00-18.00 WITA yang berupa kerang hijau, cumi-cumi,
kepiting bakau, dan udang windu.
3.1.2.

Waktu dan Tempat di Laboratorium


Pada biologi dasar mengenai biodiversitas biota laut, analisisi sampel

dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2015, pukul 16.00-21.00 WITA


yang bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana Bukit Jimbaran
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1.

Alat

Nama Alat

Kegunaan

o
1

Alat Tulis dan Buku Untuk

Gambar
Plastik

menggambar

tumbuhan

(sampel yang diamati)


Untuk tempat penyimpanan sampel

3
3.2.2.

Dissecting Kit/Set

Alat-alat untuk meneliti

Bahan

No Nama Bahan

Kegunaan

1
2
3
4
5
6
7
8

Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian

Kerang Hijau (Perna viridis L)


Siput Laut (Cassis corrota)
Bintang Laut (Protoreaster nodosus)
Bintang Mengular (Opheotru sp)
Teripang (Holothuria sp)
Kepiting Bakau (Scylla sernata)
Udang Windu (Penous monodon)
Cumi-cumi (Loligo sp)

3.3 Cara Kerja


3.3.1.
1.
2.
3.
4.
5.
3.3.2.
1.
2.
3.
4.

Langkah Kerja di Lapangan


Adapun langkah kerja yang dilakukan saat pengambilan sampel yaitu :
Disiapkan plastic sebagai tempat atau wadah sampel
Setelah itu dicari sampel yang akan diteliti
Sampel diamati bentuk, struktur dan pernapasannya
Setelah itu sampel di foto secara ilmiah
Sampel dimasukan ke plastic dan dibawa ke laboratorium.
Langkah Kerja di Laboratorium
Adapun langkah kerja yang dilakukan saat pengambilan sampel yaitu :
Sampel yang didapt dikeluarkan dari plastic sampel
Sampel di taruh di atas nampan yang telah disediakan
Sampel diamati dengan teliti
Setelah diamati, sampel digambar dan diberikan deskripsi serta
kalsifikasi pada buku gambar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 3.1. Kerang


Hijau (Perna viridis L)

Gambar 3.3. Bintang Laut


(Protoreaster nodosus)

Gambar 3. 2. Siput Laut


(Cassis cornota)

Gambar 3.4. Bintang


Mengular (Opheothrix sp)

Gambar 3.5. Teripang


(Holothuria sp)

Gambar 3.6. Kepiting


Bakau (Scylla sernata)

Gambar 3.7. Udang


Windu (Penous monodon)

Gambar 3.8. Cumicumi (Loligo sp)

4.2 Pembahasan
4.2.1

Kerang Hijau
Memiliki 2 lapis cangkang yang berwarna hijau, cangkang tersebut

berbentuk seperti kapak kecil, tubuh bagian dalam kerang hijau sangat
lunak dan berair, dibagian tersebut merupakan insasng yang berlapis-lapis,
cangkang kerang hijau sangat keras bertujuan untuk perlindungan diri.
4.2.2 Siput Laut
Memiliki tubuh yang lunak, memiliki warna hujau cerah karena
kandungan kloroplas, kadang ada yang berwarna kecerahan atau abu-abu
yang sebabkan perbedaan jumlah kloroplas di tubuh siput tersebut,
bergerak lambat dan menggunakan bagian perutnya untuk berjalan.
4.2.3 Bintang Laut
Tubuhnya ada yang pipih, mimiliki 5 lengan atau lebih yang
tersusun secara simetri radial, mimiliki kaki tabung biasanya dilengkapi
dengan sucker (batil penghisap) permukaan tubuh bagian atas (aboral)
ditutup oleh duri-duri tumpul berbentuk catut, pada ujung tentakel terdapat
bintik mata yang berwarna merah peka terhadap cahaya. Memiliki
keanekaragaman.
4.2.4 Bintang Mengular
Memiliki 5 lengan yang fleksibel berbentuk seperti cambuk yang
panjang mencapai 60 cm, memiliki warna yang beragam warna seperti
coklat, merah, putih, dan hitam memiliki medroporit (lubang masuknya air)
terletak di bagian bawah dan tidak memiliki tabung, tidak mempunyai anus
sehingga kotoron dikeluarkan lewat mulut.
4.2.5 Teripang
Memiliki tubuh lunak, memiliki tentakel sebagai alat bergerak dan
penangkap mangsa, bentuk tubuh menyerupai mentimun yang berkulit
lunak, berwarna hitam coklat dan hijau, memiliki pembelaan diri berupa zat
perekat yang anullus. Mulut dan anus terletak pada ujung berlawanan,
mulut dikelilingi oleh tentakel
4.2.6 Kepiting Bakau
Memiliki warna seperti lumpur karena beradaptasi didaerah
berlumpur, memiliki 5 pasang kaki, 1 pasang kaki berevolusi menjadi kecil

berbentuk pipih berfungsi untuk berenang 1 pasang kaki lainnya berevolusi


sebagai taryan yang berukuran besar atau yang disebuut juga capit yang
berfungsi untuk pertahanan diri atau sebagai pencari makanan dan 3 pasang
kaki lainnya untuk berjalan, tubuh kepiting diselimuti cangkang yang
cukup luas untuk perlindungan dirinya.
4.2.7 Udang Windu
Udang windu terdiri dari kepala, badan dan ekor. Udang windu
memiliki sepasang antara yang memiliki dua kali panjang tubuh
sebenarnya, memiliki kaki yang pipih sebagai fungsi untuk berenang,
memiliki tanduk yang bergerigi untuk pertahanan hidup dan tubuhnya
dilindungi selaput bening yang tebal, dan memiliki warna hijau keputihan
kadang merah.
4.2.8 Cumi-cumi
Memiliki tubuh yang lunak berwarna pink namun jika telah lama
mati warna pink tersebut mengelupas dan menjadi warna putih, mimiliki
warna putih dan mimiliki tentakel yang digunakan untuk bergerak,
berkembang biak dan mencari makan, tubuh cumi-cumi berbentuk tabung
silinder, mimiliki tinta untuk perlahan hidup mereka jika diserang oleh
preadator.
Dari beberapa penjelasan dapat dijelaskan bahwa hewan-hewan tersebut
tergolong dalam beberapa filum seabagai berikut :
1. Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa latin, mollusca yang berarti
lunak. Jadi dari tinajauan pustaka yang dibaca, mollusca berarti hewan
laut yang memiliki tubuh lunak. Mollusca mencangkup hewan yang
sangat luas. Disamping itu dalam praktikum hewan laut yang
ditemukan dalam fillum mollusca , yaitu :
a. Kelas Gastropoda
Tubuh asimetris, bergerak dengan kaki perut, bentuk spiral,
hermaprodit. Hidup di air atau darat, bernapas dengan insang atau
paru-paru.
Contoh spesiaes antara lain : Cassie carnula

b. Kelas Bivalvia
Tubuh simmetris bilateral, kaki pipih dan mimiliki insang
berupa lembaran dengan rongga mantelnya.
Contoh spesies antara lain : Perna viridis
c. Kelas Cephalopoda
Kaki bergabung dengan kepala dalam bentuk tangan tentakel
atau siphon, bernapas dengan kantong tinta.
Contoh spesies antatra lain : Loligo sp
2. Echinodermata
Echinodermata berasal dari echnos yang artinya duri, dan
derma berarti kulit. Jadi, Echinodermata artinya hewan berkulit duri.
Disamping itu dalam plankton hewan laut yang di temukan kelas yang
ada antara lain :
1. Kelas Ophiuroidea
Memiliki celalah

ambulakral,

pentane

berlengan

memiliki tubuh panjang dan ramping.


Contoh : Ophiuthrix sp
2. Kelas Holothuroidea
Kulit durinya halus, gerakan fleksibel, lembut dan tidak
mempunyai lengan.
Contoh spesies : Holothuria sp
3. Kelas Asteroidea
Tubuh berbentuk bintang, tubuh terbagi lima lengan
(pentamer) . terdapat celah ambulakkral dan bertentakel.
Contoh spesies : Unckia Leavigata
3. Arthtopoda
Berasal dari kata Artho= ruas/sendi dan podos=kala. Jadi,
Arthropoda artinya hewan berbuku-buku dan beruas. Hewan yang
ditemukan dalam kelas Arthropoda antara lain :
1. Kelas Crustacea
Tubuh terdiri dari Cephalothorax dan abdomen,
memiliki sepasang metafaset dan sepasang antenna.
Contoh spesies : Scylla serrata, Paneus monodon

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Biologi Dasar mengenai
Biodiversitas Hewan Laut adalah:
1. Keanekaragaman atau biodiversitas biota laut merupakan suatu hal yang
dianggap menyediakan beberapa kesempatan socio-economic, socio
cultural, ilmiah dan teknis dalam jumlah besar dimana manfaat-manfaat
tersebut bersifat berkelanjutan. Keanekaragaman hewan dan biota laut
yang berada laut berada di pantai Samuh dan Kedonganan cukup
beragam, dimana didapatkan 8 spesies dari 3 filum berbeda. Hal tersebut
dapat membuktikan bahwa tingginya biodiversitas hewan laut.
2. Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada mollusca memiliki cirri bertubuh lunak dan tidak bertulang

belakang, tidak beruas dan berepreduksi secara seksual.


Pada Echinodermata tubuh berbentuk simetriradial, berepreduksi
secara seksual, bertubuh tidak lunak dan kulit berduri

Pada Athropoda memiliki kulit kaku yang dapat berganti dan

berganti dan bentuk tubuh berbulu-bulu sedang.


Pada cephalopoda tumbuhnya terdiri atas 2 bagian, kepala dan
badan yang dihubungkan oleh leher, alat geraknya terdapat

dikepala tidak mimiliki rangka luar/cangkok kecuali nartilus.


3. Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbedaan
antara mollusca, crustacean, arthropoda, dan cephalopoda terletak pada
struktur tubuh. Pada mollusca memiliki badan lunak, pada Echinodermata
kaku dan berduri. Arthropoda memiliki bentuk tubuh berbulu, sedangkan
chepalopoda bentuk tubuhnya dihubungkan oleh leher dengan kapala.
5.2 Saran-Saran
Adapun saran praktikum Biologi Dasar mengenai Biodiversitas
Hewan Laut :
1. Sebaiknya dosen dan asdos beserta praktikan harus bisa memenejeman
waktu dengan baik, sehingga tidak ada kemunduran jadwal praktikum
2. Sebaiknya peralatan dan disediakan bahan oleh pihak laboratorium agar
tidak keteteran
3. Sebaiknya untuk asisten dosen tidak memiliki jadwal kegiatan lain.
Sehingga pada asistensi berada pada tempatnya. Serta asisten dosen harus
lebih sabar dalam membimbing praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
Amri.2008.Filum Arthropoda Udang Windu. Bogor: IPB
Azis, K.A. 1989. Dinamika Populasi Ikan. Bahan Pengajaran Dapertemen
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan TInggi Pusat antar
Universitas Ilmu Hayati. Bogor : IPB
Dasen. 1981. Biologi Edisi Kelima Jilid n. Erlangga. Jakarta
Efendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Fast, A.W. 1992. Marine Shrimph Culture. Principlces and Practice
Irnaningtyas. 2007. Invertebrata 2. Erlangga. Jakarta
James, 1989. Biology of Mollusca. New York. Cambridge. University Press
Keenan. 1998. Satistik Perikanan. Indonesia Direktorat Jendral Perikanan
Linnaeus, C.F.E. Sweeney and C.E. Neuen. 1798. Chepalopoda of The Word And
Annottated And Ilustrated Rataogue
Manuputty, A.E.W. 1984. Biologi Perikanan Tangkap. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.
Martoyo.1994. Ilmu Laut Lombok Barat. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.
Jakarta
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nyabakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.
Olson. 1985. Siklus Hidup Bintang Laut. Indografika Utama. Denpasar
Pratiwi. 2004. Zoologi Invertebrata. Alphabet. Bandung
Robert. 1988. Asection of simple method for The Assessement Tropical Fish Stock.
FAO. Fish Tech New York

Rohmat. 2011. Filum Echinodermata. Riau : Maritim Raja Ali Haji University
Sarwojo. 2005. Serba-serbi Dunia Mollusca. Malang
Subhanadikusuma. 2013. Bintang Laut Mengular. Gramedia. Jakarta
Suwigyo. 1984. Beberapa aspek Ekologi. Kerang Hijau dari Perairan. Jakarta :
Fakultas Biologi Universitas Nasional

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Proses pengamatan


hewan laut

Lampiran 3.2 Proses pengambilan


sampel hewan laut di Pantai
Samuh

Lampiran 3.3 Proses pengambilan


sampel hewan laut di Pantai
Samuh

Lampiran 3.3 Proses pengambilan


sampel hewan laut di Pantai
Samuh

PLANKTON

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat
menakjubkan, walaupun sudah banyak diketahui jenis-jenis tersebut ilmuan
masih saja menemukan penghuni-penghuni baru terutama di daerah terpencil dan
lingkungan laut yang dulunya tidak pernah dijangkau orang. Perbadaan dalam
berbagai keadaan lingkungan laut sangat besar dalam mempengaruhi penyebaran
biota-biota laut tersebut (Sunarto, 2008).
Perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki peran dan manfaat
yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Kehidupan di dalamnya sangat
beragam mulai dari organism mikroskopik sampai ukuran yang makro dapat
terlihgat langsung oleh mata tanpa bantuan alat. Salah satu organism yang
terdapat di perairan adalah plankton. Plankton merupakan organism mikroskopis
yang berada di permukaan perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem
perairan. Sebagai biota mikroskopis perairan, plankton sangat berperan sebagai
produsen primer dan sekunder (Nybakken,2012).
Meskipun di laut terdapat kehidupan yang sangat beragam, tetapi
lazimnya biota laut hanya dikelompokkan kedalam tiga kategori utama yaitu
plankton, nekton, dan bentos. Plankton adalah suatu organisme yang berukuran
microkopis dimana pergerakannya sangat tergantung oleh arus di laut. Mereka
terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan
sebagai tumbuhan (phytoplankton). Kecilnya ukuran plankton tidaklah
mengandung arti bahwa mereka adalah organisme yang kurang penting. Mereka
merupakan sumber makanan bagi ikan komersial yang penting yang hidup di
lautan, dengan kata lain kelangsungan hidup ikan bergantung pada jumlah
plankton yang ada. Ikan merupakan salah satu makanan penting bagi manusia,
secara tidak langsung makanan yang kita makanpun tergantung pada mereka
(Widyoryni, 2011).
Habitat alami plankton adalah perairan tawar (sungai, danau, rawa),
estuari dan air laut/pantai. Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan.
Intensitas cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan
proses fotosintesis karena fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen
klorofil yang mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon
dioksida dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa
organik seperti karbohidrat. Selain phytoplankton, zooplankton juga berperan
dalam rantai makanan, dimana zooplankton ini merupakan produsen sekunder
yang membutuhkan makanan berupa phytoplankton (Rahman, 2008).
Pengetahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari
teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara lansung
mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti proses
pembelajaran di ruangan dianggap belum cukup tanpa dibuktikan secara
langsung mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses
pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang plankton
maka perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai planktonologi.
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton sendiri dipengaruhi tingkatan trofik
perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama
oleh perubahan berbagai faktor ligkungan, slah satu factor yang dapat
mempengaruhi populasi planktonadalah ketersediaan nutrisi disuatu perairan.
Unsure nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam satu perairan
akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan proses ini akan
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas suatu
perairan (Uun, 2006). Plankton mempunyai massa aktif yang mirip dengan
organisme tingkat tinggi, dimana untuk fitoplankton akan terdapat dalam jumlah
besar pada siang hari dan zooplankton pada mlam hari (Fajri, 2013).
Pengatahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari
teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara langsung
mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti Proses
pembelajaran di ruanagan dianggap belum cukup tanpa bukti secara langsung

mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses pembelajaran tersebut.
Untuk lebih mengetahui dan memeahami tentang plankton maka perlulah kiranya
diadakan praktikum mengenai plankton (Kaenda, 2013)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton.
2. Untuk mengetahui peran,habitat dan jenis-jenis dari Phytoplankton dan
Zooplankton
3. Untuk mengatahui dan memahami perbedaan Phytoplankton dan Zooplankton
1.3 Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton ini adalah
sebagai berikut:
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai plankton dan
jenis-jenisnya.
2. Agar menambah wawasan pembaca mengenai peranan, habitat, serta jenisjenis dari phytoplankton dan zooplankton.
3. Agar memberikan informasi kepada pembaca mengenai perbedaan yang ada
antara phytoplankton dan zooplankton

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Hensen pada tahun 1887,
dan plankton ini sudah tentu dapat di selidiki dengan sempurna, jika
menggunakan mikroskop. Satu specimen atau individu dari plankton disebut
plankter (Sachlan, 1972)
Plankton merupakan kelompok organisme yang hanyut bebas dalam air
dan sangat lemah daya renangnya. Istilah plankton adalah suatu istilah umum,
kemampuan gerak organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga
mereka sama sekali disukai oleh gerakan-gerakan air. Plankton terdiri atas dua
golongan yakni fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik yang bebas
melayang dan hanyut dalam air serta mampu berfotosintesis dan zooplankton
yang merupakan hewan air yang berukuran renik, dimana organisme ini dapat
ditemukan baik di air tawar maupun air laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di
dalam air.Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme
tersebut selalu terbawa arus.Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama
yaitu fitoplankton dan zooplankton.Fitoplankton (nabati) merupakan tumbuhan
yang sangat banyak ditemukan di perairan, tetapi ukurannya mikroskopis sukar
dilihat kehadirannya.Kosentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air
laut.Zooplankton seringpula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak
jenis hewan.Ukurannya lebih besar daripada fitoplankton, bahkan adapula yang
mencapai lebih satu meter seperti ubur-ubur (Nontji, 2002).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu
holoplankton dan meroplankton. Holoplankton yaitu organisme akuatik yang
seluruh daur hidupnya bersifat planktonik.Sedangkan meroplankton ialah
organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan,
1972).
Raynold (1990) dalam Kholik (1997) menyatakan bahwa plankton dapat
dijumpai baik di perairan tawar, payau dan laut. Berdasarkan ukurannya,
plankton dapat dibedakan menjadi ultra plankton (75 m), nano plankton (antara
5 60 m), dan net plankto (> 60 m). (Raynold,1990)

2.2 Phytoplankton
Fitoplankton yang paling menyolok dan sering dijumpai paling banyak
jumlahnya adalah jenis diatom, tumbuhan ini bersel satu (uniseluler). Di laut
biasanya tiap individu atau sel diatom hidup lepas dari sel lainnya misalnya dari
jenis Dytylum sp., Coscinodiscus sp., dan Nitzchia sp.Tetapi ada juga diatom
yang membentuk rantai sel lain seperti Chatoceros sp., Thalassiosira sp.,
dan Lauderia sp. Tetapi tiap sel dihubungkan dengan sel lain oleh benang-benang
protoplasma atau untaian-untaian lendir, sebagaimana Chaetoceros sp., dimana
tiap sel berduri/berambut halus saling berkaitan dengan sel lain, kadang-kadang
pula

yang

disusun

oleh

sel-sel

ini

kompleks

bentuknya,

misalnya Asterionella sp., yang membentuk bintang, sedangkan kelompok


spesies lain berbentuk spiral (Raymont dalam Kholik, 1997).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil
mampu melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon diokasida
dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa
organik seperti karbohidrat.Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat
anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary
producer). Dalam rantai makanan (food chain), fitoplankton akan dimakan oleh
hewan herbivor yang merupakan produsen sekunder (secondary producer)
(Nontji, 2002).
2.2.1

Peranan
Fitoplankton memiliki peran yang sangat penting di perairan baik

perairan darat, laut maupun estuari.Hal ini karena fitoplankton bertindak


sebagai produsen utama di komunitas perairan tersebut. Fitoplankton dapat
membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu
fitoplankton membutuhkan sinar matahari. Keberadaan fitoplankton akan
mempengaruhi keberadaan zooplankton sebagai herbivor yang memakan
fitoplankton. Keberadaan zooplankton akan memberikan pengaruh pada

kemelimpahan konsumen diatasnya seperti ikan. Di perairan estuari,


fitoplankton juga memiliki peran yang sangat penting. Seperti yang
diketahui di daerah estuari sumber utama yang paling besar berasal dari
detritus yang berasal dari daun mangrove yang berada di estuari
(Raynold,1990).

Suplai energi utama di estuari berasal dari seresah

mangrove berupa daun, ranting, batang, dan buah. Selain dari mangrove,
sumber energi yang masuk ke dalam estuari adalah dari fitoplankton.Pada
gambar 2, dapat dilihat dengan jelas, bahwa fitoplankton memiliki peran
sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya.Sehingga jejaring
makanan di ekosistem hutan bakau disebut bebasis detritus (Odum 1971)
2.2.2

Habitat
Fitoplankton terdistribusi di semua perairan, baik di perairan darat

maupun perairan laut, serta di estuari. Fitoplankton terdistribusi secara


vertikal pada perairan yang dalam. Distribusi fitoplankton secara vertikal
bisa mencapai kedalaman 150 m. Akan tetapi distribusi fitoplankton yang
paling melimpah adalah di kedalaman 20 m, hal ini karena intensitas
cahaya matahari yang sampai pada jeluk ini hanya sekitar 50 %.
Fitoplankton juga melakukan migrasi vertikal (vertical migration).
Fitoplankton pada siang hari akan naik ke permukaan untuk menyerap
cahaya matahari sebagai sumber energi untuk melakukan fotosintesis,
sedangkan pada malam hari akan turun ke dasar perairan dan melakukan
proses respirasi. sebaliknya zooplankton pada siang hari akan turun ke
dasar permukaan air dan pada malam hari akan naik ke permukaan air
(Nybakken 1992).
2.2.3

Jenis Jenis
Fitoplankton

terdiri

Cyanophyta(ganggang

dari

hijau

berbagai
biru),

jenis

ganggang,

Cryptophyceae

yaitu

(kriptofita),

Dinophyceae (dinoflagelata),Chlorophyta (ganggang hijau), Euglenophyta

(kelompok euglena),Bacillariophyceae (diatom), Chrysophyceae dan


Haptophyceae (ganggang kuningkeemasan). Fitoplankton mencukupi
kebutuhan energi dan karbon melaluifotosintesis. (Arinardi,1997)
1. Cyanophyta (ganggang hijau biru)
Cyanophyta merupakan bakteri dengan struktur sel prokariotik
sederhana. Cyanobacteria berbeda dengan bakteri lainnya karena
adanya klorofil a, pigmen fotosintetik yang dimiliki oleh alga dan
tumbuhan tinggi. Cyanobacteria juga mampu menggunakan air sebagai
donor elektron didalam fotosintesis. Jadi Cyanobacteria mampu
melakukan fotosintesis seperti pada tumbuhan tinggi. Bentuk
Cyanobacteria ada yang bersifat unicellular, filamendan koloni.
Kebanyakan dari Cyanobacteria yang planktonic terdiri dari coccoid
yaitu

family Chroococcaceae

(Microcystis, Coelosphareium

dan

Coccochloris). Jenis yang filamen ( Planktothrix, Limnothrix dan


Tychonema), Nostocaceae (Anabena, Aphanizomenon,dan Nodularia)
dan

Rivulariaceae

(Gletrichia).

Cyanobacteria

memiliki

sel

terdiferensiasi yang disebut heterocysts. Heterocysts bisa terdapat pada


alga bentuk filamen tetapi jarang pada Oscilatoria. Heterocysts
memiliki peran utama dalam proses fiksasi nitrogen.Heterocysts
merupakan

penyerap

cahaya

yang

utama

pada

Cyanobacteria.Heterocysts tidak memiliki fotosistem tetapi memiliki


kemampuan reduksiyang tinggi. Lapisan lilin di dalam Heterocysts
mampu membatasi laju difusi oksigen dari luar, tetapi nitrogen dapat
melaluinya

untuk

mendukung

terjadi

proses

fiksasi.

Lingkungan dalam Heterocysts memungkinkan untuk terjadinya proses


fiksasi nitrogen. Tetapi enzim nitrogenase tidak aktifdengan adanya
oksigen. Karbon organik dari sel disebelahnya ditransfer kedalam
Heterocysts dan digunakan sebagai suatu sumber energi di
dalam proses fiksasi nitrogen. (kaswadji,2001)

2. Chlorophyta (ganggang hijau)


Chlorophyta merupakan kelompok alga yang berukuran besar
danmemiliki bentuk bervariasi.Kelompok alga hijau adalah Volvocales
dan Chlorococcales. Reproduksi secara aseksual dilakukan melalui
pembelahansel tetapi tidak untuk kelompok Chlorococcales dan
Siphonales.Pembagian sel didalam koloni mengakibatkan pelebaran
koloni.Koloni tersebut dapatterpecah-pecah dan terbentuklah koloni
baru dibentuk dari fragmentasi koloniinduk.Reproduksi seksual
didalam alga hijau beragam. Cara yang sederhanaadalah melalui
peleburan dua sel gamet melalui apa yang disebut isogami
dananisogami. Gamet jantan dan betina berflagel, memiliki struktur
dan ukuranserupa atau ada yang gamet betinanya sedikit lebih besar
dari jantan. Isogamimerupakan peleburan gamet jantan dan betina
yang ukurannya sama,anisogami merupakan peleburan gamet jantan
dan betina yang ukurannya berbeda (Ekawati,2005 )
3. Alga Kuning-Hijau (Xanthophyceae)
Anggota

Xanthophyceae

berbentuk

unicellular,

koloni

dan

filamen.Xanthophyceae bercirikan adanya klorofil (pigmen hijau) dan


xantofil(pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuningkuningan. Semua selyang motil mempunyai dua flagela, salah satu dari
lembut dan lebih panjangdibanding yang lainnya.Xanthophyceae ada
yang selnya tidak memilikidinding, tetapi yang selnya berdinding
mengandung pektin dalam jumlah yang besar. Reproduksi aseksual
pada

umumnya

melalui

pembelahan

dan

pembentukan

zoospora. Kebanyakan alaga Xanthophyceae melekat pada substrat dan


epifit pada makrofita. Sebagian besar anggotanya bersifat planktonik
dan meliputi genus-genus umum seperti Chlorobotrys, Gleobotrys dan
Gleochloris. (Nyabakken,1992)
4. Alga Coklat-keemasan (Kromofora Chrysophyceae)

Menghasilkan susunan warna coklat keemasan karena adanya karotene

dan

xanthophyl

khusus

yaitu

karotenoidsdan

juga

mengandung khlorofil a. Kebanyakan dari alga Chrysophyceanadalah


unicellular

contohnyaOchromonas,

dan

beberapa

ada

yang

berupakoloni contohnya Synura, dan jarang yang berbentuk filamen.


Banyak jenisyang tidak mempunyai dinding sel dan dilemgkapi oleh
membransitoplasmik, sedangkan beberapa permukaan sel ditutup oleh
platmengandung zat kapur atau mengandung silika.Reproduksi secara
vegetatifdengan pembelahan sel secara membujur. Jenis yang
unicellular denganflagel tunggal meliputi Chromulina, Chrysococcus
dan Mallomonas .Chrysophyceae yang berbentuk koloni yang besar
misalnya

Synura,Chrysophaerella,

Uroglena,

dan

Dinobryon.

Beberapa jenis algaChrysophyceae dapat melakukan fotosintesis


dengan phagotrophy.Alga yang phagotrophy mendapat nutrisi dan
energi dengan mencerna bakteri. (Kaswadji,2001)
5. Diatoms (Bacillariophyceae)
Diatom
banyak
ditemukan

di

dalam

air.Karakteristik

bacillariophyceaeadalah memiliki dinding sel dan bentuknya dapat


berupa koloni danunicellular. Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu
diatom simetri (central)yang mempunyai simetri radial dan diatom
pinatus atau bertagkai (pennales)yang memiliki simetri bilateral.
Dinding sel atau frustul diatom terdiri atas dua katup yang cocok satu
dengan lainnya. Empat kelompok utama padadiatom bertangkai
meliputi,a)Araphidineae(Pseudoraphe, Asterionella, Diatoma, Fragile
ria); b) Raphidioidineae (Actinelia, Eunotia); c)Monoraphidineae
( Achnanthes, Cocconeis); dan d) Biraphidineae ( Amphora,Cymbella,
Gomphonema, Navicula). Dinding sel tersusun atas dua belahanyaitu
kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara vegetatif
dengansel adalah dengan cara membelah diri. Reproduksi seksual
terjadi hanyaketika sel merespon kondisi-kondisi lingkungan, misalnya

cahaya,temperatur,

nutrien,

faktor

pertumbuhan

dan

lain-lain.

(Bambang,2005)
6. Cryptophyceae (kriptofita)
Kebanyakan

dari

alga

crytophyceae

adalah

unicellular

dan

motil.Anggota plankton dan Chroomonas.Crytophyceae melakukan


reproduksi melalui pembelahansel secara membujur. Ganggang
crytophyceae hampir ada pada semua danau,dengan mengabaikan
status yang trophiknya. Kerakteristik crytophyceaemeliputi, dan
mampu bereproduksi pada cahaya yang berintesitas rendah.(rymont
dalam klonik,1997)
2. Dinophyceae (dinoflagellata)
Dinoflagellata merupakan alga satu sel berflagel sehingga banyak
yangmotile.

Mayoritas

tidak

mempunyai

diding

sel

(Gymnodinium).Permukaansel mempunyai garis melintang dan kerut


membujur yang saling berhubungandan berisi flagel.Dinoflagellata
bereproduksi secara seksual, tetapi yangdominan adalah reproduksi
aseksual melalui pembentukan aplanospora. (ekawati 2005)
3. Euglenophyta (kelompok euglena)
Ganggang euglenoid (Euglenophyceae) ukurannya relatif lebih besar
danmerupakan

fitoplankton

yang

sesungguhnya.Hampir

semua

euglenoids adalah unicellular, tidak mempunyai suatu dinding sel dan


mempunyaiflagella yang berasal dari invaginasi membran sel.
Reproduksi terjadi dengan pembelahan sel secara longitudinal.
Euglenoid mendapatkan nutrisi melaluifotosintesis, tetapi sebagian ada
yang bersifat fagotrofik. Amoniak dan campuran nitrogen organik
adalah sumber nitrogen yang penting bagi kebanyakan ganggang
euglenoid. (Nontji,2008)
4. Alga Coklat dan Merah

Alga coklat (Phaoephyta) kebanyakan berbentuk filamen atau


ganggang bertalus. Sebagian besar hidup di air laut, yang hidup di air t
awar hidupnyamelekat pada substrat.Ganggang merah (Rhodophyta)
juga sangat jarangyang tersebar pada perairan tawar. Jenis yang
bertalus (Batrachospermum) hidup terbatas pada air yang berarus dan
teroksigenasi dengan baik. (omori dan ikeda, 1984)
2.3 Zooplankton
Secara menyeluruh zooplankton didominasi oleh crustacea baik jumlah
individu maupun spesiesnya.Dari golongan crustacea, cladocera hanya diwakili
beberapa jenis genu.Disamping terdapat telur dan larva ikan sebagian besar dari
meroplankton,

chordata

Doliodid dan Pyrosoma yang


appendicularia,

diwakili
kadang-kadang

spesies-spesies

oleh
berjumlah
yang

berbagaiSalpa,
besar.

Dari

termasuk

genus Oikopleura dan Fritilaria sangat terkenal dan terdapat disemua perairan
bahari (Raymont dalam Kholik, 1997).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan
yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat
larva. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara.
Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang
hidupnya sebagai plankton. (Omori dan Ikeda, 1984)
Meroplankton terdiri atas larva dariFilum Annelida, Moluska, Byrozoa,
Echinodermata, Coelenterata atau planulaCnidaria, berbagai macam Naupliu
sdan zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva
kebanyakan ikan. Sedangkan yang termasuk holoplankton antara lain : Filum
Artrhopoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas
Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian
Moluska ((Raymont dalam Kholik, 1997)
2.3.1

Peranan

Zooplankton dan Fitoplankton merupakan bahan dasar semua rantai


makanan di dalam perairan.zooplankton menempati perairan sampai
dengan 200 m dan bermigrasi vertikal untuk mencari makan yang berupa
fitoplankton. Zooplankton memegang peranan penting dalam jaring jaring
makanan di perairan yaitu dengan memanfaatkan nutrient melalui proses
fotosintesis. Dalam hubungannya dengan rantai makanan, terbukti
zooplankton merupakan sumber pangan bagi semua ikan pelagis , oleh
karena itu kelimpahan zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan
perairan. aZooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani,
sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa
yang mewakili hampir seluruh filum hewan (Ekawati,2005).
2.3.2

Habitat
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan

organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi
biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8. pH merupakan salah satu
bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya
kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik
untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami
adalah pH antara 6,2-8.6. Porifera merupakan salah satu zooplankton yang
dapat bertahan hidup di air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah
yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung apda
suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati,
2005).
2.3.3

Jenis-Jenis
Berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok

menurut Nontji (2008) yaitu:

a. Holoplankton
Plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton,
mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya Kopepoda,
Amfipoda, dll.
b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton
hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada
tahap sebagai telur dan larva saja, beranjak dewasa ia akan berubah
menjadi nekton. Contohnya kerang dan karang.
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota
ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos.
Namun karena gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan
terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton. Contohnya
kumasea.
Menurut Arinadi et al, (1997), Zooplankton dapat dikelompokkan
berdasarkan ukurannya menjadi lima sebagai berikut :
a. Mikropankton
Mempunyai ukuran 20-200 m dan organisme utamanya yaitu
Ciliata, Foraminifera, Nauplius, Rotifera, Copepoda
b. Mesoplankton
Mempunyai ukuran 200m-2 m dan organisme utamanya yaitu
Cladocera, Copepoda, Larvacea.
c. Makroplankton
Mempunyai ukuran 2-20 mm dan organisme utamanya yaitu
Pteropada, Copepoda, Euphausiid, Chaetognatha.
d. Mikronekton
Mempunyai ukuran 20-200 mm dan organisme utamanya yaitu
Chepalopoda, Euphausiid, Sargestid, Myctopid.
e. Megaloplankton
Mempunyai ukuran >20 mm dan organisme utamanya yaitu
Scyphozoa, Thaliacea.

Beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton


(Arinardi et.al., 1997) :
1.

Protozoa
Kingdom Protista terdiri dari protozoa, berukuran kecil, dari fauna
bersel tunggal sampai dengan beberapa filum, beberapa jenis terkenal
sebagai bentuk yang dijumpai di lautan adalah foraminifera,
radiolaria, zooflagellata dan ciliata. Protozoa dibagi dalam empat
kelas yaitu: rhizopoda, ciliata, flagelata, dan sporozoa (Sachlan,
1982).

2. Arthropoda
Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan hampir
semuanya termasuk kelas Crustacea. Crustacea berarti hewan-hewan
yang mempunyai shell terdiri dari chitine atau kapur, yang sukar
dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi perairan adalah
Copepoda yang merupakan Crustacea holoplanktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera
(Nybakken, 1992).
3. Moluska
Dalam dunia hewan, filum moluska adalah nomor dua terbesar
(Nybakken, 1992). Moluska bertubuh lunak, tidak beruas-ruas dan
tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat.
Cangkang tersebut berguna untuk melindungi organ dalam dan isi
rongga perut, tetapi ada pula moluska yang tidak bercangkang.
Antara tubuh dan cangkang terdapat bungkus yang disebut mantel.
Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal
(Bambang, 2004).

4. Coelenterata
Coelenterata atau Cnidaria adalah invertebrata laut yang pada taraf
dewasa sering dijumpai. Biota-biota dalam filum ini meliputi hydra,
ubur-ubur, anemon laut dan koral (Nybakken, 1992). Coelenterata
mempunai siklus hidup yang menarik. Proses reproduksi aseksual
maupun seksual menunjukkan suatu siklus hidup yang terkait dengan
periode planktonik (Bambang, 2004).
5.

Chordata
Anggota filum Chordata yang planktonik termasuk dalam kelas
Thaliacea dan Larvacea, memiliki tubuh agar-agar dan makan dengan
cara menaring makanan dari air laut. Larvaceae membangun
cangkang di sekelilingnya dan memompa air agar melalui suatu alat
penyaring di dalam cangkang ini terus menerus dibangun dan
ditanggalkan (Nybakken, 1992).

6. Chaetognatha
Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies relatif
sedikit tetapi sangat berperan terhadap jaring-jaring makanan di laut.
Biota ini memiliki ciri-ciri antara lain bentuk tubuh memanjang
seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada masing-masing
sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang sirip dan kepala
dengan sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling
mulut (Bambang, 2004).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton, analisis sampel
dilakukan pada tanggal 31 Desember 2015, pukul 09.00 WITA-13.00 WITA yang
bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Udayana Bukit Jimbaran.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Biologi Dasar
mengenai Plankton adalah sebagai berikut:
3.2.1 Alat
No

Nama Alat

Kegunaan

.
1.
2.
3.
4.

Buku gambar
Alat tulis
Laptop
Mikroskop

Sebagai media untuk menggambar objek


penelitian
Sebagai alat untuk menggambar objek
penelitian
Sebagai media untuk melihat objek yang
diteliti
Sebagai alat bantu untuk melihat objek yang
diteliti (memperjelas dan memperbesar

5.

Optiklab

objek)
Sebagai alat untuk menghubungkan antara
mikroskop dengan laptop, sehingga objek
yang diteliti melalui mikroskop dapat

6.

Pipet tetes

7.

Kaca preparat

8.

Cover glass

terlihat dari laptop dengan jelas


Sebagai alat untuk memindahkan sampel
yang akan diamati
Sebagai alat untuk meletakan sampel yang
akan diamati
Sebagai alat untuk menutup sampel yang
akan diamati

3.2.2 Bahan
No

Nama Bahan

.
1.
2.

Sampel Plankton
Tisu

Kegunaan
Sebagai objek yang diteliti
Sebagai bahan pembersih

3.3 Cara Kerja


Adapun langkah kerja pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton
adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan laptop yang akan dipakai, dan diinstal program optic lab pada
laptop. kemudidisambungkan dengan perangkat optik lab yang telah
disediakan
2. Disiapkan mikroskop, lalu hidupkan mikroskop tersebut dan salah satu
lensa okulernya diganti dengan optik lab yang disambungkan ke laptop.
3. Diletakkan sampel diaatas kaca preparat dengan menggunakan pipet tetes,
dan tutup dengan cover glass kemudian letakkan diatas meja preparat.
4. Diamati objek (plankton) melalui aplikasi optik lab yang diinstal pada
laptop
5. Setelah gambar terlihat jelas, lalu objek (plankton) diidantifikasi jenisnya
6. Disimpan gambar ketika terlihat jenis fitoplankton dan zooplankton untuk
dokumentasi
7. Diganbar hasil pengamatan dalam buku gambar yang telah disediakan
(plankton)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 1. Fitoplankton
Lamanea sp.

Gambar 2. Fitoplankton
Ulothrix sp.

Gambar 4.4. Zooplankton


Macrocyclops sp.

Gambar 4.3. Fitoplankton


Colothrix sp.
4.2 Pembahasan

Berdasarkan sampel dan tinjauan pustaka yang didapat dapat kita ketahui
cirri-ciri dan klasifikasi dari masing-masing jenis fitoplankton dan zooplankton
yang dapat pada praktikum Biologi Dasar mengenai plankton.
4.2.1 Fitoplankton
1. Calothrix
Spesies ini hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batubatuan atau menempel pada ganggang dan batuan akuatik lainnya.
Filamennya

meruncing

dan

tidak

bercabang

atua

memiliki

percabangan palsu. Percabngan palsu dapat lepas dari trikom induk.


Heteroksinya biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan
heteroksi basal. Menurut cirii-cirinya, dapat diketahui klasifikasi dar
fitoplakton tersebut yaitu sebagai berikut :
Kingdom
:Eubacteria
Filum
Class
Ordo
Famili
Genus
Species
2. Ulothrix

: Cyarobacteria
: Cyanophyceae
: Nostocalea
: Rivulariceae
: Calothrix
: Calothrix desertica (Agarth, 1811)

Ulothrix termasuk genus yang berserabut dan merupakn


ganggang hijau. Tubuhnya tidak terdiri dari cabang, Filamen Uniserite.
Sel-sel dari filament diatur dari ujung ke ujung tubuhnya. Merka
berbentuk barel atau berbentuk silinders. Sel apical agak bulat dan
ujung terminal dan sel basal memanjang. Hal ini juga disebut
pegangan erat basal, yang menempel filament ke dinding sel
substratum. Ulothrix terdiri dari propetin dan selulosa dan tidak
memiliki lender. Setiap sel memiliki kloroplas tunggal korset dan
parietal juga dua untuk banyak pyrenoids yang hadir setiap kloroplas.
Menurut cirri-cririnya, fitoplankton ini dapt diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom

:Protista

Filum
: Chlorophyta
Class
: Ulvophyceae
Ordo
: Ulotricalea
Famili
: Ulotrichaceae
Genus
: Ulothrix
Species
: Ulothrix zonata (Agarth, 1811)
3. Lamanea
Lamanea adalah plankton yang termasuk dlam genus ganggang
air tawar. Lamanea berbentuk seperti bulu kaku dan kadang bercabang
atau tidak bercabang tanaman ini mirip dengan bulu kuda kasar. Akhir
pemriksaan menujukan bahwa Lamanea memiliki pembengkakan kecil
di kurang lebih secara berkala sepanjang panjang tubuhnya. Lamanea
berwarna biru-hijau untuk zaitun dalam masa ketika muda. Adapun
klasifikasi yang didapat berdasarkan cirri-cirinya.
Kingdom
:Plantae
Filum
Class
Ordo
Famili
Genus
Species

: Rhodophyta
: Florideophceae
: Batrschospemates
: Lamaineaceae
: Lamanea
: Lamanea fluvitilis (Agarth, 1811)

4.2.2 Zooplankton
1. Macrocyclops fuscus

Macrocyclop termasuk dalam Arthropoda. Macrocyclops memiliki


cirri-ciri seperti, sangat bergerigi membrane hialin pada segmen
terakhir dari antenna. Lima kaki perempuan terdiri dari dua kaki
tersegmentasi dengansatu seta dan dua duri. Dibagian tepi dalam
berbulu dari rami hingga ekor setae dimaksudkan dekat rami. Adapun
Klasifikasi dari Zooplankton yang kita dapat berdasarkan cirri-ciri
tersebut sebagai berikut :
Kingdom
:Animalia
Filum
Subfilum
Superclass
Calss
Infraclass
Superordo
Ordo
Famili
Genus
Species

: Arthropoda
: Crustacea
: Multicrustacea
: Copepod
: Neocepoda
: Podoplea
: Cyclopiod
: Cyclopidae
: Macrocyclops
: Macrocyclops fuscus (Agarth, 1811)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Biologi dasar mengenai Plankton yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Plankton dibagi atas dua jenis, yaitu fitoplankton dan zooplankto
Fitoplankton adalah tumbuhan planktonik, sedangkan zooplankton adalah
hewan planktonik.
2. Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem perairan, yakni
bertindak sebagai produsen utama di komunitas perairan tersebut.
Fitoplankton hidup pada zona enfotik yang masih banyak terkena sinar
matahari guna melakukan fotosintesis Fitoplankton terdiri dari berbagai
jenis

ganggang,

yaitu

Cyanophyta,

Chlorophytal, Euglenophyta,

Cryptophyceae,

Dinophyceae,

Bacillariophyceae, Chrysophyceae dan

Haptophyceae. Sedangkan zooplankton memiliki peran sebagai konsum


primer pada komunitas perairan. Zooplankton hidup pada wilayah perairan
yang mengandung banyak bahan organic. Jenis zooplankton dibedakan
berdasarkan ukurannya (Haloplankton, meroplankton, dan tikoplankton)
dan berdasarkan daur ukurannya (mikronekton dan mikroplankton,
mesoplankton, makroplankton, Mikronekton, dan megaloplankton)
3. Perbedaan antara fitoplanktondan zooplankton terletak pada kingdom serta
peranannya. Fitoplankton termasuk dalam kingdom tumbuhan dan serta
berperan sebagai produsen primer pada kingdom tumbuhan serta berperan
sebagai produsen primer pada komonitas perairan, sedangkan zooplankton
termasuk dalam kingdom hewan dan berperan sebagai konsumen primer
pada komunitas perairan.
5.2 Saran-Saran

Berdasarkan praktikum Biologi dasar mengenai Plankton yang telah


dilakukan dapat diperoleh beberapa saran, yakni sebagai berikut :
1. Sebaiknya peinstalan program aplikasi OptiLab Viewer dilakukan sebelum
tanggal praktikum, agar tidak memekan waktu lebih banyak saat
praktikum.
2. Alangkah lebih baiknya jika diperiksa terlebihdahulu peralatan yang akan
dipakai, sehingga tidak terjadi kesalahan yang memekan waktu praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Agarth, CA. 1811. Dispositi Algarumsyeciae Quam Punloca Examini Subjicium Carl
Adolph
Arinadi et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
PerairanKawasanTimurIndonesia. LIPI : Jakarta
Bambang. 2005. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State University
Press. United State of American
Ekawati, A.W. 2005. Budidaya Makanan Alami. Malang :Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum
Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Pekanbaru.
Kaenda, H. 2013. Planktonologi. FPIK
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di dalam Wilayah Pesisir. Sebagai Bahan
Kuliah SPL. 727 (analisis ekosistem pesisir dan laut).Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.
Nontji, Anugrah. 2002. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Jakarta.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta
Gramedia
Nybakken, James W. 2012. Pengertian dan definisi Plankton. Jakarta Gramedia
Odum. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia : Third Edition, W.B.
Omori. 1984. Method in Marine Zooplankton Ecology. Krieger pub lo. 332p
Rahman, A. 2008. Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap
Kelimpahan di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan Scientiae
Raymont. 1997. The Ecology of Fresh Water Phytoplankton. Paris : University Pare
et Marine Curie
Raynold, cs. 1990. Tundisiand K.Hino Observation an aMetalimnetic Phytoplankton
Population in a Stably Stratified Trofical lake. Argentina : arch.
Sachlan. 1972. Planktonology. Correspondence Coursecenter. Jakarta. Dirjen
Perikanan Departemen Pertanian
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
Jatinangor.
Uun. 2006. Diktat Limnologi . UB. Malang
Widyorini, N. 2009. The Community Structure Of Phytoplankton Based On Pigment
Content in Jepara Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

FOTOSINTESIS

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai