Dosen Pengampu :
Yulianto Suteja, S.Kel.,M.Si.
Elok Faiqoh, S.Pi.,M.Pi.
Dwi Budi Wiyanto, S.Kel.,M.Si.
MIKROSKOP
BAB I
PENDAHULUAN
yang tidak bisa dilihat dengan hanya mengandalkan penglihatan mata normal
(Volk, 1984)
Oleh karena itu, mikroskop harus diperkenalkan sejak dini kepada
seorang yang akan melakukan praktikum. Mikroskop dipelajari guna mengetahui
bagian-bagian mikroskop serta fungsinya masing_masing agar dalam kegiatan di
Laboratorium praktikan tidak lagi kebingungan ketika hendak menggunakan
mikroskop, serta bagaimana cara menggunakan mikroskop tersebut dengan baik
dan benar (Winatasasmita, 1986)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut
:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan mikroskop
2. Mengetahui bagian-bagian mikroskop serta fungsinya
3. Dapat mengoprasionalkan mikroskop dengan baik, benar dan aman ketika
hendak melakukan pengamatan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui informasi mengenai mikroskop
2. Agar dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop serta fungsinya
3. Agar dapat mengoprasionalkan mikroskop dengan baik, benar dan aman ketika
hendak melakukan pengamatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut sejarah orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang
bernama mikroskop adalah Zachanas Janssen pada tahun 1590. Kemudian Galileo
Galilei (Itali), untuk membuat alat yang sama. Setelah itu seorang berkebangsaan
Belanda bernama Anthony Van Leuwenhock (1632-1723) terus mengembangkan
mikroskop (Moena, 2010).
Pada tahun 1675 Anthony Van Leuwenhock membuat mikroskop dangan
kualitas lensa cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia
bias mengamati mikrooragnisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang
dan air jambangan bunga. Dia menyebut benda bergerak tadi Animalcule
(Dwidjoseputro,1989)
Untuk melihat benda berukuran 200 nanometer diperlukan mikroskop dengan
panjang gelombang pendek. dari ide inilah ditahun 1932 lahir mikroskop elektron
menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari
cahaya oleh karena itu mikroskop elektron mempunyai resolusi yang lebih tinggi
dari mikroskop cahaya (Goldstein,2004)
Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micos yang berarti kecil
dan scopos yang berarti tujuan. Dari dua pengertian tersebut, mikroskop dapat
diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk melihat secara detail
objek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata telanjang dalam jarak yang
dekat (Sanjaya,2010)
Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa
objektif dan okuler. Dalam mikroskop baik lensa objektif dan okuler keduanya
merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu
bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik dan diperbesar
terhadap posisi benda mula-mula (Cambell, 2000)
Mikroskop adalah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan
alat ini disebut mikroskoli dan mikroskopik berati sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata (Fany, 2008)
Mikroskop majemuk adalah mikroskop yang mengunakan lensa tipis,
biasanya dipakai untuk melihat benda kecil yang letaknya dekat dengan alat
tersebut(Young and Freedman, 2001)
: Berkas electron
: Berkas electron
Mikroskop Cahaya
maksimal 1000 kali. Mikroskop memiliki kaki yang berat dan kokoh
relaitf besar.
Mikroskop Pender
BAB III
METODOLOGI
1.1.1. Alat
No
1.
Nama alat
Mikroskop Binokuler
Kegunaan
Untuk mengamati sampel
Tisu
(plankton)
Membersihkan lensa dan
2.
3.
4.
Kaca preparat
preparat
Untuk meletakkan objek yang
Cover glass
akan di teliti.
Untuk menjaga dan menutup
sampel di kaca preparat agar
5.
Pipet Tetes
1.1.2. Bahan
No
1
Nama Bahan
Sampel air
Kegunaan
Sebagai sampel yang akan
diteliti dengan mikroskop
mikroskop.
Letakan mikroskop pada meja yang kokoh. Jangan diatas buku
Kenalilahlah
dahulu
nama
bagian-bagian
mikroskop
Mengatur Penyinaran/Lampu
tekan off
Setelah lampu menyala, aturlah kondensor pada posisi paling
3.3.3
Mengatur Fokus
Tempatkan preparat diatas meja mikroskop
Naik turunkan meja mikroskop, jangan sampai menyentuh
preparat. Kerjakan dengan pelan dan hati-hati melalui lensa
halus
Mulailah dengan pembesaran lemah, baru dengan pembesaran
yang lebih kuat.
3.3.4
Mengganti Perbesaran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
4.2.1. Bagian-bagian Mikroskop
Mikroskop adalah alat optic yang digunakan untuk mengamati bendabenda yang berukuran kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop membuat benda-benda yang berukuran kecil terlihat dengan
perbesaran
oleh
lensa
yang
terdapat
pada
mikroskop,
serta
Berfungsi
sebagai
penjepit
kaca
11. Makrometer
berfungsi
untuk
menggerakan
tubus
(pengaturan kasar)
12. Mikrometer
preparat
14. Sumber Cahaya
berfungsi
untuk
mengatur
posisi
sumber cahaya
4.2.2. Langkah-Langkah Menggunakan Mikroskop
Pegang lengan mikroskop dengan satu tangan dan tangan lain
menyangga kaki mikroskop. Letakkan meja pengaman pada tempat yang
tidak sebagai lalu lalang. Karena akan mempengaruhi saa mengamati suatu
objek. Letakan mikroskop diatas meja pengamatan. Agar dapat medan
penglihatan yang baik. Putarlah revolver sehingga diperoleh pembesaran
terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus
okuler.
Putar cermin mikroskop kearah sumber cahaya sambil melihat pada
lensa okuler sehingga diperoleh medan terang tanpa bayangan lain.
Letakkan preparat pada meja mikroskop lalu jepitlah dengan penjepitnya
sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondesor menembus kaca benda.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Mikroskop merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengamati bendabenda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
2. Mikroskop memiliki 2 bagian utama yaitu bagian mekanik dan bagian optik
(lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor).
3. Mikroskop merupakan alat yang mahal sehingga harus berhati-hati dalam
penggunaanya. Selain itu agar praktikan memperoleh hasil yang baik maka
perlu mengetahui prosedur dan aturan yang sesuai.
5.2 Saran-Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Diharapkan para praktikan lebih memahami hal-hal dalam penggunaan
mikroskop.
2. Diharapkan pola praktikan lebih teliti dalam melakukan penelitian
3. Diharapkan para asisten agar tidak jenuh dan lebih sabar dalam membimbing
praktikan
4. Diharapkan praktikan lebih memahami dan mampu serta terampil
menggunakan mikroskop dengan cepat dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
mikroskop binokuler
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
estuarine yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan
(Hachinoe,1998)
2.1.1
Ekologi Mangrove
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong
ke dalam family, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu:
Avicennia, Sonneratia, Rizophora, Bruguiera, Ceriops, Xytocarpus,
Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegilatilissnaeda, dan Conocarpus
(Bengen,2000). Berbagai biota laut hidup di hutan mangrove seperti ikan,
kepiting, Crustacea, burung ,biawak, ular dan tumbuhan lain. Yang hidup di
hutan mangrove antara lain anggrek, paku pakis, serta tumbuhan semut.
Adapun karakteristik ekologis dari mangrove aldalah (Bengen,2000) :
1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahanbahan yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang
2. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun
hanya tergenang pada saat pasang purnama.
3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air
atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah
pasokan unsur hara dan lumpur
4. Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5 0 celcius dan
suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 200 c
5. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas
mencapai 38 ppt
6. Arus laut tidak terlalu deras
7. Tempat-tempat yang terlindung dari angina kencang dan gempuran
Callophylum
sp.,Hibicus
sp.,
dan
Termanalia
sp.
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Rhizophorales
: Rhizophoraceae
: Rhizophora
: Rhizophora mucronata
3. Sonneratia alba
Mangrove pidada atau perepat adalah nama umu untuk
sekelompok
tumbhan
dari
marga
sonneratia,
kini
keduanya
Pasir
yang
bisanya
menutupi
dasaran
padang
lamun
air
yang
disebabkan
oleh
arus
dan
ombak,
2.2.4
2.3.3
dan cukup cahaya untuk berfotosintesis. Salah satu habitat yang paling
ekstrim adalah alga yang dapat hidup pada jaringan tubuh hewan seperti
pada beberapa jenis mentimun laut, binatang-binatang karang yang
mengadakan simbiosis yang menguntungkan. Beberapa jenis alga memiliki
holdfast Sehingga dapat melekat pada substrat tetapi ada juga melayang
bebas dalam air bersama makhluk lain membentuk plankton. Alga sangat
penting sebagai produsen yang menyediakan makanan bagi sebagaian besat
2.3.4
BAB III
METODOLOGI
pada pukul 14:30-16:30 WITA yang bertempat dipantai Samuh nusa dua.
Waktu dan Tempat di Laboratorium
Pada praktikum Biologi Dasar menenai Biodiversitas Tumbuhan
Laut, analisis sampel dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015, pukul
17:00-18:30 WITA yang bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universita Udayana Bukit Jimbaran.
Nama Bahan
Buku gambar
Kegunaan
Sebagai media
untuk menggambar
sampel yang
2.
Alat Tulis
diamati
Sebgai alat untuk
menggambar
3.
Plastik
sampel
Sebagai alat untuk
membawa sampel
3.2.2 Bahan
N
Nama Alat
Kegunaan
Daun mangrove
Sebagai Objek
Rhizophora mucronata
Praktikum
Buah mangrove
Sebagai Objek
Rhizophora mucronata
Praktikum
Bunga mangrove
Sebagai Objek
Rhizophora mucronata
Praktikum
Daun mangrove
Sebagai Objek
Sonneratia alba
Praktikum
Buah mangrove
Sebagai Objek
Sonneratia alba
Praktikum
Bunga mangrove
Sebagai Objek
Sonneratia alba
Praktikum
Daun mangrove
Sebagai Objek
Bruguiera gymnorrhiza
Praktikum
Buah mangrove
Sebagai Objek
Bruguiera gymnorrhiza
Praktikum
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bunga mangrove
Bruguiera gymnorrhiza
Sebagai Objek
Praktikum
10
.
Daun Enhalus
Sebagai Objek
acoroides
Praktikum
Sebagai Objek
11
.
Praktikum
12
.
Rhizome Enhalus
Sebagai Objek
acoroides
Praktikum
Sebagai Objek
13
.
Praktikum
14
.
Sebagai Objek
Praktikum
15
.
Rhizome Halophila
Sebagai Objek
ovalis
Praktikum
Daun Syringodium
Sebagai Objek
isoetifolium
Praktikum
Akar Syringodium
Sebagai Objek
isoetifolium
Praktikum
Rhizome Syringodium
Sebagai Objek
isoetifolium
Praktikum
Sebagai Objek
16
.
17
.
18
.
19
.
Praktikum
20
.
Sebagai Objek
Praktikum
21
.
Sebagai Objek
Praktikum
3.2.4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
GambarGambar
2.3. Bunga
mucronata
2.4. Rhizopora
Akar Rhizopora
mucronata
Pembahasan Mangrove
Berdasarkan sampel yang didapat, ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda. Ketiga spesies itu adalah Rhizophora
mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera Gymnorrizha. Sesuai dengan
tinjauan pustaka sebelumnya, Rhizophora mucronata yang diperoleh sudah
sesuia dengan ciri-ciri mangrove yang ada di tinjauan pustaka. Adapun ciriciri dari Rhizophora mucronata adalah bentuk daun elips,dengan ujung
daun runcing, buah pendek, sudah sesuia dengan ciri-ciri Rhizophora
mucronata yang ada di tinjauan pustaka. Dari ketiga spesies yang
ditemukan seperti Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrihza yang
diperoleh, sudah memenuhi ciri yang ada di tinjauan pustaka. Dari ketigsa
sspesies mangrove yang ditemukan memiliki perbedaan, yaitu bentuk akar,
buah, daun, dan batang. Meskipun demikian perbedaan tersebut tidak
terlalu mencolok, antara Rhizophora dan Bruguiera memliki kemiripan
4.2.2
dalam bentuk daun hanya berbeda pada ketebalan dan bentuk daunnya.
Pembahasan Lamun
Berdasarkan sampel yang didapat, Ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda. Ketiga spesies itu adalah Enhalus
acoroides, Halophila ovalis, Halodule pinifolia. Sesuai dengan tinjauan
pustaka sebelumnya, Enhalus acoroides memiliki ciri-ciri daun yang
panjang dan berwarna hijau daunnnya panjang dan lebar. Begitu pula
dengan Halophila ovalis, yang memiliki bentuk oval dan Halodule pinifolia
yang memiliki bentuk daun tipis dan panjang. Dari ketiga spesies lamun
yang ditemukan memiliki perbedaan, terutama pada bentuk akar dan
bentuk daun.
4.2.3
Pembahasan Alga
Berdasarkan sampel alga yang didapat, ketiga sampel yang didapat
berasal dari spesies yang berbeda, ketiga spesies itu adalah Ulva lactuca,
Padina sp., dan Glacilaria sp. Sesuai dengan tinjauan pustaka, alga
memiliki ciri yang sangat mencolok, yaitu pigmen warna. Pada praktikum
ini, alga yang ditemukan adalah alga merah, hijau, dan coklat. Perbedaan
yang mencolok dari ketiga spesies alaga tersebut adalah pigmen warna dan
struktur alganya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Biologi Dasar Mengenai Biodiversitas
Tumbuhan Laut adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Arman. 2011. Pengenalan dan engelolaan Ekosistem Lamun pkspl. IPB Bogor
Azkab. 1988. Ekosistem Pesisir. Bogor : IPB
Bengen, D. G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan Kampus dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor :
Institute Pertanian Bogor
dkk.
1996.
Ekosistem
lahan
basah-Indonesia-Bogor
:Wetlands
International-Inodensia Programme
Nontji. A. 1993. Laut nusatara. Jakarta : Djambatan
Nybakken, j.w. 1980. Biologi laut suatu pemdekatan ekologis. Jakarta : Gramedia
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mulut dan anus. Adapun klasifikasi dari kerang hijau (James,1989) sebagai
berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Anisomysia
Family
: Mytilidae
Genus
: Perna L
Spesies
: Perna viridis L.
2.1.2 Ekologi
Kerang hijau pada perairan estuary, teluk dan daerah mangrove dengan
substrat pasir lumpuran serta salinitas yang tidak terlalu tinggi. Umumnya
hidup menempel atau menggerombol pada dasar substrat yang keras, yaitu
batu karang, kayu, bamboo, atau lumpur keras dengan bantuan bysus
(Efendie, 1997)
2.1.3 Siklus Hidup
Kerang hijau umunya develious, yaitu induk jantan dan betina terpisah,
dan pembuahan terjadi diluar tubuh. Telur yang sudah dibuahi umumnya
membentuk bulat dan berukuran sekitar 5 cm, sedangkan yang tidak
dibuahi berbentuk lonjong. Sekitar 10- 15 menit berikutnya terbentuklah
polar bodi kedua. Cleavage 1 selesai pada 30-45 menit dengan
terbentuknya 2 buah sel yang berukuran tidak sama. Cleavage 2 dimulai
dengan terjadinya pembelahan micromere selama 15 menit. Kemudian dan
akhirnya dari cleavage 2 ditandai dengan terbentuknya tahapan 4 sel yang
membutuhkan waktu 60-75 menit. Blastula yang berenang bebas terbentuk
dalam waktu 3-4 jam. Embrio pada tahap ini disebut tahap granulasi yang
selesai setelah 7-8 jam dengan terbentuknya larva tiochopere (antara 12-15
jam). Fase larva akan berakhir ditandai dengan tertutupnya bagian (tubuh)
yang lunak oleh cangkang, yaitu dikuti dengan adanya velum yang bersilia
kuat dan fase ini disebut veliger dengan ukuran rata-rata 65x80. Fase
veliger berlangsung selama 16-19 jam. Pada hari ke-8 otot kaki mulai
digunakan untuk merayap dan panjang rata-rata veliger tersebut dapat
mencapai 240 jam. Otot kaki yang telah berkembang kemudian disebut
pediveliger atau veliconcha yaitu tahap berkembang kemudian merayap
dan berenang dengan beras dan ini merupakan tahap akhir dari
metamorfosa. Larva yang sudah mengalami metamorfosa akan memiliki
cangkang yang sama dengan cangkang kerang hijau dewasa, panjang
cangkang pada hari ke-12 dapat mencapai ukuran 0,34-0,38 mm (Suwigyo,
1984)
2.1.4 Persebaran
Kerang hijau memiliki sebaran yang luas, yaitu mulai dari India bagian
barat hingga Pasifik Barat, dari Teluk Parsia hingga Filipina, bagian utara
dan Timur laut cina hingga Taiwan. Kerang ini juga tersebar luas diperairan
Indonesia dan ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove
dan muara sungai. Di Indonesia, jenis ini ditemukan melimpah pada bulan
Maret hingga Juli pada awal pasang surut atau subtidal, hidup bergerombol
dan menempel kuat dengan menggunakan benang byscusnya pada bendabenda keras seperti kayu, bamboo, batu, ataupun yang keras (Linnaeus,
1798)
2.2 Siput Laut
Siput laut ini biasaya berwarna hijau cerah, karena kandungan kloroplas
didalam sel-sel siput laut. Namun, warna tubuh mereka kadan-kadang berganti
menjadi agak kemerah-merahan atau bau-abu. Siput ini dapat hidup hingga
memiliki panjang 60 mm, tetapi ditemukan besar berukuran antara 20 mm
sampai 30 mm. (Dasen, 1981)
2.2.1 Klasifikasi
Adapun kalsifikasi dari siput lau adalah sebagai berikut (Dasen,1981) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Opisthobranchia
Family
: Cassidea
Genus
: Cassis
Spesies
: Cassis cornata
2.2.2 Ekologi
Siput Elysia choratice dapat ditemukan di laut, rawa-rawa, sampai di
sungai dengan kedalaman 0-0,5 meter, karena mereka sangat membutuhkan
tumbuhan sebagai sumber energinya, maka siput ini tidak dapat hidup di
perairan yang lebih dalam. (Amri, 2008)
2.2.3 Siklus Hidup
Awalnya siput yang beranjak dewasa ini membutuhkan ganggang hijau
agar bisa berfotosintesis untuk menghasilkan energy. Namun, setelah selselnya beradaptasi dan mampu untuk menyimpan zat kloroplas sendiri,
maka hewan ini dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa
makanan. Ia hanya membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis
dan menghasilkan energy. Jadi, hewan ini tetap membutuhkan gnggang
hijau sebagai makanannya, hanya saja jika saat gnggang hijau sulit
ditemukan, hewan ini masih dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
yang lama (Sarwojo, 2005)
2.2.4 Persebaran
Siput Elysia choratice dapat ditemukan di laut, rawa-rawa, sampai di
sungai dengan kedalaman 0-0,5 meter. Biasanya terdapat di sepanjang
pantai timur Amerika Serikat, termasuk Negara bagian massa chassets,
New York, Comiticut, New Jersey, Macyland, dan Florida, dan juga
perairan Kanada. (Suwigyo, 1984)
2.3 Bintang Laut
Sesuai dengan namanya, bintang laut mempunya bentuk tubuh menyerupai
bintang dengan lima lengan. Hewan iini mempunyai banyak variasi warna
diantaranya warna orange yang terdapat pada lengan tiap hewan ini, kemudian
terdapat warna biru atau abu-abu yang terletak di pangkal lengan hewan ini
mudah berbaur dengan lingkungannya. (Rohmat,2011)
2.3.1 Klasifikasi
Bintang laut termasuk dalam hewan simmetri radial. Diameter tubuh
bintang laut bisa mencapai 30 cm dengan tubuhnya berbentuk aboral.
Tubuhnya memiliki sati sisi oral (mulut) dan aboral (atas) (Rohmat, 2011).
Adapun kalsifikasi dari Bintang laut adalah sebagia berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Asteroideae
Ordo
: Valvatida
Family
: Presteridae
Genus
: Protoreaster
Spesies
: Protoreaster nodosus (Rohmat,2011)
2.3.2 Ekologi
Habitat bintang laut adalah di dasar air laut, juga didaerah pantai
hingga laut dalam. Bintangh laut merupakan biota penghuni karang yang
alami. Anakan bintang laut atau yang masih kecil hidup di antara pecahan
karang di dasr terumbu. Meraka memakan alga berkapur yang tumbuh pada
pecahan karang tersebut. Pada siang hari, bintang laut bintang laut kecil
bersembunyi dari pemangsa di bawah karang meja atau di celah-celah
terumbu.
Separuh
waktu
bintang
laut
digunakan
untuk
makan.
(Martoyo,1994)
2.3.3 Siklus Hidup
Siklus hidup bintang laut adalah berawal dari zigot. Zigot yang
terjadi pada saat pemijahan berkembang melalui proses-proses blastulasi
dan glastulasi yang kemudian memasuki tahapan dua fase larva secara
berurutan, yaitu bepimassa dan Brachiolaria. Kedua larva tersebut hidup
sebagai plankton sehingga pergeraknnya mengikuti arah arus. Larva
brachiolaria yang matang mempunyai daya apung sehingga turun kedasar
laut yang biasanya di kawasan terumbu karang. Di duga larva brachiolaria
menggunakan aroma alag berkapur sebagai tanda-tanda untuk turun
menempel pada terumbu karang. Di duga larva brachilaria yang matang
mempunyai daya apung negative sehingga turun kedasar terumbu karang
dimulailah kehidupan sebagai bentos bagi bintang laut. Penempelan larva
bintang laut kemungkinan terjadi di tempat yang dalam karena pemangsaan
karang dan bintang laut biasanya dimulai dari karang di tempat yang
dalam. (Irananingtyas, 2007)
Periode planktonis dari bintang laut berlangsung sekitar dua
atau tiga minggu. Makanan larva planktonis bintang laut terdiri dari fito
plankton (khususnya pikoplnkton), bakteri dan bahan organic terlarut
(Oison, 1985). Periode planktonis larva brachiolaria diakhiri dengan
berkembngnya lim lengan melalui metamorphosis dan menempel di dasar
terumbu. Metamorphosis tersebut terjadi setelah hari ke-12 (Oison,1985).
Ukuran diameter bintang laut pada saat terjadi penempelan sekitar 0,5-1
mm atau 500-1000 mikrom. Anakn bintang laut yang sudah menempel di
terumbu mendaptkan makanan dari alga berkapur. Pada umur sekitar 4-6
bulan, ketika ukuran tubuhnya mencapai 10mm, bintang laut merubah
makanannya menjadi pemangsa karang dan mampu jauh lebih cepat
(Oison,1985)
2.3.4 Persebaran
Bintang laut sangat umum ditemui di daerah pantai terutama di daerah
terumbu karang, kemudian juga dijumpai di dearah pantai berbatu dan yang
berlumpur. Di Indonesia, bintang laut dapat di temui di kawasan indo
pasifik Barat dan sekitarnya. Didaerah Indopasifik terutama sekitar pulaupulau Filipina, Kalimantan, dan Irian merupakan daerah yang kaya akan
bintang laut. (Nontji, 2005)
2.4 Bintang Mengular
Umumnya bintang mengular sangat bervariasi di pewarnaan, mulai dari
ungu atau merah untuk kekuningan atau pucat abu-abu, sering terlihat dengan
warna merah. Lengan biasanya putih atau abu-abu dengan bercak merah muda.
Disekitar pusat adalah sekitar centimeter dengan diameter lima lengan menjadi
sekitar lima kali lebih lama. (Irnaningtyas, 2007)
2.4.1 Klasifikasi
Bintang mengular diklasifikasikan kedalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Ophiuroidea
Ordo
: Ophiurida
Family
: Ophiothicidae
Genus
: Ophiothrix
Spesies
: Ophiothrix fragilis (Subhanadikusuma, 2013)
2.4.2 Ekologi
Bintang mengular adalah epifaunal dan hidup dalam kelompokkelompok yang sangat besar di pantai lepas (sebanyak 2000 orang tercatat)
dikenal sebagai tempat tidur ) Ophiuroidea. Dalam zona inertidal, mereka
yang paling sering ditemukan
memilih substrat keras (pasir dan shell dasar) dan sering di temukan
dibawah kulit atau batu, tetapi dapat ditemukan di terumbu karang dan
substrat lembut juga. Ophiuroidea ini ditemukian di perairan dangkal tetapi
juga sedalam 300 m, dan lebih memilih daerah dengan arus kuat. Karena
tingginya tingglat sedimentasi dapat mencegah mereka dari makan dan
akhirnya menghentikan
di
tengah).
Sehari
kemudian
mereka
membentuk
lengan
2.4.4
Persebaran
Bintang mengular biasanya dipantai lepas kepulauan Inggris
(meskipun tidak tercatat dari pantai timur Skotlandia) serta pada semua
pantai-pantai yang berbatasan dengan laut utara dan seluruh bagian timur
skotlandia Atlantik, sejauh selatan sebagai Tanjung Harapan. Mereka juga
ditemukan disekitar kepulauan Azorean. (Pratiwi,2004)
2.5 Teripang
Teripang (Holothuria atra), umumnya di kenal sebagai teripang atau
lollyfish, adalah spesies laut invertebrate dalam keluarga Holothuria. (Amri,
2008)
2.5.1
Klasifikasi
Adapaun klasifikasi dari teripang sebagai berikut (Amri, 2008) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Holothuroidea
Ordo
: Aspidochirotid
Family
: Holothuriidae
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothuria atra (Amri,2008)
2.5.2 Ekologi
Teripang memiliki banyak jenis, salah satunya adalah teripang pasir
atau teripang putih. Teripang merupakan spesies yang hidup dengan cara
berkelompok. Dalam satu kelompok bisa mencapai 3-10 ekor, Teripang
akan hidup optimal didaerah dasar peariran, terdiri dari pasir berlumpur
yang ditumbuhi lamun (seagrass). Perairan pada surut terendah masih
tergenag air yang dalamnya 40-80cm dan kecerahan air diatas 75 cm dan
arus tidak tercemar dengan salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-40o C
(Martoyo,1994)
2.5.3 Siklus Hidup
Siklus hidup sebagian teripang dilakukan didasar laut dangkal dan
biasanya dijumpai tergeletak pada satu sisi tertentu saja, yakni pada bagian
tubuh yang biasanya berwarna lebih pucat. Ada juga jenis teripang yang
sering membenamkan diri didalam pasir. Daur hidup hewan ini dimulai
dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
(Martoyo, 1994)
2.5.4
Persebaran
Habitat teripang tersebar luas dilingkungan perairan di seluruh dunia,
mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Beberapa diantaranya lebih menyukai
perairan dengan dasar berbatu karang, yang lainnya menyukai rumput laut
atau dalam liang pasir dan lumpur. Penyebaran teripang di Indonesia sangat
luas, antara lain perairan Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka,
Riau dan sekitarnya Belitung,Kalimantan (barat ,timur, dan selatan),
Sulawesi, Maluku,NTT,NTB, dan Kepulauan seribu. (Martoyo,1994)
2.6 Kepiting Bakau
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perairan
yang hidup di perairan pantai, khususnya dihutan-hutan bakau (mangrove).
Potensi kepiting di Indonesia yang sangat memungkinkan Indonesia dikenal
sebagai gatra bahari kepulauan dan terbesar di dunia dengan luas perairan laut
sekitar 5,8 juta Km2 atau 75% dari total wilyah dari Indonesia. (Nontji, 2005)
2.6.1 Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kepiting bakau (Scylla serrata) adalah sebagai
berikut (Rohmat,2011) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Gustracea
Ordo
: Pecapoda
Family
: Portanidae
Genus
: Scylla
Spesies
: Scylla serrata
2.6.2 Ekologi
Menurut Suwigyo dalam pertubuhannya semua jenis kepiting sering
berganti kulit. Habitat kepiting tergantung dari daur hidupnya, dalam
menjalani hidupnya kepiting berupaya dari perairan pantai kemudian induk
dan anak-anaknya kembali keperairan pantai, nuara-muara sungai atau
hutan bakau. Kepiting yang siap melakukan perkawinan akan masuk ke
perairan hutan bakau atau tambak. Setelah melakukan perkawinan itu,
kepiting betina pelahan-lahan meninggalkan pantai ke tengah laut untuk
berpijah. Setelah telur setelah telur menetas maka muncul larva tingkat 1
(zoea 1) dan terus menerus berganti kulit sambil terbawa arus ke perairan
pantai (Suwigyo, 1984)
2.6.3 Siklus Hidup
Seperti hewan air lainya reproduksi kepiting terjadi diluar tubuh, hanya
saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina.
Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin,
tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang
jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi
selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma.
Setelah telur dibuahai telur telur ini akan di tempatkan pada bagian bawah
perut (abdomen). Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran
kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur
ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan melepas setelah beberapa hari
kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan zoea.
Ketika melepaskan Zoea keperairan, sang induk menggerak-gerakan
perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari
abdomen. Larva kepiting selanjutnya
Daerah penyebaran udang windu sangat luas, dari barat Samudra Pasifik
hingga samudra Hindia dan Afrika Selatan hingga Jepang dan Australia. Di
Indonesia, udang windu hampir terdapat di seluruh perairan (Fast,1992)
2.8 Cumi-Cumi
Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris.
Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada ujungnya
pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang dilengkapi
dengan alat penghisap. Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh dan mantel
(Efendie,1997)
2.8.1 Klasifikasi
Cumi-cumi merupakan kelompok hewan cephalopoda atau jenis
Mollusca yang hidup di laut. Cephalopoda yang berarti kaki di kepala, hal
ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari
kepala cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda.
(Sarwaojo,2005). Adapun klasifikasi cumi-cumi adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Cephalopoda
Ordo
: Teuhoidea
Family
: Loliginidae
Genus
: Loligo
Spesies
: Loligo sp (Sarwojo,2005)
2.8.2 Ekologi
Cumi-cumi merupakan semi pelagis ayau domersal pada daerah pantai
dan paparan benua sampai kedalam 400 m. Hidup bergerombol atau soliter
baik ketika sedang berenang maupun pada waktu istirahat. Beberapa
spesies ini menembus sampai perairan payau. Melakukan pergerakan
diurnal yang berkelompok dekat dengan dasar perairan pada saat siang hari
dan akan menyebar pada malam hari (Efendie,1997)
2.8.3 Siklus Hidup
Cumi-cumi memiliki musim kawin yang jelas, namun mereka
diketahui memiliki lokasi perkawinan khusus saat musim kawin tiba
dimana lokasinya juga bergantung dari habitat mereka. Saat melakukan
perkawinan, cumi-cumi jantan akan melepaskan sperma ke permukaan
mulut betina. Betina lalu memakai sperma tersebut untuk membuahi telurtelurnya sebelum kemudian melepaskannya kelaut lepas, cumi-cumi jantan
dan betina akan selalu mati setiap kali selesai melakukan perkawinan,
sehingga umumnya usia maksimal dari cumi-cumi tidak lebih dari 1 tahun
(Aziz, 1989)
2.8.4 Persebaran
Cumi-cumi hampir ditemukan pada semua laut didunia, mulai dari
perairan pantai yang dangkal sampai pada bujur barat lautan pasifik dan
larutan Indonesia. Di Indonesia terdapat hampir disemua perairan, misalnya
perairan pantai Barat Sumatra (aceh dan Sumatra Utara), selatan Jawa
(Jawa Barat dan Jawa Timur),Selatan Malaka (aceh, Sumatra utara dan
riau) timur Sumatra (Sumatra selatan dan Lampung) utara Jawa (Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur) Bali, NTB, NTT, selatan barat
Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya (Azis, 1989)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat praktikum biologi dasar mengenai biota laut
adalah sebagai berikut :
3.1.1. Waktu dan Tempat di Lapangan
Pada praktikum biologi dasar mengenai biodiversitas biota laut,
pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015. Untuk
pengambilan sampel berupa bintang laut,bintang mengular, siput laut, dan
teripang dilakukan pada pukul 14.00-17.00 WITA yang bertempat di pantai
samuh nusa dua. Sementara sampel yang tidak bisa didapatkan dipantai
samuh dibeli di pasar kedonganan. Pembelian sampel tersebut dilaksanakan
pada pukul 17.00-18.00 WITA yang berupa kerang hijau, cumi-cumi,
kepiting bakau, dan udang windu.
3.1.2.
Alat
Nama Alat
Kegunaan
o
1
Gambar
Plastik
menggambar
tumbuhan
3
3.2.2.
Dissecting Kit/Set
Bahan
No Nama Bahan
Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
Objek Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
4.2.1
Kerang Hijau
Memiliki 2 lapis cangkang yang berwarna hijau, cangkang tersebut
berbentuk seperti kapak kecil, tubuh bagian dalam kerang hijau sangat
lunak dan berair, dibagian tersebut merupakan insasng yang berlapis-lapis,
cangkang kerang hijau sangat keras bertujuan untuk perlindungan diri.
4.2.2 Siput Laut
Memiliki tubuh yang lunak, memiliki warna hujau cerah karena
kandungan kloroplas, kadang ada yang berwarna kecerahan atau abu-abu
yang sebabkan perbedaan jumlah kloroplas di tubuh siput tersebut,
bergerak lambat dan menggunakan bagian perutnya untuk berjalan.
4.2.3 Bintang Laut
Tubuhnya ada yang pipih, mimiliki 5 lengan atau lebih yang
tersusun secara simetri radial, mimiliki kaki tabung biasanya dilengkapi
dengan sucker (batil penghisap) permukaan tubuh bagian atas (aboral)
ditutup oleh duri-duri tumpul berbentuk catut, pada ujung tentakel terdapat
bintik mata yang berwarna merah peka terhadap cahaya. Memiliki
keanekaragaman.
4.2.4 Bintang Mengular
Memiliki 5 lengan yang fleksibel berbentuk seperti cambuk yang
panjang mencapai 60 cm, memiliki warna yang beragam warna seperti
coklat, merah, putih, dan hitam memiliki medroporit (lubang masuknya air)
terletak di bagian bawah dan tidak memiliki tabung, tidak mempunyai anus
sehingga kotoron dikeluarkan lewat mulut.
4.2.5 Teripang
Memiliki tubuh lunak, memiliki tentakel sebagai alat bergerak dan
penangkap mangsa, bentuk tubuh menyerupai mentimun yang berkulit
lunak, berwarna hitam coklat dan hijau, memiliki pembelaan diri berupa zat
perekat yang anullus. Mulut dan anus terletak pada ujung berlawanan,
mulut dikelilingi oleh tentakel
4.2.6 Kepiting Bakau
Memiliki warna seperti lumpur karena beradaptasi didaerah
berlumpur, memiliki 5 pasang kaki, 1 pasang kaki berevolusi menjadi kecil
b. Kelas Bivalvia
Tubuh simmetris bilateral, kaki pipih dan mimiliki insang
berupa lembaran dengan rongga mantelnya.
Contoh spesies antara lain : Perna viridis
c. Kelas Cephalopoda
Kaki bergabung dengan kepala dalam bentuk tangan tentakel
atau siphon, bernapas dengan kantong tinta.
Contoh spesies antatra lain : Loligo sp
2. Echinodermata
Echinodermata berasal dari echnos yang artinya duri, dan
derma berarti kulit. Jadi, Echinodermata artinya hewan berkulit duri.
Disamping itu dalam plankton hewan laut yang di temukan kelas yang
ada antara lain :
1. Kelas Ophiuroidea
Memiliki celalah
ambulakral,
pentane
berlengan
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Biologi Dasar mengenai
Biodiversitas Hewan Laut adalah:
1. Keanekaragaman atau biodiversitas biota laut merupakan suatu hal yang
dianggap menyediakan beberapa kesempatan socio-economic, socio
cultural, ilmiah dan teknis dalam jumlah besar dimana manfaat-manfaat
tersebut bersifat berkelanjutan. Keanekaragaman hewan dan biota laut
yang berada laut berada di pantai Samuh dan Kedonganan cukup
beragam, dimana didapatkan 8 spesies dari 3 filum berbeda. Hal tersebut
dapat membuktikan bahwa tingginya biodiversitas hewan laut.
2. Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada mollusca memiliki cirri bertubuh lunak dan tidak bertulang
DAFTAR PUSTAKA
Amri.2008.Filum Arthropoda Udang Windu. Bogor: IPB
Azis, K.A. 1989. Dinamika Populasi Ikan. Bahan Pengajaran Dapertemen
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan TInggi Pusat antar
Universitas Ilmu Hayati. Bogor : IPB
Dasen. 1981. Biologi Edisi Kelima Jilid n. Erlangga. Jakarta
Efendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Fast, A.W. 1992. Marine Shrimph Culture. Principlces and Practice
Irnaningtyas. 2007. Invertebrata 2. Erlangga. Jakarta
James, 1989. Biology of Mollusca. New York. Cambridge. University Press
Keenan. 1998. Satistik Perikanan. Indonesia Direktorat Jendral Perikanan
Linnaeus, C.F.E. Sweeney and C.E. Neuen. 1798. Chepalopoda of The Word And
Annottated And Ilustrated Rataogue
Manuputty, A.E.W. 1984. Biologi Perikanan Tangkap. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.
Martoyo.1994. Ilmu Laut Lombok Barat. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.
Jakarta
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nyabakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.
Olson. 1985. Siklus Hidup Bintang Laut. Indografika Utama. Denpasar
Pratiwi. 2004. Zoologi Invertebrata. Alphabet. Bandung
Robert. 1988. Asection of simple method for The Assessement Tropical Fish Stock.
FAO. Fish Tech New York
Rohmat. 2011. Filum Echinodermata. Riau : Maritim Raja Ali Haji University
Sarwojo. 2005. Serba-serbi Dunia Mollusca. Malang
Subhanadikusuma. 2013. Bintang Laut Mengular. Gramedia. Jakarta
Suwigyo. 1984. Beberapa aspek Ekologi. Kerang Hijau dari Perairan. Jakarta :
Fakultas Biologi Universitas Nasional
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PLANKTON
BAB I
PENDAHULUAN
oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan.
Intensitas cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan
proses fotosintesis karena fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen
klorofil yang mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon
dioksida dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa
organik seperti karbohidrat. Selain phytoplankton, zooplankton juga berperan
dalam rantai makanan, dimana zooplankton ini merupakan produsen sekunder
yang membutuhkan makanan berupa phytoplankton (Rahman, 2008).
Pengetahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari
teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara lansung
mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti proses
pembelajaran di ruangan dianggap belum cukup tanpa dibuktikan secara
langsung mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses
pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang plankton
maka perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai planktonologi.
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton sendiri dipengaruhi tingkatan trofik
perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama
oleh perubahan berbagai faktor ligkungan, slah satu factor yang dapat
mempengaruhi populasi planktonadalah ketersediaan nutrisi disuatu perairan.
Unsure nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam satu perairan
akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan proses ini akan
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas suatu
perairan (Uun, 2006). Plankton mempunyai massa aktif yang mirip dengan
organisme tingkat tinggi, dimana untuk fitoplankton akan terdapat dalam jumlah
besar pada siang hari dan zooplankton pada mlam hari (Fajri, 2013).
Pengatahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari
teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara langsung
mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti Proses
pembelajaran di ruanagan dianggap belum cukup tanpa bukti secara langsung
mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses pembelajaran tersebut.
Untuk lebih mengetahui dan memeahami tentang plankton maka perlulah kiranya
diadakan praktikum mengenai plankton (Kaenda, 2013)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton.
2. Untuk mengetahui peran,habitat dan jenis-jenis dari Phytoplankton dan
Zooplankton
3. Untuk mengatahui dan memahami perbedaan Phytoplankton dan Zooplankton
1.3 Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum Biologi Dasar mengenai Plankton ini adalah
sebagai berikut:
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai plankton dan
jenis-jenisnya.
2. Agar menambah wawasan pembaca mengenai peranan, habitat, serta jenisjenis dari phytoplankton dan zooplankton.
3. Agar memberikan informasi kepada pembaca mengenai perbedaan yang ada
antara phytoplankton dan zooplankton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Hensen pada tahun 1887,
dan plankton ini sudah tentu dapat di selidiki dengan sempurna, jika
menggunakan mikroskop. Satu specimen atau individu dari plankton disebut
plankter (Sachlan, 1972)
Plankton merupakan kelompok organisme yang hanyut bebas dalam air
dan sangat lemah daya renangnya. Istilah plankton adalah suatu istilah umum,
kemampuan gerak organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga
mereka sama sekali disukai oleh gerakan-gerakan air. Plankton terdiri atas dua
golongan yakni fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik yang bebas
melayang dan hanyut dalam air serta mampu berfotosintesis dan zooplankton
yang merupakan hewan air yang berukuran renik, dimana organisme ini dapat
ditemukan baik di air tawar maupun air laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di
dalam air.Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme
tersebut selalu terbawa arus.Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama
yaitu fitoplankton dan zooplankton.Fitoplankton (nabati) merupakan tumbuhan
yang sangat banyak ditemukan di perairan, tetapi ukurannya mikroskopis sukar
dilihat kehadirannya.Kosentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air
laut.Zooplankton seringpula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak
jenis hewan.Ukurannya lebih besar daripada fitoplankton, bahkan adapula yang
mencapai lebih satu meter seperti ubur-ubur (Nontji, 2002).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu
holoplankton dan meroplankton. Holoplankton yaitu organisme akuatik yang
seluruh daur hidupnya bersifat planktonik.Sedangkan meroplankton ialah
organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan,
1972).
Raynold (1990) dalam Kholik (1997) menyatakan bahwa plankton dapat
dijumpai baik di perairan tawar, payau dan laut. Berdasarkan ukurannya,
plankton dapat dibedakan menjadi ultra plankton (75 m), nano plankton (antara
5 60 m), dan net plankto (> 60 m). (Raynold,1990)
2.2 Phytoplankton
Fitoplankton yang paling menyolok dan sering dijumpai paling banyak
jumlahnya adalah jenis diatom, tumbuhan ini bersel satu (uniseluler). Di laut
biasanya tiap individu atau sel diatom hidup lepas dari sel lainnya misalnya dari
jenis Dytylum sp., Coscinodiscus sp., dan Nitzchia sp.Tetapi ada juga diatom
yang membentuk rantai sel lain seperti Chatoceros sp., Thalassiosira sp.,
dan Lauderia sp. Tetapi tiap sel dihubungkan dengan sel lain oleh benang-benang
protoplasma atau untaian-untaian lendir, sebagaimana Chaetoceros sp., dimana
tiap sel berduri/berambut halus saling berkaitan dengan sel lain, kadang-kadang
pula
yang
disusun
oleh
sel-sel
ini
kompleks
bentuknya,
Peranan
Fitoplankton memiliki peran yang sangat penting di perairan baik
mangrove berupa daun, ranting, batang, dan buah. Selain dari mangrove,
sumber energi yang masuk ke dalam estuari adalah dari fitoplankton.Pada
gambar 2, dapat dilihat dengan jelas, bahwa fitoplankton memiliki peran
sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya.Sehingga jejaring
makanan di ekosistem hutan bakau disebut bebasis detritus (Odum 1971)
2.2.2
Habitat
Fitoplankton terdistribusi di semua perairan, baik di perairan darat
Jenis Jenis
Fitoplankton
terdiri
Cyanophyta(ganggang
dari
hijau
berbagai
biru),
jenis
ganggang,
Cryptophyceae
yaitu
(kriptofita),
family Chroococcaceae
(Microcystis, Coelosphareium
dan
Rivulariaceae
(Gletrichia).
Cyanobacteria
memiliki
sel
penyerap
cahaya
yang
utama
pada
untuk
mendukung
terjadi
proses
fiksasi.
Xanthophyceae
berbentuk
unicellular,
koloni
dan
umumnya
melalui
pembelahan
dan
pembentukan
dan
xanthophyl
khusus
yaitu
karotenoidsdan
juga
contohnyaOchromonas,
dan
beberapa
ada
yang
Synura,Chrysophaerella,
Uroglena,
dan
Dinobryon.
di
dalam
air.Karakteristik
cahaya,temperatur,
nutrien,
faktor
pertumbuhan
dan
lain-lain.
(Bambang,2005)
6. Cryptophyceae (kriptofita)
Kebanyakan
dari
alga
crytophyceae
adalah
unicellular
dan
Mayoritas
tidak
mempunyai
diding
sel
fitoplankton
yang
sesungguhnya.Hampir
semua
chordata
diwakili
kadang-kadang
spesies-spesies
oleh
berjumlah
yang
berbagaiSalpa,
besar.
Dari
termasuk
genus Oikopleura dan Fritilaria sangat terkenal dan terdapat disemua perairan
bahari (Raymont dalam Kholik, 1997).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan
yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat
larva. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara.
Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang
hidupnya sebagai plankton. (Omori dan Ikeda, 1984)
Meroplankton terdiri atas larva dariFilum Annelida, Moluska, Byrozoa,
Echinodermata, Coelenterata atau planulaCnidaria, berbagai macam Naupliu
sdan zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva
kebanyakan ikan. Sedangkan yang termasuk holoplankton antara lain : Filum
Artrhopoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas
Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian
Moluska ((Raymont dalam Kholik, 1997)
2.3.1
Peranan
Habitat
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan
organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi
biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8. pH merupakan salah satu
bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya
kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik
untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami
adalah pH antara 6,2-8.6. Porifera merupakan salah satu zooplankton yang
dapat bertahan hidup di air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah
yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung apda
suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati,
2005).
2.3.3
Jenis-Jenis
Berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok
a. Holoplankton
Plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton,
mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya Kopepoda,
Amfipoda, dll.
b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton
hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada
tahap sebagai telur dan larva saja, beranjak dewasa ia akan berubah
menjadi nekton. Contohnya kerang dan karang.
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota
ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos.
Namun karena gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan
terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton. Contohnya
kumasea.
Menurut Arinadi et al, (1997), Zooplankton dapat dikelompokkan
berdasarkan ukurannya menjadi lima sebagai berikut :
a. Mikropankton
Mempunyai ukuran 20-200 m dan organisme utamanya yaitu
Ciliata, Foraminifera, Nauplius, Rotifera, Copepoda
b. Mesoplankton
Mempunyai ukuran 200m-2 m dan organisme utamanya yaitu
Cladocera, Copepoda, Larvacea.
c. Makroplankton
Mempunyai ukuran 2-20 mm dan organisme utamanya yaitu
Pteropada, Copepoda, Euphausiid, Chaetognatha.
d. Mikronekton
Mempunyai ukuran 20-200 mm dan organisme utamanya yaitu
Chepalopoda, Euphausiid, Sargestid, Myctopid.
e. Megaloplankton
Mempunyai ukuran >20 mm dan organisme utamanya yaitu
Scyphozoa, Thaliacea.
Protozoa
Kingdom Protista terdiri dari protozoa, berukuran kecil, dari fauna
bersel tunggal sampai dengan beberapa filum, beberapa jenis terkenal
sebagai bentuk yang dijumpai di lautan adalah foraminifera,
radiolaria, zooflagellata dan ciliata. Protozoa dibagi dalam empat
kelas yaitu: rhizopoda, ciliata, flagelata, dan sporozoa (Sachlan,
1982).
2. Arthropoda
Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan hampir
semuanya termasuk kelas Crustacea. Crustacea berarti hewan-hewan
yang mempunyai shell terdiri dari chitine atau kapur, yang sukar
dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi perairan adalah
Copepoda yang merupakan Crustacea holoplanktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera
(Nybakken, 1992).
3. Moluska
Dalam dunia hewan, filum moluska adalah nomor dua terbesar
(Nybakken, 1992). Moluska bertubuh lunak, tidak beruas-ruas dan
tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat.
Cangkang tersebut berguna untuk melindungi organ dalam dan isi
rongga perut, tetapi ada pula moluska yang tidak bercangkang.
Antara tubuh dan cangkang terdapat bungkus yang disebut mantel.
Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal
(Bambang, 2004).
4. Coelenterata
Coelenterata atau Cnidaria adalah invertebrata laut yang pada taraf
dewasa sering dijumpai. Biota-biota dalam filum ini meliputi hydra,
ubur-ubur, anemon laut dan koral (Nybakken, 1992). Coelenterata
mempunai siklus hidup yang menarik. Proses reproduksi aseksual
maupun seksual menunjukkan suatu siklus hidup yang terkait dengan
periode planktonik (Bambang, 2004).
5.
Chordata
Anggota filum Chordata yang planktonik termasuk dalam kelas
Thaliacea dan Larvacea, memiliki tubuh agar-agar dan makan dengan
cara menaring makanan dari air laut. Larvaceae membangun
cangkang di sekelilingnya dan memompa air agar melalui suatu alat
penyaring di dalam cangkang ini terus menerus dibangun dan
ditanggalkan (Nybakken, 1992).
6. Chaetognatha
Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies relatif
sedikit tetapi sangat berperan terhadap jaring-jaring makanan di laut.
Biota ini memiliki ciri-ciri antara lain bentuk tubuh memanjang
seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada masing-masing
sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang sirip dan kepala
dengan sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling
mulut (Bambang, 2004).
BAB III
METODOLOGI
Nama Alat
Kegunaan
.
1.
2.
3.
4.
Buku gambar
Alat tulis
Laptop
Mikroskop
5.
Optiklab
objek)
Sebagai alat untuk menghubungkan antara
mikroskop dengan laptop, sehingga objek
yang diteliti melalui mikroskop dapat
6.
Pipet tetes
7.
Kaca preparat
8.
Cover glass
3.2.2 Bahan
No
Nama Bahan
.
1.
2.
Sampel Plankton
Tisu
Kegunaan
Sebagai objek yang diteliti
Sebagai bahan pembersih
1. Disiapkan laptop yang akan dipakai, dan diinstal program optic lab pada
laptop. kemudidisambungkan dengan perangkat optik lab yang telah
disediakan
2. Disiapkan mikroskop, lalu hidupkan mikroskop tersebut dan salah satu
lensa okulernya diganti dengan optik lab yang disambungkan ke laptop.
3. Diletakkan sampel diaatas kaca preparat dengan menggunakan pipet tetes,
dan tutup dengan cover glass kemudian letakkan diatas meja preparat.
4. Diamati objek (plankton) melalui aplikasi optik lab yang diinstal pada
laptop
5. Setelah gambar terlihat jelas, lalu objek (plankton) diidantifikasi jenisnya
6. Disimpan gambar ketika terlihat jenis fitoplankton dan zooplankton untuk
dokumentasi
7. Diganbar hasil pengamatan dalam buku gambar yang telah disediakan
(plankton)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Fitoplankton
Lamanea sp.
Gambar 2. Fitoplankton
Ulothrix sp.
Berdasarkan sampel dan tinjauan pustaka yang didapat dapat kita ketahui
cirri-ciri dan klasifikasi dari masing-masing jenis fitoplankton dan zooplankton
yang dapat pada praktikum Biologi Dasar mengenai plankton.
4.2.1 Fitoplankton
1. Calothrix
Spesies ini hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batubatuan atau menempel pada ganggang dan batuan akuatik lainnya.
Filamennya
meruncing
dan
tidak
bercabang
atua
memiliki
: Cyarobacteria
: Cyanophyceae
: Nostocalea
: Rivulariceae
: Calothrix
: Calothrix desertica (Agarth, 1811)
:Protista
Filum
: Chlorophyta
Class
: Ulvophyceae
Ordo
: Ulotricalea
Famili
: Ulotrichaceae
Genus
: Ulothrix
Species
: Ulothrix zonata (Agarth, 1811)
3. Lamanea
Lamanea adalah plankton yang termasuk dlam genus ganggang
air tawar. Lamanea berbentuk seperti bulu kaku dan kadang bercabang
atau tidak bercabang tanaman ini mirip dengan bulu kuda kasar. Akhir
pemriksaan menujukan bahwa Lamanea memiliki pembengkakan kecil
di kurang lebih secara berkala sepanjang panjang tubuhnya. Lamanea
berwarna biru-hijau untuk zaitun dalam masa ketika muda. Adapun
klasifikasi yang didapat berdasarkan cirri-cirinya.
Kingdom
:Plantae
Filum
Class
Ordo
Famili
Genus
Species
: Rhodophyta
: Florideophceae
: Batrschospemates
: Lamaineaceae
: Lamanea
: Lamanea fluvitilis (Agarth, 1811)
4.2.2 Zooplankton
1. Macrocyclops fuscus
: Arthropoda
: Crustacea
: Multicrustacea
: Copepod
: Neocepoda
: Podoplea
: Cyclopiod
: Cyclopidae
: Macrocyclops
: Macrocyclops fuscus (Agarth, 1811)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Biologi dasar mengenai Plankton yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Plankton dibagi atas dua jenis, yaitu fitoplankton dan zooplankto
Fitoplankton adalah tumbuhan planktonik, sedangkan zooplankton adalah
hewan planktonik.
2. Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem perairan, yakni
bertindak sebagai produsen utama di komunitas perairan tersebut.
Fitoplankton hidup pada zona enfotik yang masih banyak terkena sinar
matahari guna melakukan fotosintesis Fitoplankton terdiri dari berbagai
jenis
ganggang,
yaitu
Cyanophyta,
Chlorophytal, Euglenophyta,
Cryptophyceae,
Dinophyceae,
DAFTAR PUSTAKA
Agarth, CA. 1811. Dispositi Algarumsyeciae Quam Punloca Examini Subjicium Carl
Adolph
Arinadi et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
PerairanKawasanTimurIndonesia. LIPI : Jakarta
Bambang. 2005. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State University
Press. United State of American
Ekawati, A.W. 2005. Budidaya Makanan Alami. Malang :Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum
Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Pekanbaru.
Kaenda, H. 2013. Planktonologi. FPIK
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di dalam Wilayah Pesisir. Sebagai Bahan
Kuliah SPL. 727 (analisis ekosistem pesisir dan laut).Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.
Nontji, Anugrah. 2002. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Jakarta.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta
Gramedia
Nybakken, James W. 2012. Pengertian dan definisi Plankton. Jakarta Gramedia
Odum. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia : Third Edition, W.B.
Omori. 1984. Method in Marine Zooplankton Ecology. Krieger pub lo. 332p
Rahman, A. 2008. Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap
Kelimpahan di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan Scientiae
Raymont. 1997. The Ecology of Fresh Water Phytoplankton. Paris : University Pare
et Marine Curie
Raynold, cs. 1990. Tundisiand K.Hino Observation an aMetalimnetic Phytoplankton
Population in a Stably Stratified Trofical lake. Argentina : arch.
Sachlan. 1972. Planktonology. Correspondence Coursecenter. Jakarta. Dirjen
Perikanan Departemen Pertanian
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
Jatinangor.
Uun. 2006. Diktat Limnologi . UB. Malang
Widyorini, N. 2009. The Community Structure Of Phytoplankton Based On Pigment
Content in Jepara Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
FOTOSINTESIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN