BAGIAN 1
PENJELASAN UMUM
Pengantar
Pendidikan bagi calon pandita untuk dapat mengerti dan mempelajari Tata Cara
Perkawinan secara Agama Buddha sangat diperlukan. Terlebih lagi dewasa ini pandita Buddha
sangat terbatas, sehingga perlu adanya sebuah gerakan pengangkatan pandita muda dan
bimbingan di bidang Perkawinan secara Agama Buddha baik tata cara, hukum, persyaratan dan
regulasi pemerintahan serta belum ada model pendidikan upacara Perkawinan dalam Agama
Buddha yang berbasis Blended Learning.
Modul pelatihan upacara perkawinan dalam Agama Buddha dikembangkan untuk memfasilitasi
para pandita untuk belajar dan meningkatkan kreatifitasnya dalam memahami upacara
perkawinan dalam Agama Buddha .
Strategi pembelajaran dalam modul ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yaitu
diskusi kelompok, curah pendapat, praktik, simulasi, presentasi dan tugas mandiri.
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami syarat-syarat yang dibutuhkan mempelai pria dan wanita dalam perkawinan
Agama Buddha
2. Menyusun sarana yang digunakan dalam upacara perkawinan
3. Menyelenggarakan upacara perkawinan sesuai dengan Agama Buddha
4. Menjelaskan makna yang tersirat dalam proses upacara perkawinan
Isi Modul
1
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Modul ini terdiri atas 4 topik utama dan dipelajari selama 8 jam pelajaran/ setiap JP adalah 45
menit. Adapun rincian isi modul dan alokasi waktu tercantum di tabel 1.
Penilaian terhadap peserta bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta melalui ketercapaian
indikator kompetensi dan keberhasilan tujuan pembelajaran. Aspek yang dinilai mencakup sikap,
keterampilan dan Test Akhir (TA).
1. Penilaian sikap
Penilaian sikap dimaksudkan untuk mengetahui sikap peserta pada aspek kerjasama, disiplin,
tanggung jawab, dan keaktifan. Sikap-sikap tersebut dapat diamati pada saat menerima
materi, melaksanakan tugas individu dan kelompok, mengemukakan pendapat dan bertanya
jawab, serta saat berinteraksi dengan fasilitator dan peserta lainnya.
Penilaian aspek sikap dimulai awal sampai akhir kegiatan secara terus menerus yang
dilakukan oleh fasilitator pada setiap materi. Namun nilai akhir aspek sikap ditentukan dihari
terakhir atau menjelang kegiatan berakhir yang merupakan kesimpulan fasilitator terhadap
sikap peserta selama kegiatan dari awal sampai akhir berlangsung.
2. Penilaian keterampilan
Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan peserta dalam
mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang diperoleh serta
2
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
NA : Nilai Akhir
NS : Nilai Sikap
NK : Nilai Keterampilan
BAGIAN II
3
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Modul pelatihan upacara perkawinan dalam Agama Buddha dikembangkan untuk memfasilitasi
para pandita untuk belajar dan meningkatkan kreatifitasnya dalam memahami upacara
perkawinan dalam Agama Buddha.
Modul ini terdiri atas 4 topik utama dan dipelajari selama 8 jam pelajaran/ setiap JP adalah 45
menit. Adapun rincian isi modul dan alokasi waktu tercantum di tabel 1.
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mendengarkan penjelasan tentang pengertian upacara perkawinan
dari guru, siswa dapat memahami dan membedakan pengertian upacara
perkawinan secara umum dan menurut Agama Buddha.
2. Dengan mengamati penjelasan dan contoh tata cara upacara perkawinan
dalam Agama Buddha siswa dapat menjelaskan tata cara upacara
5
perkawinan dalam Agama buddha.
3. Dengan mengamati contoh-contoh Sarana Yang Digunakan Dalam Upacara
Perkawinan yang disampaikan guru, siswa dapat memahami sarana yang
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
INDIKATOR PEMBELAJARAN
Pendidikan bagi calon pandita untuk dapat mengerti dan mempelajari tata cara Perkawinan
secara Agama Buddha sangat diperlukan. Terlebih lagi dewasa ini pandita Buddha sangat
terbatas, sehingga perlu adanya sebuah gerakan pengangkatan pandita muda dan bimbingan
di bidang Perkawinan secara Agama Buddha baik tata cara, hukum, persyaratan dan regulasi
pemerintahan serta belum ada model pendidikan upacara Perkawinan dalam Agama Buddha
yang berbasis Blended Learning.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Uraian Materi
7
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Upacara adalah rangkaian tindakan terorganisasi dengan tatanan atau aturan tertentu yang
mengedepankan berbagai tanda atau simbol – simbol kebesaran dan menggunakan cara-cara
yang ekspresif dari hubungan sosial, terkait dengan suatu tujuan atau peristiwa yang penting.
Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum
yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap
yang biasanya terjadi di masyarakat yang bersangkutan. Koentjaranigrat (1984:189-190)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian Upacara adalah sebagai berikut :
1. Rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut
adat atau Agama.
2. Perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa
penting
Menurut Bachtiar (2004), Definisi Perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua hati
dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di
dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing
pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat
keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang
sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara
kelangsungan manusia di bumi.
8
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Upacara perkawinan adalah rangkaian kegiatan, atau perbuatan yang terikat pada
aturan-aturan tertentu menurut adat atau Agama yang dilakukan untuk penyatuan ikatan lahir
dan batin antara seorang pria dan seorang wanita menjadi sepasang suami – istri untuk
membentuk keluarga bahagia
Perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria sebagai suami dan
seorang wanita sebagai istri berlandaskan pada cinta kasih (maitri), kasih sayang (karuna),
rasa sepenanggunan (mudita) dengan tujuan untuk membentuk satu keluarga (rumah tangga)
bahagia yang diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Triratna.
Seorang laki-laki yang beragama Buddha di dalam hidupnya dapat memilih antara
hidup berkeluarga dan tidak berkeluarga. Sebagai orang yang hidup berkeluarga ia dapat
kawin dengan seorang perempuan dan membentuk keluarga, lalu mempunyai keturunan dan
seterusnya; akan tetapi ia juga dapat tidak kawin dan tidak membentuk keluarga, tentunya
dengan berbagai alasan. Apabila ia memilih hidup tidak berkeluarga juga tidak berumah
tangga, maka ia dapat tinggal di vihara sebagai anagarika, samanera atau bhikkhu.
Seperti juga seorang laki- laki maka seorang perempuan yang beragama Buddha
dapat memilih antara hidup berkeluarga dan hidup tidak berkeluarga. Sebagai orang yang
hidup berkeluarga ia dapat memilih antara hidup bersama dengan laki-laki sebagai suami
isteri dan membentuk keluarga, atau ia tidak kawin dan tidak membentuk keluarga. Apabila ia
memilih hidup tidak berkeluarga juga tidak berumah tangga maka pada saat ini sesuai dengan
Mazhab Theravada, ia dapat hidup sebagai seorang anagarini yang mematuhi atthasila.
Walaupun di dalam Agama Buddha tidak ditentukan secara tegas azas monogami yang
dianut, secara eksplisit dalam ajarannya menyebutkan bahwa jika seorang lelaki yang telah
kawin pergi kewanita lain, ia hanya akan menambah masalah dan akan menghadapi banyak
rintangan dan halangan. kemudian dengan berdasarkan kepada Anguttara Nikaya 11.57
Perkawinan yang dipuji oleh Sang Buddha adalah perkawinan antara seorang laki-laki yang
baik (dewa) dengan seorang perempuan yang baik (dewi), maka dapat disimpulkan bahwa
azas perkawinan menurut Agama Buddha adalah azas monogami, yaitu dalam suatu
9
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
perkawinan seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang isteri dan seorang perempuan
hanya boleh mempunyai seorang suami.
Upacara perkawinan menurut tata cara Agama Buddha dapat dilangsungkan di vihara,
cetiya atau di rumah salah satu mempelai yang memenuhi syarat untuk pelaksanaan upacara
perkawinan.
A. Syarat-syarat Perkawinan
1. Persyaratan Perkawinan
Persyaratan Perkawinan di vihara yaitu :
c. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin, Surat
Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
h. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
j. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
10
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
k. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya
Persyaratan Perkawinan di catatan sipil :
a. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin,
Surat Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
g. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
i. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
j. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya )
k. Surat Singel dari catatan sipil setempat jika salah satu mempelai beda Kabupaten /
Kota atau Provinsi
l. Surat ijin menikah yang dikeluarkan kedutaan asal WNA atau yang disebut CNI
(Certificate of No Impediment) (bagi yang beda Negara)
11
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
MC : terlebih dahulu kami undang hadirin yang telah hadir, sanak keluarga,
famili pihak laki-laki dan pihak perempuan untuk memasuki ruangan upacara
12
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
dan menempati tempat yang telah disediakan. Orang tua mempelai pria dan
wanita bersiap-siap di depan ruang upacara / vihara / baktisala ( berbaris orang
tua mempelai pria, orang tua mempelai wanita, dan kedua mempelai )
Catatan:
Posisi pengantin laki-laki dapat berada di sebelah kanan atau di kiri;
disesuaikan dengan budaya setempat.
Tempat duduk di bakti sala: calon pengantin pria duduk di sebelah kanan;
diapit oleh orang tua kedua mempelai ( karena hal ini sesuai dengan budaya
kebaktian).
c. Sambutan dari MC
Para hadirin yang berbahagia, selamat datang di vihara _________ pada hari
ini hari _______, tanggal ______ bulan ______ tahun ______ akan
dilangsungkan pemberkatan perkawinan antara saudara __________ putra dari
Tuan dan Nyonya _________ dengan saudari ________ putri dari Tuan dan
Nyonya _________. Keluarga dan para hadirin akan menjadi saksi atas
perkawinan secara Agama Buddha ini.
MC : Para hadirin yang berbahagia mari kita tepuk tangan untuk menyambut
orang tua mempelai pria.
Selanjutnya MC : selanjutnya mari kita sambut dengan tepuk tangan, orang tua
mempelai wanita.
MC : baiklah para hadirin serta orang tua yang menjadi saksi, mari kita mulai
Acara Pemberkatan Perkawinan Agama Buddha dengan terlebih dahulu
melaksanakan PUJA kepada sang TRIRATNA ( di iringi lagu kami memuja ).
Catatan : persembahan puja dilakukan oleh tim pagar ayu, jika tidak ada
langsung ketahap selanjutnya.
13
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
MC : inilah saat – saat yang kita tunggu, marilah kita sambut kedua mempelai
memasuki ruang baktisala ( diiringi lagu perkawinan yang berbahagia dan
penaburan bunga serta tepuk tangan para hadirin )
Pertama :
Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna.
aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Namo Buddhaya
Kedua :
Ketiga :
14
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pandita : Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya. Pada hari ini
______, tanggal ______, bulan _______, tahun _______ telah menghadap
kedua mempelai untuk melangsungkan perkawinan secara agama Buddha.
Sebelum kami melaksanakan upacara pemberkatan perkawinan, ijinkan saya
mengajukan pertanyaan terlebih dahulu :
Selanjutnya kepada kedua belah pihak orang tua serta yang hadir disini,
apakah ada yang berkeberatan terhadap perkawinan ini? ( Jawaban : tidak )
tepuk tangan untuk kita semua.
Merah melambangkan Cinta Kasih. Cinta Kasih yang universal kepada semua
makhluk tanpa kecuali, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan
15
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Biru melambangkan bakti. Bakti kepada orang tua adalah berkah utama.
Catatan : jika tidak ada lilin panca warna maka pandita menyalakan sepasang
lilin.
i. Pembacaan Paritta
Pandita :
Terpujilah Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, terpujilah para
Buddha, terpujilah para Bodhisatva dan Mahasatva. Pada hari ini ________,
bulan _________, tahun _______, hari yang baik, waktu yang baik, serta
dalam keadaan yang baik. di tempat yang suci dan di tempat yang penuh
berkah di vihara ________ akan dilaksanakan upacara pemberkatan
16
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pembacaan Paritta :
Namaskara Gatha
Vandana
Tissarana
17
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pancasila
j. Ikrar perkawinan
Pandita :
18
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
membahagiakan suami saya, akan selalu setia kepada suami saya dalam
keadaan suka maupun duka, serta saya berjanji akan menjadi istri dan ibu yang
bijaksana dan penuh dengan tanggung jawab. Semoga kita senantiasa dalam
perlindungan sang Triratna Buddha Dhamma dan Sangha.
Pandita :
Sebagai tanda cinta kasih, kasih sayang, kesetiaan, dan ikrar perkawinan saya
sebagai suami maka saya pasangkan cincin ini di jari manis istriku yang
tercinta.
Pandita :
Sebagai tanda cinta kasih, kasih sayang, kesetiaan, dan ikrar perkawinan saya
sebagai istri maka saya pasangkan cincin ini di jari manis suamiku yang
tercinta.
MC : Tepuk tangan untuk saudari ________, sekali lagi tepuk tangan untuk
mereka berdua.
Pandita :
Setiap manusia di dunia ini selalu memiliki perbedaan pikiran, baik antara pria
dengan pria, baik antara wanita dengan wanita, baik antara pria dengan wanita.
19
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Hari ini dengan mengikatkan tali kuning ini di tangan kalian berdua, maka
segala perbedaan pikiran telah disatukan dalam sebuah ikatan perkawinan.
MC : Kepada kedua belah pihak orang tua berdiri dibelakang kedua mempelai.
MC : pemasangan kain kuning oleh kedua ayah dari mempelai pria dan wanita
melambangkan simbol perlindungan karena ayah yang telah melindungi sang
anak dari kecil sampai dewasa serta mencari nafkah untuk keluarga.
Empat hal tersebut telah diuraikan dalam Anguttara Nikaya II, 60 yaitu
bahwa pasangan hendaknya memiliki kesamaan dalam Keyakinan, Sila,
Kedermawanan, dan Kebijaksanaan.
20
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Sabbītiyo vivajjantu
Sabba-rogo vinassatu
Mā te bhavatvantarāyo
Sukhī dīghāyuko bhava
Abhivādana-sīlissa
Niccaṁ vuḍḍhāpacāyino
Cattāro dhammā vaḍḍhanti
Āyu vaṇṇo sukhaṁ balaṁ.
artinya
MC : pembukaan kain kuning dilakukan oleh ibu dari kedua belah pihak
mempelai pria dan mempelai wanita.
MC : pembukaan kain kuning oleh ibu sebagai simbol ibu yang telah
memberikan restu dan melepaskan anaknya untuk menjalani kehidupan yang
21
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
baru sebagai pasangan suami dan istri. Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari,
ketika anak akan pergi biasanya mereka akan pamit kepada ibu.
Pita diserahkan kepada kedua mempelai, dengan pesan agar disimpan baik-
baik sebagai kenangan yang selalu mengingatkan kembali kepada ikrar
perkawinan. Jika terjadi sesuatu masalah yang dapat memisahkan kalian
berdua ambil pita kuning agar mengingat kembali ikrar perkawinan yang mana
akan selalu saling mencintai, saling menyayangi, saling setia dalam suka
maupun duka.
1. Kedua mempelai
Catatan :
1. permohonan maaf kepada kedua orang tua jika selama ini telah banyak
melakukan kesalahan
22
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
2. ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah sangat berjasa
khususnya ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan dan melahirkan
kita. menjaga, merawat dan membimbing kita menjadi anak yang sukses.
Ucapan terima kasih kepada ayah yang telah melindungi dan membesarkan
serta mencari nafkah untuk keluarga.
3. Mohon doa restu agar kita berdua dapat selalu hidup rukun, tentram, damai,
sejahtera dan harmonis.
4. Doa untuk kedua orang tua agar mereka senantiasa sehat, panjang umurn
dan berbahagia.
u. Foto bersama
Foto bersama pandita, kedua mempelai, kedua belah pihak orang tua mempelai
Pemberkatan perkawinan yang dihadiri oleh Bhikkhu / Bhikkhuni :
a. Rohaniwan Pembina Perkawinan / Pandita, Pembawa Acara ( Master
Ceremony ) berdiri di depan altar. Sebelumnya Pandita bertanya kepada kedua
mempelai apakah membawa cincin Perkawinan. Jika ada, kedua mempelai
menyerahkan kepada pandita untuk diletakkan di meja altar.
Catatan:
Posisi pengantin laki-laki dapat berada di sebelah kanan atau di kiri; disesuaikan
dengan budaya setempat.
Tempat duduk di bakti sala: calon pengantin pria duduk di sebelah kanan; diapit
oleh orang tua kedua mempelai (karena hal ini sesuai dengan budaya kebaktian).
23
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
c. Sambutan dari MC
Para hadirin yang berbahagia, selamat datang di vihara _________ pada hari ini
hari _______, tanggal ______ bulan ______ tahun ______ akan dilangsungkan
pemberkatan perkawinan antara saudara __________ putra dari Tuan dan Nyonya
_________ dengan saudari ________ putri dari Tuan dan Nyonya _________.
Keluarga dan para hadirin akan menjadi saksi atas perkawinan secara Agama
Buddha ini.
MC : Para hadirin yang berbahagia mari kita tepuk tangan untuk menyambut orang
tua mempelai pria.
Selanjutnya MC : selanjutnya mari kita sambut dengan tepuk tangan, orang tua
mempelai wanita.
MC : baiklah para hadirin serta orang tua yang menjadi saksi, mari kita mulai
Acara Pemberkatan Perkawinan Agama Buddha dengan terlebih dahulu
melaksanakan PUJA kepada sang TRIRATNA ( di iringi lagu kami memuja ).
Catatan : persembahan puja dilakukan oleh tim pagar ayu, jika tidak ada langsung
ketahap selanjutnya.
24
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
MC : inilah saat – saat yang kita tunggu, marilah kita sambut kedua mempelai
memasuki ruang baktisala ( diiringi lagu perkawinan yang berbahagia dan
penaburan bunga serta tepuk tangan para hadirin )
Pertama :
Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna. aku
bersujud di hadapan Sang Buddha, Namo Buddhaya
Kedua :
Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava. Aku bersujud di hadapan
Dhamma. Namo Dhammaya
Ketiga :
Sangha Siswa Sang Bhagava telah bertindak sempurna. Aku bersujud di hadapan
Sangha. Namo Sanghaya
Pandita : Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya. Pada hari ini
______, tanggal ______, bulan _______, tahun _______ telah menghadap kedua
mempelai untuk melangsungkan perkawinan secara agama Buddha. Sebelum kami
25
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Selanjutnya kepada kedua belah pihak orang tua serta yang hadir disini, apakah
ada yang berkeberatan terhadap perkawinan ini? (Jawaban : tidak )
Merah melambangkan Cinta Kasih. Cinta Kasih yang universal kepada semua
makhluk tanpa kecuali, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan
Biru melambangkan bakti. Bakti kepada orang tua adalah berkah utama.
26
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Catatan : jika tidak ada lilin panca warna maka pandita menyalakan sepasang
lilin dan 9 batang dupa
i. Pembacaan Paritta
Pandita :
Terpujilah Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, terpujilah para
Buddha, terpujilah para Bodhisatva dan Mahasatva. Pada hari ini ________,
bulan _________, tahun _______, hari yang baik, waktu yang baik, serta dalam
keadaan yang baik. di tempat yang suci dan di tempat yang penuh berkah di
vihara ________ akan dilaksanakan upacara pemberkatan perkawinan antara
saudara __________ dengan saudari __________ semoga rangkaian upacara ini
dapat berjalan dengan baik dan penuh dengan berkah.
Pembacaan Paritta :
Namaskara Gatha
27
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Vandana
Tissarana
Pancasila
j. Ikrar perkawinan
28
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pandita :
Di hadapan altar para Buddha, para Bodhisatva dan Mahasatva, dengan disaksikan
oleh semua yang hadir disini. Saya ________ dengan ini menyatakan mengikatkan
diri sebagai suami dari saudari _______ (mempelai wanita). Sejak hari ini, saya
berjanji akan selalu mencintai istri saya, menghormati istri saya, membahagiakan
istri saya, akan selalu setia kepada istri saya dalam keadaan suka maupun duka,
serta saya berjanji akan menjadi suami dan ayah yang bijaksana dan penuh dengan
tanggung jawab. Semoga kita senantiasa dalam perlindungan sang Triratna Buddha
Dhamma dan Sangha.
Pandita :
Sebagai tanda cinta kasih, kasih sayang, kesetiaan, dan ikrar perkawinan saya
sebagai suami maka saya pasangkan cincin ini di jari manis istriku yang tercinta.
29
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pandita :
Sebagai tanda cinta kasih, kasih sayang, kesetiaan, dan ikrar perkawinan saya
sebagai istri maka saya pasangkan cincin ini di jari manis suamiku yang tercinta.
MC : Tepuk tangan untuk saudari ________, sekali lagi tepuk tangan untuk mereka
berdua.
Pandita :
Setiap manusia di dunia ini selalu memiliki perbedaan pikiran, baik antara pria
dengan pria, baik antara wanita dengan wanita, baik antara pria dengan wanita.
Hari ini dengan mengikatkan tali kuning ini di tangan kalian berdua, maka segala
perbedaan pikiran telah disatukan dalam sebuah ikatan perkawinan.
MC : Kepada kedua belah pihak orang tua berdiri dibelakang kedua mempelai.
MC : pemasangan kain kuning oleh kedua ayah dari mempelai pria dan wanita
melambangkan simbol perlindungan karena ayah yang telah melindungi sang anak
dari kecil sampai dewasa serta mencari nafkah untuk keluarga.
30
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
MC : Para Hadirin kami persilakan untuk berdiri saling berhadapn dan bersikap
Anjali, mari kita sambut para anggota Sangha memasuki ruangan bakti sala.
(pembukaan kain kuning oleh ibu dari kedua belah pihak mempelai pria dan
mempelai wanita sebagai simbol ibu yang telah memberikan restu dan melepaskan
anaknya untuk menjalani kehidupan yang baru sebagai pasangan suami dan istri.
Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari, ketika anak akan pergi biasanya mereka
akan pamit kepada ibu.
Pita diserahkan kepada kedua mempelai, dengan pesan agar disimpan baik-baik
sebagai kenangan yang selalu mengingatkan kembali kepada ikrar perkawinan.
Jika terjadi sesuatu masalah yang dapat memisahkan kalian berdua ambil pita
kuning agar mengingat kembali ikrar perkawinan yang mana akan selalu saling
mencintai, saling menyayangi, saling setia dalam suka maupun duka.
Mempelai mempersembahkan bunga, lilin, dan dana kepada anggota sangha dan
bernamaskara 3 kali.
1. Kedua mempelai
31
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
mempelai pria kepada kedua orang tua mempelai pria, dilanjutkan ungkapan
beberapa kata mempelai wanita kepada kedua orang tua mempelai wanita.
Catatan :
1. permohonan maaf kepada kedua orang tua jika selama ini telah banyak
melakukan kesalahan
2. ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah sangat berjasa
khususnya ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan dan
melahirkan kita. menjaga, merawat dan membimbing kita menjadi anak
yang sukses. Ucapan terima kasih kepada ayah yang telah melindungi
dan membesarkan serta mencari nafkah untuk keluarga.
3. Mohon doa restu agar kita berdua dapat selalu hidup rukun, tentram,
damai, sejahtera dan harmonis.
4. Doa untuk kedua orang tua agar mereka senantiasa sehat, panjang
umurn dan berbahagia.
w. Foto bersama
Foto bersama anggota sangha, pandita, mc, mempelai pria, mempelai wanita,
kedua belah pihak orang tua.
MC : para hadirin yang berbahagia mari kita berdiri saling berhadapan, bersikap
Anjali, karena anggota Sangha akan meninggal ruangan upacara / ruangan
baktisala.
32
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Empat hal tersebut telah diuraikan dalam Anguttara Nikaya II, 60 yaitu bahwa pasangan
hendaknya memiliki kesamaan dalam Keyakinan, Sila, Kedermawanan, dan
Kebijaksanaan.
Dalam pembahasan ini akan diuraikan beberapa persyaratan dasar yang mendukung
untuk mewujudkan kehidupan keluarga bahagia menurut Ajaran Sang Buddha. Faktor-
faktor pendukung itu adalah :
Dalam sigalovada sutta terdapat hak dan kewajiban suami kepada istri, dan
sebaliknya kewajiban istri kepada suami :
33
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Sang Buddha lebih lanjut menguraikan tugas-tugas yang perlu dilaksanakan oleh
suami terhadap istrinya dan juga sebaliknya. Oleh karena, keluarga bahagia akan dapat
dicapai apabila suami dan istri dalam kehidupan perkawinan mereka telah mengetahui
serta memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing seperti yang disabdakan oleh Sang
Buddha dalam Digha Nikaya III, 118, yaitu bahwa tugas suami terhadap istri adalah
memuji, tidak merendahkan atau menghina, setia, membiarkan istri mengurus keluarga,
memberi pakaian dan perhiasan. Lebih dari itu, hendaknya disadari pula oleh suami
bahwa dalam Ajaran Sang Buddha, istri sesungguhnya merupakan sahabat tertinggi suami
(Samyutta Nikaya 165).
Sedangkan tugas istri terhadap suami adalah mengatur semua urusan dengan baik,
membantu sanak keluarga suami, setia, menjaga kekayaan yang telah diperoleh, serta
rajin dan tidak malas, pandai dan rajin dalam melaksanakan semua tugasnya serta segala
tanggung-jawabnya.
34
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
dan anak serta sebaliknya. Keharmonisan ini juga terwujud apabila masing-masing pihak
menyadari dan melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk itu, dalam kesempatan yang sama
Sang Buddha menguraikan tugas anak terhadap orang tua, yaitu merawat, membantu,
menjaga nama baik keluarga, bertingkah laku yang patut sehingga layak memperoleh
warisan kekayaan, melakukan pelimpahan jasa bila orangtua telah meninggal. Lebih
lanjut dalam Khuddaka Nikaya 286 disebutkan bahwa ayah dan ibu adalah Brahma
(makhluk yang luhur), ayah dan ibu adalah guru pertama, ayah dan ibu juga adalah orang
yang patut diyakini oleh putra-putrinya.
Mengingat sedemikian besar jasa serta kasih sayang orang tua terhadap anaknya,
maka kewajiban anak di atas sungguh-sungguh tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti
yang telah disebutkan dalam Khuddaka Nikaya 33, yaitu bahwa ‘Penghormatan,
kecintaan, dan perawatan terhadap ayah serta ibu membawa kebahagiaan di dunia ini’.
Sedangkan dalam Khuddaka Nikaya 393 disebutkan bahwa ‘Anak yang tidak merawat
ayah dan ibunya ketika tua; tidaklah dihitung sebagai anak’. Oleh karena ‘Ibu adalah
teman dalam rumah tangga’ (Samyutta Nikaya 163).
Sedangkan tugas orang tua terhadap anak adalah menghindarkan anak melakukan
kejahatan, menganjurkan anak berbuat baik, memberikan pendidikan, merestui pasangan
hidup yang telah dipilih anak, memberikan warisan bila telah tiba saatnya. Ditambahkan
dalam Khuddaka Nikaya 252 bahwa ‘Orang bijaksana mengharapkan anak yang
meningkatkan martabat keluarga, serta mempertahankan martabat keluarga, dan tidak
mengharapkan anak yang merendahkan martabat keluarga; yang menjadi penghancur
keluarga’.
Dengan adanya ‘rambu-rambu’ rumah tangga yang diberikan oleh Sang Buddha di
atas akan menjamin tercapainya keselamatan bahtera rumah tangga yang sedang dijalani.
Oleh karena itu, kesadaran melaksanakan ajaran Sang Buddha tersebut perlu semakin
ditingkatkan sehingga akan meningkatkan pula baik secara kualitas maupun kuantitas
keluarga bahagia yang ada dalam masyarakat kita maupun dalam bangsa dan negara kita.
2. Kemoralan
35
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pelaksanaan kelima hal ini selain dapat menjaga keutuhan serta kedamaian dalam
keluarga juga dapat untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Manfaat ke
dalam batin si pelaku dari pelaksanaan Pancasila Buddhis ini adalah membebaskan diri
dari rasa bersalah dan ketegangan mental yang sesungguhnya dapat dihindari.
3. Ekonomi
36
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Melaksanakan tuntunan cara hidup yang diberikan oleh Sang Buddha seperti itulah
yang akan mewujudkan kehidupan keluarga menjadi bahagia secara ekonomis. Bila
kondisi ekonomi keluarga telah dapat dicapai sesuai dengan harapan para anggota
keluarga tersebut, maka untuk mempertahankannya atau bahkan untuk meningkatkannya
lagi dapat disimak Sabda Sang Buddha yang lain dalam Anguttara Nikaya II, 249 yang
menyebutkan bahwa keluarga manapun yang bertahan lama di dunia ini, semua
disebabkan oleh empat hal, atau sebagian dari keempat hal itu. Apakah keempat hal itu?
Keempat hal itu adalah menumbuhkan kembali apa yang telah hilang, memperbaiki apa
yang telah rusak, makan dan minum tidak berlebihan, dan selalu berbuat kebajikan.
37
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
38
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
menyelesaikan tugasnya, apakah mertua dan suaminya sudah tidur atau belum.
Kemudian bangun pagi-pagi sekali dan tidak akan tidur siang kecuali sedang sakit.
9. Rawatlah api dalam rumah
Artinya rawatlah mertua dan suami dengan baik, seperti merawat api di dapur dan api
merawat kita di dapur.
10. Hormatilah dewata keluarga
Mertua dan suami dipandang sebagai dewata yang patut untuk di hormati.
Empat macam pasangan
Dalam Anguttara Nikaya II, 57 disebutkan terdapat 4 macam pasangan
1. Chavo dan Chava
Suami istri pasangan yang berkelakuan buruk
2. Chavo dan Devi
Suami berkelakuan buruk dan istri yang berbudi luhur
3. Deva dan Chava
Suami berbudi luhur, istri berkelakuan buruk
4. Deva dan Devi
Suami istri yang berbudi luhur
Seorang yang jahat dan berperangai buruk adalah orang yang suka melakukan
berbagai kejahatan (melanggar Pancasila Buddhis), mempunyai kebiasaan-kebiasaan
buruk, mementingkan dirinya sendiri, tidak menghormati mereka yang patut untuk
dihormati dan lain sebagainya.
Ada juga perkawinan antara seorang laki-laki yang jahat (chavo) dengan seorang
perempuan yang jahat (chava), mereka mungkin merasa “bahagia” menurut ukuran
mereka sendiri, akan tetapi itu adalah perkawinan yang buruk yang hanya akan
merugikan keluarga dan handai taulan.
Yang paling baik adalah perkawinan antara seorang laki-laki yang baik (dewa)
dengan seorang wanita yang baik (dewi), pasangan terakhir inilah yang dipuji oleh Sang
Buddha. Anguttara Nikaya II, 57
39
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
sejak anda mulai memikirkan sendiri, sejak anda mulai menuntut, maka pada saat
itulah anda mulai merasa menderita. Sebaliknya sejak anda mulai memikirkan orang lain,
justru pada saat itulah anda mulai bahagia.
Dalam ajaran Buddha tidak mengajarkan kita untuk meminta dan selalu
mengajarkan kita untuk memberi. Ketika pemuda – pemudi masih pacaran, mereka
sangat memperhatikan pasangannya. Mereka berusaha saling membahagiakan
pasangannya, oleh karena ingin membahagiakan pasangannya perasaan mereka di penuhi
dengan kebahagiaan. Tepati sebaliknya setelah menikah biasanya mereka menuntut
pasangannya untuk bersikap begini dan begitu. Ketika mereka mulai memikirkan diri
sendiri dan mulai banyak menuntut, pada saat itulah penderitaan mulai datang.
PENGEMBANGAN TOPIK
Pada bagian ini saudara bekerjasama dengan pandita Buddha lain untuk melakukan
serangkaian kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu meliputi tiga topik yaitu topic 1 pemahaman
konsep perkawinan, topik 2 pembelajaran syarat-syarat perkawinan dan topik 3 tata cara
upacara perkawinan. Kedua topic itu penting saudara pelajari dalam rangka meningkatkan
kompetensi saudara sebagai seorang pandita Buddha dalam memimpin upacara perkawinan.
40
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Topik ini memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada saudara untuk memahami
konsep perkawinan dalam Agama buddha, kemampuan ini penting saudara kuasai agar
saudara mampu menjelaskan dan membimbing umat perumah tangga dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada kegiatan ini, saudara diminta mempelajari konsep upacara perkawinan secara
ummum dan secara Agama buddha. Pengetahuan ini penting anda kuasai agar saudara
mengetahui dasar orang untuk berumah tangga. Selanjutnya saudara diminta menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
Topik ini memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada saudara untuk memahami syarat
apa saja yang dibutuhkkan mempelai pria dan wanita. Kemampuan ini penting saudara kuasai
agar saudara sebagai pemimpin Agama mampu mengelola dan mengembangkan kegiatan
upacara perkawinan dan menerapkan kepemimpinan anda dalam rangka mengelola upacara
perkawinan.
41
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pada kegiatan ini, saudara diminta mempelajari syarat-syarat perkawinan dengan melakukan
diskusi kelompok. Sebelumnya, saudara diminta melakukan curah pendapat dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
3. Sarana apa saja yang dibutuhkan dalam upacara perkawinan dalam Agama Buddha ?
Topik ini memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada saudara untuk memahami tatacara
menyelengarakan upacara perkawinan dan memahami tugas pandita didalam upacara
perkawinan. Kemampuan ini penting saudara kuasai agar saudara sebagai pemimpin Agama
42
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
mampu memimpin upacara perkawinan dengan baik dan benar baik ada seorang bhikku yang
menghadiri maupun tanpa dihadiri oleh seorang bhikkhu sangha.
Kegiatan 1. Tata cara upacara perkawinan (diskusi dan praktek kelompok 180 menit)
Pada kegiatan ini, saudara diminta mempelajari dan mempraktekkan bersama kelompok proses
upacara perkawinan dalam Agama Buddha. Pada kegiatan ini peserta dibagi dua kelompok yaitu
kelompok yang menyelenggarakan upacara perkawinan dengan dihadiri Bhikkhu Sangha dan
yang kelompok 2 adalah kelompok yang menyelenggarakan upacara perkawinan tanpa dihadiri
seorang Bhikkhu Sangha. Sebelumnya saudara diminta untuk melakukan curah pendapat dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
2. Apa yang saudara pahami makna yang tersirat pada setiap proses upacara perkawinan?
3. Khotbah apa yang saudara sampaikan pada saat memberi wejangan kepada mempelai laki-
laki dan perempuan pada saat perkawinan ?
43
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Pada kegiatan ini setiap kelompok menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk upacara
perkawinan dan membagi tugas masing-masing anggotanya untuk menjadi pandita, bikkhu,
orang tua mempelai wanita, orang tua mempelai laki-laki, mempelai laki-laki, mempelai
perempuan, 2 orang saksi.
Setelah semua perlengkapan dan petugas siap, saudara diminta mempraktekkan upacara
perkawinan masing-masing kelompok dan selesai praktek fasilitator menjelaskan makna dan
menjelaskan proses upacara perkawinan yang baik dan benar.
RANGKUMAN
1. Perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria sebagai suami dan
seorang wanita sebagai istri berlandaskan pada cinta kasih (maitri), kasih sayang
(karuna), rasa sepenanggunan (mudita) dengan tujuan untuk membentuk satu keluarga
(rumah tangga) bahagia yang diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Triratna.
2. Seorang laki-laki yang beragama Buddha di dalam hidupnya dapat memilih antara hidup
berkeluarga dan tidak berkeluarga. Sebagai orang yang hidup berkeluarga ia dapat kawin
dengan seorang perempuan dan membentuk keluarga, lalu mempunyai keturunan dan
seterusnya; akan tetapi ia juga dapat tidak kawin dan tidak membentuk keluarga, tentunya
dengan berbagai alasan. Apabila ia memilih hidup tidak berkeluarga juga tidak berumah
tangga, maka ia dapat tinggal di vihara sebagai anagarika, samanera atau bhikkhu.
44
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
c. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin,
Surat Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
h. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
j. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
k. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya
Persyaratan Perkawinan di catatan sipil :
a. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin, Surat
Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
45
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
f. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
h. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
i. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya )
j. Surat Singel dari catatan sipil setempat jika salah satu mempelai beda Kabupaten / Kota
atau Provinsi
k. Surat ijin menikah yang dikeluarkan kedutaan asal WNA atau yang disebut CNI
(Certificate of No Impediment) (bagi yang beda Negara)
4. Ada 2 jenis tata cara upacara perkawinan dalam Agama buddha, yaitu: upacara
perkawinan yang dihadiri seorang bikkhu sangha dan perkawinan tanpa dihadiri oleh
seorang bikkhu sangha.
46
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
dihadapan altar para Buddha, para Bodhisatva dan Mahasatva, dengan disaksikan
oleh semua yang hadir disini. Saya ________ dengan ini menyatakan
mengikatkan diri sebagai suami dari saudari _______ ( mempelai wanita ). Sejak
hari ini, saya berjanji akan selalu mencintai istri saya, menghormati istri saya,
membahagiakan istri saya, akan selalu setia kepada istri saya dalam keadaan suka
maupun duka, serta saya berjanji akan menjadi suami dan ayah yang bijaksana
dan penuh dengan tanggung jawab. Semoga kita senantiasa dalam perlindungan
sang Triratna Buddha Dhamma dan Sangha.
Mempelai wanita:
7. Makna pengkerudungan kain kuning adalah perlindungan dalam Dharma. warna kuning
adalah simbol untuk emas/kesejahteraan. Semoga pasangan suami istri ini kelak akan
senantiasa berada dalam perlindungan Dharma dan sejahtera.
8. Pemasangan kain kuning oleh ayah sebagai simbol perlindungan karena ayah yang
selama ini mencari nafkah dan membiayai keluarga.
47
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
5. sebutkan Susunan Acara dalam tata cara upacara pemberkatan perkawinan secera agama
Buddha!
Kunci jawaban:
Jawaban: Menurut Hukum Perkawinan Agama Buddha (HPAB) Keputusan Sangha Agung
tanggal 1 Januari 1977 Pasal 1, Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir dan batin
antara seorang laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri yang berlandaskan
cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), dan rasa sepenanggungan (mudita) dengan
tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia yang di berkahi oleh
Sanghyang Adi Buddha / Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan para Bodhisatva-
Mahasatva.
c. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin,
Surat Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
48
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
h. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
j. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
k. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya
2. Persyaratan Perkawinan di catatan sipil
Persyaratan Perkawinan dicatatan sipil yaitu:
a. Surat Keterangan Lurah mengenai status masing-masing calon mempelai yang akan
melangsungkan perkawinan, dengan lampirannya Surat Keterangan untuk Kawin,
Surat Keterangan Asal – Usul, Surat Keterangan tentang Orang Tua.
g. Foto Copy KTP 2 orang saksi, yaitu satu dari masing-masing pihak.
i. Dokumen lain sesuai kebutuhan, misalnya : Akte kematian / perceraian bagi yang
pernah kawin; Izin orang tua jika usia mempelai dibawah 21 tahun; Izin Pengadilan
Negeri jika usia mempelai pria belum 19 tahun dan mempelai wanita belum 16 tahun;
49
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
izin atasan untuk anggota TNI/Polri/Pegawai Negeri Sipil; dispensasi camat jika
pencatatan kurang dari 10 hari kerja.
j. Pernyataan Memeluk Agama Buddha (dengan materai) untuk calon mempelai yang
dalam dokumen jati dirinya tertulis bukan beragama Buddha ( jika tidak mungkin
memperbaikinya )
k. Surat Singel dari catatan sipil setempat jika salah satu mempelai beda Kabupaten /
Kota atau Provinsi
l. Surat ijin menikah yang dikeluarkan kedutaan asal WNA atau yang disebut CNI
(Certificate of No Impediment) (bagi yang beda Negara)
Dengan catatan:
3. Sebutkan dan jelaskan sarana apa saja yang digunakan dalam upacara perkawinan!
Jawaban:
a. Altar dengan segala perlengkapannya, termasuk mangkuk berisi air dan bunga untuk
pemercikan air pemberkatan;
b. Tempat duduk untuk mempelai, orang tua mempelai, Rohaniawan Pembina
Perkawinan / Pandita dan upacarika ( kalau diperlukan, juga untuk anggota sangha );
c. Sebuah meja untuk penandatangan Surat Pemberkatan Perkawinan;
d. Surat Pemberkatan Perkawinan / buku pencatatan / berita Acara dan Alat tulis;
e. Sepasang cincin kawin;
f. Sebuah pita berwarna kuning, untuk mengikat kedua tangan mempelai;
g. Kain Kuning untuk pengerudungan;
h. Persembahan untuk puja ( lilin, air, bunga, buah dan dupa );
i. Lilin Panca Warna ( Merah, Biru, Kuning, Putih, Jingga ) jika ada;
50
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
Persembahan dana ( misal bunga, lilin, dupa ) untuk bhikkhu / bhikkhuni jika di hadiri
oleh anggota sangha.
4. Sebut dan jelaskan makna yang tersirat dalam prosesi upacara perkawinan Agama Buddha!
a. Posisi pengantin laki-laki dapat berada di sebelah kanan atau di kiri; disesuaikan
dengan budaya setempat.
b. Tempat duduk di bakti sala: calon pengantin pria duduk di sebelah kanan; diapit oleh
orangtua kedua mempelai (karena hal ini sesuai dengan budaya kebaktian)
c. Pembukaan Upacara Perkawinan dengan Penyalaan lilin panca warna. Penyalaan lilin
dinyalakan oleh pandita dan kedua belah pihak orang tua. Jika tidak ada lilin panca
warna, pandita menyalakan sepasang lilin dan memasang dupa 9 batang.
f. Pemasangan kain kuning oleh ayah sebagai simbol perlindungan karena ayah yang
selama ini mencari nafkah dan membiayai keluarga.
g. Pembukaan kain kuning oleh ibu dari kedua belah pihak mempelai pria dan mempelai
wanita sebagai simbol ibu yang telah memberikan restu dan melepaskan anaknya
untuk menjalani kehidupan yang baru sebagai pasangan suami dan istri. Sebab dalam
kehidupan kita sehari-hari, ketika anak akan pergi biasanya mereka akan pamit
kepada ibu.
5. Sebutkan susunan acara dalam tata cara upacara pemberkatan perkawinan secera agama
Buddha!
Jawaban :
51
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
c. Sambutan dari MC
h. Penyalaan lilin panca warna ( jika tidak ada pandita menyalakan sepasang
lilin dan dupa sebanyak 9 batang )
j. Ikrar perkawinan
52
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
c. Sambutan dari MC
h. Penyalaan lilin panca warna ( jika tidak ada pandita menyalakan sepasang lilin
dan dupa sebanyak 9 batang )
j. Ikrar perkawinan
53
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
t. Foto bersama ( anggota sangha, Pandita, kedua belah pihak orang tua, kedua
mempelai )
GLOSARIUM:
54
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
DAFTAR PUSTAKA
Yayasan Sangha Theravada Indonesia. Paritta Suci. 2005. Jakarta: Yayasan Sangha Theravada
Indonesia.
…………..http://hindubudhaindonesiasaa5a2017kel12.blogspot.com/2017/12/makalah.html.
diakses tanggal 13 januari 2019.
55
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
………….(http://saungjayamangala.blogspot.com/2011/08/materi-dhamma-class-bab-6-
buddha.html). Diakses 12 Januari 2019.
Lampiran
56
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
b, Jika wanita,
terangkan
perawan atau janda
10. Nama Istri/suami
terdahulu 0 0
Demikianlah surat keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah jabatan
dan
untuk dipergunakan
seperlunya
Sumberberas
Kepala Desa/Kelurahan
Model N2
Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa :
1. Nama lengkap dan
I. : Feri Cahyono
alias
2. Tempat dan tanggal
: Banyuwangi, 04 Pebruari 1991
lahir
3. Warga Negara : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Swasta
Dusun
Sumberay
6. Tempat tinggal :
u RT 03
RW 08
adalab benar anak kandung dari
Perkawinan seorang pria :
I 1. Nama lengkap dan
: Gumun Iswanto
I alias
2. Tempat dan tanggal
: Banyuwangi, 11 September 1956
lahir
3. Warga Negara : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Wiraswasta
Dusun
Sumberay
6. Tempat tinggal :
u RT 03
RW 08
dengan seorang pria
1. Nama lengkap dan
: Widayati
alias
2. Tempat dan tanggal
: Banyuwangi, 11 September 1956
lahir
3. Warga Negara : Indonesia
57
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Tempat tinggal : Dusun Sumberayu RT 03 RW 08
Demikianlah surat keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah jabatan dan
untuk dipergunakan
seperlunya
Sumber beras
Kepala Desa/Kelurahan
………………………
Model
N3
SURAT PERSETUJUAN MEMPELAI
Yang bertanda tangan dibawah ini kami :
I. CALON SUAMI
1. Nama lengkap dan
alias : Feri Cahyono
2. Bin : Gumun Iswanto
3. Tempat dan tanggal
lahir : Banyuwangi, 04 Pebruari 1991
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Swasta
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Swasta
59
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
60
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
61
MODUL UPACARA PERKAWINAN DALAM AGAMA BUDDHA
62