MODUL AJAR
BAB IV : IBADAH DENGAN DISIPLIN DAN PENUH
HARAP KEPADA ALLAH SWT. SERTA PEDULI
TERHADAP SESAMA MELALUI SALAT GERHANA,
ISTISKA, DAN JENAZAH
KOMPETENSI AWAL
Menjelaskan pengertian salat gerhana dan istiska beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya
dengan benar, menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Menjelaskan pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya dengan benar,
menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Sikap penuh harap kepada allah swt dan kepedulian sosial dalam salat gerhana, istiska, dan jenazah
dengan baik, memiliki sikap penuh harap kepada allah swt serta peduli terhadap sesama
Mempraktikkan salat gerhana, istiska, dan jenazah sesuai dengan ketentuan dengan benar,
menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki sikap disiplin
MODEL PEMBELAJARAN
Kunjung Karya
Inkuiri
Demonstrasi
KOMPETENSI INTI
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan pengertian salat gerhana dan istiska beserta ketentuan dan tata cara
pelaksanaannya dengan benar, menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi
Peserta didik dapat menjelaskan pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan tata cara
pelaksanaannya dengan benar, menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi
Peserta didik dapat menemukan sikap penuh harap kepada Allah Swt dan kepedulian sosial dalam
salat gerhana, istiska, dan jenazah dengan baik, memiliki sikap penuh harap kepada Allah Swt serta
peduli terhadap sesama
Peserta didik dapat mempraktikkan salat gerhana, istiska, dan jenazah sesuai dengan ketentuan
dengan benar, menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki sikap disiplin
II. PEMAHAMAN BERMAKNA
Pengertian salat gerhana dan istiska beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya.
Pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya
Sikap penuh harap kepada Allah SWT dan kepedulian sosial dalam salat gerhana, istikarah dan
jenazah
Praktik salat gerhana. Istikharah, dan jenazah
Kegiatan Guru memberikan penjelasan singkat terkait materi tentang pengertian salat gerhana dan
Inti istiska beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya
(60 Menit) Guru Menentukan topik/tema pelajaran kepada peserta yaitu pengertian salat gerhana dan
istiska beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya masing-masing kelompok untuk
dibuat mind mapping atau karya lain.
Hasil kerja masing-masing kelompok peserta didik dikunjungkan oleh perwakilan kelompok
kepada kelompok yang lain.
Masing-masing kelompok mengamati hasil kerja kelompok lain yang datang berkunjung ke
kelompoknya.
Guru dan peserta didik melakukan Klarifikasi dan penyimpulan.
Penutup (10 Menit)
1. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi hal-hal apa yang telah dipelajari, hal-hal apa yang masih
belum dipahami pada pertemuan ini.
2. Guru mengajak peserta didik untuk menyampaikan pengalaman belajar yang didapatkan
3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya (pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan
tata cara pelaksanaannya dengan benar, menjalankan ketentuan agama sesuai syariat, serta memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi)
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi hal-hal apa yang telah dipelajari, hal-hal apa yang masih
belum dipahami pada pertemuan ini.
Pertemuan Ke-2
Pendahuluan (10 Menit)
1. Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa, memperhatikan kesiapan peserta didik, memeriksa
kehadiran peserta didik.
2. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
3. Guru melakukan apersepsi menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah
dipelajari minggu kemarin.
Kegiatan Stimulasi
Inti 1. Guru meminta peserta didik membentuk kelompok.
(60 Menit) 2. Guru menunjukkan gambar-gambar tentang pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan
tata cara pelaksanaannya
3. Guru dapat mengajukan pertanyaan tentang gambar-gambar tersebut dan meminta siswa
menganalisis gambar-gambar tersebut.
Identifikasi masalah
4. Guru mengajak peserta didik membuat pertanyaan dari stimulasi yang telah diberikan.
5. Guru menekankan bahwa penting mengetahui pengertian salat jenazah beserta ketentuan
dan tata cara pelaksanaannya dengan benar
6. Guru mengajak peserta didik untuk berliterasi melalui buku bacaan dan berdiskusi tentang
pengertian salat jenazah beserta ketentuan dan tata cara pelaksanaannya dengan benar
Pengolahan data
7. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi tentang pengertian salat jenazah beserta
ketentuan dan tata cara pelaksanaannya dengan benar
8. Guru menekankan pada peserta didik bahwa pentingnya pengertian salat jenazah beserta
ketentuan dan tata cara pelaksanaannya dengan benar
Verifikasi
9. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi yang telah didapatkan
Kesimpulan
10. Peserta didik menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan
Penutup (10 Menit)
1. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi hal-hal apa yang telah dipelajari, hal-hal apa yang masih
belum dipahami pada pertemuan ini.
2. Guru mengajak peserta didik untuk menyampaikan pengalaman belajar yang didapatkan
3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya (menemukan sikap penuh harap kepada Allah Swt
dan kepedulian sosial dalam salat gerhana, istiska, dan jenazah dengan baik, memiliki sikap penuh harap
kepada Allah Swt serta peduli terhadap sesama)
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi hal-hal apa yang telah dipelajari, hal-hal apa yang masih
belum dipahami pada pertemuan ini.
Pertemuan Ke-3
Pendahuluan (10 Menit)
1. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kondisi peserta didik
2. Guru meminta Peserta didik memimpin doa
3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
4. Guru menjelaskan tujuan dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
Guru melakukan apersepsi pembelajaran sebelumnya berkaitan dengan: menemukan sikap penuh harap
5. kepada Allah Swt dan kepedulian sosial dalam salat gerhana, istiska, dan jenazah dengan baik, memiliki
sikap penuh harap kepada Allah Swt serta peduli terhadap sesama
Kegiatan Guru mengkondisikan kelas serta memberitahu bahwa akan melaksanakan demosntrasi
Inti shalat gerhana, shalat istiska dan shalat jenazah
(90 Menit) Mengkoordinir peserta didik atau kelompok peserta didik untuk mendemonstrasikan sesuai
skenario yang disiapkan, misalnya kelompok satu mempraktikkan salat gerhana, kelompok
dua mempraktikkan salat istiska, dan kelompok tiga mempraktikkan salat jenazah
Peserta didik lain mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok lain
Penutup (10 Menit)
1. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
2. Refleksi pencapaian siswa/formatif asesmen, dan refleksi guru untuk mengetahui ketercapaian proses
pembelajaran dan perbaikan.
3. Peserta didik berdoa dan kelas diakhiri serta mengingatkan mempersiapkan sumatif pada pertemuan
berikutnya.
V. Asesmen
Jenis Ranah Penilaian Teknik dan Instrumen
Pengetahuan Tes Lisan, lembar soal lisan
Keterampilan Berkomunikasi / Observasi
Formatif
Presentasi Lembar Penilaian observasi
Sikap Angket penilaian diri sendiri
Pengetahuan Tes Tertulis
Sumatif Soal Pengetahuan terintegrasi berpikir kritis
Keterampilan Praktik shalat (Gerhana/Istiska/Jenazah)
a. Penilaian sikap
Berbentuk penilaian diri yang dikemas dalam rubrik Diriku. Guru memperbanyak format penilaian diri
yang terdapat di buku peserta didik sebanyak jumlah peserta didik kemudian meminta mereka untuk
memberikan tanda centang (v) di bawah gambar emotikon wajah sesuai keadaan sebenarnya. Apabila
peserta didik yang belum menunjukkan sikap yang diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan
melakukan pembinaan oleh guru, wali kelas dan atau guru BK.
Berilah tanda contreng (v) pada pernyataan yang sesuai dengan keadaan kalian yang sebenarnya!
b. Penilaian pengetahuan
Ditulis dalam rubrik Rajin Berlatih berisi 10 soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan 5
soal uraian. Soal tersedia di buku peserta didik.
c. Penilaian keterampilan (Praktik)
Nama : .................................................................
Hari/tanggal : .................................................................
Waktu : .................................................................
Materi : Praktik Shalat (Gerhana/Istiska/Jenazah)
Hukum salat gerhana sunah muakkad (sangat dianjurkan). Pelaksanaannya disunnahkan secara
berjamaah. Meskipun demikian salat gerhana boleh dilakukan secara munfarid (sendiri-sndiri).
Waktu pelaksanaannya selama terjadinya gerhana, baik matahari maupun bulan. Salat kusuf
dilaksanakan pada waktu mulai terjadi gerhana matahari sampai saat matahari nampak utuh seperti
semula. Sedangkan salat Khusuf dilakukan pada saat gerhana bulan sampai bulan kembali nampak
utuh. Salat gerhana dilaksanakan sebanyak dua rekaat dengan empat kali rukuk.
2. Salat Istiska
Istilah Istiska berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu al-Istisqa yang berarti meminta hujan,
yang disebabkan hujan tidak pernah turun atau musim kemarau. Dalam fikih, meminta hujan
kepada Allah Swt dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sekurang-kurangnya meminta hujan bisa
dilakukan dengan berdoa, baik sendiri maupun bersama-sama. Doa meminta hujan juga bisa
dilakukan pada waktu khutbah Jumat. Selain itu doa meminta hujan bisa dilakukan dengan
menyelenggarakan salat Istiska.
Secara istilah salat Istiska adalah salat sunah untuk meminta hujan kepada Allah Swt. Salat Istiska
dilaksanakan sebanyak dua rekaat di lapangan terbuka dengan disertai khutbah. Menurut jumhur
(mayoritas) ulama, khutbah salat Istiska dilakukan setelah salat. Meskipun demikian ada sebagian
ulama yang memfatwakan khutbah salat istiska dilaksanakan sebelum salat.
Hukum salat Istiska adalah sunnah muakkad (dianjurkan), khususnya ketika ada keperluan yang
mendesak. Misalnya terjadi krisis air, kekeringan lahan pertanian, kebakaran hutan, polusi asap
disebabkan kebakaran hutan, dan lain sebagainya, sementara hujan belum kunjung datang. Dalam
kondisi seperti itu umat Islam disunahkan melaksanakan salat Istiska.
Sebelum melaksanakan salat Istiska, disunahkan agar memperbanyak bacaan istigfar atau memohon
ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan. Sebab bencana kekeringan dan tidak datangnya
hujan pada dasarnya disebabkan karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia. Baik dosa
yang berhubungan secara langsung dengan terjadinya bencana, seperti penggundulan hutan,
pembakaran hutan, dan produksi emisi karbon ataupun dosa-dosa lain yang diperbuat oleh manusia.
Karena itu selain anjuran untuk beristigfar, dianjurkan pula agar memperbanyak sedekah dan amal
saleh. Tujuannya adalah untuk menyucikan hati dan mendapatkan keridaan dari Allah Swt. Salah
satunya adalah puasa empat hari secara berturut-turut, yaitu tiga hari sebelum pelaksanaan salat
istiska dan satu hari pada waktu pelaksanaan salat istiska.
Pada hari pelaksanaan salat Istiska, disunahkan pula untuk mengenakan pakaian yang digunakan
sehari-hari. Jamaah salat Istiska tidak dianjurkan mengenakan pakaian terbaik seperti pada waktu
salat ‘Id. Semua memang harus menampakkan kesahajaan, pertaubatan, dan kesucian hati.
3. Salat Jenazah
Salat jenazah merupakan satu jenis salat untuk jenazah muslim. Salat jenazah adalah satu di antara
empat kewajiban seorang muslim atas muslim lain yang meninggal dunia. Tiga kewajiban lainnya
adalah memandikan, mengafani, dan menguburkan. Empat kewajiban ini hukumnya farḍu kifayah.
Artinya wajib dilaksanakan, tetapi apabila sudah ada yang melaksanakannya yang lain terbebas dari
kewajiban itu. Namun jika tidak ada satupun yang melaksanakan kewajiban itu, maka semua umat
Islam menjadi berdosa.
a. Niat
Seperti umumnya niat salat, pada dasarnya niat wajib dilakukan di dalam hati bersamaan
dengan takbiratulihram. Sebagian ulama, khususnya yang mengikuti mazhab Syafi’i
berpandangan bahwa untuk membimbing hati, niat perlu dilafalkan dalam bacaan yang
dibaca sebelum takbiratulihram. Bacaan niat salat jenazah yang dilafalkan disesuaikan
dengan kondisi salat jenazah yang akan dilaksanakan, seperti jenazahnya tunggal ataukah
jamak, laki-laki ataukah perempuan, hadir ataukah gaib, serta sendiri ataukah bermakmum
kepada imam.
b. Berdiri
Salat jenazah wajib dilaksanakan dengan berdiri sebagaimana ketentuan dalam salat fardu,
kecuali ada halangan yang menyebabkan tidak bisa berdiri. Jika jenazahnya laki-laki maka
posisi berdiri (jika dilakukan sendiri atau menjadi imam) sejajar dengan kepala jenazah.
Sementara jika posisi jenazahnya perempuan, maka posisi berdiri berada di bagian tengah
jenazah.
elain disiplin sesuai dengan rukun, ibadah juga harus dilakukan dengan penuh harap kepada Allah Swt.
Dalam konteks bab ini, salat gerhana, istiska, dan jenazah harus dilakukan dengan penuh harap agar Allah
mengabulkan keinginan manusia. Dalam salat gerhana, manusia menginginkan pertolongan dan
perlindungan dari kekhawatiran terhadap kejadian gerhana. Dalam salat istiska manusia meminta hujan.
Sedangkan dalam salat jenazah manusia memohonkan ampunan atas jenazah yang disalati.
Demikian halnya dengan salat Istiska. Pada saat belum ditemukan sains yang menjelaskan tentang
fenomena hujan, umat manusia memiliki tingkat pengharapan dan kepasrahan yang sangat tinggi dalam
pelaksanaan salat istiska. Umat manusia betul-betul berdoa dengan kerendahan hati dan penuh harap
kepada Allah Swt agar diturunkan hujan. Manusia sadar diri tidak akan mampu menurunkan hujan, hanya
mampu bisa memohon kepada Allah Swt.
Namun seiring dengan munculnya sains dan teknologi, manusia sudah bisa memprediksi kapan datangnya
hujan. Dengan memperhitungkan ketetapan Allah Swt mengenai faktor-faktor yang memungkinkan hujan
bisa turun, manusia juga sudah bisa membuat hujan buatan. Manusia tidak akan mampu membuat semua
faktor penyebab terjadinya hujan, seperti mengatur suhu udara dan mengatur kecepatan angin di angkasa,
karena itulah meskipun manusia bisa membuat hujan, salat istiska dengan berbagai aktivitas ibadah yang
mengiringinya, seperti memperbanyak membaca istigfar dan berpuasa selama empat hari, harus tetap
dilakukan dengan penuh kekhusyukan.
Nilai-nilai kepedulian dalam kegiatan salat jenazah dan takziah perlu dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai-nilai kepedulian seperti ini sudah menjadi tradisi gotong royong dalam masyarakat
Indonesia. Nilai kepedulian dan tradisi gotong royong sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hidup dalam kepedulian dan gotong royong akan menghasilkan kehidupan sosial yang
harmonis.
Selain itu kepedulian dan gotong royong sangat dibutuhkan karena bangsa Indonesia berada dalam
wilayah geografis yang rawan bencana alam. Beberapa bencana alam besar pernah terjadi, seperti tsunami
Aceh tahun 2004, gempa Jogja 2006, gunung merapi 2010, gunung Sinabung 2015, Gempa Palu 2018,
dan lain-lain. Dalam keadaan rawan bencana seperti ini, nilai-nilai kepedulian dan gotong royong akan
membantu penanganan bencana sekaligus pemulihan pasca bencana.
Lampiran 3 : Glosarium
Salat Gerhana, Salat Istiska, Salat Jenazah