Fisiologi Bayi Baru Lahir
Fisiologi Bayi Baru Lahir
I. PENDAHULUAN
Berat badan bayi lahir dapat turun 10% dibawah berat badan lahir
pada minggu pertama kelahiran disebabkan oleh ekskresi cairan
ekstravaskuler yang berlebihan dan kemungkinan oleh asupan makanan
yang kurang. Masukan makanan membaik ketika kolostrum diganti dengan
susu yang lebih berlemak. Bayi harus terus tumbuh dan melebihi berat badan
lahir pada saat umur 2 minggu dan harus bertumbuh kira-kira 30 gr/hari
selama bulan pertama. Gerakan-gerakan pada bayi baru lahir seringkali tidak
terkontrol kecuali pandangan mata, pergerakan kepala dan penghisapan.
Senyum terjadi tanpa keinginan sendiri, menangis sering kali terjadi terhadap
respon yang tidak jelas meskipun terkadang mungkin jelas kelihatan
(popoknya basah). Puncak menangis secara normal yaitu sekitar usia 6
minggu, bayi dapat menangis hingga 3 jam/hari kemudian berkurang menjadi
1 jam atau kurang pada usia 3 bulan.3
3. Mekanisme Respirasi
Jalan udara pada daerah hidung berkontribusi pada 50% dari total
resistensi jalan napas pada bayi-bayi dan sedikit berkurang pada bayi-bayi
Afrika-Amerika. Insersi dari NGT (nasogastric tube) meningkatkan resistensi
ini sebanyak 50%. Jalan udara pada hidung biasanya ukurannya tidak sama;
apabila sebuah NGT dimasukkan, seharusnya ditempatkan pada lubang
hidung yang lebih kecil, sehingga memiliki efek yang lebih kecil pada
resistensi total pada jalan udara pada hidung. Resistensi jalan udara periferal
pada neonatus adalah kecil tetapi meningkat seiring dengan bertambahnya
umur.4
4. Volume Paru
Pada bayi aterm, kapasitas total paru - paru adalah sekitar 160 ml;
FRC sekitar setengah dari volume ini. VI kira - kira 16 ml (6-7 ml/kg) dan Vd
adalah sekitar 5 ml (30% dari VI). Sehubungan dengan ukuran tubuh, semua
volume tersebut sama dengan nilai pada orang dewasa. Dengan catatan,
bagaimanapun, terdapat ruang rugi di anestesi atau sirkuit ventilator yang
lebih signifikan dengan hubungannya kepada volume yang kecil pada bayi (5
ml ruang rugi akan meningkatkan total efektif Vd sebanyak 100%).4
CV (vital capacity) relatif lebih besar pada bayi - bayi dan anak berusia
muda disbanding dewasa muda; itu mungkin melebihi FRC untuk
mengganggu Vt selama inspirasi normal. Penutupan jalan napas selama
respirasi normal dapat menjelaskan penurunan nilai normal dari Pao2 pada
bayi - bayi dan neonatus. Penurunan FRC, yang biasanya terjadi selama
anestesi umum dan timbul pada periode postoperatif, lebih lanjut
meningkatkan CV yang luas dan meningkatkan A-aDCh. Bayi ataupun anak -
anak, penurunan terbesar pada FRC. Penurunan FRC pada intraoperatif
mungkin sebagian dibalikkan oleh tekanan positif jalan napas yang terus-
menerus.4
Tabel 2. Tekanan Oksigen Pada Bayi – Bayi Sehat dan Anak – Anak4
6. Surfaktan Paru
Baik surfaktan alami ataupun sintetik, telah terbukti efektif dalam terapi
dan pencegahan RDS. Pada beberapa penelitian ternyata surfaktan alami
dapat memberikan perbaikan yang lebih cepat dibandingkan sintetik dalam
hal lebih kurang kebutuhan ventilator, lebih kurang kejadian pneumotorax,
lebih banyak penurunan dysplasia bronkopulmonal, serta mortalitas lebih
sedikit. Namun kelebihan surfaktan sintetik, resiko perdarahan intraventrikel
lebih kurang, lebih sedikit pemaparan dengan antigen binatang serta
harganya yang lebih murah.2
1. Sirkulasi Fetus
Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute
setelah lahir pada umumnya. Perbedaan utamanya adalah penyesuaian
terhadap kenyataan bahwa janin tidak bernafas, sehingga paru tidak
berfungsi. Janin memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2 melalui pertukaran
dengan darah ibu menembus plasenta. Karena darah tidak perlu mengalir ke
paru untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2, pada sirkulasi janin
terdapat 2 jalan pintas: (1) Foramen oval, suatu lubang di septum antara
atrium kanan dan kiri, dan (2) duktus arteriosus, suatu pembuluh yang
menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta ketika keduanya keluar dari
jantung.5
Gambar 1. Sirkulasi Janin5
Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang
dikenal sebagai fosa ovalis di septum atrium. Duktus arteriosus kolaps dan
akhirnya berdegenerasi menjadi untai ligamentosa tipis yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum.5
3. Sirkulasi Neonatus
Pada neonatus yang sehat, dinding yang tipis pada ventrikel kanan
melampaui pada ventrikel kiri. Hal ini dapat dilihat pada ECG, yang
menggambarkan axis diatas dari 180 derajat selama minggu pertama
kehidupan. Setelah kelahiran ventrikel kanan membesar secara
disproporsional. Dalam 3 hingga 6 bulan, rasio ukuran ventrikel dewasa
dicapai (axis sekitar +90 derajat). Selama periode neonatus yang
berlangsung cepat, detak jantung adalah antara 100 hingga 170 kali per
menit dan iramanya regular, detak jantung secara berangsur - angsur
menurun. Sinus aritmia umumnya pada anak - anak. Segala irama irreguler
harus dipertimbangkan hal yang abnormal.4
4. Sirkulasi Pulmonar
Nitrat oxide telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang dapat
merelaksasikan endothelium yang normalnya diproduksi secara terus -
menerus di paru untuk mengatur tonus vaskuler pulmoner. Hal ini yang
dijadikan acuan untuk menggunakan inhalasi nitrat oxide untuk mengobati
resistensi vaskuler pulmonar yang meningkat.4
1. Metabolisme Glukosa
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan kegawatan pada anak,
walaupun banyak studi menyebutkan otak dapat melepaskan substrat
selain glukosa khususnya pada priode baru lahir, namun tidak ada
satupun substrat yang berhasil memperbaiki sekuele neurofisiologik
akibat kurangnya glukosa pada system syaraf pusat. Tanda klinis dari
hipoglikemia kurang begitu jelas, dapat ditemukan bayi yang menangis
keras ataupun lemah, sianosis, apnea, apati, kejang, pergerakan mata
yang abnormal, suhu yang tidak stabil, hipotoni dan kemampuan
mengisap yang lemah. Pada beberapa bayi dapat tidak menunjukkan
tanda-tanda tersebut meskipun memiliki kadar glukosa darah yang
sangat rendah.2,6
Insidens hipoglikemia bervariasi menurut definisi, populasi,
metode dan waktu pemberian makanan, serta dan tipe pemeriksaan
glukosa. Pemberian makanan lebih awal menurunkan insidens
sedangkan prematuritas, hipotermia, hipoksia, diabetes ibu, infuse
glukosa pada ibu dalam persalinan menambah insides hipoglikemia.
Kadar glukosa serum menurun sesudah lahir sampai usia 1-3 jam.
Pada bayi cukup bulan yang sehat kadar glukosa serumnya jarang
kurang <35 mg/dl antara usia 1-3 jam, <40 mg/dl dari usia 3-24 jam,
dan <45 mg/dl sesudah 24 jam.3
Hipoglikemia pada neonatus diartikan dengan kadar gula darah
<40 mg/dl. Setelah 72 jam dari kelahiran, kadar glukosa plasma
seharusnya lebih tinggi atau minimal sama dengan 40 mg/dl. Meskipun
tidak ada ambang batas spesifik, kadar glukosa darah <20 mg/dl atau
tetap rendah selama lebih dari 1-2 jam dapat memberikan gangguan
perkembangan saraf yang permanen, sehingga bayi dengan resiko
tinggi mengalami hipoglikemia memerlukan kontrol glukosa ketat. 2
Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus yang beresiko
tinggi menderita hipoglikemia adalah:
o Bayi-bayi dari ibu yang menderita diabetes mellitus atau diabetes
selama kehamilan
o Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauteri atau bayi-bayi
preterm yang mengalami malnutrisi intrauteri, bayi kembar, dan
bayi dengan kelainan plasenta.
o Bayi yang amat immature atau menderita sakit berat dan juga bayi
yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
o Bayi dengan defek metabolic genetick seperti intoleransi fruktosa
dan penyakit penyimpanan glikogen.3
Bayi yang membutuhkan tindakan bedah beresiko menambah
hipoglikemia sehingga memerlukan 10% glukosa (infuse),
pemberiannya biasanya dimulai ketika masuk rumah sakit dan
dikontrol secara berkala. Apabila kadar glukosa darah turun hingga
dibawah 40 mg/dl atau terdapat tanda-tanda hipoglikemia, dalam
sejam segera dibolus 1-2 ml/kg (4-8 mg/kg/min) glukosa 10% iv.
Meskipun jarang, hidrokortison, glukagon, atau somatostatin dapat
digunakan untuk penanganan hipoglikemia yang persisten. 2
b. Hiperglikemia
b. Magnesium
c. Hemolobin
4. Jaundis
Hati pada bayi yang baru lahir memiliki kapasitas eksresi billirubin
yang belum sesuai dengan fungsinya. Bayi normal biasanya memiliki
kadar billirubin indirek yang meningkat, puncaknya pada hari ke-3 yaitu
sekitar 6,5-7,0 mg/dl dan bertahan hingga hari ke-10 kelahiran.
Peningkatan kadar billirubin > 7 mg/dl pada 24 jam pertama atau > 13
mg/dl pada suatu waktu membutuhkan perhatian dan penelusuran lebih
lanjut. Patologi jaundis pada 36 jam pertama kelahiran pada umumnya
disebabkan oleh produksi billirubin yang berlebihan.2
o Evaporasi (24%)
o Konduksi(3%)
o Konveksi (34%)
o Radiasi(39%)
Dari keempat proses tersebut, radiasi merapakan faktor yang paling sulit
untuk dikontrol. Bayi memiliki special tissue yang bernama brown fat, yang
mana kaya akan pembuluh darah dan di persarafi oleh nervus simpatis,
terbentuk pada trimester ke-3 dari kehamilan. Berat badan neonatus saat
lahir sangat rendah sehingga memiliki kadar brown fat sangat sedikit.
Ketika kehilangan panas terjadi, produksi panas pada tubuh harus
meningkat untuk menjaga temperature normal. Pada orang dewasa dan
anak yang lebih tua, produksi panas ini terutama melalui aktivitas otot
involunter (menggigil) sedangkan pada neonatus dan bayi terutama
mengandalkan pada termogenesis tanpa menggigil untuk menghasilkan
panas. Mekanisme ini juga meningkatkan konsumsi O2 yang sebagian
besar berpusat di jaringan brown fat, terletak sekitar mediastinum, tulang
belikat, di sekitar ginjal dan kelenjar adrenal. Sel-sel brown-fat memiliki
banyak mitokondria, vakuola lemak dan darah dan suplai saraf otonom.
Noradrenalin dilepas pada ujung saraf simpatik yang meningkatkan
aktivitas metabolisme dalam brown-fat, yaitu hidrolisis trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol. Hal ini pada gilirannya meningkatkan konsumsi
oksigen dan produksi panas. Stimulus untuk meningkatkan aktivitas
metabolik dalam brown-fat terhadap eksposur dari ransangan dingin. Hal
ini meningkatkan pemanfaatan oksigen glukosa yang pada gilirannya
menyebabkan asidosis. Deposit brown-fat menurun selama minggu-
minggu pertama kehidupan extrauterine. Jadi, ruang operasi yang hangat,
pemanasan larutan preoperasi dan cairan IV, serta pembungkusan cepat
bayi sangat penting. 1,5,10
Karena faktor tersebut berubah sangat cepat pada bayi yang sakit,
maka penyesuaian manajemen cairan sangat dibutuhkan. Monitoring
perjam dari intake dan output sangat penting untuk mengetahui balance
cairan dengan cepat guna penentuan pilihan terapinya. Tidak ada jumlah
produksi yang mutlak untuk neonatus dan bayi, tetapi dapat digunakan
berdasarkan estimasi (beban osmolar yang diberikan pada ginjal) dan
berapa banyak urin yang diperlukan untuk mengeluarkan diperlukan untuk
mengeluarkan beban tersebut, dengan syarat urin tersebut harus dalam
kadar isotonis 280 mOsm/dl. Setelah kita berikan volume awal perjam
selama 4-8 jam, anak tersebut kita nilai ulang dengan mengobservasi
jumlah urin dengan kadar konsentrasinya. Dengan 2 faktor tersebut maka
kita akan dapat menilai keaadan hidrasi dari pasien tersebut. Pada kasus
yang lebih sulit kadang kita perlu menilai perubahan Na, BUN, creatinin,
dan osmolaritasnya untuk menilai respon bayi terhadap volume awal yang
diberikan dan menggunakan informasi status cairan tersebut sebagai
dasar pemberian cairan dalam 4-8 jam berikutnya.2
IV. SYOK
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Kardiogenik
a. Epinefrin (adrenalin)
Epinefrin adalah suatu katekolamin endogen dengan efek
adrenergik alfa dan beta. Farmakodinamik epinefrin adalah sama
persis apabila saraf simpatis dirangsang. Pada dosis rendah, efek beta
adrenergik lebih dominan. Epinefrin (adrenalin) bekerja dengan
meningktakan kontraktilitas (inotropik positif) dan meningkatkan laju
jantung (kronotropik positif), Efek ini termasuk peningkatan kardiak
output dan dilatasi bronkus. Peningkatan tekanan darah tidak hanya
disebabkan akibat peningkatan kardiak output tetapi juga bisa
disebabkan oleh meningkatnya tahanan vaskuler. Pada dosisi tinggi
efek alfa adrenergik lebih dominan. Aliran darah ginjal dapat
meningkat ataupun menurun tergantung dari keseimbangan antara
kardiak output (CO) dan perubahan resistensi vaskuler. Aritmia kordis
dapat terjadi pada pemberian epinefrin khususnya pada dosis tinggi.
Dosis untuk penatalaksanaan pada pasien jantung yaitu: 0,05-1
mikrogram/kg/mnt. Peningkatan dosis dapat menyebabkan iskemik
jantung dan gangguan fungsi akibat peningkatan kebutuhan oksigen
miokard.2,13
b. Isoproterenol
Isoproterenol adalah agonis beta adrenergik yang mana dapat
meningkatkan kontraktilitas jantung dan HR dengan sedikit efek pada
resistensi pembuluh darah. Efek beta adrenergik pada pembuluh
darah perifer dan sedikit efek alfa adrenergik dapat menurunkan
afterload ventrikel kiri. Isoproterenol dapat menyebabkan takikardi.
Isoproterenol diberikan iv dengan dosis 0,1 -0,3 mikrogram/kg/min.2
c. Dopamin
Dopamin adalah katekolamin endogen dengan beta adrenergik,
alfa adrenergik dan efek dopaminergic merupakan precursor nor-
adrenalin dan meningkatkan pelepasan nor-adrenalin. Dopamine
memberikan efek inotropik dan kronotropik positif dengan berinteraksi
langsung dengan beta reseptor (direk efek) dan dengan menstimulasi
nor-epinefrin melalui saraf simpatis dan berinteraksi dengan reseptor
beta (indirek efek). Pada dosis rendah (<3 mikrogram/kg/min) efek
dopaminergik lebih dominan, efek beta adrenergik menjadi lebih
menonjol pada dosis medium (3-10 mikrogram/kg/min) dan pada dosis
tinggi (> 15-20 mikrogram/kg/min) efek alfa adrenergik menjadi lebih
menonjol dengan vasokontriksi perifer. Berdasaarkan pengalaman
dalam penggunaan dopamin pada pasien pediatrik, dopamin cukup
efektif dalam meningkatkan tekanan darah pada neonatus, bayi dan
anak-anak. Dalam penelitian terakhir disebutkan beberapa keuntungan
dari levodopa (oral) dalam penanganan gagal jantung pada pasien
pediatric. Karena pengobatan enteral pada gagal jantung dibatasi
terhadap pemberian digoxin dan diuretik sehingga levodopa dapat
digunakan sebagai pilihan dalam penaganan gagal jantung tanpa
menggunakan inotropik parenteral.1,13
d. Dobutamin
Dobutamin merupakan katekolamin sintetik, dominan dengan
efek beta adrenergik dengan minimal efek alfa adrenergik. Efek
hemodinamik dari dobutamin pada bayi dan anak-anak dengan syok
telah diteliti. Dobutamin infuse dapat meningkatkan kardiak index,
strok index, dan pulmonary capiler wedge pressure dan menurunkan
resistensi pembuluh darah, Obat ini memperlihatkan efek yang lebih
baik dalam penanganan syok kardiogenik dibanding isoproterenol
dikarenakan efek kronotropiknya lebih kurang dan ini artinya lebih
mungkin dalam mengatur tekanan sistemik. Keunggulannya
dibandingkan dopamine, dobutamin memiliki efek vasokontriksi perifer
yang minimal. Dosis yang biasa digunakan yaitu 2-15
mikrogram/kg/min. Suatu studi menyebutkan dobutamin efektif dalam
meningkatkan aliran darah sistemik pada bayi prematur jika
dibandingkan dengan dopamine. Kombinasi antara dopamine dan
dobutamin semakin meningkat penggunaannya, suatu informasi
mengatakan kombinasi tersebut efektif dan menguntungkan pada
pasien pediatrik.123
3. Syok septik
Ciri khas dari syok septik pada bayi bam lahir adaJah mcnetapnya
sirkulasi janln sehingga terjadi hipertensi pulmonal. Pemberian cairan
yang terlalu cepat dapat memperburuk keadaan ini dengan menyebabkan
pirau dari kiri kekanan melalui patent duktus arteriosus sehingga terjadi
gagal jantung kongestif akibat beban berlebihan pada ventrikel. Anak-
anak yang menderita syok septik dengan disertai bisisng jantung
sebaiknya diberikan endometasin dan dilakukan pemeriksaan
echocardiografi untuk mengevaluasi jantung. Suatu penelitian
menunjukkan terjadinya hasil yang baik dengan pemberian pentoxifyl
pada bayi premature.2
Penanganan pasien dengan syok septik kadang-kadang
menantang. Syok septik memiliki gambaran klinis yang khas yaitu adanya
stadium kompensasi awal bempa penurunan resistensi vaskuler,
peningkatan cardia output, takikardi, extremitas hangat dan pengeluaran
urin yang adekuat. Dengan berjalannya shok sepsis maka terjadi stadium
berikutnya yaitu stadium tak terkompensasi dimana pasien mengalami
penurunan volume intravaskuler, depresi miokardium, peningkatan
resistensi vaskuler dan penurunan kardiak output. Penanganan terhadap
pasien didasarkan atas prinsip mengontrol sumber infeksi, antibiotic dan
terapi suportif. Pasien yang menderita syok sepsis kadang tidak respon
terhadap terapi volume dan pengobatan penunjang kardiovaskuler biasa.
Saat ini, arginin vasopressin telah diperkenalkan untuk menurunkan angka
mortalitas pada pasien dewasa. Vasopressin juga dikenal sebagai
hormone antidiuretik, yang dihasilkan pada kelenjar pituitari posterior dan
berperan dalam regulasi cairan pada ginjal. U.S. Food and Drug
Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan dari vasopressin.
Pada syok septic, vasopressin memiliki efek dalam meningkatkan
tekanan darah. Beberapa observasi memperlihatkan efektivitas dari
terlispressin (analog arginin vasopressin) dalam penyelamat pada syok
resisten katekolamin pada anak-anak dan neonatus. Suatu studi
memperlihatkan keuntungan dari efek vasopressin dalam penanganan
syok spetik yang sulit ditangani.2