Contoh Kuisioner Survey Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
Contoh Kuisioner Survey Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama KK :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, apa jenis tempat pembuangan sampah yang anda miliki?
a. Dibakar
b. Dikubur
c. Dibuang di kali
a. Ya
b. Tidak, alasannya.........
C. Lainya......
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. < 5 meter
b. 5-10 meter
c. 10 meter
16. Apakah anda mempunyai kolam?
a. ya
b. tidak
Keterangan Observasi
Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data tersebut
akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu. Kuesioner sendiri
terdiri dari kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, kuesioner semi
terbuka, dan kuesioner kombinasi antara kuesioner tertutup dan terbuka.
Berikut ini contoh quesioner tentang Sikap Ibu Mengenai Kesehatan Gigi
4. Bagaimana pendapat ibu mengenai pencabutan gigi rahang atas yang telah
rusak?
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak punya pendapat
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
5. Bagaimana pendapat ibu mengenai Usaha Kesehatan Gigi Sekolah?
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak punya pendapat
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
PENGOLAHAN DATA
Dr. Suparyanto, M.Kes
PENGOLAHAN DATA
Menurut Nazir (2005) Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data
melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.
1. Editing
Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian
pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apabila ada soal yang belum oleh responden maka responden diminta
untuk mengisi kembali dan apabila ada jawaban ganda pada kuesioner maka
dianggap salah.
2. Coding
Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu.
Yaitu untuk kriteria berperan diberi kode 2 dan kriteria tidak berperan diberi kode 1.
3. Scoring
Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala
ordinal. Oleh karena itu hasil kuesioner yang telah di isi bila benar diberi skor 1 dan
bila salah diberi skor 0. Kemudian di prosentasikan dengan cara jumlah jawaban
benar dibagi jumlah soal dan dikalikan 100%
4. Tabulating
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
ANALISA DATA
Untuk variabel yang diteliti dianalisis dengan menggunakan rumus :
Pertanyaan positif diberi skor :
1. Sangat setuju : 4
2. Setuju : 3
3. Tidak setuju : 2
4. Sangat tidak setuju : 1
T = 50 + 10
Keterangan :
x = Skor Responden
x = Nilai rata-rata kelompok
SD = Standart deviasi
SD =
T mean data =
Kriteria berperan bila skor :Tresponden > Mean T
Kriteria tidak berperan bila skor : Tresponden ≤ Mean T
(Azwar, 2005)
Coding (Pengkodean)
Wednesday, 18 March 2009 15:04 Administrator
Penanda (Coding) merupakan unsur yang penting dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Coding yang akan dikupas dalam sajian artikel saat yang menyangkut
tentang penelitian kuantiataif. Dalam penelitian kuantitatif lebih mengarah untuk
menetukan rasio data maka perlu adanya coding untuk memudahkan dalam
membedakan antara data yang satu dengan lainnya.
Cara mengcoding dari data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek
atau panjang atau hanya “ya” atau “tidak”. Untuk memudahkan analisis tersebut
maka diperlukan jawaban-jawaban yang memerlukan kode. Pemberian kode kepada
jawaban sangat penting artinya, jika pengolahan data dilakukan dengan komputer,
mengodekan data artinya menaruh angka dalam setiap jawaban.
Misalnya:
Jawaban Kode
Jika jawaban dalam bentuk interval angka, maka angka-angka tersebut perlu doberi kode tersendiri,
misalnya:
Jawaban Kode
Jawaban Kode
Ya 0
Tidak 1
Dapat dilihat diatas tidak ada pilihan bagi responden dalam memilih apakah jawaban
sesukanya tetapi hanya ada dua pilihan apakah ya atau tidak dengan menggunakan
kode 0 atau 1
Jawaban Kode
Urea 1
ZA 2
TSP 3
Pupuk kandang 4
KCL 5
Lain-lain 6
Pada pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya, sesuai dengan apa yang
dipikirkan oleh penjawab, tanpa ada suatu batasan tertentu. Untuk membuat kode
terhadap jawaban pertanyaan terbuka, jawaban-jawaban tersebut harus
dikategorikan atau dikelompokkan lebih dahulu, sehingga tiap kelompok-kelompok
berisi jawaban yang telah dibuat, tetapi apabila ada jawaban yang tidak termasuk
dalam kelompok-kelompok tersebut maka dapat dimasukkan dalam kelompok “lain-
lain”. Hanya perlu diingat bahwa jawaban yang dimasukkan dalam kelompok lain-
lain janganlah terlalu banyak. Juga perlu diingat bahwa jawaban pertanyaan dalam
tiap kategori tidak boleh tumpang tindih.
Misalnya:
Apakah alasan Bapak untuk mengikuti program bimas?
Kelompok jawaban Kode
Alasan Ekonomi 1
Alasan Keilmuan 2
Alasan kebutuhan 3
Alasan moral 4
Alasan Bimas 5
Lain-lain 6
Jawaban pertanyaan ini dapat terdiri dari beberapa kombinasi. Kombinasi tersebut dapat diberi kode
tersendiri. Misalnya:
Jawaban Kode
Menggunakn pupuk 1
Menggunkan Insektisida 2
Menanam dengan jarak tanah 3
Dan seterusnya 4
Artikel diatas mengacu pada buku rujukan Metode Penelitian karangan Moh.
Nazir, Ph.D dengan penerbit Ghalia Indonesia.
Probing
Survey adalah suatu teknik mengunpulkan informasi dari masyarakat dengan cara
menanyakan sejumlah pertanyaan terstruktur kepada responden. Kunci sukses
pengumpulan informasi adalah dilihat dari proses wawancara dan kecakapan dari
pewawancara dalam berintraksi dengan responden untuk mendapatkan informasi yang
berkualitas.
3.Mempertahankan kenetralan
Survey menginginkan pewawancara tetap bersikap objektif dan professional. Sikap
pewawancara akan sangat mempengaruhi persepsi responden mengenai sebuah
pertanyaan. Menjaga sikap pewawancara selama melakukan wawancara:
a.Jangan menyarankan sebuah jawaban
b.Jangan mengintepretasikan Jawaban responden
c.Jangan Menduga jawaban sebelum responden menjawab.
d.Jangan memberikan pendapat meskipun responden meminta bantuan anda.
e.Jangan menyarankan bahwa satu jawaban lebih disukai oleh responden lain.
f.Jangan berikan setuju atau tidak setuju dengan komentar atau pendapat anda
g.Jangan menghakimi jawaban responden.
4.Probing
Kualitas dari wawancara ditentukan oleh kemampuan pewawancara berkomunikasi dan
kritis. Salah satu aspek yang menarik dan penting dari tugas wawancara adalah probing.
Probing adalah seni dalam mencari informasi tambahan dengan cara menggali informasi
lebih mendalam. Hal-hal yang harus dihindari saat probing adalah kesan yang memojokkan
responden, jangan bernada interrograsi seperti polisi menginterrograsi pencuri.
Usahakan situasi probing berlangsung secara rileks, interaktif, komunikatif dan akrab
sehingga responden tidak merasa dicerca pertanyaan yang bertubi-tubi.
5.Probing mempunyai dua fungsi utama:
Jenis-jenis Probing
a.Mengulangi pertanyaan
Pewawancara mengulangi pertanyaan sekali lagi karena bisa jadi responden tidak
mendengar pertanyaan secara utuh atau kehilangan titik dari pertanyaan. Mungkin
pewawanca terlalu cepat saat membacakan pertanyaan. Ulangi sekali lagi pertanyaan agak
pelan dengan intonasi tepat sampai responden mengerti apa yang dimaksud dari pertanyaan
yang dibacakan pewawancara.
b.Mengulangi jawaban responden
Terkadang dengan mengulangi jawaban dari responden dapat merangsang pemikiran lebih
jauh dari responden sehingga mendapat jawaban yang sesuai dengan tujuan pertanyaan.
c.Menggunakan pertanyaan pancingan yang netral
Seperti ‘bagaimana”, Apa yang anda maksud”, “mengapa memilikim pikiran seperti itu” atau
pertanyaan lainnya.
d.Mohon penjelasan
Pewawancara boleh menyatakan belum memahami jawaban dari responden, maka meminta
responden menjelaskan kembali.
e.Jangan tergesa-gesa pindah ke pertanyaan lain.
Sebelum mendapatkan jawaban yang selengkap mungkin dan mendekati kebenaran/
kenyataan jangan tergesa-gesa pindah ke pertanyaan berikutnya. Sikap tergesa-gesa dapat
menyebabkan responden bingung dan sukar mengungat kembali informasi yang yang akan
diberikan.
f.Menghadapi jawaban “saya tidak tahu”
Salah satu jawaban yang menggambarkan tanggapan responden yang meragukan adalah
jawaban tidak tahu. Jawaban tersebut dapat berarti salah satu dari berikut:
Responden tidak mengerti apa yang ditanyakan
Responden sedang memikirkan pertanyaan itu dan mengatakan saya tidak tahu untuk
mengisi kesunyian dan guna memperoleh waktu untuk berpikir. Pewawancara harus
sensitive terhadap kemampuan responden dan mengubah teknik bertanya sesuai dengan
kemampuannya, harus sabar dan memberi waktu yang cukup untuk responden berpikir.
Responden berusaha menghindari pertanyaan karena ia takut salah menjawab atau ragu
atau karena pertanyaan itu menyinggung perasaan. Dalam kedaan seperti ini pewawancara
harus menjelaskan bahwa keseluruhan jawaban akan dijaga kerahariaannya, pewawancara
yang bijak selalu menyakinkan responden akan kerahasiaan setiap jawaban terhadap
pertanyaan yang diragukan.
Responden bisa jadi tidak tahu atau ia tidak memiliki pendapat. Penggunaan beberapa
teknik mungkin membantu pewawancara untuk menentukan kenyataan dan kesungguhan
bahwa responden tidak tahu.