Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH KONSENTRASI

NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN


BENZYLAMINOPURINE (BAP)
TERHADAP PERKEMBANGAN
EKSPLAN JERUK PURUT (Citrus hyxtrix)
SECARA In vitro

SKRIPSI

OLEH:
Yeni Fatmawati
NPM.E1J014096

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Naphthalene Acetic
Acid (NAA) dan Benzylaminopurine (BAP) Terhadap Perkembangan Eksplan Jeruk Purut
(Citrus hyxtrix) Secara In vitro” ini merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam
skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademis di suatu institusi pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, April 2019

Yeni Fatmawati
NPM. E1J014096
RINGKASAN

PENGARUH KONSENTRASI NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN


BENZYLAMINOPURINE (BAP) TERHADAP PERKEMBANGAN EKSPLAN JERUK
PURUT (Citrus hyxtrix) SECARA In vitro (Yeni Fatmawati, di bawah bimbingan Yulian
dan Atra Romeida. 2019. 78 Halaman).

Jeruk Purut (Citrus hystrix) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang lazim
digunakan sebagai flavor alami pada berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia
dan negara-negara Asia lainnya, Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai Kaffir
Lime. Jeruk Purut mengandung komponen utama ß-Pinen 21,44%, Sitronelal 20,91%,
Limonen 12,59%, Terpinen-4-ol 11,93%, Linalol 6,10%, Sitronelil Asetat 3,62%, minyak
Atsiri dan Sabinen 2,79%. Pusat pengembangan Jeruk Purut di Indonesia terdapat di
Kabupaten Tulungagung. Peningkatan penyediaan bibit dan rekomendasi teknologi masih
jadi kendala untuk pengembangan Jeruk Purut. Dalam upaya pengembangan tanaman
Jeruk, Pengadaan bibit unggul dan bermutu memegang peranan penting, apalagi mengingat
tanaman ini bersifat tahunan. Kultur jaringan merupakan salah satu rekomendasi teknologi
pada permasalahan yang ada, karena kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi
bagian-bagian tumbuhan berupa sel, jaringan dan organ dengan cara aseptis. Tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi NAA dan BAP terbaik dan mendapatkan
interaksi NAA dan BAP yang terbaik terhadap perkembangan eksplan Jeruk Purut secara
In vitro.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober 2018 di
Laboratorium Agronomi Divisi Kultur Jaringan dan Bioteknologi Tanaman, Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu. Percobaab menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama NAA (N) yang terdiri atas 6 taraf yaitu : N0
(tanpa NAA), N1 = 1 ppm, N2 = 2 ppm, N3 = 3 ppm, N4 = 4 ppm dan N5 = 5 ppm. Faktor
kedua BAP (B) yang terdiri atas 6 taraf yaitu: B0 (tanpa BAP), B1 = 1 ppm, B2 = 2 ppm,
B3 = 3 ppm, B4 = 4 ppm dan B5 = 5 ppm. Dari kedua faktor dihasilkan 36 kombinasi.
Perlakuan di ulang sebanyak 10 kali, terdapat total 360 unit percobaan. Setiap unit
percobaan berupa 1 botol kultur yang di isi media MS + ZPT sesuai perlakuan sebanyak 25
ml/botol dan ditanam 2 buah kotiledon Jeruk Purut. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Uji Fα 5%. Apabila berbeda nyata dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Table). Data yang tidak memenuhi kriteria uji F dilakukan uji deskrptif dan
ditampilkan dalam bentuk histogram dan data kualitatif di tampilkan dalam bentuk foto.
Terjadi interaksi konsentrasi NAA dan BAP pada variabel tinggi tanaman yang
dihasilkan oleh konsentrasi 2 ppm BAP + 1 ppm NAA dan 3 ppm BAP + 2 ppm NAA
sebesar 2,9 cm. Konsentrasi BAP tunggal terbaik terdapat pada variabel pengamatan
pertumbuhan jumlah daun, jumlah tunas, tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman,biomassa
tanaman. Konsentrasi 2 ppm BAP tanpa NAA merupakan perlakuan terbaik untuk jumlah
daun dan konsentrasi 5 ppm BAP tanpa NAA merupakan konsentrasi terbaik untuk jumlah
tunas. Konsentrasi NAA tunggal terbaik terdapat pada variabel pengamatan pertumbuhan
jumlah akar, kualitas dan kuantitas suatu kalus, namun berpengaruh negatif terhadap
variabel pengamatan pertumbuhan jumlah daun, jumlah tunas, tinggi tanaman, lebar tajuk
tanaman,biomassa tanaman. Konsentrasi 4 ppm NAA merupakan konsentrasi terbaik
untuk pertumbuhan biomassa tanaman.
SUMMARY

Keyword: Kotiledon, NAA, BAP, Citrus hyxtrix, In vitro.


PENGARUH KONSENTRASI
NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN
BENZYLAMINOPURINE (BAP)
TERHADAP PERKEMBANGAN
EKSPLAN JERUK PURUT (Citrus hyxtrix)
SECARA In vitro

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Derajat


Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Oleh :

Yeni Fatmawati
NPM.E1J014096

Pembimbing:

Dr.Ir. Yulian, M.Sc


Dr. Ir. Atra Romeida, M. Si

Bengkulu
2019
PENGARUH KONSENTRASI
NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN
BENZYLAMINOPURINE (BAP)
TERHADAP PERKEMBANGAN
EKSPLAN JERUK PURUT (Citrus hyxtrix)
SECARA In vitro

Oleh :

Yeni Fatmawati
NPM E1J014096

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal:


25 Februari 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ir. Yulian, M.Sc. Dr. Ir. Atra Romeida, M.Si


NIP. 19630705 198803 1001 NIP.19640530 198703 2003

Mengetahui :
Fakultas pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641019 198903 1002
PENGARUH KONSENTRASI
NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN
BENZYLAMINOPURINE (BAP)
TERHADAP PERKEMBANGAN
EKSPLAN JERUK PURUT (Citrus hyxtrix)
SECARA In vitro

Oleh :

Yeni Fatmawati
NPM E1J014096

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji pada tanggal:


11 Maret 2019

Ketua, Sekretaris,

Ir. Usman Kris Joko Suharjo, M.Sc., PhD. Dr.Ir. Yulian, M.Sc.
NIP. 19611028 198702 1001 NIP. 19630705 198803 1001

Anggota, Anggota,

Dr. Ir. Atra Romeida, M.Si Ir. Dotti Suryati, M.Sc.


NIP. 19640530 198703 2003 NIP. 19550908 198103 2001

Mengetahui :
Fakultas pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641019 198903 1002
RIWAYAT HIDUP

Yeni Fatmawati, Penulis dilahirkan di Desa Mencar, Kecamatan


Jayapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera
Selatan pada tanggal 12 Mei 1996. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, dari pasangan Sutaryo (Ayah) dan Yoyoh Sumiyati (Ibu).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 04
Jayapura pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 01 Jayapura pada tahun 2007 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 01 Waytuba pada tahun 2011. Tahun 2014 pula, penulis melanjutkan Studi S-
1 di Program Studi Agroekoteknologi, Fakulas Pertanian, Universitas Bengkulu melalui
Jalur SBPTN, yang mana, tesnya dilaksanakan di Universitas Negeri Lampung.Selama
menjadi mahasiswa di Universitas Bengkulu, penulis melaksanakan KKN pada bulan Juli-
Agustus 2017 di Desa Padang Ulak Tanjung, Kecamatan Talang Empat, Kabupaten
Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu.
Penulis mengikuti Magang pada bulan Desember-Januari 2018 di Balai penelitian
Jeruk dan buah sub tropika (BALITJESTRO) terletak di desa Tlekung, Kecamatan Junrejo,
Batu, Jawa Timur pada ketinggian 950 m di atas permukaan laut yang terletak di bawah
kaki bukit Panderman. Penulis melaksanakan penelitian pada bulan April sampai dengan
Desember 2018 di Laboratorium Agronomi Divisi Kultur Jaringan dan Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Bengkulu, penulis pernah menjadi mentor
SQT Mata Kuliah Agama selama 2 Tahun. Penulis Aktif di Organisasi Kemahasiswaan
baik sebagai Anggota maupun Kepengurusan di MGC FP UNIB, UKM Kerohanian UNIB,
UKM Kopma Unib, UKM P3M UNIB, KAMMI Komisariat Tepi Barat, KAMDA
Bengkulu, dan BEM FP Universitas Bengkulu. Kepengurusan di MGC FP UNIB sebagai
Ketua Bidang Ekonomi (EKUIN) Tahun 2015-2016, SC EKUIN Tahun 2017, MSF
Tahun 2017-2018; UKM Kerohanian UNIB sebagai Anggota Bidang EKUIN Tahun 2015-
2016; Kopma Unib sebagai Anggota Aktif, Asisten Maneger 2013-2014; P3M sebagai
Anggota Aktif Bidang Ekonomi dan Bisnis (E-Bis); KAMMI Tepi Barat Tahun 2014-
2015; KAMDA Bengkulu sebagai Ketua Bidang EKUIN Tahun 2017-2019; dan BEM FP
sebagai Anggota Aktif Ekonomi dan Bisnis (E-Bis).
UCAPAN TERIMA KASIH

Perjuangan ini tak akan berakhir tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang Allah
kirimkan untuk membuat proses sarjana ini menjadi lebih berwarna dan lebih hidup. Mulai
dari awal hingga akhir perjuangan. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada semua yang telah membantu, mewarnai, mengisi dan membuat perjuangan ini
menemui akhir dan memulai perjuangan baru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
 Bapak Dr.Ir. Yulian, M.Sc., Selaku Pembimbing Utama. Terima kasih banyak karena
telah memberikan fasilitas, pemikiran, kritik dan saran, serta motivasi yang sangat
membangun guna terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan
limpahan rezeki dan rahmatNya.
 Ibu Dr. Ir. Atra Romeida M.Si., Selaku Pembimbing Pendamping. Terima kasih banyak
karena telah banyak membantu dalam hal pemikiran, kritik, saran serta motivasi yang
sangat membangun dan senantiasa sabar guna terselesaikannya skripsi ini. Semoga
Allah SWT memberikan kesehatan, limpahan rahmat dan ridhoNya.
 Ibu Ir. Dotti Suryati, M.Sc., Selaku Pembimbing Akademik. Terima kasih banyak atas
motivasi serta nasihatnya.
 Seluruh sivitas akademik, dosen Program Studi Agroekoteknologi, serta staf Program
studi agroekoteknologi. Terimakasih banyak atas segalanya yang telah diberikan ketika
saya mengalami proses berkuliah di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Saya
ucapkan terima kasih banyak telah memberikan kesempatan kepada saya menerima
beasiswa bidikmisi. Menggapai asa memutus rantai kemiskinan. Mewujutkan impian
semua orang, terutama salah satu impian dalam hidup saya, menjadi sarjana yang
insyaallah berguna nantinya di masyarakat. Amin Ya Rabbal Alamin
 Pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Bengkulu, April 2019

Yeni Fatmawati
NPM. E1J014096
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

“menebarkan kebahagiaan pada semua orang”


< Yeni Fatmawati >
“Istiqomah dan khusnul khotimah”
< Yeni Fatmawati >
“menjadi ibnu batutah, melihat dunia, mewakilkan mata kedua orang tua tercinta”
< Yeni Fatmawati >
“ Sukses dunia akhirat”
< Yeni Fatmawati >
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
-Q.S Asy-Syarh,94:6-
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
-Q.S A-Rahman,55:13-
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu”
-Q.S Muhammad,47:7-
PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan hasil dari sebuah perjuangan serta sebuah karya atas izin-Nya yang akan ku
persembahkan untuk;
 Persembahan pertama untuk Rabb semesta alam yang memberikan petunjuk dan rahmat-Nya dan Rasulullah
yang telah memberikan tauladan terbaiknya. Serta untuk agama, bangsa dan almamater tercinta.
 Persembahan istimewa untuk kedua orang tuaku, Ibu (Yoyoh Sumiyati) dan Ayah (Sutaryo). Terimakasih telah
menjadi permata dalam hidupku dan menjadi motivasi terbesarku dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini
bukan ujung dari kepuasan untuk membahagiakan kalian.
 Dua saudaraku, Ayuk ku (Dedeh Winingsih) yang telah memberikan dukungan serta do’a, dan adek (Ulil Absor),
terimakasih telah hadir ditengah hidupku, jangan lupa gapai citamu agar kita bahagia bersama.
 Saudara ku dari sebelah ayah maupun ibu, Ayuk ku (Anis) serta keluarga kecilnya, dan kakak ku (Lihin, a’a asep
dan kak asep. Terimakasih atas dukungan dan do’anya. Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia dunia
akhirat, dan anak-anak kalian menjadi sukses dunia akhirat, aminn.
 Serta keluarga besar ku, mamang,uwak dan masih banyak lagi, yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk semua yang telah kalian korbankan untukku dan memberikan motivasi hingga aku semangat
untuk menyelesaikan S1 ku dan menggapai cita-cita ku kedepan.
 Teman-teman seperjuangan menggapai asa: Yunitasari, Hikmawati Fajrin, Rianosa, Ossi Kurniawati, Fahma Nurul
Husna, Siti Nurasiah, Deshandayani, Ratna, Rahma, Tutik, Alyi, Yulianti, Cak Susi, Haziza Rani, Fadila Rahmika,
Ratna Sari dan masih banyak lagi, yang tak bisa ku sebut satu persatu. Terimakasih buat waktu, tawa, semangat
yang kalian tularkan, kalian adalah bagian besar dari selesainya perjuangan ini. Sukses buat kita semua 
 Salsabila: Yunitasari, Hikmawati Fajrin, Rianosa, Ossi Kurniawati, Fahma Nurul Husna, Siti Nurasiah. Waktu
didunia ini terlalu singkat untuk kita merajut ukhuwah semoga lelah ini berujung Jannah, teruslah menapaki jalan
dakwah ini meski ia panjang dan berliku, telah berlalu masa itu saatnya berkhidmat untuk rakyat. Uhibbukifillah.
 Teman – teman seperjuangan Agroekoteknologi terkhusus agrotek angkatan 2014, Sukses untuk kita semua.
 Teman-teman seperjuangan yang penelitian kultur jaringan, Sukses untuk kita semua.
 Teman-teman Magang BALITJESTRO Batu Jawa Timur : Rekan dari UNB, IAIN Malang, 11 Maret, UGM. Serta
Pengelola dan Staf BALITJESTRO Batu Jawa Timur. Senang mengenal kalian. Semoga silaturahmi tak hanya
sampai disini. Sukses buat kita semua.
 Teman-teman KKN periode 82, kelompok 295 Syntia, Mbak mita, Intan, Mbak Visca, Dikki, Bang Indra dan Dannu.
KKN selingkup Desa Padang Ulak Tanjung, Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah di lokasi KKN.
Senang bisa mengenal kalian. Semoga silaturahmi ini terus berjalan, dan semoga kita menjadi orang yang lebih
baik lagi. amin
 LDF Tercinta, Keluarga Besar Moeslem Generation Club (MGC) terkhusus angkatan 2014 dan juga kakak-mba
serta adik-adik tercinta (nama kalian sengaja tak ku urai tapi akan selalu ku ingat dalam memori juga dihati).
Hidayah ini bermula disini dan semoga terus bersemayam dihati hingga berakhir khusnul khotimah. Dan semoga
dakwah ini tak hanya sebatas dikampus tapi terealisasi jua dimasyarakat dan meluas dibumi Allah.
 LDK Tercinta, Keluarga Besar UKM Kerohanian UNIB. Berawal dari rumah kecil di LDF lalu mengembangkan serta
merajut ukhuwah untuk menyatukan semangat dakwah di kampus tercinta. Semoga ini awal langkah untuk
sukses kita. Dan Jannah adalah janji terindah dari-Nya.
 Keluarga besar KAMMI UNIB dan KAMMI Daerah Tahun 2017-2018. Terutama bagi kalian; Ukh Elza, Dek Rani, Mbak
Siti, Ukh Juhairia, Ukh Yulia, Mbak Meli, Mbak Yunita, Mbak Juwita, Ukh Rena, Aditia, Siratjudin, Asmara dll.
Semoga tetap istiqomah dan terus berjuang dijalan Allah serta bergerak membasmi semua kedzoliman dimuka
bumi.
 Keluarga besar Kopma Unib dimulai dari Alumni serta angkatan 01-06. Terutama bagi kalian; Cak Susi, Mba Amel,
Ayuk Dina,Citra,Yone, Keken, Fahma, Ossi, Yunita dll. Mahakarya ini belum selesai .
 Keluarga besar BEM FP unib, terutama terimakasih pada bidang ekonomi dan bisnis (E- Kobis), Agnes, Annisa,
Erfan, Nike serta yang lain, dan Pak Gub serta rekan-rekan seperjuangan di BEM FP, semoga tetap semangat
dalam berkarya, amin.
 Ukhtifillah dalam lingkaran cinta, terutama untuk seseorang yang berperan sebagai orang tua asuh ku Ibu Yenny
Sariasih, serta ukhti-ukhti soleha yang menjadi keluarga kecil ku (Hikmawati Fajrin, Nia, Hena, ifah, Femi, Latifah,
Lilis). Bersama kita saling mengingatkan juga menguatkan. Semoga syurga Allah kembali menyatukan kita.
Bersama kalian merajut iman yang berserakan berharap Allah akan meneguhkan dan Jannah kembali
menyatukan kita. Uhibbukifillah 
 Adik-adik ku yang sholeha, bersama kalian merajut iman dan jannah Allah, ( Mariyati, Yati, Dita, Dona, khusnul, dll
yg tidak bisa di sebutkan satu persatu)
 Generasi emas penerus peradaban : Iza, Tutik, Sri, Rama, Afif, Seli, Selvi. Lanjutkan perjuangan kalian adek-adek
ku! Kembali ke tanah kelahiran dengan sejuta konsep dan impian kita bangun peradaban di kota kita! Semangat.
 Adek- adek binaan SQT yang membuat saya terus ingin belajar bersama-sama dalam menggapai keimanan serta
Jannah Nya. Semoga tetap istiqomah di jalan Nya. aminnn
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam kepada kekasih Allah Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, kerabat dan sahabatnya, serta orang-orang yang istiqamah
mengikuti sunnahnya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Konsentrasi Naphthalene Acetic
Acid (NAA) dan Benzylaminopurine (BAP) Terhadap Perkembangan Eksplan Jeruk Purut
(Citrus hyxtrix) Secara In vitro”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan
banyak terimakasih kepada Bapak Dr.Ir.Yulian, M.Sc., Selaku Pembimbing Utama dan
Ibu Dr. Ir. Atra Romeida, M. Si. Selaku Pembimbing Pendamping. Terimakasih kepada
Ibu Ir. Dotti Suryati, M.Sc., dan Bapak Ir. Usman Kris Joko Suharjo, M.Sc., PhD., Selaku
Penguji. Terimakasih kepada Sivitas Akademik, dosen Program Studi Agroekoteknologi,
serta Staf Program Studi Agroekoteknologi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia dan pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu.
Besar harapan penulis, skripsi ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya dan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada khususnya dan bermanfaat bagi
dunia pertanian serta pendidikan pada umumnya.
Bengkulu, April 2019

Yeni Fatmawati
NPM.E1J014096

vi
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ x
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1 Botani Tanaman Jeruk Purut ........................................................................ 3
2.2 Kultur Jaringan Jeruk.................................................................................... 4
2.3 Auksin ........................................................................................................... 4
2.4 Sitokinin........................................................................................................ 5
III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 7
3.1 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 7
3.3 Rancangan Percobaan ................................................................................... 7
3.4 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 7
3.5 Analisis Data................................................................................................. 10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 11
4.1 Gambaran Umum Penelitian ........................................................................ 11
4.2 Analisis Varian ............................................................................................. 12
4.3 Pengaruh Interaksi Konsentrasi NAA dan BAP terhadap Pertumbuhan
Eksplan Kotiledon Jeruk Purut ..................................................................... 13
4.4 Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan Eksplan Kotiledon Jeruk Purut ....... 18
4.5 Pengaruh NAA terhadap Pertumbuhan Eksplan Kotiledon Jeruk Purut ...... 23
4.6 Kuantitas Kalus............................................................................................. 26
4.7 Kualitas Kalus............................................................................................... 28
4.8 Jumlah Akar ................................................................................................. 31
V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 34
LAMPIRAN................................................................................................................ 38

vii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman

1. Nilai koefisien keragaman .............................................................................. 12


2. Analisis varian eksplan kotiledon Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
NAA dan BAP ................................................................................................ 12
3. Tinggi tanaman 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
dan BAP .......................................................................................................... 13
4. Jumlah daun 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
dan BAP .......................................................................................................... 14
5. Jumlah tunas 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
dan BAP .......................................................................................................... 16
6. Lebar tajuk tanaman 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
NAA dan BAP ................................................................................................ 18
7. Lebar tajuk tanaman 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
NAA dan BAP ................................................................................................ 25
8. Kriteria Eksplan Kotiledon Jeruk Purut yang membentuk kalus .................... 26

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman

1. Kontaminasi dan browning eksplan kotiledon Jeruk Purut ............................... 11


2. Morfologi daun terbaik yang terbentuk dari eksplan kotiledon Jeruk Purut
pada konsentrasi 2 ppm BAP tanpa NAA .......................................................... 15
3. Morfologi tunas terbaik yang terbentuk dari eksplan kotiledon Jeruk Purut
pada konsentrasi 5 ppm BAP tanpa NAA .......................................................... 17
4. Jumlah daun Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP ................................. 19
5. Jumlah tunas Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP ................................. 19
6. Tinggi tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP ................ 20
7. Lebar tajuk tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP ......... 21
8. Biomassa tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP ........... 22
9. Jumlah daun 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA .................... 23
10. Jumlah tunas 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA .................... 24
11. Jumlah tunas 6 MST Jeruk Purut dengan berbagai konsentrasi NAA ................ 24
12. Kriteria kalus pada masing-masing skoring dari eksplan kotiledon Jeruk
Purut .................................................................................................................... 27
13. Kalus terbentuk ≥ eksplan dari eksplan kotiledon Jeruk Purut ........................... 28
14. Kalus yang terbentuk dari eksplan kotiledon yang bertestur remah ................... 28
15. Kalus yang terbentuk dari eksplan kotiledon yang bertestur kompak ................ 30
16. Jumlah akar 6 MST eksplan kotiledon Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
BAP dan NAA .................................................................................................... 31
17. Morfologi jumlah akar terbanyak dan tidak terbentuk akar ............................... 32

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Komposisi yang terkandung dalam Media MS folder ........................................ 39
2. Denah Percobaan ................................................................................................ 40
3. Perhitungan ZPT yang Dipipet ........................................................................... 43
4. Analisis Ragam eksplan Kotiledon Jeruk Purut ................................................. 45
5. Persentase Eksplan Kotiledon Jeruk Purut yang Membentuk Kalus .................. 49
6. Dokumentasi Persiapan Peralatan Tanam ........................................................... 52
7. Persiapan Media Tanam Dan Sterilisasi Media Tanam ...................................... 52
8. Proses Penanaman Pengupasan Dan Perkecambahan ........................................ 54
9. Ruang Persiapan ................................................................................................. 55
10. Morfologi Tunas Yang Terbentuk Pada Eksplan Kotiledon In vitro.................. 55
11. Morfologi Kalus Yang Terbentuk Pada Eksplan Kotiledon In vitro .................. 58

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jeruk Purut (Citrus hystrix) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang lazim
digunakan sebagai flavor alami pada berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia
dan negara-negara Asia lainnya (Khasanah et al., 2015). Di Indonesia keanekaragaman
spesies Jeruk sangat banyak, Jeruk Purut menjadi salah satu Jeruk yang di gemari
masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan, terdapat banyak manfaat dari Jeruk Purut
itu sendiri. Jeruk Purut mengandung komponen utama ß-Pinen 21,44%, Sitronelal 20,91%,
Limonen 12,59%, Terpinen-4-ol 11,93%, Linalol 6,10%, Sitronelil Asetat 3,62%, minyak
atsiri dan Sabinen 2,79% (Chanthaphon et al., 2006). Pusat pengembangan Jeruk Purut di
Indonesia adalah di Kabupaten Tulungagung 3 yaitu Kecamatan Ngunut, Kecamatan
Sumber gempol dan Kecamatan Rejotangan. Terbatasnya ketersediaan bibit tanaman Jeruk
Purut dan rekomendasi teknologi budidaya, menjadi permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan Jeruk Purut (Yuwono, 2016).
Pengadaan bibit unggul dan bermutu memegang peranan penting, apalagi mengingat
tanaman ini bersifat tahunan. Mutu bibit tanaman Jeruk selain ditentukan oleh batang atas,
juga ditentukan oleh batang bawahnya. Pemilihan batang pohon Jeruk yang memiliki sifat
unggul untuk mendapatkan tanaman yang bersifat baik, dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik, salah satu syaratnya yaitu batang bawah tersebut memiliki perakaran yang
baik (Rahayu, 1993). Pembentukan akar merupakan salah satu fase penting pada tahap In
vitro karena akar memiliki peranan penting dalam penyerapan nutrisi dari media.
Perbanyakan In vitro dari berbagai jenis eksplan, telah banyak dilakukan (Alfian, 2014).
Perbanyakan Citrus maxima (Burm.) dengan menggunaan eksplan kotiledon dalam
semua perlakuan mengalami penambahan ukuran atau pembengkakan pada eksplan sampai
kotiledon bertunas (Rahman et al., 2008). Kotiledon juga berperan penting dalam
pembentukan planlet Citrus paradisi secara In vitro (Holland et al., 1995). Hasil
perbanyakan Jeruk menggunakan eksplan kotiledon yang di uji dengan RAPD marker
menunjukkan sifat yang sama dengan induknya (Ramkrishna et al.,2005).
Menurut Nursetiadi (2008) dalam kultur jaringan salah satu kunci keberhasilannya
adalah penggunaan jenis media dan zat pengatur tumbuh pada konsentrasi yang tepat.
Komposisi media tanam yang digunakan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan
planlet. Selain itu dalam kultur jaringan komposisi media tumbuh sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit (Widiastoety et al, 2012). Pertumbuhan eksplan
1
2

yang ditanam umumnya ditambahkan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) kedalam medium
tanam. Jenis ZPT auksin sintetik yaitu NAA, dimana dalam pemberian NAA pada
konsentrasi 0,5 mg/l, 1 mg/l dan 1,5 mg/l dapat meningkatkan persentase eksplan yang
hidup pada Jeruk Kanci (Rahmi et al., 2010). Hutapea (2013) menyatakan bahwa tunas In
vitro Citrus nobilis Lour. Yang dikulturkan pada media ½ MS dengan penambahan sukrosa
3% + 1 mg/l NAA memiliki panjang akar 1,2 cm dan pada sukrosa 3% + 1,5 mg/l NAA
memiliki akar sepanjang 0,23 cm.
Lambardo et al. (2011) menyatakan bahwa perbanyakan tanaman dari eksplan
kotiledon Citrus clementina kultivar Monreal sebesar 50%, kultivar SRA 63 sebesar
33,33% dan SRA 64 sebesar 25,93% dengan pemberian ZPT 3 mg/l BAP. Pemberian
ZPT 5,0 mg/l BAP memberikan hasil tertinggi pembentukan tunas pada tunas pucuk
Jeruk Kanci sebesar 88,89% (Rahmi et al., 2010). Hasil penelitian Purba et al. (2012)
menunjukkan bahwa dalam menginduksi Jeruk Siam dari eksplan kotiledon dengan
pemberian 1 mg/l BAP membentuk tunas sebesar 75 %.
Kombinasi ZPT berupa Auksin dan Sitokinin, memiliki peran penting pada
pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan
pertumbuhan akar (Warner et al.,2001). Dejam et al. (2006) menyatakan bahwa
menggunakan eksplan epikotil dengan ZPT yang berbeda (4,0 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA)
menghasilkan persentase tunas terbaik sebesar 80,33%. Oliveira et al. (2010) menyatakan
bahwa pada eksplan internodus berbagai kultivar Jeruk menggunakan 1,0 mg/l BAP + 0,5
mg/l NAA menghasilkan persentase tunas 61,81% kultivar pera, 52,72% kultivar valencia,
63,63% kultivar bahia dan 58,17% kultivar cravo. Hasil penelitian Samanhudi (2007)
menyatakan bahwa pada perlakuan BAP dan NAA masing-masing dengan konsentrasi 2
ppm menghasilkan bobot tunas tertinggi, yaitu 1,80 g, jumlah daun yang tertinggi
dihasilkan rata-rata sebanyak 5 daun per planlet.

1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan interaksi NAA dan BAP yang terbaik terhadap perkembangan eksplan
Jeruk Purut secara In vitro.
2. Mendapatkan konsentrasi BAP terbaik terhadap perkembangan eksplan Jeruk Purut
secara In vitro.
3. Mendapatkan konsentrasi NAA terbaik terhadap perkembangan eksplan Jeruk Purut
secara In vitro.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Jeruk Purut


Jeruk Purut (Citrus hyxtrix) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama
buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional
dikenal sebagai Kaffir lime. Jeruk Purut banyak ditanam oleh masyarakat di daerah
pekarangan rumah maupun kebun. Jeruk Purut termasuk kedalam subgenus Papeda karena
bentuknya yang berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya (Yuono, 2016).
Taksonomi jeruk purut adalah sebagai berikut (Miftahendrawati, 2014):
Sub Kingdom :Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus hystrix

Jeruk Purut termasuk famili Rutaceae, dimana bagian buah dan daunnya umumnya
dipakai oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Bagian daun umumnya digunakan untuk
mengatasi kelelahan sehabis sakit berat dan juga untuk menambah cita rasa masakan,
sedangkan kulit buahnya digunakan sebagai obat bisul, panas dalam, radang kulit, radang
payudara, kulit bersisik, dan kulit mengelupas (Setiawan, 2000). Selain itu, kulit buah
Jeruk Purut juga dapat digunakan untuk penyedap masakan, pembuatan kue, dan dibuat
manisan (Setiadi dan Parmin, 2004).
Jeruk Purut merupakan salah satu Jeruk lokal yang memiliki sistem perakaran
tunggang, memiliki morfologi hampir sama dengan jenis Jeruk lainnya. Jeruk purut
memiliki karakteristik khas yaitu pohonnya rendah atau perdu, namun apabila dibiarkan
tumbuh secara alami, tinggi pohon ini dapat mencapai 12 meter dengan volume produksi
mencapai 300–400 buah per pohon per tahun setelah umur 3 tahun (Yuwono, 2016). Jeruk
purut memiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu dan tangkai daun sebagian
melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong,
pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang

3
4

8 – 15 cm, lebar 2 – 6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna
jernih, permukaan atas warnanya hijau tua agak mengkilap, permukaan bawah hijau muda
atau hijau kekuningan, buram, dan jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk
bintang dan berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-kuningan. Bentuk
buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan rasanya asam agak pahit
(Soepomo, 2012). Jeruk Purut mengandung minyak atsiri yang mampu menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans pada konsentrasi 25% (Miftahendarwati, 2014). Bahan
aktif yang penting bagi kesehatan yang terdapat dalam daun Jeruk adalah vitamin C,
flavonoid, karotenoid, limonoid, dan mineral (Devy et al., 2016).
Kotiledon merupakan sumber nutrien bagi embrio nuselar, namun aktivitas enzimatik
pada kotiledon diatur oleh aksis embrio sehingga proses metabolisme pada kotiledon dapat
terganggu jika dipisahkan dari aksis embrio (Singh et al.,1981).

2.2 Kultur Jaringan Jeruk


Kultur jaringan tumbuhan adalah metode untuk mengisolasi bagian-bagian tumbuhan
berupa sel, jaringan dan organ dengan cara aseptis dalam suatu medium sehingga bagian-
bagian tumbuhan tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Manfaat kultur jaringan tumbuhan adalah menghasilkan bibit dalam jumlah yang
sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat, tidak tergantung pada iklim, bebas hama
dan penyakit (Manuhara, 2014). Penelitian Kultur Jaringan Jeruk telah banyak dilakukan,
salah satunya Cahyati et al.(2016) yang menginduksi tunas dari eksplan kotiledon dan
epikotil In vitro Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.) Asal Kampar pada Media MS.

2.3 Auksin
Auksin berperan untuk menginduksi kalus (Samudin, 2009). Wattimena (1988)
menyatakan bahwa membesarnya ukuran sel disebabkan karena adanya ZPT auksin,
diduga bahwa auksin merangsang enzim ATP-ase untuk memompa ion H+ pada dinding
sel yang menyebabkan pH dinding sel turun. Penumpukan ion H+ pada dinding sel
menyebabkan dinding sel nya renggang, akibatnya tekanan dinding sel berkurang dan air
masuk kedalam sel hingga terjadi pembesaran sel. Kombinasi perlakuan sukrosa 1% + 1
mg/l NAA mampu menghasilkan waktu muncul akar tercepat (11,5 HST), Perlakuan
sukrosa 3% + 0,5 mg/l NAA mampu menghasilkan akar terpanjang (2,31 cm) dan sukrosa
3% + 1,5 mg/l NAA mampu menghasilkan jumlah akar terbanyak sebanyak 1,6 buah
(Wijayanti et al., 2015). Penelitian Cahyati et al. ( 2016) menyatakan bahwa kombinasi
5

konsentrasi 1,0 mg/l BAP + 0,5 mg/l kinetin + 0,5 mg/l NAA merupakan persentase
terbentuk tunas eksplan kotiledon dan epikotil terbaik Jeruk Siam sebesar 60% dan
kombinasi konsentrasi 2,0 mg/l BAP + 0,5 mg/l kinetin + 1,0 mg/l NAA merupakan
persentase pembentukan kalus eksplan epikotil Jeruk Siam tertinggi sebesar 100%. Rahmi
et al. (2005) menyatakan bahwa konsentrasi 2,5 mg/l BAP + 1 mg/l NAA merupakan
perlakuan terbaik pada persentase eksplan yang membentuk kalus Jeruk Kanci.

2.4 Sitokinin
Sitokini berperan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sehingga mampu
menghasilkan tunas (Maryani dan Zamroni, 2005). Rasud et al. (2015) menyatakan bahwa
konsentrasi 1 ppm BAP mampu menginduksi muncul tunas paling cepat Jeruk Manis 2,12
HST, menghasilkan jumlah tunas Jeruk Manis paling banyak sebanyak 3,40 dan
menghasilkan jumlah daun Jeruk Manis paling banyak sebanyak 5,00 pertanaman saat
umur 6 MST. Penelitian Rahmi et al. (2005) menyatakan bahwa konsentrasi 2,5 mg/l BAP
emrupakan perlakuan terbaik pada persentase eksplan yang mengalami multiplikasi dan
saat muncul tunas Jeruk Kanci. Penelitian Yunita et al. (2013) menyatakan bahwa
konsentrasi 0,7 mg/l BAP tanpa kinetin mampu menghasilkan persentase tunas eksplan
jambu mete sebesar 100%. Konsentrasi 2,5 mg/l BAP mampu menghasilkan panjang tunas
sebesar 4,87 dan panjang akar sebesar 5,67 Kelapa Genjah Kopyor (Mashud, 2013).
Penelitian Mashud (2013) juga menyatakan bahwa konsentrasi 1,5 mg/l BAP
cenderung meningkatkan persentase kelapa genjah kopyor sebesar 81,82 % dan
konsentrasi 2,0 mg/l BAP juga cenderung meningkatkan persentase kelapa genjah kopyor
sebesar 80,00%. Purba et al. (2012) menyatakan bahwa pada pemberian 3 mg/l BAP
mampu membentuk tunas tercepat 16 HST pada tunas Jeruk Siam. Penelitian Mahadi et al.
(2016) menyatakan bahwa konsentrasi 2 mg/l BAP + 4 mg/l 2,4 D mampu memberikan
persentase jumlah kalus yang terbentuk tercepat pada Jeruk Kasturi sebesar 100 dan rerata
lebar kalus 0,97. Penelitian Wahyuningtiyas et al. (2014) menyatakan bahwa konsentrasi
0,5 mg/l mampu menghasilkan rata-rata muncul kalus Akasia tercepat sebesar 29,67 hari
dan mampu menghasilkan persentase eksplan berkalus tertinggi sebesar41,67.
Wahyuningtiyas et al. (2014) juga menyatakan bahwa kombinasi konsentrasi 0,5
mg/l BAP + 4 mg/l 2,4 D mampu menginduksi kalus Akasia dengan kualitas kalus kompak
tertinggi sebesar 77,78%. Penelitian Nursetiadi et al. (2016) menyatakan bahwa
konsentrasi 2 ppm BAP mampu memberikan saat muncul tunas eksplan Manggis tercepat
sebesar 18 HST, Panjang tunas eksplan Manggis tertinggi sebesar 5 mm, jumlah daun
6

eksplan Manggis terbanyak sebanyak 4 helai dan panjang daun eksplan Manggis
terpanjang sepanjang 7,5 mm. Penelitian Rohmawati et al. (2015) menyatakan bahwa
konsentrasi 0,5 mg/l BAP mampu menghasilkan jumlah tunas Jeruk Siam tertinggi
sebanyak 5 tunas per eksplan dengan jumlah daun 2 helai dan konsentrasi 1 mg/l BAP
mampu menghasilkan persentase hidup tertinggi sebesar 100% eksplan Jeruk Siam.
Harliana et al. (2012) menyatakan bahwa 0,1 ppm IAA + 1,0 ppm BAP yang memberikan
hasil jumlah daun terbanyak dengan rata-rata 3 lembar daun Jeruk Keprok.
III METODE PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Divisi Kultur Jaringan dan
Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April- Oktober 2018.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAC),
Autoclave, Hot Plate and Magnetic Stirrer, pH meter, Petridish, Pinset bengkok, Pinset
lurus, Gelas ukur, Pipet Ukur, Timbangan Analitik, Botol Kultur, Erlenmeyer, Rak Kultur,
Bunsen.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kotiledon Jeruk Purut (Citrus
hystrix), media Murashige & Skoog (MS), agar-agar, gula, alkohol 70%, alkohol 96%,
aquadest, NaOCl, detergen, HCl 0,1 N, NaOH0,1 N, spiritus, BAP dan NAA.
3.3 Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 2 faktor.
Faktor pertama NAA (N) yang terdiri dari 6 taraf yaitu : N0 (tanpa NAA), N1 = 1 ppm, N2
= 2 ppm, N3 = 3 ppm, N4 = 4 ppm dan N5 = 5 ppm. Faktor kedua BAP (B) yang terdiri
dari 6 taraf yaitu: B0 (tanpa BAP), B1 = 1 ppm, B2 = 2 ppm, B3 = 3 ppm, B4 = 4 ppm dan
B5 = 5 ppm. Dari kedua faktor dihasilkan 36 kombinasi. Setiap kombinasi perlakuan di
ulang sebanyak 10 kali, jadi total 360 unit percobaan. Setiap unit percobaan berupa 1 botol
kultur yang di isi media MS + ZPT sesuai perlakuan sebanyak 25 ml/botol dan ditanam 2
buah kotiledon Jeruk Purut. Denah percobaan dapat dilihat di Lampiran 2.
3.4 Tahapan Penelitian
3.4.1 Sterilisasi Ruangan dan LAC
Sterilisasi ruangan dan LAC dilakukan dengan cara menyemprotkan Alkohol 96%.
Kemudian dibersihkan dengan tisu. Sterilisasi ini mutlak dilakukan menjelang ruang
inokulasi akan digunakan. Lampu ultraviolet dapat digunakan untuk sterilisasi ruang,
dengan cara dinyalakan selama 30 menit, kemudian dimatikan saat masuk dalam ruang
(Sandra, 2013).

7
8

3.4.2 Sterilisasi Peralatan


Sterilisasi botol dengan cara direndam dengan NaOCl dan ditergen dengan
konsentrasi 4 ml/liter selama 24 jam, lalu dicuci bersih, kemudian dikeringkan dan
dimasukkan ke dalam Autoclave bersuhu 121oC dengan tekanan 15 psi selama 20 menit.
Sedangkan Scapel, Petridish, dan Pinset dicuci sampai bersih dengan menggunakan
detergen kemudian dikeringkan. Setelah itu Scalpel, dan Pinset disterilkan menggunakan
Medikal Stirer, atau di masukkan ke dalam LAC, kemudian di UV selama 30 menit.
3.4.3 Pembuatan Larutan Stok ZPT
Larutan stok ZPT dibuat dengan cara, menimbang ZPT berupa BAP dan NAA
sebanyak 0,1 g, kemudian masing-masing di larutkan menggunakan NaOH 0,1 N atau HCl
0,1 N beberapa tetes, lalu di aduk sampai larut, kemudian di tambahkan air sebanyak 100
ml, setelah itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Larutan stok dengan kepekatan 1000 ml
kemudian diberi label lalu dimasukkan kedalam lemari es.
3.4.4 Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam percobaan ini adalah media MS. Media MS tersedia
dalam bentuk folder. Pembuatan media dilakukan dengan cara menimbang stok media MS
sebanyak 4,43 g/L, kemudian dilarutkan dalam 1000 ml air, setelah itu ditambahkan
sukrosa sebanyak 30 g, lalu di Magnetic Stirrer agar homogen, setelah itu ditambahkan
NAA dan BAP sesuai dengan konsentrasi perlakuan. Larutan dikondisikan pada pH 5,8-6,0
dengan menambahkan NaOH 0,1 N untuk menaikkan pH, dan HCl 0,1 N untuk
menurunkan pH. Selanjutnya ditambah agar 7 g/L dan dimasak hingga mendidih. Setelah
mendidih, media dituangkan ke dalam botol kultur yang telah disterilkan, lalu ditutup.
Kemudian media di autoklave selama 20 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 15 psi,
setelah autoklave disimpan pada ruang penyimpanan media. Media di Inkubasi selama 1
minggu, setelah 1 minggu tidak terjadi kontaminasi, media siap digunakan.
3.4.5 Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi buah Jeruk Purut. Buah Jeruk Purut dicuci sampai bersih dengan ditergen
selama 5 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. Setelah itu direndam dengan
fungisida sebanyak 10 g/l, selama 30 menit. Lalu, dibilas hingga bersih. Kemudian di
masukkan ke dalam LAC. Setelah itu direndam dengan NaOCl sebanyak 100 %, selama 5
menit dan dibilas dengan aquades steril.
Metode sterilisasi setiap eksplan berbeda, tergantung pada jenis tanamannya, bagian
tanaman yang digunakan, morfologi permukaannya, umur tanamannnya, kondisi
tanamannnya, musim saat pengambilan, dan lingkungan tumbuhnya. Pada prinsipnya,
9

sterilisasi eksplan adalah mensterilkan dari kontaminasi mikroorganisme, tanpa mematikan


eksplannya (Sandra, 2013).
3.4.6 Penanaman
Penanaman dilakukan di dalam LAC, dengan menyiapkan botol kultur yang telah
berisikan media tanam, yang telah siap untuk ditanami biji Jeruk Purut sebagai proses
perkecambahan, kemudian menyiapkan buah Jeruk Purut yang telah disterilisasi, untuk
diambil bijinya, Bunsen, alkohol 96%, Petridisk steril, Skalpel, Pinset serta Blade.
Sebelum alat dan media dimasukkan kedalam LAC, semuanya disemprot dengan alkohol
70%. Kemudian buah Jeruk Purut diambil dengan pinset, lalu disemprot alkohol 96 %,
kemudian dibakar, setelah itu dibelah secara melintang untuk diambil bijinya, kemudian
ditanam didalam media MSO. Kemudian botol kultur yang telah ditanami, ditutup dan
dilapisi dengan plastik wrap. Setelah itu botol kultur yang sudah ditanam disimpan pada
rak-rak dalam ruang kultur yang gelap selama 3 hari. Setelah 3 hari, dilakukan pengupasan
kulit biji Jeruk Purut yang telah ditanam, bertujuan untuk mempercepat perkecambahan,
setelah berkecambah, di potong kotiledonnya, kotiledonnya siap di jadikan eksplan.
Eksplan di tanam ke media yang diberi perlakuan ZPT.
3.4.7 Pemeliharana
Eksplan yang telah ditanam pada media sesuai perlakuan ditutup dan dilapisi
dengan plastik wrap. Botol-botol tersebut dipelihara diruang kultur dengan mengatur
suhunya 22 0C ± 2. Lama penyinaran 16 jam perhari, kelembaban 70-80 %.
3.4.8 Variabel yang Diamati
Pengamatan dilakukan terhadap peubah kuantitatif dan kualitatif, variabel yang
diamati meliputi :
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tunas diukur pada akhir penelitian 6 MST dengan menggunakan penggaris
dan kertas millimeter blok.
2. Lebar Tajuk Tanaman
Lebar tajuk tunas diukur pada akhir penelitian 6 MST dengan menggunakan kertas
milimeter blok.
3. Jumlah Daun
Pengamatan di hitung setiap minggu pengamatan sampai akhir penelitian.
4. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung pada minggu terakhir penelitian (6 MST).
10

5. Panjang Akar
Panjang akar tunas diukur pada akhir penelitian 6 MST dengan menggunakan kertas
millimeter blok.
6. Jumlah Tunas
Pengamatan di hitung setiap minggu pengamatan sampai akhir penelitian.
7. Biomassa tanaman
Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang biomassa tanaman, dengan cara
menimbang bobol yang berisi media dan tanaman dikurang dengan botol berisi media,
dilaksanakan pada akhir pengamatan.
8. Kualitas kalus
Pengamatan ditentukan mulai dari penanaman sampai dengan akhir pengamatan.
9. Kuantitas kalus
Pengamatan ditentukan mulai dari penanaman sampai dengan akhir pengamatan

10. Warna Kalus


Pengamatan dilakukan dengan membandingkan warna kalus yang terbentuk, dengan
warna yang ada di panduan buku Muncell Color Chart For Tissue Cuture, pada akhir
pengamatan.
11. Tekstur Kalus
Pengamatan dilakukan dengan cara melihat tekstur kalus : apabila dia mudah terpisah
(remah) dan apabila teksturnya sulit di pisahkan (kompak).
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji F α 5%. Apabila berbeda
nyata dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Table). Data yang tidak memenuhi
kriteria uji F dilakukan uji deskrptif dan ditampilkan dalam bentuk histogram dan data
kualitatif di tampilkan dalam bentuk foto.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian


Hasil penelitian dari 36 kombinasi perlakuan menghasilkan tunas, kalus dan akar.
Tunas mikro eksplan kotiledon Jeruk Purut terbentuk pada perlakuan media MS dengan
berbagai konsentrasi ZPT sebesar 66,7%. Perkembangan eksplan Jeruk Purut
menghasilkan kalus terbentuk pada perlakuan media MS dengan berbagai konsentrasi ZPT
sebesar 33,3%.
Kondisi umum persiapan eksplan Jeruk Purut pada awal tanam relatif seragam,
namun terdapat kontaminasi jamur dan bakteri pada saat perkecambahan dan terjadi
browning pada tanaman 3 MST. Kondisi kontaminasi dan browning pada tanaman
disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Kontaminasi dan browning eksplan kotiledon Jeruk Purut. (2a) kontaminasi pada persiapan
eksplan kotiledon Jeruk Purut, (2b) Perlakuan 4 ppm NAA tanpa BAP 3 MST terjadi
browning.

Kontaminasi bakteri dan jamur terjadi pada saat persiapan eksplan sebesar 50%,
ditandai dengan adanya warna putih dan warna hitam (Gambar 2a). Sumber kontaminasi
dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat
yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor (Gunawan, 1988). Zat Pengatur Tumbuh
dengan konsentrasi yang tidak tepat menyebabkan browning pada tanaman, hal ini terjadi
pada perlakuan 1 ppm, 3 ppm, 4 ppm NAA tanpa BAP pada minggu ke 3(Gambar 2b).
Data yang tidak memenuhi kriteria uji F dilakukan uji deskrptif dan ditampilkan
dalam bentuk histogram dan data kualitatif di tampilkan dalam bentuk foto. Koefisien
keragaman (KK) dihasilkan > 30% (Tabel 1), sehingga data ditransformasi agar nilai
koefisien keragaman menjadi < 25% (Tabel 1).

11
12

Tabel 1. Nilai koefisien keragaman


No Variabel Pengamatan KK Sebelum KK Setelah
Transformasi (%) Transformasi (%)
1 JD 1 MST 87,3% 33,3%
2 JD 2 MST 56,1% 22,4%
3 JD 3 MST 48,0% 18,6%
4 JD 4 MST 44,8% 16,8%
5 JD 5 MST 52,0% 16,6%
6 JD 6 MST 53,2% 16,3%
7 JT 1 MST 66,8% 18,5%
8 JT 2 MST 60,5% 16,3%
9 JT 3 MST 51,5% 15,4%
10 JT 4 MST 47,9% 15,5%
11 JT 5 MST 49,8% 15,9%
12 JT 6 MST 52,7% 16,5%
13 TT 23,9% 9,5%
14 LTT 30,9% 10,5%
15 BT 32,9% 14,1%
Keterangan: Data ditransformasi menggunakan metode random data distribusi normal.

4.2 Analisis Varian


Hasil analisis varian konsentrasi NAA dan BAP terhadap perkembangan eksplan
koteledon jeruk purut secara in vitro pada semua variabel disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis varian eksplan kotiledon Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
NAA dan BAP
No Variabel Nilai F-hitung KK Setelah Transformasi (%)
Interaksi BAP NAA
1 JD 1 MST 3,9* 5,8 * 5,3 * 33,3%
2 JD 2 MST 4,3* 21,7* 19,5 * 22,4%
3 JD 3 MST 3,6* 19,7* 24,6* 18,6%
4 JD 4 MST 3,2* 28,3* 30,5* 16,8%
5 JD 5 MST 2,9* 28,6* 35,4* 16,6%
6 JD 6 MST 3,7* 24,7* 35,9* 16,3%
7 JT 1 MST 6,2* 25,0* 11,9* 18,5%
8 JT 2 MST 7,3* 37,4* 29,9* 16,3%
9 JT 3 MST 4,9* 38,3* 19,1* 15,4%
10 JT 4 MST 5,4* 42,4* 17,2* 15,5%
11 JT 5 MST 5,0* 38,9* 17,8* 15,9%
12 JT 6 MST 4,0* 32,6* 21,9* 16,5%
13 TT 2,4* 8,6* 5,9* 9,5%
14 LTT 1,6* 2,3* 2,4* 10,5%
15 BT 1,2ns 2,6* 2,3* 14,1%
Keterangan: Data ditransformasi menggunakan metode random data distribusi normal yaitu = √(X+1), *:
Berbeda nyata , dan ns: tidak berbeda nyata, JD = Jumlah Daun, JT = Jumlah Tunas, TT= Tinggi
Tanaman, LTT= Lebar Tajuk Tanaman, BT= Biomassa Tanaman
13

4.3 Pengaruh Interaksi Konsentrasi NAA dan BAP terhadap Pertumbuhan Eksplan
Kotiledon Jeruk Purut
Terjadi interaksi pada berbagai konsentrasi NAA dan BAP pada perkembangan
eksplan kotiledon Jeruk Purut pada variabel tinggi tanaman 6 MST. Interaksi pada
berbagai konsentrasi NAA dan BAP pada perkembangan eksplan kotiledon Jeruk Purut
pada variabel tinggi tanaman 6 MST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tinggi tanaman 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
dan BAP
NAA
BAP
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
2,5a 1,5 b 1,4 b 1,3 bc 1,1 c 1,2 c
0 ppm
AB E E F D E
2,2 c 2,5 a 2,2 cd 2,3 c 1,4 d 2,5 b
1 ppm
C B C A C A
2,6 b 2,9 a 2,6 b 2,0 e 1,3 f 2,2 d
2 ppm
A A B C E AB
2,5 b 2,3 c 2,9 a 2,1 de 2,6 b 1,6 e
3 ppm
B C A B A D
2,1 a 2,0 ab 1,8 c 1,7 d 1,7 cd 1,9 bc
4 ppm
CD D D D B CD
2,0 a 1,9 c 1,4 e 1,7 d 1,7 d 2,0 ab
5 ppm
D E E D B BC
Keterangan: Huruf besar yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT
pada taraf 5%. Huruf kecil yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
uji DMRT pada taraf 5%.

Tinggi tanaman 6 MST terbaik adalah 2,9 cm yang dihasilkan oleh konsentrasi 2
ppm BAP + 1 ppm NAA dan 3 ppm BAP + 2 ppm NAA, diduga bahwa ZPT sitokinin
yang dikombinasikan dengan auksin dengan konsentrasi yang tepat cenderung berpengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Tinggi tanaman 6 MST terendah adalah 1,1 cm
yang dihasilkan oleh konsentrasi 3 ppm NAA tanpa BAP, diduga bahwa auksin berfungsi
merangsang pembentukan sel, konsentrasi yang tinggi pada tanaman dikotil dapat
merangsang kalus (Mahadi et al., 2014). Sitokinin merupakan senyawa organik yang
dikombinasikan dengan auksin akan mendorong pembelahan sel dan menentukan arah
diferensiasi sel tanaman (Intias, 2012).
Hasil tinggi tanaman dari penelitian ini disebabkan oleh cadangan makanan berupa
karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pernyataan
ini sama dengan pernyatan Franch et al. (1985) bahwa endosperm merupakan cadangan
makanan pada biji yang mengandung karbohidrat dan lemak untuk perkembangan embrio
agar tetap hidup dan membentuk tunas. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan
morfogenesis tanaman adalah genotipe dari eksplan yang digunakan, media yang
14

mencakup komponen penyusun media dan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan,
lingkungan tumbuh, keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan dan fisiologi jaringan
eksplan yang digunakan (Wattimena et al., 1992).
Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan lebar tajuk tanaman merupakan salah
satu aspek penting untuk dapat mengukur tingkat pertumbuhan tanaman. Pengamatan
jumlah daun dan jumlah tunas dilakukan 1-6 MST dengan berbagai konsentrasi NAA dan
BAP pada perkembangan eksplan kotiledon Jeruk Purut. Berbagai konsentrasi NAA dan
BAP terhadap jumlah daun 6 MST disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah daun 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA dan
BAP
NAA
BAP
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
6,3 a 2,6 b 2,3 c 1,3 d 0,0 e 0,0 e
0 ppm
D F E E D D
4,8 b 6,5 a 3,6 c 3,3 cd 2,5 e 2,6 e
1 ppm
E B C BC AB C
9,8 a 8,0 b 5,3 c 3,6 d 2,1 e 2,8 f
2 ppm
A A A AB C AB
7,1a 4,5 b 4,3 b 3,8 c 2,6 d 2,6 d
3 ppm
C C B A A C
3,5a 2,8 b 2,8 b 2,8 b 2,5 c 2,8 b
4 ppm
F EF DE D AB AB
8,5a 3,5 b 3,0 c 3,5 b 2,5 f 3,0 c
5 ppm
B D D B AB A
Keterangan: Huruf besar yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT
pada taraf 5%. Huruf kecil yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
uji DMRT pada taraf 5%. 0 : tidak terdapat daun, akan tetapi terbentuk kalus.

Jumlah daun 6 MST terbaik adalah 9,8 helai yang dihasilkan oleh konsentrasi 2
ppm BAP tanpa NAA, diduga bahwa sitokinin pada konsentrasi yang tepat mempunyai
kemampuan mendorong pembelahan sel. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan zat
pengatur tumbuh sitokinin tunggal pada semua konsentrasi tidak menurunkan jumlah
tunas. Jumlah daun terendah adalah 0 helai yang dihasilkan oleh konsentrasi 4 ppm dan 5
ppm NAA tanpa BAP, diduga bahwa auksin dalam jumlah yang tinggi umumnya
menghambat pertumbuhan tunas, sedangkan kombinasi konsentrasi sitokinin yang tinggi
dengan auksin rendah penting dalam pembentukan tunas dan daun (Fereol et al., 2002).
Jumlah daun suatu tanaman merupakan salah satu aspek penting untuk dapat mengukur
tingkat pertumbuhan tanaman. Penelitian ini sama dengan penelitian Nursetiadi (2016)
pada pemberian 2 ppm BAP mampu menghasilkan jumlah daun tanaman manggis
terbanyak pada media MS sebanyak 4 helai. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
15

Rohmawati et al. (2015) pada pemberian 2 ppm BAP cenderung menurunkan


pembentukan tunas Jeruk Siam (Citrus nobilis L.) sebesar 66%.
Moore (1979) dan Wattimena (1988) menyatakan bahwa pemberian zat pengatur
tumbuh dengan konsentrasi tinggi tidak bersifat mendorong pertumbuhan akan tetapi
menghambat perkembangan eksplan karena keseimbangan antara hormon endogen dan
eksogen tidak dapat terjadi sehingga dapat menghambat proses pembelahan sel dan
diferensiasi dalam membentuk tunas. Berbeda dengan pendanpat Husni et al. (1994) dalam
Manurung (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi sitokinin maka semakin
banyak jumlah daun yang terbentuk. Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong
pembelahan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan pucuk (Hans 1975
dalam Hafizhah 2011). Yelnititis et al. (1999) juga menyatakan bahwa penambahan
sitokinin dapat mendorong meningkatnya jumlah dan ukuran daun. Morfologi daun terbaik
disajikan pada (Gambar 2).

Gambar 2. Morfologi daun terbaik yang terbentuk dari eksplan kotiledon Jeruk Purut pada konsentrasi 2
ppm BAP tanpa NAA. (2a) Konsentrasi 2 ppm BAP tanpa NAA didalam botol (2b)
Konsentrasi 2 ppm BAP tanpa NAA diluar botol.

Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa senyawa nitrogen yang terkandung dalam
sitokinin berperan dalam proses sintesis asam amino dan protein secara optimal yang
selanjutnya digunakan untuk proses pembentukkan dan pertumbuhan daun. Tanda adanya
perkembangan daun menurut Salisbury dan Ross (1995) adalah pembelahan poliklinal sel
terluar yang diikuti dengan pertumbuhan sel anak yang menyebabkan timbulnya tonjolan
yaitu primordia daun. Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong pembelahan sel dan
diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukkan pucuk (Hans, 1975 dalam Hafizhah,
2011). Tunas juga merupakan salah satu aspek penting untuk dapat mengukur tingkat
pertumbuhan tanaman. konsentrasi NAA dan BAP terhadap jumlah tunas disajikan pada
Tabel 5.
16

Tabel 5. Jumlah tunas 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA dan
BAP
NAA
BAP
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
1,0 d 2,6 a 2,3 ab 1,1c 0,0 e 0,0 e
0 ppm
F E C E D D
3,3 b 3,8 a 1,1 d 3,3 b 1,3 de 2,1 c
1 ppm
D C E AB C B
6,0 b 6,6 a 5,3 c 3,6 d 2,1 e 2,3 e
2 ppm
B A A A A AB
4,0 b 5,0 a 3,5 c 2,3 d 2,1 d 2,0 d
3 ppm
C B B CD A BC
1,8 bc 3,3 a 1,8 bc 2,0 b 2,1 ab 1,8 c
4 ppm
E D D D AB C
7,1 a 2,1 bc 2,0 c 2,6 b 2,0 c 2,3 b
5 ppm
A F CD C B A
Keterangan: Huruf besar yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT
pada taraf 5%. Huruf kecil yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
uji DMRT pada taraf 5%. 0 : tidak terdapat daun, akan tetapi terbentuk kalus.

Jumlah tunas 6 MST terbaik adalah 7,1 tunas yang dihasilkan oleh konsentrasi 5
ppm BAP tanpa NAA, diduga bahwa dalam penggunaan sitokinin tanpa auksin dengan
konsentrasi yang tepat dapat menghasilkan jumlah tunas. Jumlah tunas 6 MST terendah
adalah 0,0 tunas yang dihasilkan oleh konsentrasi 4 ppm dan 5 ppm NAA tanpa BAP,
diduga bahwa ZPT auksin berpengaruh untuk pertumbuhan kalus. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rahmi et al. (2010) pada konsentrasi 5 ppm BAP cenderung
meningkatkan persentase eksplan yang hidup pada Jeruk Kanci (Citrus sp) sebanyak
100%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sukendah (2009) menyatakan bahwa
penambahan BAP dengan konsentrasi 5,0-7,5 mg/l pada media tumbuh kecambah kelapa
genjah yang dibelah dapat meningkatkan jumlah planlet yang dihasilkan sampai 100%.
Muncul tunas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor eksplan, media, dan
lingkungan (Mante dan Tepper dalam Nisa dan Rodinah, 2005). Winarsih et al. (1998)
menyatakan bahwa sitokinin sintetis berupa BAP dapat memacu pertumbuhan tunas.
Peran fisiologis sitokinin adalah mendorong pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan,
pembentukan kloroplas, pemecah dormansi, pembukaan stomata, pembungaan dan
pembentukan buah partenokarpi (Wattimena et al.,1996). Abidin (1985) menyatakan
sitokinin yang ditambahkan secara eksogen akan berpengaruh pada peningkatan sintesis
DNA, RNA, dan sintesis protein. Adenin merupakan salah satu basa organik penyusun
asam nukleat yang merupakan bahan penyusun kromosom. Setiap pembelahan sel diikuti
dengan duplikasi DNA, tanpa adenin DNA tidak akan terbentuk. Pembelahan mitosis tidak
akan terjadi tanpa sitokinin. Sitokinin berperan dalam pembentukan benang gelendong
17

pada metafase. Maryam dan Zamroni (2005) juga menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh
sitokinin berperan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedangankan zat pengatur
tumbuh auksin dalam konsentrasi tertentu mampu membentuk tunas.
Rasio antara auksin dan sitokinin yang tepat akan menentukan kecepatan
pembelahan sel dan mampu memicu pemanjangan tunas pada eksplan biji Jeruk kasturi
(Hendaryono dan Wijayanti, 2012). Wareing dan Philips (1981) dan Thaib (1997) juga
menyatakan bahwa tanggapan tanaman terhadap hormon dan zat pengatur tumbuh
sangatlah bervariasi tergantung pada kepekaan organ tersebut. Morfologi jumlah tunas
terbaik disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Morfologi tunas terbaik yang terbentuk dari eksplan kotiledon Jeruk Purut pada konsentrasi 5
ppm BAP tanpa NAA. (3a) Konsentrasi 5 ppm BAP tanpa NAA ulangan 8, (3b) Konsentrasi
5 ppm BAP tanpa NAA ulangan 10.

Penambahan sitokinin dalam media kultur dapat memacu pertumbuhan tunas


aksilar dan mereduksi tunas apikal dari pucuk utama pada kultur tanaman dikotil,
walaupun masih banyak faktor-faktor lain yang membatasinya seperti kemampuan sifat
multiplikasinya yang rendah sehingga sangat sulit untuk menginduksi inisiasi tunas,
terutama pada spesies tanaman berkayu (George and Sherrington 1984). Mahadi et al.
(2014) juga menyatakan bahwa pembentukan tunas pada umumnya digunakan sitokinin,
sedangkan untuk pembentukan akar/kalus digunakan hormon Auksin yang berfungsi
merangsang perpanjangan sel-sel, sehingga mendorong terbentuknya hipokotil pada proses
perkecambahan.
Jumlah tunas eksplan kotiledon Jeruk Purut pada konsentrasi NAA dan BAP
cenderung mempunyai nilai rata-rata lebar tajuk tanaman yang bervariasi. Pengaruh
konsentrasi NAA dan BAP terhadap lebar tajuk tanaman disajikan pada Tabel 6.
18

Tabel 6. Lebar tajuk tanaman 6 MST eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi
NAA dan BAP
NAA
BAP
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
1,4 d 1,9 b 1,7 c 1,7 c 2,0 a 2,0 ab
0 ppm
E B B B A B
2,3 a 1,7 c 1,5 d 2,2 ab 1,5 de 1,4 e
1 ppm
B C C A C C
1,6 cd 2,3 a 2,1b 1,6 d 1,7c 2,2 ab
2 ppm
D A A BC B A
2,5 a 1,7 b 1,7 b 1,4 e 1,5 c 1,5 c
3 ppm
A C B CD D C
1,6 a 1,6 ab 1,5 b 1,5 bc 1,2 d 1,4 c
4 ppm
D D CD C E CD
1,9 a 1,7 b 1,4 cd 1,3 d 1,0 e 1,3 d
5 ppm
C CD D D F D
Keterangan: Huruf besar yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT
pada taraf 5%. Huruf kecil yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
uji DMRT pada taraf 5%.

Lebar tajuk tanaman 6 MST terbaik adalah 2,5 cm yang dihasilkan oleh konsentrasi
3 ppm BAP tanpa NAA, diduga bahwa sitokinin mendorong pembentukan protein pada
kloroplas sehingga dapat mendorong pembentukan grana dan meningkatkan laju
pembentukan klorofil pada daun dan pemberian sitokinin eksogen juga menyebabkan
jaringan batang menjadi lebih tebal karena terjadi pembesaran sel ke arah samping. Lebar
tajuk tanaman 6 MST terendah adalah 1,0 cm yang dihasilkan oleh konsentrasi 5 ppm
BAP + 4 ppm NAA diduga bahwa sitokinin dikombinasikan dengan auksin dalam
konsentrasi yang tinggi cendrung mengakibatkan lebar tajuk tanaman menurun.

4.4 Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan Eksplan Kotiledon Jeruk Purut


BAP berdampak positif terhadap semua variabel pertumbuhan Jeruk Purut.
Pengaruh BAP pada berbagai konsentrasi pada pertumbuhan eksplan kotiledon Jeruk Purut
yang meliputi variabel jumlah daun, jumlah tunas, tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman dan
biomassa tanaman disajikan pada Gambar berikut.
19

3.5 0 ppm
Jumlah daun(helai) 3
2.5 1 ppm
2 2 ppm
1.5
3 ppm
1
0.5 4 ppm
0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 5 ppm

Umur tanaman minggu setelah tanam (MST)

Gambar 4. Jumlah daun Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP

Jumlah daun terbanyak adalah 3,1 helai yang dihasilkan pada konsentrasi 2 ppm
BAP 6 MST, diduga bahwa sitokinin sintetis berupa benzylaminopurine (BAP) baik untuk
pertumbuhan jumlah daun. Konsentrasi 2 ppm BAP juga memberikan pengaruh terbaik
pada variabel jumlah tunas, hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan
pada media sebagian akan masuk ke dalam sel tanaman melalui proses difusi ataupun
melalui penyerapan aktif. Masuknya zat pengatur tumbuh eksogen tersebut akan mengubah
keseimbangan hormon dalam tubuh tanaman, untuk memacu pertumbuhan, zat pengatur
tumbuh dalam tubuh tanaman harus berada pada gradien tertentu (Krikorian, 1995) dalam
Imran, 2005)). BAP berperan untuk mengurangi dominasi meristem apikal dan
menginduksi baik tunas aksiler dan tunas adventif dari meristematik eksplan (Madhulatha
et al., 2004). Pengaruh konsentrasi BAP eksplan kotiledon Jeruk Purut pada variabel
jumlah tunas disajikan pada Gambar 5.

3.5
Jumlah tunas (tunas)

0 ppm
3
1 ppm
2.5
2 ppm
2
3 ppm
1.5
4 ppm
1
5 ppm
0.5

0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Umur tanaman minggu setelah tanam (MST)

Gambar 5. Jumlah tunas Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP


20

Jumlah tunas terbanyak adalah 2,9 tunas yang dihasilkan pada konsentrasi 2 ppm
BAP 5-6 MST, diduga bahwa bekerjanya hormon dan zat pengatur tumbuh yang diberikan
pada jaringan tanaman yang tanggap, akan membawa perubahan yang akibatnya dapat
diukur pada pengaruh fisiologi dan morfologi tanaman (Rahmi et al., 2010). Konsentrasi
BAP memiliki respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, lebar
tajuk tanaman dan biomassa tanaman. Perbedaan respon setiap konsentrasi terhadap
pertumbuhan dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan genetik tanaman tersebut.
Pengaruh konsentrasi BAP pada variabel tinggi tanaman disajikan pada Gambar 6.
Tinggi Tanaman (cm)

2.5
2.4
2.3
2.2
2.1
2
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

konsentrasi BAP (ppm)


Gambar 6. Tinggi tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP

Tinggi tanaman tertinggi adalah 2,5 cm yang dihasilkan pada konsentrasi 3 ppm
BAP 6 MST, diduga bahwa pemberian zat pengatur tumbuh pada konsentrasi yang sesuai
dapat meningkatkan morfologenesis tanaman, namun apabila zat pengatur tumbuh
diberikan dalam konsentrasi yang berlebihan maka akan menghambat pertumbuhan
morfogenesis tanaman tersebut (Lakitan, 1992). Penelitian ini sama dengan penelitian
Roosika et al. (2005) untuk multiplikasi tunas tanaman manggis menggunakan 3 mg/l
BAP. Tinggi tanaman merupakan salah satu aspek penting untuk mengukur pertumbuhan
suatu tanaman, begitu juga dengan lebar tajuk tanaman. Pengaruh konsentrasi BAP pada
variabel lebar tajuk tanaman disajikan pada Gambar 7.
21

2.3

Lebar tajuk tanaman(cm)


2.25
2.2
2.15
2.1
2.05
2
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
Konsentrasi BAP (ppm)

Gambar 7. Lebar tajuk tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP

Lebar tajuk tanaman terlebar adalah 2,3 cm yang dihasilkan pada perlakuan 0 ppm,
1 ppm dan 3 ppm, diduga bahwa peran utama BAP adalah merangsang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Lebar tajuk tanaman akan mempengaruhi biomassa suatu
tanaman. Faktor terjadinya lebar tajuk tanaman dan biomassa tanaman salah satunya yaitu
penggunaan media. Penggunaan media MS dalam kultur jaringan juga sudah banyak
digunakan untuk menginduksi tunas dan kalus jaringan tanaman Jeruk (Cervera et al., 2000
dan Dominguez et al., 2000). Ali dan Mirza (2006) juga menggunakan media MS untuk
menginduksi kalus jaringan daun, batang dan kotiledon dari kecambah Jeruk Lemon
(Citrus jambhiri, Lush) dengan keberhasilan 16-92%. Faktor lain yang juga memengaruhi
pembelahan sel-sel tanaman adalah sumber karbon yang terdapat pada media MS, yaitu
berupa sukrosa. Karbon merupakan komponen penting bagi senyawa-senyawa penyusun
sel seperti karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat. Jika sumber karbon mencukupi
maka komponen-komponen sel ini akan terbentuk cepat, waktu inisiasi tanaman pun akan
lebih cepat sehingga sel akan mempunyai kesempatan untuk membelah lebih optimal
(Ardiana 2009). Pengaruh konsentrasi BAP pada variabel biomassa tanaman disajikan
pada Gambar 8.
22

5.2
Biomassa tanaman (g) 5
4.8
4.6
4.4
4.2
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
Konsentrasi BAP (ppm)

Gambar 8. Biomassa tanaman 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP

Biomassa tanaman 6 MST terberat adalah 5,1g yang dihasilkan pada konsentrasi 4
ppm dan 5 ppm BAP, diduga bahwa respons tanaman terhadap hormon dan zat pengatur
tumbuh sangatlah bervariasi tergantung pada kepekaan organ tersebut. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Triningsih et al. (2013) menyatakan bahwa faktor tunggal
konsentrasi BAP dalam media In vitro memberikan pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan jumlah daun planlet Puar Tenangau pada konsentrasi 4 mg/l BAP. Berat
biomassa tanaman dikarenakan kandungan air yang tinggi terdapat didalam tanaman, berat
basah yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut membelah diri,
memperbanyak diri dan dilanjutkan dengan membesarnya tanaman (Rahayu et al., 2003).
Bertambahnya ukuran suatu tanaman dikarenakan adanya zat pengatur tumbuh yang akan
mengaktifkan pompa proton yang terletak pada membran plasma sehingga menyebabkan
pH pada bagian dinding sel lebih rendah, akibat aktifnya pompa proton dapat memutuskan
ikatan antar serat selulosa dinding sel. Putusnya ikatan hidrogen menyebabkan dinding sel
mudah meregang sehingga tekanan dinding sel akan menurun dan dengan demikian terjadi
pelenturan dinding sel. Keasaman rendah dapat mengaktifkan enzim tertentu pada dinding
sel dapat mendegradasi protein dan polisakarida yang menyebar pada dinding sel yang
lunak dan lentur sehingga pemanjangan sel terjadi (Aslamyah, 2000).
Wardani et al. (2004) menyatakan bahwa plastisitas dan pengembangan dinding sel
didorong oleh pemberian zat pengatur tumbuh, karena zat pengatur tumbuh mengeluarkan
H+ ke dalam dinding sel dan H+ ini menyebabkan pH dinding sel menurun sehingga
terjadi pelonggaran struktur dinding (berarti peningkatan plastisitas) dan terjadi
pertumbuhan. Pelonggaran dinding sel terjadi karena pH yang rendah mengaktifkan enzim
yang mematahkan ikatan-ikatan antara polisakarida pembatas pada dinding sel kemudian
sel akan tumbuh lebih cepat karena adanya kenaikan tekanan turgor (Govinden et, al.,
2009).
23

4.5 Pengaruh NAA terhadap Pertumbuhan Eksplan Kotiledon Jeruk Purut


Konsentrasi NAA berdampak negatif terhadap pertumbuhan eksplan kotiledon
Jeruk Purut pada variabel jumlah daun dan jumlah tunas. Tanpa pemberian NAA
menunjukkan perlakuan terbaik pada jumlah daun dan jumlah tunas, diduga bahwa pada
perlakuan tersebut daun dan tunas tidak terbentuk, namun terbentuk kalus. Pengaruh
konsentrasi NAA terhadap jumlah daun 6 MST disajian pada Gambar 9.

4
3.5
Jumlah daun(helai)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

konsentrasi NAA (ppm)

Gambar 9. Jumlah daun 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA

Jumlah daun terbanyak adalah 3,4 helai yang dihasilkan pada kontrol, diduga
bahwa auksin tunggal banyak digunakan untuk induksi kalus, sehingga jumlah daun tidak
terbentuk. Secara umum penambahan auksin pada konsentrasi tinggi memacu
pembentukan kalus (Thomy, 2012). Auksin berperan dalam pembelahan, pembesaran dan
pemanjangan sel sebagai akibat ion organik dan molekul anorganik masuk ke dalam sel.
Suryowinoto (1996) menyataan bahwa terbentuknya kalus pada eksplan dikarenakan sel-
sel yang kontak dengan medium terdorong menjadi meristematik. Sel-sel yang bersifat
meristematik ini selanjutnya aktif membelah dan memperbanyak diri, namun tidak
terdiferensiasi, sehingga tidak terorganisir dan menjadi seperti jaringan penutup luka.
Konsentrasi auksin tinggi tanpa sitokinin dan dengan sitokinin dengan konsentrasi
rendah, mampu menghasilkan kalus, karena auksin merupakam hormon yang berperan
menginduksi kalus (Santoso dan Nursandi, 2003). Harjadi (2009) menyatakan bahwa
auksin dalam konsentrasi yang tepat sangat berperan aktif dalam proses differensiasi sel.
Pertumbuhan kalus dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang berhubungan langsung
dengan eksplan seperti ketersediaan energi, tempat eksplan tumbuh dan kehadiran zat
pengatur tumbuh terutama auksin dan sitokinin dalam media kultur dengan kesimbangan
tertentu (Sumardi, 1996). Sitokinin sebagai senyawa organik yang dikombinasikan dengan
24

auksin akan mendorong pembelahan sel dan menentukan arah diferensiasi sel tanaman,
jika konsentrasi auksin dalam jaringan tanaman tinggi maka akan membentuk kalus (Intias,
2012). NAA dengan berbagai konsentrasi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah tunas.
Pengaruh konsentrasi NAA eksplan kotiledon Jeruk Purut pada variabel jumlah tunas 6
MST disajikan pada Gambar 10.

3
Jumlah tunas (tunas)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

Konsentrasi NAA (ppm)

Gambar 10. Jumlah tunas 6 MST Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
Konsentrasi NAA yang tinggi akan membatalkan pembentukan jumlah tunas suatu
tanaman, diduga bahwa NAA berfungsi untuk pembentukan kalus dan tanpa auksin tunas
akan tumbuh. Jumlah tunas 6 MST terbaik adalah 2,8 tunas yang dihasilkan pada
Perlakuan kontrol dan 1 ppm NAA. Auksin yang dapat merangsang pembentukan sel,
konsentrasi yang tepat pada tanaman dikotil dapat merangsang kalus (Mahadi et al., 2014).
Jumlah tunas yang terbentuk pada konsentrasi NAA disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Jumlah tunas 6 MST Jeruk Purut dengan berbagai konsentrasi NAA. (11a) jumlah tunas
yang terbentuk tanpa pemberian NAA pada ulangan 3. (11b) jumlah tunas yang terbentuk
pada perlakuan 1 ppm NAA pada ulangan 4.

Konsentrasi NAA memiliki respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan


tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman dan biomassa tanaman. Konsentrasi 4 ppm NAA
merupakan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan biomassa suatu tanaman, hal ini
25

disebabkan oleh kemampuan jaringan dalam menyerap air dan unsur hara berbeda-beda
yaitu kemampuan mengadakan proses difusi, osmosis dan tekanan turgor sel (Sriyanti,
2000). Pengaruh Konsentrasi NAA terhadap pertumbuhan tanaman Jeruk Purut disajikan
pada tabel 7.
Tabel 7. Tinggi Tanaman, Lebar Tajuk Tanaman dan Biomassa Tanaman 6 MST
eksplan Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi NAA
NAA Variabel pengamatan
TT(cm) LTT (cm) BT (cm)
0 ppm 2,5 a 2,3 a 4,9 b
1 ppm 2,4 a 2,3 a 5,0 ab
2 ppm 2,3 b 2,2 b 4,9 ab
3 ppm 2,3 b 2,2 ab 4,8 b
4 ppm 2,2 b 2,2 b 5,3 a
5 ppm 2,3 b 2,2 ab 4,7 b
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada
taraf 5%, TT: Tinggi tanaman, LTT: Lebar Tajuk tanaman, BT: Biomassa tanaman.

Adanya auksin akan mengaktifkan pompa proton yang terletak pada membran
plasma sehingga menyebabkan pH pada bagian dinding sel lebih rendah, akibat aktifnya
pompa proton dapat memutuskan ikatan antar serat selulosa dinding sel. Putusnya ikatan
hidrogen menyebabkan dinding sel mudah meregang sehingga tekanan dinding sel akan
menurun dan dengan demikian terjadi pelenturan dinding sel. Keasaman rendah dapat
mengaktifkan enzim tertentu pada dinding sel dapat mendegradasi protein dan polisakarida
yang menyebar pada dinding sel yang lunak dan lentur sehingga pemanjangan sel terjadi
(Aslamyah, 2000).
Wardani et al. (2004) menyatakan bahwa plastisitas dan pengembangan dinding sel
didorong oleh pemberian auksin, karena auksin mengeluarkan H+ ke dalam dinding sel
dan H+ ini menyebabkan pH dinding sel menurun sehingga terjadi pelonggaran struktur
dinding (berarti peningkatan plastisitas) dan terjadi pertumbuhan. Pelonggaran dinding sel
terjadi karena pH yang rendah mengaktifkan enzim yang mematahkan ikatan-ikatan antara
polisakarida pembatas pada dinding sel kemudian sel akan tumbuh lebih cepat karena
adanya kenaikan tekanan turgor (Govinden et, al., 2009).
26

4.6 Kuantitas Kalus


Penelitian ini terdapat 36 perlakuan yang terdiri dari 2 faktor, fator pertama yaitu
NAA terdiri dari 6 taraf konsentrasi (0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm dan 6
ppm), faktor kedua yaitu BAP terdiri dari 6 taraf konsentrasi (0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm, 5 ppm dan 6 ppm). Berdasarkan hasil pengamatan dengan berbagai
konsentrasi NAA dan BAP terhadap perkembangan eksplan kotiledon Jeruk Purut akan
dipilih 12 perlakuan yang terbentuk kalus.
Perlakuan terbanyak pada skoring (1) terdapat pada perlakuan 1 ppm BAP + 4 ppm
NAA sebanyak 3 botol. Perlakuan terbanyak pada skoring (2) terdapat pada perlakuan 1
ppm BAP + 2 ppm NAA sebanyak 4 botol. Perlakuan terbanyak pada skoring (3) terdapat
pada perlakuan 2 ppm NAA tanpa BAP, 3 ppm NAA tanpa BAP dan 2 ppm BAP + 3 ppm
NAA sebanyak 4 botol. Perlakuan terbanyak pada skoring (4) terdapat pada perlakuan 1
ppm NAA tanpa BAP sebanyak 5 botol. Perlakuan terbanyak pada skoring (5) terdapat
pada perlakuan 4 ppm NAA tanpa BAP sebanyak 8 botol. Data skoring disajikan pada
(Tabel 8), diduga bahwa induksi kalus yang mengombinasikan penggunaan hormon auksin
dan sitokinin dapat memberikan pengaruh baik terhadap pembentukan dan pertumbuhan
kalus serta kandungan bahan metabolit sekunder. Kalus yang bersifat embriogenik yang
dihasilkan dari kombinasi hormon auksin dan sitokinin akan memberikan pengaruh pada
produksi bahan metabolit sekunder (Bienaime et al., 2015).
Tabel 8. Kriteria Eksplan Kotiledon Jeruk Purut yang membentuk kalus

Perlakuan Skoring
(1) (2) (3) (4) (5)
B0N1 0 0 1 5 4
B0N2 0 1 4 3 2
B0N3 0 1 4 2 3
B0N4 0 0 1 1 8
B0N5 0 0 3 3 4
B1N2 2 4 2 1 1
B1N3 0 1 0 3 6
B1N4 3 2 3 1 1
B1N5 0 1 1 2 6
B2N3 0 0 4 1 5
B2N4 1 1 3 2 4
B2N5 0 3 2 2 3
Keterangan : Kriteria skoring : (1) Eksplan tumbuh tapi tidak kalus, (2) Eksplan tumbuh membengakak tapi
tidak ada kalus, (3) Kalus terbentuk < eksplan, (4) Kalus terbentuk = eksplan, (5) Kalus
terbentuk ≥ eksplan. Angka didalam tabel menunjukkan jumlah ulangan setiap perlakuan.
27

Cepat lambatnya muncul kalus dipengaruhi oleh kerja hormon auksin dan sitokinin
endogen dan eksogen yang saling berkorelasi. Indah dan Ermavitalini (2013) juga
menyatakan bahwa penambahan auksin dan sitokinin eksogen akan mengubah konsentrasi
zat pengatur tumbuh endogen sel. Efektifitas zat pengatur tumbuh auksin maupun sitokinin
eksogen bergantung pada konsentrasi hormon endogen dalam jaringan tanaman. Kriteria
kalus disajikan pada (Gambar 12).

Gambar 12. Kriteria kalus pada masing-masing skoring dari eksplan kotiledon Jeruk Purut. (12a) Eksplan
tumbuh tapi tidak kalus. (12b) Eksplan tumbuh membengkak tapi tidak ada kalus. (12c)
Kalus terbentuk < eksplan. (12d) Kalus terbentuk = eksplan. (12e) dan (12f) Kalus terbentuk
> eksplan.

Kalus yang bersifat embriogenik yang dihasilkan dari mengombinasikan


penggunaan ZPT auksin dan sitokinin dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
pembentukan dan pertumbuhan kalus serta akan memberikan pengaruh pada produksi
kandungan bahan metabolit sekunder (Bienaime et al., 2015). Morfologi kalus terbaik
dengan rengking tertinggi pada skor 5 dengan kriteria kalus terbentuk > eksplan terdapat
pada perlakuan 4 ppm NAA tanpa BAP sebanyak 8 botol disajikan pada (Gambar 13).
28

Gambar 13. Kalus terbentuk ≥ eksplan dari eksplan kotiledon Jeruk Purut. (13a) Kalus terbentuk
≥ eksplan terdapat pada konsentrasi 4 ppm NAA tanpa BAP pada ulangan 3. (13b)
Kalus terbentuk ≥ eksplan terdapat pada konsentrasi 4 ppm NAA tanpa BAP pada
ulangan 5.
Mengombinasikan penggunaan hormon auksin dan sitokinin dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap pembentukan dan pertumbuhan kalus serta kandungan bahan
metabolit sekunder. Kalus yang bersifat embriogenik yang dihasilkan dari kombinasi
hormon auksin dan sitokinin akan memberikan pengaruh pada produksi bahan metabolit
sekunder (Bienaime et al., 2015).

4.7 Kualitas Kalus


Salah satu yang menunjukkan kualitas suatu kalus yaitu tekstur. Tekstur kalus
merupakan salah satu penanda yang dipergunakan untuk menilai kualitas suatu kalus.
Tekstur kalus dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: kompak (non friable),
intermediet, dan remah (friable). Jumlah kalus yang bertekstur remah terdapat sebanyak
13,9% dan jumlah kalus yang bertekstur kompak terdapat sebanyak 19,4%. Tekstur kalus
dapat di lihat pada (Gambar 14 dan Gambar 15).

Gambar 14. Kalus yang terbentuk dari eksplan kotiledon yang bertestur remah. (14a) Kalus
bertekstur remah terdapat pada konsentrasi 1 ppm NAA tanpa BAP dengan lebar
kalus sebesar 1,72 cm. (14b) Kalus bertekstur remah terdapat pada konsentrasi 1
ppm NAA tanpa BAP dengan lebar kalus sebesar 1,91 cm. (14c) Kalus bertekstur
remah terdapat pada konsentrasi 4 ppm NAA tanpa BAP dengan lebar kalus
sebesar 2 cm.
29

Kalus dengan tekstur remah dihasilkan pada perlakuan 1 ppm NAA tanpa BAP
dengan lebar kalus sebesar 1,72 cm berwarna Putih Kekuningan dan 5 ppm NAA tanpa
BAP dengan lebar kalus sebesar 2 cm berwarna Putih Kehijauan (Lampiran 6). Kalus
dipacu oleh adanya hormon auksin endogen yang diproduksi secara internal oleh eksplan
yang telah tumbuh membentuk kalus. Tekstur kalus remah sangat berkorelasi dengan
kecepatan daya tumbuh kalus sehingga produksi metabolit sekunder tertentu yang ingin
diperoleh lebih cepat dicapai. Untuk mendapatkan kalus yang embriogenik, kita dapat
melakukan subkultur secara berulang sehingga akan didapat kalus yang memiliki struktur
yang lebih remah (Kristina, 2008). Wardani et al. (2004) menyatakan bahwa perubahan
warna kalus menjadi putih kehijauan, pada sel kalus sudah mulai terbentuk klorofil sebagai
reaksi pencahayaan sehingga kloroplas melakukan fotosintesis. Sel kalus yang
embriogenik mempunyai ciri-ciri tekstur kalus yang remah dan mudah terurai, warna kalus
putih hingga kuning, tidak mudah terjadinya oksidasi zat fenolik sehingga sel nya mudah
berkembang biak (Mahadi, 2012). Sejalan dengan penelitian Mahadi et al. (2016) untuk
kalus yang remah memiliki kecepatan daya tumbuh kalus dan pembelahan sel yang lebih
cepat, hal ini sangat sesuai untuk dijadikan kultur suspense sel untuk memproduksi bahan
metabolit sekunder (Mahadi et al., 2016).
Kalus yang bersifat embriogenik yang dihasilkan dari kombinasi hormon auksin
dan sitokinin akan memberikan pengaruh pada produksi bahan metabolit sekunder. Agar
kalus dapat digunakan sebagai bahan awal suspensi adalah sel kalus yang embriogenik
mempunyai ciri-ciri tekstur kalus remah dan mudah terurai, warna kalus putih hingga
kuning, tidak mudah terjadi oksidasi zat fenolik, dan sel-selnya mudah berkembang biak
(Mahadi, 2012). Selain itu kalus yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dan dalam
pertumbuhannya kalus tersebut memperlihatkan perubahan warna menjadi kuning muda,
hal ini sesuai dengan pernyataan Mahadi et al. (2014) warna kalus dapat memperlihatkan
baik tidaknya pertumbuhan kalus, pigmen putih, dan kuning pada kalus menunjukkan
bahwa pertumbuhan kalus tersebut baik. Kalus dapat digunakan sebagai bahan awal kultur
suspensi adalah sel kalus yang embriogenik mempunyai ciri-ciri tekstur kalus remah dan
mudah terurai, warna kalus putih kekuningan, tidak mudah terjadi oksidasi zat fenolik, dan
sel-selnya mudah berkembang biak (Mahadi, 2012).
Pada perlakuan 4 ppm NAA tanpa BAP memiliki tekstur yang remah dan
berwarna putih kecoklatan. Warna kecokelatan pada kalus akibat adanya metabolisme
senyawa fenol bersifat toksik, yang sering terangsang akibat proses sterilisasi eksplan,
30

yang menghambat pertumbuhan atau bahkan menyebabkan kematian jaringan (Yusnita,


2003).
Tekstur kalus remah berwarna putih bening, putih kekuningan dan putih kehijauan
akan terbentuk embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik merupakan suatu proses
diferensiasi meristem bipolar yang berupa bakal tunas dan akar, terbentuk dua meristem
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman utuh. Embriogenesis somatik diperbanyak
untuk produksi batang bawah, hal ini diduga bahwa tanaman yang berasal dari
perkembangan embriogenesis somatik memiliki akar tunggang. Pertumbuhan dan
perkembangan embrio berlangsung secara bertahap melalui proses yang identik dengan
embriogenesis zigotik. Embriogenesis zigotik yaitu terbentuknya struktur bipolar melalui
tahapan bulat (globular), jantung (heart), torpedo dan akhirnya berkecambah menjadi
planlet (Manuhara, 2014). Tekstur kalus kompak (non friable) juga merupakan hasil dari
penelitian ini. Tekstur kalus kompak (non friable) merupakan kalus yang tersusun atas sel-
sel berbentuk nodular, dengan struktur yang padat dan mengandung cukup banyak air
(Manuhara, 2001).

Gambar 15. Kalus yang terbentuk dari eksplan kotiledon yang bertestur kompak. (15a) Kalus yang
terbentuk bertekstur kompak pada konsentrasi 1 ppm BAP + 3 ppm NAA dengan lebar
kalus sebesar 1,72 cm. (15b) Kalus yang terbentuk bertekstur kompak pada konsentrasi 2
ppm BAP + 3 ppm NAA dengan lebar kalus sebesar 1,36 cm. (15c) Kalus yang terbentuk
bertekstur kompak pada konsentrasi 1 ppm BAP + 5 ppm NAA dengan lebar kalus sebesar
1,72 cm.

Kalus dengan tekstur kompak dihasilkan pada perlakuan 1 ppm BAP + 3 ppm NAA
dengan lebar kalus sebesar 1,72 cm, 2 ppm BAP + 3 ppm NAA dengan lebar kalus sebesar
1,36 dan 2 ppm BAP + 5 ppm NAA dengan lebar kalus sebesar 1,72 cm (Lampiran 6),
dipacu oleh adanya hormon auksin endogen yang diproduksi secara internal oleh eksplan
yang telah tumbuh membentuk kalus. Kalus bertekstur kompak disebabkan adanya
perbedaan kemampuan jaringan tanaman dalam menyerap unsur hara dan zat pengatur
tumbuh dalam media inisiasi (Ibrahim, 2010). Kalus yang bertekstur kompak mempunyai
tekstur yang sulit untuk dipisahkan dan terlihat padat (Fitriani, 2008). Tekstur kompak
31

disebabkan karena terjadinya pembentukan lignifikasi sehingga kalus menjadi keras yang
merupakan efek ZPT yang berperan dalam transport zat hara (Mahadi et al., 2016).
Kalus dengan tekstur kompak berwarna hijau dan kuning, akan terbentuk
organogenesis. Organogenesis merupakan suatu proses diferensiasi yang bersifat unipolar,
dalam perkembangannya eksplan akan terbentuk ujung tunas (shoot tip) yang akan menjadi
tunas atau akar (root tip). Organogenesis diperbanyak untuk produksi batang atas
(Manuhara, 2014).

4.8 Jumlah Akar


Secara umum pada penelitian ini terdapat 36 perlakuan yang terdiri dari 2 faktor,
fator pertama yaitu NAA terdiri dari 6 taraf konsentrasi (0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4
ppm, 5 ppm dan 6 ppm), faktor kedua yaitu BAP terdiri dari 6 taraf konsentrasi (0 ppm, 1
ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm dan 6 ppm). Berdasarkan hasil pengamatan dengan
berbagai konsentrasi NAA dan BAP terhadap perkembangan eksplan kotiledon Jeruk Purut
akan dipilih 5 perlakuan yang terbentuk akar.
Perlakuan NAA tanpa BAP cenderung memberikan pengaruh terhadap jumlah
akar. Jumlah akar terpanjang terdapat pada perlakuan 3 ppm NAA tanpa BAP, data secara
rinci disajikan pada (Gambar 16).

6.0
5.0
Jumlah akar

4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
B0N1 B0N2 B0N3 B0N4 B0N5 B1N2 B1N3 B1N4 B1N5 B2N3 B2N4 B2N5
Perlakuan
Gambar 16. Jumlah akar 6 MST eksplan kotiledon Jeruk Purut pada berbagai konsentrasi BAP dan NAA

Jumlah akar 6 MST terbanyak adalah 5,5 buah dengan panjang 7cm yang
dihasilkan oleh konsentrasi 3 ppm NAA tanpa BAP, hal ini menunjukkan bahwa pada
perlakuan 3 ppm NAA tanpa BAP mampu tumbuh optimal, namun pada konsentrasi
lainnya memiliki penurunan Jumlah akar. Penurunan Jumlah akar pada semua perlakuan
yang diuji, diduga bahwa fungsi dari Auksin itu sendiri umumnya berpengaruh terhadap
pemanjangan sel, pembentukan kalus dan akar adventif serta menghambat pembentukan
tunas aksilar (Pierik, 1997). Penelitian ini sama dengan penelitian Wijayanti et al., (2015)
32

pada perlakuan sukrosa 1% + 1 mg/l NAA cenderung memicu pembentukkan akar lebih
cepat yaitu 11,5 HST pada ekplan Jeruk Siam . Hutapea (2013) menyatakan bahwa pada
media ½ MS + 1 mg/l NAA mampu menghasilkan akar tercepat pada Jeruk Siam yaitu
11,2 HST. Morfologi akar terbanyak dan tidak terbentuk akar disajikan pada (Gambar 17).

Gambar 17. Morfologi jumlah akar terbanyak dan tidak terbentuk akar. (17a) Akar terbanyak dan
terpanjang terdapat pada konsentrasi 3 ppm NAA tanpa BAP dan (17b) Perlakuan yang tidak
terbentuk akar terdapat pada perlakuan 1 ppm BAP + 3 ppm NAA

Penelitian ini sama dengan penelitian Wijayanti et al. (2015) perlakuan kombinasi
terbaik dengan pemberian sukrosa 3% + 0,5 mg/l NAA dan ½ MS menghasilkan akar
terpanjang yaitu 2,31 cm. Hutapea (2013) menyebutkan pada konsentrasi sukrosa 3% + 0,5
mg/l NAA mampu menghasilkan akar Citrus nobilis lour sepanjang 2,16 cm.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terjadi interaksi konsentrasi NAA dan BAP pada variabel tinggi tanaman yang
dihasilkan oleh konsentrasi 2 ppm BAP + 1 ppm NAA dan 3 ppm BAP + 2 ppm
NAA sebesar 2,9 cm.
2. Konsentrasi BAP tunggal terbaik terdapat pada variabel pengamatan pertumbuhan
jumlah daun, jumlah tunas, tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman,biomassa tanaman.
Konsentrasi 2 ppm BAP tanpa NAA merupakan perlakuan terbaik untuk jumlah daun
dan konsentrasi 5 ppm BAP tanpa NAA merupakan konsentrasi terbaik untuk jumlah
tunas.
3. Konsentrasi NAA tunggal terbaik terdapat pada variabel pengamatan pertumbuhan
jumlah akar, kualitas dan kuantitas suatu kalus, namun berpengaruh negatif terhadap
variabel pengamatan pertumbuhan jumlah daun, jumlah tunas, tinggi tanaman, lebar
tajuk tanaman,biomassa tanaman. Konsentrasi 4 ppm NAA merupakan konsentrasi
terbaik untuk pertumbuhan biomassa tanaman.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan perlakuan yang lebih
bervariasi dan bahan-bahan ekonomis pada kisaran taraf konsentrasi yang lebih
bervariasi.
2. Apabila ingin melakukan perbanyakan batang atas, sebaiknya menggunakan kalus
bertekstur kompak, hal ini diduga bahwa organogenesis diperbanyak untuk
produksi batang atas.
3. Apabila ingin melakukan perbanyakan batang bawah, sebaiknya menggunakan
kalus yang bertekstur remah, hal ini diduga bahwa kalus bertekstur remah terbentuk
embriogenesis somatik, dimana perkembangan embriogenesis somatik memiliki
akar tunggang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, R., 2014. Modifikasi unsur hara makro untuk peningkatan keragaan plantlet Stevia
rebaudiana dalam kultur In vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ardiana, D.W., 2009. Teknik Pemberian Benzyl Amino Purin untuk Memacu
Pertumbuhan Kalus dan Tunas pada Kotiledon Melon (Cucumis melo L.). Buletin
Teknik Pertanian. 14(2): 50 53.
Cahyati, S., Mayta, N.I., Wahyu, L., 2016. Induksi Tunas dari Eksplan Kotiledon dan
Epikotil In vitro Jeruk Siam (Citrus nobilis lour.) Asal Kampar pada Media MS.
Jurnal Riau Biologia 1 (5): 31-38
Chanthaphon, S., Chanthachum, S., Hongpattarakere, T., 2008. Antimicrobial activities of
essential oils and crude extracts from tropical Citrus spp. against food-related
microorganisms. Songklanarin Journal of Science and Technology. 30(1): 125–
131.
Dejam, M., Khosh-khui., Shekafandeh., 2006. Adventitious Bud Induction and Plant
Regeneration in Epicotyl Segments of Bakrai (Citrus reticulate Blanco x C.
limetta Swing.). International Journal of Agricultural Research 1(1): 14-19.
Devy, N.F., Sugiyanto, A., Yulianti, F., 2016. Daya tumbuh tanaman jeruk kalamondin
hasil perbanyakan via somatik embriogenesis In vitro pada batang bawah JC.
Jurnal. Hortikultura. 21, 214–224.
Fereol, L., Chovelon, V., Causse, S.I., Michary-Ferriere, N., Kahane., 2002. Evidence of
Somatic Embryogenesis Processfor Plant Regeneration in Garlic (Allium sativum
L.). Plant Cell Reports. 21: 197-203.
Fitriani, H., 2008. Kajian Konsentrasi BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tanaman
Artemisia annua L. secara In Vitro. Skripsi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Franch, J.P., Oglesby., Zielinski., 1984. Plant Regeneration from Embryo Derived Tissue
Cultures of Soy Beans. In vitro Cellular and Developmental Biology 21 (11): 653-
658.
Gardner, P.F., Pearce, B.R., Mitchell, L.R., 1991. fisiologi tanaman budidaya. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia.
George, L. E ., and Sherrington., 1984. Plant propagation by tissue culture. Hand Book and
Directory of Commersial Laboratory Exegetics Ltd. Eversly, Basingtoke.
England. 341 pp.
Hafizhah, L.S., 2011. Kultur Embri Jeruk Keprok (Citrus nobilis lour) pada Media MS
dengan Perlakuan BAP. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Departemen
Biologi Faultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Harliana., Weaniati.,Muslimin dan Nengah S., 2012. Organogenesis tanaman jeruk keprok
(Citrus nobilis Lour.) Secara In vitro pada media ms dengan
Penambahanberbagai konsentrasi IAA (Indole Acetid Acid) dan BAP (Benzyl
Amino Purin). Jurnal Natural Science.
Hendaryono, D.P.S., Wijayani, A., 2012. Teknik Kultur Jaringan: Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta(ID):
Kanisius.

34
35

Holland, D., Abied, M.A., Nachman, S., Saad, S., 1995. Cotyledon Detachment Inhibits
Development but does not Affect Precocious Flowering of 'Duncan' Grapefruit.
Plant Cell, Tissue and Organ Culture 41: 79-82.
Hutapea, E.O., 2013. Induksi Akar pada Tunas In vitro Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.)
asal Kampar dengan Pemberian NAA. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Riau.
Ibrahim., 2010. Pengaruh umur eksplan terhadap keberhasilan pembentukan kalus
embriogenik pada kultur meristem jahe (Zingiber officinale Rosc) : 37-42.
Imran., 2005. Inisiasi Tunas Tanaman Panili (Vanila planifolia Andrews) pada Berbagai
Konsentrasi BAP secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Tadulako. Palu.
Indah, Nur Putri dan Ermavitalini, Dini., 2013. Induksi Daun Nyamplung (Calophyllum
inophyllum Linn.) Pada Beberapa Kombinasi Konsentrasi 6-Benzylaminopurine
(BAP) dan 2,4Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4D). Jurnal Sains dan Seni Pomits.
2 (1) ; 2337-3520
Intias, S., 2012. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi 2,4-D Dan BAP Terhadap
Pembentukan Kalus Purwoceng (Pimpinella pruadjan) Secara In- Vitro. Skripsi.
Fakultas pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Khasanah, L.U., Kawiji K., Utami R., Aji Y.M., 2015. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan
Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC).
Jurnal. Aplikasi. Teknologi. Pangan 4.
Kristina, N.N., 2008. Multiplikasi Tunas dan aklimatisasi Pegagan (Centella asiatica)
periode kultur lima tahun. Jurnal Littri. 14(1): 30 35.
Lambardo, G., Alessandro, R., Scialabba, A., Sciandra, M., Pasquale, F., 2011. Direct
Organogenesis from Cotyledons in Cultivars of Citrus clementina Hort. ExTan.
American Jurnal of Plant Sciences 2: 237-244.
Madhulatha, P., M. Anbalagan, S. Jayachandran, and N. Sakthivel., 2004. Influence of
liquid pulse treatment with growth regulators on In vitro propagation of banana
(Musa spp. AAA). Plant Cell Tiss. Org. Cult. 76:189192.
Mahadi, I., 2012. Induksi Kalus Kenerak (Goniothalamus umbrosus) berdasarkan jenis
eksplan menggunakan metode In Vitro. Jurnal Agroteknologi Tropika. 1(1):
18 22.
Mahadi, I., Wulandari, S., Omar, A., 2014. Pengaruh Naftalen Acetyl Acid (NAA) dan
Benzyl Amino Purin (BAP) Terhadap Pembentukan Kalus Tanaman Rosella
(Hibiscus Sabdariffa) sebagai Sumber Belajar Konsep Bioteknologi Bagi Siswa
SMA. Jurnal Biogenesis. 11(1): 1 7.
Mahadi, I., Syafi’i, W., Sari, Y., 2016. Induksi kalus jeruk kasturi (Citrus microcarpa)
menggunakan hormon 2,4-D dan BAP dengan metode in vitro. JIPI. 21 (2): 84-89.
Maryani, Y., Zamroni., 2005. Penggandaan Tunas Krisan Melalui Kultur Jaringan. Ilmu
Pertanian. 12(1) 51-55.
Mashud, N., 2013. Efe Zat Pengatur Tumbuh BAP Terhadap Pertumbuhan Planlet Kelapa
Genjah Kopyor Dari Kecambah Yang Dibelah. Balai Penelitian Tanaman Palma
36

Miftahendrawati., 2014. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans (In vitro). Skripsi. Fakultas Kedokteran
Gigi. Universitas Hasanudin. Makasar.
Nursetiadi, E., 2008. Kajian macam media dan konsentrasi BAP terhadap multiplikasi
tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) Secara In vitro. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Bioteknologi 13 (2) : 63-72
Nursetiadi, E., 2016. Kajian macam media dan konsentrasi BAP terhadap multiplikasi
tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) Secara In vitro. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Bioteknologi 13 (2) : 63-72
Oliveira, MLPDO., Marcio, GCC., Crislene, VDS., Wagner, CO., 2010. Growth
Regulators, Culture Mediaand Antibiotics in the In Vitro Bud Regeneration from
Mature of Citrus Cultivars. Pesq. Agropec.Bras. 45. (7):654-660.
Purba, L., Siti, F., dan Wahyu, L., 2012. Induksi Tunas Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.)
Asal Kampar Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Lamtiur Purba
Secara In vitro. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.Universitas Riau
Rahman, I.B., Purwoko, Dewi., 2008. Perbanyakan Jeruk Besar Citrus Maxima (Burm)
Merr, Kultivar Cikoneng Dengan Eksplan Kotiledon Dan Epikotil. Makalah
Seminar Departemen Agronomi Dan Hortikultura. Fakultar pertanian IPB. Bogor.
Rahmi, I., Suliansyah, I., Bustamam, T., 2010. Pengaruh pemberian beberapa konsentrasi
BAP dan NAA terhadap multiplikasi tunas pucuk Jeruk Kanci (Citrus sp.) secara
in vitro. Jerami 3, 210–219.
Rahayu, B., Solichatun, A., 2003. Pengaruh asam 2,4-D terhadap pembentukan dan
pertumbuhan kalus serta kandungan flavonoid kultur kalus Acalypha indica L.
Biofarmasi 1(1): 1-6.
Rahayu, M.S., 1993. Pengaruh media, auksin, dan sitokinin terhadap perbanyakan,
perbanyakan tunas jeruk Troyer Citrange secara in vitro. Dalam Seminar Program
Pascasarjana IPB. Bogor. 74 hal
Ramkrishna, N., Khawale., Singh., 2005. In vitro edventitive embryonic in citrus: A
technique for citrus gerlmplasm exchange. Current science. New delhi india.
Rasud, Y., Sri Ulfa., dan Baharia., 2015. Pertumbuhan Jeruk Manis (Citrus sinensis L.)
Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Sitokinin Secara In vitro. Program
Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Mujahidin Tolitoli. Jurnal
Agroland 22 (3) : 197-204
Rohmawati, S., Siti, F., Mayta, N.I., 2015. Multiplikasi Tunas In vitro dari Eksplan Nodus
Jeruk Siam (Citrus nobilis L.) Asal Kampar dengan Penambahan
Benzylaminopurine (BAP) dan Ekstra Malt. Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Kampus Binawidya Pekanbaru,
28293, Indonesia.
Roostika, I., N. Sunarlim dan I. Mariska., 2005. Mikropropagasi tanaman manggis
(Garcinia mangostana). Jurnal Agrobiogen. 1:20-25.
Salisbury, F., Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung. Penerbit ITB Bandung.
Samanhudi., 2007. Perbanyakan Cepat Jeruk Keprok Tawangmangu Secara In vitro Untuk
Mendukung Pengembangan Agribisnis Jeruk di Indonesia. Jurusan/Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian UNS
37

Sandra, E., 2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB Press
Santoso, U. dan Nursandi., 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhamadiah
Malang Press. Malang.
Sarma, C., Borthakur, A., Singh, S., Modi, M.K., Sen, P., 2011. Efficient In vitro Plant
Regeneration from Cotyledonary Explants of Citrus reticulata L. Blanco.
Scholars Research 2(6): 341-348.
Singh, U., Jambunathan, R., Saxena, N.P., 1981. Changes in Carbohydrates, Amino Acids
and Proteins in Developing Seed of Chickpea. Phytochemistry 20: 373–378
Suryowinoto, M., 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Yogyakarta : Kanisius.
Thomy, Z., 2012. Effect of Plant Growth Regulator 2,4-D and BAP on callus Growth of
Plants Producing Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Prasiding Seminar Hasil
Nasional Biologi. Bengkulu , 21 Februari 2019
Wahyuningtiyas, L., Ruri Siti Resmisari., Nashichuddin., 2014. Induksi Kalus Akasia
(Acacia mangium) dengan Penambahan Kombinasi 2,4 D dan BAP pada Media
MS. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Wardani, D.P., Solichatun, Setyawan, A.D., 2004. Pertumbuhan dan Produksi Saponin
Kultur Kalus Talinum paniculatum Gaertn Pada Variasi Penambahan Asam 2,4-
Diklorofenoksi Asetat (2,4-D) dan Kinetin. Biofarmasi. 2(1): 35 43.
Widiastoety, D., A. Santi dan N., Solvia., 2012. Pengaruh Myoinositol dan Arang Aktif
terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobiumdalam Kultur In Vitro. J.
Hort. 22(3): 205.
Wattimena, G.A., Wiendi dan Prasetyanti., 1996. Perbanyakan In vitro tanaman bawang
putih (Allium sativum l.) Lumbu Putih melalui tunas adventif. Buletin Agronomi.
24(1):15-20.
Wattimena, G.A., Wiendi dan Prasetyanti., 1992. Perbanyakan In vitro tanaman bawang
putih (Allium sativum l.) Lumbu Putih melalui tunas adventif. Buletin Agronomi.
24(1):15-20.
Wijayanti, I., Mayta, N.I., Wahyu, L., 2015. Induksi akar Jeruk Siam asal kampar
(Citrus nobilis lour.) Dari tunas In vitro dengan berbagai kombinasi sukrosa
Dan naa pada media ½ murashige and skoog. Universitas BinaWidya. Pekan
baru.
Yelnititis, N., Bermawie dan Syafaruddin, 1999. Perbanyakan klon Lada Varietas Panniyur
secara In Vitro. Jurnal penelitian Tanaman Industri. 5 (3) : 109-114.
Yunita, R., Ika, M., dan Christiani, T., 2013. Perbanyakan Tanaman Jambu Mete
(Anacardium occidentale L.) Melalui Jalur Organogenesis. Jakarta: Jurnal
Agrobiogen 8 (3):113-119
Yusnita., 2003. Kultur Jaringan Cara memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
Yuwono, S.S., 2016. Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C): Diambil dari:
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2016/02/jeruk-purut-citrus-hystrix-d-c/.(08 Februari
2018)
Zulkarnain, H., 2009. Kultur jaringan tanaman. Bumi Aksara Jakarta.
38

LAMPIRAN

L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Komposisi yang terkandung dalam Media MS folder

Kebutuhan Kebutuhan Yang di pipet


Stok Bahan kimia Kepekatan
(mg/L) (mg/L) untuk 250 ml
A NH4NO3 1650 50 82500 5
B KNO3 1900 50 95000 5
C CaCl2. 2H2O 440 100 44000 2.5
MgSO4.7H2O 370 100 37000 2.5
D
KH2PO4 170 100 17000 2.5
FeSO4.7H2O 28 200 5600 1.25
E
Na2EDTA 37.3 200 7460 1.25

MnSO4. 4H2O 22.3 500 11150 0.5

ZnSO4. 7H2O 8.6 500 4300 0.5


H3BO3 6.2 500 3100 0.5
Kl 0.83 500 415 0.5
F
Na2MoO4.2H2
0.25 500 125 0.5
O
CoCls2. 6H2O 0.025 500 12.5 0.5
CuSO4. 5H20 0.025 500 12.5 0.5
G Myo Inositol 100 100 10000 2.5
Thiamin 0.1 1000 100 0.25
Nikotinik Acid 0.5 1000 500 0.25
H
Piridoksin 0.5 1000 500 0.25
Glycine 2 1000 2000 0.25

Sumber : Zulkarnain, 2009

39
Lampiran 2. Denah Percobaan
R1 R2
N1B2 N0B2 N1B0 N0B0 N4B2 N3B3 N0B2 N1B4

N4B5 N3B3
N0B1 N4B1 N1B3 N0B1 N5B1 N4B1 N3B4

N2B0 N3B4 N0B5 N2B1 N1B2 N2B1 N1B5 N4B0

N5B3 N5B4 N3B1 N3B5 N0B5 N0B4 N2B5 N5B0

N5B1 N2B3 N4B2 N4B0 N3B2 N4B2 N0B0 N1B2

N0B0 N5B5 N2B0 N3B2 N5B4 N1B1 N2B1 N0B2

N2B4 N3B2 N5B0 N4B4 N5B2 N0B0 N3B2 N3B3

N0B4 N0B3 N1B5 N1B1 N1B1 N3B1 N3B0 N2B2

N3B0 N2B5 N4B3 N5B2 N5B3 N4B5 N2B3 N5B2

N2B2 N3B4 N5B5 N1B4 N3B5 N5B4 N2B4 N1B3

N5B1 N3B5 N5B5 N2B4 N4B4 N0B3 N4B3 N1B0

N3B1 N1B0 N0B3 N4B4 N3B4 N0B2 N5B4 N3B1

N2B5 N4B0 N1B1 N0B4 N5B1 N4B3 N0B1 N4B0

N2B3 N5B3 N0B1 N4B5 N1B3 N4B1 N3B0 N4B4

N2B5 N2B2 N1B0 N2B2 N5B5 N2B0 N2B4 N0B4

N0B3 N4B0 N1B3 N4B5 N0B3 N0B5 N3B2 N1B2

N3B4 N2B1 N1B4 N5B2 N1B5 N3B3 N4B1 N1B3

N3B5 N3B3 N1B2 N5B0 N0B5 N2B0 N4B3 N0B2

N0B0 N5B0 N2B3 N3B5 N5B0 N5B5 N3B1 N5B2

N5B3 N4B3 N4B1 N4B2 N4B2 N1B1 N3B0 N1B4

40
41

R5 R6
N4B5 N4B4 N1B5 N2B2 N5B1 N2B3 N3B5 N2B0
``
N5B1 N0B5 N2B1 N1B0 N0B5 N4B4 N4B3 N4B0
N2B0 5
N3B0 N0B4 N2B4 N1B4 N0B4 N5B3 N0B1

N1B2 N2B3 N1B4 N2B5 N0B0 N5B2 N5B5 N3B2

N3B4 N0B0 N5B2 N3B2 N3B0 N4B5 N1B4 N1B2

N3B0 N5B5 N1B3 N0B2 N2B1 N2B0 N4B2 N3B3

N4B2 N4B5 N1B1 N1B5 N3B5 N2B2 N0B2 N2B5

N3B1 N2B1 N0B3 N5B4 N1B5 N0B4 N4B1 N3B4

N2B5 N1B0 N2B2 N3B3 N4B4 N4B3 N1B3 N0B3

N2B4 N4B1 N5B0 N0B1 N1B1 N1B0 N2B4 N3B1

R7 R8
N5B3 N5B4 N2B3 N5B0 N5B3 N2B0 N5B0 N5B1

N5B1 N0B5 N4B0 N1B2 N1B2 N5B2 N3B4 N4B2

N0B2 N3B2 N4B3 N0B0 N2B5 N5B0 N1B3 N0B2

N0B3 N5B2 N4B2 N0B5 N0B0 N1B4 N2B2 N3B1

N1B1 N1B5 N2B5 N3B3 N3B2 N3B3 N4B0 N2B4

N3B1 N3B4 N1B4 N2B3 N4B5 N5B4 N5B5 N4B4

N2B2 N0B1 N4B1 N4B4 N0B1 N0B5 N1B1 N3B5

N4B3 N5B3 N1B3 N1B0 N2B1 N2B3 N3B0 N4B1

N2B2 N1B0 N1B2 N4B0 N3B5 N0B4 N2B1 N2B0

N4B4 N1B4 N3B3 N0B3 N3B0 N2B4 N1B5 N4B3


42

R9
N0B2 N1B2 N5B2 N1B2

N4B5 N0B2 N5B5 N3B2

N0B5 N1B2 N2B2 N3B2

N2B1 N3B0 N5B4 N0B4

N0B0 N1B1 N1B5 N4B4

N3B1 N3B4 N4B2 N4B0

N5B0 N5B1 N2B3 N3B5

N3B3 N4B1 N4B3 N5B3

N1B4 N0B3 N2B4 N1B0

N2B0 N2B5 N1B3 N1B2


Lampiran 3. Perhitungan ZPT yang Dipipet
1. BAP 1 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 1 ppm . 1000 ml
1 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 10 ml
2. BAP 2 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 2 ppm . 1000 ml
2 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 20 ml
3. BAP 3 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 3 ppm . 1000 ml
3 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 30 ml
4. BAP 4 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 4 ppm . 1000 ml
4 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 40 ml
5. BAP 5 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 5 ppm . 1000 ml
5 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 50 ml
6. NAA 1 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 1 ppm . 1000 ml
1 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 10 ml

43
44

1. NAA 2 ppm = N1.V1 = N2.V2


= 100 ppm . V1 = 2 ppm . 1000 ml
2 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 20 ml
2. NAA 3 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 3 ppm . 1000 ml
3 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 30 ml
3. NAA 4 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 4 ppm . 1000 ml
4 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 40 ml
4. NAA 5 ppm = N1.V1 = N2.V2
= 100 ppm . V1 = 5 ppm . 1000 ml
5 ppm .1000 ml
V1 = 100 ppm
V1 = 50 ml
Lampiran 4. Analisis Ragam eksplan Kotiledon Jeruk Purut
1. Jumlah daun M1(setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 10.67300926 2.1346019 5.8857348 .0000 ***
NAA 5 9.63638556 1.9272771 5.3140786 .0001 ***
Interasi 25 35.71371761 1.4285487 3.9389354 .0000 ***
Galat 180 65.28128571 0.3626738
Total 215 121.3043981
Koefisien keragaman= 33.362502%

2. Jumlah daun M2 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 27.31967593 5.4639352 21.753465 .0000 ***
NAA 5 24.49771717 4.8995434 19.506462 .0000 ***
Interasi 25 27.36654473 1.0946618 4.3581569 .0000 ***
Galat 180 45.21157143 0.2511754
Total 215 124.3955093
Koefisien keragaman= 22.417392%

3. Jumlah daun M3 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 20.60925926 4.1218519 19.720232 .0000 ***
NAA 5 25.80425268 5.1608505 24.691127 .0000 ***
Interasi 25 19.01168382 0.7604674 3.6383142 .0000 ***
Galat 180 37.62295238 0.2090164
Total 215 103.0481481
Koefisien keragaman= 18.604287%

4. Jumlah daun M4 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 26.5787037 5.3157407 28.333347 .0000 ***
NAA 5 28.64540246 5.7290805 30.536483 .0000 ***
Interasi 25 15.30013723 0.6120055 3.262041 .0000 ***
Galat 180 33.77057143 0.1876143
Total 215 104.2948148
Koefisien keragaman= 16.827202%

45
46

5. Jumlah daun M5 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 28.1837037 5.6367407 28.68385 .0000 ***
NAA 5 34.80900727 6.9618015 35.426726 .0000 ***
Interasi 25 14.47870702 0.5791483 2.947129 .0000 ***
Galat 180 35.37228571 0.1965127
Total 215 112.8437037
Koefisien keragaman= 16.646778%

6. Jumlah daun M6 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 25.23277778 5.0465556 24.769979 .0000 ***
NAA 5 36.65650354 7.3313007 35.98418 .0000 ***
Interasi 25 18.89809963 0.755924 3.7102972 .0000 ***
Galat 180 36.67261905 0.2037368
Total 215 117.46
Koefisien keragaman= 16.314654%

7. Jumlah Tunas M1 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 14.77930556 2.9558611 25.096258 .0000 ***
NAA 5 7.063096077 1.4126192 11.993613 .0000 ***
Interasi 25 18.37661027 0.7350644 6.2409447 .0000 ***
Galat 180 21.20057143 0.117781
Total 215 61.41958333
Koefisien keragaman= 18.537018%

8. Jumlah Tunas M2 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 20.6624537 4.1324907 37.492086 .0000 ***
NAA 5 16.48725326 3.2974507 29.916172 .0000 ***
Interasi 25 20.16454833 0.8065819 7.3177269 .0000 ***
Galat 180 19.84014286 0.110223
Total 215 77.15439815
Koefisien keragaman= 16.353861%
47

9. Jumlah Tunas M3 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 22.89912037 4.5798241 38.392713 .0000 ***
NAA 5 11.40215188 2.2804304 19.116872 .0000 ***
Interasi 25 14.70890367 0.5883561 4.9321957 .0000 ***
Galat 180 21.472 0.1192889
Total 215 70.48217593
Koefisien keragaman= 15.480922%

10. Jumlah Tunas M4 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 29.29708333 5.8594167 42.427251 .0000 ***
NAA 5 11.90624295 2.3812486 17.242302 .0000 ***
Interasi 25 18.91735229 0.7566941 5.4791206 .0000 ***
Galat 180 24.85890476 0.138105
Total 215 84.97958333
Koefisien keragaman= 15.529303%

11. Jumlah Tunas M5 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 29.86703704 5.9734074 38.948135 .0000 ***
NAA 5 13.65063671 2.7301273 17.801124 .0000 ***
Interasi 25 19.23141091 0.7692564 5.0157475 .0000 ***
Galat 180 27.60628571 0.1533683
Total 215 90.35537037
Koefisien keragaman= 15.954447%

12. Jumlah Tunas M6 (setelah di transformasi √ X + 1)

Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 27.86703704 5.5734074 32.669851 .0000 ***
NAA 5 18.69585166 3.7391703 21.918035 .0000 ***
Interasi 25 17.06875151 0.6827501 4.0021016 .0000 ***
Galat 180 30.70761905 0.1705979
Total 215 94.33925926
Koefisien keragaman= 16.50917%
48

13. Tinggi tanaman(setelah di transformasi √ X + 1)


Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 2.255787037 0.4511574 8.6029249 .0000 ***
NAA 5 1.564314254 0.3128629 5.965846 .0000 ***
Interasi 13 3.185788921 0.1274316 2.4299371 .0004 ***
Galat 180 9.439619048 0.0524423
Total 125 16.44550926
Koefisien keragaman= 9.59919%

14. Lebar tajuk tanaman (setelah di transformasi √ X + 1)


Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 0.670925926 0.1341852 2.3429799 .0433 *
NAA 5 0.694537622 0.1389075 2.4254357 .0371 *
Interasi 25 2.389986188 0.0955994 1.6692423 .0301 *
Galat 180 10.30880952 0.0572712
Total 215 14.06425926
Koefisien keragaman= 10.527864%

15. Biomassa tanaman (setelah di transformasi √ X + 1)


Sumber Db JK KT F hit P
keragaman
BAP 5 6.580555556 1.3161111 2.6599049 .0240 *
NAA 5 5.886666667 1.1773333 2.3794304 .0405 *
Interasi 25 15.54777778 0.6219111 1.2569033 .1969 ns
Galat 180 89.06333333 0.4947963
Total 215 117.0783333
Koefisien keragaman= 14.107539%
Lampiran 5. Persentase Eksplan Kotiledon Jeruk Purut yang Membentuk Kalus
PERSENTASE
Perlakuan Tgl Tanam Ulangan STK HST TK WK TK
2.5Y7/6(kuning
B0N1 21/08/2018 2 27/08/2018 10% R kecoklatan)
2.5Y7/6(kuning
B0N1 21/08/2018 3 27/08/2018 10% R kecoklatan)
2.5GY8/2 (
B0N1 21/08/2018 4 27/08/2018 10% R putih kecoklatan
2.5Y7/6(kuning 6/6*100= 100%
B0N1 21/08/2018 7 27/08/2018 10% R kecoklatan)
2.5Y7/6(kuning
B0N1 21/08/2018 8 27/08/2018 10% R kecoklatan)
5YR8/4(merah
B0N1 21/08/2018 10 27/08/2018 10% R kekuning)
2.5Y8/4(putih
B0N2 21/08/2018 1 27/08/2018 10% R kekuningan)
2.5Y8/4(putih
B0N2 21/08/2018 2 27/08/2018 10% R kekuningan)
B0N2 21/08/2018 3 27/08/2018 0
B0N2 21/08/2018 7 27/08/2018 0
B0N2 21/08/2018 8 27/08/2018 0
2.5Y8/4(putih 3/10*100=50%
B0N2 21/08/2018 10 27/08/2018 10% R kekuningan)
7.5GY8/2(putih
B0N3 21/08/2018 1 27/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih
B0N3 21/08/2018 2 27/08/2018 10% R kehijauan)
2.5Y8/4(putih
B0N3 21/08/2018 4 27/08/2018 10% R kekuningan)
7.5 GY 7/2(abu-
B0N3 21/08/2018 5 27/08/2018 10% R abu)
7.5GY8/2(putih
B0N3 21/08/2018 7 27/08/2018 10% R kehijauan)
7.5 GY 7/2( 6/6*100= 100%
B0N3 21/08/2018 10 27/08/2018 10% R abu-abu)
7.5GY8/2(putih
B0N4 22/08/2018 3 28/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih
B0N4 22/08/2018 4 28/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih
B0N4 22/08/2018 5 28/08/2018 10% R kehijauan)
2.5GY7/2(kunin 6/6*100= 100%
B0N4 22/08/2018 6 28/08/2018 10% R g keabu-abuan)
7.5GY8/2(putih
B0N4 22/08/2018 8 28/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih
B0N4 22/08/2018 10 28/08/2018 10% R kehijauan)

49
50

7.5GY8/2(putih
B0N5 22/08/2018 2 28/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih
B0N5 22/08/2018 3 28/08/2018 10% R kehijauan)
7.5GY8/2(putih 4/6*100= 66,7%
B0N5 22/08/2018 4 28/08/2018 10% R kehijauan)
B0N5 22/08/2018 5 28/08/2018 0
B0N5 22/08/2018 6 28/08/2018 0
7.5GY8/2(putih
B0N5 22/08/2018 10 28/08/2018 10% R kehijauan)
B1N2 20/06/2018 1 27/06/2018 0
B1N2 20/06/2018 2 27/06/2018 0
2.5Y8/4(putih
B1N2 20/06/2018 3 27/06/2018 10% K kekuningan)
2.5Y8/4(putih 3/6*100 = 50%
B1N2 20/06/2018 6 27/06/2018 10% K kekuningan)
B1N2 20/06/2018 7 27/06/2018 0
2.5Y8/4(putih
B1N2 20/06/2018 9 27/06/2018 10% K kekuningan)
B1N3 20/06/2018 1 27/06/2018 0
2.5 Y
7/4(kuning
B1N3 20/06/2018 2 27/06/2018 10% K kecoklatan)
B1N3 20/06/2018 3 27/06/2018 0
B1N3 20/06/2018 5 27/06/2018 0 2/6*100= 33,3%
B1N3 20/06/2018 8 27/06/2018 0
B1N3 20/06/2018 9 27/06/2018 10% K 2.5Y 5/4(coklat)
2.5Y8/4(putih
B1N4 20/06/2018 2 27/06/2018 10% K kekuningan)
B1N4 20/06/2018 4 27/06/2018 0
B1N4 20/06/2018 5 27/06/2018 0
2.5 Y
7/4(kuning
B1N4 20/06/2018 6 27/06/2018 10% K kecoklatan)
B1N4 20/06/2018 8 27/06/2018 0
2.5 Y 3/6*100 = 50%
7/4(kuning
B1N4 20/06/2018 10 27/06/2018 10% K kecoklatan)
2.5GY
8/8(kuning
B1N5 25/06/2018 2 02/07/2018 10% K kehijauan)
2.5GY
8/8(kuning
B1N5 25/06/2018 4 02/07/2018 10% K kehijauan)
5Y8/6(kuning
B1N5 25/06/2018 5 02/07/2018 10% K keputihan)
5Y8/6(kuning
B1N5 25/06/2018 8 02/07/2018 10% K keputihan) 6/6*100 = 100%
B1N5 25/06/2018 9 02/07/2018 10% K 5Y8/6(kuning
51

keputihan)
B1N5 25/06/2018 10 02/07/2018 0
B2N3 10/07/2018 2 17/07/2018 0
B2N3 10/07/2018 3 17/07/2018 0
B2N3 10/07/2018 4 17/07/2018 0
2.5GY
8/8(kuning
B2N3 10/07/2018 5 17/07/2018 10% K kehijauan)
B2N3 10/07/2018 6 17/07/2018 0 1/6*100 =
B2N3 10/07/2018 7 17/07/2018 0 16,7%
5Y8/6(kuning
B2N4 04/09/2018 3 11/09/2018 10% K keputihan)
B2N4 04/09/2018 5 11/09/2018 0
2.5GY
8/8(kuning
B2N4 04/09/2018 6 11/09/2018 10% K kehijauan)
2.5GY
8/8(kuning
B2N4 04/09/2018 8 11/09/2018 10% K kehijauan)
5 Y 8/6(kuning
B2N4 04/09/2018 9 11/09/2018 10% K keputihan)
2.5GY 5/6*100 =
8/8(kuning 83,3%
B2N4 04/09/2018 10 11/09/2018 10% K kehijauan)
2.5GY
8/8(kuning
10%
B2N5 06/09/2018 1 11/09/2018 K kehijauan)
5 Y 8/6(kuning
B2N5 06/09/2018 3 11/09/2018 10% K keputihan)
2.5GY
8/8(kuning
B2N5 06/09/2018 4 11/09/2018 10% K kehijauan)
B2N5 06/09/2018 6 11/09/2018 0
B2N5 06/09/2018 8 11/09/2018 0 3/6*100 = 50%
B2N5 06/09/2018 10 11/09/2018 0
Lampiran 6. Dokumentasi Persiapan Peralatan Tanam

Lampiran 7. Persiapan Media Tanam Dan Sterilisasi Media Tanam

52
53
Lampiran 8. Proses Penanaman Pengupasan Dan Perecambahan

54
Lampiran 9. Ruang Persiapan

Lampiran 10. Morfologi Tunas Yang Terbentuk Pada Eksplan Kotiledon In vitro

55
56
57
Lampiran 11. Morfologi Kalus Yang Terbentuk Pada Eksplan Kotiledon In vitro

58
59

Anda mungkin juga menyukai