Dokumen - Tips - Perbedaan Basis Sub Base Liner
Dokumen - Tips - Perbedaan Basis Sub Base Liner
1. Pulpitis Reversibel
a. Pengertian
Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan (Grossman et.al,1995
dan Dolan, 2009). Menurut Delong (2008) dan Walton & Torabinejad (2003),
pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal.
b. Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah
stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton dan Torabinejad,
2003).
c. Gejala
Pulpitis reversibel dapat bersifat simptomatik atau asimptomatik. Gejala
simptomatik pada pulpitis reversible ditandai oleh rasa sakit yang hanya sebentar.
Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari pada panas dan
oleh udara dingin. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan ireversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung
lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis irreversibel
rasa sakit datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimptomatik
2
dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali
setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Grossman et .al,
1995).
d. Pemeriksaan
Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan
tes klinik. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan umumnya
berhenti bila stimulusnya dihilangkan. Dingin, manis, atau asam biasanya
menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masing-
masing paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme
dapat berlanjut berminggu-miggu bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh
sama sekali atau rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval
keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati.
Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin,
aplikasi dingin merupakan suatu cara untuk menemukan dan mendiagnosis gigi
yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi
terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografik
jaringan apikal adalah normal (Grossman et.al, 1995).
e. Perawatan
Menghilangkan iritan dan menutup serta melindungi dentin yang terbuka
atau pulpa vital biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada) dan memulihkan
proses inflamasi jaringan pulpa. Akan tetapi jika iritasi ini berlanjut atau
intensitasnya meningkat, inflamasi akan berkembang menjadi sedang bahkan
parah yang akhirnya menjadi pulpitis ireversibel dan bahkan nekrosis (Walton dan
Torabinejad, 2003).
f. Prognosis
Prognosa baik, bila iritasi diambil cukup dini, jika tidak kondisinya dapat
berkembang menjadi pulpitis irreversibel (Grossman et.al, 1995).
2. Pulpitis Ireversibel
3
a. Pengertian
Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten,
dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus/jejas,
dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan
pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal (Grossman et.al,1995).
Menurut Walton & Torabinejad (2003) dan Dolan (2009), pulpitis ireversibel
seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel. Pulpitis
ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan.
b. Faktor Penyebab
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama
prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau
pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat menyebabkan pulpitis
ireversibel (Walton dan Torabinejad, 2003).
c. Gejala
Gejala pulpitis ireversibel biasanya asimptomatik (Dolan, 2009) atau
pasien hanya mengeluhkan gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis reversibel
dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang
intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul,
setempat, atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit atau
berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri
periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi
stimulus eksternal seperti dingin atau panas dapat mengakibatkan nyeri
berkepanjangan (Walton dan Torabinejad, 2003).
d. Pemeriksaan
Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke
periapeks, respons gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.
Penjalaran inflamasi hingga mencapai ligamen periodontium akan mengakibatkan
4
gigi peka terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya
(Walton dan Torabinejad, 2003).
e. Perawatan
Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu apakah
apeks gigi masih terbuka atau apeks gigi sudah tertutup. Pada dewasa muda
dengan pulpitis ringan dilakukan perawatan pulpotomi dengan Ca(OH)2 dan pada
pulpitis yang berlangsung lama dilakukan pulpotomi dengan formokresol. Pada
gigi dewasa dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan pembuatan
restorasi yang sesuai (Standar Pelayanan Medik, 1995).
5
Gambar 1. Fungsi liner dan basis untuk proteksi pulpa (Sturdevant, 2002)
A. Liner
Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier
untuk melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari
restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi. Liner
juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan
thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal
yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam, cast
gold, atau restorasi indirect (Sturdevant, 2002).
Menurut Sharmila (2004) dan Pitt Fort (1993), liner memiliki beberapa
kegunaan, antara lain:
i. Pemberian liner pada kavitas sangat tipis saja (< 0,5 mm)
ii. Liner digunakan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia
6
iii. Pada direct pulp capping, penggunaan liner biasanya berupa calcium hydroxide
memiliki pH 9,2-11,7 sehingga dapat memacu pembentukan dentin reparatif.
Calcium hydoxide dapat sebagai antibakteri karena memiliki pH alkali.
iv. Pada indirect pulp capping, penggunaan liner bisa berupa calcium hydroxide
atau zinc oxide eugenol (ZnOE). Calcium hydroxide penggunaannya lebih baik
dibandingkan dengan ZnOE karena ZnOE sedikit mengiritasi pulpa.
v. Bahan ini tidak dapat mengatasi adanya tekanan yang berasal dari kondensasi
saat menumpat.
B. Sub Basis
Sub base (sub basis) menurut Sharmila (2004):
i. Pada kavitas yang dalam, sub base diletakkan di bawah basis.
ii. Sub base dapat melindungi pulpa dari paparan asam yang berasal dari basis.
iii. Bahan ini dapat memacu penyembuhan pada pulpa, sebagai contoh: semen
zinc oxide eugenol yang diletakkan di bawah basis semen zinc phosphate.
C. Basis
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relatif lebih
tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan liner untuk menggantikan dentin yang
sudah rusak dan sebagai penyekat thermal (Sharmila, 2004). Bahan basis
berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat
terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan selama pemampatan bahan
restoratif. Kebutuhan akan pelindung sebelum merestorasi bergantung pada
perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang akan digunakan (Baum,
1997).
Basis (biasanya 1-2 mm) atau ketebalan minimal 0,75 mm digunakan
untuk memberikan perlindungan thermal untuk pulpa dan menambahkan
dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress lokal dari
restorasi ke permukaan dentin di bawahnya (Eccles & Green, 1994; Sharmila,
2004, dan Sturdevant, 2002).
Basis memberikan perlindungan bagi pulpa (Gatot Sutrisno, 2006):
i. Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
ii. Insulating base : melindungi pulpa dari shock thermal
iii. Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury
Macam-macam Basis
Menurut Eccles and Green (1994), ada beberapa macam basis, antara lain:
i. Modifikasi Semen Zinc Oxide Eugenol
8
DAFTAR PUSTAKA
Baum. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi/Baum Philips Lund. Edisi:3.
Jakarta: EGC.
Delong, Leslie. 2008. General and Oral Pathology for the Dental Hygienist.
United States: Lippincott - Williams & Wilkins. pp.84.
Eccles dan Green. 1994. Konservasi Gigi (the Conservation Teeth). Edisi:2.
Jakarta: Widya Medika. hal. 78.
Grossman, et.al. 1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hussain, Sharmila. 2004. Textbook of Dental Materials. 1st Edition. India: Jaypee.
pp.159, 186-190.
Ford, Pitt. 1993. Restorasi Gigi (The Restoration of Teeth). Edisi:2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 51.
Sturdevant, CM. 2002. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry. 4th
Edition. United States of America : Mosby, Inc. pp. 170-171.