Anda di halaman 1dari 6

Reaksi antara Serbuk Kalsium dengan Air Suling

Percobaan dimulai dengan memasukkan seperempat sendok serbuk kalsium


(Ca) yang berupa padatan berwarna putih, kemudian dilakukan penambahan 3-5
mL air suling berupa cairan tidak berwarna, selanjutnya diamati yang terjadi pada
cawan porselin. Pada cawan porselin terjadi perubahan larutan menjadi putih
keruh dan timbul gelembung gas. Selanjutnya diuji dengan kertas lakmus merah
dan biru. Kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru dan kertas lakmus
biru tetap biru. Hal ini dijelaskan pada reaksi berikut:

Ca(s) + 2H2O(l)  Ca(OH)2(aq) + H2(g)

Reaksi kalsium (Ca) dengan air suling atau dengan kata lain melarutkan
padatan kalsium dalam air dapat menghasilkan gas hidrogen, hal ini dibuktikan
dengan gelembung-gelembung kecil yang timbul di dalam cawan porselin.
Kemudian pada reaksi tersebut benar-benar terjadi dengan dibuktikan munculnya
produk sampingan Ca(OH)2, yang menurut teori (Halstead, 1957) larutan
Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang.
Munculnya Ca(OH)2 ditandai saat diuji dengan kertas lakmus merah dan biru
menghasilkan perubahan pada kedua kertas lakmus menjadi biru. Mengenai
penggunaan cawan porselin karena, reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm
yang menghasilkan kalor untuk pemutusan ikatan hidrogen pada H2O. H2O
mempunyai ikatan hidrogen baik dalam keadaan padat maupun cairan (Achmad,
1992). Karena reaksi menghasilkan kalor, maka apabila menggunakan tabung
reaksi dikhawatirkan tekanan didalam tabung reaksi akan besar yang bisa saja
menyebabkan tabung reaksi pecah. Oleh karena itu perlu wadah yang memiliki
permukaan lebih lebar agar uap-uap panas dapat keluar dengan capat.

Reaksi antara Serbuk Magnesium dengan Air

Percobaan dimulai dengan memasukkan 3-5 mL air suling berupa cairan


tidak berwarna kedalam cawan porselin. Kemudian sesendok kecil serbuk
magnesium berupa padatan serbuk berwana hitam dimasukkan ke cawan porselin,
selanjutnya cawan porselin tadi dipanaskan diatas nyala bunsen kecil. Setelah
dipanaskan timbul gelembung-gelembung gas H2 dan serbuk Mg tidak larut dan
larutan tetap tidak berwarna. Selanjutnya larutan diuji dengan indikator PP
sebanyak 1-2 tetes larutan berubah warna menjadi merah muda. Hal ini dijelaskan
pada reaksi berikut:

Mg(s) + H2O(l)  Mg(OH)2(aq) + H2(g)


Reaksi magnesium (Mg) dengan air suling dapat menghasilkan gas
hidrogen, hal ini dibuktikan dengan gelembung-gelembung kecil yang timbul di
dalam cawan porselin. Kemudian pada reaksi tersebut benar-benar terjadi dengan
dibuktikan munculnya produk sampingan Mg(OH)2, yang menurut teori
(Pradyot,2002) Magnesium Hidroksida adalah antasida yang digunakan bersama-
sama dengan Aluminium Hidroksida untuk menetralisir asam lambung, yang
artinya bersifat basa. Munculnya Mg(OH)2 ditandai saat diuji dengan indikator PP
berupa larutan tidak berwarna menyebabkan larutan dalam cawan porselin
berubah warna menjadi merah muda. Mengenai penggunaan cawan porselin
karena, reaksi tersebut merupakan reaksi pemutusan ikatan hidrogen pada H2O
yang berjalan lambat, maka memerlukan pemanasan. H2O mempunyai ikatan
hidrogen baik dalam keadaan padat maupun cairan (Achmad, 1992). Karena
proses memerlukan pemanasan, maka apabila menggunakan tabung reaksi
dikhawatirkan tekanan didalam tabung reaksi akan besar yang bisa saja
menyebabkan tabung reaksi pecah. Oleh karena itu perlu wadah yang memiliki
permukaan lebih lebar agar uap-uap panas dapat keluar dengan capat.

Reaksi antara Serbuk Seng dengan Uap Air Panas

Percobaan dimulai dengan memasukkan berturut-turut kapas kaca yang sedikit


dibasahi berupa serabut-serabut kapas berwarna yang memiliki tekstur lebih kasar
daripada kapas selulosa, kapas kaca kering, serbuk Zn berupada padatan
berwarna abu-abu sebanyak 0,02 gram dan terakhir kapas kering atau kapas
selulosa Ke dalam sebuah. Tabung reaksi tersebut ditutup dengan karet
penutup/gabus yang berlubang bagian tengahnya. Dipegang tabung reaksi tersebut
dengan menggunakan penjepit kayu secara mendatar lalu dipanaskan bagian yang
berisi seng diatas nyala bunsen dan sesekali pada kapas kaca basah. Terjadi timbul
gas H2. Kemudian diuji dengan nyala api dan bara api terjadi letupan api. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Zn(s) + 2H2O(l)  Zn(OH)2(aq) + H2(g)
Reaksi antara Zn dan air suling, air suling yang dimaksud adalah uap air dari
kapas kaca yang sedikit basah. Fungsi kapas kaca yang sedikit dibasahi adalah
untuk menahan air. Kemudian diberikan kapas kaca kering untuk mencegah
kontak langsung antara kapas kaca basah yang mengandung air dengan Zn, karena
setelah kapas kaca kering dimasukkan serbuk Zn. Zn cukup reaktif, diperkuat
dengan (Porter, 1994) seng cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat. Maka
perlu dihindari kontak langsung dengan air suling cair.
Alasan perlu dilakukan pemanasan pada Zn adalah reaksi tersebut merupakan
reaksi pemutusan ikatan hidrogen pada H2O yang berjalan lambat, maka
memerlukan pemanasan. Sedangkan pemanasan pada kapas kaca sedikit basah
adalah untuk menguapkan air, sehingga Zn dapat bereaksi dengan uap air.
Kemudian fungsi dari kapas kering adalah untuk menahan uap air agar tidak
keluar dari sistem.
Gas hidrogen (H2) yang dihasilkan diuji dengan uji nyala api dan uji bara, saat
dilakukan uji nyala dan bara nyala api dihasilkan semakin besar. Hal ini diduga
merupakan gas hidrogen yang terbakar, gas ini sangat mudah terbakar dan bila
terbakar akan menghasilkan H2O (Lutfi, dkk, 2018). Kemudian saat nyala api
mudah padam kembali dikarenakan saat gas hidrogen terbakar akan menghasilkan
H2O sehingga menyebabkan api cepat padam.
Reaksi antara Serbuk Seng dengan Asam Klorida
Percobaan dimulai dengan mengisi tabung reaksi berpipa samping dengan
beberapa logam seng (Zn) berupa padatan serbuk berwarna abu-abu dan pasang
selang yang dihubungkan dengan penampung gelas ukur yang diletakkan terbalik
dalam air. Ditambahkan larutan asam klorida (HCl) 4M berupa larutan yang tidak
berwarna sebanyak 3-5 mL terjadi perubahan warna pada larutan dan timbul gas
H2. Kemudian ditutup dengan karet penutup dan gas yang terkumpul diuji dengan
nyala api dan bara api terjadi letupan api. Reaksi yang terjadi adalah:
Zn(s) + 2HCl(aq)  ZnCl2(aq) + H2(g)

Gas hidrogen dapat dibuat dengan mereaksikan HCl dan Zn. Zn menyebabkan
HCl terdisosiasi menjadi H+ dan Cl- , karena hidrogen memiliki kecenderungan
berikatan hidrogen, sehingga hidrogen dari molekul HCl satu berikatan dengan
hidrogen dari molekul HCl lainnya membentuk gas hidrogen. Untuk
membuktikan gas hidrogen yang terbentuk, maka dilakukan uji nyala dan uji bara.
Saat dilakukan uji nyala dan uji bara terjadi letupan dan bara api menyala lebih
besar dalam waktu singkat. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan bila terbakar
akan menghasilkan H2O (Lutfi, dkk, 2018). Kemudian saat nyala api mudah
padam kembali dikarenakan saat gas hidrogen terbakar akan menghasilkan H2O
sehingga menyebabkan api cepat padam.

Reaksi antara Hidrogen Peroksida dengan Kalium Iodida

Percobaan dimulai dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL KI berupa


larutan tidak berwarna dan 2 tetes amilum berupa larutan keruh. Kemudian
ditambahkan 3-5 tetes H2O3 3% berupa larutan tidak berwarna. Diamati apa yang
terjadi. Yang Terjadi adalah timbul gelembung gas dan larutan menjadi berwarna
biru keunguan. Reaksi yang terjadi adalah

2KI(aq) + H2O2(aq) → 2KOH(aq) + I2(g) + H2(g)


Gelembung gas terlebut adalah gas hidrogen, hal ini sesuai dengan reaksi diatas
yaitu pembuatan gas hidrogen dapat dilakukan dengan mereaksikan KI dengan
H2O2 dengan produk sampingan adalah I2. Dengan adanya penambahan amilum,
I2 akan bereaksi dengan amilum membentuk komplek amilum-iod yang berwarna
keunguan. Reaksi pembentukan hidrogen terjadi ditunjukkan hasilnya setelah
bereaksi adalah berwarna keunguan.
Pembuatan gas O2 dengan pemanasan
Percobaan dimulai dengan memasukkan kalium klorat berupa padatan kristal
berwarna putih ke dalam tabung reaksi berpipa samping yang dirangkai dengan
selang dan dihubungkan dengan gelas ukur yang terbalik didalam baskom berisi
air sebanyak ± 0,5 cm dari dasar tabung dan ditambahkan sedikit serbuk batu kawi
berupa padatan serbuk berwarna hitam. Tabung reaksi dipanaskan dengan nyala
kecil menghasilkan campuran berwarna hitam berbau menyengat. Dikumpulkan
gas oksigen (O2) yang didapat dengan memindahkan ke dalam gelas ukur yang
ada didalam baskom berisi air. Dibiarkan ± 10 menit, setelah gas terkumpul diuji
dengan sebilah kayu berpijar. Reaksi yang terjadi adalah
MnO2
2KClO3(s) 2KCl(aq) + 3O2(g)
Oksigen dapat diproduksi dengan memanaskan KClO3 dan disertai katalis serbuk
kawi (MnO2). Fungsi MnO2 sebagai katalis, sehingga menyediakan suatu jalur
lain dengan energi aktivasi yang lebih rendah yang nantinya akan muncul kembali
setelah reaksi telah berakhir. MnO2 muncul kembali setelah reaksi selesai
dibuktikan dengan adanya bercak coklat. Volume gas oksigen yang didapatkan
adalah ±240 mL, hampir mendekati volume teoritis yaitu 268,6 mL. Kemudian
dilakukan uji nyala dan uji bara, menyebabkan nyala api menjadi lebih besar.
Karena oksigen sangat reaktif dan berpengaruh dalam proses pembekaran.
Pembuatan gas O2 tanpa pemanasan
Percobaan dimulai dengan memasukkan ± 0,5 gram permanganat berupa padatan
kristal berwarna ungu kehitaman dalam tabung reaksi berpipa samping yang
sudah dirangkai dengan selang serta dihubungkan dengan gelas ukur dibalik
didalam baskom berisi air. Ditambhkan dengan hati-hati tetes demi tetes hidrogen
peroksida (H2O2) 4,5% berupa larutan tidak berwarna sehingga warna larutan
menjadi ungu. Ditutup tabung dengan karet penutup, dibiarkan selama sekitar 10
menit, agar gas terkumpul. Diuji gas yang terkumpul dengan sebilah kayu
berpijar. Dibandingkan volume gas oksigen yang didapat dengan percobaan 1.
Reaksi yang terjadi adalah
2KMnO4(s) + 3H2O2(aq)  2MnO2(aq) + 2KOH(aq) + 3O2(aq) + 2H2O

Oksigen dapat terjadi dengan mereaksikan KMnO4 dan H2O2. Saat dilakukan
dengan uji nyala dan uji bara, menyebabkan nyala api menjadi lebih besar. Karena
oksigen sangat reaktif dan berpengaruh dalam proses pembekaran.

Anda mungkin juga menyukai