Reaksi kalsium (Ca) dengan air suling atau dengan kata lain melarutkan
padatan kalsium dalam air dapat menghasilkan gas hidrogen, hal ini dibuktikan
dengan gelembung-gelembung kecil yang timbul di dalam cawan porselin.
Kemudian pada reaksi tersebut benar-benar terjadi dengan dibuktikan munculnya
produk sampingan Ca(OH)2, yang menurut teori (Halstead, 1957) larutan
Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang.
Munculnya Ca(OH)2 ditandai saat diuji dengan kertas lakmus merah dan biru
menghasilkan perubahan pada kedua kertas lakmus menjadi biru. Mengenai
penggunaan cawan porselin karena, reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm
yang menghasilkan kalor untuk pemutusan ikatan hidrogen pada H2O. H2O
mempunyai ikatan hidrogen baik dalam keadaan padat maupun cairan (Achmad,
1992). Karena reaksi menghasilkan kalor, maka apabila menggunakan tabung
reaksi dikhawatirkan tekanan didalam tabung reaksi akan besar yang bisa saja
menyebabkan tabung reaksi pecah. Oleh karena itu perlu wadah yang memiliki
permukaan lebih lebar agar uap-uap panas dapat keluar dengan capat.
Gas hidrogen dapat dibuat dengan mereaksikan HCl dan Zn. Zn menyebabkan
HCl terdisosiasi menjadi H+ dan Cl- , karena hidrogen memiliki kecenderungan
berikatan hidrogen, sehingga hidrogen dari molekul HCl satu berikatan dengan
hidrogen dari molekul HCl lainnya membentuk gas hidrogen. Untuk
membuktikan gas hidrogen yang terbentuk, maka dilakukan uji nyala dan uji bara.
Saat dilakukan uji nyala dan uji bara terjadi letupan dan bara api menyala lebih
besar dalam waktu singkat. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan bila terbakar
akan menghasilkan H2O (Lutfi, dkk, 2018). Kemudian saat nyala api mudah
padam kembali dikarenakan saat gas hidrogen terbakar akan menghasilkan H2O
sehingga menyebabkan api cepat padam.
Oksigen dapat terjadi dengan mereaksikan KMnO4 dan H2O2. Saat dilakukan
dengan uji nyala dan uji bara, menyebabkan nyala api menjadi lebih besar. Karena
oksigen sangat reaktif dan berpengaruh dalam proses pembekaran.