Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

PRECAUTION ADOPTION PROCESS MODEL (PAPM)

Oleh:
1. Masunatul Ubudiyah (131914153045)
2. Maulin Halimatunnisa’ (131914153053)
3. Fathmy Fitriany Soulissa (131914153023)
4. Amellia Mardhika (131911573016)
5. Anis Rosyiatul Husna (131911573016)

PROGRAM STUDI MAGISTER & DOKTOR KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I. PRECAUTION ADOPTION MODEL PROCESS
A. Definisi .................................................................................................... 1
B. Konsep ................................................................................................... 1
C. Tahapan ................................................................................................... 2
D. Faktor-faktor ........................................................................................... 6
BAB II. PENERAPAN MODEL
A. Aplikasi Model ..................................................................................... …7
B. Aplikasi Jurnal ................................................ …………………………..8
REFERENCE. ............................................................................ ………………11
BAB I
PRECAUTION ADOPTION PROCESS MODEL (PAPM)

A. Definisi Precaution Adoption Process Model


Precaution Adoption Process Model (PAPM) merupakan tahap
perkembangan model untuk menjelaskan perilaku pencegahan untuk menghindari
bahaya eksternal atau ancaman kesehatan (Weinstein and Sandman 1992; de Vet et
al. 2008). PAPM terdiri dari tujuh tahap mulai dari tidak menyadari bahaya hingga
perilaku maintenance sampai risiko mitigasi (Haas, 2018). Tahap awal dari PAPM
didefinisikan sebagai keadaan psikologis dan pola piker individu. Tahap-tahap
selanjutnya sebagian besar diatur oleh faktor yang memfasilitasi atau menghambat
adopsi tindakan pencegahan. PAPM menjelaskan bagaimana seseorang mengambil
keputusan untuk mengambil tindakan dan bagaimana menerjemahkan keputusan
itu ke dalam tindakan (Bahmani, et al, 2016).
PAPM adalah model yang berfokus secara psikologis yang paling berguna
dalam menggambarkan bagaimana seseorang sampai pada suatu keputusan baru,
dan bagaimana orang itu dapat mengambil keputusan serta membuatnya menjadi
suatu tindakan. Konsep model PAPM pertama kali dibahas pada tahun 1988,
dengan formulasi yang diterima secara formal dari model-model yang datang pada
tahun 1992 (Weinstein & Sandman, 2002). Model ini terdapat 7 tahapan / urutan
yang menggambarkan secara totalitas, tidak menyadari tindakan yang diambil,
yang berbeda dari model standar di mana orang bertindak atau tidak bertindak.
model ini menilai perubahan perilaku sebagai perubahan dinamis dan terjadi dari
waktu ke waktu (Elliott, Seals, & Jacobson, 2007).

B. Konsep Precaution Adoption Process Model (PAPM)

Gambar 1. Tahap dari Precaution Adoption Process Model (PAPM)(Weinstein,


Sandman and Blalock, 1992)
Gambar diatas menjelaskan bahwa Precaution Adoption Process Model
(PAPM) terdiri dari 7 tahapan, tahap pertama adalah tahap yang dimulai dengan
seseorang yang sama sekali tidak mengetahui beberapa masalah. Jika pada suatu
titik orang tersebut dalam kapasitasnya menyadari masalah tersebut, tetapi masih
belum memunculkan ide tersebut sebagai masalah maka mereka telah memasuki
tahap ke 2. Setelah orang tersebut menyadari tentang masalah dan memasuki
pengambilan keputusan, maka mereka telah memasuki tahap ke 3. Dari tahap 3
orang tersebut memiliki banyak pilihan untuk membuat keputusan,, mereka
memutuskan untuk tidak mengambil tindakan pada masalahnya, orang tersebut
akan mengakhiri PAPM dan berakhir pada tahap 4, kecuali jika mereka memasuki
lagi proses pengambilan keputusan. Jika seseorang berada pada titik setelah proses
pengambilan keputusan dan orang tersebut memutuskan untuk menerima
kenyataan bahwa ada masalah maka seseorang dapat dikatakan telah masuk tahap
ke 5. Setelah menerima masalah, orang tersebut kemudian akan memulai perilaku
baru sesuai dengan keputusan yang telah diambil maka mereka telah memasuki
tahap ke 6. Kemudian seseorang dalam fase menerima perilaku dan terus
mempertahankan perilaku itu dari waktu ke waktu (Weinstein & Sandman, 2002).
PAPM berkembang bersama dengan model atau pendekatan lainnya, karena
pendekatan PAPM tidak mampu menunjukkan tahapan-tahapan yang spesifik
untuk membedakan setiap proses, juga tidak mampu menunjukkan langkah atau
cara untuk perkembangan selanjutnya. Tahapan tahapan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah keyakinan, kesehatan individu itu sendiri,
persepsi kerentanan, tingkat keparahan, hambatan, manfaat, dan self-efficacy.
Karena model ini berfokus pada proses mengamati adopsi perilaku dari waktu ke
waktu pada perkembangan perilaku individu itu sendiri, tidak ada jumlah waktu
tertentu yang dihabiskan seseorang di setiap tahap atau dapat berkembang ke setiap
tahap (Elliott et al., 2007).

C. Tahapan Precaution Adoption Process Model (PAPM)


Mengadopsi tindakan pencegahan atau meninggalkan perilaku berisiko,
membutuhkan tindakan yang disengaja. PAPM dibuat sebagai cara untuk fokus
pada proses psikologis dalam individu (DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009).
PAPM terdiri dari beberapa tahapan yang digunakan sebagai upaya untuk
menjelaskan dan menggambarkan bagaimana seseorang mengambil keputusan
untuk mengambil tindakan dan bagaimana ia menerjemahkan keputusan itu
menjadi tindakan. Adopsi tindakan pencegahan baru atau penghentian perilaku
berisiko memerlukan langkah-langkah yang disengaja atau direncanakan
sebelumnya. PAPM tidak menjelaskan dimulainya perilaku berisiko - seperti
seorang remaja yang menerima rokok pertamanya - yang tampaknya lebih baik
dijelaskan dalam hal "kesediaan" untuk bertindak daripada dalam hal rencana
tindakan apa pun (Gibbons, F. X., Gerrard, M., Blanton, H., & Russell, 1998).

Tahap 1: Tidak Mengetahui Masalah (Unaware of issue)

Pada titik awal, orang tidak menyadari masalah kesehatan. Banyak penelitian
kesehatan membahas bahaya terkenal, seperti merokok, AIDS, dan diet tinggi
lemak. Dalam kasus seperti itu, menanyakan seseorang tentang keyakinan dan
rencananya cukup masuk akal; kebanyakan orang telah mempertimbangkan
relevansi ancaman ini dengan kehidupan mereka sendiri (DiClemente et al., 2009).
Tetapi jika orang belum pernah mendengar tentang bahaya atau tindakan
pencegahan potensial, mereka tidak dapat membentuk pendapat tentang hal itu.
Secara manusiawi mustahil untuk membentuk pendapat tentang sesuatu yang Anda
benar-benar tidak sadari. Keengganan responden untuk menjawab pertanyaan
survei tentang masalah yang kurang lazim menunjukkan bahwa simpatisan harus
membiarkan orang mengatakan bahwa mereka "tidak tahu" atau "tidak memiliki
pendapat" daripada memaksa mereka untuk menyatakan suatu posisi (DiClemente
et al., 2009). Peserta dalam banyak investigasi perilaku kesehatan tidak diberi
kesempatan ini. Bahkan ketika peserta diizinkan untuk mengatakan bahwa mereka
"tidak tahu," tanggapan ini sering diberi kode sebagai hilang atau diciutkan ke
dalam kategori lain. Mengatakan "Saya tidak tahu" menunjukkan sesuatu yang
penting dan merupakan data nyata yang tidak boleh dibuang (DiClemente et al.,
2009).

Tahap 2: (Tidak Terlibat) Versus Tahap 3 (Memutuskan Tentang Bertindak)

Jika seseorang telah menyadari bahaya dan mulai membentuk pendapat tentang hal
itu, mereka tidak lagi dalam Tahap 1. Namun, Pendidikan seseorang dapat
memepengaruhi pengambilan keputusan atau berfikir bahwa yang dialami adalah
masalah. Oleh karena itu, kebanyakan orang hanya sedikit yang mengetahui
bahaya suatu penyakit serta tidak pernah mempertimbangkan apakah mereka perlu
melakukan pencegahan. PAPM menyarankan lebih lanjut bahwa penting untuk
membedakan antara orang-orang yang belum pernah memikirkan suatu tindakan
dan mereka yang telah mempertimbangkan tindakan tersebut tetapi tidak dapat
memutuskan. Ada beberapa alasan untuk membuat perbedaan ini diantaranya
adalah untuk mengetahui tingkat pengatahuan seseorang, semakin orang cepat
bertindak dapat dikatakan pengetahuannya lebih baik dibandingkan lainnya,
sehingga membutuhkan pendekatan komunikasi yang berbeda.

Tahap 3 (Memutuskan Tentang Bertindak) Versus Tahap 4 (Memutuskan Untuk


Tidak Bertindak) dan Tahap 5 (Memutuskan Untuk Bertindak):

Penelitian telah mengungkapkan perbedaan penting antara orang yang belum


membentuk opini dan mereka yang telah mengambil keputusan. Mereka yang telah
sampai pada posisi tertentu dalam suatu masalah memiliki tanggapan yang berbeda
terhadap informasi dan lebih tahan terhadap persuasi daripada orang yang tidak
pernah membentuk opini (Anderson, 1983; Brockner & Rubin, 1985; Cialdini,
1988; Jelalian & Miller, 1984, Nisbett & Ross, 1980). PAPM berpendapat bahwa
itu dianggap signifikan ketika seseorang mengatakan bahwa mereka telah
memutuskan untuk bertindak atau telah memutuskan untuk tidak bertindak, dan
implikasi dari seseorang yang mengatakan bahwa dia memutuskan untuk bertindak
tidak sama dengan mengatakannya. "sangat mungkin" ia akan bertindak
(DiClemente et al., 2009).

Tahap 5: (Memutuskan untuk Bertindak) lawan Tahap 6 (Bertindak):

Selama fase motivasi awal, orang mengembangkan niat untuk bertindak,


berdasarkan keyakinan tentang risiko, hasil, dan kemauan diri. Setelah tujuan telah
ditetapkan dalam fase motivasi, orang memasuki fase kemauan di mana mereka
merencanakan detail tindakan, memulai tindakan, dan menangani kesulitan
melaksanakan tindakan itu dengan sukses. Penelitian menunjukkan bahwa ada
kesenjangan penting antara niat untuk bertindak dan melaksanakan niat. PAPM
menyarankan bahwa memberikan informasi secara terperinci kepada orang akan
membantu sesorang untuk menentukan bertindak merubah kondisi atau tidak
(DiClemente et al., 2009).
Tahap 6 (Bertindak) lawan Tahap 7 (Pemeliharaan):

Tahap di mana orang percaya mereka memiliki kemampuan untuk mengubah


perilaku mereka dan secara aktif terlibat dalam mengambil langkah-langkah untuk
mengubah perilaku buruk mereka dengan menggunakan berbagai teknik yang
berbeda (DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009). Pemeliharaan adalah tahap di
mana orang telah membuat modifikasi terbuka khusus dalam gaya hidup mereka
dan bekerja untuk mencegah kejadian berulang; namun, mereka tidak menerapkan
proses perubahan sesering orang dalam bertindak. Sementara dalam tahap
Pemeliharaan, orang-orang kurang tergoda untuk mengulang kesalahan dan
tumbuh semakin lebih percaya diri bahwa mereka dapat melanjutkan perubahan
mereka (DiClemente et al., 2009).

Precaution Adoption Process Model: Calcium for Osteoporosis Prevention


Never heard of taking calcium to prevent osteoporosis

Never thought about taking calcium

Undecided about taking calcium Decided not to take calcium

Decided to take calcium

Started taking calcium

Takes calcium regularly


D. Faktor yang mempengaruhi masing-masing tahapan
Stage transition Factor
Stage 1 to Stage 2 1. Informasi tentang bahaya dan tindakan
pencegahan masalah
Stage 2 to Stage 3 1. Informasi tentang bahaya dan tindakan
pencegahan
2. Penjelasan atau komunikasi orang lain yang
berpengaruh
3. Pengalaman pribadi tentang masalah/bahaya
Stage 3 to Stage 4 or Stage 1. Keyakinan tentang kemungkinan bahaya dan
5 tingkat keparahan
2. Keyakinan tentang kerentanan pribadi
3. Keyakinan tentang efektivitas pencegahan
dan kesulitan
4. Perilaku dan rekomendasi orang lain
5. Norma sosial yang dipahami
6. Takut dan khawatir
Stage 5 to Stage 6 1. Waktu, upaya, dan sumber daya diperlukan
untuk bertindak
2. Informasi secara terperinci
3. Pengingat dan isyarat lain untuk bertindak
4. Bantuan dalam melakukan tindakan
BAB II
PENERAPAN MODEL
A. Aplikasi Model
Model Proses Adopsi Tindakan Pencegahan dapat dikaitkan dengan semua
aspek kehidupan. Secara khusus, ketika seorang individu ingin membuat perubahan
dalam perilaku mereka, mereka akan melalui proses ini. Salah satu contoh spesifik
yang sangat penting dari aspek kesehatan masyarakat adalah kelebihan berat badan
dan membuat keputusan untuk diet dan berolahraga. Model dimulai dengan
individu yang tidak mengetahui masalah tersebut. Dalam contoh ini, orang tersebut
tidak tahu bahwa mereka secara negatif mempengaruhi tubuh mereka dan
menyebabkan kesehatan mereka menurun. Pada tahap dua, individu sadar akan
masalahnya tetapi tidak ingin peduli. Dalam contoh tersebut, orang tersebut tahu
bahwa mereka kelebihan berat badan tetapi tidak melihatnya sebagai sesuatu yang
perlu ditangani. Salam tahap ketiga dan keempat sebenarnya membuat pilihan
untuk berubah. Pada tahap ketiga, orang tersebut tahu bahwa mereka perlu
melakukan diet dan berencana untuk membuat pilihan. Pada tahap empat, individu
telah membuat keputusan untuk tidak mengubah gaya hidup mereka dengan
harapan untuk menurunkan berat badan dan menjalani hidup yang lebih sehat, dan
di sini model akan berakhir untuk saat ini. Individu dapat mengulangi empat
langkah pertama sampai mereka mencapai tahap lima. Pada tahap lima, individu
telah membuat keputusan untuk berubah. Tahap enam dimulai dengan individu
membuat beberapa perubahan pada gaya hidup mereka. Untuk contoh ini, mereka
mulai mencoba dan makan sehat hampir sepanjang waktu dan pergi ke gym. Tahap
terakhir dari teori ini adalah pemeliharaan. Ini berarti bahwa individu secara
konsisten berusaha mempertahankan perubahan yang telah mereka buat.
B. Aplikasi Jurnal

Pengaruh Pelatihan Berdasarkan Tindakan Pencegahan Model Proses


Adopsi (PAPM) di Pedesaan Pada Wanita dalam Melakukan Pap Smear (British
Journal of Pharmaceutical Research, 16(6:1-7), 2017)

Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia 20-60 tahun yang sudah menikah
sebanyak 180 partisipan. 90 partisipan sebagai kelompok control dan 90 partisipan
sebagai kelompok intervensi. Kelompok intervensi diberikan materi melalui
ceramah, tanya jawab, video, konsultasi khusus dan pamphlet. Kelompok control
tidak diberikan perlakuan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri
dari data demografi dan variable yang mempengaruhi tahapan PAPM.
Tahap I dan II (ketidaksadaran atau tidak terlibat) diberikan dua sesi pelatihan,
satu sesi kuliah dan Tanya jawab oleh bidan. Tahap III (memutuskan mengambil
tindakan) pelatihan tatap muka dengan penekanan pada persepsi risiko, kerentanan
dan tingkat keparahan, risiko yang dirasakan, kemanjuran komitmen perilaku dan
minat melakukan perubahan perilaku. Tahap IV (tidak mengambil tindakan)
menerima pamphlet, penjelasan, menonton film tentang masalah kanker. Tahap V
(memutuskan melakukan tindakan) konsultasi cara melakukan pemeriksaan dan
manfaatnya.

Tahapan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


control (pre) control (post) intervensi (pre) intervensi
(post)
Tahap I 12 partisipan 8 partisipan
Tahap II 28 partisipan 6 partisipan 38 partisipan 4 partisipan
Tahap III 18 partisipan 14 partisipan 17 partisipan 0 partisipan
Tahap IV 3 partisipan 9 partisipan 2 partisipan 0 partisipan
Tahap V 29 partisipan 28 partisipan 25 partisipan 28 partisipan
Tahap VI 33 partisipan 58 partisipan
Skrinning awal di dapatkan hasil bahwa pada tahap I 20 dari 80 peserta
belum pernah mendengar nama tes pap smear. Tahap II, 66 peserta telah
mendengar tentang pap smear tetapi tidak pernah memikirkannya. Tahap III, 35
peserta telah mendengar nama tes dan memikirkannya tetapi berada di tahap
memutuskan apakah akan melakukan atau tidak. Tahap IV, 5 peserta telah
memutuskan untuk tidak melakukan percobaan. Tahap V, 54 peserta telah
memutuskan untuk melakukan percobaan.

Setelah diberikan intervensi, 8 peserta yang ada di tahap I menjadi 0 yaitu


peserta sudah mendengar tentang tes pap smear. 38 peserta di tahap II menjadi 4
peserta dimana peserta sudah mendengar tentang tes pap smear tetapi masih belum
memikirkannya. Tahap III dari 17 menjadi 0 peserta yang telah mendengar dan
memikirkan tes pap smear namun masih belum memutuskan apakah akan
melakukan tes atau tidak. Tahap IV dari 2 peserta menjadi 0 peserta yang
memutuskan untuk tidak melakukan tes. Tahap V dari 25 peserta menjadi 28
peserta memutuskan untuk melakukan tes. Tahap VI dari 0 peserta menjadi 58
peserta yang memulai untuk melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 45% dari partisipan berada di tahap 6 yaitu tahap latihan (melakukan pap
smear). Hal ini berarti bahwa setelah diberikannya intervensi, terdapat peningkatan
tahapan dari tiap-tiap peserta dan ada perubahan perilaku partisipan menjadi lebih
baik setelah diberikan intervensi.

Variable Psikologis P value


Kesadaran .000
Kerentanan .004
Kegawatan .39
Manfaat .000
Rintangan .002
Self-efficacy .001
Norma social .006
Variable psikologis yang mempengaruhi keputusan adalah persepsi
kerentanan, manfaat yang dirasakan, self efficacy dan kesadaran. Kelompok
intervensi memiliki perubahan menuju tahap VI PAPM yaitu 2,5 kali lebih tinggi
dibandingkan kelompok control.
REFERENCES

Bahmani, Afshin; Baghianimoghadam, Mohammad Hossein; Enjezab, Behnaz; et al.


(2016). Factors Affecting Cervical Cancer Screening Behaviors Based on the
Precaution Adoption Process Model: A Qualitative Study. Global Journal of
Health Science, 8(6).

Bahmani, Afshin; Mahmoodabad, Seyed Saeed Mazloomy; Enjezab, Behnaz; et al.


(2017). The Effect of Training Based on Precaution Adoption Process Model
(PAPM) on Rural Females’ Participation in Pap smear. British Journal of
Pharmaceutical Research, 16(6:1-7).

DiClemente, R. J., Crosby, R. A., & Kegler, M. (2009). Emerging Theories in Health
Promotion Practice and Research (2nd ed.). San Francisco: Jossey-Bass.

Doyle, Eva I; Ward, Susan E; and Early Jody, (2019). The Process of Community
Health Education and Promotion Third Edition. US: Waveland Press, Inc.

Elliott, J. O., Seals, B. F., & Jacobson, M. P. (2007). Use of the Precaution Adoption
Process Model to examine predictors of osteoprotective behavior in epilepsy.
Seizure, 16(5), 424–437. https://doi.org/10.1016/j.seizure.2007.02.016

Gibbons, F. X., Gerrard, M., Blanton, H., & Russell, D. W. (1998). Reasoned action
and social reaction: Willingness and intention as independent predictors of health
risk. Journal of Personality and Social Psychology, 75(5), 1164–1180.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.74.5.1164

Glanz, Karen; Rimer, Barbara; and Viswanath, K. (2008). Health Behavior and Health
Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Francisco: Jossey-Bass
A Wiley Imprint.

Haas, Emily J. (2018). Applying the Precaution Adoption Process Model to the
Acceptance of Mine Safety and Health Technologies. Occup Health Sci, 2018
March, 2(1:43-66).

Weinstein, N. ., & Sandman, P. . (2002). A model of the precaution adoption process:


evidence from home radon testing. Health Psychological, 11(3), 170–180.

Anda mungkin juga menyukai