Anda di halaman 1dari 44

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU PRODUKSI PERAHU PHINISI

DAN LIMBAH TAMBAK UDANG DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE


MICROORGANISM-4 (EM-4) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR RAMAH
LINGKUNGANTERHADAP TANAMAN HIDROPONIK BAYAM HIJAU
(AMARANTHUS GANGETICUS)

Lingkungan

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi


LKTI SMA/Sederajat
ALKALI KONTES Tingkat se Sul-SelBar Tahun 2019

Andi Israj Batara Songe (155 027)


Andi Nurannisa Azzahra (177 033)
Andi Ainul Mudhiah (187 302)

SMA NEGERI 3 BULUKUMBA


SULAWESI SELATAN
2019

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawahini:


1. Nama Ketua Tim : AndiIsrajBataraSonge
NIS : 155 027
2. NamaAnggota I : AndiNuraanisaAzzahra
NIS : 177 033
3. NamaAnggota II : AndiAinulMudhiah
NIS : 187 302

Judul KaryaTulis Pemanfaatan Limbah Serbuk kayu Produksi Perahu Phinisi


Dan Limbah Tambak Udang Dengan Penambahan Effective Microorganism-4
(EM-4) Sebagai Pupuk Organik Cair Ramah Lingkungan Terhadap Tanaman
Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus Gangeticus)menyatakan bahwa karya
tersebut asli buatan sendiri, bukan jiplakan dan belum pernah menjuarai lomba
sejenis.
Pernyatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.Apabila dikemudian hariter bukti
tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak panitia
ALKALI CONTEST Tahun 2019.
Bulukumba, 02 September 2019
Ketua Tim

ii
LEMBAR PENGESAHAN

1. JudulNaskah : Pemanfaatan Limbah Serbuk kayu


Produksi Perahu Phinisi Dan Limbah Tambak Udang Dengan Penambahan
Effective Microorganism-4 (EM-4) Sebagai Pupuk Organik Cair Ramah
Lingkungan Terhadap Tanaman Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus
Gangeticus)
2. Sub Tema : Lingkungan
3. Ketua Tim
a. NamaLengkap : AndiIsrajBataraSonge
b. NIS : 155 027
c. NamaSekolah : SMA Negeri 3 Bulukumba
d. Jurusan : IPA
e. Alamatrumah : Sapolohe
f. E-mail : andiisrajpac@gmail.com
g. No. Handphone : 085656153540
4. NamaAnggota I : AndiNurannisaAzzahra
5. NamaAnggota II : AndiAinulMudhiah
6. Guru Pembimbing
a. NamaLengkapdanGelar : Riswanto, S.Pd, M.Pd
b. NIP :-
c. No.Handphone : 082347822079
Kota, Tanggal-bulan-tahun
Guru Pembimbing Ketua Tim

(AndiIsrajBataraSonge)
NIS. 155 027

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yangtelah melimpahkan rahmat sertahidayah-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “PEMANFAATAN
LIMBAH SERBUK KAYU PRODUKSI PERAHU PHINISI DAN LIMBAH
TAMBAK UDANG DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE
MICROORGANISM-4 (EM-4) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR RAMAH
LINGKUNGANTERHADAP TANAMAN BAYAM HIJAU HIDROPONIK
(AMARANTHUS GANGETICUS)” selama menyelesaikan karya tulis ini penulis
dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Ibu Dra. A. Nirwati, M.M, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 3
BULUKUMBA
2. Bapak Riswanto, S.Pd, M.Pd selaku guru pembimbing
3. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penulisan
karya tulis ini
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan karya tulis ini
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat ganda
atas amal baiknya.Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini jauh dari kata
sempurna.Saran dan kritik demi kesempurnaan karya tulis ini penulis harapkan dan
diucapkan terima kasih.

Penulis

iv
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU PRODUKSI PERAHU
PHINISI DAN LIMBAH TAMBAK UDANG DENGAN
PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4)
SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR RAMAH
LINGKUNGANTERHADAP TANAMAN BAYAM HIJAU
HIDROPONIK (AMARANTHUS GANGETICUS)

Andi Israj Batara Songe, Andi


Nurannisa Azzahra, Andi Ainul
Mudhiah
Riswanto, S.Pd, M.Pd
SMA Negeri 3 Bulukumba,
Makassar, Sulawesi Selatan 92571

ABSTRAK
Kabupaten Bulukumba merupakan daerah pusat produksi perahu
tradisional phinisi yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Semakin meningkatnya produksi perahu phinisi maka semakin banyak pula
penggunaan kayu sebagai bahan baku utama dalam pembuatannya. Limbah
serbuk kayu menimbulkan masalah dalam penanganannya, yaitu dibiarkan
membusuk, ditumpuk di sekitar pantai Bontobahari. Kandungan kimia yang
terdapat dalam serbuk gergaji kayu antara lain sellulosa, hemisellulosa dan
lignin. (Dumanauw.J.F, 2002). Selain itu, Maraknya budidaya tambak udang
yang berada di Kelurahan Tanah lemo Kabupaten Bulukumba menimbulkan
beberapa masalah akibat limbah yang sulit ditangani di antaranya, pencemaran
pesisir pantai dan juga adanya limbah padat berupa sedimen sisa kegiatan
tambak yang tidak dimanfaatkan. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti
untuk memanfaatkan limbah produksi perahu tradisional phinisi dan limbah
tambak udang dijadikan pupuk organik cair ramah lingkungan dengan
penambahan Effective Microorganism–4(EM4). Adapun tujuan penulisan
adalaha untuk mengetahui cara membuat pupuk organik cair berbahan baku
serbuk gergaji kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang
dengan penambahan EM4, untuk mengetahui kandungan makronutrien (N, P
dan K) dari pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu produksi
perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang dengan penambahan
Effective Microorganism-4(EM4) untuk mengetahui konsentrasi yang tepat
pemberian pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji kayu produksi
perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang dengan penambahan EM4
terhadap tanaman bayam hijauHidroponik(Amaranthus Gangeticus). Kandungan
POC limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan penambahan EM4
dibandingkan dengan peraturan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011, standar baku mutu kadar hara makro (N, P dan
K) pada pupuk cair organik adalah 3% - 6%. POC tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman (cm), dan jumlah daun (helai),

vii
tanaman bayam hijau Hidroponik (Amaranthus Gangeticus).Kombinasi POC
dengan konsentrasi P2S2 (60% : 40% : 5%) memiliki pengaruh yang paling
efektif terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman bayam hijau (Amaranthus
Gangeticus) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 22, 83 cm, Tingkat
penambahan jumlah daun terbanyak adalah pada kombinasi POC dengan
konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu 11 helai.

Keywords: limbah serbuk kayu, limbah tambak udang, Pupuk Organik Cair

viii
DAFTAR ISI

Contents
(AMARANTHUS GANGETICUS) ........................................................................................ i
Lingkungan ...................................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU PRODUKSI PERAHU PHINISI DAN
LIMBAH TAMBAK UDANG DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE
MICROORGANISM-4 (EM-4) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR RAMAH
LINGKUNGANTERHADAP TANAMAN BAYAM HIJAU HIDROPONIK
(AMARANTHUS GANGETICUS) ..................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. xi
A. LatarBelakang ........................................................................................................ xi
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 13
C. Tujuan ................................................................................................................... 13
D. Kebaruan ............................................................................................................... 14
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 15
A. Perahu Phinisi ....................................................................................................... 15
B. Komponen dan sifat kimia serbukkayu ................................................................. 15
C. Limbah Tambak Udang ........................................................................................ 15
D. Pupuk Organik Cair .............................................................................................. 16
E. BioaktivatorEM-4 ................................................................................................. 17
F. Ragi /Yeast ............................................................................................................ 18
BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................................... 19
A. Waktu dan TempatPenelitian ................................................................................ 19
B. Desain Penelitian .................................................................................................. 19
C. Variabel Penelitian ................................................................................................ 19
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 19
E. Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan) ................................................................. 20
F. Prosedur Kerja ...................................................................................................... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 23
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 23

ix
1. Pengujian Kandungan Makronutrien ( N, P dan K ) POC ......................... 23
2. Tinggi Batang Tanaman Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus
Gangeticus)............................................................................................................... 24
3. Jumlah Helai Daun Tanaman Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus
Gangeticus)............................................................................................................... 26
B. Pembahasan........................................................................................................... 29
a. Pengujian Kandungan Makronutrien ( N, P dan K ) POC ......................... 29
a. Hasil ujiNitrogen N(%) ............................................................................................. 29
b. Tinggi Batang Tanaman Bayam Hijau Hidroponik (Amaranthus
Gangeticus)............................................................................................................... 34
c. Jumlah Helai Daun Tanaman Bayam Hijau Hidroponik (Amaranthus
Gangeticus)............................................................................................................... 35
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 38
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 38
B. Saran ..................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 39
Sutanto,R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan
Pengembangannya.Kanisius.Yogyakarta. ................................................................. 39
Prose pembuatan larutanEM- proses pencampuran bahan.................................. 42

x
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Kabupaten Bulukumba merupakan daerah pusat produksi perahu
tradisional phinisi yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya
dunia.Produksi perahu tradisional pinisi semakin meningkat dari tahun ke tahun
karena sudah dimasuki oleh pasar dunia.Sebagai bukti bahwa banyaknya
investor dari dalam Negara dan Mancanegara yang telah memesan perahu
tradisional phinisi tersebut, Misalnya yang pernah memesan adalah bapak
Wakil Presiden RI serta para Turis dari berbagai Negara. Semakin
meningkatnya produksi perahu phinisi maka semakin banyak pula penggunaan
kayu sebagai bahan baku utama dalam pembuatannya. Jenis kayu yang biasa di
gunakan dalam pembuatan perahu ini adalah jenis kayu Ulin atau besi, Bitti dan
kayu Jati.Banyaknya kegunaan kayu ini menyebabkan limbah kayu dalam
bentuk serbuk kayu semakinmeningkat.
Limbah serbuk kayu menimbulkan masalah dalam penanganannya, yaitu
dibiarkan membusuk, ditumpuk di sekitar pantai Bontobahari. Disisi lain
Kabupaten Bulukumba khususnya di wilayah bontobahari selain sebagai tempat
edukasi dan produksi perahu tradisional phinisi juga sebagai pusat pariwisata
negara maupun mancanegara karena memiliki wisata pantai yang berpasir putih
dengan laut yang biru serta ekosistem laut yang indah dan melimpah. Misalnya
pantai Tanjung Bira, Apparalang, Liukang Loe, Pantai Lemo-lemo dan Pantai
Marumasa.Untuk itu kehadiran limbah produksi perahu phinisi ini bisa saja
mencemari lingkungan pantai dan ekosistem laut. Kandungan kimia yang
terdapat dalam serbuk gergaji kayu antara lain sellulosa, hemisellulosa dan
lignin. (Dumanauw.J.F, 2002).
Selain itu, tidak jauh dari tempat produksi perahu tradisional pinisi juga
terdapat industri tambak udang yang baru dirintis oleh beberapa
pengusaha.Semakin tinggi permintaan udang, semakin banyak pula tambak
tempat budidaya udang. Maraknya budidaya tambak udang yang berada di
Kelurahan Tanah lemo Kabupaten Bulukumba menimbulkan beberapa masalah
akibat limbah yang sulit ditangani di antaranya, pencemaran pesisir pantai dan
juga adanya limbah padat berupa sedimen sisa kegiatan tambak yang tidak
dimanfaatkan. Limbah padat dari hasil kegiatan tambak udang berpotensi untuk
dijadikan bahan pembuatan pupuk, kompos ataupun media tanam. Kulit atau
cangkang udang yang mengandung kitin menjadikan limbah udang berpotensi
juga menjadi bahan baku pada bidang farmasi, kesehatan, pertanian dan
industri. Tambak dikawasan tersebut masih dapat dikatakan belum mengolah
limbah hasil kegiatan dari tambak udang dengan baik Limbah dari tambak
udang berpotensi menjadi pupuk karena berdasarkan hasil penelitian yang telah

xi
ada, pada limbah udang mengandung CaCO3.Kalsium (Ca) merupakan salah
satu hara makro bagi tanaman.Selain itu endapan dari kegiatan tambak udang
juga mengandung nutrient terutama nitrat, phosphor dan juga kalium yang
bermanfaat bagi tumbuhan.

xii
Effective Microorganism–4(EM4) akan mempercepat fermentasi bahan
organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan tersedia bagi
tanaman (Hadisuwito, 2012), dalam (Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2008). Penggunaan mikrobia terpilih EM4 dapat mempercepat
dekomposisi bahan organikdari 3 bulan menjadi 7 – 14 hari. Oleh karena itu
penggunaan EM4 bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi dalam
pengomposan. Dengan sumber bahan baku utama limbah, maka pupuk organik ini
diperkirakan akan sangat lebih murah atau ekonomis dari pada pupuk – pupuk yang
dijual dipasaran. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk memanfaatkan
limbah produksi perahu tradisional phinisi dan limbah tambak udang dijadikan
pupuk organik cair ramah lingkungan dengan penambahan Effective
Microorganism–4(EM4).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah cara membuat pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji
kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang dengan
penambahan EM4?
2. Bagaimanakah kandungan makronutrien (N, P dan K) dari pupuk organik cair
berbahan baku serbuk gergaji kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah
tambak udang dengan penambahan Effective Microorganism-4(EM4)?
3. Berapa konsentrasi yang tepat pemberian pupuk organik cair berbahan baku
serbuk gergaji kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang
dengan penambahan EM4 terhadap tanaman bayam hijauHidroponik(Amaranthus
Gangeticus)?

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara pembuatan pupuk organik cair berbahan baku serbuk gergaji
kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang dengan
penambahanEM4.
2. Mengetahui kandungan makronutrien (N, P dan K) dari pupuk organik cair
berbahan baku serbuk gergaji kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah
tambak udang dengan penambahan Effective Microorganism-4(EM4).
3. Mengetahui konsentrasi pemberian pupuk organik cair berbahan baku serbuk
gergaji kayu produksi perahu tradisional pinisi dan limbah tambak udang dengan
penambahan EM4terhadap tanaman bayam hijau Hidroponik(Amaranthus

13
Gangeticus).

D. Kebaruan
Sebelum diadakannya penelitian ini, telah ada penelitian yang juga meneliti
potensi pemanfaatan limbah udang untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman.Dalam penelitian tersebut meneliti kandungan unsur hara makro dan
beberapa mikro dari limbah udang yang sebelumnya di fermentasi selama 6 bulan
dan kemudian di gunakan sebagai pupuk cair tanaman cabai.Pada penelitian
tersebut lebih berkonsentrasi pada analisis ekonomi dari pemanfaatan limbah udang
sebagai bahan membuat pupuk organik. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh
Nurhasanah dan Hedi Heryadi pada tahun 2012 Selain itu ada juga penelitian dari
Ahmet Korkmaz, Robert J, Brian Ward tahun 2001 meneliti biosolid dari tambak
udang untuk dijadikan pupuk pada tanaman brokoli. Biosolid atau sedimen sisa dari
kegiatan tambak udang tersebut di uji kandungan unsur hara makronya dan
kemudian di aplikasikan pada tanaman brokoli.
Sedangkan dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan limbah
serbuk kayu produksi perahu tradisional phinisi dan limbah tambak udang
dijadikan pupuk organik cair ramah lingkungan dengan penambahan Effective
Microorganism–4(EM4). Dengan sumber bahan baku utama limbah, maka pupuk
organik ini diperkirakan akan sangat lebih murah atau ekonomis dari pada pupuk –
pupuk yang dijual dipasaran.

14
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perahu Phinisi
Pinisi adalah kapal layar tradisional khas Indonesia, yang berasal dari Suku
Bugis dan SukuMakassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa Bira kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya merupakan nama layar.
Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga
di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk
pengangkutan barang antar pulau (Amazingdo, 2013).
Dalam proses pembuatan kapal phinisi, para pengrajin pembuat kapal harus
menghitung hari baik untuk memulai pencarian kayu sebagai bahan baku. Jenis
kayu yang biasa di gunakan dalam pembuatan perahu ini adalah jenis kayu Ulin
atau besi, Bitti dan kayu Jati.Banyaknya kegunaan kayu ini menyebabkan limbah
kayu dalam bentuk serbuk kayu semakin meningkat.

B. Komponen dan sifat kimia serbukkayu


Kayu sebagian besar tersusun atas 3 unsur C, H, dan O. unsur –unsur
tersebut berasal dari udara, berupa CO2 dan dari tanah berupa H2O. namun dalam
kayu terdapat juga unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al, dan Na. unsur-
unsur tersebut tergabug dalam sejumlah senyawa organik, dan secara umum dapat
dibedakan dalam 2 bagian (Fengel dan Wagener 1995 ) yaitu:
1. Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang
dihasilkan oleh kayu selama perrtumbuhannya. Komponen ini
disebut dengan zatekstraktif.
2. Komponen lapisan dalam terbagi dalam dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat
yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri
dari lignin.Kandungan kimia kayu adalah selulosa ±60 %, lignin ± 28%, dan
zat lain ± 12%. Lignin adalah suatu campuran zat-zat organik yang terdiri dari
zat karbon, zat air, dan oksigen. Selulosa merupakan homo polisakarida yang
tersusun atas unit-unit β – D glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan
ikatan-ikatan glikosida. Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang
dibentuk melalui biosintesis yang berbeda dengan selulosa.

C. Limbah Tambak Udang


Limbah padat dari hasil kegiatan tambak udang berpotensi untuk dijadikan
bahan pembuatan pupuk, kompos ataupun media tanam. Kulit atau cangkang udang
yang mengandung kitin menjadikan limbah udang berpotensi juga menjadi bahan

15
baku pada bidang farmasi, kesehatan, pertanian dan industri. Kitosan juga dapat
digunakan sebagai koagulan dan flokulan dalam pengolahan air (Mu’minah, 2008).
Setelah masa panen dan pengeringan tambak akan ditemukan kotoran udang, sisa
pakan udang dan udang yang membusuk sebagai puing-puing di dasar kolam.
Residu tersebut akan mengering dan dapat digunakan untuk biosolids udang.
Biosolids ini dianggap limbah dan biasanya dibuang langsung ke lautan lepas yang
berpotensi merusak keindahan biota laut .Biosolids atau residu tambak udang ini
adalah sumber yang berharga dari N, P, K dan berbagai tanaman nutrisi yang
berguna lainnya.Kandungan tertinggi pada biosolids ini adalah nitrogen (Korkmaz,
2001).Dampak lingkungan dari kegiatan tambak udang sangat berkaitan dengan
pengelolaan air limbah dan lumpur kolam yang mengendap. Lumpur dari kolam
tambak berpotensi untuk digunakan kembali dan juga dapat digunakan sebagai
pupuk organic. dengan adanya nutrisi tingkat tinggi dan bahan organik
(Hasanuzzaman, 2013). Residu padat tambak udang tidak dapat digunakan sendiri
sebagai pupuk lengkap , tetapi harus digunakan bersama dengan pupuk komersial .
Residu padat tambak memiliki bahan organik yang sangat tinggi, diharapkan
mineral tanah dengan bahan organik yang rendah akan terangkat kesuburannya
yang mungkin berkontribusi tanaman berturut ditanam di lokasi yang sama
(Dufault, 2000)

D. Pupuk Organik Cair


Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang
diperlukan bagi tanaman.Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada
tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya.Pupuk dapat dibuat dari bahan
organik atau pun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan takaran yang
diperlukan oleh tumbuhan, jangan sampai pupuk yang digunakan kurang atau
melebihi takaran yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.Sejak
dulu sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan sebagai pupuk
dalam system usaha tani oleh para petani (Sutedjo, 2010: 9-10).
Pupuk organik adalah pupuk yang diproses dari limbah organik seperti
kotoran hewan, sampah, sisa tanaman, serbuk gergajian kayu, lumpur aktif yang
kualitasnya tergantung dari proses atau tindakan yang diberikan (Yuliprianto, 2010:
223). Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang
sangat bervariasi, dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam
mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah.
Adapun karakteristik umum yang dimiliki oleh pupuk organik menurut

16
Sutanto (2002: 6-7) adalah sebagai berikut:
1. Kandungan hara rendah, kandungan hara pupuk organic pada umumnya rendah
tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahandasarnya.
2. Ketersediaan unsur hara lambat, hara yang berasal dari bahan organik terlebih
dahulu oleh mikroba bersifat perombak (dekomposer) menjadi senyawa yang
lebih sederhana dan unsur anorganik agar dapat diserap olehtanaman.
3. Menyediakan hara dalam jumlahterbatas.
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair ,tidak padat, mudah
sekali larut pada tanah, dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan
tanaman. Pupuk organik cair mempunayi banyak kelebihan di antaranya, pupuk
tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat
pada pupuk organik padat dalam bentuk kering (Syefani dan Lilia dalam
Mufida, 2013: 15).

Menurut Hadisuwito (2007: 13) pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari
hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan
dari pupuk organik cair adalah secara cepat mengatasi defisiensi hara , tidak
bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara yang cepat..
Dibandingkan dengan pupuk anorganik cair, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan seseringmungkin.

E. BioaktivatorEM-4
Larutan EM4 (effective microorganism 4) ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus , Jepang. Kemudian penerapannya di Indonesian
banyak dibantu oleh Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Sc. Keunggulan dari larutan
EM4 adalah selain dapat mempercepat proses pengomposan, penambahan EM 4
juga terbukti dapat menghilangkan bau yang timbul selama proses pengomposan
bila berlangsung dengan baik. Larutan EM 4 merupakan bioaktivator yang
digunakan untuk membuatkompos

17
dalam bentuk padat yang sering disebut bokashi. Bahan organik yang biasa
dikomposkan dengan bioaktivator EM 4, anatara lain: jerami, pupuk kandang,
kotoran hewan, rumput, sekam atau serbuk gergaji. Akan tetapi, bioaktivator EM 4
tidak disarankan untuk mendekomposisi bahan-bahan organik yang relative keras,
seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS) karena membutuhkan waktu byang
lama. (Untung Suwahyono, 2014). Effective Microorganism-4 (EM 4) meruapakan
kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam,
dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah.
Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain: Lactobacillus
sp, Khamir , Actinomycetes, Streptomyces

F. Ragi /Yeast
Ragi merupakan zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik, bahan
organik, dan akar tanaman. Zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang dihasilkan
oleh ragi akan meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar.Keuntungan
dari activator ragi antara lain yaitu Murah dan ekonomis, Praktis ,Efisien dan
hemat.

18
BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan TempatPenelitian


Penelitian dengan pembuatan pupuk cair organik akan dilakukan pada
tanggal 28 April – 28 Juli 2019 di rumah peneliti dan pengujian kandungan
makronutrien Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Laboratorium KIMIA SMA
NEGERI 3 BULUKUMBA dan Pengujian kandungan makronutrien Nitrogen,
Fosfor, dan Kalium terhadap tanaman Hidroponik Bayam Hijau(Amaranthus
Gangeticus)di Green House SMAN 3 BULUKUMBA.

B. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif.Uji kandungan nitrogen melalui 3 tahapan yaitu destruksi,
destilasi dan titrasi, sedangkan uji kandungan fosfor dan kalium dengan tahap
destruksi.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptifkuantitatif.Deskriptifkuantitatifdigunakanmengetahuikandunganmakro
nutrient(N,P,danK) pada pupuk organik cair berbahan baku serbuk kayu
produksi perahu phinisi dan limbah tambak udang dengan penambahan EM4.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor,
yaitu faktor 1 perbandingan bahan (P) serbuk kayu : limbah tambak udang (P1=
50% : 50%, P2= 60% : 40%, P3= 75% : 25%, P4= 80% : 20%, dan P5= 95% :
5%) dan faktor 2 konsentrasi Effective Microorganism-4 (S) (S1= 5%, dan S2=
15%).

C. Variabel Penelitian
1. VariabelTerikat : Pupuk organikcair
2. VariabelBebas : Limbah serbuk kayu produksi perahu phinisi, limbah
tambak udang, Effective Mikroorganism-4(EM4)
3. VariabelTerkontrol : perbandingan bahan (P) serbuk kayu : limbah tambak
udang (P0=0%, P1= 50% : 50%, P2= 60% : 40%, P3= 75% : 25%, P4= 80%
: 20%, dan P5= 95% : 5%) dan faktor konsentrasi Effective
Microorganism-4 (S) (S1= 5%, dan S2= 15%).

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan
pengukuran langsung dengan menggunakan alat ukur. Pencatatan hasil
dilakukan dengan alat tulis menulis. Parameter yang diamati meliputi :
a. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang
utama tanaman dari atas permukaan media tanam sampai titik tumbuh tertinggi,
dengan pengamatan pertama 7 hari setelah penyemaian dan dilanjutkan

19
seminggu sekali sampai tanaman umur 7 minggu. Data tinggi tanaman
merupakan data pertambahan dimana pengukuran minggu terakhir (minggu ke
VII) dikurangi data pengukuran sebelumnya (minggu ke VI).
b. Jumlah daun (helai)
Menghitung jumlah daun dengan cara menghitung daun yang membuka
sempurna. Data jumlah daun merupakan data pertambahan dimana pengukuran
minggu terakhir (minggu ke VII) dikurangi data pengukuran sebelumnya
(minggu ke VI).

E. Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan)


1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sekop, ember, pita meter,
terpal,wadah penyemaian (tray semai), pisau, timbangan analitik, alat tulis,
jangka sorong, mistar,kamera, handsprayer, gelas ukur, ayakan, kayu pengaduk,
jirigen dan tong plastik.

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih bayam hijau
(Amaranthus Gangeticus),Rockwool, serbuk kayu produksi perahu pinisi 8 kg,
limbah tambak udang 6 kg, bekatul 1 kg, EM4 50 ml, gula tebu 450 ml,
fermipan 36 gr, air. Bahan yang digunakan dalam uji kimia pupuk organik cair:
H2SO4 pekat, campuran K2SO4 : CuSO4 (20:4), NaOH 45%, H3BO3 4%,
Indikator campuran (MR dan BCG), HCL 0,1 N, Butir Zn, HNO3 pekat,
HCIO4pekat, aquadest, Am. Heptamolibat vanadat (Am. Molibat 2,5 g/ Am.
Vanadat 0,125 g), HNO3, 2N dan larutan standart KH2PO4 25ppm.

F. Prosedur Kerja
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
AcakLengkap (RAL).2 faktor.Suatu percobaan yang digunakan homogen atau
tidak ada faktor lain yang mempengaruhi respon di luar faktorkecuali
perlakuannya, semua (media percobaan dan keadaan keadaan lingkungan
lainnya) harus serba sama atau homogen.
Faktor pertama adalah perbandingan pupuk organik cair limbah serbuk
kayu dan limbah tambak udang yang terdiri dari5 taraf perlakuan yaitu:
P0 = 0%
P1 = 50% : 50%
P2 =60% : 40%
P3 = 75% : 25%
P4 = 80% : 20%
P5 = 95% : 5%

20
Faktor kedua adalah konsentrasi Effective Microorganism-4yang terdiri
dari 2 taraf perlakuan yaitu:
S1 = 5%
S2 = 15%
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:
P0S1 P1S1 P2S1 P3S1 P4S1 P5S1
P0S2 P1S2 P2S2 P3S2 P4S2 P5S2

Setiap perlakuan di ulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit tanaman.


Langkah kerja yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan POC limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang
Limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang yang akan difermentasi di
keringkan selama 3 hari di dalam tong plastik yang tertutp rapat dengan tujuan
mempercepat proses fermentasi yang kemudian ditimbang sebanyak 5
kg,selanjutnya membuat larutan dengan mencampurkan air bersih sebanyak 5
liter, gula tebu 450 ml kemudian diaduk menggunakan kayu pengaduk agar
mempercepat larut didalam air dan cairan mikroorganisme EM4 (bioaktivator)
50 ml ke dalam ember.Selanjutnya mencampurkan keduanya dan diaduksampai
merata, mengoles permukaan mulut ember dengan sabun krim untukmencegah
lalat tidak masuk dan bertelur. Menutup tong plastik dengan rapat sehinggaudara
tidak masuk. Menyimpan tong plastik di tempat teduh, terhindar dari sinar
matahariselama 14 hari dan dilakukan pengadukan setiap hari, proses fermentasi
yang berhasilditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan
cairan. Setelah nantinyaproses fermentasi berhasil ampas dan cairan di pisahkan
dengan cara menyaringlarutan. Cairan merupakan pupuk organik cair (POC)
yang telah jadi.(Modifikasi dariNadiah, 2016).
2. Media Tanam
Media tanam bayam hijau hidroponikRockwoll dibentuk dadu dengan
panjang sisi 2cm dengan perlakuan khusus.
3. Penyemaian
Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih bayam
hijau (Amaranthus Gangeticus).Sebelum disemai benih direndam dengan
menggunakan air hangat dengan suhukurang lebih 50℃ selama 1 jam bertujuan
untukmengetahui kualitas benih bayam hijau (Amaranthus Gangeticus)kemudian
air rendaman dibuang. Media penyemaianyang digunakan adalah Rockwool yang
telah diberi perlakuan khusus dan telah dipotong dengan diameter 2x2 cm
berbentuk dadu dan dimasukkan ke dalam penampan (Tray
semai).Kemudianbenih disebarkan menurut deretan secara merata,
kemudiandisiram sampai merata, dan waktu yang digunakan dalam meyebarkan
benih adalahsore hari, (Aak, 1992). Kemudian simpan nampan tersebut di

21
tempat teduh dan kering lalu ditutup dengan kantong plastik agar proses
penyemaian cepat berlangsung. Diamkan selama 2-3 hari, setelah benih
berkecambah atau minimal muncul 2 daun, pindahkan ke tempat yang terkena
sinar matahari. Sebaiknya sinar matahari pagi pada pukul 06.00 hingga pukul
10.00
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman secara rutin pada
seluruhmedia, melakukan pemeriksaan secara kontinyu, pengendalian hama dan
penyakitdilakukan secara mekanik yaitu bila dijumpai ada hama, mengambil dan
mematikanhama tersebut dengan cara dipijit. Bila ada tanaman yang terserang
penyakit layu,mencabut tanaman dan segera membuang medianya, wadah
penanaman dapatdigunakan lagi dengan media dan tanaman yang baru dan sehat
(Pracaya, 2011).Melakukan penyiangan jika terdapat gulma dan membuat
catatan terhadap perubahantanaman yang terjadi seperti tinggi tanaman, dan
jumlah daun
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Cara menganalisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
Anova (Analysis of Variances) satu arah dengan pengukuran variabilitas antar
kelompok.Anova satu arah digunakan untuk menguji perbedaan diantara dua
atau lebih kelompok dimana hanya terdapat satu faktor yang dipertimbangkan.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
melihatnilaisig.Jikanilaisig.>0.05makatidaksignifikandanjikanilaisig.< 0. 05
maka signifikan atau berpengaruh nyata sehingga perlu dilakukan uji lanjut
menggunakan uji Duncan. Hipotesis uji statistika yaitu:
H0: Pupuk cair limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Bayam
HijauHidroponik(Amaranthus Gangeticus).
Hi: Pupuk cair limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Bayam Hijau
Hidroponik(Amaranthus Gangeticus).

22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengujian Kandungan Makronutrien ( N, P dan K ) POC
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kandungan makronutrien (N, P
dan K) pada pupuk organik cair berbahan bakulimbah serbuk kayu dan limbah
tambak udang dengan penambahan Effective Microorganism-4 (EM 4).
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kandungan makronutrien (N, P, K) pada pupuk organik
cairberbahan bakulimbah serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan
penambahan Effective Microorganism-4 (EM 4).

No Perlakuan Analisis rata-rata pupuk organikcair


N(%) P (ppm) K (%)

1. P0S1 0,10 661,94 0,23


2. P0S2 0,10 560,46 0,22
3. P1S1 0,11 692,11 ** 0,24**
4. P1S2 0,09* 524,80 0,20
5. P2S1 0,14 ** 289,01 0,15
6. P2S2 0,11 530,47 0,21
7. P3S1 0,10 566,03 0,18
8. P3S2 0,11 391,21 0,19
9. P4S1 0,09* 531,11 0,21
10. P4S2 0,12 680,09 0,23
11. P5S1 0,13 256,01* 0,13*
12. P5S2 0,10 297,15 0,14

*kandungan hara terendah


**kandungan hara tertinggi

Keterangan:
P0S1 : (0% + 5%)
P0S2 : (0% + 15%)
P1S1 :(50% : 50% + 5%)
P1S2 :(50% : 50% + 15%)
P2S1 :(60% : 40% + 5%)
P2S2 : (60% : 40% + 15%)
P3S1 :(75% : 25% + 5%)
P3S2 :(75% : 25% + 15%)
23
P4S1 : (80% : 20% + 5%)
P4S2 : (80% : 20% + 15%)
P5S1 : (95% : 5% + 5%)
P5S2 : (95% : 5% + 15%)
2. Tinggi Batang Tanaman Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus
Gangeticus)
Pengukurantinggibatang tanamanbayam hijau hidroponik(Amaranthus
Gangeticus) mulaidilakukanpadasaat tanaman berusia 7 hari setelah
penanaman. Pengukuran tinggi batang
dilakukandengancaramengukurpanjangbatangmulaidaripangkalsampai ke ujung
batang dengan menggunakan alat ukur pita meter.Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan dengan selisi waktu 3 hari sekali.Dibawah ini
disajikan tabel selisih rata-rata pertumbuhan tinggi batang bayam hijau
hidroponik (Amaranthus Gangeticus) masing-masingperlakuan.

Tabel 4.2 Rata-rata Selisih Tinggi Batang Tanaman Bayam


Hijau Hidroponik(Amaranthus Gangeticus)
Pengulangan Perlakuan
P0S1 P1S1 P2S1 P3S1 P4S1 P5S1

1 18 16 21,5 22,5 23,5 20,7


2 20 18,5 25,5 20 14,5 19,5
3 19,7 19,5 21,5 11 17 24
Rata-rata 19,23 18 22,83 17,83 18,33 21,4

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan tinggi


batang tanamanbayam hijau hidroponik (Amaranthus Gangeticus) pada setiap
perlakuan memiliki perbedaan. Pertambahan tinggi batang tanaman yang paling
tinggi pada perlakuan P2S1 (60% : 40% : 5%) yaitu 22, 83 cm diikuti dengan
tanaman yang diberi perlakuanP5S1(95% : 5% : 5%)yaitu21,4cm, diikuti dengan
P0S1 (0% : 5%) yaitu 19,23 cm, diikuti P4S1(80% : 20% : 5%)yaitu18,33cm,
diikuti P1S1( 50% : 50% : 5%) yaitu 18cm danterakhir diikuti dengan perlakuan
P3S1 (75% : 25% : 5%) yaitu 17,83 cm.
Tabel 4.3 Rata-rata Selisih Tinggi Batang Tanaman Bayam
hijau Hidroponik (Amaranthus Gangeticus)
Pengulangan Perlakuan
P0S2 P1S2 P2S2 P3S2 P4S2 P5S2

1 21 15,5 17 17 20,5 22
2 19,5 20 21 16 18,5 17

24
3 13 17 16,5 17,5 24 20
Rata-rata 17,83 17,5 18,16 16,83 21 19,6

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan tinggi


batang tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus)pada setiap perlakuan
memiliki perbedaan. Pertambahan tinggi batang tanaman yang paling tinggi pada
perlakuan P4S2 (80% : 20% : 15%) yaitu 21 cm diikuti dengan tanaman yang
diberi perlakuan P5S2(95% : 5% :15%)yaitu19,6cm, diikuti dengan P2S2 (60% :
40% : 15%) yaitu 18, 16 cm, diikuti P0S2(0% : 5%)yaitu17,83cm dan diikuti
P1S2 (50% : 50%: 15%) yaitu 17,5 cm danterakhir diikuti dengan perlakuan
P3S2 (75% : 25% :15%) yaitu 16,83 cm.
Pertambahan tinggi batang pada tanaman bayam hijau hidroponik (Amaranthus
Gangeticus) pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar berikut:
30

25.5
25 23.5 24 24
22.5 22
21 21.521.5 21
20 20.5 20.7
19.7 19.5 19.5 20 20 19.5 19.5 20
20 18 18.5
17 1716.5 1717.5 17 17
16 15.5 16
14.5 Perlakuan1
15 13
perlakuan 2
11
10 perlakuan 3

0
P0S1 P0S2 P0S3 P0S4 P0S5 P0S6 P0S7 P0S8 P0S9 P0S10 P0S11 P0S12

Gambar 4.1 Perbandingan pertambahan tinggi tanaman Bayam Hijau


Hidroponik(Amaranthus Gangeticus) pada masing-masing
perlakuan.

Pada gambar 4.1 dapat dilihat pertambahan tinggi tanaman Bayam Hijau
Hidroponik (Amaranthus Gangeticus) pada masing-masing perlakuan. Selama
pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulngan pada masing masing
perlakuan dapat dilihat bahwa semua perlakuan yang
diberikanmengalamipertambahantinggiyangberbeda-beda,namunpada
pengamatanke-1hinggake-3pertambahantinggibatanguntuksemua perlakuan
tidak berbeda jauh. Pertumbuhan tinggi batang tanaman secara berurut dari

25
yang paling tinggi hingga yang paling rendah adalah P2S1 dengan konsentrasi
(60% : 40% : 5%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 22, 83 cm ,
P5S1 dengan konsentrasi (95% : 5% : 5%)yaitu dengan tinggi rata-rata batang
tanaman21,4cm, P4S2 dengan konsentrasi (80% : 20% : 15%) yaitu dengan
tinggi rata-rata batang tanaman 21 cm, P0S1 dengan konsentrasi (0% : 5%)
yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 19,23 cm, P5S2 dengan
konsentrasi (95% : 5% :15%)yaitudengan tinggi rata-rata batang tanaman
19,6cm, P4S1 dengan konsentrasi (80% : 20% : 5%)yaitudengan tinggi rata-
rata batang tanaman 18,33cm, P2S2 dengan konsentrasi (60% : 40% : 15%)
yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 18, 6 cm, P1S1 ( 50% : 50% :
5%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 18 cm, P0S1 dengan
konsentrasi (0% : 5%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 19,23 cm,
P3S1 dengan konsentrasi (75% : 25% : 5%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang
tanaman 17,83 cm, P1S2 dengan konsentrasi (50% : 50%: 15%) yaitu dengan
tinggi rata-rata batang tanaman 17,5 cm dan yang terakhir P3S2 dengan
konsentrasi (75% : 25% :15%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman
16,83 cm.
Hasil uji Anova menunjukkan bahwa p value (sig)= 0.237 > 0.05 dapat
disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi pupuk organik cair Limbah serbuk
kayu dan limbah tambak udang tidak berpengarauh nyata terhadap pertumbuhan
tinggi batang bayam hijau hidroponik(Amaranthus Gangeticus).
3. Jumlah Helai Daun Tanaman Hidroponik Bayam Hijau (Amaranthus
Gangeticus)
Pehitungan jumlah helai daun dilakukan setelah tanaman bayam hijau
hidroponik dilakukan selama 26 hari. Perhitungan jumlah daun dilakukan
dengan cara menghitung daun yang telah terbuka secara sempurna.
Penambahanjumlah daun yang didapatkan merupakan selisih jumlah helai daun
akhir pengambilan data dengan awal pengambilan selama 7 kali pengukuran.
Rata- rata pertambahan jumlah helai daun tanaman bayam hijau(Amaranthus
Gangeticus) dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel4.1 berikut:

Tabel 4.4 Rata-rata Selisih Pengamatan Akhir dengan Awal


Jumlah Helai Daun Tanaman Bayam Hijau
Hidroponik (Amaranthus Gangeticus)
Pengulangan Perlakuan
P0S1 P1S1 P2S1 P3S1 P4S1 P5S1

1 9 5 7 2 9 8
2 11 5 8 9 7 11
3 9 11 13 4 11 14

26
Rata-rata 9,6 7 9,3 5 9 11

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan


jumlahdaunpadasetiapperlakuanberbeda.Pertambahanjumlahdaunyang paling
banyak dihasilkan oleh tanaman yang diberi pupuk organik cair serbuk kayu dan
limbah tambak dengan konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu 11 diikuti dengan
tanaman yang diberikonsentrasi P0S1(0% : 5%) yaitu9,6 diikuti P2S1 dengan
konsentrasi (60% : 40% : 5%) yaitu 9,3 diikuti dengan tanaman yang
diberikonsentrasi P4S1(80% : 20% : 5%) yaitu 9 diikuti dengan tanaman yang
diberikonsentrasi P1S1 (50% : 50% : 5%) yaitu 7 Sedangkan pertambahan
jumlah daun yang paling sedikit pada pemberian pupuk cair dengan konsentrasi
P3S1 (75% : 25% : 5%) yaitu5.
Tabel 4.5 Rata-rata Selisih Pengamatan Akhir dengan Awal
Jumlah Helai Daun Tanaman Bayam Hijau
Hidroponik (Amaranthus Gangeticus).
Pengulanga Perlakuan
n P0S2 P1S2 P2S2 P3S2 P4S2 P5S2

1 7 8 7 11 9 9
2 8 8 5 5 6 7
3 7 7 13 11 14 15
Rata- 7,3 7,6 8,3 9 9,6 10,3
rata

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan


jumlahdaunpadasetiapperlakuanberbeda.Pertambahanjumlahdaunyang paling
banyak dihasilkan oleh tanaman yang diberi pupuk organik cair serbuk kayu
dan limbah tambak dengan konsentrasi P5S2(95% : 5% : 5%)yaitu 10,3
diikutidengantanamanyangdiberikonsentrasi P4S2(80% : 20% : 5%) yaitu 9,6
diikutidengantanamanyangdiberikonsentrasi P3S2 (75% : 25% : 5%)
yaitu9diikuti P2S2 dengan konsentrasi (60% : 40% : 5%) yaitu 8,3
diikutidengantanamanyangdiberikonsentrasi P1S2 yaitu 7,6 Sedangkan
pertambahan jumlah daun yang paling sedikit pada pemberian pupuk cair
dengan konsentrasi P0S2(0% : 5%) yaitu7,3.
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata
pertambahan
jumlahdaunpadasetiapperlakuanberbeda.Pertambahanjumlahduanyang paling
banyak dihasilkan oleh tanaman yang diberi pupuk organik cair limbah serbuk
kayu dan limbah tambak udang dengan dengan konsentrasi P5S1(95% : 5% :
27
5%)yaitu 11 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P5S2(95% : 5% :
5%) yaitu 10,3 kemudian diikuti dengan konsentrasi P0S1(0% : 5%) yaitu9,6
11 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P4S2(80% : 20% : 5%) yaitu
9,6 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P2S1 (60% : 40% : 5%)
yaitu 9,3 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P4S1(80% : 20% : 5%)
yaitu 9 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P3S2 (75% : 25% : 5%)
yaitu 9 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P2S2 (60% : 40% : 5%)
yaitu 8,3 diikuti dengan tanaman yang diberikonsentrasi P1S2 yaitu 7,6 diikuti
dengan tanaman yang diberikonsentrasi P0S2(0% : 5%) yaitu7,3 diikuti dengan
tanaman yang diberikonsentrasi P1S1 (50% : 50% : 5%) yaitu 7. Sedangkan
pertambahan jumlah daun yang paling sedikit pada pemberian pupuk cair
dengan konsentrasi P3S1 (75% : 25% : 5%) yaitu5.
Pertambahan jumlah daun tanaman bayam hijau hidroponik
(Amaranthus Gangeticus) pada berbagai
perlakuankonsentrasipupukcairlimbahserbuk kayu dan limbah tambak udang

16 15
14 14
14 13 13

12 11 11 11 11 11 11

10 9 9 9 9 9 9
8 88 8 8 Pengulangan 1
8 7 7 7 7 7 7 7
pengulangan 2
6
6 55 5 5 pengulangan 3
4
4
2
2

dapat dilihat Gambar 2.1 berikut ini:


Gambar 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bayam Hijau Hidroponik
(Amaranthus Gangeticus)
Gambar 4.2 menunjukkan adanya peningkatan pertambahan jumlah
daun bayam hijau hidroponik(Amaranthus Gangeticus) sejak pengambilan data
ke-1 hingga ke-7. Berdasarakan data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa
pemberian pupukorganikcairlimbahserbuk kayu dan limbah tambak udang
terhadap Perlakuan yang mengalami pertumbuhan jumlah daun secara

28
berurutan dari yang tertinggi hingga paling rendah adalah konsentrasi
pemberian pupuk organik cair limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang
dengan konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu 11
diikutidengankonsentrasiP5S2(95% : 5% : 5%)yaitu 10,3 kemudian dengan
konsentrasi P0S1(0% : 5%) yaitu 9,6 11 diikuti dengan konsentrasi P4S2(80%
: 20% : 5%) yaitu 9,6 diikuti dengan konsentrasi P2S1 (60% : 40% : 5%) yaitu
9,3 diikuti dengan konsentrasi P4S1(80% : 20% : 5%) yaitu 9 diikuti dengan
konsentrasi P3S2 (75% : 25% : 5%) yaitu 9 diikuti dengan konsentrasi P2S2
(60% : 40% : 5%) yaitu 8,3 diikuti dengan konsentrasi P1S2 yaitu 7,6 diikuti
dengan konsentrasi P0S2(0% : 5%) yaitu7,3 diikuti dengan konsentrasi P1S1
(50% : 50% : 5%) yaitu 7. Sedangkan pertambahan jumlah daun yang paling
sedikit pada pemberian pupuk cair dengan konsentrasi P3S1 (75% : 25% : 5%)
yaitu5.
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pvalue (sig)=0.619>0.05 maka
H0 diterima dan H1 ditolak dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi
pupuk organik cair limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang tidak
berpengarauh nyata terhadap jumlah daun tanaman Bayam Hijau Hidroponik
(Amaranthus Gangeticus).

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan makronutrien (N, P,
dan K) pupuk organik cair berbahan baku serbuk kayu dan limbah tambak
udang dengan penambahan Effectivitas microorganism-4 (EM 4). Adapun hasil
penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Kandungan Makronutrien ( N, P dan K ) POC
a. Hasil ujiNitrogen N(%)
Hasil pengujian kadar Nitrogen pada pupuk organik cair berbahan baku
serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan penambahan EM4 menunjukan
bahwa perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% limbah serbuk kayu + limbah
tambak udang 25% dan + EM45%, memiliki kandungan N tertinggi yaitu
sebesar 0,14%. Kandungan N terendah terdapat pada perlakuan P1S2 dengan
konsentrasi 50% limbah serbuk kayu + limbah tabak udang 50% + EM4 15%,
yaitu sebesar 0,09%.

29
MAKRONUTRIEN NITROGEN N(%)
0.15

0.14
0.1 0.13
0.12
0.11 0.11 0.11
0.1 0.1 0.1 0.1
0.09 0.09
0.05 NITROGEN (N)

0
P0S1
P0S2
P0S3
P0S4
P0S5
P0S6
P0S7
P0S8
P0S9
P0S10
P0S11
P0S12
Gambar 4.3 Kandungan Nitrogen N(%) Pupuk Organik Cair Berbahan Baku
Limbah Serbuk Kayu dan Limbah Tambak Udang dengan Penambahan EM4.

Gambar 4.3 terlihat Pemberian konsentrasi limbah serbuk kayu


terbanyak dalam perlakuan menghasilkan N tertingi. Hasil tersebut tidak
menunjukan bahwa dengan lebih tinggi kandungan N pada limbah tambak
udang dibanding limbah serbuk kayu maka pemberian konsentrasi limbah
tambak udangteringgi akan menghasilkan N yang lebih tinggi pula. Hal ini
karena dalam limbah serbuk kayuterdapatkan dungan kimia berupa lignin,
selullosa, dan hemisellulosa.
Sellulosa dan hemisellulosa pada limbah serbuk kayuakan diuraikan oleh
bakteri sellulotik yang ada dalam EM4 menjadi karbohidrat (gula) yang
nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri dekomposer sebagai asupan nutrisi
untuk bekerja. Menurut penelitian Rahayu (2014), Bakteri selulolitik
merupakan bakteri yang memiliki kemampuan menghidrolisis kompleks
selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi
glukosa.Glukosa digunakan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi
pertumbuhan bakteri. Sutanto (2002) menyatakan bahwa mikroba yang
berperan dalam dekomposisi akan mengikat nitrogen, tetapi pada ketersediaan
karbon. Jika ketersediaan karbon terbatas (rasio C/N rendah) tidak cukup
senyawa karbon sebagai sumber energi yang dimanfaatkan mikroba untuk
mengikat seluruh nitrogen.ketersediaan asupan nutrisi yang cukup akan
mempengaruhi kerja dari bakteri dimanfaatkan mikroba untuk mengikat
seluruh nitrogen ketersediaan asupan nutrisi yang cukup akan mempengaruhi
kerja dari bakteri.
Penelitian ini menggunakan molase sebagai nutrisi bagi bakteri.
Penambahan molase pada penelitian pupuk organik cair ini sebanyak 5% dari
volume total dari campuran bahan pupuk organic cair, sehingga asupan nutrisi
bagi bakteri kurang terpenuhi yang berdampak pada kinerja yang kurang
optimal dari bakteri sehingga kandungan N yang dihasilkan rendah.

30
b. Hasil Uji Fosfor P(Ppm)
Hasil pengujian kadar fosfor (P) pada pupuk organik cair berbahan
bakulimbah serbuk kayu dan limbah tambak udangdenganpenambahan EM4
menunjukan bahwa perlakuan P1S1 dengan konsentrasi 50% limbah serbuk
kayu + limbah tambak udang 50% + EM4 5%, memiliki kandungan P tertinggi
yaitu sebesar 692,11 ppm. Kandungan P terendah terdapat pada perlakuan
P2S1 dengan konsentrasi 60% limbah serbuk kayu + limbah tambak udang
40% + EM4 5%, yaitu sebesar 256,01ppm.

800
MAKRONUTRIEN FOSFOR P(ppm)
692.11 680.09
661.94
700
560.46 566.03
600 524.8 530.47 531.11

500
391.21
400
289.01 297.15
300 256.01 FOSFOR (P)

200

100

0
P0S1 P0S2 P1S1 P1S2 P2S1 P2S2 P3S1 P3S2 P4S1 P4S2 P5S1 P5S2

Gambar 4.4 Kandungan Fosfor P (ppm) Pupuk Organik Cair Berbahan


Baku Limbah Serbuk Kayu dan Limbah Tambak Udang
dengan Penambahan EM4.

Gambar 4.4 terlihat Rendahnya kandungan fosfor pupuk organik cair


berbahan baku limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang
denganpenambahanEM4 pada perlakuan P5S1 dikarenakan rendahnya
pemberian konsentrasi limbah tambak udang pada perlakuan ini yaitu sebesar
5%. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara P pada limbah serbuk kayu
yang rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tan (1994), kandungan
hara pada serbuk gergaji kayu N 1,33%, P 0,07%, K 0,6%, Ca 1,44%, Mg
0,2%, Fe 999 mg kg-1, Cu 3 mg kg-1, Zn 41 mg kg- 1,Mn259mgkg-
1.RendahnyakandunganunsurharaPpadaserbuk kayu ini yang menyebabkan
kandundungan hara P pada pupuk limbah tambak udan dan limbah serbuk kayu
dengan penambahan EM4 pada perlakuan P5S1 yang menggunakan konsentrasi

31
limbah serbuk kayu 95% + campuran kotoran kambing dan 5% memiliki
kandungan Pterendah.
c. Hasil Uji Kalium K(%)
Hasilpengujiankadarkalium(K)padapupukorganikcairberbahan
bakulimbah serbuk kayu dan limbah tambak udangdenganpenambahan EM4
menunjukan bahwa perlakuan P1S1 dengan konsentrasi 50% limbah serbuk
kayu + limbah tambak udang 50%+ EM45%,memiliki kandungan K tertinggi
yaitu sebesar 0,24%. Kandungan K terendah terdapat pada perlakuan P5S1
dengan konsentrasi 95% limbah serbuk kayu + limbah tambak udang 5% +
EM4 5%, yaitu sebesar0,13%.

0.3 MAKRONUTRIEN KALIUM K(%)


0.25 0.23 0.22 0.24 0.23
0.2 0.21 0.21
0.2 0.18 0.19
0.15
0.15 0.13 0.14

KALIUM K
0.1

0.05

0
P0S1 P0S2 P1S1 P1S2 P2S1 P2S2 P3S1 P3S2 P4S1 P4S2 P5S1 P5S2

Gambar 4.5 Kandungan kalium K(%) Pupuk Organik Cair Berbahan Baku
Limbah Serbuk Kayu dan Limbah Tambak Udang dengan
Penambahan EM4.

Gambar 4.5 menunjukan bahwa kandungan kalium terendah terdapat


pada perlakuan P5S1 yang menggunakan konsentrasi 95% limbah serbuk kayu
+ limbah tambak udang 25%. Perlakuan ini menggunakan konsentrasi tambak
udang terendah dibanding perlakuan lain. Hal ini mengakibatkan rendahnya
hasil uji kadar kalium pada perlakuan ini yaitu sebesar 0,13%. Kandungan
kimia utama dari serbuk gergaji kayu sengon adalah lignin, sellulosa,
hemisellulosa, hidrogen, oksigen, abu dan nitrogen.Tingginya kandungan
sellulosa dan hemisellulosa dalam limbah serbuk kayu tidak mempengaruhi
kandungan hara kalium pada pupuk organik cair limbah tambak udang dan
limbah serbuk kayu dengan penambahan EM4 ini karena sellulosa bukan
senyawa yang dapat dipecah menjadi kalium.Hidayati (2008) menyatakan
bahwa, Kalium tidak terdapat dalam protein, protoplasma dan sellulosa, elemen
ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik,kalium hanya

32
berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
Hasil uji kandungan makronutrien pada pupuk organic cair berbahan
baku limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang menunjukan bahwa
perlakuan P1S1 dengan konsentrasi 50% limbah serbukkayu + limbah tabak
udang50% + EM4 5% memiliki kandungan fosfor dan kalium tertinggi,
sedangkan kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan P2S1 dengan
konsentrasi konsentrasi 60% limbah serbuk kayu + limbah tambak udang
40%+EM45%.Konsentrasibahanbaku yaitu limbah serbuk kayu dan limbah
tambak udang merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya kadar
makronutien (N, P dan K) pupuk organik cair. Hal ini menunjukan bahwa
pemberian substrat dengan konsentrasi yang tepat merupakan faktor utama
yang mempengaruhi hasil kadar makronutrien (N, P dan K) dalam pembuatan
pupuk organikcair.
Kandungan hara dalam pupuk organik cair telah diatur standar mutunya
oleh kementrian pertanian. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011, standar baku mutu kadar hara makro (N, P dan
K) pada pupuk cair organik adalah 3% - 6%. Kandungan makronutrien (N, P
dan K) pada pupuk organik cair berbahan bakulimbah serbuk kayu dan limbah
tambak udang dengan penambahan Effective Miceoorganism-4 (EM4) belum
memenuhi standar baku mutu pupuk organik cair. Rendahnya kandungan hara
makronutrien (N, P dan K) dalam pupuk organik cair berbahan bakulimbah
serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan penambahan EM4 dapat
diakibatkan karena limbah tambak udang yang merupakan bahan baku
penelitian telah terlebih dahulu difermentasikan. Hal ini dapat mengakibatkan
bahan tidak terdekomposisi secara maksimal dan menyebabkan kandungan hara
dalam campuran limbah tambak udang dan limbah serbuk kayudengan
penambahan Effective Microorganism-4 (EM4) yang juga akan mempengaruhi
kadar hara yang ada dalam pupuk organik cair.
Pemberian pupuk organik dari limbah serbuk kayu dan limbah tambak
udang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam hijau
(Amaranthus Gangeticus) yang dapat dilihat dengan mengukur parameter
diantaranya tinggibatang, dan jumlah daun. Pertumbuhan tanaman bayam hijau
(Amaranthus Gangeticus) dari setiap perlakuan dapat diperhatikan dengan
melihat gambar pada Gambar 4.1 tinggi batang tanaman bayam hijau
(Amaranthus Gangeticus), dan Gambar 4.2 jumlah helai daun bayam hijau
(Amaranthus Gangeticus),
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman kangkung darat dapat diukur melalui dari 3 parameter
yaitu sebagai berikut:

33
b. Tinggi Batang Tanaman Bayam Hijau Hidroponik (Amaranthus
Gangeticus)
HasilanalisisujiAnnovadatatinggibatangtanamanbayam hijau hidroponik
(Amaranthus Gangeticus) menunjukkan nilai yang tidak signifikan.Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic cair dari limbah serbuk kayu dan
limbah tambak udang tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tanaman bayam hijau hidroponik (Amaranthus Gangeticus). Namun, meskipun
demikian setiap perlakuan masing-masing memiliki pertumbuhan yang berbeda-
beda, berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik
cair dari limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan P2S1 dengan
konsentrasi (60% : 40% : 5%) yaitu dengan tinggi rata-rata batang tanaman 22,
83 cm memiliki pengaruh yang paling efektif terhadap pertumbuhan tinggi
batang tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus), dibanding dengan
pemberian konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%), P0S1 (0% : 5%), P4S1(80% :
20% : 5%), P1S1( 50% : 50% : 5%), P3S1 (75% : 25% : 5%), dan P4S2 (80% :
20% : 15%), P5S2(95% : 5% :15%), P2S2 (60% : 40% : 15%), P0S2(0% :
5%), P1S2 (50% : 50%: 15%), P3S2 (75% : 25% :15%).
Adanya perbedaan tinggi tanaman pada setiap kelompok perlakuan dapat
dipengaruhi oleh perbedaan komposisi pupuk, faktor eksternal dan internal dari
tanaman itusendiri.Pertumbuhan tinggi pada bayam hijau hidroponik
(Amaranthus Gangeticus) merupakan pertumbuhan primer yang dipengaruhi
oleh aktifitas sel meristem apikal yang memanjang dan membelah. Proses ini
merupakan sintesa protein yang diperoleh tanaman dari lingkungan.
Penambahan bahan organik yang mengandung nitrogen (N) akan mempengaruhi
kadar nitrogen total dan membantu mengaktifkan sel-sel tanaman dan
mempertahankan jalannya proses fotosistesis yang pada akhirnya pertumbuhan
tinggi batang tanaman bayam hijau hidroponik (Amaranthus Gangeticus) dapat
dipengaruhi. Selain itu, persediaan unsur nitrogen yang terdapat didalam pupuk
organik cair cukup untuk pertumbuhan tinggi batang tanaman
kangkung.Menurut Lingga dan Marsono (2008) peran utama nitrogen (N) bagi
tanaman adalah yakni meningkatkan pertumbuhan bagian vegetatif tanaman
seperti pertumbuhan organ akar, batang dandaun.
Pemberian konsentrasi P2S1 (60% : 40% : 5%) menunjukkan rata-rata
tinggi tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus)paling baik dengan rata-
rata 22, 83 cm,kandungan unsure hara baik makro maupun unsur hara mikro
yang terdapat pada pupuk tersebut telah mencukupi sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus).
Ketikakebutuhanakan unsur hara telah tercukupi maka pertumbuhan tinggi
tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) akan menjadi optimal. Sesuai
dengan pendapat yang dikemukankan oleh Murbandono (1982) bahwa dengan

34
tersedianya unsur hara yang mencukupi maka tanaman yang tumbuh akan
memberi produksi yangoptimal.Untuk hasil pertumbuhan terendah dari
penelitian ini yaitu pemberian konsentrasi P3S2 (75% : 25% :15%) yaitu 16,83
cm, di mana semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair limbah serbuk kayu
dan limbah tambak udang yang digunakan semakin banyak pula kandungan
unsure hara yang terkandung didalam pupuk organik cair tersebut. Hal ini
sependapat dengan Nisa (2016) menyatakan bahwa perlu adanya pemberian
pupuk yang tepat dan seimbang, karena baik berlebih unsure hara atau
kekurangan hara dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal pada
tanaman. Hasil penelitian Santosa (2000) menunjukkan bahwa kelebihan unsur
N dalam tanah akan menyebabkan pencemaran tanah dan akan terakumulasi.
Selain itu pemberian pupuk yang mengandung nitrogen tinggi dapat menurunkan
pH tanah sehingga tanah menjadi asam. Tingginya tingkat keasaman
mengakibatkan unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah yang
cukupsepertikurangnyaCa,N,P,K,danMgsedangkanunsur hara mikro yang
diperlukan dalam jumlah sedikit mengalami peningkatan sehingga bersifat racun
bagi tanaman seperti unsur Al, Mn dan Fe. Selain itu tanah yang terlalu masam
dapat menghambat perkembangan mikroorganisme tertentu di dalam tanah
sehingga kondisi tersebut berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan penjelasan dari Nasution (2014) yakni kemasaman tanah sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan hara di dalam tanah, aktifitaskehidupan jasad
renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke dalamtanah, begirupun dalam
media tanam Hidroponik pada Rockwool.
c. Jumlah Helai Daun Tanaman Bayam Hijau Hidroponik (Amaranthus
Gangeticus)
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan dan setiap
pengamatan mengalami pertambahan jumlah daun tanaman bayam hijau
hidroponik (Amaranthus Gangeticus). Tingkat penambahan jumlah daun
terbanyak secara berurutan adalah pada konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu
11 diikutidengankonsentrasiP5S2(95% : 5% : 5%)yaitu 10,3 kemudian
dengan konsentrasi P0S1(0% : 5%) yaitu9,6 11 diikutidengakonsentrasi
P4S2(80% : 20% : 5%) yaitu 9,6 diikutidengankonsentrasi P2S1 (60% : 40% :
5%) yaitu 9,3 diikutidengankonsentrasi P4S1(80% : 20% : 5%) yaitu 9
diikutidengankonsentrasi P3S2 (75% : 25% : 5%) yaitu9
diikutidengankonsentrasi P2S2 (60% : 40% : 5%) yaitu 8,3
diikutidengankonsentrasi P1S2 yaitu 7,6 diikutidengankonsentrasi P0S2(0% :
5%) yaitu7,3 diikutidengankonsentrasi P1S1 (50% : 50% : 5%) yaitu 7.
Sedangkan pertambahan jumlah daun yang paling sedikit pada pemberian
pupuk cair dengan konsentrasi P3S1 (75% : 25% : 5%) yaitu5. Masing-
masing perlakuan memiliki penambahan jumlah daun yang berbeda-beda.

35
Namun, walaupun demikian pemberian pupuk organic cair dari limbah serbuk
kayu dan limbah tambak udang tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus).Berdasarkan hasil analisis
uji Anova menunjukkan bahwa pengaruh pupuk organik cair terhadap jumlah
daun tanaman kangkung memiliki nilai yang tidaksignifikan.
Hasil penelitian pemberian pupuk organik cair dari serbuk kayu dan
limbah tambak udang yang paling efektif terhadap jumlah daun yaitu
pemberian konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu 11 helai sama seperti pada
pertumbuhan tinggi batang tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus).
Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) sesuai dengan kebutuhan
tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) bila dibandingkan dengan
konsentrasi lain. Hal ini sesuai pendapat dengan Fairhurst et.al. (2007)
menyatakan bahwa bila nitrogen diberikan cukup pada tanaman, kebutuhan
akan hara lain seperti fosfor meningkat untuk mengimbangi laju pertumbuhan
tanaman yang cepat. Dimana ketersediaan unsur-unsur hara yang terdapat
dalam pupuk organik cair tidak berlebih maupun kekurangan sehingga
pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) lebih
optimal.Terjadinya peningkatan jumlah daun pada tanaman juga berhubungan
dengan pertambahan tinggi tanaman Apabilatanaman semakin tinggi, maka
jumlah titik tumbuh daun semakin banyak, sehingga daun semakinbanyak.
Unsur nitrogen dan fosfor sangat berpengaruh terhadap penambahan jumlah
daun tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus). Ketersediaan unsur
nitrogen dan fosfor yang ukup didalam tanah akan diserap oleh akar tanaman
bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) dan dapat member pertumbuhan yang
optimal bagi tanaman tersebut. Menurut Gardner (1985) dalam Liferdi (2009)
fosfor adalah hara makro esensial yang memegang peranan penting dalam
berbagai proses, seperti fotosintesis, asimilasi dan respirasi. Fosfor merupakan
komponen struktrural dari sejumlah senyawa molekul pentransfer energi ADP,
ATP, NAD, NADH, serta senyawa sistem informasi genetik DNA. Hal ini
berkaitan dengan peran unsur P dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan
karbohidrat yang nantinya dapat diubah menjadi energi. Energi tersebut
dibutuhkan untuk mendukung kerja unsur nitrogen dalam pembentukan sel dan
pertumbuhan vegetatif salah satunya untuk pertumbuhan tunas sehingga dapat
meningkatkan jumlah daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995) hasil proses
fotosintesi digunakan untuk pembelahan sel, jaringan dan organ tubuh tanaman
seperti daun. Selain itu, fungsi unsure fosfor juga berkaitan dengan pertahanan
daun tanaman, karena fosfor dapat memperkuat daun agar tidak gugur. Hal ini
sesuai dengan Mengel (2001) dalam Ginting (2017) yang menyatakan bahwa
daun dari tanaman yang kekurangan unsur hara fosfor akan berubah warna

36
menjadi kecoklatan dan dapat gugur lebih awal.
Pada penelitian ini panen dilaksanakan pada saat siang hari dan
memulai pengukuran dengan mengukur berat basah tanaman dari konsentrasi
yang terendah sehingga tanaman kangkung darat yang diberi perlakuan yang
lebih tinggi dibiarkan dalam waktu yang lebih lama dan hal tersebut membuat
tanaman kangkung darat menjadi cepat layu sehingga dapat mengurangi kadar
air yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Sesuai dengan pendapat
Lakitan (1996) yang menyatakan berat basah tanamana dalah berat pada saat
masih hidup dan ditimbang langsung setelah panen sebelum tanaman menjadi
layu karena kehilangan air.
Pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) juga tidak
lepas dari berbagai faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan bayam
hijau (Amaranthus Gangeticus), adapun pengaruh yang datangnya dari luar
sebagai berikut:
i. Suhu danKelembaban
Faktor lingkungan yang juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhanbayam hijau (Amaranthus Gangeticus) yaitu suhu dan
kelembaban.MenurutFikri (2015) tanaman bayam hijau (Amaranthus
Gangeticus) tidak dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan dapat
tumbuh dengan optimal pada suhu 25-30℃ dan kelembaban 60%. Pada
penelitian ini pengukuran suhu dan kelembaban hanyadilakukan setiap sore hari
dan di dapatkan hasil rata-rata pengukuran suhu selama pengamatan yaitu30℃
dan kelembaban 66% hal tersebut menunjukkan bahwa pada lokasi penanaman
bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) yang terletak di Green House SMAN 3
Bulukumba dapat tumbuh dengan baik.
ii. IntensitasCahaya
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran intensitas cahaya matahari
di sekitar tempat menanam bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) karena
keterbatasan alat, namun di sekitar lokasi tidak ditumbuhi oleh pohon yang
tinggi sehingga tanaman bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) dapat terkena
sinar cahaya matahari secara merata dengan perlakuan khusus.

37
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini daoat disimpulkan bahwa pupuk organik cair yaitu:
1. Hasil pengujian kadar Nitrogen pada pupuk organik cair berbahan
bakuserbukkayudan limbah tambak udangdenganpenambahan EM4
menunjukan bahwa perlakuan P3S1 dengan konsentrasi 75% limbah serbuk
kayu + limbah tambak udang 25% dan + EM45%,memiliki kandungan N
tertinggi yaitu sebesar0,14%, hasil pengujian kadar fosfor (P) pada pupuk
organik cair berbahan bakulimbah serbuk kayu dan limbah tambak
udangdenganpenambahan EM4 menunjukan bahwa perlakuan P1S1 dengan
konsentrasi 50% limbah serbuk kayu + limbah tambak udang 50% + EM4 5%,
memiliki kandungan P tertinggi yaitu sebesar 692,11 ppm, dan
hasilpengujiankadarkalium(K)padapupukorganikcairberbahan bakulimbah
serbuk kayu dan limbah tambak udangdenganpenambahan EM4 menunjukan
bahwa perlakuan P1S1 dengan konsentrasi 50% limbah serbuk kayu + limbah
tambak udang 50%+
EM45%,memilikikandunganKtertinggiyaitusebesar0,24%.
2. Kandungan POC limbah serbuk kayu dan limbah tambak udang dengan
penambahan EM4 dibandingkan dengan peraturan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011, standar baku mutu kadar hara makro
(N, P dan K) pada pupuk cair organik adalah 3% - 6%.
3. POC tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman
(cm), dan jumlah daun (helai), tanaman bayam hijau Hidroponik (Amaranthus
Gangeticus).
4. Kombinasi POC dengan konsentrasi P2S2 (60% : 40% : 5%) memiliki
pengaruh yang paling efektif terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman
bayam hijau (Amaranthus Gangeticus) yaitu dengan tinggi rata-rata batang
tanaman 22, 83 cm, Tingkat penambahan jumlah daun terbanyak adalah pada
kombinasi POC dengan konsentrasi P5S1(95% : 5% : 5%)yaitu 11 helai.
B. Saran
Berikut ini adalah saran-saran hasil penelitian yang tela dilakukandari penulis:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi pupuk pada
pertumbuhan generatif sampai masa panen sehingga data yang dibutuhkan
untuk membuktikan adanya pengaruh perlakuan semakin valid.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi poc yang lebih
tinggi untuk mengetahui adanya pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
tanaman bayam hijau Hidroponik (Amaranthus Gangeticus).
3. Sebaiknya panen dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga tanaman bayam
hijau (Amaranthus Gangeticus) tidak muda layu dan kandungan air
didalamnya tetap terjaga
38
DAFTAR PUSTAKA
Amazingdo.2013. Kapal Pinisi, Kapal Penjelajah Dunia http://www.gocelebes.
com/ kapal-pinisi/. (Diakses Tanggal 14 Maret 2019).
Damanauw,J.F. 2002. Mengenal Kayu. Yoyakarta:Penerbit Kanisius.
Dufault, R.J. 2000.Potential of biosolids from shrimp aquaculture as a
fertilizer for bell pepper production. J.Compost Science
Fengel, D dan Wagener, G, 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hadisuwito. 2012. Evaluasi Kesuburan Tanah.
Http://www.Pustaka-DeptanGo.Id.(Diakses Tanggal 13
Maret 2019).
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Hasanuzzaman Md, Hossain Mahmood. 2013. Effect of Shrimp Pond
Sludge on Seedling Growth of Mahogany (Swietenia
macrophylla). Khula Bangladesh. KhulnaUniversity
Korkmaz Ahmet, Brian Ward. 2001. Potential of Biosolids from Shrimp
Aquaculture as a Fertilizer for Broccoli Production. South Caroline.
Clemson University
Mu’minah. 2008. Aplikasi Kitosan sebagai Koagulan untuk Penjernihan Air
Keruh. Bandung. Program Studi Kimia ITB
Sutanto,R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan
dan Pengembangannya.Kanisius.Yogyakarta.
Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta:
Rineka Cipta. Yulipriyanto, H.2010. Biologi Tanah
dan Strategi Pengolahannya. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Rossiana, N. 2006.Uji Toksisitas limbah cair tahu sumedang terhadap reproduksi
Daphnia carinata KING.Bandung : Universitas Padjajaran. Diakses
tanggal 27 Juli 2009
Said,I.N. 1999. Teknologi pengolahan air limbah tahu-tempe dengan proses
biofilter anaerob dan aerob. Jakarta: Direktorat teknologi lingkungan.
Samekto ,R. 2008. Pemupukan .Yokyakarta : PT.Aji Cipta Pratama
Simanungkalit.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian
Sinta, S.S, 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik
Dengan Proses Fermentasi.Jurnal Teknik Kimia Vol.2, No.2
Sutejo, M.M. 1990. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta:
Rineka CiptaYulipriyanto, H.2010. Biologi Tanah dan
Strategi Pengolahannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

39
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran II. Dokumentasi

A. Limbah serbuk kayu produksi perahu pinisi

Gambar 1.1 Lokasi Pembuatan Produk Perahu


Pinisi

Gambar 1.2 Limbah Serbuk Kayu Hasil


Produksi Perahu Pinisi

40
B. Limbah Tambak Udang

Gambar 1.3 Limbah Tambak Udang

C. Alat dan Bahan


1. Alat

Saringan dan gelas ukur 50 ml timbangan ember/wadah wadah


penyemaian

Terpal pita meter kayu pengaduk

41
2. Bahan

Gula banih bayam hijau azolla EM-4

Air Roockwoll bekatul Limbah Serbuk Kayu

3. Proses Pembuatan POC

Prose pembuatan larutanEM- proses pencampuran bahan

Proses pencampuran larutan EM4, larutan gula ke dalam campuran


limbah tambak udang dan serbuk kayu

42
pembungkusan dengan plastic penyaringan pupuk cair pupuk organic cair yang
telah di saring

pupuk organic cair yang sudah siap diuji

4. Budidaya Tanaman Hidroponik menggunakan pupuk organic cair limbah serbuk


kayu dan limbah tambak udang dengan penambahan EM-4

43
BIODATA KETUA KELOMPOK

NamaLengkap : AndiIsrajBataraSonge
NIS : 155 027
Kelas : XII MIA 3
JenisKelamin : Laki-laki
TempatdanTanggalLahir : Bulukumba, 12 Oktober 2001
AsalSekolah : SMA Negeri 3 Bulukumba
E-mail : andiisrajpac@gmail.com
No. Telp/Hp : 085656153540
Penghargaan yang pernahdiperoleh : Juara II LKTI ANGKA UIN 2018 Se-
SulselBar

Bulukumba, 02 September 2019


NamaKetuaKelompok,
Pas
Foto 3 x 4

(AndiIsrajBataraSonge)

44
BIODATA ANGGOTA I

NamaLengkap : AndiNurannisaAzzahra
NIS : 177 033
Kelas : XII MIA 2
JenisKelamin : Perempuan
TempatdanTanggalLahir : Tanahlemo, 21 Juni 2002
AsalSekolah : SMA Negeri 3 Bulukumba
E-mail : andinurannisaazzahra@gmail.com
No. Telp/Hp : 081343300892
Penghargaan yang pernahdiperoleh : - Finalisfiksi 2018
- Juara 3 LKTIKELAPA GT-07
- Juara 2 Business Plan Competition StieNobel

Bulukumba, 02 September 2019


NamaKetuaKelompok,
Pas
Foto 3 x 4

(Andi Nurannisa Azzarhra)

45
BIODATA ANGGOTA II

NamaLengkap : AndiAinulMudhiah
NIS : 187 302
Kelas : XI MIA 1
JenisKelamin : Perempuan
TempatdanTanggalLahir : Tanahberu, 27 Desember 2003
AsalSekolah : SMA Negeri 3 Bulukumba
E-mail : andiainul27@gmail.com
No. Telp/Hp : 082188025817
Penghargaan yang pernahdiperoleh : Juara II LKTI ANGKA UIN 2018 Se-
SulselBar

Bulukumba, 02 September 2019


NamaKetuaKelompok,
Pas
Foto 3 x 4

(Andi Ainul Mudhiah)

46

Anda mungkin juga menyukai