Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS KANDUNGAN FENOL DAN KADAR AIR

IKAN BANDENG ( Chanos-Chanos Forskal ) PADA


BERBAGAI BAHAN DAN LAMA PENGASAPAN

SKRIPSI

OLEH :

IBRAHIM
NIM. 1322060037

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KANDUNGAN FENOL DAN KADAR AIR


IKAN BANDENG ( Chanos-Chanos forskal ) PADA
BERBAGAI BAHAN DAN LAMA PENGASAPAN

OLEH :
IBRAHIM
NIM : 1322060037

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi pada Program Studi
Agroindustri Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Rahmawati Saleh,S.Si.M.Si Ir.Imran Muhtar,M.Si


NIP. 19710112 1999032001 NIP. 196412311992031031

Ketua jurusan Ketua Program Studi

Ir.Nurlaeli Fattah,M.Si Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP


NIP. 19680807 199512 2 001 NIP. 19760810 200912 2 002

Direktur
Politani Negeri Pangkep

Dr. Ir. Darmawan, MP


NIP. 19670202 199803 1 002

Tanggal lulus : 28 Agustus 2017

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJIAN

Judul : Analisis Kandungan Fenol Dan Kadar Air Ikan

Bandeng ( Chanos-Chanos Forskal ) Pada Berbagai

Bahan Dan Lama Pengasapan

Nama Mahasiswa : Ibrahim

NIM : 1322060037

Jurusan : Diploma D4Agroindustri

DIsahkan Oleh :

Tim penguji

1. Rahmawati saleh.S.SI.M.Si (…………………………)

2. Ir.Imran Muhtar.M.Si (…………………………)

3. Syamsuar , S.PI., M.Si (…………………………)

4. Ilham ahmad, ST.MT (…………………………)

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Ibrahim

Nim :1322060037

Program studi : Diploma D4 Agroindustri

Perguruan tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul :

ANALISIS KANDUNGAN FENOL DAN KADAR AIR IKAN BANDENG

(CHANOS-CHANOS FORSKAL) PADA BERBAGAI BAHAN DAN LAMA

PENGASAPAN, bukan merupakan pengambilan alihan tuisan atau pemikiran

orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, 28 Agustus 2017

Yang Menyatakan

Ibrahim
Penulis

iv
ABSTRAK

IBRAHIM NIM 1322060037 Analysis of Phenol Content In Milkfish (Chanos-


chanos forskal) Under the guidance of Rahmawati Saleh and Imran Muhtar.
Milkfish is the result of indigenous Indonesian fisheries whose products
are very popular by the community, because the nutritional content is delicious
and high. The development of fishery processing technology, so that milkfish
became one of the popular food in Indonesia.
This study aims to analyze the milkfish content of each durable treatment
method from 8 to 12 hours from 6 samples using a complete random pattern
factorial (RAL) pattern (A), (A1 = coconut husk A2 = firewood) The results
obtained that The highest phenol level of 1.49% treatment using firewood. That
each treatment has a significant influence on each percentage of the treatment of
the material. This could be seen on the value of 19.174 and significant at 0.05
which means that every percentage of curing treatment time has significant effect
on each treatment, because there are several factors so that the percentage of
fuming material in each method has real effect.
Based on organoleptic results obtained from the best treatment of six
samples with the highest value of two treatments between coconut husk and
firewood method, the best samples are coconut husk because of the highest and
best parameters.

Keywords: content of phenol in milkfish.

v
RINGKASAN

IBRAHIM Nim 1322060037. analisis kandungan fenol pada ikan bandeng


(chanos-chanos forskal) asap di bawah bimbingan Rahmawati saleh dan Imran
Muhtar.
Ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal ) merupakan hasil perikanan asli
Indonesia yang produknya banyak di gemari masyarakat karena nikmat, dan
kandungan gizi yang tinggi. Berkembangnya teknologi pengolahan perikanan,
sehingga ikan bandeng menjadi salah satu makanan yang popular di Indonesia.
Sehingga ikan bandeng asap.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan fenol ikan asap
setiap metode perlakuan lama pengasapan 8 sampai 12 jam dari 6 sampel dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) fola factorial dari (A), (A1= Sabut
Kelapa A2=Kayu Bakar ) hasil yang dicapai bahwa kandungan fenol yang
tertinggi 1,49 % dari perlakuan menggunakan kayu bakar . bahwa setiap
perlakuan berpengaruh nyata pada setiap persentasi perlakuan bahan. Hal ini dapat
dilihat pada nilai 19.174 dan signifikan pada 0,05 yang artinya setiap persentasi
lama perlakuan bahan pengasapan signifikan berpengaruh nyata pada setiap
pelakuan, karena ada beberapa faktor sehingga persentasi lama pengasapan bahan
pada setiap metode berpengaruh nyata.
Berdasarkan hasil dari uji organoleptik dapat diketahui pelakuan terbaik
dari enam sampel nilai yang tertinggi dari dua perlakuan antara metode sabut
kelapa dan kayu bakar sampel yang terbaik sabut kelapa dikarenakan parameter
yang tertinggi dan terbaik .

Kata kunci : kandungan fenol pada ikan bandeng asap.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
ANALISIS KANDUNGAN FENOL DAN KADAR AIR IKAN BANDENG
(Chanos-Chanos Forskal) PADA BERBAGAI BAHAN DAN LAMA
PENGASAPAN Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis memperuntukkan doa syukur dan rasa hormat
yang mendalam kepada Ibunda Hasnawati dan ayahanda ALM. Pamutolla atas
segala ketulusan hatinya,curahan kasih sayang yang diberikan serta dorongan baik
secara langsung maupun tidak langsung, selam penyelesian skripsi ini :
Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan , MP. , selaku Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
2. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si, selaku ketua Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP. MP. Selaku ketua Program Studi
Agroindustri.
4. Ibu Rahmawati Saleh,S. Si. M.Si dan Bapak Ir.Imran Muhtar M.Si.
selaku pembimbing.
5. Dosen beserta Staf Akademik Program Studi Agroindustri Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Agroindustri.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi

vii
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memerlukan saran dan
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkep,28 Agustus 2017

Ibrahim

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... i


SURAT PERSETUJUAN PENGUJIAN ....................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................... . vii
DAFTAR TABEL............................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klafikasi Dan Morfologi ...................................................... 4
2.2 Jenis Ikan Bandeng. ............................................................. 6
2.3 Gizi Ikan Bandeng ............................................................... 6
2.4 Manfaat Ikan Asap. ............................................................. 7
2.5 Metode Pengasapan. ............................................................ 9
2.5.1 Pengasapan Panas ............................................................. 9
2.5.2 Pengasapan Dingin ............................................................ 10
2.5.3 Manfaat Pengasapan ......................................................... 11
2.6 Metode Pengasapan ............................................................. 12
2.7 Jenis Kayu Pada Pengasapan .............................................. 14
2.8 Kandungan Kimia Ikan Asap ............................................ 15
2.9 Garam................................................................................... 16

ix
2.10 Analisis Proksimat ............................................................ 16
2.10.1 Fenol .......................................................................... 16
2.10.2 Kadar Air .................................................................. 17
2.9 Pengujian Organoleptik...................................................... 17
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu ............................................................... 19
3.2 Bahan Dan Alat ..................................................................... 19
3.3 Tahapan Penelitian. ............................................................... 20
3.3 Prosedur Pengasapan. ............................................................ 20
3.4 Diagram Alir Pembuatan Ikan Bandeng Asap. ..................... 22
3.5 Rancangan Penelitian ............................................................ 24
3.6 Parameter Pengujian.............................................................. 25
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rendemen Penelitian ........................................................... 27
4.1.1 Jumlah Berat Sampel..................................................... 28
4.2 Analisa Fenol ...................................................................... 29
4.3 Analisa Kadar Air .............................................................. 31
4.4 Tekstur ................................................................................. 32
4.5 Aroma .................................................................................. 33
4.6 Rasa ..................................................................................... 34
4.7 Warna ................................................................................... 35
4.8 Kenampakan ....................................................................... 36
V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN. .................................................................... 37
5.2 SARAN .................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................... 39
LAMPIRAN. .................................................................................... 40

x
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1. Komposisi Kimia Ikan Bandeng Segar ......................................... 7


2. Persyaratan SNI Ikan Asap ........................................................... 8
3. Perbedaan Pengasapan Panas Dan Dingin .................................... 9

xi
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman
1. Ikan Bandeng ................................................................................ 4
2. Analisa Uji Fenol .......................................................................... 27
3. Uji Kadar Air................................................................................. 29
4. Tekstur........................................................................................... 30
5. Aroma ............................................................................................ 31
6. Rasa ............................................................................................... 32
7. Warna ............................................................................................ 33
8. Kenampakan.................................................................................. 34.
9.Dokumentasi Kegiatan ................................................................... 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Foto kegiatan Pelaksanaan Skripsi ................................................ 38


2. Organoleptik.................................................................................. 40
3. Data SPSS ...................................................................................... 38

xiii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai potensi cukup besar sebagai

sumber daya perikanan.Sulawesi selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia

yang sebagian wilayahnya terdiri dari lautan dan rawa yang banyak menghasilkan

berbagai jenis perikanan ikan bandeng memiliki protein hewani yang cukup tinggi

yang di bandingkan protein yang berasal dari tumbuhan Proses pembusukan

berkisaran 5-8 jam agar ikan tidak mudah rusak cara menanganinya digunakan

Pengawetan ikan salah satunya dengan metode pengasapan yang dilakukan setiap

proses produksi ikan bandeng asap terdiri dari pencucian, penyiangan,penggaraman

dan penggantungan pengasapan dalam proses pengasapan faktor yang mempengaruhi

ikan asap diantaranya berkurangnya kadar air sampai dibawah 40% adanya senyawa

yang ada didalam asap kayu yang dapat mengahambat pertumbuhan bakteri

pembusuk, dan terjadinya koagulasi protein pada permukaan ikan yang

mengakibatkan jaringan pengikat lebih menjadi kuat kompak sehingga tahan dari

serangan bakteri (Saparianto 2010) adapun pengasapan dapat dijumpai diberbagai

daerah, namun jumlahnya tidak banyak seperti pengeringan meskipun pengasapan

tetap mempertahankan mutu ikan tidak seperti proses ikan asin atau kering. tujuan

pengasapan ikan ada tiga hal. Pertama mengelolah ikan agar dapat di kosumsi

langsung. Kedua memberikan cita rasa yang khas agar disukai oleh konsumen ketiga,

memberikan daya awet melalui pengasapan.ikan bandeng asap banyak di gemari oleh

1
masyarakat Ikan asap mengandung zat fenol yang berbahaya meskipun memperoleh

ikan bandeng yang berkualitas tinggi perludi lakukan pengujian terhadap faktor yang

mempengaruhi zat berbahaya pada pengasapan ikan di antaranya jenis kayu bakar dan

sabut kelapa. Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif terhadap

kulit (iritasi) dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

pada manusia hingga kematian pada organisme. Tingkat toksisitas fenol beragam 6

tergantung dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada aktivitas antioksidan

yang mempengaruhi daya simpan makan (Girard 1992). Komponen senyawa fenol

yang berperan dalam pembentukan flavor berperan memberi rasa asap, sementara

siringol member aroma asap (Daun, 1979). Nilai ambang fenol dari kondensat asap

adalah 0,147 ppm untuk rangsangan rasa dan 0,023 ppm untuk rangsangan bau. Di

samping itu fenol juga memberikan konstribusi dalam pewarnaan produk pengasapan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan ikan bandeng asap dengan bahan sabut kelapadan

kayu bakar?

2. Berapa kandungan jumlah fenol terhadap ikan bandeng asap ?

3. Berapa tingkat perbandingan jumlah fenol ikan bandeng asap ?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang di capai adalah :

1. Menentukan kandungan fenol pada ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal)

asap ?

2. Menentukan kadar air bandeng asap ?

3. Menentukan mutu organoleptik bandeng asap ?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai mengetahui kandungan fenolterhadap ikan

bandeng asap.Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada

maysarakat dan industry ikan bandeng bahwa pengasapan ikan yang menggunakan

kayu lebih berbahaya terhadap kesehatan tubuh.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi.

Ikan bandeng yang dalam bahasa latin adalah Chanos chanos forskal, bahasa

Inggris Milkfish, dan dalam bahasa Bugis Makassar Bale Bolu, pertama kali

ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada Tahun 1925 di laut

merah. Menurut Sudrajat (2008) taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng adalah

sebagai berikut:

Gambar 1. Ikan Bandeng(Chanos chanos Forsskal)

Kingdom : Animalia Phylum

Chordata : Subphylum

Vertebrata Class : Osteichthyes Ordo

Gonorynchiformes Family : Chanidae Genus

Chanos Spesies : Chanos chanos

Nama local : Bolu, muloh, ikan agam

4
Ikan bandeng memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan oval.

menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2).

Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2-5,5)

(Sudrajat, 2008). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya, berbentuk

lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut) semakin runcing

(Purnomowati, dkk., 2007). Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam

lilin, berbentuk segitiga, terletak di belakang insang di samping perut. Sirip

punggung pada ikan bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh

dibelakang tutup insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari

tulang sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan

berfungsi untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian

bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang

tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-

sirip lain. Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor

semakin lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi

sebagai kemudi laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati, dkk., 2007). Ikan

bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng dapat dijumpai di

daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa perkembangannya, ikan

bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara sungai. Ketika mencapai

usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk berkembang biak

(Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 %

bobot badan/hari (Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia

5
5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002). Enam Ikan bandeng

mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng

mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa

tumbuhan mikroskopis seperti : plankton, udang renik, jasad renik, dan tanaman

multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya,

(Purnomowati, dkk., 2007). Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora,

kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam

golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan

buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi

omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan

buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).

2.2 Jenis Ikan Bandeng

Ikan bandeng air tawar termasuk golongan ikan pemakan plankton dan

makroalga.Di tambak, ikan bandeng bisa memakan klekap yang merupak campuran

antara algae dasar dan bentos, ikan ini juga sangat responsive terhadap pemberian

pakan buatan berupa pellet dengan kadar protein 24%.

2.3 Gizi Ikan Bandeng

Bentuk gizi ikan yang akan diasap dapat berupa ikan utuh, fillet, pembelahan

ataupun dalam bentuk potongan/irisan tergantung pada ukuran ikan dan selera

konsumen. Khusus untuk ikan bandeng asap memang dilakukan dalam bentuk utuh

6
yang telah disiangi/dibuang isi perut dan insangnya untuk mengurangi kontaminasi

mikroba dalam bahan baku :

Tabel. 1 Komposisi Kimia Ikan Bandeng Segar (per 100 gram)

Komponen kadar

Kalori 129kkal

Protein 20 gram

Lemak 4,8 gram

Fosfor 150 mg

Kalsium 20 mg

Vitamin a 150SI

Vitamin B1 0.05 mg

Zat besi 2 mg

Sumber : Purnomowati (2006)

Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai kandungan protein tinggi

dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan

bagi tubuh manusia.

2.4 Manfaat Ikan Asap

Manfaat ikan asap adalah salah satu cara mengawetkan ikan bandeng yang

cukup popular di Indonesia. Cara ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun

jumlahnya tidak sebanyak produk pengasinan atau pengeringan. Apalagi manfaat

ikan asap dapat memberikan nilai gizi protein yang cukup baik di kesehatan tubuh

7
manusia bisa di konsumsi seluruh kalangan ekonomi yang tinggi dan rendah juga

dapat menunda proses kemunduran mutu ikan, namun dalam waktu yang tidak terlalu

lama, tidak seperti ikan asin atau ikan kering. Tujuan pengasapan pada ikan ada tiga

hal. Pertama, mengolah ikan agar siap untuk dikonsumsi langsung. Kedua, memberi

cita rasa yang khas agar lebih disukai konsumen. Ketiga, memberikan daya awet

melalui pemanasan, pengeringan dan reaksi kimiawi asap dengan jaringan daging

ikan pada saat proses pengasapan berlangsung.

Manfaat ikan asap merupakan salah satu metode pengolahan ikan yang

mengkombinasikan proses penggaraman, pemanasan dan pelekatan komponen

kimiawi asap. Pengasapan ikan ditujukan untuk pengawetan, akan tetapi peran

tersebut kini telah bergeser ke arah pembentukan flavour, warna dan aroma khas ikan

asap. Peran tersebut lebih mudah diterapkan apabila menggunakan metode

pengasapan ikan dengan asap cair. Asap cair mempunyai beberapa keuntungan

seperti mudah penerapan dan pengontrolan untuk menghasilkan produk yang

seragam. (Swastawati, F. et al. 2014; Swastawati, F. et al. 2012; Martuscelli, 2009;

Martinez, 2007)

8
Tabel 2.SNI 2575 : 1 2013 Persyaratan Mutu Dan Keamanan Ikan Asap.

Parameter uji satuan Persyaratan

a. Sensori - -
b. Kimia
- kadar air % Maks. 60,0
- kadar lemak % Maks.20,0
- Histamin Mg/kg Maks. 100
c. Cemaran mikroba
- ALT Kaloni/g Maks. 5,0 × 104
- Escherichia APM/g <3
- Staphylococcus aureus - Negatif/25 g
- Kapang Koloni/g Maks. 1,0 × 103
Koloni/g Maks. 1 x 102
d. Cemaran logam
- Arsen (AS) Mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium(Cd) Mg/kg Maks. 0,1
Mg/kg Maks. 0,5
- Markuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,5
Mg/kg Maks. 1,0
- Timah(sn) Mg/kg Maks. 40,0
Mg/kg Maks. 0,3
- Timbal(pb) Mg/kg Maks. 0,4

e. Residu kimia
- Kloramfenikol - Tidak boleh ada
- Jumlah malachite - Tidak boleh ada
green dan
leuchomalachite green - Tidak boleh ada
- Metabolit nitrofuran
(SEM,AHD,AOS,AMOZ)
F. Cemaran Kimia
- Benzol(a) piren kg Maks 5

Sumber : (Badan Standar Nasional Indonesia,2013)

9
2.5 Metode Pengasapan.

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000) metode Pengasapan dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu pengasapan panas (hot smoking) dan pengasapan dingin (cold

smoking),Lebih jelas mengenai jenis - jenis pengasapan adalah sebagai berikut :

2.5.1 Pengasapan Panas

Menurut Abu Faiz (2008) Pengasapan panas (hot smoking) adalah proses

pengasapan ikan dimana akan diasapi diletakkan cukup dekat dengan sumber

asap.Suhu sekitar 70–100 oC, lamanya pengasapan 2 – 4 jamPengasapan panas

dengan mengunakan suhu pengasapan yang cukup tinggi, yaitu 80-90oC. Karena

suhunya tinggi, waktu pengasapan pun lebih pendek, yaitu 3-8 jam dan bahkan ada

yang hanya 2 jam. Melalui suhu yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan perlu

diolah terlebih dahulu sebelum disantap.

Suhu pengasapan yang tinggi mengakibatkan enzim menjadi tidak aktif

sehingga dapat mencegah kebusukan. Proses pengawetan tersebut juga dikarenakan

karena asap. Jika suhu yang digunakan 30-50oC maka disebut pangasapan panas

dengan suhu rendah dan jika suhu 50-90oC, maka disebut pangasapan panas pada

suhu tinggi (Adawyah, 2007).

2.5.2 Pengasapan Dingin

Menurut Abu Faiz (2008) Pengasapan dingin (cold smoking) adalah proses

pengasapan dengan cara meletakkan ikan yang akan diasap agak jauh dari sumber

asap (tempat pembakaran kayu), dengan suhu sekitar 40 – 50 oC dengan lama proses

pengasapan beberapa hari sampai dua minggu. Menambahkan pengertian tersebut

10
pengasapan dingin merupakan cara pengasapan pada suhu rendah, yaitu tidak lebih

tinggi dari suhu 33 oC (sekitar 15-33oC). Waktu pengasapannya dapat mencapai 4-6

minggu. Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak menjadi

masak atau protein didalamnya tidak terkoagulasi. Akibatnya ikan asap yang

dihasilkan masih tergolong setengah masak sehingga sebelum ikan asap disantap

masih perlu diolah kembali menjadi produk siap santap (Adawyah, 2007).

Dari tulisan di atas maka dapat disimpulkan perbedaan antara pengasapan

panas dan pengasapan dingin, adalah sebagai berikut :

Tabel 3. : Beberapa perbedaan pengasapan panas dan pengasapan dingin

Jenis pengasapan Temperetur Waktu Daya awet

Pengasapan dingin 40-50°C 1-2 minggu 2-3 minggu sampai bulan


Pengasapan panas 70-100°C Beberapa jam Beberapa hari

2.5.3 Manfaat Pengasapan

pengasapan merupakan salah satu yang banyak mengandung manfaat protein

dan kandungan yang lainya, dengan mengkonsumsi ikan, kebutuhan protein dapat

terpenuhi. Hal ini menyebabkan ikan banyak dikonsumsi, dengan demikian semakin

meningkatnya ikan maka harus adanya penanganan seperti pengawetan ikan. Adapun

pengawetan ikan dapat dilakukan dengan cara pengarangan, pengeringan, pemanasan,

dan pengasapan. Sehingga munculkah salah satu istilah ikan asap.Ikan lebih

awetDengan memanfaatkan asap dan pemberian asap pada ikan maka akan

membantu ikan menjadi lebih awet. Pengasapan memang sering digunakan untuk

11
mengawetkan makanan, tak terkecuali ikan asap ini.Dengan menggunakan

pengasapan pada ikan akan membantu membunuh bakteri yang ada di dalam ikan

asap, dengan pengasapan ini memang bakteri pada ikan akan mati, tetapi perlu

diketahui pula dibalik manfaat sesuatu hal tentu ada beberapa bahaya yang juga perlu

diketahui, tidak terkecuali dengan ikan asap ini. ikan asap pun memiliki bahaya ikan

asap yang perlu diwaspadi.

2.6 Metode Pengasapan

Metode Pengasapan Ikan Ada banyak jenis ikan yang biasa diasap, mulai dari

ikan tawar hingga ikan laut, seperti ikan bandeng, tongkol, cakalang, tuna, teripang.

Prinsip dasar pengolahannya tidak jauh berbeda, meskipun beberapa komoditas ikan

asap memerlukan cara pengolahan dan pengasapan yang khas. Beberapa prosedur

pengolahan hasil perikanan dengan pengasapan di Indonesia di antaranya adalah

sebagai berikut:

2.6.1 Peralatan:

Pisau, telenan, timbangan, bak dan keranjang garam, es, arang,sabut dan

tempurung kelapa, kantong plastik polietilen. Cara Pengolahan (Margono, et al 2000)

Ikan dicuci bersih untuk menghilangkan plastik, lemari es. Bahan-bahan: ikan

bandeng segar berukuran 2-3 ekor/kg, lumpur dan kotoran lainnya. Kemudian

disiangi dengan cara membelah bagian bawah perut ikan hingga sampai ke dekat

bagian anus. Isi perut dan lapisan hitam yang melekat pada dinding perut serta

insangnya dibuang, lalu dilakukan pembilasan di bawah air kran yang mengalir. Ikan

12
yang telah dicuci ditampung di dalam keranjang plastik dan dibiarkan beberapa saat

untuk penirisan air cucian. Ikan dimasukkan ke dalam bak yang berisi larutan garam

jenuh (20%) yang dibuat dengan melarutkan 3 kg garam ke dalam 10 liter air.

Perendaman dilakukan selama 30 menit Setelah perendaman ikan dibilas dengan air

tawar dan ditampung dalam kerakang plastik untuk ditiriskan.

2.6.2 Masukan Kedalam Lemari Pengasapan

Ikan disusun dan digantung di atas batang besi yang berbentuk pancing.

Bagian perut ikan dibuka dengan menggunakan batangan lidi atau kayu sebagai

pengganjal di antara rongga perut. Untuk mendapatkan aliran asap yang merata jarak

antara ikan di atas batang besi dan juga jarak antara batang besi di dalam lemari asap

jangan terlalu rapat.

2.6.3 Siapkan Bahan Pengasapan

lemari asap dengan membakar kayu dan sabut kelapa di dalamnya, kemudian

ditambahkan sabut dan tempurung kelapa secukupnya sehingga dihasilkan asap yang

cukup tebal. Ikan dimasukkan ke dalam lemari asap dan pintu lemari ditutup rapat.

Pengasapan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pertama dengan pengasapan dingin

(suhu lemari asap diatur sekitar 55-60 ℃) selama 4 jam dan dilanjutkan dengan

pengasapan panas (suhu lemari asap sekitar 75-80℃) selama 2 jam. Setelah

pengasapan, ikan disimpan dalam ruangan yang bersih dan dibiarkan hingga

mencapai suhu ruang. Kemudian dikemas dalam kantong plastik polietilen untuk

pemasaran. Komposisi kimia bandeng asap sangat tergantung pada ukuran ikan dan

13
cara pengolahan, semakin besar ukuran ikan semakin tinggi kadar lemaknya dan lama

serta cara pengasapan akan memengaruhi kadar airnya. Umur simpan bandeng asap

pada suhu ruang sekitar 2-3 hari. Kerusakan umumnya ditandai oleh timbulnya lendir

di permukaan yang diikuti dengan serangan kapang. Umur simpan ini dapat

diperpanjang sampai 7 hari jika disimpan pada suhu sekitar 10℃, atau jika dikemas

dengan hampa udara (vakum).

2.7 Jenis kayu Pada Pengasapan.

Mutu dan Volume Asap Mutu dan volume asap yang dihasilkan tergantung pada

jenis kayu yang digunakan dalam proses pengasapan. Untuk mendapatkan mutu dan

volume asap sesuai yang diharapkan, sebaiknya digunakan jenis kayu yang keras

(non-resinous) seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan seratan kayu jati serta

tempurung kelapa sebagai bahan bakar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu

keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu

lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih

kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam

dibandingkan kayu lunak. Bila menggunakan kayu yang lunak (resinous), asap yang

dihasilkan banyak mengandung senyawa yang dapat menimbulkan hal dan bau yang

tidak diinginkan. Dengan kata lain, jenis kayu yang digunakan sebagai sumber asap

sebaiknya memenuhi tiga syarat, yaitu: keras, tidak mudah cepat terbakar, dapat

menghasilkan asap dalam jumlah yang besar dan dalam waktu lama. Untuk

menghasilkan ikan asap bermutu tinggi sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu

14
menghasilkan asap dengan kandungan unsur fenol dan asam organik yang cukup

tinggi, karena kedua unsur ini lebih banyak melekat pada tubuh ikan dan dapat

menghasilkan rasa dan warna daging asap yang khas. Jenis kayu yang umum

digunakan untuk pengasapan ikan di Indonesia adalah kayu turi, karena selain mudah

diperoleh (ditanam), kayu turi juga lebih banyak mengandung unsur fenol dan asam

organik dibandingkan dengan jenis kayu lain.

2.8 Kandungan Kimia Ikan Asap

Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil

yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti

asam karbolik, fenat monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,

oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol alkohol

(Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur sebagai berikut (Poerwono, 2012).

Fenol adalah zat kristal yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.

Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor

(Hoffman et al., 1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol,

tetapi lebih basa daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari

gugus hidroksilnya. Lepasnya ion H+ menjadikan anion fenoksida C6H2O- dapat

melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41℃ dan titik didih 181℃. Fenol

memiliki kelarutan yang terbatas dalam air yaitu 8,3 gram/100 mL (Fessenden dan

Fessenden, 1992). Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif

terhadap kulit (iritasi) dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan

15
kesehatan manusia hingga kematian pada organisme. Tingkat toksisitas fenol

beragam 6 tergantung dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada rantai

benzenanya (Qadeer and Rehan, 1998).

2.9 Garam

Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari

kebutuhan pengawet alami dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia

(Purbani, 2011). Garam merupakan salah satu bahan penambah rasa. Fungsi garam

pada produk bandeng asap adalah sebagai bahan tambahan yang paten terhadap

pengasapan ikan agar produk lebih tahan lama, dan juga sebagai bahan pengatur rasa.

2.10 Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengendifikasi

kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat

makanan dari bahan pangan atau pakan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai

penilian kualitas pakan dan pangan terutama pada standar zat makanan yang

seharusnta terkandung di dalamnya(Jossemarie,2010). Analisis proksimat adalah

suatau metode analisis kimia untuk mengidintifikasi kandungan zat makanan dari

suatu bahan pangan. Analisis proksimat juga di artikan sebagai analisis kandungan

makro zat dalam suatu bahan makanan. Analsis proksimat merupakan analisis

berdasarkan perkiraan tetapi sudah bisa menggambarkan komposisi bahan pangan

yang di maksud (Sumartini dan kantasubrata, 1992)

16
2.10.1 Analisis Fenol

Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa yang umum dijumpai pada

tanaman. Beberapa macam senyawa fenol yang mempunyai korelasi tinggi dengan

aktivitas antioksidan yaitu asam fenol (asam galat) dan polifenol

(flavonoid).Beberapa penelitian menunjukan bahwa aktivitas antioksidan sangat

berhubungan dengan kandungan senyawa fenol pada suatu bahan(Nurliyana,2010).

2.10.2 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting

pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan rasa

bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya

awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri ,

kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga menjadi perubahan pada bahan

pangan. Makin rendah kadar air, makin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan

bahan pangan tersebut dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam

bahan, makin cepat mikroorganisme berkembang biak sehingga proses pembusukan

lebih cepat(Winarno,2002).

2.11 Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik atau pengujian sensori adalah pengujian yang di

lakukan dengan menggunakan indra untuk menilai kualitas dan keamanan suatau

makanan atau minuman. Pengujian organoleptik pada produk pangan sangat penting,

meskipun nilai gizinya sangat tinggi dan higienis. Jika rasanya sangat tidak enak,

17
maka nilai gizinya tidak dapat bermanfaatkan karena tidak seorangpun mau

mengkonsumsinya. Dapat di katakan bahwa selera manusia sangat menentukan nilai

suatu produk. Produk yang direspon dengan indra manusia karena menghsilkan

kesan subjektif yang mengesankan dan memuaskan harapan konsumen, di sebut

memiliki kualitas sensori yang tinggi. Pengujian organaloptik bukanlah hal yang baru

dalam industry pangan, akan tetapi aplikasinya sebagai metode dasar dalam

pengenbangan produk dan pengawasan mutu masih belum optimal

(Setyaningsih,ddk,2010).

18
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium worshop tphp dan Laboratorium

Biokimia jurusan pengolahan hasil perikanan,politeknik pertanian negeri pangkep

yang dimulai pada tanggal 17 juli sampai dengan 1 agustus 2017.

3.2.1 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan utama yang di gunakan penelitian ini adalah ikan bandeng, sabuk

kelapa, kayu bakar, garam. Bahan –Bahan yang digunakan untuk analisis antara lain :

a. Analisi fenol :metanol 250 ml asam galat 5 mg aguadest 500 ml reagen

folin ciocalteu 1ml Na2CO3.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan untuk Analis ikan bandeng asap antara lain :

a. Analisis kadar fenol :Timbangan Sartorius, Lumpang Porselin,Corong,

Gelas Piala, Buret, Kertas Saring Whatman No, Pipet 60 Ml.

b. Analisis proksimat kadar air : Oven, blender, desikator, sendok, cawan

perselin, alat penjepit dan timbangan analatik.

c. Alat-alat lainnya : lemari pengasap, timbangan, pisau, gunting, baskom, lap

kasar, plastik, lemari kulkas, korek api, parang.

19
3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini melalui beberapa tahapan yang sistematis, yaitu pembersihan

ikan bandeng dengan air dan agar seleruh kotoran akan hilang dan akan

menghilangakan bau amisnya dan perendaman di lakukan dengan bertujuan agar

proses selanjutnya lebih mudah. Dan tahapan lainnya adalah proses pembuatan

pengasapan ikan bandeng dan analisis proksimat.

3.3.1 Prosedur Pembuatan Ikan Bandeng Asap Dengan Dua Bahan Metode yang
sama :

a. Penyiapan bahan

penyiapan bahan adalah kunci utama dalam proses pengolahan. Dimana

bahan-bahan yang akan digunakan disiapakan dan dilakukan penimbangan sesuai

dengan formulasi yang telah di tetapkan.

b. Pencucian bahan baku dan perendaman

Pencucian akan mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang

melapisi bahan. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel

pada ikan bandeng.

c. Penyiangan dan pencucian ikan

Proses penyiangan dilakukan terhadap ikan bandeng segar untuk mengurangi

kontaminasi bakteri terutama yang ada di insang dan bagian alat pencernaan. Setelah

penyiangan, ikan selanjutnya dicuci sampai bersih dari kotoran dan sisa darah dengan

air yang mengalir.

20
d. Perendaman ikan dalam air garam

Ikan yang telah dibersihkan direndam dalam larutan garam dengan

konsentrasi 15-20% selama ±30 menit.

e. Penirisan ikan

Dilakukan setelah perendaman dalam larutan garam, bertujuan untuk

mengurangi jumlah air yang menempel pada ikan dengan cara menggantung ikan

dengan tali.

f. Penyiapan bahan bakar sabuk kelapa Bahan bakar kayu

Disiapkan didalam alat pengasapan ikan dan dinyalakan sampai terbentuk

bara sehingga akan mengeluarkan asap.

g. Pengasapan Ikan

Yang sudah tiris dimasukkan kedalam alat pengasap selama 8 s/d 12jam

tergantung dari keinginan pengolah dan berapa daya awet produk yang dikehendaki.

Selama proses pengasapan, diupayakan jangan sampai terbentuk api karena hal

tersebut akan mempengaruhi mutu produk ikan asap yang dihasilkan. Penempelan

partikel asap ini yang akan sangat mempengeruhi daya awet produk karena dalam

partikel asap terdapat senyawa-senyawa phenol, asam organik yang dapat berfungsi

sebagai anti bakteri dan juga anti oksidan. Semakin banyak penempelan partikel asap

maka semakin awet produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, lama waktu

pengasapan yang panjang akan memberikan produk ikan asap yang memiliki daya

awet lebih baik.

21
h. Pendinginan ikan

Ikan yang sudah selesai diasapi harus dikeluarkan dari alat pengasap untuk

selanjutnya didinginkan. Beberapa cara pendinginan yang sering dilakukan adalah

dengan menggantungkan ikan pada sepotong kayu dan ditutup dengan kertas untuk

menghindari menempelnya kotoran/debu dan serangga pada produk.

3.4 Diagram alir pembuatan ikan bandeng asap

Ikan bandeng asap adalah makanan yang terbuat dari ikan bandeng segar di

campur dengan garam, kemudian di asapi. Pembuatan bandeng asap di lakukan dalam

beberapa tahap, seperti pada gambar diagram di bawah ini :

22
Sabut kelapa10 kilo Ikan bandeng Kayu bakar
gram 15 kilo gram

Pencucian I

Pembersihan insang isi perut


Lama pengasapan Lama pengasapan
8 sampai 12 jam 8 samapi 12 jam
Pencucian II

Perendaman garam 30 menit


Suhu 60℃ Suhu 60 ℃

Masukan dalam lemari pengasapan

Pengasapan ikan bandeng

Pengujian atau analisis


proksimat

Pengemasan plastik

Uji proksimat Produk

Uji Organoleptik

Tabel 3. Diagram alir proses bandeng asap

23
3.5 Rancangan Penelitian

Ikan bandeng yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan pengujian
isik sebelum dilakukan proses produk jadi, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
rendemen pada pembuatan ikan bandeng asap tersebut. Ikan yang di gunakan dalam
bobot sebanyak 12 ekor akan menghasilkan produk .kehilangan berat produk atau
penyusutan terjadi pada proses pembersihan blanching. Rancangan penelitian yang di
gunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan yaitu jenis bahan
pengasapan dan lama pengasapan yang di lakukan 2× ulangan dengan faktor RAL
sebagai berikut :

a. Jenis bahan pengasapan

A1 = Sabuk kelapa

A2 = kayu bakar

b. Lama pengasapan

B1 = delapan jam

B2 = sepuluh jam

B3 = dua belas jam

c. Jumlah sampel :

A1 =A1 Sabuk kelapa + enam jam

A2 = A2Sabuk kelapa + delapan jam

A3=A3 Sabuk kelapa + dua belas jam

B1= B1 kayu bakar + enam jam

B2=B2 kayu bakar + delapan jam

B3=B3 kayu bakar + dua belas jam

24
3.6 Parameter Pengujian

Parameter pengujian pada penelitian ini yaitu kadar air , kadar fenol, kadar abu,

dan uji organoleptik (warna,aroma,rasa,dan tekstru).

3.6.1 Parameter kadar Air (BSN) Badan Standarisasi Nasional. 20006. SNI-01-

2354.2-2006.

Proses pengukuran kadar air yaitu :

a. Contoh atau sampel yang di haluskan menggunakan blender

b. Cawan porselin (A) di timbang, di catat dandi timbang dan dinolkan

c. Sampel yang telah halus di masukan kedalam cawan porselin (A) + 2 gram

kemudian timbang (B)

d. Cawan yang telah di isi sampel di keringkan ke dalam oven vacuum pada suhu

100c, selama lima jam atau sampai berat konstan.

e. Kemudian cawan porselin di dinginkan kedalam desikator dengan menggunakan

alat penjepit, selama 30 menit kemudian di timbang (c)

Rumus :

𝐵−𝐶
Kadar air = 𝐵−𝐴 × 100%

Keterangan : A : berat cawan

B : berat cawan + contoh awal

C : berat cawan + contoh kering

25
3.6.2 Uji Organeleptik

Parameter uji organeleptik yang digunakan meliputi rasa, aroma, warna, dan

tekstur.Pada pengujuan ini ada 19 panelis yang memberikan peniliannya berdasarkan

tingkat terhadap produk meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur.Metode pengujian

yang digunakan adalah metode hedonik.

Kemudian dilakukan pengujian organoleptik untuk mengetahui tingkat kesukaan

penelis terhadapproduk.pada pengujian ini ada 19 orang panelis di antaranya

mahasiswa politani diberbagai jurusan yang memberikan peniliannya terhadap warna,

rasa, dan tekstur pengujian yang dilakukan degaan menggunakan metode hedonic

dengan sekor 1-5 yaitu :

1=sangat tidak suka

2=tidak suka

3=netral/biasa

4=suka

5=sangat suka

26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengurangan Kadar Air

Hasil pengujian fenol dan kadar air berdasarkan hasil pengujian fenol dan kadar

air yang ditemukan kadar air yang di tujukan di tabel 5

4.1.1. Jumlah Berat Sampel Diketahui

Sebelum pengasapan Sesudah pengasapan


Sabuk kelapa Sabuk kelapa
A1=339 gram A1=269 gram
A2=333 gram A2=258 gram
A3=360 gram A3=314 gram
B1=358 gram B1=288 gram
B2=376 gram B2=256 gram
B3=188 gram B3=166 gram

4.1.2 Jumlah Berat Sampel Diketahui :

Sebelum pengasapan Sesudah Pengasapan


Kayu bakar kayu bakar
A1=298 gram A1=234 gram
A2=372 gram A2=306 gram
A3=344 gram A3=253 gram
B1=367 gram B1=304 gram
B2=332gram B2=236 gram
B3=189 gram B3=168 gram

27
Keterangan :

A1 =Suhu pengasapan 50±℃ lama pengasapan delapan jam.

A2=Suhu pengasapan 60±℃ lama pengasapan delapan jam.

A3=Suhu pengasapan 60±℃ lama pengasapan delapan jam.

B1=Suhu pengasapan 60±℃ lama pengasapan delapan jam.

B2=Suhu pengasapan 70±℃ lama pengasapan delapan jam.

B3=Suhu pengasapan 70±℃ lama pengasapan delapan jam.

4.1.3 Tabel 5 pengamatan uji fenol dan kadar air.

No Parameter Perlakuan Total Rata


1 Fenol A1B1 2.58 1.29
A1B2 2.71 1.36
A1B3 4.05 1.4
A2B1 2.9 1.43
A2B2 2.96 1.48
A2B3 2.98 1.49
2 Kadar air A1B1 135.97 67.99
A1B2 133.74 66.88
A1B3 125.05 62.53
A2B1 134.75 67.4
A2B2 124.59 62.3
A2B3 127.62 63.81
Jumlah 799.9 399.36
Keterangan : A1 = kayu bakar B1 = Lama pengasapan delapan jam
A2 = Sabut Kelapa B2 = Lama Pengasapan Sepuluh jam
B3 = lama pengasapan dua belas jam

28
4.2 Analisa Fenol

Senyawa fenol merupakan senyawa yang banyak ditemukan di temukan di

tumbuhan adapun juga senyawa fenol bisa di temukan diproduk olahan seperti ikan

bandeng dikarenakan dipengaruhi faktor pengasapan. Grafik hasil analisa kandungan

fenol pada pengasapan bandeng dapat dilihat pada Gambar :

Uji Fenol
1,6 1,43 1,48 1,49
1,36 1,4
1,4 1,29
1,2
Fenol (%)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3
Perlakuan

Gambar 2 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik diatas, nilai fenol yang terendah yaitu 1,29 % berasal dari

perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan. Sedangkan nilai fenol yang tertinggi yaitu

sebesar 1,49 berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan bendeng.

Hasil analisis sidik ragam fenol (lampiran) bahwa setiap perlakuan berpengaruh

nyata pada setiap persentasi perlakuan bahan. Hal ini dapat dilihat pada nilai 19.174

dan signifikan pada 0,05 yang artinya setiap persentasi lama perlakuan bahan

pengasapan signifikan berpengaruh nyata pada setiap pelakuan, karena ada beberapa

29
faktor sehingga persentasi lama pengasapan bahan pada setiap metode berpengaruh

nyata.

Hasil uji tukey menenjukan bahwa rata-rata fenol pada pengasapan ikan

bandeng uji lanjut berpengaruh nyata pada setiap perlakuan serta pada perlakuan

dengan menggunakan metode sabut kelapa persentasi lama pengasapan menunjukkan

berbeda nyata (tidak ada subset yang sama) dan pada perlakuan persentasi dengan

menggunakan metode kayu bakar B1 dan B2 berpengaruh berbeda nyata (tidak

berada pada subset yang sama) sedangkan B2danB3 tidak berbeda nyata (berada pada

subset yang sama) dapat dilihat pada (lampiran) B1 dan B2 berbeda nyata sedangkan

B2 dan B3 tidak berbeda nyata di karenakan berada pada rung yang sama.

4.3 Analisa Kadar Air

Analisa kadar air adalah suatu analisa sampel yang dilakukan untuk mengetahui

kandungan kadar air pada ikan bandeng asap yang dihasilkan dengan berbagai

perlakuan sehingga dapat diperkirakan daya tahan produk. Mutu dari bahan pangan

sehingga ditentukan oleh kandungan air yang di miliki produk sehingga daya awet

semakin menurun yang disebabkan mudahnya terkena bakteri, jamur dan mikroba

lainnya berkembangbiak yang mengakibatkan perubahan kimia dan warna

(Hasrayanti,2013). Hasil dari berbagai perlakuan pada bandeng asap yang dihasilkan

dapat dilihat dari grafik Gambar:

30
KADAR AIR
80
67,99 66,88 67,40
70 62,53 63,81 62,30
60
50
NILAI

40
30
20
10
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
Perlakuan

Gambar 3 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda.

Berdasarkan grafik di atas, nilai kadar air terendah yaitu 62,30 % berasal dari

perlakuan (B2B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai kadar air yang

tertinggi yaitu sebesar 67,99 berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan

ikan bandeng.

Hasil analisis sidik ragam kadar air (lampiran) bahwa setiap perlakuan sangat

berpengaruh nyata pada setiap persentasi perlakuan bahan. Hal ini dapat dilihat pada

nilai 22,947 dan signifikan pada 0,00 yang artinya setiap persentasi lama perlakuan

bahan pengasapan signifikan berpengaruh sanagat nyata pada setiap pelakuan, karena

ada beberapa faktor sehingga persentasi lama pengasapan bahan pada setiap metode

sangat berpengaruh nyata.

Hasil uji tukey menenjukan bahwa rata-rata kadar air pada pengasapan ikan

bandeng uji lanjut berpengaruh nyata pada setiap perlakuan serta pada perlakuan

31
dengan menggunakan metode kayu bakar persentasi lama pengasapan menunjukkan

berbeda nyata (tidak ada subset yang sama) dan pada perlakuan persentasi dengan

menggunakan metode kayu bakar B1 B2 dan B3 berpengaruh berbeda nyata (tidak

berada pada subset yang sama) sehingga seluruh sampel perlakuan untuk kayu bakar

berbeda nyata.

4.4Tekstur

Tekstur merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan

makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter tekstur dapat

dilihat dari grafik gambar :

tekstur
5 4,52
4,5 3,94
4 3,52 3,47
3,31
3,5
rata-rata

3 2,52
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel

Gambar 4 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik di atas, nilai tekstur yang paling terendah yaitu 2,52%

berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai tekstur

32
yang tertinggi yaitu sebesar 4,52% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses

pengasapan ikan bandeng.

4.5 Aroma

Aroma merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan
makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter aroma dapat
dilihat darigrafik

aroma
5
4,05 3,84 3,89
4 3,42 3,36
2,84
rata-rata

0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel

Gambar 5 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,84% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai aroma yang
tertinggi yaitu sebesar 4,05% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan
ikan bandeng

33
4.6 Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan makanan
ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter rasa dapat dilihat dari
grafik gambar :

rasa
5
4,31
4,5 4,1
4 3,42 3,31 3,36
3,5
rata-rata

3 2,47
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel

Gambar 6 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,47% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai rasa yang
tertinggi yaitu sebesar 4,31% berasal dari perlakuan (A1B2) pada proses pengasapan
ikan bandeng

4.7 Warna

Warnamerupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan


makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter warna dapat
dilihat dari grafik gambar :

34
warna
4 3,54
3,47 3,52
3,5 3,26 3,15
2,89
3
2,5
rata-rata

2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel

Gambar 7 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,89% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai warna yang
tertinggi yaitu sebesar 3,54% berasal dari perlakuan (B2B3) pada proses pengasapan
ikan bandeng.

4.8Kenampakan

Kenampakan merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan
makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter kenampakan
dapat dilihat dari grafik gambar :

35
kenampakan
3,5 3,26 3,25 3,21 3,24 3,15
3 2,63
2,5
rata-rata

2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel

Gambar 8 proses pembuatan bandeng asap dengan perlakuan yang berbeda

Berdasarkan grafik di atas, nilai kenampakan yang paling terendah yaitu 2,63 %
berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai warna
yang tertinggi yaitu sebesar 3,26% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses
pengasapan ikan bandeng.

36
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian proses pembuatan ikan bandeng asap dengan
dua perlakuan metode yang di analisis proksimat dan uji organoleptik dapat di
simpulkan dari pengujian analisa sampel ikan bandeng asap dapat di simpulkan dari
enam sampel fenol yang tertinggi yaitu 1,49% sampel (B3B3) Sedangkan kadar Air
yang tertinggi (A1B1) 67,99 Tekstur (A1B1) 4,52 Aroma (A1B1) 3,84 Rasa (A1B2)
4,31 Warna (B2B3) 3,54 Kenampakan (A1B1) 3,26 dari hasil penelitian yang terbaik
sabut kelapa dari hasil uji Proksimat dan uji Organoleptik.

5.2 Saran

Sebaiknya perlu dilakukan uji daya simpan untuk mengetahui kualitas produk
ikan bandeng asap dan selain itu perlu dilakukan uji lanjutan pada sampel ini dengan
beberapa perlakuan lainnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia


Nutrisi.UNHAS.Makassar.

Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Daun, H. 1979. Interaction of Wood Smoke Component and Food Tecnology.33 :66-
71.

Girard, J. p. 1992. Smoking in Tecnology of Meat AND meat Products. ElliHorwood.


New YORK.

Moeljanto. 1987. Pengasapan dan Fermentasi. Penebar Swadaya: Semarang

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya


Semarang

Murtidjo, B. A,. 2002. Bandeng. Kanisius. Yogyakarta

Margono,T., Suryati, D., dan Hartinah, S. 2000. Panduan Teknologi Pangan (IkaPusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII LIPI.

Mushollaeni Wahyu, Spi,Mp.2006. Diktat Analisa Bahan Makanan

Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2006. Ragam Olahan Bandeng.
Kanisius.Yogyakarta.

Pertiwi ,Susi Wahyu. 1998. Laporan Praktikum Kimia Makanan Departem Kesehatan
Republic Indonesia Semalang

38
Sannaveerappa T, Ammu K, Joseph J. 2004. Protein - related changes during salting
of milkfish (Chanos chanos). Journal of the Science of Food and
Agriculture.Volume 84: 863– 869.

(Swastawati, F. et al. 2014; Swastawati, F. et al. 2012; Martuscelli, 2009; Martinez,


2007).

Sudradjat, A. 2008.Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Sudarmadji, S., B, Haryono dan suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan Dapertanian.


Liberty. Yogyakarta.

Setyaningsih, D., A, Apriyantono dan M. P. Sari, 2010. Analisis Sensoris Untuk


Agroindustri. Bogor

SNI 01-2354.1-2006. Penentuan kadar Abu pada produk perikanan. Dewan Standari
sasi Nasional . Jakarta

SNI 01-2354.2-2006. Penentuan kadar Air pada produk perikanan. Dewan Standaris
asi Nasional . Jakarta

39
LAMPIRAN

40
LAMPIRAN 1 Alur Proses Pembuatan Ikan Bandeng Asap Dengan
Berapa Metode :

Gambar 1 alatdanbahan Gambar 2 sabutkelapa Gambar 3 kayubakar

Gambar 4 lemariasap Gambar 5 proses asap Gambar 6 penimbangan

Gambar 7 Sampel Gambar 8 uji fenol Gambar 9 uji fenol

41
F

Gambar 10 ujiOrganoleptik

42
LAMPIRAN 2.Hasil uji organoleptik (aroma)

NO Namapenelis A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3


1 fitrianai 4 4 4 3 3 4
2 Khaeraniulfa 5 4 4 4 3 2
3 Susi 4 4 3 4 3 3
4 Itaandriani 3 1 5 1 2 2
5 rabiana 5 4 4 3 4 3
6 Nurhakika 2 4 3 4 3 2
7 Asmiumar 4 4 3 5 4 2
8 nurhalisa 5 5 5 3 3 3
9 Itanovianti 5 5 5 2 2 2
10 astriani 3 2 4 3 4 4
11 Bella 4 4 4 3 3 3
12 Iinlestari 4 4 4 3 3 3
13 darmawani 4 4 4 4 4 4
14 Inayah 4 4 4 4 4 4
15 herianti 4 4 4 4 4 4
16 misnawati 4 5 4 3 4 2
17 Irma sanubi 5 4 3 5 3 2
18 m. harun 3 3 3 4 4 4
19 Sulasia 5 4 4 3 4 1
jumlah 77 73 74 65 64 54
Rata-rata 4.05 3.84 3.89 3.42 3.36 2.84

43
LAMPIRAN 3. Hasil uji organoleptik (rasa)

NO Namapenelis A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3


1 fitrianai 4 3 3 4 5 4
2 Khaeraniulfa 5 5 4 4 4 1
3 Susi 4 4 2 4 3 3
4 Itaandriani 4 3 5 2 3 2
5 rabiana 3 5 3 4 5 3
6 Nurhakika 4 4 3 4 3 4
7 Asmiumar 4 4 3 4 5 3
8 nurhalisa 5 5 5 2 2 2
9 Itanovianti 4 4 3 3 3 3
10 astriani 4 4 3 3 3 2
11 Bella 4 4 3 2 2 2
12 Iinlestari 4 4 4 4 4 4
13 darmawani 4 5 3 2 2 1
14 Inayah 4 5 3 2 2 1
15 herianti 4 5 3 3 2 1
16 misnawati 4 5 3 3 4 1
17 Irma sanubi 5 4 4 5 4 2
18 m. harun 4 4 4 4 4 4
19 Sulasia 4 5 4 4 4 4
jumlah 78 82 65 63 64 47
Rata-rata 4.10 4.31 3.42 3.31 3.36 2.47

44
LAMPIRAN 4.Hasil uji organoleptik (tekstur)

NO Namapenelis A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3


1 Fitrianai 14 4 4 3 3 3
2 Khaeraniulfa 4 4 4 4 5 1
3 Susi 4 4 3 4 3 3
4 Itaandriani 5 2 4 3 4 3
5 Rabiana 4 4 4 3 3 2
6 Nurhakika 3 3 2 3 4 4
7 Asmiumar 4 5 3 5 5 3
8 Nurhalisa 4 5 5 3 3 3
9 Itanovianti 4 5 3 3 3 4
10 Astriani 4 3 3 3 3 2
11 Bella 4 4 3 3 3 3
12 Iinlestari 4 4 4 3 3 2
13 Darmawani 4 4 3 3 3 2
14 Inayah 4 4 3 3 3 2
15 Herianti 4 4 4 3 3 2
16 Misnawati 4 4 4 3 3 2
17 Irma sanubi 4 4 4 4 5 3
18 m. harun 3 3 3 3 3 3
19 Sulasia 5 5 4 4 4 1
Jumlah 86 75 67 63 66 48
Rata-rata 4.,52 3,94 3,52 3,31 3,47 2,52

45
LAMPIRAN 5.Hasil uji organoleptik (warna)

NO Namapenelis A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3

1 Fitrianai 4 4 3 3 3 3
2 Khaeraniulfa 4 4 4 5 3 2
3 Susi 3 3 3 3 4 3
4 Itaandriani 4 1 3 4 3 4
5 Rabiana 3 4 3 3 4 3
6 Nurhakika 2 3 4 2 2 3
7 Asmiumar 3 5 3 4 3 2
8 Nurhalisa 3 3 3 4 4 4
9 Itanovianti 3 4 3 3 4 3
10 Astriani 3 3 3 4 4 4
11 Bella 4 4 4 4 4 4
12 Iinlestari 3 3 3 4 4 4
13 Darmawani 3 3 3 4 4 2
14 Inayah 3 3 3 4 4 2
15 Herianti 3 4 3 3 4 2
16 Misnawati 3 4 3 3 3 2
17 Irma sanubi 4 3 3 3 3 3
18 m. harun 3 3 3 4 4 4
19 Sulasia 4 5 3 3 3 1
Jumlah 62 66 60 67 67 55
Rata-rata 3,26 3,47 3,15 3,52 3,52 2,89

46
LAMPIRAN 6 Hasil uji organoleptik (kenampakan)

NO Namapenelis A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3


1 Fitrianai 4 4 3 4 3 4
2 Khaerani.u 4 4 4 3 2 2
3 Susi 3 3 3 3 3 3
4 Itaandriani 4 3 3 3 5 4
5 Rabiana 3 4 3 4 4 3
6 Nurhakika 3 4 3 5 4 3
7 Asmiumar 3 5 3 3 2 2
8 Nurhalisa 4 4 4 4 4 4
9 Itanovianti 3 3 3 4 3 3
10 Astriani 3 3 4 4 3 2
11 Bella 3 3 2 2 3 2
12 Iinlestari 3 3 3 3 3 2
13 Darmawani 3 3 3 3 3 2
14 Inayah 3 3 3 3 3 2
15 Herianti 3 4 3 3 3 2
16 Misnawati 3 4 3 3 3 2
17 Irma sanubi 3 3 3 3 3 3
18 m. harun 3 3 3 3 3 3
19 Sulasia 4 4 5 5 3 2
Jumlah 62 67 61 65 60 50
Rata-rata 3,26 3,25 3,21 3,24 3,15 2,63

47
Lampiran 7 Hasil Analisi Sidik Ragam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:FENOL

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .055a 5 .011 57.261 .000

Intercept 23.773 1 23.773 1.240E5 .000

FAKTOR.A .037 2 .018 95.609 .000

FAKTOR.B .002 2 .001 4.043 .077

FAKTOR.A * FAKTOR.B .004 1 .004 19.174 .005

Error .001 6 .000

Total 23.829 12

Corrected Total .056 11

a. R Squared = .979 (Adjusted R Squared = .962)

UjiFenolSabutKelapa
FENOL

Tukey HSD

Subset

SABUT.KELAPA N 1 2 3

A1.8J 4 1.3275

A2.10J 4 1.4100

A3.12J 4 1.4850

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .000.

48
Ujifenolkayubakar.

FENOL

Tukey HSD

Subset

KAYU.BAKAR N 1 2

B1 4 1.3600

B2 4 1.4200

B3 4 1.4425

Sig. 1.000 .132

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .000.

UJI analisis Kadar air

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KADAR.AIR

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 64.651a 5 12.930 323.321 .000

Intercept 50961.637 1 50961.637 1.274E6 .000

FAKTOR.A 13.729 2 6.864 171.647 .000

FAKTOR.B 17.404 2 8.702 217.596 .000

FAKTOR.A * FAKTOR.B 8.996 1 8.996 224.947 .000

Error .240 6 .040

Total 51026.527 12

Corrected Total 64.891 11

49
Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KADAR.AIR

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 64.651a 5 12.930 323.321 .000

Intercept 50961.637 1 50961.637 1.274E6 .000

FAKTOR.A 13.729 2 6.864 171.647 .000

FAKTOR.B 17.404 2 8.702 217.596 .000

FAKTOR.A * FAKTOR.B 8.996 1 8.996 224.947 .000

Error .240 6 .040

Total 51026.527 12

a. R Squared = .996 (Adjusted R Squared = .993)

UjiAnalisisSabutKelapakadar Air.

KADAR.AIR

Tukey HSD

Subset

SABUT.KELAPA N 1 2 3

A3.12J 4 63.0625

A2.10J 4 65.0125

A1.8J 4 67.4275

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .040.

50
Ujianalisiskayubakarkadar air

KADAR.AIR

Tukey HSD

Subset

KAYU.BAKAR N 1 2 3

B3
4 63.2275

B2
4 64.5825

B1
4 67.6925

Sig.
1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .040.

51
LAMPIRAN 8 Data Hasil Pengujian Fenol, Kadar Air Proses Pembuatan Ikan
Bandeng Asap.

No Parameter Perlakuan Ulangan Total Rata

I II

1 Fenol A1B1 1.29434954 1.29434954 2.58 1.29

A1B2 1.34691196 1.37319317 2.71 1.36

A1B3 2.6412615 1.41261498 4.05 1.4

A2B1 1.42575558 1.43889619 2.9 1.43

A2B2 1.478318 1.49145861 2.96 1.48

A2B3 1.49145861 1.49145861 2.98 1.49

2 Kadar air A1B1 67.8835029 68.0968523 135.97 67.99

A1B2 67.1653843 66.5855202 133.74 66.88

A1B3 62.583408 62.4788923 125.05 62.53

A2B1 67.3495633 67.4123788 134.75 67.4

A2B2 62.2895292 62.3180849 124.59 62.3

A2B3 63.9418029 63.6831584 127.62 63.81

jumlah 799.9 399.36

52
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kabupaten pinrang pada tanggal 03 juli


1995 anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan
pamutolla dan hasnawati. Pada tahun 2007

Penulis tamat di SDN 163 kecematan cempa kabupaten


pinrang. Tahun 2010 tamat di smp satu kecematan cempa
kabupaten pinrang pada tahun 2010 tahun yang sama penulis
lanjut smk negeri dua kabupaten pinrang pada tahun 2013 penulis melanjutkan
pendidikan di politeknik pertanian negeri pangkep dan diterima sebagai mahasiswa
pada jurusan teknologi pengolahan hasil perikanan, Program studi Agroindustri.
Penulis melakukan praktek kerja Magang Industri (PKMI) Mahasiswa 2017 di
PRODUKSI TEPUNG TERIGU PT BERDIKARI SARI UTAMA FLOUR MILLS (BSUFM)
Makassar Sulawesi selatan selama satu bulan. Selama kuliah penulis pernah menjadi anggota
organda keluarga besar mahasiswa pinrang (LASINRANG) serta perna menjadi himpunan
mahasiswa perikanan (HIMATERIN)

53

Anda mungkin juga menyukai