SKRIPSI
OLEH :
IBRAHIM
NIM. 1322060037
OLEH :
IBRAHIM
NIM : 1322060037
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi pada Program Studi
Agroindustri Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Direktur
Politani Negeri Pangkep
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJIAN
NIM : 1322060037
DIsahkan Oleh :
Tim penguji
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Nim :1322060037
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul :
orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia
Yang Menyatakan
Ibrahim
Penulis
iv
ABSTRAK
v
RINGKASAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
ANALISIS KANDUNGAN FENOL DAN KADAR AIR IKAN BANDENG
(Chanos-Chanos Forskal) PADA BERBAGAI BAHAN DAN LAMA
PENGASAPAN Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis memperuntukkan doa syukur dan rasa hormat
yang mendalam kepada Ibunda Hasnawati dan ayahanda ALM. Pamutolla atas
segala ketulusan hatinya,curahan kasih sayang yang diberikan serta dorongan baik
secara langsung maupun tidak langsung, selam penyelesian skripsi ini :
Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan , MP. , selaku Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
2. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si, selaku ketua Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP. MP. Selaku ketua Program Studi
Agroindustri.
4. Ibu Rahmawati Saleh,S. Si. M.Si dan Bapak Ir.Imran Muhtar M.Si.
selaku pembimbing.
5. Dosen beserta Staf Akademik Program Studi Agroindustri Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Agroindustri.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi
vii
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memerlukan saran dan
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ibrahim
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
2.10 Analisis Proksimat ............................................................ 16
2.10.1 Fenol .......................................................................... 16
2.10.2 Kadar Air .................................................................. 17
2.9 Pengujian Organoleptik...................................................... 17
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu ............................................................... 19
3.2 Bahan Dan Alat ..................................................................... 19
3.3 Tahapan Penelitian. ............................................................... 20
3.3 Prosedur Pengasapan. ............................................................ 20
3.4 Diagram Alir Pembuatan Ikan Bandeng Asap. ..................... 22
3.5 Rancangan Penelitian ............................................................ 24
3.6 Parameter Pengujian.............................................................. 25
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rendemen Penelitian ........................................................... 27
4.1.1 Jumlah Berat Sampel..................................................... 28
4.2 Analisa Fenol ...................................................................... 29
4.3 Analisa Kadar Air .............................................................. 31
4.4 Tekstur ................................................................................. 32
4.5 Aroma .................................................................................. 33
4.6 Rasa ..................................................................................... 34
4.7 Warna ................................................................................... 35
4.8 Kenampakan ....................................................................... 36
V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN. .................................................................... 37
5.2 SARAN .................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................... 39
LAMPIRAN. .................................................................................... 40
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
1. Ikan Bandeng ................................................................................ 4
2. Analisa Uji Fenol .......................................................................... 27
3. Uji Kadar Air................................................................................. 29
4. Tekstur........................................................................................... 30
5. Aroma ............................................................................................ 31
6. Rasa ............................................................................................... 32
7. Warna ............................................................................................ 33
8. Kenampakan.................................................................................. 34.
9.Dokumentasi Kegiatan ................................................................... 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
xiii
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai potensi cukup besar sebagai
yang sebagian wilayahnya terdiri dari lautan dan rawa yang banyak menghasilkan
berbagai jenis perikanan ikan bandeng memiliki protein hewani yang cukup tinggi
berkisaran 5-8 jam agar ikan tidak mudah rusak cara menanganinya digunakan
Pengawetan ikan salah satunya dengan metode pengasapan yang dilakukan setiap
ikan asap diantaranya berkurangnya kadar air sampai dibawah 40% adanya senyawa
yang ada didalam asap kayu yang dapat mengahambat pertumbuhan bakteri
mengakibatkan jaringan pengikat lebih menjadi kuat kompak sehingga tahan dari
tetap mempertahankan mutu ikan tidak seperti proses ikan asin atau kering. tujuan
pengasapan ikan ada tiga hal. Pertama mengelolah ikan agar dapat di kosumsi
langsung. Kedua memberikan cita rasa yang khas agar disukai oleh konsumen ketiga,
memberikan daya awet melalui pengasapan.ikan bandeng asap banyak di gemari oleh
1
masyarakat Ikan asap mengandung zat fenol yang berbahaya meskipun memperoleh
ikan bandeng yang berkualitas tinggi perludi lakukan pengujian terhadap faktor yang
mempengaruhi zat berbahaya pada pengasapan ikan di antaranya jenis kayu bakar dan
sabut kelapa. Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif terhadap
kulit (iritasi) dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan
pada manusia hingga kematian pada organisme. Tingkat toksisitas fenol beragam 6
tergantung dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada aktivitas antioksidan
yang mempengaruhi daya simpan makan (Girard 1992). Komponen senyawa fenol
yang berperan dalam pembentukan flavor berperan memberi rasa asap, sementara
siringol member aroma asap (Daun, 1979). Nilai ambang fenol dari kondensat asap
adalah 0,147 ppm untuk rangsangan rasa dan 0,023 ppm untuk rangsangan bau. Di
samping itu fenol juga memberikan konstribusi dalam pewarnaan produk pengasapan.
1. Bagaimana cara pembuatan ikan bandeng asap dengan bahan sabut kelapadan
kayu bakar?
2
1.3 Tujuan Penelitian
asap ?
maysarakat dan industry ikan bandeng bahwa pengasapan ikan yang menggunakan
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan bandeng yang dalam bahasa latin adalah Chanos chanos forskal, bahasa
Inggris Milkfish, dan dalam bahasa Bugis Makassar Bale Bolu, pertama kali
ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada Tahun 1925 di laut
merah. Menurut Sudrajat (2008) taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng adalah
sebagai berikut:
Chordata : Subphylum
4
Ikan bandeng memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan oval.
Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2-5,5)
lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut) semakin runcing
(Purnomowati, dkk., 2007). Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam
punggung pada ikan bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh
dibelakang tutup insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari
tulang sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan
berfungsi untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian
bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang
tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-
sirip lain. Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor
semakin lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi
sebagai kemudi laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati, dkk., 2007). Ikan
bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng dapat dijumpai di
daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa perkembangannya, ikan
bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara sungai. Ketika mencapai
usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk berkembang biak
(Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 %
bobot badan/hari (Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia
5
5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002). Enam Ikan bandeng
mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng
mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa
tumbuhan mikroskopis seperti : plankton, udang renik, jasad renik, dan tanaman
(Purnomowati, dkk., 2007). Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora,
kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam
golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan
buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi
omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan
Ikan bandeng air tawar termasuk golongan ikan pemakan plankton dan
makroalga.Di tambak, ikan bandeng bisa memakan klekap yang merupak campuran
antara algae dasar dan bentos, ikan ini juga sangat responsive terhadap pemberian
Bentuk gizi ikan yang akan diasap dapat berupa ikan utuh, fillet, pembelahan
ataupun dalam bentuk potongan/irisan tergantung pada ukuran ikan dan selera
konsumen. Khusus untuk ikan bandeng asap memang dilakukan dalam bentuk utuh
6
yang telah disiangi/dibuang isi perut dan insangnya untuk mengurangi kontaminasi
Komponen kadar
Kalori 129kkal
Protein 20 gram
Fosfor 150 mg
Kalsium 20 mg
Vitamin a 150SI
Vitamin B1 0.05 mg
Zat besi 2 mg
Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai kandungan protein tinggi
Manfaat ikan asap adalah salah satu cara mengawetkan ikan bandeng yang
cukup popular di Indonesia. Cara ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun
ikan asap dapat memberikan nilai gizi protein yang cukup baik di kesehatan tubuh
7
manusia bisa di konsumsi seluruh kalangan ekonomi yang tinggi dan rendah juga
dapat menunda proses kemunduran mutu ikan, namun dalam waktu yang tidak terlalu
lama, tidak seperti ikan asin atau ikan kering. Tujuan pengasapan pada ikan ada tiga
hal. Pertama, mengolah ikan agar siap untuk dikonsumsi langsung. Kedua, memberi
cita rasa yang khas agar lebih disukai konsumen. Ketiga, memberikan daya awet
melalui pemanasan, pengeringan dan reaksi kimiawi asap dengan jaringan daging
Manfaat ikan asap merupakan salah satu metode pengolahan ikan yang
kimiawi asap. Pengasapan ikan ditujukan untuk pengawetan, akan tetapi peran
tersebut kini telah bergeser ke arah pembentukan flavour, warna dan aroma khas ikan
pengasapan ikan dengan asap cair. Asap cair mempunyai beberapa keuntungan
Martinez, 2007)
8
Tabel 2.SNI 2575 : 1 2013 Persyaratan Mutu Dan Keamanan Ikan Asap.
a. Sensori - -
b. Kimia
- kadar air % Maks. 60,0
- kadar lemak % Maks.20,0
- Histamin Mg/kg Maks. 100
c. Cemaran mikroba
- ALT Kaloni/g Maks. 5,0 × 104
- Escherichia APM/g <3
- Staphylococcus aureus - Negatif/25 g
- Kapang Koloni/g Maks. 1,0 × 103
Koloni/g Maks. 1 x 102
d. Cemaran logam
- Arsen (AS) Mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium(Cd) Mg/kg Maks. 0,1
Mg/kg Maks. 0,5
- Markuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,5
Mg/kg Maks. 1,0
- Timah(sn) Mg/kg Maks. 40,0
Mg/kg Maks. 0,3
- Timbal(pb) Mg/kg Maks. 0,4
e. Residu kimia
- Kloramfenikol - Tidak boleh ada
- Jumlah malachite - Tidak boleh ada
green dan
leuchomalachite green - Tidak boleh ada
- Metabolit nitrofuran
(SEM,AHD,AOS,AMOZ)
F. Cemaran Kimia
- Benzol(a) piren kg Maks 5
9
2.5 Metode Pengasapan.
dengan dua cara, yaitu pengasapan panas (hot smoking) dan pengasapan dingin (cold
Menurut Abu Faiz (2008) Pengasapan panas (hot smoking) adalah proses
pengasapan ikan dimana akan diasapi diletakkan cukup dekat dengan sumber
dengan mengunakan suhu pengasapan yang cukup tinggi, yaitu 80-90oC. Karena
suhunya tinggi, waktu pengasapan pun lebih pendek, yaitu 3-8 jam dan bahkan ada
yang hanya 2 jam. Melalui suhu yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan perlu
karena asap. Jika suhu yang digunakan 30-50oC maka disebut pangasapan panas
dengan suhu rendah dan jika suhu 50-90oC, maka disebut pangasapan panas pada
Menurut Abu Faiz (2008) Pengasapan dingin (cold smoking) adalah proses
pengasapan dengan cara meletakkan ikan yang akan diasap agak jauh dari sumber
asap (tempat pembakaran kayu), dengan suhu sekitar 40 – 50 oC dengan lama proses
10
pengasapan dingin merupakan cara pengasapan pada suhu rendah, yaitu tidak lebih
tinggi dari suhu 33 oC (sekitar 15-33oC). Waktu pengasapannya dapat mencapai 4-6
minggu. Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak menjadi
masak atau protein didalamnya tidak terkoagulasi. Akibatnya ikan asap yang
dihasilkan masih tergolong setengah masak sehingga sebelum ikan asap disantap
masih perlu diolah kembali menjadi produk siap santap (Adawyah, 2007).
dan kandungan yang lainya, dengan mengkonsumsi ikan, kebutuhan protein dapat
terpenuhi. Hal ini menyebabkan ikan banyak dikonsumsi, dengan demikian semakin
meningkatnya ikan maka harus adanya penanganan seperti pengawetan ikan. Adapun
dan pengasapan. Sehingga munculkah salah satu istilah ikan asap.Ikan lebih
awetDengan memanfaatkan asap dan pemberian asap pada ikan maka akan
membantu ikan menjadi lebih awet. Pengasapan memang sering digunakan untuk
11
mengawetkan makanan, tak terkecuali ikan asap ini.Dengan menggunakan
pengasapan pada ikan akan membantu membunuh bakteri yang ada di dalam ikan
asap, dengan pengasapan ini memang bakteri pada ikan akan mati, tetapi perlu
diketahui pula dibalik manfaat sesuatu hal tentu ada beberapa bahaya yang juga perlu
diketahui, tidak terkecuali dengan ikan asap ini. ikan asap pun memiliki bahaya ikan
Metode Pengasapan Ikan Ada banyak jenis ikan yang biasa diasap, mulai dari
ikan tawar hingga ikan laut, seperti ikan bandeng, tongkol, cakalang, tuna, teripang.
Prinsip dasar pengolahannya tidak jauh berbeda, meskipun beberapa komoditas ikan
asap memerlukan cara pengolahan dan pengasapan yang khas. Beberapa prosedur
sebagai berikut:
2.6.1 Peralatan:
Pisau, telenan, timbangan, bak dan keranjang garam, es, arang,sabut dan
Ikan dicuci bersih untuk menghilangkan plastik, lemari es. Bahan-bahan: ikan
bandeng segar berukuran 2-3 ekor/kg, lumpur dan kotoran lainnya. Kemudian
disiangi dengan cara membelah bagian bawah perut ikan hingga sampai ke dekat
bagian anus. Isi perut dan lapisan hitam yang melekat pada dinding perut serta
insangnya dibuang, lalu dilakukan pembilasan di bawah air kran yang mengalir. Ikan
12
yang telah dicuci ditampung di dalam keranjang plastik dan dibiarkan beberapa saat
untuk penirisan air cucian. Ikan dimasukkan ke dalam bak yang berisi larutan garam
jenuh (20%) yang dibuat dengan melarutkan 3 kg garam ke dalam 10 liter air.
Perendaman dilakukan selama 30 menit Setelah perendaman ikan dibilas dengan air
Ikan disusun dan digantung di atas batang besi yang berbentuk pancing.
Bagian perut ikan dibuka dengan menggunakan batangan lidi atau kayu sebagai
pengganjal di antara rongga perut. Untuk mendapatkan aliran asap yang merata jarak
antara ikan di atas batang besi dan juga jarak antara batang besi di dalam lemari asap
lemari asap dengan membakar kayu dan sabut kelapa di dalamnya, kemudian
ditambahkan sabut dan tempurung kelapa secukupnya sehingga dihasilkan asap yang
cukup tebal. Ikan dimasukkan ke dalam lemari asap dan pintu lemari ditutup rapat.
Pengasapan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pertama dengan pengasapan dingin
(suhu lemari asap diatur sekitar 55-60 ℃) selama 4 jam dan dilanjutkan dengan
pengasapan panas (suhu lemari asap sekitar 75-80℃) selama 2 jam. Setelah
pengasapan, ikan disimpan dalam ruangan yang bersih dan dibiarkan hingga
mencapai suhu ruang. Kemudian dikemas dalam kantong plastik polietilen untuk
pemasaran. Komposisi kimia bandeng asap sangat tergantung pada ukuran ikan dan
13
cara pengolahan, semakin besar ukuran ikan semakin tinggi kadar lemaknya dan lama
serta cara pengasapan akan memengaruhi kadar airnya. Umur simpan bandeng asap
pada suhu ruang sekitar 2-3 hari. Kerusakan umumnya ditandai oleh timbulnya lendir
di permukaan yang diikuti dengan serangan kapang. Umur simpan ini dapat
diperpanjang sampai 7 hari jika disimpan pada suhu sekitar 10℃, atau jika dikemas
Mutu dan Volume Asap Mutu dan volume asap yang dihasilkan tergantung pada
jenis kayu yang digunakan dalam proses pengasapan. Untuk mendapatkan mutu dan
volume asap sesuai yang diharapkan, sebaiknya digunakan jenis kayu yang keras
(non-resinous) seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan seratan kayu jati serta
tempurung kelapa sebagai bahan bakar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu
keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu
lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih
dibandingkan kayu lunak. Bila menggunakan kayu yang lunak (resinous), asap yang
dihasilkan banyak mengandung senyawa yang dapat menimbulkan hal dan bau yang
tidak diinginkan. Dengan kata lain, jenis kayu yang digunakan sebagai sumber asap
sebaiknya memenuhi tiga syarat, yaitu: keras, tidak mudah cepat terbakar, dapat
menghasilkan asap dalam jumlah yang besar dan dalam waktu lama. Untuk
menghasilkan ikan asap bermutu tinggi sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu
14
menghasilkan asap dengan kandungan unsur fenol dan asam organik yang cukup
tinggi, karena kedua unsur ini lebih banyak melekat pada tubuh ikan dan dapat
menghasilkan rasa dan warna daging asap yang khas. Jenis kayu yang umum
digunakan untuk pengasapan ikan di Indonesia adalah kayu turi, karena selain mudah
diperoleh (ditanam), kayu turi juga lebih banyak mengandung unsur fenol dan asam
yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti
asam karbolik, fenat monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,
oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol alkohol
(Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur sebagai berikut (Poerwono, 2012).
Fenol adalah zat kristal yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor
(Hoffman et al., 1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol,
tetapi lebih basa daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari
melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41℃ dan titik didih 181℃. Fenol
memiliki kelarutan yang terbatas dalam air yaitu 8,3 gram/100 mL (Fessenden dan
Fessenden, 1992). Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif
terhadap kulit (iritasi) dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan
15
kesehatan manusia hingga kematian pada organisme. Tingkat toksisitas fenol
beragam 6 tergantung dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada rantai
2.9 Garam
kebutuhan pengawet alami dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia
(Purbani, 2011). Garam merupakan salah satu bahan penambah rasa. Fungsi garam
pada produk bandeng asap adalah sebagai bahan tambahan yang paten terhadap
pengasapan ikan agar produk lebih tahan lama, dan juga sebagai bahan pengatur rasa.
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat
makanan dari bahan pangan atau pakan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilian kualitas pakan dan pangan terutama pada standar zat makanan yang
suatau metode analisis kimia untuk mengidintifikasi kandungan zat makanan dari
suatu bahan pangan. Analisis proksimat juga di artikan sebagai analisis kandungan
makro zat dalam suatu bahan makanan. Analsis proksimat merupakan analisis
16
2.10.1 Analisis Fenol
Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa yang umum dijumpai pada
tanaman. Beberapa macam senyawa fenol yang mempunyai korelasi tinggi dengan
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting
pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan rasa
bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya
awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri ,
kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga menjadi perubahan pada bahan
pangan. Makin rendah kadar air, makin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan
bahan pangan tersebut dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam
lebih cepat(Winarno,2002).
lakukan dengan menggunakan indra untuk menilai kualitas dan keamanan suatau
makanan atau minuman. Pengujian organoleptik pada produk pangan sangat penting,
meskipun nilai gizinya sangat tinggi dan higienis. Jika rasanya sangat tidak enak,
17
maka nilai gizinya tidak dapat bermanfaatkan karena tidak seorangpun mau
suatu produk. Produk yang direspon dengan indra manusia karena menghsilkan
memiliki kualitas sensori yang tinggi. Pengujian organaloptik bukanlah hal yang baru
dalam industry pangan, akan tetapi aplikasinya sebagai metode dasar dalam
(Setyaningsih,ddk,2010).
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.2.1 Bahan
Bahan utama yang di gunakan penelitian ini adalah ikan bandeng, sabuk
kelapa, kayu bakar, garam. Bahan –Bahan yang digunakan untuk analisis antara lain :
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan untuk Analis ikan bandeng asap antara lain :
19
3.3 Tahapan Penelitian
ikan bandeng dengan air dan agar seleruh kotoran akan hilang dan akan
proses selanjutnya lebih mudah. Dan tahapan lainnya adalah proses pembuatan
3.3.1 Prosedur Pembuatan Ikan Bandeng Asap Dengan Dua Bahan Metode yang
sama :
a. Penyiapan bahan
kontaminasi bakteri terutama yang ada di insang dan bagian alat pencernaan. Setelah
penyiangan, ikan selanjutnya dicuci sampai bersih dari kotoran dan sisa darah dengan
20
d. Perendaman ikan dalam air garam
e. Penirisan ikan
mengurangi jumlah air yang menempel pada ikan dengan cara menggantung ikan
dengan tali.
g. Pengasapan Ikan
Yang sudah tiris dimasukkan kedalam alat pengasap selama 8 s/d 12jam
tergantung dari keinginan pengolah dan berapa daya awet produk yang dikehendaki.
Selama proses pengasapan, diupayakan jangan sampai terbentuk api karena hal
tersebut akan mempengaruhi mutu produk ikan asap yang dihasilkan. Penempelan
partikel asap ini yang akan sangat mempengeruhi daya awet produk karena dalam
partikel asap terdapat senyawa-senyawa phenol, asam organik yang dapat berfungsi
sebagai anti bakteri dan juga anti oksidan. Semakin banyak penempelan partikel asap
maka semakin awet produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, lama waktu
pengasapan yang panjang akan memberikan produk ikan asap yang memiliki daya
21
h. Pendinginan ikan
Ikan yang sudah selesai diasapi harus dikeluarkan dari alat pengasap untuk
dengan menggantungkan ikan pada sepotong kayu dan ditutup dengan kertas untuk
Ikan bandeng asap adalah makanan yang terbuat dari ikan bandeng segar di
campur dengan garam, kemudian di asapi. Pembuatan bandeng asap di lakukan dalam
22
Sabut kelapa10 kilo Ikan bandeng Kayu bakar
gram 15 kilo gram
Pencucian I
Pengemasan plastik
Uji Organoleptik
23
3.5 Rancangan Penelitian
Ikan bandeng yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan pengujian
isik sebelum dilakukan proses produk jadi, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
rendemen pada pembuatan ikan bandeng asap tersebut. Ikan yang di gunakan dalam
bobot sebanyak 12 ekor akan menghasilkan produk .kehilangan berat produk atau
penyusutan terjadi pada proses pembersihan blanching. Rancangan penelitian yang di
gunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan yaitu jenis bahan
pengasapan dan lama pengasapan yang di lakukan 2× ulangan dengan faktor RAL
sebagai berikut :
A1 = Sabuk kelapa
A2 = kayu bakar
b. Lama pengasapan
B1 = delapan jam
B2 = sepuluh jam
c. Jumlah sampel :
24
3.6 Parameter Pengujian
Parameter pengujian pada penelitian ini yaitu kadar air , kadar fenol, kadar abu,
3.6.1 Parameter kadar Air (BSN) Badan Standarisasi Nasional. 20006. SNI-01-
2354.2-2006.
c. Sampel yang telah halus di masukan kedalam cawan porselin (A) + 2 gram
d. Cawan yang telah di isi sampel di keringkan ke dalam oven vacuum pada suhu
Rumus :
𝐵−𝐶
Kadar air = 𝐵−𝐴 × 100%
25
3.6.2 Uji Organeleptik
Parameter uji organeleptik yang digunakan meliputi rasa, aroma, warna, dan
tingkat terhadap produk meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur.Metode pengujian
rasa, dan tekstur pengujian yang dilakukan degaan menggunakan metode hedonic
2=tidak suka
3=netral/biasa
4=suka
5=sangat suka
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian fenol dan kadar air berdasarkan hasil pengujian fenol dan kadar
27
Keterangan :
28
4.2 Analisa Fenol
tumbuhan adapun juga senyawa fenol bisa di temukan diproduk olahan seperti ikan
Uji Fenol
1,6 1,43 1,48 1,49
1,36 1,4
1,4 1,29
1,2
Fenol (%)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A1B1 A2B2 A3B3 B1B1 B2B2 B3B3
Perlakuan
Berdasarkan grafik diatas, nilai fenol yang terendah yaitu 1,29 % berasal dari
perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan. Sedangkan nilai fenol yang tertinggi yaitu
sebesar 1,49 berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan bendeng.
Hasil analisis sidik ragam fenol (lampiran) bahwa setiap perlakuan berpengaruh
nyata pada setiap persentasi perlakuan bahan. Hal ini dapat dilihat pada nilai 19.174
dan signifikan pada 0,05 yang artinya setiap persentasi lama perlakuan bahan
pengasapan signifikan berpengaruh nyata pada setiap pelakuan, karena ada beberapa
29
faktor sehingga persentasi lama pengasapan bahan pada setiap metode berpengaruh
nyata.
Hasil uji tukey menenjukan bahwa rata-rata fenol pada pengasapan ikan
bandeng uji lanjut berpengaruh nyata pada setiap perlakuan serta pada perlakuan
berbeda nyata (tidak ada subset yang sama) dan pada perlakuan persentasi dengan
berada pada subset yang sama) sedangkan B2danB3 tidak berbeda nyata (berada pada
subset yang sama) dapat dilihat pada (lampiran) B1 dan B2 berbeda nyata sedangkan
B2 dan B3 tidak berbeda nyata di karenakan berada pada rung yang sama.
Analisa kadar air adalah suatu analisa sampel yang dilakukan untuk mengetahui
kandungan kadar air pada ikan bandeng asap yang dihasilkan dengan berbagai
perlakuan sehingga dapat diperkirakan daya tahan produk. Mutu dari bahan pangan
sehingga ditentukan oleh kandungan air yang di miliki produk sehingga daya awet
semakin menurun yang disebabkan mudahnya terkena bakteri, jamur dan mikroba
(Hasrayanti,2013). Hasil dari berbagai perlakuan pada bandeng asap yang dihasilkan
30
KADAR AIR
80
67,99 66,88 67,40
70 62,53 63,81 62,30
60
50
NILAI
40
30
20
10
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
Perlakuan
Berdasarkan grafik di atas, nilai kadar air terendah yaitu 62,30 % berasal dari
perlakuan (B2B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai kadar air yang
tertinggi yaitu sebesar 67,99 berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan
ikan bandeng.
Hasil analisis sidik ragam kadar air (lampiran) bahwa setiap perlakuan sangat
berpengaruh nyata pada setiap persentasi perlakuan bahan. Hal ini dapat dilihat pada
nilai 22,947 dan signifikan pada 0,00 yang artinya setiap persentasi lama perlakuan
bahan pengasapan signifikan berpengaruh sanagat nyata pada setiap pelakuan, karena
ada beberapa faktor sehingga persentasi lama pengasapan bahan pada setiap metode
Hasil uji tukey menenjukan bahwa rata-rata kadar air pada pengasapan ikan
bandeng uji lanjut berpengaruh nyata pada setiap perlakuan serta pada perlakuan
31
dengan menggunakan metode kayu bakar persentasi lama pengasapan menunjukkan
berbeda nyata (tidak ada subset yang sama) dan pada perlakuan persentasi dengan
berada pada subset yang sama) sehingga seluruh sampel perlakuan untuk kayu bakar
berbeda nyata.
4.4Tekstur
Tekstur merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan
makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter tekstur dapat
tekstur
5 4,52
4,5 3,94
4 3,52 3,47
3,31
3,5
rata-rata
3 2,52
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel
Berdasarkan grafik di atas, nilai tekstur yang paling terendah yaitu 2,52%
berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai tekstur
32
yang tertinggi yaitu sebesar 4,52% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses
4.5 Aroma
Aroma merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan
makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter aroma dapat
dilihat darigrafik
aroma
5
4,05 3,84 3,89
4 3,42 3,36
2,84
rata-rata
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel
Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,84% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai aroma yang
tertinggi yaitu sebesar 4,05% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses pengasapan
ikan bandeng
33
4.6 Rasa
Rasa merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan makanan
ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter rasa dapat dilihat dari
grafik gambar :
rasa
5
4,31
4,5 4,1
4 3,42 3,31 3,36
3,5
rata-rata
3 2,47
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel
Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,47% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai rasa yang
tertinggi yaitu sebesar 4,31% berasal dari perlakuan (A1B2) pada proses pengasapan
ikan bandeng
4.7 Warna
34
warna
4 3,54
3,47 3,52
3,5 3,26 3,15
2,89
3
2,5
rata-rata
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel
Berdasarkan grafik di atas, nilai rasa yang paling terendah yaitu 2,89% berasal
dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai warna yang
tertinggi yaitu sebesar 3,54% berasal dari perlakuan (B2B3) pada proses pengasapan
ikan bandeng.
4.8Kenampakan
Kenampakan merupakan salah satu faktor dalam penentuan mutu suatu bahan
makanan ikan bandeng asap. Hasil uji organoleptik dengan parameter kenampakan
dapat dilihat dari grafik gambar :
35
kenampakan
3,5 3,26 3,25 3,21 3,24 3,15
3 2,63
2,5
rata-rata
2
1,5
1
0,5
0
A1B1 A1B2 A1B3 B1B1 B2B3 B3B3
sampel
Berdasarkan grafik di atas, nilai kenampakan yang paling terendah yaitu 2,63 %
berasal dari perlakuan (B3B3) pada proses pengasapan ikan. Sedangkan nilai warna
yang tertinggi yaitu sebesar 3,26% berasal dari perlakuan (A1B1) pada proses
pengasapan ikan bandeng.
36
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian proses pembuatan ikan bandeng asap dengan
dua perlakuan metode yang di analisis proksimat dan uji organoleptik dapat di
simpulkan dari pengujian analisa sampel ikan bandeng asap dapat di simpulkan dari
enam sampel fenol yang tertinggi yaitu 1,49% sampel (B3B3) Sedangkan kadar Air
yang tertinggi (A1B1) 67,99 Tekstur (A1B1) 4,52 Aroma (A1B1) 3,84 Rasa (A1B2)
4,31 Warna (B2B3) 3,54 Kenampakan (A1B1) 3,26 dari hasil penelitian yang terbaik
sabut kelapa dari hasil uji Proksimat dan uji Organoleptik.
5.2 Saran
Sebaiknya perlu dilakukan uji daya simpan untuk mengetahui kualitas produk
ikan bandeng asap dan selain itu perlu dilakukan uji lanjutan pada sampel ini dengan
beberapa perlakuan lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Daun, H. 1979. Interaction of Wood Smoke Component and Food Tecnology.33 :66-
71.
Margono,T., Suryati, D., dan Hartinah, S. 2000. Panduan Teknologi Pangan (IkaPusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII LIPI.
Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2006. Ragam Olahan Bandeng.
Kanisius.Yogyakarta.
Pertiwi ,Susi Wahyu. 1998. Laporan Praktikum Kimia Makanan Departem Kesehatan
Republic Indonesia Semalang
38
Sannaveerappa T, Ammu K, Joseph J. 2004. Protein - related changes during salting
of milkfish (Chanos chanos). Journal of the Science of Food and
Agriculture.Volume 84: 863– 869.
SNI 01-2354.1-2006. Penentuan kadar Abu pada produk perikanan. Dewan Standari
sasi Nasional . Jakarta
SNI 01-2354.2-2006. Penentuan kadar Air pada produk perikanan. Dewan Standaris
asi Nasional . Jakarta
39
LAMPIRAN
40
LAMPIRAN 1 Alur Proses Pembuatan Ikan Bandeng Asap Dengan
Berapa Metode :
41
F
Gambar 10 ujiOrganoleptik
42
LAMPIRAN 2.Hasil uji organoleptik (aroma)
43
LAMPIRAN 3. Hasil uji organoleptik (rasa)
44
LAMPIRAN 4.Hasil uji organoleptik (tekstur)
45
LAMPIRAN 5.Hasil uji organoleptik (warna)
1 Fitrianai 4 4 3 3 3 3
2 Khaeraniulfa 4 4 4 5 3 2
3 Susi 3 3 3 3 4 3
4 Itaandriani 4 1 3 4 3 4
5 Rabiana 3 4 3 3 4 3
6 Nurhakika 2 3 4 2 2 3
7 Asmiumar 3 5 3 4 3 2
8 Nurhalisa 3 3 3 4 4 4
9 Itanovianti 3 4 3 3 4 3
10 Astriani 3 3 3 4 4 4
11 Bella 4 4 4 4 4 4
12 Iinlestari 3 3 3 4 4 4
13 Darmawani 3 3 3 4 4 2
14 Inayah 3 3 3 4 4 2
15 Herianti 3 4 3 3 4 2
16 Misnawati 3 4 3 3 3 2
17 Irma sanubi 4 3 3 3 3 3
18 m. harun 3 3 3 4 4 4
19 Sulasia 4 5 3 3 3 1
Jumlah 62 66 60 67 67 55
Rata-rata 3,26 3,47 3,15 3,52 3,52 2,89
46
LAMPIRAN 6 Hasil uji organoleptik (kenampakan)
47
Lampiran 7 Hasil Analisi Sidik Ragam
Dependent Variable:FENOL
Total 23.829 12
UjiFenolSabutKelapa
FENOL
Tukey HSD
Subset
SABUT.KELAPA N 1 2 3
A1.8J 4 1.3275
A2.10J 4 1.4100
A3.12J 4 1.4850
48
Ujifenolkayubakar.
FENOL
Tukey HSD
Subset
KAYU.BAKAR N 1 2
B1 4 1.3600
B2 4 1.4200
B3 4 1.4425
Dependent Variable:KADAR.AIR
Total 51026.527 12
49
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KADAR.AIR
Total 51026.527 12
UjiAnalisisSabutKelapakadar Air.
KADAR.AIR
Tukey HSD
Subset
SABUT.KELAPA N 1 2 3
A3.12J 4 63.0625
A2.10J 4 65.0125
A1.8J 4 67.4275
50
Ujianalisiskayubakarkadar air
KADAR.AIR
Tukey HSD
Subset
KAYU.BAKAR N 1 2 3
B3
4 63.2275
B2
4 64.5825
B1
4 67.6925
Sig.
1.000 1.000 1.000
51
LAMPIRAN 8 Data Hasil Pengujian Fenol, Kadar Air Proses Pembuatan Ikan
Bandeng Asap.
I II
52
RIWAYAT HIDUP
53