Anda di halaman 1dari 16

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI

KERITING DENGAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK


KANDANG

Disusun Oleh
HAFIDZ KHAYRI IKBAR
NIS: 7034
KELAS X-4

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN
SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

I
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Peserta Didik : Hafidz Khayri Ikbar


NIS : 7034
Kelas : X-4
Nama Pembimbing : Dra. Hj. Sri Lestari Andayani, M.Si.
Judul Penelitian : Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Cabai
Keriting dengan Pupuk Organik Cair dan Pupuk
Kandang

Palembang, 8 Desember 2022


Penguji, Pembimbing

Dr. H. Yuswan, M.Pd Dra. Hj. Sri Lestari Andayani, M.Si.


NIP 196808161994121002 NIP 1963121219872003

Mengetahui,
Kepala SMA Plus Negeri 17 Palembang,

Dra. Hj. Purwiastuti Kusumastiwi, M. M.


NIP 196805291994122001

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia- Nya, laporan penelitian yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan
Tanaman Cabai Keriting dengan Pupuk Organik Cair dan Pupuk Kandang”
ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam kegiatan Bugemm (Budaya gemar Membaca dan menulis)
di SMA Plus Negeri 17 Palembang pada tahun pelajaran 2022/2023
Dengan telah selesainya laporan ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada ibu Dra. Hj. Sri Lestari Andayani, M.Si. selaku pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan laporan ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada ibu Dra. Leli Sumarni, M.Pd. selaku wali kelas yang telah
memberikan motivasi dalam penulisan laporan ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dra. Hj. Purwiastuti Kusumastiwi, M.M. selaku Kepala SMA
Plus Negeri 17 Palembang yang telah memberikan kemudahan berupa adminstrasi
dan sarana yang penulis perlukan. Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Palembang, November 2022

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… I
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. II
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. III
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… IV
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Cabai Keriting……………………………………………………….. 4
2.2 Pupuk Organik………………………………………………………. 6
2.3 Pupuk Kandang……………………………………………………… 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional………………………………………………… 9
3.2 Variabel Penelitian………………………………………………….. 9
3.3 Metode Penelitian…………………………………………………… 11
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………. 11
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 11
3.6 Teknik Analisis Data………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………................. 12

IV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabai (Capsicum frutescens) merupakan salah satu komoditas pertanian
yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai (Capsicum
frutescens) memiliki aroma, rasa dan warna yang spesifik, sehingga banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai rempah dan bumbu masakan. Seiring dengan
bertambahnya penduduk, kebutuhan cabai di Indonesia pun semakin meningkat
(Soelaiman dan Ernawati, 2013).
Cabai (Capsicum frutescens), berasal dari Amerika Tengah dan saat ini
merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir
semua rumah tangga mengkonsumsi cabai (Capsicum frutescens) setiap hari
sebagai pelengkap bagi hidangan keluarga sehari-hari. Konsumsi cabe rata-rata
sebesar 4,6 kg per kapita per tahun.
Permintaan yang cukup tinggi dan relatif kontiniu serta cenderung terus
meningkat memberi dorongan kuat masyarakat luas terutama petani dalam
pengembangan budidaya cabai (Capsicum frutescens). Berbagai alternatif
teknologi yang tersedia serta relatif mudahnya teknologi tersebut diadopsi petani
merupakan rangsangan tersendiri bagi petani. Disamping itu produktivitas cabai
(Capsicum frutescens) sangat tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman
relatif singkat, sehingga nilai ekonomi cabe cukup tinggi. Dalam kondisi yang
menguntungkan, cabai (Capsicum frutescens)merupakan pilihan utama bagi
petani di banyak wilayah. (Anonimus, 1997)
Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau
seluruhnya berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 2 Tahun 2006).
Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk
organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi
bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran

1
keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob,
bokashi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi wujud ada yang berwujud
serbuk, cair maupun granul atau tablet.
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair
organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin.
Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat
kompos (Lingga dan Marsono, 2003).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan
berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing.
Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif
lebih lama, kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil buah atau
bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah. Kotoran hewan
yang kencing ini dalam artian yaitu kotoran dari hewan yang bisa kencing.
Contohnya adalah sapi, kambing dan kerbau.
Sedangkan karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu
penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor
dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun
seperti selada, bayam dan kangkung. Kotoran hewan yang tidak kencing ini dalam
artian kotoran dari hewan yang memang tidak kencing, yaitu kebanyakan dari
jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek. Pupuk kandang banyak dipakai sebagai
pupuk dasar tanaman karena ketersediaannya yang melimpah dan proses
pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan proses pembuatan
yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai
keadaannya kering dan matang sebelum diaplikasikan ke lahan. (Oleh Ir. I Gusti
Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP. Madya Distanak Kab.Buleleng).
Oleh sebab itu melalui latar belakang diatas penulis tertarik membuat
penelitian yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Cabai
Keriting dengan Pupuk Organik Cair dan Pupuk Kandang”.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perbandingan pertumbuhan tanaman cabai keriting dengan
pupuk organik cair dan pupuk kandang?
2. Bagaimana pengaruh pupuk organik cair dan pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tanaman cabai keriting?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan tanaman cabai keriting
dengan pupuk organik cair dan pupuk kandang.
2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair dan pupuk kandang
terhadap pertumbuhan tanaman cabai keriting.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi
pembaca. Bagi penulis penilitian ini dapat memberikan pengalaman langsung
dalam meneliti pertumbuhan cabai keriting.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Cabai Keriting


2.1.1 Pengertian Cabai Keriting
Cabai keriting termasuk tanaman semusim, berbentuk perdu, berdiri tegak
dengan berbatang kayu, dan memiliki banyak cabang.Tinggi tanaman dewasa
antara 65-120 cm dan lebar tajuk tanaman 50-90 cm. Cabai keriting tergolong
dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Bijinya tertutup oleh
bakal buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup
(Prajnanta 2007).
Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri
atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar
serabut-serabut akar (akar tersier). Panjang akar 25-35 cm (Prajnanta, 2007).
Batang utama cabai keriting tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 20-28 cm dan
diameter batang 1,53 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehi- jauan.
Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah
tanam (Setiadi, 2006).
Daun cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung
varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun.Tulang daun berbentuk
menyirip.Secara keseluruhan bentuk daun cabai keriting adalah lonjong dengan
ujung daun meruncing. (Prajnanta, 2007).
Bunga tanaman cabai keriting berbentuk terompet kecil, umumnya bunga
cabai keriting berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai keriting
berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut ber-
bunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga,
mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai keriting
disebut juga berkelamin dua atau disebut dengan hermaphrodite karena alat ke-
lamin jantan dan betina berada dalam satu bunga (Hewindati, 2006)

4
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Cabai Keriting
 Divisi: Spermatophyta
 Subdivisi: Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Subkelas: Metachlamidae
 Ordo: Tubiflorae
 Famili: Solanaceae
 Genus: Capsicum
 Spesies : Capsicum annuum L
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Keriting
Tanaman cabai keriting mempunyai daya adaptasi yang cukup luas.
Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai
keting- gian 1400 m di atas permukaan laut.Tanaman cabai keriting mempunyai
daya adap- tasi yang cukup luas.Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman cabai keriting adalah sekitar 600-1200 mm per tahun.Cahaya matahari
sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada
intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan
cabai keriting terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung
lebih singkat. (Sumarni dan Muharam, 2005).
Suhu optimum harian untuk pertumbuhan cabai keriting antara 24 Celsius sampai
dengan 32 Celsius (Berke et al. 2007).
Jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan cabai merah kriting adalah pada jenis tanah
lempung berdebu dengan kapasistas memegang air yang baik. Pada kenyataannya
cabai keriting dapat tumbuh selama tanah tersebut memiliki drainase yang baik.
pH tanah yang cocok untuk cabai keriting antara 5.5-6.8 (Berke et al. 2007)

2.2 Pupuk Organik

5
2.2.1 Pengertian Pupuk Organik
Pemupukan merupakan salah satu usaha penting untuk meningkatkan
produksi. Sampai saat ini pemupukan dianggap sebagai faktor yang dominan
dalam produksi pertanian, sehingga dalam rekomendasi pemupukan harus
didasarkan atas kebutuhan tanaman dan ketersediaannya di dalam tanah.
Kebutuhan hara tanaman tercermin dari hara yang terkandung pada bagian
tanaman seperti akar, batang, daun, dan buah (Silalahi, et al, 2010).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan
atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang
berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan
hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak.
Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik
dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik dapat
dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan
(Setyorini, 2005).
2.2.2 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau
disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial
(N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair
dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk
kandang (Sari, 2008).
Dibandingkan pupuk organik padat, pupuk organik cair masih sedikit
terdapat dipasaran. Menurut Simamora, et al (2005), pupuk organik cair adalah
pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan sudah mengalami fermentasi dan
kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5%. Selanjutnya, (Hadisuwitu,
2008) mengatakan bahwa, pupuk organik cair merupakan larutan dari pembusukan
bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Sundari, et al, 2012).

6
Pupuk organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-
unsur yang terkandung didalamnya mudah terurai dan tidak dalam jumlah yang
terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pembuatan
pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah
beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman yang sudah siap
dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga.
Adapun keuntungan pupuk cair antara lain: pengerjaan pemupukan akan lebih
cepat dan penggunaannya sekaligus melakukan penyiraman sehingga dapat
menjaga kelembaban tanah (Hanum, 2011).
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi
aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan. Adanya bahan organik yang mampu
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik
yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan
ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan
longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat
kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan
unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap
sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah
seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga
perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwito, 2008).
2.3 Pupuk Kandang
2.3.1 Pengertian Pupuk Kandang
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari
binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki
sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas
seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut
akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Beberapa
petani di beberapa daerah memisahkan antara pukan padat dan cair.
2.3.2 Pupuk Kandang Padat
Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan
baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara

7
terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik
tanah. Penanganan pukan padat akan sangat berbeda dengan pukan cair.
Penanganan pukan padat oleh petani umumnya adalah sebagai berikut: kotoran
ternak besar dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan
dikumpulkan dengan cara ditumpuk di suatu tempat tertentu.
2.3.3 Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang (pukan) cair merupakan pukan berbentuk cair berasal
dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau
kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya
urine hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine
sapi, kerbau, kuda, babi, dan kambing.
Pupuk kandang cair dibuat dari kotoran ternak yang masih segar, bisa
dari kotoran kambing, domba, sapi, dan ayam. Petani pertanian organik di Kenya
membuat pukan cair dari 30-50 kg kotoran hewan yang masih segar dimasukkan
dalam karung goni yang terbuat dari serat kasar rami diikat kuat, ujung karung
diikatkan pada sebuah tongkat sepanjang 1 m untuk menggantung karung pada
drum, kemudian karung tersebut direndam dalam drum berukuran 200 l yang
berisi air. Secara, berkala 3 hari sekali kotoran dalam karung diaduk dengan
mengangkat dan menurunkan tongkat beserta karung.
Untuk melarutkan pukan dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Pupuk
kandang (pukan) yang melarut siap digunakan bila air sudah berwarna coklat
gelap dan tidak berbau. Cara penggunaan pukan cair dengan disiramkan ke tanah
bagian perakaran tanaman dengan takaran satu bagian pukan cair dicampur
dengan satu atau dua bagian air. Ampas dari pukan cair dimanfaatkan sebagai
mulsa (Matarirano, 1994).

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


3.1.1 Cabai Keriting
Cabai keriting adalah salahsatu tanaman musiman dengan daun berwarna
hijau, tua, tinggi bisa mencapai satu meter, bunga berwarna putih dan soliter, dan
termasuk tanaman yang dapat berbuah baik di dataran rendah hingga dataran
tinggi (Tjahjadi, 1991).
3.1.2 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas
biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman (Indriani, 2004).
3.1.3 Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pupuk organik cair dan pupuk
kandang.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai
variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan tanaman
cabai keriting.
3.2.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel
terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral. Variabel kontrol
dalam penelitian ini yaitu tanah, air, cahaya, dan suhu.
Dalam penelitian kali ini peneliti akan membandingkan pertumbuhan tanaman
cabai keriting yang menggunakan pupuk organik cair dan pupuk kandang.

9
Pencatatan pertumbuhan akan dicatat 5 hari sekali, penelitian dilakukan selama 30
hari.
Alat dan Bahan:
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bibit tanaman cabai keriting
2. Tanah
3. 2 buah pot
4. Pupuk organik cair
5. Pupuk kandang
Langkah kerja:
Langkah kerja dalam penelitian ini yaitu:
1. Siapkan 2 buah pot (pot 1 untuk pupuk organik cair dan pot 2 untuk pupuk
kandang)
2. Siapkan tanah dan campurkan dengan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1 kemudian aduklah hingga pupuk kandang dan tanah tercampur
3. Masukkan tanah campuran pupuk kandang kedalam pot 2
4. Masukkan tanah kedalam pot 1
5. Siapkan air 1 liter dan tuangkan pupuk organik cair sebanyak 2 mL
6. Aduk air campuran pupuk organik cair hingga tercampur rata
7. Tanamlah bibit tanaman cabai kiriting kedalam masing masing pot
8. Siram air campuran pupuk organik cair tadi kedalam pot 1
9. Siram kedua pot dengan rutin pagi dan sore hari
10. Untuk pot 1 harus melakukan pemupukan 1 kali seminggu
11. Amati pertumbuhan tanaman cabai keriting di pot 1 dan pot 2

10
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara eksperimen.
Metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan
mengendalikan pengaruh variabel lain. Metode ini dilakukan dengan memberikan
variabel bebas secara sengaja kepada objek penelitian untuk diketahiu akibatnya
dalam variabel terikat.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2023 dan bertempat di tempat
tinggal peneliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali
ini adalah dengan melakukan teknik observasi. Dengan teknik observasi, peneliti
dapat menyimpulkan pertumbuhan tanaman cabai keriting dari masing-masing pot
yang diberi pupuk organik cair dan pupuk kandang.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan
Teknik analisis data deskriptif secara kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang berupa angka untuk mengukur, menjumlahkan, dan
menghitung data.
Tabel 3.1 tabel yang digunakan untuk mencatat pertumbuhan tanaman cabai
keriting
N Tanggal Tinggi tanaman cabai Tinggi tanaman cabai
o keriting yang keriting yang
menggunakan pupuk menggunakan pupuk
organik cair (POC) kandang
1
2
3
4
5
6

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1997. Evaluasi Pelita IV Pertanian Tanaman Pangan. Dinas Pertanian


Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Selatan. Palembang

Hadisuwito, S. (2008). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT Agromedia


Pustaka.

Setiadi.2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta. Bumi Aksara.

Setyorini, D. 2005. “Pupuk Organik Tingkatan Produksi Pertanian”. Warta


Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.27, No.6 : Bogor.

Soelaiman, V., Ernawati, A. 2013. Pertumbuhan dan perkembangan cabai


keriting (Capsicum annuum l.) secara in vitro pada beberapa konsetrasi
BAP dan IAA. Bul.Aghorti Vol. 1 (1) : 62-66

Sumarni, N dan A. Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Lembang.


Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai