Anda di halaman 1dari 24

Proses Pembuatan SILIMBAD (Fermentasi Limbah Bahan Dapur)

Menggunakan Limbah Sayur Katering di Pondok Pesantren Assalafiyyah


Mlangi

Karya Tulis
Diajukan sebagai syarat kelulusan MA

Disusun Oleh :

Aliya Nayyara P. Z. NISN 3064951440


Naila Mughfliha NISN 0056833527
Shinta Nur Azizah NISN 0069757807

Guru pembimbing :

M. Nur Faiz, S.Hum.

MAS ASSALAFIYYAH MLANGI


2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah dibaca dan disetujui oleh:

Guru pembimbing Wali kelas

Muhammad Nur Faiz, S.Hum. Salsabila Milasari Putri, SS.

Tanggal:..................... Tanggal:..................

Guru penguji 1 Guru penguji 2

Tanggal:..................... Tanggal:...................

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat,kekuatan dan kelancaran sehingga penulis dapat mengesahkan

karya tulis ilmiah yang berjudul Proses Pembuatan SILIMBAD (Fermentasi Limbah Bahan

Dapur) Menggunakan Limbah Sayur Katering di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi

sebagai syarat kelulusan. Tak lupa rangkaian sholawat selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa islam sebagai agama rahmatalilalamin.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Alif Jum’an S.Si selaku kepala MA Assalafiyyah yang telah memberikan izin

penelitian.

2. Bapak Muhammad Nur Faiz, S.Hum selaku guru pembimbing yang telah memberi

nasihat,arahan,bimbingan dan motivasi selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Bapak Lukmanul Hakim, M.Pd selaku guru penguji.

4. Bapak dan ibu guru yang telah mendidik dan memberi ilmu pengetahuan selama masa

studi.

5. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan penuh.

3
6. Teman-teman seperjuangan yang telah mendengarkan segala keluh kesah dan

memberi dukungan serta bantuan baik dalam bentuk material maupun nonmaterial.

Kami menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan agar

pembaca berkenan menerima kekurangan dan memberi umpan balik berupa kritik dan saran.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak, aamiin.

Sleman, 31 Januari 2024

Penulis

4
DAFTAR ISI

BAB I 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Batasan Masalah 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB II 6
2.1 Kajian Teori .6
2.2 Penelitian Relevan 8
BAB III 10
3.1 Metode Penelitian 10
3.2 Lokasi Penelitian 10
3.3 Waktu Penelitian 10
3.4 Objek Penelitian 10
3.5 Alat dan Bahan 11
3.6 Prosedur Pembuatan 11
3.7 Teknik Pengumpulan Data 12
3.8 Teknik Analisis Data 12
BAB IV 13
4.1 Proses Pembuatan 13
4.2 Proses Pengamatan 17
BAB V 19
5.1 Kesimpulan 19
5.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization), sampah merupakan suatu materi yang
tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun
2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk
padat, atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Menurut Terry Pakki tahun 2021 Sampah disemua kota khususnya Indonesia hingga
saat ini masih menjadi masalah penting yang belum terpecahkan. Rata-rata komposisi
sampah pada beberapa kota besar di Indonesia adalah: organik (25%), kertas (10%),
plastik (18%), kayu (21%), logam (11%), gelas (11%), lain-lain (12%) (Anonim,2009).
Sampah organik menempati tingkatan paling tinggi dari total produksi sampah yang ada di
penyumbang sampah. Sampah organik kebanyakan dihasilkan dari limbah rumah tangga.
Sampah organik merupakan bahan utama sisa dapur yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang. Apabila sampah-sampah tersebut dikelola dengan baik maka akan
bermanfaat bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan
limbah atau sampah-sampah organik akan sangat membantu.Pengelolaan sampah di
masyarakat juga masih menggunakan sistem dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Septiani,2021). Jika hal ini dibiarkan, maka akan
terjadi penumpukan sampah dengan volume besar dilokasi TPA dan juga bahaya gas
metana yang dihasilkan dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca atau bau tak sedap di
lingkungan.
Sebagai sebuah pondok pesantren dengan santri madrosi sejumlah 1065, Assalafiyyah
pastilah mempunyai banyak sampah termasuk limbah katering dengan sisa limbah
kira-kira 5-10 kilo per harinya. Berdasarkan keterangan dari pihak katering,
sampah-sampah sisa tersebut, biasanya hanya diambil oleh petugas, lalu dibuang ke TPA.
Padahal, sampah-sampah tersebut sangat bisa diolah menjadi barang yang bernilai
kembali. Ada banyak cara pengolahannya. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah

6
memahami jenis sampah yang dihasilkan. Setelah memahaminya, barulah kita dapat
menerapkan cara pengolahan sampah anorganik dan organik yang tepat.
Mendaur ulang sampah/pengolahan sampah tidak selamanya membutuhkan alat yang
mahal dan khusus. Pengolahan sampah bisa dilakukan sendiri dengan berbagai cara
pengolahannya. Kita bisa memulai dengan memilahnya terlebih dahulu, lalu lakukan
sistem 3R (Reduce,Reuse,Recycle) untuk sampah anorganik. Dengan begitu, barang daur
ulang bisa digunakan lagi atau bahkan dijual. Sementara itu, juga banyak cara untuk
mengolah sampah organik, salah satunya dengan difermentasikan menjadi cairan
serbaguna yang memiliki banyak manfaat. diantaranya : untuk pupuk tanaman, pembersih
kloset, sabun cuci piring, obat kumur, dan masih banyak manfaat lainnya. Cara ini dapat
diterapkan karena mudah pembuatannya, selain itu juga untuk mengurangi timbunan
sampah organik yang menempati proporsi paling tinggi dari total produksi sampah di
Indonesia.
Maka dari itu, penulis berencana membuat Eco Enzyme (cairan fermentasi serbaguna)
/ SILIMBAD (fermentasi limbah bahan dapur) dengan memanfaatkan limbah organik
berupa sayuran yang dihasilkan oleh katering, sebagai solusi penanganan limbah organik
di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “Proses Pembuatan SILIMBAD (Fermentasi Limbah Bahan
Dapur) Menggunakan Limbah Sayur Katering di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara pemanfaatan limbah katering menjadi SILIMBAD?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui cara pemanfaatan limbah katering menjadi SILIMBAD.

1.4 Batasan Masalah


Pada penelitian ini, penulis hanya berfokus pada limbah organik berupa sayuran.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Bagi peneliti

7
a. Mendapat wawasan lebih tentang literatur karya tulis ilmiah.
b. Mengetahui cara pengolahan limbah katering.
c. Memenuhi syarat kelulusan.
1.5.2 Bagi pondok pesantren
a. Memberikan altenatif pengolahan limbah katering menjadi cairan serbaguna yang
ramah lingkungan.
b. Meningkatkan nilai manfaat limbah katering.
c. Memberikan pengetahuan tentang alternatif pengolahan limbah katering di pondok
pesantren.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Sampah
a. Definisi Sampah
Sampah adalah bahan sisa buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari
aktivitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak di inginkan atau tidak
digunakan lagi. Menurut Kepala Dinas dan Tata Kota Palembang tahun 1999 Sampah
adalah limbah yang bersifat padat terdiri sampah dari sampah organik, anorganik, dan
sampah B3 (limbah beracun) yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan, (Tekhobanoglos,1993).

Pengertian sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang
sudah tidak diperlukan dan tidak dipakai, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dalam UU Nomor 8 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat, berupa zat organik atau anorganik,
dan bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai, yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang ke lingkungan. Maka, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sisa dari
kegiatan sehari-hari manusia berupa barang yang sudah tidak lagi dimanfaatkan sehingga
harus dibuang dan dimusnahkan.
b. Jenis Sampah
1) Sampah Organik
Adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai secara alami
tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai.
Contoh sampah organik yaitu : Sisa buah dan sayur, ampas teh/kopi, ranting pohon, dan
daun kering serta semacamnya.
2) Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit terurai,
(Yusuf Safawi, 2022). Sampah anorganik yang tertimbun di tanah dapat menyebabkan
pencemaran tanah. Contoh sampah anorganik yaitu bekas kemasan plastik, kaleng
minuman, kresek, dan semacamnya.

9
2.1.2 Organik
a. Definisi
Senyawa organik adalah senyawa yang pada umumnya mengandung karbon
terutamba karbon-karbon (CC) dan karbon-hidrogen (CH) (seperti pada hidron karbon).
Sehingga secara umum senyawa anorganik adalah senyawa yang tidak mengandung
karbon.
b. Bahan Organik
Senyawa organik merupakan persentase kecil dari konstituen lain yang membentuk
kerak bumi. Meskipun demikian, mereka sangat penting karena semua makhluk hidup
didasarkan pada senyawa ini. Karena makhluk hidup terdiri dari senyawa berbasis
karbon. Organisme hidup mengeluarkan bahan yang dianggap bahan organik. Bahan
organik dari makhluk hidup ini menjadi bagian dari lingkungan.
c. Limbah Organik
Berdasarkan Advances in Agronomy tahun 2017 berpendapat bahwa Limbah organik
merupakan limbah yang dapat dibuat kompos untuk menstabilkan bahan organik,
mengurangi kadar air, meningkatkan konsentrasi nutrisi tanaman, menghilangkan
pathogen, menghilangkan benih gulma, mengembangkan penekan penyakit, dan
mengurangi emisi gas rumah kaca.

2.1.3 SILIMBAD (Eco Enzyme)


a. Pengertian Eco Enzyme
Eco Enzyme atau dalam Bahasa Indonesia disebut eko enzim merupakan larutan
zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik, gula, dan air.
Cairan Eco Enzyme ini berwarna coklat gelap, dan memiliki aroma yang asam/segar
yang kuat, (M. Hemalatha,2020).
Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah
tangga, pertanian, dan juga pertenakan. Pada dasarnya, Eco Enzyme mempercepat reaksi
biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah
atau sayuran. Eco Enzyme dari sampah ini adalah salah satu cara pengolahan sampah
organik yang memanfaatkan sisa bahan dapur untuk sesuatu yang bermanfaat kembali.
Karena kandungannya, Eco Enzyme memiliki banyak cara untuk membantu siklus alam
seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan
juga membersihkan air yang tercemar. Selain itu, bisa juga ditambahkan ke produk
pembersih rumah tangga seperti shampo, pencuci piring, detergen, dan lain-lain.

10
Pembersih enzim ini 100% natural dan bebas dari bahan kimia, mudah terurai, dan ramah
lingkungan.
b. Sejarah Eco Enzyme
Bermula dari penemuan Dr. Rosukon Poompavong, seorang peneliti dan
pemerhati lingkungan dari Thailand. Inovasi ini memberikan distribusi yang cukup
besar bagi lingkungan (Neny Rochyani,2020). Dr. Rosukon juga merupakan seorang
pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand (Organic Agriculture Association of
Thailand) yang bekerja sama dengan petani di Thailand bahkan Eropa yang berhasil
menghasilkan produk pertanian yang bermutu tetapi ramah lingkungan. Dari usaha dan
inovasi yang dilakukan ini, ia dianugerahi penghargaan oleh FAO Regional Thailand
pada tahun 2003.

2.1.4 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses alami saat mikroorganisme seperti ragi dan
bakteri mengubah karbohidrat, seperti pati dan gula, menjadi alkohol atau asam. Dalam
proses ini, alkohol atau asam berperan dalam pembuatan pengawet alami yang dapat
membuat makanan tersebut menghasilkan rasa yang berbeda. Proses fermentsi pada
umumnya akan mengembangkan bakteri baik yaitu probiotik. Bakteri-bakteri ini dapat
memberikan manfaat besar untuk tubuh seperti meningkatkan sitem imun, baik untuki
pencernaan, dan lain-lain.

2.2 Penelitian Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya:
1. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Budy Wiryono, dkk. Universitas
Muhammadiyyah Mataram dengan penelitiannya yang berjudul ”Efektivitas
Pemanfaatan Eco Enzyme untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Sawi dengan
Sistem Hidroponik DFT” Tahun 2021 dengan metode penelitian eksperimental
dengan menggunakan percobaan di Greenhouse Faperta UMMAT. Penelitian ini
bertujuan sebagai solusi untuk mengatasi perbaikan lahan untuk lebih lestari yang
mana dari penelitian ini mendapatkan hasil bahwa Eco Enzyme dapat berpengaruh
dalam pertumbuhan daun dan brangkasan basah tanaman sawi.

2. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Destyana Larasati, .dkk Universitas
Muhammadiyyah Semarang dengan penelitiannya yang berjudul “Uji Organoleptik

11
Produk Eco Enzyme dari Limbah Kulit Buah (Studi Kasus di Kota Semarang)”
Tahun 2020 jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. (Sugiyono, 2013). Dengan metode penelitian kualitatif yang digunakan
untuk meneliti objek dengan kondisi alamiyah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati karakteristik produk Eco Enzyme dari berbagai macam limbah kulit buah
untuk dijadikan Eco Enzyme yang berbahan dasar limbah organik sisa bahan dapur
yang kemudian dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
limbah sampah organik dari kegiatan rumah tangga.

3. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Ronny dan Muh . Ihsan Jurusan
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar dengan penelitiannya yang
berjudul “PEMANFAATAN SAMPAH BUAH DAN SAMPAH SAYURAN
SEBAGAI ECO ENZYME UNTUK PENYUBUR TANAMAN” Tahun 2022 jenis
penelitian ini ialah penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu sampah organik buah nanas dan semangka dan sampah organik sayuran kol
dan mentimun. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah
tangga karena jenis sampah organik rumah tangga menempati peringkat tertinggi dari
total produksi sampah. Hasil penelitian kualitas fisik Eco Enzyme sampah buah dan
sayuran. Proses berlangsung selama tiga bulan dengan ciri bau asam segar, warna Eco
Enzyme sampah buah yaitu coklat gelap, sampah sayuran coklat muda, dan sampah
buah dan sayuran orange gelap.
Dengan demikian, yang membedakan penelitian kami dengan penelitian lain
adalah belum ada yang mengembangkan produk Eco Enzyme yang berbahan dasar
limbah sisa sayur katering di Pondok Pesantren Assalafiyyah. Sehingga, kami
berencana untuk membuat alternatif pengolahan limbah sisa sayur katering di Pondok
Pesantren Assalafiyyah Mlangi.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimental dengan
menggunakan bahan baku berupa sayuran, yang dicampur dengan gula jawa murni sebagai
sumber karbon, dan air bersih. Adapun rasio komposisi masing masing perlakuan tersebut
yaitu : 1 bagian gula jawa, 3 bagian sayuran dan 10 bagian air bersih.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi yang terletak di Jalan
Kiai Masduqi, Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.3 Waktu Penelitian

Tabel 1. Rancangan Waktu Penelitian

No. Jadwal Kegiatan Waktu


1. Penentuan tema Juli
2. Perancangan proposal Juli-September
3. Pengumpulan data September
4. Seminar proposal September
5. Pembuatan produk November
6. Seminar hasil penelitian Januari
7. Revisi hasil penelitian Januari

3.4 Objek Penelitian


Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah cairan SILIMBAD (Eco Enzyme)
yang berbahan dasar limbah katering berupa sayuran.

13
3.5 Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan cairan SILIMBAD (Eco Enzyme) terdiri
dari :
a. Wadah plastik (Toples/botol)
b. Pisau
c. Pengaduk kayu
d. Timbangan
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Air bersih
b. Limbah sayur
c. Gula jawa murni

3.6 Prosedur Pembuatan


3.6.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini berupa menyiapkan dan menentukan bahan yang akan digunakan.
Peneliti menentukan jenis sayuran yang akan digunakan dalam percobaan. Lalu,
bahan-bahan ditakar sesuai perbandingan yang digunakan.
3.6.2 Proses pembuatan cairan SILIMBAD (Eco Enzyme) sebagai berikut:
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Timbang masing-masing bahan hingga memperoleh perbandingan 1:3:10.
3) Cuci bersih sayuran.
4) Potong sayuran menjadi kecil-kecil, lalu masukkan kedalam toples plastik, lalu
sisihkan.
5) Cairkan gula jawa dengan air panas.
6) Tuang gula jawa cair kedalam toples berisi sayuran.
7) Tuang juga air bersih kedalam toples.
8) Aduk semua bahan sampai larut dan tercampur.
9) Sisakan sedikit ruang pada toples dan tutup toples plastik dengan rapat.
10) Simpan toples pada tempat yang aman.
11) Toples wajib dibuka saat satu minggu pertama, 30 hari, 60 hari, dan 90 hari setelah
pembuatan agar tidak meledak karena adanya oksigen yang dihasilkan selama proses
fermentasi dalam toples plastik.
12) Proses fermentasi berlangsung selama tiga bulan.Setelah memenuhi waktu
yang telah ditentukan, saring Eco Enzyme untuk dipisahkan yang padat dan cair.

14
13) Eco Enzyme siap digunakan

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut
:
1. Observasi
Proses pengamatan sayuran untuk dipilah yang masih layak diolah menjadi
SILIMBAD (Eco Enzyme)
2. Studi Literatur
Memperoleh data dan informasi dengan cara membaca dan mempelajari buku,
jurnal, internet, serta karya tulis ilmiah yang akan membantu pada penelitian juga
sebagai acuan penulisan.
3. Dokumentasi
Mendokumentasikan kegiatan untuk membuktikan kebenaran dilakukannya
percobaan penelitian.
4. Eksperimental
Bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan SILIMBAD (Eco Enzyme).

3.8 Teknik Analisis Data


Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif melalui pengujian
organoleptik dan uji kelayakan dalam skala terbatas. Sifat indrawi atau organoleptik
adalah sifat-sifat yang dapat dinilai lewat panca indra. Uji organoleptik yang akan
digunakan dalam penelitian ini meliputi tingkat kekentalan, warna, dan aroma
(Afriyanti,2008:17).

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembuatan


Pada proses pembuatan, peneliti memulai dengan menentukan bahan pembuatan, lalu
sayuran dicuci bersih dan ditimbang untuk memenuhi berat dengan perbandingan 1:3:10
dengan 1 adalah gula jawa murni dengan berat 500 gram yang sudah dicairkan menggunakan
air panas. 3 adalah sayuran dengan berat 1,5 kg, dan 10 adalah air bersih dengan berat 5 liter.
Lalu, selanjutnya sayuran dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam toples plastik
dilanjutkan dengan memasukkan gula jawa cair dan air. Lalu, semua bahan diaduk dan
ditutup rapat. Dilanjutkan dengan proses fermentasi. Proses fermentasi memerlukan waktu 3
bulan. Wadah dibuka 4 kali setiap 1 minggu, 30 hari, 60 hari, dan 90 hari setelah cairan
dibuat untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dari proses fermentasi agar wadah tidak
meledak. Berikut adalah dokumentasi hasil pembuatan cairan SILIMBAD :

Alat yang digunakan untuk pembuatan SILIMBAD :

16
Toples Plastik 20 liter Pengaduk kayu

17
Proses penimbangan bahan

Proses pelarutan gula jawa

18
Proses pemotongan sayuran

Proses penuangan gula jawa yang sudah dicairkan

19
Proses penuangan air bersih

Proses pengadukan sayur, gula jawa, air bersih secara merata

20
Cairan SILIMBAD (Eco Enzyme) sebelum difermentasi

4.2 Proses Pengamatan


Proses percobaan pembuatan SILIMBAD atau (Eco Enzyme) yg berbahan dasar
limbah sisa sayur katering dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Assalafiyyah
Mlangi. Dengan tabel pengamatan selama proses fermentasi sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan


Buka Toples Kekentalan Aroma Warna
1 (1 minggu / 5 Cair ( karena sayuran Sedikit asam Coklat keruh
Desember) belum melarut )
2 (30 hari / 28 Kental ( sayuran sudah Asam beralkohol Coklat keruh
Desember) banyak melarut ) kehijauan
3 (60 hari / 26 _ _ _
Februari)
4 (90 hari / 5 _ _ _
Maret)

21
Pada penelitian kami, terdapat kendala berupa kurangnya waktu untuk melanjutkan
proses fermentasi dikarenakan waktu pelaksanaan sidang akhir yang mendahului selesainya
rencana waktu yang kami perkirakan untuk penyelesaian akhir proses fermentasi. Sehingga,
tabel 3 dan 4 belum bisa terisi.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Karena terdapat kendala berupa kurangnya waktu yang disebabkan terlambatnya
pencairan dana RAB, maka penelitian kami hanya berlangsung dari bulan Desember
sampai dengan Januari. Padahal, fermentasi yang maksimal berlangsung selama 3 bulan.
Namun, sampai detik ini sudah terlihat perubahan warna, aroma, dan kekentalan walaupun
cairan SILIMBAD (Eco Enzyme) belum jadi secara sempurna. SILIMBAD (Eco Enzyme)
yang berjalan dengan baik, ditandai dengan beraroma asam manis khas fermentasi.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Katering


1. Disarankan agar mengolah limbah sisa sayur menjadi SILIMBAD (Eco Enzyme) agar
tidak terbuang sia-sia.

5.2.2 Untuk Sekolah


1. Disarankan agar tepat waktu dalam mencairkan dana RAB kebutuhan pelaksanaan KTI
lebih lanjut agar proses percobaan selesai tepat waktu.
2. Disarankan agar menambah waktu pengerjaan KTI.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Karena proses pembuatan SILIMBAD (Eco Enzyme) membutuhkan waktu yang lama,
maka disarankan untuk memiliki banyak waktu untuk melakukan percobaan.
2. Disarankan untuk menambahkan ragi pada cairan SILIMBAD agar mempercepat masa
fermentasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Shobib, A. (2023). Pengolahan Limbah Organik Rumah Tangga Menjadi Eco Enzyme. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Lamin, 1(2), 160-167.
Suprayogi, D., Asra, R., & Mahdalia, R. (2022). Analisis Produk Eco Enzyme dari Kulit
Buah Nanas (Ananas comosus L.) dan Jeruk Berastagi (Citrus X sinensis L.). Jurnal
Redoks, 7(1), 19-27.
Poompanvong, R., J. Oon, J. Oei. 2020. Modul Belajar Pembuatan Eco-Enzyme.
Pengertiaan Fermentasi serta Pengolahan, Contoh, dan Manfaat : https://mediaindonesia.com
Vama, L. dan Cheerekar, M.N., Production, Extraction and Uses of Eco-Enzyme Using Citrus
Fruit Waste: Wealth From Waste. https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-
enzyme diunduh tanggal 10 Februari 20
Septiani, U., Oktavia, R., Dahlan, A., Tim, K. C., dan Selatan, K. T. (2021). Eco Enzyme :
Pengolahan Sampah Rumah Tangga Menjadi Produk Serbaguna di Yayasan Khazanah
Kebajikan. Jurnal Universitas Muhamadiyah Jakarta, 02(1), 1–7.
Effiong, K. Dasofunjo, E.E. Ambo. 2013. Comparative Proximate Compositions of
Watermelon (Citrullus Lanatus), Squash (Cucurbita pepo’l) and Rambutan
(Nephelium lappacaeum). International Journal of Science and Technology. Vol. 2 (1):
81-88.
Cindy Mutia Annur., (2023)., RI hasilkan 19 juta ton timbulan sampah pada 2022, mayoritas
sisa makanan.
Pengertian Sampah : https://dlh.kulonprogokab.go.id
RI Hasilkan 19 Juta ton Timbulan Sampah pada 2022, Mayoritas Sisa Makanan :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/ri-hasilkan-19-juta-ton- timbulan-
sampah-pada-2022-mayoritas-sisa-makanan
Jenis jenis Sampah dan Penjelasannya : https://multihanna.co.id/jenis-jenis-sampah-dan-
penjelasannya/
Nusantara, E. E. (2020). Modul belajar pembuatan eco-enzyme. Nusantara Bersama Kita.

24

Anda mungkin juga menyukai