Anda di halaman 1dari 40

i

Pemanfaatan Limbah Drainase Sebagai Pupuk


Organik Selokan
(POS)

Diusulkan oleh:
SARA KRISTIANA LASARUS ( 8758)
FETY ANDRIANI ( 8621 )

SMA NEGERI 2 PONOROGO

SMARTHCLEV

PONOROGO

2012




i i

Halaman Pengesahan
1. Judul karya tulis : PEMANFAATAN LIMBAH DRAINASE SEBAGAI PUPUK
ORGANIK SELOKAN (POS)
2. Kategori : Pengelolaan Lingkungan
3. Ketua tim
a. Nama lengkap : SARA KRISTIANA LASARUS
b. NIS : 8758
c. Sekolah : SMA Negeri 2 Ponorogo
d. Alamat rumah : JL. Soekarno-Hatta 36 Ponorogo
e. No.Telp/Hp : 082 334 494 264
f. Alamat e-mail : kristianasarasara@yahoo.co.id
4. Anggota tim/penulis : 1 orang
5. Guru pembimbing
a. Nama lengkap dan gelar : ERNIN NAURINNISA, M.Pd
b. NIP : 19700609 199702 2 00
c. Alamat rumah : Jalan Parang Centung 9 Ponorogo
d. No Telp/Hp : 085 735 306 818
Menyetujui,
Guru Pembimbing Ketua Tim


ERNIN NAURINNISA, M.Pd SARA KRISTIANA LASARUS
NIP. 19700609 199702 2 001 NIS.8758






i i i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat dan
karunia sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Pembuatan
Limbah Selokan Sebagai Pupuk Organik.
Kami menyusun karya tulis ini dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
yang diadakan Institut Teknologi Bandung tahun 2012.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ini, antara lain :
1. Bapak Drs. Sugeng Subagyo,M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Ponorogo
2. Ibu Ernin Nauranisa,M.Pd selaku guru pembimbing SMA Negeri 2 Ponorogo
3. Semua pihak yang telah mau membantu dalam pembuatan karya tulis ini
Dalam penulisan karya tulis ini, merupakan langkah awal penulis untuk senantiasa
peduli dan prihatin dengan permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah selokan serta mampu berpikir secara sistemik dalam penanganan permasalahan
lingkungan tersebut. Dan besar harapan penulis, karya tulis ini dapat dijadikan bahan evaluasi
dan mendapat tindak lanjut untuk evaluasi pada tahap kegiatan kedepan.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan
karya tulis ini, sehingga dapat menjadi koreksi bagi kami.



Ponorogo, September 2012

Tim Penyusun






i v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
LAMPIRAN vi
DAFTAR TABEL viii
ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Manfaat Masalah 2
1.4. Tinjauan Dasar yang Mendasari Penelitian
1.4.1. Pengertian Limbah 2
1.4.2. Pengolahan Limbah 2
1.4.3. Karakteristik Limbah 4
1.5. Pengertian Fermentasi 4
1.6. Pengertian Kompos 4
1.6.1. Jenis-jenis Kompos 5
1.6.2. Jenis-jenis Limbah 5
1.6.3. Dasar-dasar Pengomposan
1.6.3.1. Bahan yang Dapat Dikomposkan 6
1.6.3.2. Proses Pengomposan 6
1.6.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan 8
v

1.7. Jenis-jenis Bakteri yang Terdapat di Pupuk Organik 9
1.8. Kumyit sebagai Antibiotik Alami 9
1.8.1. Kandungan Kimia 9
1.9. Tanaman yang Digunakan Percobaan
1.9.1. Bayam 9
1.9.2. Tomat 11
BAB II TUJUAN
2.1. Tinjauan Umum Tentang POS 13
2.1.1. Keunggulan POS 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Kondisi Operasi 15
3.2. Alat dan Bahan 15
3.3. Langkah Percobaan 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan Penelitian 23
4.3. Hasil Percobaan 24
4.4. Sumber Limbah Selokan 25
4.5. Proses Pembuatan POS 25
4.6. Tanaman Indikator Pengukur Keefektifan POS 26
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v i

LAMPIRAN
Biodata Guru Pembimbing
Nama : Ernin Naurinnisa, M.Pd.
NIP : 19700609 199702 2 001
Alamat : Jl Parang Centung 9 Ponorogo
No.HP : 085 735 306 818

Biodata Penulis
Nama : Sara Kristiana Lasaurus
Tempat, tanggal lahir : Ponorogo, 18 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
NIS : 8758
Alamat : Jl Soekarno-Hatta 36 Ponorogo
Email : kristianasarasara@yahoo.co.id
No. HP : 082 334 494 264


Nama : Fety Andriani
Tempat,tanggal lahir : Ponorogo, 20 Februari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
NIS : 8621
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta 206 Ponorogo
Email : agku_fetty@yahoo.com
No. HP : 082 334 494 397


v i i

LAMPIRAN KARTU PELAJAR PESERTA




















v i i i

DOKUMENTASI







i x

Daftar Tabel
1.6.1 Tabel Organisme yang Terlibat Proses Pengomposan 7
4.1 Tabel Hasil Percobaan
4.1.1. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit 17
4.1.2. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Organik Selokan Murni 18
4.1.3. Biji Tomat yang Diberi Pupuk Kompos Buatan Pabrik 18
4.1.4 Biji Tomat pada Tanah Kering 19
4.1.5. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit 20
4.1.6. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Organik Selokan Murni 21
4.1.7. Biji Bayam yang Diberi Pupuk Kompos Buatan Pabrik 21
4.1.8. Biji Bayam pada Tanah Kering 22


















x

Abstrak
Pemanfaatan limbah cair domestik merupakan salah satu cara untuk mengurangi
pencemaran lingkungan serta memberikan solusi terhadap lingkungan dalam mengolah
limbah menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat. Pengelolaan limbah cair domestik (rumah
tangga) secara anaerob (fermentasi) berarti yang bekerja adalah bakteri anaerob yang tidak
memerlukan oksigen bebas. Jenis limbah yang diolah yaitu limbah seloakn sekitar jalan
Suekarno-Hatta, Ponorogo. Ph operasi yaitu 6,8-7 (netral), suhu operasi adalah suhu kamar
(27-30
0
C), tekanan 1atm, volume limbah selokan beserta sampah organik di dalam limbah
selokan (sayuran busuk, buah-buahan busuk, daun-daun dan lain-lain) sebanyak 5 liter, yang
difermentasikan selama 4 hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengolah limbah cair
domestik menjadi Pupuk Organik Selokan (POS) dengan parameter peningkatan kesuburan
tanah kering, sekaligus mengukur keefektifan Pupuk Organik Selokan (POS). Dalam
penelitian ini disediakan beberapa variasi pupuk organik dari limbah selokan sebagi cara
pengukur keefektifan POS, variasi pupuk organik yang diuji cobakan yaitu pupuk kompos
buatan pabrik, pupuk organik selokan dengan antibiotik alami (kunyit) dan pupuk organik
selokan murni. Tanah kering yang diolah memiliki ph 5 (asam) dengan berat 5kg. Tanah
kering tersebut di olah dengan menggunakan tiga variasi pupuk organik yang diujikan dan
dijadikan media tanam untuk tanaman tomat dan bayam. Bibit tomat dan bayam yang di
tanam masing- masing 10 biji. Dilakukan pengamatan setiap 3 hari untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman tomat dan bayam, waktu yang diperlukan untuk melakukan
pengamatan adalah selama 6 hari. Niai rata-rata tinggi tanaman tomat dan bayam yang
menggunakan Pupuk Organik Selokan (POS) lebih tinggi di banding dengan nilai rata-rata
tinggi Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK), tanah kering, serta pupuk kompos
buatan pabrik.

Kata kunci : limbah selokan; fermentasi; bakteri; tanah kering; POS.












xi

SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (Ketua Kelompok) : SARA KRISTIANA LASAURUS
NIS : 8758
Nama Sekolah : SMA NEGERI 2 PONOROGO
Alamat Lengkap : JL. SOEKARNO-HATTA 36 PONOROGO
Menyatakan bahwa karya tulis yang kami sertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ini
adalah benar hasil karya kelompok kami dan kami dapat menjamin originalitas karya ini
belum pernah diikutsertakan dalam kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah lainnya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur
paksaan. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Kami yang menyatakan,





SARA KRISTIANA LASAURUS
NIS 8758







xi i




1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Limbah adalah suatu bentuk pencemaran lingkungan baik berupa padat
atau cair yang berasal dari pabrik/industri dan rumah tangga. Limbah rumah
tangga biasanya banyak dijumpai di daerah perkotaan. Ini mengakibatkan saluran
air/selokan menjadi tersumbat oleh limbah yang berupa lumpur dan benda yang
menghambat aliran air. Padahal selokan mempunyai peran penting dalam aliran
air kalau selokan samapai tersumbat oleh sampah dan lumpur maka akan
menyebabkan banjir. Sehingga masyarakat yang menjadi korbannya. Akan tetapi,
masyarakat belum mempunyai kesadaran terhadap lingkungan sekitar terutama
selokan.
Karena masalah ini pula kami mencoba menggali potensi dari limbah
selokan yang terdapat di selokan untuk menjadi pupuk alternatif yang mempunyai
manfaat daripada hanya dibiarkan begitu saja dan tidak memberikan dampak
positif.
Ide ini didapatkan dari rasa keprihatinan kami terhadap selokan,
khususnya yang terdapat di kota Ponorogo terutama daerah perkotaan dan
perumahan karena kebetulan dekat dengan tempat tinggal kami. Selokan yang
keruh penuh dengan lumpur, daun-daun kering serta sampah organik lainnya.
Sebenarnya masalah ini bisa diatasi tetapi masyarakat yang kurang
perhatian dan merasa jijik serta kesibukan rutinitas. Limbah selokan bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk karena sekeliling selokan tumbuhan hidup subur dan
ada makhluk hidup yang sebagai dekomposer yaitu cacing. Selain lumpur selokan
ada beberapa sampah organik dalam limbah selokan sebagai penambah bahan
pembuatan pupuk.
Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah limbah selokan dapat
dipecahkan. Disamping itu, mengurangi dampak pada lingkungan dan sebagai
industri kecil dalam bidang pertanian.


2

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengolah limbah yang baik dan benar ?
2. Kandungan dan bahan organik apa yang terdapat dalam limbah selokan ?
3. Bagaimana keefektifan Pupuk Organik Selokan dalam meningkatkan
produktifitas?
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Mengurangi pencemaran lingkungan, baik berupa bau selokan dan lumpur
selokan.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan lumpur selokan dan sampah organik yang
berasal dari selokan rumah tangga.
3. Dapat memberi kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan
lingkungan.
4. Mengurangi terjadinya bencana banjir.
5. Menjadi industri dalam bidang pertanian
I.4. Tinjauan Pustaka yang Mendasari Penelitian
1.4.1. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey
water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
1.4.2. Pengolahan limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
3

limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1.pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2.pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban
misalnya. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani
limbah Air kakus. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang
cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban
pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau
MCK.
Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak
atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat
pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas
pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk
mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada
yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya
pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase
harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang
dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas
dari sampah.
Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga
untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.
4

1.4.4. Karakteristik limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak panjang
1.5. PENGERTIAN FERMENTASI
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C
6
H
12
O
6
) yang
merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C
2
H
5
OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada
produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C
6
H
12
O
6
2C
2
H
5
OH + 2CO
2
+ 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ
per mol)
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari
tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
1.6. Pengertian Kompos
Menurut J.H. Crawford (2003), kompos adalah hasil dekomposisi
parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan
organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-
5

mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.


Gambar 1.6.1. Kompos
1.6.1. Jenis-jenis kompos
1. Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan
organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran
cacing tersebut.
2. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa
penggilingan tebu di pabrik gula.
3. Kompos bokashi
1.6.2. Jenis-jenis limbah
Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Limbah Organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan
rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan
melalui proses yang alami.
2. Limbah Anorganik
Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah
anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak
dapat diperbaharui
Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Limbah Pabrik
6

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah
ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di
sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga
masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya
MCK(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah
pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada
dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga
memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
3. Limbah Industri
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau
perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya
asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka
akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup
pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk
juga manusia.
1.6.3. Dasar-dasar Pengomposan
1.6.3.1. Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,
misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota,
kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa
sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang,
tanduk, dan rambut.
1.6.3.2. Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen
dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
7

Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50
0
C - 70
0
C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air
dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-
angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses
aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang
disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama
proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Tabel 1.6.1. organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok Organisme Organisme Jumlah/gr kompos
Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes;
Kapang
10
9
- 10
9
; 10
5
10
8
; 10
4
-
10
6

Mikrofanuna Protozoa 10
4
- 10
5

Makroflora Jamur tingkat tinggi
Makrofauna Cacing tanah, rayap,
semut, kutu, dll


Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan
8


Tabel 1.6.2. organisme yang terlibat dalam proses
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan

1.6.3.3. Faktor yang memengaruhi proses pengomposan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan
dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer
tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila
kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan
dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses
pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
1. Ukuran Partikel
2. Aerasi
3. Porositas
4. Kelembapan (Moisture content).
5. Temperatur/suhu pH
6. Kandungan Bahan Berbahaya
7. Lama pengomposan

9

1.7. Jenis bakteri yang terdapat di pupuk organik
1. Bakteri fotosintetik
2. Lactobacillus sp
3. Streptomycetes sp
4. Ragi (yeast)
5. Actinomycetes
1.8. Kunyit Sebagai Antibiotik Alami
Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.),
adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta
bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar. Kunyit tergolong
dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah
dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda),
kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).
1.8.1 Kandungan kimia
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan
bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga
mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%,
Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan
kalsium.
1.9. Tanaman yang Digunakan untuk Percobaan
1.9.1. Bayam
Amaranthus caudatus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
1 0

Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Caryophyllales
Famili :Amaranthaceae
Upafamili :Amaranthoideae
Genus :Amaranthus
Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar
dangkal pada kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan
Aziz, 2001).
Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air,
tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang
keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan
bercabang banyak (Van Steenis, 1978).
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat
daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau
keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap
(kasar) dan kadang berduri (Azmi, 2007).
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4
5 buah, benang sari 1 5, dan bakal buah 2 3 buah. Bunga keluar dari ujung-
ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.
Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual
yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan
berlangsung dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna
coklat tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun ada beberapa jenis
bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi
yang bijinya merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200
3000 biji/gram (Wirakusuma, 1998).
Syarat Tumbuh
1. Iklim
2. Tanah
3. Pupuk NPK
1 1

1.9.2. Tomat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
Ordo :Solanales
Famili :Solanaceae
Genus :Solanum
Spesies :S. lycopersicum
Nama binomial : Solanum lycopersicum
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah
hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh
benih rendah. Curah hujan yang idealselama pertumbuhan tanaman tomat berkisar
antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat
dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat
dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik
hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi
bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang
dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin
yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan
berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak berarti
tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh
karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau,
tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan
produksinya (Rismunandar, 2001).
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30
derajat Celcius. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 24 -28 derajat celcius. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya
yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat
sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu,
1 2

jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari
segala jenis gulma (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.
Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap
awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan
busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi
pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Wiryanta, 2004).
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,
latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis
lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran
dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi
pernapasan akar yang memang rentan tehadap kekurangan oksigen.
Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa meningkatkan
produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan penyerapan unsur
hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).











1 3

BAB II
TUJUAN

2.1. Tinjauan Umum Tentang Pupuk Organik Selokan (POS)
Pupuk Organik Selokan adalah inovasi dalam bidang pengelolaan limbah
saluran drainase (selokan) yang bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh limbah selokan yang menumpuk. POS dibuat dari limbah
selokan murni dan sampah organik yang ada selokan. Khususnya di wilayah
perkotaan limbah selokan menjadi masalah utama karena pencemaran bau dan
pencemaran lingkungan lain yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, penulis membuat
terobosan baru dalam pengelolaan limbah selokan menjadi pupuk organik.
Sehingga limbah yang awalnya tidak berguna atau merugikan masyarakat dapat
berubah menjadi pupuk organik yang menguntungkan masyarakat dalam
meningkatkan produktifitas tanah. sebelumnya penelitian tentang pemanfaatan
limbah got sebagai media tanam jamur tiram sudah pernah dilakukan oleh SMAN
3 Kediri. Tetapi penelitian tentang pembuatan pupuk organik dari limbah selokan
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis memiliki ide membuat pupuk
organik dari limbah selokan. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang
sudah dilakukan oleh SMAN 3 Kediri yaitu :
1. SMAN 3 Kediri memanfaatkan limbah selokan sebagai media tanam
jamur tiram, tanpa ada proses tertentu (langsung dimanfaatkan untuk
media tanam). Sedangkan penulis memanfaatkan limbah selokan sebagai
Pupuk Organik Selokan (POS) melalui proses fermentasi selama 1 (satu)
minggu serta penulis juga mengambil sampah organik dalam selokan
sebagi bahan tambahan organik pupuk, misalnya. Daun-daun kering, buah-
buahan busuk dan sayuran-sayuran busuk.
2. Untuk tanaman yang di uji cobakan SMAN 3 Kediri menggunakan jamur
timar, sedangkan penulis menggunakan bibit tomat dan bayam.
2.1.1. Keunggulan POS
Pupuk Organik Selokan (POS) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang ditanam pada media yang berasal dari tanah kering, selama kurang dari 1
(satu) minggu. Dari segi keefektifan POS lebih unggul dari pada pupuk kompos
1 4

buatan pabrik yang sering digunakan masyarakat untuk campuran media tanam.
Kefektifan POS dalam meningkatkan produktifitas tanah terbukti dari cepatnya
pertumbuhan tanaman tomat dan bayam. Dari segi ekonomis Pupuk Organik
Selokan lebih menguntungkan. Karena dalam pembuatan POS tidak dibutuhkan
biaya karena alat dan bahan berasal dari barang-barang bekas misalnya untuk
wadah fermentasi limbah selokan alatnya hanya ember bekas, pengaduk bekas
berupa kayu, dan penutup ember berasal dari ubin lantai yang tak terpakai. Selain
itu waktu pembuatannya cukup singkat dibanding pembuatan pupuk kompos dan
dari segi kepraktisan POS lebih unggul dari campuran media tanam yang diujikan
lainnya. Sehingga telah terbukti bahwa POS adalah solusi pemecahan masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh limbah selokan.





















1 5

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kondisi Operasi
Limbah yang diolah adalah limbah selokan sekitar Jalan Soekarno-Hatta,
Ponorogo.
pH operasi : 6,8-7 (netral)
Suhu operasi : 27-30
0
C
Tekanan : 1 atm
Volume limbah : 5 liter
Waktu tinggal limbah yang diolah adalah 6 hari
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. 2 (dua) buah ember plastik bekas
2. 1 (satu) buah Penutup ember ( keramik )
3. Pengaduk
4. 10 (sepuluh) lembarIndikator Universal
5. 8 (delapan) buah polibag
Bahan yag digunakan :
1. Limbah selokan (lumpur selokan serta sampah organik dalam selokan)
2. 50 gram kunyit
3. 40 biji tomat
4. 40 biji bayam
5. 5 kg tanah kering
6. 250 gram pupuk kompos
3.3. Langkah Percobaan
1. Tahap awal
1. Siapkan alat dan bahannya
2. Masukkan air dan lumpur selokan ke dalam 2 (dua) ember plastik bekas
yang masing-masing sebanyak 2,5 liter.
3. Berilah label A pada ember pertama dan label B pada ember kedua
4. Tambahkan 50 gram kunyit pada ember B
1 6

3. Tutup kedua ember dengan penutup berupa keramik dan taruh pada
tempat yang lembab.
4. Diamkan selama 4 hari sampai menjadi pupuk organik selokan
2. Tahap Kedua
1. Siapkan 5 kg tanah kering, bagilah tanah kering menjadi 8 bagian yang
sama masing-masing 625 gram.
2. Siapkan 1 liter pupuk organik selokan murni dan 1 liter pupuk organik
selokan dengan antibiotik alami (kunyit)
3. Campurkan 1 liter pupuk organik selokan murni dengan 625 gram tanah
kering, kemudian masukkan kedalam 2 buah polibag.
4. Campurkan 1 liter pupuk organik selokan menggunakan antibiotik alami
(kunyit) dengan 625 gram tanah kering, kemudian masukkan kedalam 2
buah polibag.
5. Campurkan 250 gram pupuk kompos dengan 625 gram tanah kering,
kemudian masukkan kedalam 2 buah polibag.
6. Masukan 625 gram tanah kering kedalam 2 buah polibag.
7. Beri label A pada polibag untuk media tanam bibit tomat, beri label B
pada polibag untuk media tanam bibit bayam.
8. Tebarkan 10 biji tomat pada masing-masing polibag berlabel A dan
tebarkan 10 biji bayam pada masing-masing polibag berlabel B.
9. Siram air pada masing-masing polibag dengan takaran air yang sama
setiap harinya.
10. Berilah jarak 30 cm antara dua polibag yang berbeda label serta sama
komponen media tanamnya.
11. Amati pertambahan tinggi tanaman setiap 3 hari selama 6 hari.







1 7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil pengamatan dan pembahasan sebagai berikut:
4.1.Tabel Hasil Percobaan
4.1.1. Biji tomat yang diberi pupuk organik selokan dengan kunyit
biji ke
tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 1,5 3,5
2 0 2 3
3 0 1 2
4 0 1 2
5 0 1,5 2,5
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0

Tinggi rata-rata
0

=

]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=

0
10

=

0 cm

Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3, hcri
10


=

10

=

0,7 cm
Tinggi rata-rata
6=
]umlch, tinggi, dclcm6, hcri
10

=
13
10

= 1,3 cm






1 8

4.1.2. Biji tomat yang diberi pupuk organik selokan murni
biji ke
Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 2 4
2 0 2,8 5
3 0 1,5 3
4 0 1 2
5 0 2 3
6 0 2 3
7 0 2,5 3
8 0 1 2
9 0 0,5 1
10 0 1 1,5

Tinggi rata-rata
0

=
]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=
0
10

=

0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
16 3
10

= 1,63cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umlch, tinggi, dclcm6 hcri
10

=
27 5
10

= 2,75 cm
4.1.3. Biji tomat yang diberi pupuk kompos buatan pabrik
biji ke
Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 2 4
2 0 2 4
3 0 3,5 5
4 0 2,5 3
5 0 1,5 2
6 0 4 6
7 0 2 4
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0

1 9

Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0 hcri
10

=
0
10

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
17 5
10

= 1,75 cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umlch, tinggi, dclcm6, hcri
10

=
, , 28
10

= 2,8 cm

4.1.4. Biji tomat pada tanah kering

biji ke
Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 2 3,5
2 0 2 4
3 0 1,5 4
4 0 3 3,5
5 0 2 3
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0

Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0 hcri
10

=
0
0

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
10 5
10

= 1,05 cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umlch, tinggi, dclcm6, hcri
10

=
18
10

= 1,8cm


2 0

4.1.5. Biji bayam yang diberi pupuk organik selokan dengan kunyit
biji ke
Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 0,2 0,5
2 0 1 2
3 0 0,5 1,5
4 0 1 3
5 0 1,5 3
6 0 1 2
7 0 1,5 2
8 0 1 2
9 0 0,5 1
10 0 0,5 1


Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=
0
0

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
8 7
10

= 0,87 cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umlch, tinggi, dclcm6, hcri
10

=
18
10

= 1,8 cm










2 1

4.1.6. Biji bayam yang diberi pupuk organik selokan murni
biji ke
Tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 2 3
2 0 1,5 3
3 0 1 2
4 0 2 3
5 0 1,5 3
6 0 2 3
7 0 2 3
8 0 2 3,5
9 0 0,5 1
10 0 1 2

Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=
0
0

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
15 5
10



= 1,55 cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umIuh, tngg, duIum, 6, hu
10

=
26 5
10

= 2,65 cm

4.1.7. Biji bayam yang diberi pupuk kompos buatan pabrik
biji ke
tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 0,5 1
2 0 1 2
3 0 1 2
4 0 0,5 1
5 0 0,5 1
6 0 0,7 1,25
7 0 0,5 1
8 0 0,5 1
9 0 0,5 1
10 0 2 3

2 2

Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=
0
0

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
7 7
10

= 0,77
Tinggi rata-rata
6 =
]umIuh, tngg, duIum, 6, hu
10

=
14 25
10

= 1,425 cm
4.1.8. Biji bayam pada tanah kering
biji ke
tinggi (cm) tumbuhan pada hari ke
0 3 6
1 0 0,7 1
2 0 2 3
3 0 0,5 1
4 0 0 0,5
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0

Tinggi rata-rata
0 =
]umlch, tinggi, dclcm0, hcri
10

=
0
0

= 0 cm
Tinggi rata-rata
3 =

]umlch, tinggi, dclcm3 hcri
10

=
3 2
10

= 0,32 cm
Tinggi rata-rata
6 =
]umIuh, tngg, duIum, 6, hu
10

=
5 5
10

= 0,55 cm

2 3

4.2. Pembahasan Penelitian
Dari data di atas dapat diketahui beberapa hasil penelitian yaitu tanaman tomat
dan bayam yang bibitnya ditanam di media tanah kering dengan Pupuk Organik
Selokan (POS) murni pada hari ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 2,75 cm dan 2,65
cm. Tanaman tomat dan bayam yang bibitnya ditanam pada media tanah kering
dan dicampur Pupuk Organik Selokan dengan antibiotik Kunyit (POSK) pada hari
ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 1,30 cm dan 2,50 cm . Tanaman tomat dan bayam
yang bibitnya ditanam pada media tanah kering dengan pupuk kompos buatan
pabrik pada hari ke- 6 memiliki rata-rata tinggi 2,80 cm dan 1,48 cm. Tanaman
tomat dan bayam yang bibitnya ditanam di media tanah kering pada hari ke- 6
memiliki rata-rata tinggi 1,80 cm dan 2,50 cm. Jadi rata-rata tinggi tanaman tomat
pada Pupuk Organik Selokan (POS) murni lebih tinggi dari rata-rata tinggi
tanaman tomat pada Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK), hal ini
disebabkan pada POSK sebagian bakteri baik yang membantu proses penguraian
limbah selokan mati akibat antibiotik dari kunyit. Rata-rata tinggi tanaman tomat
pada POS lebih tinggi dari rata-rata tinggi tanaman tomat pada tanah kering,
karena kandungan nutrisi dan zat hara pada tanah kering sangat rendah. Rata-rata
tinggi tanaman tomat pada POS sebanding dengan rata-rata tinggi pada pupuk
kompos buatan pabrik, ini membuktikan tingkat keefektifan POS dan pupuk
kompos buatan pabrik sebanding untuk tanaman tomat. Begitu juga rata-rata
tinggi tanaman bayam pada Pupuk Organik Selokan (POS) murni memiliki rata-
rata paling tinggi di banding dengan Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit
(POSK), tanah kering dan pupuk kompos buatan pabrik. Sehinggga dapat di
simpulkan bahwa Pupuk Organik Selokan (POS) memiliki keefektifan yang
cukup tinggi dalam meningkatkan kesuburan tanah kering (tanah tandus). Pupuk
Organik Selokan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk kompos
buatan pabrik yaitu mudah dalam proses pembuatan, dalam pembuatan POS tidak
membutuhkan biang/decomposer untuk pengurai sampah organik dalam limbah
selokan, karena pada limbah selokan sudah terdapat banyak bakteri pengurai yang
menguntungkan seperti Actinobacteria, Lactobacillus sp. Streptomyces sp.
Cyanobacter sp. Sedangkan pada pembuatan kompos organik dibutuhkan
tambahan biang/decomposer untuk mempercepat pengomposan. Selain itu dalam
2 4

segi ekonomi POS lebih menguntungkan di banding dengan pupuk kompos
buatan pabrik karena dalam pembuatan Pupuk Organik Selokan tidak
mengeluarkan biaya sepeser pun dan pertumbuhan tanaman yang dihasilkan juga
cukup memuaskan karena semua biji tomat dan bayam tumbuh dengan sehat dan
cepat. Sehingga POS dapat dijadikan jawaban serta solusi tentang meningkatkan
produktifitas tanah tandus dan menjadi upaya penanggulangan pencemaran
lingkungan akibat limbah selokan.
4.3. Berikut hasil dari percobaan dalam gambar :
Gambar 4.3.1. Hasil pertumbuhan tanaman tomat

Tanah kering kompos pabrik selokan murni

Selokan + kunyit
Gambar 4.3.2. Hasil pertumbuhan tanaman bayam

Tanah kering kompos pabrik selokan murni


Selokan + kunyit


2 5

4.4. Sumber Limbah Selokan
Salah satu penyebab pencemaran lingkungan di wilayah perkotaan
maupun di lingkup perkampungan yang menimbulkan dampak negatif pada
masyarakat adalah masalah limbah selokan domestik atau limbah rumah tangga.
Limbah selokan domestik adalah hasil buangan berupa cair atau padat yang
berasal dari sampah rumah tangga. Permasalahan limbah selokan dapat
ditimbulkan akibat adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sarana
prasarana berkurang, berkembangnya wilayah perkotaan, sumber daya manusia
yang kurang mencukupi, sistem manajemen pengelolaan selokan yang tidak baik,
dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap saluran air/selokan, serta
kebiasaaan masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran air/selokan.
Volume air selokan yang semakin besar akibat aktifitas kehidupan masyarakat
perkotaan,apabila tidak dikelola secara benar, maka akan berpotensi menimbulkan
masalah. Masalah yang di timbulkan dapat berupa pencemaran lingkungan akibat
bau tak sedap karena selokan tersumbat, bencana banjir danpencemaran
lingkungan yang berupa pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah
selokan secara langsung ke sungai serta masalah-masalah yang merugikan
masyarakat lainnya. Padahal masalah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah
daerah atau bagian instansi penataan lingkungan, tetapi masyarakat ikut terjun
juga dalam masalah ini.
4.5. Proses Pembuatan Pupuk Organik Selokan (POS)
Proses pembuatan pupuk organik selokan akan segera berlangsung setelah
lumpur dimasukkan kedalam 2 (dua) ember yang salah satunya diberi kunyit.
Proses pembuatan pupuk organik selokan secara sederhana melalui tahap
fermentasi. Bakteri yang aktif pada kondisi ini adalah bakteri fotosintetik dan
Lactobacillus sp. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam limbah selokan akan menguraikan bahan
organik menjadi bahan organik yang sederhana. Setelah sebagian besar bahan
telah terurai. Pada saat ini terjadi pematangan pupuk organik selokan tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek cairan hasil fermentasi. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 25-30% dari volume/bobot awal bahan.
2 6

Pembuatan pupuk organik selokan melalaui proses anaerobik (tidak ada oksigen).
Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut
proses aerobik.Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau
tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat,
puttrecine), amonia, dan H2S.
4.6. Tanaman Indikator Pengukur Keefektifan POS
Dalam penelitian ini penulis memilih bibit tanaman bayam dan tomat
sebagai tanaman indikator penguur keefektifan Pupuk Organik Selokan
(POS).Pupuk Organik Selokan dengan Kunyit (POSK) dan pupuk kompos buatan
pabrik, dalam meningkatkan produktifitas tanah kering. Penggunaan bibit bayam
dan tomat dalam penelitian dikarenakan kedua tanaman ini sangat familiar
dimasyarakat Indonesia, mudah dijumpai serta waktu yang dibutuhkan untuk
pengamatan pertumbuhan tidak terlalu lama, kurang lebih 6-10 hari sudah dapat
diamati perubahan tinggi dari tanaman tomat dan bayam. Tomat dan bayam
merupakan jenis banyak mengandung vitamin dan mineral serta zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia.














2 7

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Kandungan yang terdapat di selokan bisa dimanfaatkan dan dapat
dijadikan pupuk.
2. Perbandingan antara pupuk selokan tanpa menggunakan antibiotik (tanpa
kunyit) dengan menggunakan pupuk kompos pabrik hasilnya relatif sama.
3. Mengelola limbah selokan dengan tanggung jawab yang benar
menimbulkan dampak positif terhadap lingkungan sekitar.
5.2. Saran
1. Limbah yang berasal dari selokan bisa diolah menjadi sesuatu yag
bermanfaat
2. Memanfaatkan limbah selokan sebagai alternatif pupuk kompos buatan
pabrik.

















2 8

DAFTAR PUSTAKA
h t t p : / / y an g r agi l . b l o gsp o t . co m / 2 0 0 9 / 1 0 / k u n y i t - se b agai - an t i b i o t i k - al am i . h t m l
h t t p : / / i d . w i ki p ed i a. o r g/ w i ki / Ba y am
h t t p : / / i d . w i ki p ed i a. o r g/ w i ki / To m at
http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit
http://akubesertakamu.blogspot.com/2011/03/respons-pertumbuhan-dan-
produksi.html
h t t p : / / p an d u an b e r k e b u n . b l o g sp o t . co m / 2 0 1 2 / 0 3 / t o m at - st ak e s. h t m l
h t t p : / / i d . w i ki p e d i a. o r g/ w i k i / Fe r m e n t asi
h t t p : / / i d . w i ki p e d i a. o r g/ w i k i / Li m b ah
h t t p : / / i d . w i ki p e d i a. o r g/ w i k i / Ko m p o s

Anda mungkin juga menyukai