JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………….………………II
DAFTAR ISI……………………………………………….………………..III
DAFTAR TABEL…………………………………………………….………IV
DAFTAR GAMBAR………………………..………………………………...V
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….…………………......VI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1
1.2 Tujuan………………………………………………………..……………1
1.3 Manfaat………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..3
2.1 Kandang……………………………………………………………3
2.2 BibitDomba Ekor Gemuk…………………………………………………..3
2.3 PakanDomba Ekor Gemuk…………………………………………………4
2.4 Sistem Reproduksi…………………………………………………………..5
2.5 Kesehatan Ternak……………………………………………………….6
BAB III METODE PELAKSANAAN………………………………………..7
3.1 Waktu dan tempat magang……………….7
3.2 Materi dan metode…………………..7
3.3 Cara pengambilan data…………………………7
3.4 Sumber data……………………………………8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………9
4.1 Kondisi umum perusahaan……………………………….9
4.2 Populasi Ternak……………………………………………..9
4.3 Manajemen Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk……………10
4.4 Kesehatan Ternak Domba Ekor Gemuk………………..10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………18
LAMPIRAN LAMPIRAN………………………………….20
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat dan cinta kasih–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang
yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk ini dengan baik,kegiatan
magang bersifat wajib bagi mahasiswa jurusan Peternakan semester 3 di Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang dan sebagai prasyarat PKL nantinya. Terselesainya
laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan lapora ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaannya oleh karena
itu segala kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Penulis berharap laporan Magang ini dapat diterima dan bisa bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca untuk menjalankan tugas dan perannya dimasa depan.
DAFTAR TABEL
2.1 Kandang
Di habitat aslinya domba hidup di alam secara bebas dan istirahat dilakukan tanpa
kontrol manusia. Dalam hal ini, kandangmemiliki fungsi sebagai berikut :
1. Melindungi domba dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan
Pengganggu.
2. Sebagai tindakan perventif agar domba tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di
lokasi peternakan, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi
kehidupan kambing.
3.Tempat berteduh dari panas matahari dan hujan, serta sebagai tempat untuk
beristirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari.
4. Mempermudah peternak melakukan kontrol atau pengawasan terhadap kesehatan
domba.
5. Tempat makan, minum, dan melakukan aktivitas lain bagi domba.
6. Kotoran domba lebih mudah dikumpulkan untuk pengolahan atau pemakaian lebih
lanjut.
7. Domba-domba tidak mudah hilang atau terpisah dari kawanannya.
8. Membatasi gerak domba yang banyak menyita energi, seperti aktivitas berlari.
9. Memberikan kondisi iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan domba, mampu
mencapai tingkat produksi optimal (Sodiq dan Abidin, 2002).
Kandang domba/kambing untuk digembalakan maupun kandang penggemukan
dibedakan menjadi kandang yang langsung ketanah dan kandang yang memiliki tangga
atau disebut kandang panggung. Pada kandang yang langsung ketanah dindingnya dibuat
dari bambu atau dari kayu. Ukuran kandang untuk 2 (dua) ekor domba dewasa yaitu 1 m
dibuat dari bambu yang dibelah, atau bambu bulat utuh yang barjarak 10-15 .
2.2 Bibit Domba
Peternak yang telah maju pasti akan selalu memilih tipe ataupun bangsa domba yang
akan diternakkan. Di berbagai negara yang telah maju ternak domba diusahakan secara
besar-besaran dan para peternak dengan mudah dapat memilih tipe-tipe domba yang
diinginkan. Secara umum ternak domba dikelompokan menjadi domba tipe potong,
wol dan dual purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol.
1. Domba tipe potong atau domba ekor gemuk
Kelompok domba tipe potong atau pedaging memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, garis punggung dan pinggang
lurus.
b. Kaki pendek, seluruh tubuh berurat daging yang padat.
Termasuk domba tipe pedaging antara lain southdown, hampshire, dan oxford.
2.3 Pakan
Rumen adalah alat pencernaan yang khas, terdiri atas 4 segmen, yakni rumen,
reticulum, omasum, dan abomasum. Keempat segmen ini memilik aktivitas yang berbeda-
beda, tetapi bekerja dalam satu kesatuan yang utuh dan saling menunjang. Berbeda
dengan ternak monogastrik (yang memiliki perut tunggal), ruminansia tidak tergantung
pada kadar zat-zat gizi pakan yang dikonsumsinya, karena proses-proses di dalam rumen
mampu menghasilkan zat-zat gizi yang mudah diserap tubuh. Ada kalanya pemberian
pakan berkadar protein tinggi tidak efisien, karena protein tersebut mudah terurai dan
terfermentasi oleh mikroba di dalam rumen (Sodiq dan Abidin, 2002). Zat gizi makanan
yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup
adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin,mineral dan air. Bahan pakan untuk domba
pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
1.Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko
dan rumput alam.
2.Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal, daun kacang tanah,
daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.
3.Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap,daun kembang
sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun
beringin.
4. Golongan Makanan Penguat (konsentrat), seperti dedak, jagung kering,garam dapur,
bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu,ampas kecap dan biji kapas
(Departemen Pertanian, 2001).
Hijauan segar yang dicari oleh pemilik atau pemelihara ternak berupa : daun
lamtoro, daun nangka, daun turi, daun pisang, rumput liar atau rumput ditanam secara
penanaman organik. Misal: rumput gajah, rumput kolonjono,dan lain-lain. Dari sisa hasil
pertanian. Misal : jagung, terutama jagung baby corn atau sweet corn masih berumur
muda, padi di sawah paska panen yang sudah tumbuh, sisa tanaman sayuran di daerah
dingin, daun kentang, daun ubi rambat, daun ubi kayu (harus dilayukan dahulu banyak
mengandung cianiada), daun tebu (pucuk tebu), daun kacang tanah, daun kacang kedelai,
daun enceng gondok, daun pepaya, daun semangka, dan berbagai jenis daun lainnya.
2.4 Sistem Reproduksi
Sistem perkawinan pada domba/kambing sering dilakukan secara alami.
Domba/kambing jantan akan dapat mengetahui yang mana domba/kambing betina yang
sedang dalam masa birahi untuk dikawini. Pada domba/kambing dalam satu kelompok
satu ekor jantan untuk 20-25 ekor betina. Apabila si jantan diikat dan betina juga diikat
maka saat paling tepat untuk dikawinkan adalah 15-20 jam sesudah ada tanda-tanda
birahi untuk domba dan 7-12 jamuntuk kambing. Tetapi untuk kawin alam dalam satu
kelompok tanpa diikatjantan maupun betina, maka si jantan akan mengetahui betina pada
saat yang subur untuk dikawini. Baik pada jantan maupun betina sebelum kawin
hendaknya diberi pakan berkualitas dua bulan sebelum masa kawin. Tanda-tanda awal
terjadinya kebuntingan pada ternak domba sulit diketahui karena memang tak dapat
diketahui secara visual. Ciri-ciri secara visual dapat diketahui dari perubahan perilaku
sebagai berikut.
a. Birahi berikutnya tidak timbul lagi.
b. Perilakunya lebih tenang, tidak ingin mendekati ataupun didekati pejantan.
c. Nafsu makan meningkat, bobot badan semakin bertambah, dan menjadi gemuk.
d. Pada pertengahan kebuntingan perut sebelah kanan tampak semakin membesar atau
menonjol.
e. Bagi domba yang baru pertama kali bunting, pertumbuhan ambingnya tampak nyata.
f. Pertumbuhan anak di dalam kandungan untuk 100 hari yang pertama barlangsung
lambat, kemudian tumbuh cepat selama 6-8 minggu terakhir.
Oleh karena itu, untuk menjamin kesehatan induk dan anak dalam kandungan,
pakan yang diberikan harus cukup dan bermutu.Lama kebuntingan bagi domba ± 150
hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas
yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali
pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan
perilakunya sebagai berikut:
1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
2. Ambing membesar dan puting susu terisi penuh.
3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
5. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak
domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan
dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan
menjilati anaknya hingga kering danbersih.
2.5. Kesehatan Ternak
Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha ternak
domba. Lemahnya kesehatan domba juga menyebabkan akan timbulnya penyakit. Untuk
itu, menjaga kesehatan domba lebih penting dilakukan daripada harus mengobati. Namun
demikian, pemahaman tentang penyakit yang menyerang domba, meliputi gejala,
penyebab, dan cara mengatasinya, harus dikuasai peternak.
Hal ini tidak lain untuk mempermudah peternak mengobati domba yang sakit
(Sudarmono dan Sugeng, 2003). Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit
yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan
mangan (Mn).
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya. Pakan yang berupa hijauan
sebaiknya setelah dipotong, dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan.
5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput
dan sebelum diberikan sebaiknya dicuci dulu.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
4 Cempe 33
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan magang di CV Agriranch karangploso Jawa Timur dapat
disumpulkan sebagai berikut :
1.Manajemen pemeliharaan domba ekor gemuk belum begitu baik terutama pada sistem
perkandangan dimana domba belum dipisahkanberdasarkan status fisiologisnya.
2.Pemberian pakan belum dibedakan berdasarkan kebutuhan masing-masing ternak. Hal
ini tidak baik karena kemungkinan ada domba yang belum tercukupi pakan sesuai
kebutuhannya.
2.Sistem reproduksi belum diperhatikan dengan baik terutama pada penanganan domba
bunting dan cempe setelah dilahirkan. Domba yang sedang bunting apabila dicampur
dengan pejantan maka kemungkinan akan terjadi kegagalan reproduksi atau
keguguran. Untuk induk domba setelah melahirkan dan tidak ditempatkan di kandang
khusus maka cempe yang baru dilahirkan dapat terinjak-injak oleh domba lain.
4. Pemberian vaksin maupun kegiatan kesehatan ternak domba tidak terlalu diperhatikan
intensitasnya karena mengingat biaya dan waktu.
5. Penyakit yang sering muncul antara lain penyakit bloat, cacing dan scabies.
6. Penanganan kotoran domba belum dimanfaatkan dengan baik. Kotoran domba hanya
ditumpuk dipinggir kandang.
5.2 Saran
1. Penempatan kandang sebaiknya disesuaikan berdasarkan status fisiologisnya, tidak
ditempatkan menjadi satu ruangan agarmempermudah pengaturan perkawinan, induk
menyusui tidak tergangguoleh domba-domba lain dan masing-masing domba
mendapatkanjaminan pakan sesuai kebutuhan.
2.Pengontrolan pada manajemen reproduksi sebaiknya lebihdiintensifkan terutama saat
proses melahirkan agar tidak terjadi kegagalanhingga cempe atau induknya berakibat
kematian.
3.Cempe dan induknya sebaiknya diberikan pada kandang khusus dimana lantai kandang
terbuat dengan sekat antara kayu lebih rapat, karena kejadiannya pada kandang
panggung yang digunakan cempe sering
terjatuh dan kakinya terjepit di lantai kandang.
4. Kotoran domba sebaiknya dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk, sehingga tidak
menumpuk begitu saja di pinggir kandang karena akan menimbulkan bau yang tidak enak
dan kemungkinan timbulnya wabah penyakit selain itu pupuk dapat dijual sebagai
penghasilantambahan.
DAFTAR PUSTAKA