Anda di halaman 1dari 8

Demonstrasi adalah aksi yang dilakukan sekelompok orang yang menginginkan

perubahan kebijakan suatu pemerintahan agar sesuai dengan harapan kepentingan

bersama dan berguna bagi semua golongan. Demonstrasi bisa berjalan sesuai dengan

harapan sekelompok massa yang melakukan demonstrasi dan dapat juga menjadi

aktivitas fenomena sosial.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya aksi demonstrasi. pertama

adalah adanya penyimpangan dalam sistem. Penyimpangan tersebut berasal dari

kebijakan peraturan pemerintah yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat

luas.yang kedua adalah sistem yang berubah. Jika penyebab terjadinya demonstrasi

yang pertama tadi adalah adanya sistem yang menyimpang maka penyebab kedua

dari terjadinya demonstrasi adalah sistem yang berubah.contohnya seperti penolakan

RUU KUHP yang sekarang masih hangat diperbincangkan.

Berikut data lengkap korban demo mahasiswa yang berakhir dengan kericuhan di

berbagai daerah:

37 mahasiswa dan 3 wartawan di Sulawesi Selatan terluka Diberitakan Kompas.com

(24/9/2019) pukul 17.00 WIB, demo mahasiswa yang dilakukan di Sulawesi Selatan

berakhir ricuh dan mengakibatkan setidaknya 37 mahasiswa dan 3 wartawan menjadi

korban. Diketahui, para mahasiswa menggelar aksinya di depan Gedung DPRD

Sulawesi Selatan, di Jalan Urip Sumoharjo, Selasa (24/9/2019). Peristiwa bermula

ketika gabungan mahasiswa dari organisasi PMII, UIN, UNM dan Unhas kembali
menduduki gedung DPRD Sulsel, usai sebelumnya sempat lowong ketika dipukul

mundur polisi. Namun, ketika tengah asyik melayangkan orasinya, tiba-tiba lemparan

batu terjadi. Mahasiswa segera berlari dan polisi lalu kembali menembakkan gas air

mata dan menyirami air dari mobil water canon. Massa aksi yang sudah berhamburan

lalu dikejar polisi. Ada sekitar 37 mahasiswa yng mendapatkan luka di bagian kepala

dan wajah akibat mendapatkan pukulan Selain itu, 3 wartawan yang meliput kegiatan

tersebut juga menjadi korban. Wartawan dari Kantor Berita Antara, Darwin Fatih,

serta dua wartawan online lokal menjadi korban pemukulan oleh polisi. Walaupun

sudah mengenakan atribut pewartanya dengan menggunakan kartu pers, Darwin

mendapat pukulan oleh polisi di kepalanya hingga mengakibatkan luka. Kejadian

tersebut bermula saat polisi akan membubarkan massa pendemo di depan Kantor

DPRD Sulawesi Selatan. Salah satu wartawan lokal yang menjadi korban adalah Ipul.

Ia mengaku dipukul karena akan meliput aksi polisi yang memukuli mahasiswa di

sekitar flyover Makassar. Atas kejadian tersebut, Kabid Humas Polda Sumsel

Kombes Pol Dicky Soendani memohon maaf atas tindakan tidak terpuji dari

anggotanya kepada wartawan. Ia juga berjanji akan memberikan sanksi kepada

petugas yang melakukan pemukulan terhadap ketiga wartawan tersebut.

Baca juga: Demo Mahasiswa, Melihat Potensi Kaum Muda sebagai Agen

Perubahan 3 mahasiswa di Sumatera Selatan kritis Data hari Selasa 24 September

2019 pukul 16.00 WIB, tiga orang mahasiswa yang melakukan demo di Kawasan

Jalan Pom IX Gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan harus dilarikan ke rumah
sakit, Selasa (24/9/2019) sore. Ketiganya mengalami luka-luka setelah bentrok

dengan polisi saat demo menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK).

Menurut Presiden Mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) Ni'matul Hakiki, ketiga

rekannya tersebut kondisinya kritis dan dirawat di Rumah Sakit RK Charitas serta RS

Muhammad Hoesin, Palembang. "Yang saya dapatkan laporan, mereka bertiga kritis,

terkena lemparan batu atau apa saya belum tahu," ujar Ni'matul.

92 mahasiswa dan 9 polisi di Bandung terluka Demo mahasiswa menolak revisi

Undang-undang KPK dan sejumlah RUU juga terjadi Bandung, Jawa Barat. Demo

yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa yang terkonsentrasi di depan Gedung DPRD

Jawa Barat, Senin (23/9/2019) tersebut berujung ricuh dan terjadi bentrokan dengan

aparat keamanan. Hingga Selasa (24/9/2019) pukul 15.00 WIB menunjukkan,

sebanyak 92 mahasiswa harus dilarikan ke rumah sakit setelah sebelumnya terlebih

dahulu dibawa ke Universitas Islam Bandung (Unisba). "Mereka mendapat

pertolongan pertama di Unisba kemudian dilarikan ke empat rumah sakit," ujar

Rektor Unisba Setiadi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa

(24/9/2019). Keempat rumah sakit tersebut di antaranya RS Sari Ningsih, RS

Borromeus, RS Halmahera, dan RS Hasan Sadikin Bandung. Selain itu, 9 anggota

polisi juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

88 orang terluka akibat kerusuhan di sekitar Senayan Diberitakan Kompas.com

(25/9/2019), aksi ujuk rasa dari mahasiswa yang berlangsung di depan Kompleks
Parlemen Senayan, Selasa (24/9/2019) ricuh. Akibatnya, 88 orang harus dilarikan ke

Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta untuk mendapatkan perawatan

intensif. Agus W Susetyo, Head Of Bussiness Management RSPP mengatakan, angka

tersebut berdasarkan data terakhir pukul 00.00 WIB. "Sampai pukul 00.00 WIB,

sebanyak 88 orang masuk Unit Gawat Darurat (UGD). Setelah masuk kita lakukan

triase atau pemilahan pasien berdasarkan penyakit dan keluhan," kata Agus di RSP

Pertamina, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019) dini hari. Agus

mengatakan, semua korban tersebut berasal dari berbagai daerah, yakni Jakarta,

Tangerang, dan Bekasi. Menurut Agus, terdapat 72 pasien yang datang dalam kondisi

sadar dan tidak harus ada tindakan darurat, 14 orang harus dilakukan perwatan medis

secepatnya, dan 2 orang lainnya harus dilakukan penanganan cepat karena luka di

bagian kepala.

Di Kalbar, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar demo di

depan Gedung DPRD Kalbar di Jalan Ahmad Yani Pontianak. Sekjen Solmadapar

Kalbar, Heri dalam orasinya menyatakan, pihaknya menolak RUU KUHP dan RUU

KPK serta meminta dikembalikannya legalitas lembaga anti rasuah tersebut. "Kami

juga meminta para wakil rakyat dari Kalbar untuk menandatangani surat pernyataan

penolakan terhadap RUU KUHP dan RUU KPK. Kalau para wakil rakyat tersebut

menolak maka kami akan menduduki gedung," ujarnya.


Di Sulteng, aksi ribuan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi digelar di kawasan

Kantor DPRD Sulteng, Kota Palu. Aksi ini sempat berlangsung ricuh. Massa aksi

terlihat kesal karena tak satu pun anggota DPRD Sulteng hingga pukul 11.48 WITA

belum menemui mereka.

Di Sumbar ribuan mahasiswa juga demo di kantor DPRD Sumbar di Kota Padang.

Seorang mahasiswa Muhammad Jalal saat orasi mengatakan kedatangan mahasiswa

ke DPRD Sumbar untuk menyampaikan penolakan mereka. "Kemarin kita menggelar

aksi di Kantor Gubernur dan ingin menemui gubernur, tapi tidak ada. Apakah hari ini

kita ditemui anggota DPRD Sumbar," katanya. Tidak hanya tiga wilayah itu,

gelombang demo juga terjadi di DPRD Sumatra Selatan, Palembang, DPRD Jawa

Tengah di Kota Semarang, DPRD Sumatra Utara, Medan dan masih banyak lagi.

Sementara di Jakarta, aksi di gedung DPR/MPR yang berujung bentrok antara aparat

dan mahasiswa sempat menjatuhkan korban. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

menyebut ada 273 orang yang dirawat di 24 rumah sakit Jakarta. Yang menjadi pokok

persoalan sehingga disuarakan oleh mahasiswa ini adalah penolakan terhadap RUU

KUHP, UU KPK yang baru, RUU Permasyarakatan dan undang-undang lainnya.

1. Pasal RUU KUHP soal korupsi yang memuat hukuman yang lebih rendah

daripada UU Tipikor.

2. Pasal RUU KUHP tentang penghinaan presiden dan wakil presiden yang

mengancam pelaku dengan penjara maksimal 3,5 tahun.


3. Pasal RUU KUHP tentang makar yang bisa diancam hukuman mati, seumur hidup

atau bui 20 tahun.

4. Pasal RUU KUHP soal penghinaan bendera

5. Pasal RUU KUHP soal alat kontrasepsi

6. Pasal RUU KUHP soal aborsi

7. Pasal RUU KUHP soal Gelandangan

8. Pasal RUU KUHP tentang Zina dan Kohabitasi

9. Pasal RUU KUHP soal Pencabulan

10. Pasal Pembiaran Unggas dan Hewan Ternak

11. Pasal RKUHP tentang Tindak Pidana Narkoba

12. Pasal tentang Contempt of Court Pasal di RUU KUHP tentang penghinaan

terhadap badan peradilan atau contempt of court juga dikritik.

13. Pasal Tindak Pidana terhadap Agama

14. Pasal terkait Pelanggaran HAM Berat (pasal 598-599)

15.Pasal pengekangan kebebasan pers & berpendapat

Penjelasan soal poin-poin pasal ini bisa dibaca di (Isi RUU KUHP dan Pasal

Kontroversial Penyebab Demo Mahasiswa Meluas). Pada 20 September lalu,


Presiden Joko Widodo meminta DPR untuk menunda pengesahan Revisi Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Dalam keterangan persnya, ia

mengatakan, penundaan itu dilakukan setelah melihat berbagai kritik atas sejumlah

pasal. “Dan setelah mencermati masukan-masukan dari berbagai kalangan yang

berkeberatan dengan sejumlah substansi-substansi RUU KUHP, saya berkesimpulan

masih ada materi-materi yang membutuhkan pendalaman lebih lanjut,” ujar Jokowi di

Istana Bogor, Jumat (20/9/2019) siang. “Untuk itu saya telah memerintahkan Menteri

Hukum dan HAM sebagai wakil pemerintah, untuk menyampaikan sikap ini kepada

DPR RI, yaitu agar pengesahan RUU KUHP ditunda. Dan pengesahannya tidak

dilakukan oleh DPR periode ini,” tambahnya. Respons Ketua DPR RI Setelah

serangkaian demo yang dilakukan diberbagai daerah, terutama aksi di Jakarta yang

menyasar gedung DPR RI. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bambang

Soesatyo angkat suara. Ia mengatakan semua Rancangan Undang-Undang (RUU)

yang ditolak mahasiswa sudah ditunda. "Semua Rancangan Undang-Undang [RUU]

sudah kami tunda, jadi tidak ada lagi yang harus disampaikan aspirasinya," ujar Ketua

DPR yang akrab disapa Bamsoet itu di RS Pelni Petamburan Jakarta Barat, Rabu

(25/9/2019). Namun, ketika ditanyakan sampai kapan penundaan tersebut, Bamsoet

tidak bisa memastikan. Namun, jika anggota DPR yang bertugas sampai 30

September tidak bisa menyelesaikan, maka akan dilanjutkan ke pembahasan ke

periode berikutnya. Bamsoet mengatakan akan menyerahkan kepada mahasiswa jika

memang masih ada yang ingin menyampaikan penolakannya ke Gedung DPR. "Saya

membuka diri, sampaikan apa yang menjadi aspirasinya. Dan nanti apa yang bisa
kami lakukan dalam kapasitasnya kami sebagai Dewan Perwakilan Rakyat," ujar

Bamsoet.

Demostrasi dapat menimbulkan kerusuhan. Kerusuhan yang terjadi karena adanya

demonstrasi biasanya terjadi dikarenakan demonstrasi yang bersifat radikalisme.

Demonstrasi dengan unsur kekerasan sering terjadi pada demonstrasi yang dilakukan

sekelompok buruh. Beberapa oknum buruh akan melakukan tindak penyerangan jika

suara dari kelompoknya tidak mendapatkan balasan dari pihak

pemerintahan.Pemerintah akan menyuruh petugas keamanan menangkap oknum yang

memprovokasi terjadinya demonstrasi. Hal tersebut dikarenakan pemilik kebijakan

dalam hal ini pemerintah tidak ingin sistemnya dikehendaki perubahan yang

diinginkan sekelompok pendemo.

Dengan adanya demostrasi ini pihak mahasiswa mengharapkan bahwa argumen

mereka dapat diterima oleh DPRD serta presiden dapat mempertimbangkan kembali

pengesahan RUU KUHP. Masyarakat mengharapkan demostrasi ini berjalan dengan

lancar tanpa adanya konflik yang mengakibatkan perpecahan antara pihak ketahanan

Negara dan mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai