Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alfahri Nanda Rayanaldi Tampubolon

NIM : 1901112221
Kelas : B Kom
Tugas : Analisis Kesalahan EYD atau EBI pada Surat Kabar

Demo UU KPK dan RKUHP, 232 Orang Jadi Korban, 3 Dikabarkan Kritis
Kompas.com - 25/09/2019, 07:28 WIB
Penulis : Dandy Bayu Bramasta
Editor : Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Demo yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil
di berbagai daerah pada Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019) berujung ricuh dengan
aparat keamanan. Diketahui, demo tersebut digelar karena menolak Rancangan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana ( RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi
Pemberantasan Korupsi (UU KPK). Hingga Rabu (25//9/2019) dini hari, setidaknya 232
orang menjadi korban dari aksi demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah, mulai dari
Jakarta, Bandung, Sumatera Selatan hingga Sulawesi Selatan tersebut. Tak hanya dari
kalangan mahasiswa saja yang terluka, sejumlah wartawan, masyarakat sipil dan aparat
keamanan juga turut menjadi korban. Berikut data lengkap korban demo mahasiswa yang
berakhir dengan kericuhan di berbagai daerah:
37 mahasiswa dan 3 wartawan di Sulawesi Selatan terluka
Diberitakan Kompas.com (24/9/2019) pukul 17.00 WIB, demo mahasiswa yang
dilakukan di Sulawesi Selatan berakhir ricuh dan mengakibatkan setidaknya 37 mahasiswa
dan 3 wartawan menjadi korban. Diketahui, para mahasiswa menggelar aksinya di depan
Gedung DPRD Sulawesi Selatan, di Jalan Urip Sumoharjo, Selasa (24/9/2019). Peristiwa
bermula ketika gabungan mahasiswa dari organisasi PMII, UIN, UNM dan Unhas kembali
menduduki gedung DPRD Sulsel, usai sebelumnya sempat lowong ketika dipukul mundur
polisi. Namun, ketika tengah asyik melayangkan orasinya, tiba-tiba lemparan batu terjadi.
Mahasiswa segera berlari dan polisi lalu kembali menembakkan gas air mata dan menyirami
air dari mobil water canon. Massa aksi yang sudah berhamburan lalu dikejar polisi. Ada
sekitar 37 mahasiswa yang mendapatkan luka di bagian kepala dan wajah akibat
mendapatkan pukulan
Selain itu, 3 wartawan yang meliput kegiatan tersebut juga menjadi korban. Wartawan
dari Kantor Berita Antara, Darwin Fatih, serta dua wartawan online lokal menjadi korban
pemukulan oleh polisi. Walaupun sudah mengenakan atribut pewartanya dengan
menggunakan kartu pers, Darwin mendapat pukulan oleh polisi di kepalanya hingga
mengakibatkan luka. Kejadian tersebut bermula saat polisi akan membubarkan massa
pendemo di depan Kantor DPRD Sulawesi Selatan. Salah satu wartawan lokal yang menjadi
korban adalah Ipul. Ia mengaku dipukul karena akan meliput aksi polisi yang memukuli
mahasiswa di sekitar flyover Makassar. Atas kejadian tersebut, Kabid Humas Polda Sumsel
Kombes Pol Dicky Soendani memohon maaf atas tindakan tidak terpuji dari anggotanya
kepada wartawan. Ia juga berjanji akan memberikan sanksi kepada petugas yang melakukan
pemukulan terhadap ketiga wartawan tersebut.
3 mahasiswa di Sumatera Selatan kritis
Data hari Selasa 24 September 2019 pukul 16.00 WIB, tiga orang mahasiswa yang
melakukan demo di Kawasan Jalan Pom IX Gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan harus
dilarikan ke rumah sakit, Selasa (24/9/2019) sore. Ketiganya mengalami luka-luka setelah
bentrok dengan polisi saat demo menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK). Menurut
Presiden Mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) Ni'matul Hakiki, ketiga rekannya tersebut
kondisinya kritis dan dirawat di Rumah Sakit RK Charitas serta RS Muhammad Hoesin,
Palembang. "Yang saya dapatkan laporan, mereka bertiga kritis, terkena lemparan batu atau
apa saya belum tahu," ujar Ni'matul.
92 mahasiswa dan 9 polisi di Bandung terluka
Demo mahasiswa menolak revisi Undang-undang KPK dan sejumlah RUU juga
terjadi Bandung, Jawa Barat. Demo yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa yang
terkonsentrasi di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Senin (23/9/2019) tersebut berujung ricuh
dan terjadi bentrokan dengan aparat keamanan. Hingga Selasa (24/9/2019) pukul 15.00 WIB
menunjukkan, sebanyak 92 mahasiswa harus dilarikan ke rumah sakit setelah sebelumnya
terlebih dahulu dibawa ke Universitas Islam Bandung (Unisba). "Mereka mendapat
pertolongan pertama di Unisba kemudian dilarikan ke empat rumah sakit," ujar Rektor
Unisba Setiadi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (24/9/2019).
Keempat rumah sakit tersebut di antaranya RS Sari Ningsih, RS Borromeus, RS Halmahera,
dan RS Hasan Sadikin Bandung. Selain itu, 9 anggota polisi juga menjadi korban dalam
peristiwa tersebut.
88 orang terluka akibat kerusuhan di sekitar Senayan
Diberitakan Kompas.com (25/9/2019), aksi ujuk rasa dari mahasiswa yang
berlangsung di depan Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (24/9/2019) ricuh. Akibatnya, 88
orang harus dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta untuk mendapatkan
perawatan intensif. Agus W Susetyo, Head Of Bussiness Management RSPP mengatakan,
angka tersebut berdasarkan data terakhir pukul 00.00 WIB. "Sampai pukul 00.00 WIB,
sebanyak 88 orang masuk Unit Gawat Darurat (UGD). Setelah masuk kita lakukan triase atau
pemilahan pasien berdasarkan penyakit dan keluhan," kata Agus di RSP Pertamina,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019) dini hari. Agus mengatakan, semua
korban tersebut berasal dari berbagai daerah, yakni Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Menurut
Agus, terdapat 72 pasien yang datang dalam kondisi sadar dan tidak harus ada tindakan
darurat, 14 orang harus dilakukan perwatan medis secepatnya, dan 2 orang lainnya harus
dilakukan penanganan cepat karena luka di bagian kepala.
(Sumber: Kompas.com/Himawan, Aji YK Putra, Reni Susanti, Agie Permadi, Bonfilio Mahendra
Wahanaputra Ladjar)
Analisis kesalahan:
1. Paragraf 1 Baris ke-8, dan aparat
2. Paragraf 2 Baris ke 5, dan Unhas
Seharusnya sebelum kata “dan” diberi tanda koma, karena tanda koma dipakai di
antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
3. Paragraf 2 Baris ke-11, pukulan
Seharusnya setelah kata “pukulan” diberi tanda titik, karena tanda titik dipakai di
akhir kalimat pernyataan.
4. Paragraf 5 Baris ke-1, revisi dan undang
Seharusnya penulisan revisi dan undang diawali huruf kapital, karena setelahnya ada
singkatan RUU yang mengacu pada Revisi Undang-Undang.
5. Paragraf 6 Baris ke-4, Head Of Bussiness Management
Seharusnya di tulis dengan tulisan miring, karena merupakan bahasa asing.

Anda mungkin juga menyukai