Anda di halaman 1dari 2

TRAGEDI SEMANGGI

A. Pendahuluan
Peristiwa Semanggi II dilatarbelakangi oleh adanya keputusan DPR yang
mengesahkan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) pada 23 September 1999.
Pada masa inilah, pemerintah memberikan keleluasaan wewenang kepada militer untuk
melakukan pengamanan negara. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Undang-Undang
Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB), sementara banyak kalangan dan mahasiswa
justru kecewa dengan kebijakan tersebut. Kebijakan pemerintah tersebut kemudain memicu
aksi besar oleh mahasiswa yang menuntut agar pemerintah mencabut kembali UU PKB
untuk menghilangkan dwifungsi ABRI/TNI. Penolakan tidak hanya datang dari kalangan
mahasiswa, tetapi sipil juga ikut turun ke jalan untuk menolak UU PKB.
Aksi tidak hanya dilakukan di Jakarta, melainkan di beberapa daerah di Indonesia juga
menggelar aksi serupa. Awalnya, aksi yang terjadi pada 24 september tersebut berjalan
tenang dan lancer hiingga pada pukul 20.30 terdengar suara tembekan dari kejauhan yang
berasal dari iring-iringan mobil tentara. Ketika iring-iringan mobil tentara mendekat, rentetan
tembakan kian gencar membuat para demonstran mulai berhamburan lari dan ada pula yang
melakukan perlawanan. Para mahasiswa mencoba mencari perlindungan ke Kampus Atma
Jaya dan Rumah Sakit Jakarta (RSJ). Pada Tragedi Semanggi II mahasiswa dan sipil menjadi
objek sasaran aparat. Mereka ditangkap dan ditembaki oleh aparat agar menghentikan aksi
protes bagi rezim pemerintah. Lokasi penembakan mahasiswa pun cukup strategis, insiden
ini dapat dipantau oleh banyak orang awam diantaranya di bawah jembatan Semanggi, depan
kampus Universitas Atma Jaya Jakarta, dekat pusat sentra bisnis nasional maupun
internasional
B. Isi
Tragedi merupakan tragedi dimana mahasiswa yang tidak terima dengan pengesahan UU
tentang penanggulangan keadaan budaya. Sebenarya aksi ini hanyalah sekedar demo untuk
menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia melalui orasi terpimpin yang akan diwakili oleh
setiap perwakilan mahasiswa yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi makin siang
mahasiswa semakin menumpuk di poros Semanggi dan bersatu menjadi banyak. Suasana
makin memanas karena dipicu oleh beberapa oknum tidak bertanggung jawab sehingga
menyebabkan adu perang dengan pihak aparat. Dilihat dari situasi di atas bahwa tragedy ini
sebenarnya adalah tragedy dengan demokrasi terpimpin tetapi, karena beberapa oknum tidak
bertanggung jawab yang menyebabkan situasi memanas sehingga menjadi kacau balau dan
menyebabkan 5 mahasiswa meninggal dan 3 warga yang juga meninggal serta 226 korban
luka-luka.
C. Kesimpulan
Menjadi warga yang bertanggun jawab serta cara menyampaikan aspirasi yang baik
terhadap pemerintah itu penting. Nyatanya tidak semua orang menyukai cara menyampaikan
sesuatu yang dibarengi dengan kekerasan. Dengan banyak belajar dan juga memperdalam
informasi yang ada membuat kita kuat dalam menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah.
Yakinlah bahwa sebenarnya pemerintah itu pasti akan menampung aspirasi kalian jika cara
penyampaian nya benar dan tertata. Karena tidak semua masalah dapat di selesaikan dengan
kekerasan

Anda mungkin juga menyukai