Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PERISTIWA MALARI 1974

Di Susun Oleh :

Nama: INDRA SAPUTRA

Kelas: XII IPS 4

No.Absen: 20

SMAN 01 MOJOLABAN

Tahun Pembelajaran 2022/2023

BAB I

PENDAHULUAN

Peristiwa 15 Januari 1974 yang dijuluki peristiwa MALARI


( Malapetaka Lima Belas Januari ) adalah gerakan mahasiswa yang tidak
setuju terhadap kebijakan pemerintah tentang kerja sama dengan pihak
lain untuk melakukan pembangunan nasional. Peristiwa ini merupakan
kejadian pertama yang menunjukkan tidak setianya jendral di lingkungan
presiden pada masa pemerintahan Soeharto. Peristiwa malaria juga
meruntuhkan tahta Soeharto. Peristiwa ini merupakan kelanjutan dari aksi
demonstrasi anti-korupsi mahasiswa pada tahun 70-an. Mahasiswa
mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang menyimpang dan tidak
untuk pembangunan yang bertujuan pembangunan mementingkan rakyat.
Mahasiswa menilai bahwa kerja sama ini memperburuk kondisi ekonomi
rakyat.

Kedatangan Ketua Inter-Govermental Group on Indonesia ( IGGI )


lembaga pemodal asing Amerika Serikat, Jan P Pronk, menjadi momentum
awal demonstrasi antimodal asing. Saat Jan P Pronk tiba di Jakarta pada
11 November 1973 di Bandara Kemayoran mahasiswa menyambut dengan
demonstrasi gambar poster sebagai kritik kedatangannya.

Kelompok mahasiswa mengatur strategi supaya dapat melakukan


pertemuan dengan mahasiswa. Perwakilan mahasiswi melakukan
pendekatan dengan memberi karangan bunga, tidak karangan bunga saja
mahasiswi tersebut member surat yang berisi memorandum penolakan
kedatangan Jan P Pronk.

Bukan Jan P Pronk saja yang didemo massa tetapi yang tergabung
dari berbagai elemen yaitu mahasiswa dan warga sipil. Kedatangan
Menteri ( PM ) Jepang, Tanaka Kakuei 14-17 Januari disambut juga
dengan demonstrasi.

Massa berencana menyambut kedatangan Taneka Kakuei di


Bandara halim Perdanakusuma tetapi gagal karena aparat sudah
memblokade bandara dari hadangan massa. Akibat penjagaan sangat
ketat sebagian massa mengalihkan aksi di sekitaran Jakarta Pusat.

Bersamaan dengan itu kelompok massa dari mahasiswa sedang


melakukan diskusi yang berpusat di Universitas tetapi dikagetkan dengan
info yang menyebutkan di kawasan pusat Jakarta terjadi kerusuhan. Massa
dari mahasiswa bertanya bagaimana kejadian anarkis itu bisa terjadi.
Kerusuhan tersebut meliputi pengrusakan beberapa fasilitas umum
dan bangunan took di kawasan Ibukota yaitu pertokoan senen, Jakarta
Pusat dan Roxy, Jakarta Barat. Dua hari berturut-turut daerah sekitar
kawasan Ibukota diselimuti oleh asap. Pembakaran dan penjarahan
menjadi pemandangan yang sangat mengkhawatirkan.

Wilayah pertokoan senen menjadi titik perhatian, pembangunan


pertokoan yang memakan biaya sebanyak Rp.2,7 Miliar ludes dilalap sijago
merah. Menteri Pertahanan dan Keamanan mengatakan bahwa peristiwa
kerusuhan yang terjadi dua hari berturut-turut tercatat kerugian materi yang
diakibatkan kejadian ini sangat banyak.

Dari peristiwa ini terlahir seorang aktivis mahasiswa yang menjadi


symbol Malari yaitu Hariman Siregar. Ketua Dewan Mahasiswa Universitas
Indonesia ( UI ) bersama rekannya dituduh sebagai otak pelaku kerusuhan
itu. Hariman Siregar menolak disebut sebagai penyebab kerusuhan itu.

Insiden kerusuhan sudah diluar kendali mahasiswa. Bisa jadi di


balik kerusuhan ada pihak yang memang sengaja membuat situasi
semakin tidak kondusif. Hingga sekarang orang-orang masih
mempertanyakan siapa dalang dibalik peristiwa kerusuhan itu. Setelah
sempat ditahan dan disidang, Hariman Siregar dan kelompok mahasiswa
tidak terbukti terlibat dalam peristiwa kerusuhan itu. Hariman menyebut
Malari sebagai puncak gerakan kritis terhadap konsep pembangunan yang
dilakukan pemerintah Orde Baru saat itu.
BAB II

ISI

Sebelum kedatangan Perdana Menteri Jepang, Kekuei Tanaka, 15


Januari 1974 terjadi demonstrasi besar oleh mahasiswa yang di ikuti
dengan aksi anarki didaerah Jakarta. Banyak proyek, gedung dan toko
habis terbakar akibat aksi anarki itu. Peristiwa demonstrasi mahasiswa
dilatar belakangi keprihatinan mahasiswa. Akhir Repelita I mahasiswa
mencurigai bahwa terjadi penyelewengan program pembangunan nasional.
Kebijakan ekonomi yang cenderung member hak sepenuhnya kepda
investor Jepang akan merugikan rakyat.

Pada bulan September 1973 Jendral Soemitro mencetuskan


gagasan mengenai komunikasi dua arah dan pola kepemimpinan yang
baru. Gagasan tersebut mendapat sambutan dari aktivis mahasiswa. Aksi
mahasiswa dimulai sejak adanya gagasan dari Jendra Soemitro. Oktober
1973, beberapa mahasiswa ITB datang kepada pimpinan DPR untuk
menyampaikan bahwa mereka anti koptamtib dan menyampaikan surat
terbuka kepada wakil rakyat.

Mahasiswa UI ikut bergerak sebelum peringatan hari Sumpah


Pemuda 1973 diselenggarakan dan pada saat itu diskusi diadakan
digedung Balai Budaya Jakarta, yang mengeluarkan petisi 24 Oktober
1974, isinya tentang peringatan dan menyusun strategi baru dibidang
politik, sosial, ekonomi serta anti kemiskinan, kebodohan dan
ketidakadilan.

Presiden Soeharto menanggapi aksi mahasiswa ini dengan


memerintahkan Jendral Soemitro untuk melakukan safari kampus yang
bertujuan untuk meredam aksi mahasiswa dan menanggapi opini negative
atas pemerintah. oktober 1973 Jendral Soemitro datang ke jawa timur,
mendatangi Universitas Airlangga,Universitas Merdeka dan Universitas
Djembe.

Safari Kampus berlanjut ke daerah Yogyakarta yaitu Universitas


Gadjah Mada. Setelah Yogyakarta Soemitro datang ke Jawa Barat
berdialog dengan mahasiswa di gedung PIAI dihadiri mahasiswa dari ITB
UNPAD, IKIP, UNP, UNISBA. Desember 1973 aksi mahasiswa meningkat
dengan sasaran kedutaan besar Jepang dijalan Thamrin. Mahasiswa UI
menyerahkan memorandum yang ingin disampaikan kepada pejabat
Departemen Luar Negeri.

Aksi penyerahan momerandum menjadi modal aksi demokrasi.


Ditengah banyaknya demonstrasi yang dilakukan mahsiswa Jan P Pronk
dan Ketua IGGI membuat situasi semakin memanas. Kedatangan Jan P
Pronk dinilai mahasiswa sangat arogan dan terkesan sebagai tuan besar
membangkitkan rasa kebencian mahasiswa akan adanya bantuan asing.

1 Desember 1973 aksi mahasiswa semakin banyak. Beberapa


cendekiawan yaitu Mochtar Lubis, Dorajatun Kuntjoro Jakti, Suhadi
Mangkusumawando dan Maruli Pangabean mengadakan gerakan
mahasiswa. 18 Desember 1973 mahasiswa UI melanggar pernyataan
untuk memperjuangkan perubahan keadaan kehidupan kenegaraan yang
ditandatangani oleh Hariman Siregar dan Judil Hery.

Aksi mahasiswa semakin kompak pada 24 Dessember 1973,


mahasiswa berangkat dari kampus UI menuju Bina Graha dan Cendana
untuk bertemu dengan Presiden Soeharto. Hanya ketua dewan mahasiswa
saja yang diperbolehkan masuk, Presiden soeharto bersedia menerima
delegasi mahasiswa di Bandung yang tak kunjung mereda.

30 Desember 1973 di Cirebon ketua dewan mahasiswa berhasil


merumuskan Deklarasi Mahasiswa yang isinya adalah menuntut
pemerintah agar melaksanakan kepemimpinan terbuka dan memorandum
tuntutan mahasiswa. Pada 11 Januari Presiden mengadakan pertemuan
dengan ketua dewan mahasiswa pada saat itu ketua dewan mahasiswa
mengambil kesempatan untuk menyerahkan memorandum tuntutan
mahasiswa.

12 Januari 1974 beberapa mahasiswa berkumpul di Jalan


Diponegoro melakukan apel siaga. Perdana Menteri Kakuei Tanaka
sampai di Jakarta 14 Januari 1974 disambut oleh mahasiswa dengan
memblokase jalan keluar Bandar Udara Kemayoran. Hari berikutnya terjadi
demokrasi mahasiswa melewati jalan Thamrin menuju Istana Panglima,
tetapi mereka dicegat di Bundaran Air Mancur didepan Bank Indonesia
agar tidak masuk kawasan dan melakukan kerusuhan. Demonstrasi
mahasiswa berhasil ditahan Soemitro.

Para Demonstran berbalik arah. Dari peristiwa ini ada beberapa


yang ditahan yaitu Hariman Siregar, Marsilam Simanjuntak, Darojatun
Kuntjoro Jakti, Fahmi Idris, Imam Waluyo dan H.J.C Princen. Setelah
peristiwa ini Jendral Soemitro mengundurkan diri.

Sebelum Peristiwa Malri terjadi didahului oleh gelombang


demokrasi mahasiswa pada 15 Januari pada akhir kedatangan Tanaka di
Jakarta, kemudian berkembang menjadi pengerusakan toko dan gedung di
Jalan Sudirman. Kunjungan Tanaka di Jakarta Januari 1974 menimbulkan
kerusuhan yang sangat besar di Ibu Kota. Para mahasiswa dan pemuda
kota membakar mobil, gedung dan merampok toko yang menjual produk
Jepang. Beberapa mahasiswa lain mengelilingi Istana Kepresidenan. Pada
17 Januari 1974 Peristiwa ini dapat diredakan dan menuduh orang-orang
komunis sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam kerusah yang
terjadi.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Politik nasional memanas menjelang kerusuhan Malari yang terjadi.


Proyek dan kebijakan Presiden Soeharto dicurigai sebagai pemicu
kebencian mahasiswa tentang keadaan Indonesia yang memburuk dalam
kondisi ekonomi yang tidak tentu. Pada awal 1970-an kemakmuran
melimpah pada kalangan elite yang mengundang reaksi demonstrasi
mahasiswa. Menjelang kedatangan Perdana Menteri Jepang di Jakarta
pada 15 januari 1974 terjadi demonstrasi besar dari mahasiswa yang
disertai aksi anarki berakibat mengalami kerugian besar atas peristiwa
tersebut. Ketua dewan mahasiswa Hariman Diregar dituduh sebagai otak
pelaku kerusuhan dan sempat ditahan akhirnya tidak terbukti terlibat dalam
peristiwa kerusuhan itu. Hariman menyebut Malari sebagai puncak gerakan
kritis terhadap konsep pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde
Baru saat itu. Akhirnya . Pada 17 Januari 1974 Peristiwa ini dapat
diredakan dan menuduh orang-orang komunis sebagai pihak yang
bertanggung jawab dalam kerusah yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

http://wartasejarah.blogspot.com/2014/12/peristiwa-malapetaka-15-januari-
1974.html#!/tcmbck

https://www.merdeka.com/peristiwa/malari-perlawanan-terhebat-pertama-
terhadap-orde-baru-hariman-dan-malari-1.html

https://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/05/makalah-peristiwa-malari-
malapetaka-15.html

https://serbasejarah.wordpress.com/2011/12/21/jejak-soeharto-peristiwa-
malarithe-shadow-of-an-unseen-hand/

Anda mungkin juga menyukai