“TEKS SEJARAH”
“TRAGEDI TRISAKTI-SEMANGGI”
Kelas : XII RPL 2
Kelompok II :
Amirah Hudatulloh
Anindiati
Ikhsanul Anwar Pulungan
Luthfianda Muzaki Sulaeman
Mochamad Lucky Ramadhani
A. Orientasi
Pada bagian ini berisi tentang pengenalan atau pembukaan dari teks cerita sejarah.
Biasanya berisi mengenai penjelasan singkat dari suatu peristiwa yang diceritakan.
Pada bagian ini berisi mengenai rekaman peristiwa sejarah yang terjadi yang
disampaikan menurut urutan kejadian atau waktu dari awal kejadian hingga sampai
pada akhir kejadian tersebut. Bagian ini merupakan bagian pokok dari teks cerita
sejarah yang biasanya dituliskan secara rinci dan mendetail sehingga para pembaca
akan lebih memahami hal apa sebenarnya yang terjadi pada masa lalu.
C. Reorientasi
Merupakan bagian akhir dari teks tersebut. Biasanya pada bagian ini berisi
mengenai komentar pribadi dari si penulis itu sendiri mengenai kejadian yang
ditulisnya. Namun ada juga beberapa teks cerita sejarah yang tidak menambahkan
bagian penutup ini karena bagian ini hanya sebagai opsi atau pilihan saja.
Kaidah Kebahasaan
Kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau
sesuatu secara tidak langsung.
B. Frasa Adverbial
C. Verba Material
Kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau perbuatan nyata yang
dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukan perbuatan fisik atau
peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan menyapu.
berguna untuk menata urutan-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah
banya memanfaatkan konjungsi (kata penghubung) temporal.
TRAGEDI TRISAKTI-SEMANGGI
ORIENTASI
12 Mei 1998 merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kerusuhan yang
terjadi di Indonesia mengikuti dilantiknya Soeharto setelah tujuh tahun berturut-turut
pada bulan Maret di tahun yang sama. Yang membuat rakyat marah kemungkinan
adalah karena Soeharto berseru tentang reformasi politik dan ekonomi, tapi pada
kenyataannya Kabinet Pembangunan VII – kabinet buatan Soeharto pada saat itu
berisi anggota keluarga dan kroni-kroni Soeharto, termasuk anak didiknya,
Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai wakil presidennya.
Protes yang menjadi kejadian kunci sejarah kelam tragedi Trisakti 12 Mei
1998 dimulai pada pukul 10 siang dan diikuti lebih dari 6000 mahasiswa, staff, dan
dosen yang berkumpul di lapangan parkir universitas Trisakti. Hal pertama yang
mereka lakukan adalah menurunkan bendera Indonesia menjadi setengah tiang
yang menyimbolkan duka atau kesengsaraan. Baru ketika hari mulai siang, para
protestan ini bersiap-siap untuk melakukan long march menuju gedung DPR/MPR.
Belum jauh dari kampus, mereka dihentikan oleh oleh pihak kepolisian, tepatnya di
depan kantor walikota Jakarta Barat. Sebagai respon dari penghentian mereka, para
protestan ini kemudian menduduki jalan S. Parman dan menghalangi jalur lalu lintas.
Setelah bantuan dari pihak militer datang untuk membantu kepolisian, dekan
fakultas hukum, Adi Andojo, berhasil membujuk para demonstran kembali ke
kampus. Pada saat itu, pasukan pengamanan yang ada di lokasi adalah Polisi
Brimob, KOSTRAD, dan Kodam Jaya. Mereka dipersenjatai dengan perisai huru-
hara, gas air mata, Steyr AUG, dan Pindad SS-1.
REORIENTASI
Sejarah tragedi Trisakti 12 Mei 1998 ini seperti disebutkan di atas memakan 4
korban jiwa yang semuanya merupakan mahasiswa dari universitas Trisakti.
Keempat mahasiswa ini kemudian oleh Bacharuddin Jusuf Habibi yang naik
menggantikan Soeharto sebagai presiden diberi julukan sebagai pahlawan
reformasi, karena tewasnya mereka secara tidak langsung mengobarkan api
reformasi di hati masyarakat-masyarakat Indonesia yang lainnya. Meski begitu,
sebelum presiden Soeharto turun, sempat ada kerusuhan yang jauh lebih besar di
Jakarta yang menewaskan 1200 orang tewas yang kebanyakan dikarenakan oleh
terjebaknya orang-orang itu di dalam gedung yang dibakar. Pada saat itu,
penjarahan terjadi dimana-mana, dan warga Indonesia keturunan Tiongkok menjadi
korban penganiayaan dan berbagai tindakan lainnya oleh masyarakat yang menjadi
buas.