TEWAS LAGI: Satu pelajar SMK Ar Rahmah (2SK) Cecep Muhjidin (16) pelajar SMK Ar Rahmah Kelas Mesin II, warga
Ciranjang yan tewas usai tawuran dengan pelajar SMK PGRI III (OTO).
POJOKJABAR.com, CIANJUR-Belum satu bulan aksi tawuran brutal yang tewaskan pelajar SMK
Ar Rahmah Cianjur masih terngiang di telinga. Tawuran antara sekolah yang sama SMK Ar Rahmah
(2SK) dan SMK PGRI III (OTO) kembali terjadi dan menewaskan satu korban lagi.
Entah balas dendam atau memang sekolahnya yang lalai, tawuran kedua sekolah selalu saja tak bisa
dihindari. Lokasi tawuran kali ini terjadi di Jalan Raya Bandung-Cianjur Kecamatan Karangtengah,
Cianjur, Jumat (27/11/2015) siang sekitar pukul 11:15 WIB.
Saat itu rombongan pelajar SKM Ar Rahmah hendak pulang dengan menumpang angkutan Cianjur-
Ciranjang. Tiba-tiba saja dihadang oleh dua pelajar dari SMK Oto tepatnya di depan SMP Negeri 1
Karangtengah, sebelum tugu suling Perumnas Karangtengah.
Saat itu pelajar SMK Oto yang mengendarai motor boncengan dengan pelajar SMK Ar Rahmah
saling ejek, tak lama mereka turun dan terjadilah duel maut. “Entah siapa yang mulai duluan,
akhirnya satu pelajar dari SMK Ar Rahmah tewas tak terselamatkan setelah dibawa ke RSUD
Cianjur,” kata Jujun (50) warga Desa Hegarmanah, Kecamatan Karangtengah.
Menurutnya, akibat kejadian anarkis tersebut, seorang pelajar dari SMK Ar Rahmah tewas. Pelajar
tersebut sebelumnya sempat dilarikan ke Rumah Sakit dr Hafiz Karangtengah, dan dirujuk ke RSUD
Cianjur karena nyawanya tak tertolong lagi. “Korban diketahui bernama Cecep Muhjidin (16) pelajar
SMK Ar Rahmah Kelas Mesin II, asal warga Kampung Pasir Gadung RT 01/03 Desa Karangwangi
Kecamatan Ciranjang,” kata Kepala Kantor Instalasi Pemulasaran Jenazah Kedokteran Forensik
RSUD Cianjur H Jajat Multazam.
Jajat menyebutkan, korban alami luka robek di bagian leger ke dalam kurang lebih 4 centimeter dan
panjang 5 centimeter dengan luka tidak rata. Sehingga menyebabkan pembuluh darah putus dan
banyak darah keluar, rencananya malam (hari kemarin,red) atau besok pagi (hari ini,red) akan
dilakukan otopsi.
Begitupun keterangan yang diperoleh dari beberapa teman satu sekolahnya yang menyebutkan,
tawuran berawal dari saling ejek dan kejar-kejaran pelajar antar kedua sekolah tersebut. “Dua orang
pelajar STM Oto berboncengan pakai motor Honda Supra X 125, anak STM Oto menusuk STM
Stekmal hingga nyawanya tak tertolong lagi,” ucap Guru Permesinan SMK Ar Rahmah, Hendar saat
berada di Forensik RSUD Cianjur.
Senada diungkapkan, Wali Kelas II Mesin SMK Ar rahmah Agus Rohman yang membenarkan,
dugaan pelajranya ditusuk saat sedang berada di dalam angkutan Cianjur-Ciranjang. Kemungkin
kondisi laju kendaraan sedang pelan atau berhenti, nah ada kesempatan dua pelajar untuk tawuran.
“Kemungkinan menggunakan botol dan dipecahkan terlebih dahulu. Karena melihat darah terus
mengalir kehabisan darah. Kami tentunya merasa prihatin, dan sedih, padahal di sekolah selalu terus
ada pembinaan, dan pengaraahan kepada semua siswa,” ujar Agus terlihat kesal bercampur sedih.
Informasi dihimpun, sekelompok pelajar dari STM Negeri 1 Cilaku tiba-tiba saja menyerang
kawanan pelajar STM Otomotif yang sedang nongkrong usai pulang ke sekolah di pertigaan
Sidanglaka, Desa Sukamulya, Kecamatan Kangtengah, tepatnya di Jalan Pramuka Cianjur.
Akibat tawuran tersebut, Nanda K (17) warga Cibalagung Desa Kademangan meninggal dunia di
lokasi kejadian, dan Agi Insan Hakim (17) warga Desa Cinangsi Cikalongkulon harus dirawat untuk
dioperasi di Rumah Sakit Dr Hafiz.
Gangsar (38) Satpam Rumah Sakit Dr Hafiz membenarkan, ada korban pelajar tawuran, yang satu
meninggal dunia, dan yang satu lagi masih dirawat untuk dilakukan operasi. Kemungkinan akan
dilakukan visum lebih lanjut.
Tawuran Antar SMK di Cianjur, Dua Siswa Jadi
Korban
Cianjur Depa
JADI KORBAN: Dua pelajar SMK Perhotelan PHT Cianjur, dirawat di UGD RSUD Cianjur, setelah
mobil yang dikendarainya diserang sekelompok pelajar salah satu SMK.
POJOKJABAR.com, CIANJUR-Aksi sok jago pelajar lagi-lagi terjadi. Hal ini menambah deretan
panjang aksi tawuran antar pelajar di Kabupaten Cianjur. Kali ini aksi tersebut terjadi di depan
Gedung Gelanggang Muda Jalan Ir H Juanda, Panembong, Kamis (8/10/2015) siang.
Akibat peristiwa tersebut, dua pelajar SMK Perhotelan PHT harus dilarikan ke RSUD Cianjur,
karena mengalami luka serius setelah menjadi korban serangan pelajar lain yang diduga dari SMK
PGRI 2 Cianjur.
http://jabar.pojoksatu.id/cianjur/2015/10/09/tawuran-antar-smk-di-cianjur-dua-siswa-jadi-korban/
Selain kedua pelajar yang harus mendapatkan perawatan di RSUD Cianjur, sejumlah pelajar lainnya
pun mengalami hal yang sama namun tidak begitu parah sehingga tidak harus dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul 13.00 WIB. Saat
itu, para pelajar dari SMK Perhotelan PHT usai pulang sekolah dengan menumpang angkutan umum
yang telah disewa bulanan oleh pihak sekolah.
Saat memasuki Jalan Ir H Juanda, tepatnya di depan gedung GGM, dari arah depan, tiba-tiba
segerombolan pelajar yang masih berseragam menyerang angkutan umum tersebut. Beberapa di
antara pelajar tersebut diketahui ada yang membawa batu, botol beling bahkan ada pula yang
menggunakan benda tajam.
Sembari tergolek di Ruang Tindakan Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Cianjur, Gina (17), salah
satu korban yang mengalami luka pada bagian keningnya itu menuturkan, saat itu, mobil yang
ditumpanginya sempat berhenti untuk menurunkan salah satu temannya.
Ketika hendak berjalan lagi, dari arah depan, terlihat sejumlah pelajar yang berjumlah puluhan itu
berjalan ke arah mobil dan langsung melempari dengan menggunakan batu dan botol beling.
“Di situ sempat ada yang turun dulu, pas angkot mau maju, itu dari atas sudah pada turun. Saya
duduk di belakang sopir kena lemparan botol beling dari dekat karena jendela kan terbuka,” tutur
gadis berkulit coklat itu.
Pelajar lain yang juga turut di dalam mobil tersebut dan mengalami luka serius, Aris (17), merintih
menahan sakit setelah daun telinga kirinya robek akibat lemparan batu yang berukuran cukup besar.
“Batunya besar-besa. Jadi pas itu jendelanya dibuka terus pada melempari gitu,” ujar dia.
Asep Burhanuddin, orang tua korban mengaku kaget saat mengetahui anaknya menjadi korban.
Mendapati kejadian yang menimpa anaknya itu, ia pun mengaku cukup khawatir dan takut bahwa
kajadian serupa menimpa anaknya di kemudian hari.
“Saya tahunya ketika ditelepon sama temennya bahwa Aris di rumah sakit. Katanya dilempar batu
dan sekarang di UGD,” kata dia menemani anaknya.
Asep menambahkan, aksi saling serang antar pelajar ini sudah kerap terjadi di Cianjur. Harusnya
kondisi demikian ditanggapi serius baik oleh sekolah maupun kepolisian.
“Kami merasa tidak aman melihat anak bersekolah kok seperti ini terus. Saya berharap kepolisian
ikut mengamankan dan mengusut ini. Kalau perlu ikut dikawal terus. Kalau memang perlu bubaran
sekolahnya,” kecam dia.
Rusman Nurjaman, salah satu guru SMK Perhotel PHT Cianjur, mengatakan, pihak sekolah tengah
mencari tahu penyebab aksi serangan tersebut, termasuk dengan meminta konfirmasi dari sekolah
asal pelajar yang menyerang para siswanya itu.
“Saya sudah telepon wakaseknya tapi katanya dia tidak tahu apa-apa karena sedang di luar kota.
Katanya disuruh telepon ke kesiswaannya. Tapi dari tadi saya telepon juga tidak bisa. Kami terus
tindaklanjuti ini karena siswa kami yang menjadi korban,” kata dia.
Sementara itu, pihak SMK PGRI 2 yang coba dihubungi berkenaan dengan hal ini pun tidak bisa
dihubungi.
Kanit Reskrim Polsek Cianjur kota, AKP Aah Hermawan, mengatakan, pihaknya kini tengah
menyelidiki penyebab peristiwa tersebut. Selain itu, pihaknya juga sedang mengumpulkan
keterangan dari sejumlah saksi korban dan warga sekitar TKP.
“Masih kami selidiki dulu. Nanti kita lihat perkembangannya,” singkat Aah.
(radar cianjur/ruh/dep)
“Hasil penyelidikan dan rekonstruksi ini, pelaku tetap tiga orang yakni berinisial M (19), N (18) dan
B (17). Ketiga terbukti melakukan tindakan melanggar hukum,” tuturnya.
Menurutnya, tindakan pelaku murni karena kenalakan anak remaja sehingga terjadi tindak kriminal.
Saat ini pelaku sudah diamankan dan mendekam di Polsek Pacet.
“Rekonstruksi ulang ini ada 19 adegan dan terlihat pelaku nekat melakukan tindak kekerasan
terhadap korban karena merasa kesal kepada korban,” tambahnya.
Dari tangan pelajar yang merupakan pelajar SMA PGRI Cipanas ini, polisi juga berhasil
mengamankan barang bukti (BB), yang dipakai melukai korban hingga meninggal dunia.
“Kita berhasil juga mengamankan sajam (senjata tajam) yang dipakai pelaku untuk melukai korban
hingga meninggal dunia. Untuk para pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka kami akan
menjerat mereka dengan pasal 351 dan 170 KUHPidana,” tegasnya.
(radar cianjur/fhn)
http://jabar.pojoksatu.id/cianjur/2016/04/04/tewaskan-satu-siswa-smkn-1-cipanas-polisi-gelar-
rekontruksi-tawuran-pelajar-di-cianjur/
Cianjur, pwrionline-Sungguh memprihatinkan dan miris bila melihat dunia pendidikan sekarang
di Kabupaten Cianjur, khususnya menelisik keberadaan perilaku tak wajar dan tak pantas yang
dilakukan sekelompok pelajar SMK/STM sehingga mencederai dan mengotori dunia pendidikan
di Cianjur.
Secara tidak langsung, dampaknya begitu meluas, tentunya sangat mencoreng nama baik sekolah
masing-masing dan semua pihak.
Apa yang diperebutkan sehingga satu per satu pelajar dari SMK/STM tewas berjatuhan akibat
tawuran antarpelajar. Hanya tinggal menunggu bom waktu, mungkin bila terus dibiarkan akan
semakin menjadi-jadi dan tambah brutal. Jangan sampai Kota Cianjur yang berjuluk Kota Santri
ini berubah menjadi “Kota Tawuran” akibat segelintir atau sekelompok oknum pelajar tak
bertanggung jawab.
Berdasarkan pemantauan dan investigasi pwrionline di lapangan, mungkin bukanlah hal yang
mudah mengurai aksi anarkis yang dilakukan sekelompok pelajar SMK/STM di Cianjur saat ini.
Perlu kerja sama berbagai pihak, jangan sampai terus menjamur, dan marak. Ya, sehingga terus
saja satu per satu pelajar SMK/STM tewas, nyawanya melayang sia-sia.
Masyarakat Cianjur kini seakan sudah muak dan geram dengan tingkah polah pelajar tak
bertanggung jawab. Jadi ini salah siapa? Apa yang mereka perebutkan kekuasaan, ketenaran,
sensasi, atau hanya ingin eksis saja?
Abah Uri (50), seorang warga Kecamatan Karang Tengah, Senin (30/11), mengungkapkan,
“Kami sangat menyayangkan sikap dan perilaku yang dilakukan oleh oknum pelajar SMK/STM
saat ini. Tindakan tidak bermoral dan tidak mencerminkan perilaku dan sikap seorang pelajar.
Seharusnya tugas seorang pelajar itu membaca dan belajar. Eh, ini malahan jadi jagoan.”katanya.
Entah apa yang diperebutkan oleh oknum pelajar, balas dendam atau ada sesuatu yang
diinginkan dalam jati diri mereka untuk tampil eksis jadi jagoan. Belum juga satu bulan dari saat
ini, Uri menambahkan, tawuran pelajar kembali menewaskan pelajar SMK PGRI III (STM Oto)
dan SMK Ar-Rahmah (STM 2SK/Stekmal). Kini terulang kembali, tewas satu pelajar lagi.
Seakan-akan tidak jera dan kapok mereka. Apakah pihak sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik)
Cianjur yang lalai? Pasalnya, aksi brutal dan anarkis tawuran pelajar selalu saja tak bisa
dihentikan.
Bentrok pelajar SMK/STM sudah meresahkan dan mencoreng dunia pendidikan di Kabupaten
Cianjur. Selalu terngiang kabar berita burung. Tawuran oknum-oknum pelajar dari SMK Ar-
Rahmah (STM Stekmal), SMK PGRI III (STM Oto), SMK Negeri I (STM Nazi) Cilaku, dan
SMK/STM paling santer terdengar saat ini.
Seorang alumni STM Stekmal, Dasep Saparudin (40), mengatakan, “Titik rawan tawuran pelajar
adalah Jalan. Pramuka, Jalan. Lingkar Timur (JLT), Jalan. Raya Bandung, dan beberapa titik
pertigaan di Cianjur Timur lainnya. Utamanya tempat yang sepi dan jauh dari keramaian warga.
Tapi, sering juga di keramaian, misalnya di Jalan. Raya Sukabumi, Seakan mereka tak jera dan
tak punya rasa takut.”tegasnya.
Dasep merasa heran dengan sikap pelajar sekarang ini. Mereka membawa senjata tajam dan tidak
takut sama guru. Beda dengan pelajar dulu, meski senakal apa pun, kita selalu tunduk dan patuh
kepada gurunya,”katanya.
“Perilaku anarkis, kejam, dan brutal yang dilakukan oleh sekelompok pelajar tak bertanggung
jawab itu mencoreng nama baik sekolah dan dunia pendidikan di Cianjur. Ya, khususnya bagi
SMK/STM. Ini butuh kerja sama semua pihak. Kalau tidak jera dan terus terjadi lagi, tutup saja
sekolahnya!” timpal Dasep miris.
Sebenarnya, berbagai pihak, baik masing-masing SMK/STM, Kepolisian, TNI, Disdik Cianjur,
Pemkab Cianjur, bahkan DPRD turun tangan memberikan komentar atau tanggapan mencari
jalan solusi terbaik, serta Dinas terkait lainnya telah melakukan pembinaan serta Pelatihan
Perilaku dan Karakter. Namun, sayangnya, semua tak ada hasil dan sia-sia. Tetap saja korban
tawuran antar pelajar SMK di Cianjur terus menelan korban, hingga tewas satu per satu.
“Saya juga heran dan tak masuk di akal, Kang. Harus bagaimana lagi. Jadi malas memasukkan
putera-puteri bersekolah ke SMK/STM. Khawatir dan takut menjadi korban tawuran dan
kekejaman oknum pelajar tak bermoral,” kata YN (48), orangtua siswa puteranya Sekolah di
STM Oto.
Melihat aksi tawuran sering terjadi dan terus berulang. Kini masyarakat Cianjur enggan dan
malas untuk menyekolahkan putera-puterinya ke SMK/STM mana saja di Cianjur. Nah, itu
akibat perilaku segelintir oknum pelajar yang berjiwa premanisme ingin jadi jagoan dan tampil
eksis. Padahal, kelakuan dan sikapnya itu bukanlah suatu cerminan layaknya seorang pelajar.
(Mamat Mulyadi/Cianjur)
http://pwrionline.com/daerah/tawuran-pelajar-cianjur-coreng-dunia-pendidikan/
Cianjur-Masyarakat Kampung Panagan, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sukaluyu, Cianjur, Jawa Barat,
menolak rencana pembangunan peternakan ayam yang akan dibangun oleh sebuah perusahaan.
Masyarakat khawatir akan mengakibatkan polusi udara dan pencemaran lingkungan akibat limbah
peternakan tersebut.
Menurut warga masyarakat setempat, rencana lokasi peternakan ayam berada dekat pemukiman
penduduk,”Kami dengan tegas menolak rencana pembangunan peternakan,” kata Hendrawan (30) salah
seorang warga masyarakat setempat, Kamis (21/4) lalu.
Warga masyarakat memperkirakan, jika peternakan ayam jadi dibangun, dapat menimbulkan bau yang
menyengat, sehingga akan mengganggu kesehatan dan menyebabkan berbagai macam penyakit bagi
warga terutama anak-anak.
Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Cianjur , Yana Sopyan menilai, jika peternakan jadi
dibangun banyak dampak pencemaran sudah dapat diprediksi seperti pencemaran udara, air, bahkan
hingga pencemaran tanah.
Limbah atau kotoran ayam dapat menimbulkan bau tak sedap yang menyengat hasil pelepasan gas
amonia dari limbah ternak tersebut. Akibatnya, jika tercium oleh manusia, sangat berbahaya bagi
kesehatan warga sekitar.
Dikemukakan, rencana pembangunan kandang ternak ayam tersebut, bertentangan dengan Surat
keputusan (SK) Kementerian Pertanian nomor 406/KPTS/ORG/6/80,“Isi SK tersebut diantaranya tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, jarak dari pemukiman harus 1000 meter, serta tidak
mencemari wilayah sekitar,” ungkapnya. (m)
http://sku-aspirasirakyat.com/masyarakat-tolak-peternakan-ayam.html
“Sikap semacam itu tidak mencerminkan seorang pelajar yang baik. Karena itu, kami menghimbau
pihak sekolah agar lebih ketat mengawasi siswanya,” ungkapnya.
Jumati menambahkan, apabila pihak sekolah sudah kewalahan hingga tidak dapat memberikan sikap
yang tegas kepada siswa, sebaiknya pihak sekolah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak
kepolisian.
“Disdik hanya memiliki peran untuk menghimbau saja, sedangkan yang memberikan sanksi dan
hukuman adalah pihak sekolah. Maka dari itu, persoalan ini kami percayakan sepenuhnya kepada
pihak sekolah,” pungkasnya.
Masih kata Jumati, pihaknya menilai pengawasan tak bisa hanya dilakukan oleh pihak sekolah saja,
melainkan juga harus dilakukan orang tua. Pasalnya, peranan orang tua sangatlah penting dalam
mengawasi setiap gerak gerik yang dilakukan oleh anaknya.
“Orang tua dapat mengawasi anaknya lebih lama dirumah, daripada pengawasan yang dilakukan oleh
pihak sekolah,” terangnya.
Saat ditanya mengenai sanksi, Jumati mengaku hal tersebut harus berdasarkan beberapa
pertimbangan pihak sekolah, Disdik, serta pihak komite sekolah. Menanggapi persoalan ini, yang
berhak menentukan adalah pihak sekolah dan komite sekolah.
“Untuk siswa yang sering ikut tawuran ataupun terlibat dalam aksi aneh lainnya, akan ada
pertimbangan nantinya. Apakah lulus atau tidak, itu semua tergantung dari hasil rapat antara Disdik,
pihak sekolah dan komite sekolah,” tutupnya.
(radar cianjur/lan/yaz/riz)
Home » Jabar » Pakuan » Cianjur » Cianjur Dicoret Dari Daftar DTW. Ini Tanggapan Warga Cipanas
CIPANAS – Pemkab Cianjur dicoret dari daftar daerah tujuan wisata oleh Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lantaran dianggap tidak mampu mengembangkan
potensi wisata yang ada.
Ini tanggapan warga, salah seorang warga Desa CipaNas Kecamatan Ciapanas, Solihin
menilai dicoretnya Cianjur dari daftar tujuan wisata akan merugikan masyarakat
Cianjur khusunya masyarakat Kecamatan Ciapanas.
“ Padahal Cianjur ini memliki potens wisata yang cukup tinggi. Namun, Pemkab Cianjur
tidak serius untuk mengembangkan potensi wisata itu, baik dari sisi fasilitas maupun
dari sisi infrasetruktur,” ujar Solihin yang juga selaku Ketua Badan Perwakilan Desa
(BPBD) Desa Cipanas ini.
Dicoretnya Cianjur dari daerah tujuan wisata ini, menurut Solihin akan berdampak
pada ditundanya pembangunan jalur Puncak II yang menjadi jalur alternatif untuk
menuju Puncak-Cipanas dari Jakarta maupun sebaliknya.
Solihin, merasa Pemkab Cianjur selama ini tidak memfasilitasi seniman dan
budayawan, juga para pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan kreasinya dan
keahlianya untuk dijadikan penarik para wisatawan.
“ Seniman Cianjur bukanya tidak berdaya tapi tidak diberdayakan oleh pemerintah
daerahnya sendiiri. Jika sarana dan prasarana mereka untuk menunjukan kreasinya
ditempat wisata, pasti akan menarik wisatawan untuk datang” ujarnya.
Saat ini, kata Solihin, warga Cipanas menganggap keterlibatan Pemkab Cianjur dalam
mengembangkan potensi wisata sudah tidak bisa diharapkan lagi. “ Kami tidak bisa
berpangku tangan begitu saja. Kami sebagai warga Ciapanas yang tergabung dalam
Gerakan Masyarakat Cianjur Utara (Gema Cita) menggelar pesta pasar dan pagelaran
budaya untuk menarik minat wisatawan pada Sabtu-Minggu ini” ujarnya.
Kepala Unit Pengelola Terminal (UPT) Cipanas, Jajat Sudrajat, mengatakan pagelaran
budaya dan pasar kerajinan yang diselenggarakan di lokasi terminal itu, adalah bentuk
perhatian warga Cipanas terkait dicorenya Kabupaten Cianjur dari daerah tujuan
wisata.
“ Dalam pesta pasar dan helaran budaya ini kami merangkul para pelaku industry
kreatif dan seniman yang berada di Cianjur Utara untuk menampilkan kreatifitasnya di
panggung yang kami sediakan. Para pelaku UMKM pun bisa menunjukan produknya
yang unik dan bernilai jual tinggi di stand yang ada,” ujarnya.
“ Dengan memunculkan pelaku UMKM dan seniman untuk mengapresiasikan
kebudayaan dan produk khas Cianjur, kami harap menjadi nilai jual potensi wisata
Cianjur, Dengan begitu potensi wisata Cianjur dapat kembali terangkat,” ujanya. (wa)
JAWA BARAT
CIANJUR, (PR).- Pelajar kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jolok, Sopian (18)
tewas akibat ditikam oleh segerombolan orang yang diduga pelajar dari SMK PGRI
Cipanas.
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, 29 Maret 2016, sekitar pukul 15.00. Saat itu,
Sopian sedang berkumpul bersama sekitar 15 orang temannya di sekitar Perumahan
Bukit Cimacan, Kabupaten Cianjur usai pulang sekolah. Hal tersebut disampaikan
paman korban, Dadang Subarna (37) saat ditemui di Instalasi Pemulasaraan Jenazah
(IPJ) Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, Rabu, 30 Maret 2016. Berdasarkan
informasi dari teman-teman korban, saat itu keponakannya sedang berkumpul dan
tiba-tiba segerombolan orang datang dan terlibat percekcokan dengan kelompok
keponakannya.
Lanjut dia, dari pengakuan teman korban yang selamat, gerombolan tersebut membawa
senjata tajam mulai dari golok, clurit, hingga samurai. “Rombongan keponakan saya
akhirnya berpencar melarikan diri. Namun, nahas Sopian kena tikam di bagian
punggungnya,” ucap dia.
Sebelum dibawa ke RSUD Cianjur, kata Dadang, korban yang merupakan warga
Kampung Loji, Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas itu sempat dilarikan ke RSU
Cimacan untuk mendapat penanganan medis. Saat itu, lanjut dia, satu luka dalam tubuh
korban sempat dijahit dan akan dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk
penanganan lebih lanjut. Akan tetapi, nyawa Sopian tak tertolong dan akhirnya
meninggal sekitar pukul 20.00. Selanjutnya dibawa ke RSUD Cianjur guna diautopsi.
Kepala IPJ RSUD Cianjur, Jajat Multazam mengatakan, saat diperiksa pihaknya
menemukan dua luka dengan kedalaman sekitar 10 sentimeter di punggung korban.
Menurut dia, dari hasil pemeriksaan ditemukan dua luka bekas tusukan, yakni di bagian
pundak sepanjang 2x1 sentimeter dan di bagian punggung sepanjang 3x1 sentimeter.
“Satu luka tembus ke paru-paru korban kemungkinan akibat tusukan pisau. Hal itu
yang menyebabkan korban meninggal dunia, karena dengan menusuk dari bagian
belakang dan mengenai paru-paru,” tuturnya.
Sementara itu, saat ini Kepolisian Sektor Pacet telah memeriksa 9 orang saksi terkait
tewasnya Sopian. Kapolsek Pacet, Pardiyanto mengatakan, dari keterangan saksi yang
diperiksa mengaku mengenal pelaku yang melakukan penyerangan. “Mereka tahu
bahwa yang menyerang itu adalah pelajar dari salah satu sekolah di Cipanas. Akan
tetapi, tidak tahu siapa saja nama pelakunya,” ucapnya saat ditemui di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Cianjur.
Saat ini, polisi masih menyelidiki senjata apa saja yang digunakan oleh pelaku dan
berasal darimana barang tersebut. Selain itu, polisi belum bisa menemukan barang
bukti berupa senjata tajam yang digunakan pelaku untuk menyerang Sopian yang
terjadi di kawasan Cimacan Valley. Melihat kejadian tersebut, dia menduga bahwa
kejadian mengarah pada tawuran antar pelajar. “Kemungkinan memang tawuran
pelajar dengan pelajar. Namun masih kami terus selidiki,” ucapnya.
Tewasnya Sopian belum bisa dipastikan akibat tawuran. Kepala Kepolisian Resor
Cianjur, Asep Guntur Rahayu mengatakan perlu penelusuran lebih lanjut, meskipun
korban tewas akibat serangan gerombolan orang yang diduga adalah pelajar. “itu belum
tentu tawuran meskipun melibatkan para pelajar di dalamnya, belum ada indikasi ke
arah sana (tawuran). Saat ini upaya yang dilakukan harus melalui proses autopsi
terlebih dahulu untuk memastikan penyebab kematian. Kemudian dilakukan
penelusuran saksi-saksi di lapangan oleh polsek setempat. Dari kejadian ini, antisipasi
tawuran di wilayah Cianjur Utara harus dilakukan,” kata dia.**
17Shares
/
Facebook
Twitter
Google+
Email
Copy Link
Identitas korban pembunuhan secara sadis di Villa Rose Wood, Pacet, Cipanas,
Cianjur, Sabtu 29 Desember lalu akhirnya terungkap. Korban bernama Dadang Irawan
(47) dan istrinya, Tini Suprayogi (45). Keduanya tercatat sebagai warga Gang Harapan,
Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur Kota.
Identitas itu terkuak setelah keluarganya melihat tayangan televisi dan membaca koran.
Pihak keluarga pun semakin yakin saat menyaksikan langsung di kamar mayat rumah
sakit.
Pasangan suami istri ini sehari-harinya bekerja sebagai pengusaha konveksi, yang
terbilang sukses dan memunyai dua orang anak.
Hingga saat ini, polisi masih mencari tahu motif di balik pembunuhan pasangan suami
istriini. Namun, dari dugaan sementara, kedua pasangan tersebut dibunuh kawanan
perampok yang dikenal korbannya. Beberapa barang hilang seperti uang tunai, laptop,
telepon genggam, dan juga sebuah mobil.(Mut)
http://news.liputan6.com/read/478027/identitas-korban-pembunuhan-di-villa-cipanas-
terungkap
CIANJUR, (KC).- Teka-teki siapa pelaku pembunuhan sadis yang menewaskan pasangan suami
istri (pasutri) pengusaha konveksi bernama Dadang Irawan dan Tini Suprayogi, warga Jalan Aria
Cikondang Gang Harapan, Kelurahan Sayang Cianjur terungkap sudah. Ternyata pelakunya
adalah orang dekat korban yang selama ini dipercaya membantu urusanya.
Hasil dari rekontruksi yang dilakukan jajaran Polres Cianjur, pelaku M. Ernas, yang masih
keponakan korban melakukan aksi pembunuhan terhadap pasutri pengusaha konveksi itu
sendirian. Ada beberapa tempat yang terungkap disinggahi pelaku sebelum dan sesudah
melakukan aksi kejinya yakni di jalan KH. Abdullah bin Nuh dan Jalan Raya Cipanas. Tanpa bisa
dihindari lokasi rekonstruksi pembunuhan tersebut menjadi pusat perhatian pengguna jalan hingga
mengakibatkan kemacetan beberapa saat.
Dalam reka ulang tersebut pelaku M. Ernas membeli tiga buah kelapa muda disalah satu pedagang
kelapa di bilangan jalan KH. Abdullah bin Nuh. Untuk menghilangkan jejaknya pelaku bahkan
sempat singgah di Pos Polisi 55 Cipanas. Dalam melakukan aksinya pelaku terbilang cukup rapi,
sehingga pihak kepolisian sempat mengalami kesulitan dalam mengungkapnya.
Semua itu berawal saat pelaku M. Ernas bersama korban Dadang Irawan dan istrinya masuk
keruangan tamu di villa yang disewa korban. Pelaku menyiapkan tiga kelapa muda yang
dibawanya di meja minibar untuk keperluan ritual penggandaan uang. Hanya saja saat korban
tengah berada didalam kamar untuk shalat, pelaku menjalankan aksinya menghantam kepala
korban bagian belakang dengan menggunakan asbak kristal saat korban sedang duduk diatas
sajadah.
Setelah berhasil menghabisi korban Dadang, pelaku kemudian menghampiri istri korban di kamar
berbeda. Saat itu korban Tini Suprayogi tengah tidur diatas sajadah. Melihat itu pelaku langsung
membekap korban dan menyayat leher korban berkali-kali. Setelah berhasil menghabisi kedua
korban, pelaku langsung kabur membawa mobil korban dan uang senilai Rp 130 juta serta identitas
korban.
Namun pribahasa sepandai-pandai tupai melumpat akhirnya jatuh juga, sepertinya tepat diarahkan
kepada pelaku. Berkat kegigihan pihak aparat kepolisian, akhirnya pelaku pembunuhan terhadap
pasutri pengusaha konveksi itu terungkap juga. Pelakunya ternyata orang dekat korban yang masih
keponakan sendiri.
Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heryanto mengungkapkan, atas perbuatan pelaku yang
menghabisi pasutri dengan sadis dan berencana itu, pelaku akan dijerat dengan KUH Pidana pasal
340. "Pelaku terancam hukuman minimal 20 tahun dan maksimal hukuman mati," tegasnya (KC-
02)**. http://www.kabarcianjur.com/2013/02/pelaku-pembunuhan-sadis-pengusaha.html
Kedua korban adalah pasangan suami isteri yang sehari-hari dikenal sebagai
pengusaha konveksi, bernama Dadang Irawan dan Tini Suprayogi, warga Jalan Aria
Cikondang Gang Harapan, Kelurahan Sayang Cianjur.
"Korban meninggalkan rumah sejak Jumat (28/12). Sampai kami mendapat kabar
ada pasangan suami istri korban pembunuhan, kami tidak tahu persis kemana
keduanya pergi," kata Awang (30) salah seorang kerabat korban, Selasa.
Sementara itu, hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian
terkait terungkapnya identitas korban pembunuhan itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua sosok mayat tidak dikenal berjenis kelamin
lelaki dan perempuan ditemukan tewas di sebuah vila di Kampung Padarincang,
Desa Palasari, Kecamatan Cipanas (29/12).
Hingga saat ini, aparat berwajib, masih melakukan penyelidikan terhadap kasus
yang menewaskan pasangan suami istri pengusaha konveksi tersebut.
(KR-FKR/Y003)
Editor: Ruslan Burhani
http://www.antaranews.com/berita/351086/identitas-mayat-pria-dan-wanita-terungkap-di-cianjur