Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan yang ditemukan dalam praktik pembelajaraan seni rupa di sekolah-
sekolah yang berada jauh dari perkotaan adalah terkait ketersediaan sarana dan
prasarana. Kurangnya sarana dan prasarana untuk berekspresi diri melalui berkreasi seni
rupa menjadikan peserta didik pasif dalam berkarya. Ketika peserta didik pasif dalam
berkreasi dan apresiasi seni rupa maka tujuan pembelajaran seni rupa akan terhambat.
Hal semacam ini biasa terjadi di sekolah-sekolah jauh dari tempat yang menyediakan
atau menjual peralatan dan bahan untuk berkarya seni lukis. Keterbatasan tersebut
terkadang menjadikan guru enggan untuk melakukan praktik berkarya seni rupa yang
variatif dan inovatif, sehingga pembelajaran seni lukis hanya dilakukan di dalam kelas
pada sebidang kertas. Kegiatan ini menjadikan anak jenuh dalam menggambar.
Setiap anak membutuhkan ruang berkreasi untuk mengembangkan daya
kreatifitasnya, salah satu di antaranya adalah ruang yang bebas dan tidak monoton untuk
dieksplorasi. Hampir di setiap sekolah pada umumnya dapat dijumpai coretan-coretan
anak baik berupa tulisan ataupun gambar. Hampir di satu kelas baik pada meja, bangku,
dan dinding sekolah pasti dapat ditemukan corat-coret objek gambar atau tulisan anak.
Gambar atau tulisan yang dapat di jumpai tidak teratur dan terkesan mengotori keindahan
bangunan atau perabot. Hal ini tentu menjadi masalah bagi sekolah-sekolah, karena
menggangu kebersihan dan keindahan sekolah. Di lain sisi dalam kasus ini anak juga
ingin dirinya tampil eksis dengan hasil karyanya untuk diakui dan menjadi kebanggaan
diri, hanya saja cara dan tempatnya tidak tepat.
Guru seni budaya, harus mampu berperan dalam pemecahan masalah ini, melalui
inovasi pembelajaran berupa kegiatan kreatif anak dapat diarahkan untuk berkarya secara
produktif dan terarah. Dalam pembelajaran seni budaya pada aspek seni rupa khusunya
dapat menjadi salah satu solusi bagi pemecahan permasalahan ini. Hasrat keinginan anak
untuk berekspresi dan ingin diapresiasi dapat disalurkan melalui kegiatan melukis mural,
karena kegiatan tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran seni budaya materi seni
lukis. Sehingga kegiatan pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan bagi anak
untuk bebas berkreasi, dan berkreatifitas pada tempat yang tepat. Ruang yang tepat untuk

1
anak berkreasi dan diapresiasi. Selain itu kegiatan mural dapat untuk memperindah
dinding-dinding sekolah dari yang sebelumnya polos tanpa gambar.
Adapun temuan masalah terkait identifikasi isu yang berada di unit kerja (SMPN 2
Sukaresmi) adalah sebagai berikut :
a) Masih kurangnya media pembelajaran seni lukis.
b) Belum adanya konsep pembelajaran seni lukis di luar kelas.
c) Belum tersedianya ruang untuk berkespresi dan apresiasi karya seni lukis bagi
siswa.
d) Masih rendahnya apresiasi siswa terhadap karya seni lukis.
e) Siswa mencoret-coret dan menggambar di dinding dengan tidak teratur sehingga
mengotori dinding sekolah
Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) berkewajiban melaksanakan tugasnya dengan
baik dan penuh tanggung jawab. Setiap ASN merupakan pelayan publik yang senantiasa
berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat selalu menginginkan pelayanan penuh
profesionalisme dan integritas dari ASN. Sebagai pelayan publik, ASN wajib
melaksanakan nilai-nilai dasar ASN yaitu; Akuntabilias, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Guru sebagai ASN harus mampu
memecahkan dan mengurai berbagai kendala dan permasalahan yang ada di unit kerjanya
masing-masing dengan cara yang efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis melaksanakan kegiatan aktualisasi nilai-
nilai profesi ASN dengan isu utama yaitu “Belum Tersedianya Ruang Untuk
Berekspresi dan Apresiasi Seni Lukis Bagi Peserta Didik Di SMPN 2 Sukaresmi”.
Dengan permasalahan tersebut penulis melakukan gagasan pemecahan isu melalui
kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN, yaitu, “Mural sebagai ruang berekspresi dan
berapresiasi seni lukis siswa SMPN 2 Sukaresmi melalui pembelajaran materi seni
lukis”.

1.2. Tujuan
Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN dalam menjalankan tugas profesi guru
meliputi, Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti Korupsi
(ANEKA) di SMPN 2 Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang.

2
1.3. Gambaran Umum Unit Kerja
SMPN 2 Sukaresmi didirikan berdasarkan Surat Keputusan beralamat di Jalan
Cibungur-Patia Km.04 , Desa Kubangkampil, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Pandeglang, Banten. Letak geografis SMPN 2 Sukaresmi berada pada dataran rendah,
berdekatan dengan lingkungan pemukiman masyarakat dan area persawahan/perkebunan.
SMPN 2 Sukaresmi memiliki 3 tingkat kelas, yang terdiri dari 3 rombongan belajar
pada kelas VII, VIII dan IX. Jumlah siswa SMPN 2 Sukaresmi sebanyak 285 siswa.
Tenaga pendidik berjumlah 16 orang dan tenaga kependidikan berjumlah 3 orang.

1.4. Visi, Misi, dan Nilai Organisasi


1) Visi SMPN 2 Sukresmi:
Menciptakan generasi yang berakhlak mulia, cerdas, mandiri, dan berwawasan
lingkungan yang berlandaskan iman dan taqwa

2) Misi Sekolah SMPN 2 Sukresmi:


1) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan
2) agama agar seluruh warga sekolah memiliki integritas dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.
3) Mengondisikan warga sekolah untukdisiplin dan berbudi pekerti luhur melalui
keteladanan sikap serta tindakan.
4) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
5) Menumbuhkan semangat untuk berprestasi danmpantangmmenyerah bagi seluruh
warga sekolah.
6) Mewujudkan lingkungan Sekolah Ramah Anak(SRA) sehingga anak nyaman di
lingkungan sekolah
7) Mengembangkan literasi agar anak memiliki wawasan luas sehingga tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri.
8) Mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada mata pelajaran muatan
lokal dan ekstra kurikuler.
9) Mewujudkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

3
3) Nilai Organisasi
Nilai Organiasasi yang dimiliki oleh SMPN 2 Sukaresmi meliputi: Profesionalisme,
akhlak mulia, cerdas, kemandirian, berwawasan lingkungan, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

1.5. Tupoksi, dan Uraian Tugas


Tupoksi dan uraian tugas guru berdasarkan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018
adalah sebagai berikut:
1) Tugas utama guru
Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
2) Kewajiban guru
Kewajiban guru dalam melaksanakan tugas adalah sebagai berikut:
a) merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan
yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan, serta
melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan;
b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni;
c) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai agama dan etika; dan
e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Rincian kegiatan guru mata pelajaran
a) menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan.
b) menyusun silabus pembelajaran.
c) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
d) melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e) menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran.

4
f) menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang
diampunya.
g) menganalisis hasil penilaian pembelajaran.
h) melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi.
i) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat
sekolah dan Nasional.
j) Membimbing guru pemula dalam program induksi
k) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran.
l) Melaksanakan pengembangan diri
m) Melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n) Membuat karya inovatif.

5
1.6 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI SMPN 2 SUKARESMI

KEPALA SEKOLAH KETUA KOMITE

Hj.Siti Rokhmah, M.Pd. Sukarja

SATAF TATA USAHA PENGELOLA KEUANGAN WAKASEK UMUM


Yani Ahmad Yani, A.Md. Uju Juaeni, S.Ag.
Ikhsan, S.Pd.

SARPRAS HUMAS WAKASEK KURIKULUM WAKASEK KESISWAAN

Yani Ahmad Yani, A.Md. M.Syahroni,S.H Bambang Kodratullah,S.Ag. Hibar Firdaus, M.Pd

PUSTAKAWAN GURU BK WALI KELAS GURU MATA PELAJARAN PEMBINA OSIS

1. Hibar Firdaus, M.Pd. Manggar G.B.W,S.Pd

2. Manggar G.B.W, S.Pd.

3. M.Syahroni, S.H.

4. A.Dahlani, S.Pd.

5. Hidayatullah, S.Pdi.

6. Moch.Safei, S.Pd.

7. Andis Sutiadi, S.Pd.

8. Siti Yuliana, S.Pd.

9. Lilis, S.Pd.
PESERTA DIDIK
10. Ridaturrohmah, S.Pd.

11. Johan Saputra, S.Pd.

12. Intan Nivianti, S.Pd.

6
BAB II
NILAI-NILAI DASAR PNS

2.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level atau
unit organisasi sebagai kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban yang
harus dicapai.sebagai PNS kita dituntut tidak hanya memiliki sifat kepemimpinan,
komitmen, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan, cermat dan konsistensi. Nilai-nilai dasar akuntabilitas adalah
sebagai berikut:
1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan
mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan
contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja
yang baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga dengan
adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.
2) Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi sebagai berikut:
a) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal
dan eksternal
b) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi
dalam pengambilan keputusan
c) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
d) Meningkatkanvkepercayaan dan keyakinankepada pimpinan secara keseluruhan.
3) Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi
dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan
kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.

7
4) Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban
bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan
yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan
yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas perorangan dan
responsibilitas institusi.
Responsibiltas Perseorangan
a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yang
telah dilakukan
b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
d) Responsibilitas Institusi
e) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
f) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan
g) Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan
kompetensinya
h) Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan fungsinya untuk
melindungi sumber daya organisasi
5) Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu,
ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang
akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan
lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan
kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga

8
memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan.
Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai
dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8) Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan
wewenang dan tanggungjawabnya, mereka harus memiliki gambaran yang jelas
tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus
utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab,
misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
9) Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah
kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya
lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas
anggota organisasi.

2.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan hal mendasar yang harus menjiwai ASN. Bahkan tidak
hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi
pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam
Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya. Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap
seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan
seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia, diharapkan seluruh
pegawai ASN mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada setiap kebijakan yang

9
diambil serta dijiwai semangat Bhineka Tunggal Ika sebagai ruhnya. Dalam UU No. 5
tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik.
Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani
publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional.
ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan yang menjadi landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan. 7 Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan
sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di
bidang perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai pelayan
publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang
prima. Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki integritas
tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etik perilaku yang telah diatur
dalam Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada
pilihan-pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas dengan
dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pengamalan Pancasila.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Dalam arti luas,
nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan
negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila merupakan
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Nasionalisme Pancasila bagi ASN:
a. Nilai-nilai Sila Pancasila ke-I
Jujur dan mempunyai integritas, hormat pada hak orang lain, hormat pada aturan &
hukum masyarakat, memiliki etika, tidak korupsi, sabar, berjiwa besar, dan
berprasangka baik.
b. Nilai-nilai Sila Pancasila ke-II
Toleran, tidak semena-mena, sopan,saling tolong menolong
c. Nilai-nilai Sila Pancasila ke-III
Rukun dan damai, menjaga keutuhan bangsa, menjunjung tinggi kehormatan bangsa
dan negara.
d. Nilai-nilai Sila Pancasila ke-IV
Mau mendengar pendapat orang lain, sportif, mematuhi undang-undang yang berlaku,
bertanggung jawab, tolong menolong, dan tidak anarkis.

10
e. Nilai-nilai Sila Pancasila ke-V
Tidak serakah, tepat waktu, mau bekerja keras, dan saling membantu.

2.3. Etika Publik


Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi
yang adil. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik.
Berdasarkan UU ASN , kode etik dan kode perilaku ASN adalah :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas.
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan.
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif
dan efisien.
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan
jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.

11
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-undang ASN,
memiliki indikator sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir.

2.4. Komitmen Mutu


Komitmen Mutu LAN RI menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama dalam
menjamin mutu yang baik yaitu efektivitas, efesien dan inovasi. Dasar yang digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Inovasi muncul karena adanya dorongan
kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI menyatakan bahwa proses inovasi dapat
terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat
revolusioner). 9 Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk
memenangkan persaingan. Sebagaimana terkait dengan karakteriktik utama tersebut,
setidaknya empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:

12
1) Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya
diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat
diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4) Berorientasi pada Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, 10 bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi
dan menjaga kredibilitas institusi

2.5. Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.

13
(Widita, 2015). Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan
serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih
sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan
sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3) Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Pribadi 12 yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan
dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan
yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi
kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya
akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,

14
negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya
demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya
pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya
dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang
menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar 13
harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu
memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia
tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari
apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

15
BAB III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

3.1 Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

3.1.1 Kedudukan ASN


Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas :
1) Pegawai Negri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK)
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa
tidak semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun
dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan budaya kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi di
kalangan birokrasi yang berbasis pada kinerja.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari

16
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi
dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran,
dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan
karier pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu
pejabat karier tertinggi.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting,
mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadi adanya isu
putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.

3.1.2 Peran ASN


Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publc; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya pegawai ASN bertugas :
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
2) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.

17
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap
warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi
martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya).

3.1.3 Hak dan kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat
diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut
PNS berhak memperoleh :
1) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) Cuti;
3) Jaminan pension dan jaminan hari tua;
4) Perlindungan; dan
5) Pengembangan kompetensi.
Sedangkan PPPK berhak memperoleh :
1) Gaji dan tunjangan;
2) Cuti;
3) Perlindungan; dan
4) Pengembangan kompetensi.

18
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN
disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
1) Jaminan kesehatan;
2) Jaminan kecelakaan kerja;
3) Jaminan kematian;
4) Bantuan hokum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.1.4 Kode etik dan kode perilaku ASN


Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode
etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan
perilaku agar Pegawai ASN:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

19
5) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
6) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dan kode
perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Fungsi tersebut, antara lain:
1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik/aparatur
sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya
Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan kepentingan publik
di atas kepentingan priabdi, kelompok dan organisasinya. Etika diarahkan pada
kebijakan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas

3.2 Whole of Government


3.2.1 Pengertian Whole of Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan pembangunan

20
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negara-
negara Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru. Di Inggris,
misalnya, ide WoG dalam mengintegrasikan sektorsektor ke dalam satu cara pandang
dan sistem sudah dimulai sejak pemerintahan Partai Buruhnya Tony Blair pada tahun
1990-an dengan gerakan modernisasi program pemerintahan, dikenal dengan istilah
„joined-up government‟ (Bissessar, 2009; Christensen & L\a egreid, 2006). Di
Australia, WoG dimotori oleh Australian Publik Service (APS) dalam laporannya
berjudul Connecting Government: Whole of Government Responses to Australia's
Priority Challenges pada tahun 2015. Namun demikian WoG bukanlah sesuatu yang
baru di Australia. Fokus pendekatan pada kebijakan. pembangunan dan pemberian
layanan publik. Sementara di Selandia Baru WoG juga dikembangkan melalui antara
lain integrasi akunting pemerintahan, pengadaan barang dan jasa, ICT, serta sektor-
sektor lainnya.
Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian dari respon
terhadap ilusi paradigma New Publik Management (NPM) yang banyak menekankan
aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego sektoral dibandingkan perspektif
integrasi sektor.
Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai
koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari
adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG
sering kali dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami
koordinasi antar sektor. Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes publik service agencies working across portfolio boundaries to
achieve a shared goal and an integrated government response to particular
issues. Approaches can be formal and informal. They can focus on policy
development, program management and service delivery” (Shergold & others,
2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana
instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus

21
Australia berfokus pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program
dan pemberian layanan.
Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang menekankan
aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini
terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal. Definisi lain yang juga mempunyai
kesamaan fitur dari United States Institute of Peace (USIP) menjelaskannya sebagai
berikut:
“An approach that integrates the collaborative efforts of the departments and
agencies of a government to achieve unity of effort toward a shared goal.
Also known as interagency approach. The terms unity of effort and unity of
purpose are sometimes used to describe cooperation among all actors,
government and otherwise” (“Whole-of-government approach | Glossary of
Terms for Conflict Management and Peacebuilding,” n.d.).
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG
juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan
sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan
pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada
kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat
diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-
prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup
keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting
policymaking, joined-up government, concerned decision making, policy coordination
atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep
tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik
secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi
yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula
perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya
penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi
lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses

22
kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-
sektor tertentu saja yang dipandang relevan.

3.2.2 Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi


Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar Lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, span of
control atau rentang kendali yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang
rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara melakukan
WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan setingkat
lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikannya.
3) Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di
luar struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi
tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi tadi.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini. Di Australia dalam masa pemerintahan Howard melakukan hal ini
dengan mendorong inisiatif koalisi sosial antar aktor pemerintah, bisnis dan
kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini mendorong adanya penyamaan nilai dan
persepsi tentang suatu hal, sehingga pada akhirnya akan terjadi koordinasi
alamiah.

23
Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal
yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah:
1) Pelayanan yang bersifat administratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP,
status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas
barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek, ijin usaha,
akta, kartu tanda penduduk, sertifikat tanah, dan lain sebagainya. Praktek WoG
dalam jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam praktek-praktek penyatuan
penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti PTSP atau kantor SAMSAT.
2) Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan
lainnya.
3) Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan seterusnya.
4) Pelayanan regulative
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan,
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan juga dalam 5


(lima) macam pola pelayanan yang masing-masing diuaraikan sebagaimana berikut
ini.
1) Pola pelayanan teknis fungsional
Suatu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah
sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya. Pada pola pertama ini
pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan sektoral, yang bisa jadi sifatnya
hanya relevan dengan sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG
dapat dilakukan manakala pola pelayanan publik ini mempunyai karakter yang
sama atau memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.

24
2) Pola pelayanan satu atap
Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang
bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing. Pola ini memudahkan
masyarakat penguna izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun belum
mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
3) Pola pelayanan satu pintu
Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh
suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja
pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk
kelembagaan WoG yang lebih utuh, di mana pelayanan publik disatukan dalam
satu unit pelayanan saja, dan rantai izin sudah dipangkas menjadi 1 (satu) saja.
4) Pola pelayanan terpusat
Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang
bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang
terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan. Pola ini mirip
dengan pelayanan satu atap dan pelayanan satu pintu. Perbedaannya tergantung
pada sejauh mana kewenangan koordinasi yang diberikan kepada koordinator
5) Pola pelayanan elektronik
Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang
bersifat elekronik atau on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan
dan kapasitas masyarakat pengguna.

3.3 Pelayanan Publik


3.3.1 Konsep pelayanan publik
1) Pengertian pelayanan publik
Untuk menyegarkan pengetahuan peserta mengenai pengertian pelayanan dan
pelayanan publik, modul ini menguraikan secara singkat beberapa pengertian
pelayanan publik yang dikutip dari para ahli dan Pemerintah. Pelayanan publik
adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
(Lembaga Administrasi Negara: 1998).

25
Sementara Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa: Pelayanan
publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu
yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan
keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan
jasa (Pengembangan Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
2004).Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Siklus pelayanan itu sendiri menurut A. Imanto, 2002, adalah “Sebuah
rangkaian peristiwa yang dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima
layanan yang diberikan Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada saat
konsumen mengadakan kontak pertama kali dengan service delivery system dan
dilanjutkan dengan kontak-kontak berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut
diberikan”.
Beberapa definisi lain dari pelayanan publik yang banyak digunakan dalam
adalah:
a) Lovelock, Christoper H, 1991:7, mengatakan bahwa ”service adalah produk
yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami”
Artinya service merupakan produk yang tidak ada wujud atau bentuknya
sehingga tidak ada bentuk yang dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau
tidak tahan lama, tetapi dialami dan dapat dirasakan oleh penerima layanan.
b) Davit Mc Kevitt; dalam bukunya Managing Core Publik Services (1998),
membahas secara spesifik mengenai inti pelayanan publik yang menjadi tugas
pemerintah dan pemerintah daerah, menyatakan bahwa “Core Publik Services
maybe defined as those sevices which are important for the protection and
promotion of citizen well-being, but are in are as where the market is in
capable of reaching or even approaching a sosially optimal state; heatlh,
education, welfare and security provide the most obvious best know example”.
Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang diuraikan tersebut, maka
pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani

26
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima
pelayanan.
Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik,
yaitu unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur
kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang
diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).

2) Jenis barang/ jasa


Selain dengan pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas, para ahli
menggunakan pendekatan cara individu mengkonsumsi barang/jasa yang mereka
butuhkan dan implikasinya pada individu yang lain dalam membedakan mana yang
disebut sebagai barang/jasa publik dan barang/jasa privat.
Menurut para ahli tersebut, barang/jasa publik adalah barang/jasa yang
memiliki rivalry (rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Rivalitas yang rendah maknanya adalah barang/jasa tertentu yang telah dikonsumsi
(digunakan) oleh seorang individu tidak akan habis dan masih akan dapat
digunakan oleh individu yang lain; tanpa mengurangi manfaat dari barang/jasa
tersebut serta kepuasan individu yang menggunakannya kemudian. Sedangkan
ekskludabilitas yang rendah maknanya, produsen atau “pemilik” barang/jasa
tersebut sulit untuk melakukan upaya guna mencegah banyak orang untuk dapat
menikmati barang/jasa yang dihasilkannya, sebab biaya untuk mencegah individu-
individu lain tidak dapat menikmati barang/jasa yang mereka hasilkan jauh lebih
mahal dibanding keuntungan yang akan mereka peroleh. Jika ada barang/jasa yang
memenuhi dua karakteristik tersebut maka kemudian disebut sebagai barang/jasa
publik. Dengan kata lain, barang/jasa publik dapat dikonsumsi secara bersama-
sama (joint consumption). Kebalikannya, barang/jasa yang memiliki ciri-ciri
tingkat ekskludabilitas dan rivalitas yang tinggi maka barang/jasa tersebut
dimasukan dalam kategori sebagai barang/jasa privat. Cara konsumsi yang
demikian disebut sebagai individual consumption.
Diantara dua jenis barang/jasa tersebut, ada barang/jasa yang kita sebuat
sebagai barang/jasa semi privat, yaitu barang/jasa yang memiliki karakter tingkat
ekskludabilitas tinggi tetapi rivalitasnya rendah. Sedang barang/jasa yang

27
ekskludabilitasnya rendah tapi rivalitasnya tinggi kita sebut sebagai barang/jasa
semi publik.
Para ahli lain juga mengatakan bahwa suatu barang/jasa dapat disebut sebagai
barang/jasa publik ketika, karena kepentingan strategis di masa yang akan datang,
negara memutuskan suatu jenis barang/jasa tertentu sebagai barang/jasa publik.
Dengan demikian, meskipun menurut berbagai klasifikasi sebagaimana telah di
paparkan di depan suatu barang/jasa termasuk sebagai kategori barang/jasa privat,
barang/jasa tersebut bisa menjadi barang/jasa publik ketika keputusan politik
mengubahnya. Contohnya, pendidikan di masa lalu dianggap sebagai barang privat
sehingga setiap individu harus memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan dengan
biaya sendiri dari penyelenggara pelayanan pendidikan, baik swasta maupun
pemerintah. Namun demikian, seiring berjalannya waktu pemerintah mengganggap
pendidikan sebagai hal yang penting untuk masa depan pembangunan bangsa
sehingga diputuskan bahwa pendidikan dijadikan sebagai barang publik dengan
memberikan subsidi terhadap biaya yang harus dibayar individu untuk memperoleh
layanan pendidikan, bahkan pemerintah membebaskan biaya pelayanan pendidikan
untuk jenjang pendidikan dasar sampai menengah melalui Program Wajib Belajar
(WAJAR) sembilan tahun.
Contoh lain dari pergeseran barang privat menjadi barang publik adalah
keterbukaan informasi. Informasi terkait kepemilikan kekayaaan pribadi pada
mulanya merupakan hal pribadi yang tidak perlu diketahui oleh banyak pihak,
namun kondisi menjadi perubahan apabila pribadi seseorang mengalami
pergeseran posisi, dari seorang pegawai biasa, pengusaha, bahkan rakyat jelata,
ketika yang bersangkutan bergeser posisi menjadi pejabat negara, maka informasi
harta kekayaan menjadi kewajiban untk dilaporkan bahkan dipublikasikan ke
masyarakat umum. Disisi lain terdapat pula kasus informasi publik yang menjadi
ranah pribadi (dianggap informasi pribadi), seperti misalnya informasi terkait
perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan (pelayanan), atau
informasi terkait adanya lowongan beapeserta didik, yang seharusnya
terinformasikan ke publik tetapi hanya disimpan sendiri. Kasus yang terakhir
merupakan pergeseran antara publik ke privat namun tidak dapat dibenarkan.

28
3) Pelayanan publik dari sederhana menjadi kompleks
Sebagaimana telah Saudara pelajari pada Kegiatan Belajar sebelumnya,
adanya fenomena barang publik menuntut kehadiran negara untuk menyediakan
berbagai barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Negara dalam hal ini juga
bisa dipahami sebagai aksi kolektif, ketika seluruh warga negara, baik secara
langsung maupun melalui wakil mereka yang duduk di kursi parlemen, mencari
solusi atas kegagalan upaya individual dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa
yang mereka butuhkan.

3.3.2 Prinsip-prinsip pelayanan publik


1) Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
2) Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara
untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesarbesarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak
puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah;
3) Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi
juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat,
birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai agen;
4) Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar
perbedaan identitas warga negara, seperti: status sosial, pandangan politik,

29
enisitas, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan
sejenisnya;
5) Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh ayanan yang
mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai
persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara. Hal ini perlu
ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi
mandat konstitusi;
6) Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan
mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;
7) Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan
lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
8) Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui
pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu semua bentuk penyelenggaraan
pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara vertikal) akan
tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun elektronik.

30
Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai sosial
accountability.
9) Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi
warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.
Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang
kuat.

31
BAB IV
AKTUALISASI

4.1 Rancangan Aktualisasi


4.1.1. Identifikasi Isu
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Ayat tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Setiap anak membutuhkan ruang berkreasi untuk mengembangkan daya
kreatifitasnya, salah satu di antara bentuk kreatifitas anak adalah menggambar atau
melukis. Hampir di setiap sekolah pada umumnya dapat dijumpai coretan-coretan anak
baik berupa tulisan ataupun gambar. Hampir di satu kelas baik pada meja, bangku, dan
dinding sekolah pasti dapat ditemukan corat-coret objek gambar atau tulisan anak.
Gambar atau tulisan yang dapat di jumpai tidak teratur dan terkesan mengotori
keindahan bangunan atau perabot. Hal ini tentu menjadi masalah bagi sekolah-sekolah,
karena menggangu kebersihan dan keindahan sekolah. Di lain sisi dalam kasus ini anak
juga ingin dirinya tampil eksis dengan hasil karyanya untuk diakui dan menjadi
kebanggaan diri, hanya saja cara dan tempatnya tidak tepat.
Guru seni budaya, harus mampu berperan dalam pemecahan masalah ini, melalui
inovasi pembelajaran berupa kegiatan kreatif anak dapat diarahkan untuk berkarya
secara produktif dan terarah. Dalam pembelajaran seni budaya pada aspek seni rupa
khusunya dapat menjadi jalan solusi bagi pemecahan permasalahan ini. Hasrat
keinginan anak untuk berekspresi dan ingin diapresiasi tentu dapat disalurkan melalui
kegiatan melukis, karena kegiatan tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran seni
budaya materi seni lukis. Sehingga kegiatan pembelajaran tersebut dapat memberikan
kesempatan bagi anak untuk bebas berkreasi, dan berkreatifitas pada tempat yang tepat.
Ruang yang tepat untuk digunakan untuk peserta didik di sekolah adalah dinding-
dinding sekolah. Selain dapat dijadikan ruang lukis peserta didik, hasil karya dapat
memperindah dinding-dinding sekolah dari yang sebelumnya polos tanpa gambar.
Adapun temuan masalah terkait identifikasi isu yang berada di unit kerja (SMPN 2
Sukaresmi) adalah sebagai berikut :

32
f) Masih kurangnya media pembelajaran seni lukis.
g) Belum adanya konsep pembelajaran seni lukis di luar kelas.
h) Belum tersedianya ruang untuk berkespresi dan apresiasi karya seni lukis bagi
siswa.
i) Masih rendahnya apresiasi siswa terhadap karya seni lukis.
j) Siswa mencoret-coret dan menggambar di dinding dengan tidak teratur sehingga
mengotori dinding sekolah

4.1.2. Isu Yang Diangkat


Berdasarkan identifikasi masalah, isu yang di angkat adalah “Belum tersedianya
ruang untuk berekspresi dan apresiasi seni lukis bagi peserta didik di SMPN 2
Sukaresmi”.

4.1.3. Kegiatan Pemecahan Isu


Unit Kerja : SMPN 2 Sukaresmi
Identifikasi Isu :
a) Masih kurangnya media pembelajaran seni lukis.
b) Belum adanya konsep pembelajaran seni lukis di luar kelas.
c) Belum tersedianya ruang untuk berkespresi dan apresiasi seni lukis bagi siswa.
d) Masih rendahnya apresiasi siswa terhadap karya seni lukis.
e) Siswa mencoret-coret dan menggambar di dinding dengan tidak teratur
sehingga mengotori dinding sekolah
Isu yang Diangkat :
Berdasarkan identifikasi isu, maka dilakukan penetapan isu yang diangkat
menggunakan metode analisis USG (Urgency, Seriousness, and Growth) . Adapun
metode penentuan isu yang di angkat adalah sebagai berikut :
Isu
No. Isu / Masalah Urgency Seriousness Growth Total
Terpilih
1. Masih kurangnya variasi
media pembelajaran seni 4 4 4 12 -
lukis.
2. Belum adanya konsep
pembelajaran seni lukis di 4 4 4 12 -
luar kelas.

33
Isu
No. Isu / Masalah Urgency Seriousness Growth Total
Terpilih
3. Belum tersedianya ruang
untuk berekspresi dan
apresiasi seni lukis bagi 5 5 5 15 √
peserta didik di SMPN 2
Sukaresmi
4. Masih rendahnya apresiasi
siswa terhadap karya seni 4 4 5 13 -
lukis
5. Siswa mencoret-coret dan
menggambar di dinding
dengan tidak teratur 4 5 4 13 -
sehingga mengotori dinding
sekolah.
Pedoman Penskoran
Skor Kriteria
5 Sangat besar tingkat urgensi/ keseriusan / perkembangannya
4 Besar tingkat urgensi/ keseriusan / perkembangannya
3 Sedang tingkat urgensi/ keseriusan / perkembangannya
2 Kecil besar tingkat urgensi/ keseriusan / perkembangannya
1 Sangat kecil tingkat urgensi/ keseriusan / perkembangannya

Gagasan Pemecahan Isu :


Mural sebagai ruang berekspresi dan berapresiasi seni lukis siswa SMPN 2 Sukaresmi
melalui pembelajaran materi seni lukis.

34
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
1. Merancang 1) Mencari referensi 1) Referensi 1) Komitmen Mutu : Aktualisasi nilai Kegiatan 1
gagasan kegiatan pembelajaran seni lukis. pembelajaran Berorientasi mutu dasar ANEKA memberikan
pembelajaran seni seni lukis untuk memberikan penguatan nilai
organisasi:
lukis yang peserta didik. konstribusi
Profesionalitas dan
inovatif. terhadap visi misi integritas
organisasi, yaitu
menjadikan
warga sekolah
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
2) Menetapkan kegiatan 1) Gagasan 1) Komitmen Mutu : Aktualisasi nilai
pembelajaran seni lukis pembelajaran Inovasi, efektif, dan dasar ANEKA
untuk peserta didik. seni lukis efisien. memberikan
melalui mural. konstribusi
terhadap visi misi
organisasi, yaitu
terlaksananya
pembelajaran dan
bimbingan secara
efektif sehingga
setiap siswa dapat
berkembang secara

35
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
optimal sesuai
dengan potensi
yang dimiliki.
3) Merancang matriks 1) Matriks kegiatan 1) Akuntabilitas : Aktualisasi nilai
kegiatan pembelajaran pembelajaran Kejelasan target. dasar ANEKA
seni lukis. seni lukis mural. 2) Komitmen Mutu: memberikan
Berorientasi mutu konstribusi
terhadap visi misi
organisasi, yaitu
menjadikan
warga sekolah
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
4) Merencanakan anggaran 1) Draft anggaran 1) Akuntabilitas : Aktualisasi nilai
dana kegiatan dana kegiatan. Transparan dasar ANEKA
pembelajaran seni lukis. 2) Anti Korupsi : Jujur memberikan
dan tanggungjawab konstribusi
terhadap visi misi
organisasi, yaitu
menjadikan
warga sekolah
untuk disiplin dan

36
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
berbudi pekerti
luhur melalui
keteladanan sikap
serta tindakan.
2. Koordinasi 1) Melakukan koordinasi 1) Lembar izin 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai Kegiatan 2
Rencana kegiatan mural dengan pelaksanaan dasar ANEKA memberikan
Tanggung Jawab,
Aktualisasi kepala sekolah (mentor) kegiatan berupa khususnya penguatan nilai
Profesional organisasi:
dan wakil kepala sekolah matriks memberikan
Profesionalitas dan
urusan kurikulum. aktualiasasi. 2) Nasionalisme : konstribusi integritas
2) Mendapatkan Musyawarah terhadap visi misi
izin/persetujuan 3) Etika Publik : organisasi, yaitu
tertulis Menghargai, Sopan mengondisikan
penggunaan warga sekolah
santun dan Ramah
ruang kosong untuk disiplin dan
dinding untuk berbudi pekerti
digunakan luhur melalui
sebagai media keteladanan sikap
mural. serta tindakan.
2) Koordinasi dengan guru 1) saran , masukan, 1) Nasionalisme : Aktualisasi nilai
di SMPN 2 Sukaresmi. dan dukungan Gotong royong, dasar ANEKA
pelaksanaan menghargai memberikan
kegiatan pendapat dan konstribusi
pembelajaran kekeluargaan terhadap visi misi
seni lukis organisasi, yaitu
mural. memiliki

37
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
3. Perencanaan 1) Menetukan KI dan KD 1) kesesuaian KI 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai Kegiatan 3
Pembelajaran materi pembelajaran dan KD Kejelasan target dasar ANEKA memberikan
seni lukis pada silabus. terhadap RPP memberikan penguatan nilai
organisasi:
Seni Rupa konstribusi
Profesionalitas dan
materi seni terhadap visi misi integritas
lukis. organisasi, yaitu
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
2) Menentukan indikator 1) Tersusunnya 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai
dan tujuan indikator dan Kejelasan target. dasar ANEKA
pembelajaran. tujuan memberikan
pembelajaran konstribusi
pada RPP Seni terhadap visi misi
Rupa materi organisasi, yaitu
seni lukis. memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-

38
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
masing.
3) Menentukan model 1) Tersusunnya 1) Komitmen Mutu: Aktualisasi nilai
pembelajaran. metode Berorientasi pada dasar ANEKA
pembelajaran mutu. memberikan
pada RPP Seni konstribusi
Rupa materi terhadap visi misi
seni lukis. organisasi, yaitu
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
4) Menentukan alokasi 1) Penjadwalan 1) Nasionalisme : Aktualisasi nilai
waktu pembelajaran pertemuan Disiplin. dasar ANEKA
seni lukis. dalam 2) Komitmen Mutu: memberikan
pembelajaran Berorientasi pada konstribusi
Seni Rupa mutu. terhadap visi misi
sebanyak 2 kali organisasi, yaitu
pertemuan. Mengondisikan
warga sekolah
untuk disiplin dan
professional dalam
menjalankan
tugasnya

39
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
5) Membuat instrumen 1) Tersusunnya 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai
penilaian. Instrumen Transparan, dasar ANEKA
penilaian sikap, tanggungjawab memberikan
pengetahuan konstribusi
dan terhadap visi misi
keterampilan organisasi, yaitu
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.
6) Menyusun Rencana 1) Tersusunnya 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai
Pelaksanaan RPP Seni Rupa Tanggungjawab dasar ANEKA
Pembelajaran (RPP). materi Seni 2) Komitmen Mutu: memberikan
Lukis kelas 9 Berorientasi pada konstribusi
mutu terhadap visi misi
organisasi, yaitu
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.

40
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
7) Mempersiapkan alat, 1) Tersedianya 1) Akuntabilitas : Aktualisasi nilai
bahan dan peralatan, bahan Tanggungjawab, dasar ANEKA
pengkondisian dinding dan media untuk 2) Nasionalisme: memberikan
kegiatan
. Disiplin konstribusi
pembelajaran
seni lukis mural 3) Anti korupsi: terhadap visi misi
Mandiri organisasi, yaitu
4) Pelayanan publik: Mengondisikan
warga sekolah
untuk disiplin dan
professional dalam
menjalankan
tugasnya
4. Pelaksanaan 1) Kegiatan Belajar 1) Presensi 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai Kegiatan 4
Kegiatan Belajar Mengajar 1 : kehadiran Tanggungjawab dasar ANEKA memberikan
Mengajar Seni peserta didik. memberikan penguatan nilai
2) Nasionalisme : organisasi:
Rupa 2) Daftar nama konstribusi
Religius,tidak Profesionalitas dan
kelompok. terhadap visi misi integritas.
diskriminatif,
3) Konsep desain organisasi, yaitu
kerjasama,
mural. menciptakan
menghargai
 Pendahuluan ; 4) Foto generasi yang
pendapat dan
a) Mengucapkan salam dan dokumentasi berakhlak mulia,
musyawarah
berdoa. kegiatan. cerdas,
mufakat, dan adil
b) Mengkondisikan kelas berlandaskan
dan peserta didik. 3) Etika Publik : iman dan taqwa.
c) Melakukan presensi Bertanggung jawab,

41
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
kehadiran peserta didik. taat auturan dan
 Inti ; disiplin.
a) Peserta didik membentuk
4) Komitmen Mutu
kelompok terdiri dari 6
Berorientasi pada
orang.
mutu, efektif dan
b) Guru memfasilitasi
efisen.
peserta didik untuk
berdiskusi materi seni 5) Anti Korupsi:
lukis sesuai sumber Transparan dan tepat
belajar. (Buku Seni waktu
Budaya kelas IX
.
Kurikulum 2013, Bab 1
Seni Lukis).
c) Guru menjelaskan tugas
kelompok terkait
kegiatan mural.
d) ( Setiap kelompok
membuat gambar konsep
desain mural dengan
tema “Generasi
Indonesia Hebat), dan
menyiapkan peralatan
mural).
e) Guru menyetujui gambar
desain mural yang telah

42
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
dibuat oleh peserta didik
untuk disetujui.
 Penutup ;
a) Guru memberikan
simpulan hasil
pembelajaran.
b) Guru memberikan
arahan rencana kegiatan
pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
( Setiap kelompok
diminta menyiapkan alat
dan bahan untuk mural;
kuas, wadah cat, dan
konsep desain)
c) Guru menutup
pembelejaran dengan
berdoa dan salam.

2) Kegiatan Belajar 1) Presensi 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai Kegiatan 4


Mengajar 2 : kehadiran Tanggungjawab dasar ANEKA memberikan
peserta didik. memberikan penguatan nilai
 Pendahuluan ; 2) Nasionalisme : organisasi:
2) Karya Mural konstribusi
a) Mengucapkan salam dan Religius,tidak Profesionalitas dan
peserta didik terhadap visi misi integritas.
berdoa.

43
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
b) Mengkondisikan kelas 3) Foto diskriminatif, organisasi, yaitu
dan peserta didik. dokumentasi kerjasama, mengondisikan
c) Melakukan presensi kegiatan. menghargai warga sekolah
kehadiran peserta didik. pendapat dan untuk disiplin dan
d) Guru memeriksa tugas musyawarah berbudi pekerti
yang diberikan kepada mufakat, dan adil luhur melalui
peserta didik (membawa keteladanan sikap
3) Etika Publik :
peralatan mural dan serta tindakan.
Bertanggung jawab,
konsep desain)
taat aturan dan
 Inti ;
disiplin.
Guru memberikan
pembelajaran melalui 4) Komitmen Mutu
pendekatan saintifik ; Berorientasi pada
a) Mengamati (observing), mutu, efektif dan
- Peserta didik mengamati efisen.
peralatan dan bahan
5) Anti Korupsi:
yang digunakan untuk
Transparan dan tepat
mural.
waktu
- Peserta didik mengamati
demonstrasi guru tentang .
warna primer, sekunder,
dan tersier.
- Peserta didik mengamati
teknik melukis yang
didemonstrasikan oleh

44
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
guru.
b) Menanya (questioning),
- Peserta didik menanya
mengenai fungsi alat dan
bahan mural.
- Peserta didik menanya
teknik percampuran
warna.
- Peserta didik menanya
cara / teknik melukis.
c) Mengumpulkan
informasi/ mencoba
(experimenting)
- Peserta didik mencoba
menggunakan kuas dan
mencampur warna.
- Peserta didik mencoba
membuat karya lukis
(mural) dengan media
dinding sekolah.
e) Menalar atau
mengasosiasi
(associating),
- Peserta didik memahami
teknik melukis.

45
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
- Peserta didik memahami
warna primer, sekunder
dan tersier.
f) Mengkomunikasikan
(communicating).
- Peserta didik
mengkomunikasian hasil
karya mural dengan
deskripsi karya.
Sehingga makna lukisan
dapat diterjemahkan
/dipahami.
 Penutup ;
a) Guru memberikan
simpulan terhadap
pembelajaran yang
berlangsung.
b) Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa dan salam.

46
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
5. Evaluasi Kegiatan 1) Melalukan penilaian 1) Daftar nilai 1) Akuntabilitas : Aktualisasi nilai Kegiatan 5
Pembelajaran hasil karya peserta didik karya seni lukis Tanggungjawab dasar ANEKA memberikan
mural 2) Nasionalisme: memberikan penguatan nilai
organisasi:
Tidak diskriminatif, konstribusi
Profesionalitas dan
tidak memihak dan terhadap visi misi integritas
adil organisasi, yaitu
3) Antikorupsi: mengondisikan
Tranparan warga sekolah
untuk disiplin dan
berbudi pekerti
luhur melalui
keteladanan sikap
serta tindakan.

2) Menilai hasil belajar 1) Daftar nilai 1) Akuntabilitas: Aktualisasi nilai


peserta didik. pembelajaran Tanggungjawab. dasar ANEKA
seni rupa materi 2) Nasionalisme: memberikan
seni lukis. Tidak diskriminatif, konstribusi
tidak memihak dan terhadap visi misi
adil organisasi, yaitu
3) Anti Korupsi: warga sekolah
Transparan memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-

47
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output Hasil terhadap Visi Misi
Mata Pelatihan Nilai Organisasi
Organisasi
masing.
3) Evaluasi pelaksanaan 1).Catatan guru 1) Akuntabilitas Aktualisasi nilai
pembelajaran seni lukis. terhadap Tanggungjawab dasar ANEKA
evaluasi 2) Komitmen Mutu: memberikan
pembelajaran. Berorientasi mutu konstribusi
terhadap visi misi
organisasi, yaitu
warga sekolah
memiliki
integritas dalam
melaksanakan
tugasnya masing-
masing.

48
4.2. Capaian Aktualisasi
4.2.1. Deskripsi core issue dan strategi penyelesaiannya dengan persetujuan atasan.
Sering ditemukannya coretan siswa berupa gambar dan tulisan pada dinding sekolah,
karena belum tersedianya ruang untuk berekspresi dan apresiasi seni lukis bagi peserta
didik. Sehingga perlu adanya kegiatan pembelajaran yang memberikan ruang untuk
berekspresi dan apresiasi seni lukis bagi siswa SMPN 2 Sukaresmi.
Berdasrkan permasalahan yang ada di unit kerja, Kepala Sekolah memberikan
persetujuan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN sebagai bentuk strategi
penyelesaian masalah tersebut.

4.2.2. Hasil pelaksanaan aktualisasi berdasarkan kegiatan pemecahan/penyelesaian isu


Berdasarkan hasil aktualisasi yang telah dilaksanakan sejak tanggal 5 Agustus
2019 s/d 6 September 2019 di SMP Negeri 2 Sukaresmi terdiri dari 5 kegiatan, yaitu.
Setiap kegiatan akan dideskripsikan berdasarkan muatan nilai-nilai dasar PNS yang
relevan sesuai dengan indikator. Kegiatan aktualisasi dilaksanakan dengan tahapan
sebagai berikut:

Kegiatan 1. Merancang Gagasan Kegiatan Pembelajaran Seni Lukis Yang Inovatif.


Kegiatan merancang gagasan kegiatan pembelajaran seni lukis yang inovatif
dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2019, dengan tahapan-tahapan kegiatan sebagai
berikut:
1) Mencari referensi pembelajaran seni lukis.
Penulis mencari referensi pembelajaran seni lukis untuk menunjang penyusunan
RPP. Referensi diperoleh melalui isi silabus seni budaya kurikulum 2013, buku guru,
buku peserta didik, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan seni lukis. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan suasana baru dalam pembelajaran seni rupa di SMPN 2
Sukaresmi. Selain itu rancangan metode pembelajaran agar dapat sesuai dengan silabus
kurikulum 2013, sehingga RPP yang akan disusun sesuai dengan ketentuan. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran berbasis projek. Hal ini
sebagai bentuk integritas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya.
2) Menetapkan kegiatan pembelajaran seni lukis untuk peserta didik.
Penulis menetapkan kegiatan pembelajaran seni rupa materi seni lukis mural.
Kegiatan ini sangat sesuai dengan situasi dan keadaan yang ada di SMPN 2 Sukaresmi,

49
yaitu masih seringnya anak mencorat-coret dinding dan belum adanya inovasi
pembelajaran seni rupa.
3) Merancang matriks kegiatan pembelajaran seni lukis.
Penulis menyusun matriks kegiatan bertujuan untuk menentukan jadwal kegiatan
agar sesuai target waktu yang ditentukan. Sehingga pembelajaran bisa efektif dan
efisien.
4) Merencanakan anggaran dana kegiatan pembelajaran seni lukis
Penulis merencanakan anggaran dana kegiatan bertujuan untuk melakukan estimasi
biaya kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dipertanggunjawabkan dengan baik.

Output dari Kegiatan 1 adalah tersusunnya rencana pelaksanaan pembelajaran, matrik


kegiatan pembelajaran, dan draft anggaran kegiatan. Dokumen output Kegiatan 1
terlampir (Lampiran Kegiatan 1).

Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Adanya rasa tanggungjawab penulis tercermin pada penyusunan rancangan kegiatan
pembelajaran yang inovatif, karena seorang guru harus bertanggungjawab dalam
melaksanakan perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Komitmen Mutu
Penulis melakukan inovasi pembelajaran seni rupa pada materi seni lukis akan
menghasilkan rancangan kegiatan belajar mengajar yang efektif, efisien serta
berorientasi mutu. Sehingga peserta didik dapat mendapatkan pelayanan pendidikan
yang bermutu.
c) Anti Korupsi
Penulis membuat draft anggaran dana kegiatan pembelajaran seni lukis mural secara
jujur dan transparan sebagai bentuk transparansi guru dalam pertanggungjawaban
dana kegiatan.

50
Kegiatan 2. Koordinasi Rencana Aktualisasi
Kegiatan koordinasi rencana aktualisasi dilaksanakan pada tanggal 12-13 Agustus
2019, dengan tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
a) Melakukan koordinasi kegiatan mural dengan kepala sekolah (mentor) dan wakil
kepala sekolah urusan kurikulum.
Koordinasi kegiatan mural pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2019.
Koordinasi dilakukan penulis bersama kepala sekolah selaku mentor dan pemangku
kebijakan, hal ini guna mendapatkan izin pelaksanaan kegiatan. Koordinasi berisikan
penyampaian konsep kegiatan pembelajaran seni rupa kelas 9 dan izin pelaksanaan
kegiatan mural pada dinding sekolah. Koordinasi dengan kepala sekolah menghasilkan
kesepakatan izin pelaksanaan kegiatan dan lokasi mural yang bertempat di lorong
sekolah dan dinding kamar mandi/toilet siswa.
Koordinasi kedua dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2019. Koordinasi dilakukan
guru bersama wakasek kurikulum, hal ini guna mendapatkan izin , saran dan masukan
dalam melakukkan inovasi kegiatan pembelajaran seni rupa di SMPN 2 Sukaresmi.
Hasil dari koordinasi kegiatan adalah wakasek kurikulum sangat mendukung kegiatan
dan memberikan izin untuk melakukan kegiatan seusai ketentuan jadwal pelajaran.
b) Koordinasi dengan guru di SMPN 2 Sukaresmi.
Kordinasi dengan guru di SMPN 2 Sukaresmi dilaksanakan pada tanggal 13
Agustus 2019, tahap kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan, saran dan
masukkan terkait pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis mural di SMPN 2
Sukaresmi. Hasil dari koordinasi adalah adanya saran dan masukan untuk tema mural
disesuaikan dengan citra sekolah yang cinta lingkungan, dan mural mampu
diintegrasikan dengan materi mata pelajaran lainnya.

Output dari Kegiatan 2 adalah izin kegiatan aktualisasi, lembar matriks aktualiasasi, saran
dan masukan kegiatan mural oleh rekan guru . Dokumen output Kegiatan 1 terlampir
(Lampiran Kegiatan 2).

Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Penulis secara konsisten dan profesional melaksanakan perencanaan kegiatan
aktualisasi dengan melakukan koordinasi kegiatan kepada kepala sekolah dan wakasek
kurikulum. Sehingga kegiatan dapat untuk dipertanggunjawabkan.

51
b) Nasionalisme
Penulis melakukan musyawarah/koordinasi untuk mencapai kesepakatan bersama
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan rekan guru SMPN 2 Sukaresmi.
c) Etika Publik
Penulis secara santun meminta izin dari atasan yaitu kepala sekolah dan wakasek
kurikulum untuk mendapatkan izin terkait pelaksanaan kegiatan aktualisasi berupa
kegiatan seni lukis mural di SMPN 2 Sukaresmi.

Kegiatan 3. Perencanaan Pembelajaran.


Kegiatan perencanaan pembelajaran seni lukis yang inovatif dilaksanakan pada tanggal 9
Agustus 2019, dengan tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
a) Menetukan KI dan KD materi pembelajaran seni lukis pada silabus.
Penulis menentukan KI dan KD pembelajaran seni rupa sesuai dengan silabus seni
budaya kurikulum 2013, sehingga menghasilkan RPP yang sesuai dengan keadaan di
sekolah.
b) Menentukan indikator dan tujuan pembelajaran.
Penulis menentukan indikator dan tujuan pembelajaran seni rupa pada materi seni
lukis, sebagai tujuan untuk menentukan target pembelajaran yang akan dicapai.
c) Menentukan model pembelajaran.
Penulis menentukan strategi model pembelajaran yang tepat dan sesuai keadaan di
sekolah, hal ini tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran seni rupa di SMPN 2
Sukaresmi. Penulis menggunakan model pembelajaran diskusi dan praktik.
d) Menentukan alokasi waktu pembelajaran seni lukis.
Penulis menentukan jumlah jam pertemuan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran sebagai bentuk disiplin waktu menjalankan program.
e) Membuat instrumen penilaian.
Penulis membuat instrumen penialaian pembelajaran seni rupa materi seni lukis,
berupa instrumen penilaian sikap, pegetahuan dan keterampilan.
f) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penulis menyusun RPP sebagai bentuk tanggungjawab guru dalam mencapai tujuan
belajar secara efektif, efisien dan bermutu.
g) Mempersiapkan alat, bahan dan pengkondisian dinding
Penulis memperisapkan peralatan, bahan dan melakukan pengkondisian dinding
medium melukis mural yang akan digunakan oleh peserta didik. Hal ini sebagai bentuk

52
profesionalisme penulis dalam mempersiapkan kegiatan dengan baik dan penuh
tanggunjawab.

Output dari Kegiatan 3 adalah tersusunya RPP seni rupa kelas 9 materi seni lukis, jadwal
pembelajaran seni lukis, alat-bahan lukis mural, dan tersedianya dinding untuk lukis mural
peserta didik. Dokumen output Kegiatan 3 terlampir (Lampiran Kegiatan 3).

Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Penulis menyusun RPP Seni Rupa materi seni lukis dengan tanggungjawab penuh
untuk meraih target pembelajaran secara optimal.
b) Nasionalisme
Penulis dalam perencanaan secara disiplin menyiapkan RPP, instrument penilaian,
matriks kegiatan aktualisasi, persiapan peralatan dan bahan agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik.
c) Komitmen Mutu
Penulis secara optimal dan penuh tanggung jawab merancang kegiatan pembelajaran
untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik.

Kegiatan 4. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Seni Rupa.


Berdasarkan RPP kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Seni Rupa
dilaksanakan selama 2 pertemuan. Karena adanya hambatan tidak tersedianya air disekolah
dan belum terselesaikannya karya mural, kegiatan pembelajaran berlangsung selama 3
pertemuan. Terdiri atas 1 kali pertemuan teori dengan cara diskusi kelompok, dan 2 kali
pertemuan praktik melukis mural. Adapun tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Belajar Mengajar 1
Kegiatan Belajar Mengajar 1 dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2019. Kegiatan
ini dilaksanakan di kelas 9C dan 9A dan pada tanggal 16 Agustus 2019 di kelas 9B.
Tahapan kegiatan pembelajaran seni rupa dilaksanakan oleh penulis berdasarkan RPP
yang telah dibuat pada waktu sebelumnya. Tahapan kegiatan belajar mengajar satu,
terlampir dalam RPP Seni Budaya materi Seni Lukis.
Output kegiatan belajar mengajar1 adalah terlaksananya kegiatan pembelajaran seni
rupa materi seni lukis pada pertemuan pertama. Dokumen output kegiatan belajar
mengajar 1 terlampir (Lampiran Kegiatan 4).

53
Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Penulis bertanggungjawab melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal
sesuai RPP yang telah dibuat, guna mencapai target pembelajaran.
b) Nasionalisme
Penulis menanmkan nilai-nilai karakter:
- Religius: Guru mengawali dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan salam
dan doa. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Tidak diskriminatif: Guru dan peserta didik tidak membeda-bedakan antara peserta
didik satu dengan yang lainnya.
- Kerjasama: Peserta didik bekerja sama secara kelompok dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggungjawab.
- Musyawarah dan menghargai pendapat: Peserta didik berdiskusi dan
bermusyawarah untuk menentukan gagasan ide, berbagi tugas dan menyampaikan
gagasan pikirannya kepada peserta didik lainya.
- Bersikap adil: Guru bersikap adil kepada peserta didik pada saat proses kegiatan
pembelajaran seni rupa berlangsung, serta memberikan penilaian secara objektif.
c) Etika Publik
Penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran seni rupa dengan penuh tanggungjawab,
taat aturan kepada atasan dan disiplin melaksanakan kegiatan secara tepat waktu.
d) Komitmen Mutu
Penulis dengan penuh komitmen melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermutu
secara efektif dan efisien, guna memberikan pelayanan pendidikan yang prima kepada
peserta didik.
e) Anti Korupsi
Penulis melaksanakan kegiatan dengan rincian anggaran dana kegiatan secara
tranparan dan diketahui oleh semua pihak, sehingga penggunaan dengan disiplin
dapat dipertanggungjawabkan.

b) Kegiatan Belajar Mengajar 2


Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar 2 terdapat hambatan, yaitu tidak
tersedianya air bersih guna melukis mural dan tidak terselesaikannya lukisan mural dalam
tiga jam pelajaran. Oleh karena itu penulis menambahkan waktu satu kali pertemuan pada
minggu berikutnya. Kegiatan praktik melukis mural Minggu pertama pada tanggal 22

54
Agustus 2019 dilaksanakan oleh kelas 9A dan 9C, dan 23 Agustus oleh kelas 9B.
Kegiatan praktik melukis mural Minggu kedua pada tanggal 22 Agustus 2019
dilaksanakan oleh kelas 9A dan 9C, dan 23 Agustus oleh kelas 9. Tahapan-tahapan
kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis berdasarkan RPP yang telah dibuat pada
waktu sebelumnya. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar satu terlampir dalam RPP
Seni Budaya materi Seni Lukis.
Output kegiatan belajar mengajar 2 adalah terlaksananya kegiatan pembelajaran seni
rupa materi seni lukis pada pertemuan kedua dan ketiga. Dokumen output kegiatan belajar
mengajar 2 terlampir (Lampiran Kegiatan 4).
Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Penulis bertanggungjawab melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal
sesuai RPP yang telah dibuat, guna mencapai target pembelajaran.
b) Nasionalisme.
Penulis menanmkan nilai-nilai karakter pengamalan sila Pancasila, yaitu:
- Religius: Guru mengawali dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan salam
dan doa. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Tidak diskriminatif: Guru dan peserta didik tidak membeda-bedakan antara peserta
didik satu dengan yang lainnya.
- Kerjasama: Peserta didik bekerja sama secara kelompok dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggungjawab.
- Musyawarah dan menghargai pendapat: Peserta didik berdiskusi dan
bermusyawarah untuk menentukan gagasan ide, berbagi tugas dan menyampaikan
gagasan pikirannya kepada peserta didik lainya.
- Bersikap adil: Guru bersikap adil kepada peserta didik pada saat proses kegiatan
pembelajaran seni rupa berlangsung, serta memberikan penilaian secara objektif.
c) Etika Publik
Penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran seni rupa dengan penuh tanggungjawab,
taat aturan kepada atasan dan disiplin melaksanakan kegiatan secara tepat waktu.
d) Komitmen Mutu
Penulis dengan penuh komitmen melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermutu
secara efektif dan efisien, guna memberikan pelayanan pendidikan yang prima kepada
peserta didik.

55
e) Anti Korupsi
Penulis melaksanakan kegiatan dengan rincian anggaran dana kegiatan secara
tranparan dan diketahui oleh semua pihak, sehingga penggunaan dengan disiplin dapat
dipertanggungjawabkan.

Kegiatan 5. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran.


Kegiatan evaluasi kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 5 dan 6 September
2019. Kegiatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Melalukan penilaian terhadap hasil karya peserta didik.
Penulis melakukan penilaian karya seni lukis mural peserta didik dengan penuh tanggung
jawab dan profesional.
b) Menilai hasil belajar peserta didik.
Guru menginput nilai peserta didik ke dalam buku nilai.
c) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran seni lukis.
Guru melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran seni lukis mural berdasarkan catatan-
catatan pada saat melaksanakan kegiatan.
Output kegiatan 5 adalah daftar nilai karya seni lukis mural, daftar nilai pembelajaran seni
rupa materi seni lukis, dan catatan evaluasi pembelajaran. Dokumen output Kegiatan 5
terlampir (Lampiran Kegiatan 5).
Nilai – nilai dasar yang terkandung dalam kegiatan di atas adalah sebagai berikut :
a) Akuntabilitas
Penulis melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran dengan penuh tanggung jawab
b) Nasionalisme
Penulis melakukan penilaian secara adil dan tidak diskriminatif terhadap peserta didik.
c) Komitmen Mutu
Penulis melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran seni rupa guna meningkatkan mutu
pembelajaran pada kegiatan-kegiatan pembelajaran selanjutnya.
d) Anti Korupsi
Penulis secara tranparan memperlihatkan hasil evaluasi belajar kepada peserta didik
berupa nilai hasil karya.

56
. BAB V

RENCANA AKSI AKTUALISASI

5.1 Tabel Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi di Lingkungan Kerja

Tabel 1. Tabel kegiatan rencana aksi aktualisasi dengan indikator Akuntabilitas


No. Indikator penilaian Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
1 Tanggung jawab 1. Penyusunan RPP sebelum melaksanakan kegiatan belajar
mengajar
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP.
3. Melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

2 Transparan dan 1. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak sekolah dan


partisipatif secara terbuka agar diketahui semua pihak.

3 Interaktif 1. Melakukan pembelajaran secara interaktif agar peseta didik


turut aktif dan partisipatif

Tabel 2. Tabel kegiatan rencana aksi aktualisasi dengan indikator Nasionalisme


No. Indikator penilaian Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
1 Memelihara ketertiban 1. Melakukan penyusunan RPP agar tercipta kegiatan belajar
dapat berjalan dengan tertib dan teratur.
2 Menghargai pendapat 1. Menerima pendapat dan masukan atasan dan rekan sesame
orang lain guru.
2. Menanamkan rasa tolernasi antar peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar
3 Musyawarah 1. Melakukan koordinasi penyusunan kegiatan aktualisasi dengan
kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan rekan sesam guru.
2. Membiasakan bermusyawarah antar peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar dengan cara diskusi kelompok.
4 Nilai – nilai religius 1. Membaca doa dan salam untuk memulai dan mengakhiri
kegiatan belajar mengajar
5 Adil (tidak diskriminatif) 1. Melakukan pemberian nilai dengan kemampuan dan hasil
kinerja masing – masing peserta didik
2. Memperlakukan peserta didik secar adil dan tidak memihak.

Tabel 3. Tabel kegiatan rencana aksi aktualisasi dengan indikator Etika Publik

57
No. Indikator penilaian Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi

1 Integritas 1. Penyusunan RPP sebagai bentuk tanggungjawab guru untuk


memberikan layanan pendidika yang bermutu.

2 Saling menghargai 1. Mengahargai saran dan masukan dari atasan dan rekan sesama
guru.

3 Disiplin 1. Melakukan kegiatan aktualisasi berdasarkan matriks kegiatan.

4 Teliti dan cermat 1. Melakukan penilaian evaluasi belajar secara cermat kepada
peserta didik .

Tabel 4. Tabel kegiatan rencana aksi aktualisasi dengan indikator Komitmen Mutu
No. Indikator penilaian Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi

1 Efektif dan efisien 1. Merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien
untuk diterapkan di sekolah.
2. Memilih media pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
digunkan dalam pembelajaran.
3. Melakukan penyusunan RPP dengan pertimbangan alokasi
waktu.
4. Melakukan proses KBM sesuai RPP

2 Koordinasi dan kerjasama 1. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan kepala sekolah
untuk mendapatkan izin kegiatan dan penggunaan dinding
sekolah.

2. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan wakasek


kurikulum untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan
kegiatan aktualisasi.

3. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan rekan sesama


guru untuk mendapatkan saran dan masukan, serta bantuan
dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi.

Tabel 5. Tabel kegiatan rencana aksi aktualisasi di lingkungan kerja dengan indikator Anti
Korupsi

58
No. Indikator penilaian Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
1 Adil (tidak memihak) 1. Melakukan perlakuan yang sama kepada seluruh peseta didik
dalam proses KBM
2. Memberikan nilai sesuai kemampuan masing – masing
peserta didik
2 Jujur 1. Menanamkan nilai – nilai kejujuran dalam proses KBM
seperti dilarang menyontek ketika test
2. Melakukan pengolahan dan penyajian data nilai sesuai
kemampuan masing – masing peseta didik
3 Tranpaaran 1. Melakukan perhitungan rencana anggaran dana kegiatan.
2. Transparan dalam pengelolaan dana kegiatan aktualisasi

5.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


5.2.1 Matriks Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Minggu Ke-
No Kegiatan Agustus Keterangan
1 2 3 4
Merancang gagasan kegiatan pembelajaran seni lukis
1 Terlaksana
yang inovatif.
2 Koordinasi Rencana Aktualisasi Terlaksana
3 Perencanaan Pembelajaran Terlaksana
Tidak sesuai
4 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Seni Rupa
rencana
Tidak sesuai
5 Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
rencana

5.2.2 Matriks Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi terdapat hambatan yang menjadikan
perubahan matriks rencana kegiatan aktualisasi, adapun hambatan yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Terkendala tidak tersediannya air bersih di sekolah, karena sumur kering sehingga
kegiatan melukis untuk kelas 9B terhambat.
2) Peserta didik secara berkelompok tidak mampu menyelesaikan praktik melukis
mural dalam waktu 1 kali jam pertemuan, sehingga perlu ada penambahan satu kali jam
pertemuan pada Minggu beriktunya.

59
Berikut ini hasil perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan kegiatan aktualisasi:
Minggu Ke-
No Kegiatan Agustus Sept Keterangan
1 2 3 4 5
Merancang gagasan kegiatan pembelajaran
1 Terlaksana
seni lukis yang inovatif.

2 Koordinasi Rencana Aktualisasi Terlaksana

3 Perencanaan Pembelajaran Terlaksana

Terlaksana:
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Seni Penambahan
4
Rupa pertemuan
praktik melukis
Terlaksana:
pelaksanaan
5 Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
tidak sesuai
matriks

60
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara telah terlaksana di 5 kegiatan sesuai
dengan rancangan aktualisasi. Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA (akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi) di semua kegiatan yang
dilaksanakan selama masa habituasi . Guru sebagai pelayan pendidikan peserta didik telah
melaksanakan tugas dan perannya secara optimal dan memberikan layanan pendidikan yang
baik. Peserta didik setelah mengikuti serangkaian kegiatan mural menjadi lebih disiplin dan
tertib untuk tidak mencoret-coret dinding dan fasilitas yang ada disekolah. Peserta didik
merespons kegiatan dengan antusiame dan bertanggung jawab selama proses belajar
mengajar.

6.2 Saran

Pada kesempatan ini, penulis memberikan saran kepada seluruh dewan guru di
lingkungan SMPN 2 Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang untuk senantiasa menggunakan
model pembelajaran yang menarik dan inovatif. dalam kegiatan belajar mengajar. Serta
mampu memecahkan masalah peserta didik di sekolah melalui pendekatan yang efektif dan
efisien, sehingga permasalahan dapat terselesaikan dengan baik. Melalui penerapan nilai-nilai
dasar Pegawai Negeri Sipil (ANEKA), dihararapkan guru mampu melaksanakan tugas dan
perannya sebagai pelayan masyarakat secara profesional dan berintegritas.

61
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2015). Modul Diklat Prajabatan


golongan III : Akuntabilitas. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2015). Modul Diklat Prajabatan


golongan III : Nasionalisme. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2015). Modul Diklat Prajabatan


golongan III : Etika Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2015). Modul Diklat Prajabatan


golongan III : Komitmen Mutu. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2015). Modul Diklat Prajabatan


golongan III : Anti Korupsi. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia

62
LAMPIRAN

63

Anda mungkin juga menyukai