Identifikasi Paradigma Arsitektur Tropis Kelompok
Identifikasi Paradigma Arsitektur Tropis Kelompok
Gedung BPS ini menggunakan paradigma New screen & Louver. Bangunan
ini sekilas menampilkan beberapa ciri dari desain tropis diantaranya adalah bukaan
yang lebar dengan jumlah yang sangat banyak serta penerapan air menjadi elemen
penghias dan lanskap. Sangat baik pencahayaan di dalam gedung ini berupa
pencahayaan skylight.
Namun, gedung ini sebenarnya bergaya moderen dengan penggunaan ACP
(aluminium composite panel) dan Cladding kaca berbingkai aluminium sebagai
material utama dinding yang mengelilingi gedung.
Gedung ini menampilkan sekilas dari desain tropis yaitu pencahayaan yang
baik dengan adanya sun shading di beberapa bagian. Akan tetapi sun-shading
tersebut tidak sepenuhnya dapat menghalangi dari cahaya matahari mengingat
orientasi bangunan ini menghadap ke arah barat yang apabila sore hari akan terpapar
langsung sinar matahari dan terasa sangat panas. Sun shading tersebut hanyalah
sebagai penambah estetika terutama pada pintu masuk sekaligus pelengkap fasad.
Selain itu, dalam arsitektur tropis juga penggunaan vegetasi dan penataan
landscape yang rapih dan teduh sangat diperlukan. Vegetasi dapat menyaring sinar
matahari langsung ke arah gedung walaupun ada yang tidak secara menyeluruh.
Vegetasi tersebut juga dapat menyaring polusi udara yang berasal dari kendaraan
yang melintasi jalan raya depan area gedung. Akan tetapi setelah memasuki halaman,
gedung BPS ini terlihat gersang karena hampir sebagian ditutupi paving blok dan
minim tanaman. Mungkin karena gedung ini masih baru. Selain itu pada sisi lain
halaman terdapat kolam hias yang kemudian membentang disisi kiri dan kanan
gedung ini. Kolam ini dapat dijadikan sebagai elemen estetika ataupun sebagai
pendingin bangunan.
Sesungguhnya gedung BPS ini jauh dari kesan tropis. Ditinjau dari aspek bentuk,
bangunan ini mengikuti bentuk gedung statistik pusat yang berada di Jakarta. Prinsip
repetisi penggunaan kaca hampir disemua sisi dan elemen vertikal horizontal dengan
atap yang datar. Bentuk tersebut sangat tidak cocok diterapkan di kota Palu
mengingat kondisi iklim dan cuaca yang berada di kota Palu dengan intensitas curah
hujan yang tak menentu serta panas yang tak menyenangkan hampir terjadi setiap
harinya.
Penggunaan kaca tersebut hanya akan menimbulkan panas yang berlebih di dalam
bangunan terutama pada siang dan sore hari. Apalagi bahwa kaca dan ACP bukanlah
isolator panas yang baik. Selain itu tidak adanya roster ataupun cross ventilation
yang terdapat pada gedung ini dan hanya mengandalkan penggunaan pendingin
ruangan/ AC. Gedung ini hanya memiliki keunggulan dengan sistem pencahayaan
yang baik pada siang hari layaknya bangunan berdisain arsitektur tropis pada
umumnya bila ditinjau dari segi pencahayaan.
Oleh karena itu, bangunan ini menggunakan paradigma New Screen & Louver
yang hanya menampilkan beberapa kesan disain tropis tapi sebenarnya orientasinya
bukan terhadap desain tropis melainkan hanya mengambil beberapa gaya keseluruhan
ataupun tidak secara keseluruhan untuk kepentingan estetika dan image publik
semata.
Gedung perkantoran BPKP provinsi Sulawesi Tengah
Oleh sebab itu, gedung perkantoran BPKP ini disebut sebagai desain
kontemporer dengan mengambil paradigma Tradition Based yaitu Reinterpreting
Tradition dengan memadupadankan unsur tradisional dan unsur moderen.
PARADIGMA DESAIN ARSITEKTUR TROPIS
oleh
KELOMPOK 2
Miranda Arasyid
Dinda Aprilia
Egy Wulandari
George Joshua
Reski P. Lagarense
Moh. Rais