Anda di halaman 1dari 6

ETNOLINGUISTIK

SIMBOL DAN MAKNA DALAM UPACARA POTONG GIGI ADAT BALI

Oleh:

Ni Putu Gita Cahya Purnamasari (1841123009)

Ana Yovita Hoar (1841123002)

Forisman Hulu (1841123016)


Ni Putu Intan Lestari (1841123010)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU LINGUISTIK

UNIVERSITAS WARMADEWA

2019
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki latar belakang sosial kemasyarakatan
yang heterogen. Salah satu pulau yang terdapat di Indonesia adalah pulau Bali yang begitu
terkenal hingga mancanegara dan menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Indonesia.
Wisatawan yang datang ke Bali tentu saja tidak hanya disuguhkan dengan keindahan alam yang
dimiliki pulau ini namun juga dengan kekayaan adat dan tradisi masyarakat Bali yang dinilai
unik dan khas. Tradisi masyarakat di Bali sangat beragam yang selalu ditandai dengan upacara-
upacara adat masyarakat setempat. Salah satu upacara adat tersebut adalah upacara “Potong
Gigi” atau yang dalam masyarakat Bali disebut dengan Metatah, Mepandes atau Mesangih.
Upacara adat merupakan sebuah ritual yang berhubungan dengan adat atau kebiasaan
turun temurun yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang memiliki pandangan agama
dan suku yang sama. Upacara adat dilakukan bukan sebagai sebuah ritual biasa namun bagi
sekelompok masyarakat, tentu saja sebuah upacara dilakukan karena memiliki symbol dan
makna tertentu bagi masyarakat tersebut, seperti halnya upacara potong gigi (metatah, mepandes
atau mesagih). Bagi masyarakat Bali, upacara ini memiliki symbol dan makna yang mendalam
yang bukan hanya sekadar upacara biasa. Hal ini dapat dilihat dari persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan upacara dan usia yang ditentukan bagi seseorang sebelum menjalankan
upacara serta tujuan dari upacara tersebut.
Objek kajian adalah video tentang Upacara Potong Gigi Adat Bali yang diunduh dari
Youtube. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memberikan gambaran yang komprehensif
mengenai simbol dan makna dibalik upacara potong gigi adat Bali yang ditinjau dari makna
leksikal dan makna kultural yang ditimbulkan dari simbol-simbol yang digunakan dalam
upacara.
B. KONSEP
1. Etnolinguistik
Etnolinguistik atau biasa juga disebut linguistik budaya adalah bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara bahasa dan budaya, dan cara pandang yang berbeda antar
kelompok etnis dalam mempersesipkan dunia. Etnolinguistik merupakan perpaduan etnologi dan
ilmu bahasa. Menurut Kridalaksana (2010:59) etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang
menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum
mempunyai tulisan, atau cabang ilmu linguistik yang menyelidiki hubungan bahasa dan sikap
bahasawan terhadap bahasa.
Tradisi (Bahasa Latin: tradio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam penegertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau
agama yang sama (Koentjaraningrat 1987). Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradis dapat punah.
2. Symbol dan Makna

Simbol merupakan petunjuk yang semata-mata menghasilkan makna melalui interprestasi.


Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu. Simbol itu sendiri
meliputi apa saja yang dapat dirasakan atau dialami. Simbol yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah istilah-istilah yang digunakan dalam upacara potong gigi adat Bali.
Dalam semantik pengertian sense ‘makna’ dibedakan dalam meaning ‘arti’, sense ‘makna’
adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri. Menurut Lyons (1977:2040
menyebutkan bahwa mengkaji dan memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata
tersebut berbeda dari kata-kata lain, sedangkan meaning menyangkut makna kata leksikal dari
kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat dalam kamus sebagai leksikon (Djajasudarma,
1993:5). Makna erat kaitannya dengan semantik, oleh karena itu istilah yang ada pada tradisi
potong gigi (metatah, mepandes, mesagih) akan dilihat dari segi makna leksikal dan makna
kultural.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan
hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita
(Chaer, 2002:60).

Makna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki masyarakat dalam hubungan antara
budaya tertentu (Wakit, 1999:3). Memahami suatu budaya berarti menentukan dan menafsirkan
sistem tanda budaya tersebut, tanda tidak mempunyai makna atau konsep tertentu akan tetapi
simbol merupakan petunjuk yang semata-mata menghasilkan makna melalui interpretasi. Makna
kultural adalah makna bahasa yang dimiliki oleh masyarakat dalam hubungan dengan budaya
tertentu (Wakit, 1993:3). Makna kultural diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.
C. PEMBAHASAN
Upacara potong gigi atau dalam istilaha masyrakat Bali adalah metatah, mepandes atau
mesangih adalah sebuah ritual atau tradisi turun temurun yang bermakna untuk menemukan
hakekat manusia sejati sehinggah terlepas dari belenggu kegelapan dari pengaruh Sad Ripu
dalam diri manusia. Sad Ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan Ripu yang berarti
musuh. Jadi, Sad Ripu secara harfiah dijabarkan sebagai enam sifat buruk yang ada dalam diri
manusia, yaitu: Kama (hawa nafsu atau keinginan), Lobha (serakah, tamak atau rakus), Krodha
(kemarahan), Mada (pemabuk), Moha (kebingungan), Matsarya (Sifat iri hati atau dengki.).
Tradisi ini khususnya terjadi dalam masyarakat agama Hindu di Bali yaitu ketika seorang anak
mulai menginjak remaja atau sudah dewasa, orang tua berkewajiban mengadakan upacara potong
gigi untuk anak-anaknya sebagai bentuk pemberian petuah yang baik agar sifat buruk yang ada
dalam diri anaknya dapat dikendalikan.
Upacara ini juga disebutkan mengandung pengertian yang dalam bagi kehidupan umat Hindu
yaitu, pertama, pergantian prilaku untuk menjadi manusia sejati yang telah dapat mengendalikan
diri dari godaan pengaruh Sad Ripu. Kedua, Memenuhi kewajiban orang tuanya pada anaknya
untuk menemukan hakekat manusia yang sejati. Ketiga, Untuk bertemu kembali di Sorga (swah
loka) antara anak dengan orang tuanya setelah sama – sama meninggal dunia. Upacara ini
dilakukan dalam beberapa tahapan atau susunan acara yang memiliki symbol da makna tertentu
bagi masyrakat Bali. Pada akhir upacara atau setelah gigi dikikir, orang yang metatah akan
diminta untuk mencicipi enam rasa yang mengandung makna kultural bagi masyarakat setempat.

Symbol dan Makna Upacara Potong Gigi Adat Bali

No Symbol Makna Leksikal Makna Kultural


1 Gigi taring dan Tulang keras dan kecil-kecil Menyimbolkan gigi taring
gigi seri berwarna putih butakala
2 Air Benda cair yang biasa terdapat Menyucikan
di sumur, sungai, danau yang
diperlukan dalam kehidupan
manusia, hewan dan
tumbuhan
3 Memotong gigi Memutuskan gigi dengan Mengendalikan/mengurangi
barang/benda tajam perbuatan buruk
4 Benang Tali halus yang dipintal dari
Simbol pengikatan diri terhadap
“tridatu” kapas
norma-norma agama

5 Rasa pahit dan Rasa tidak sedap seperti rasa Agar tabah menghadapi
asam empedu dan masam seperti peristiwa kehidupan yang
rasa cuka kadang-kadang tidak
menyenangkan.
6 Rasa pedas Rasa seperti cabai atau merica Agar tidak menjadi orang yang
pemarah bila mengalami atau
mendengar hal yang
menjengkelkan.
7 Rasa sepat Rasa seperti melekat atau Agar taat pada peraturan atau
tidak enak norma-norma yang berlaku
8 Rasa asin Berasa garam, masin Simbol kebijaksanaan, selalu
meningkatkan kualitas
pengetahuan karena
pembelajaran diri.
9 Rasa manis Rasa seperti rasa gula Simbol kehidupan yang bahagia
lahir bathin sesuai cita-cita.

D. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa upacara potong gigi adat Bali
memiliki tiga istilah yang dikenal dalam masyarakat Bali yaitu, metatah, mepandes dan
mesangih. Upacara potong gigi memiliki tujuan untuk menemukan hakekat manusia sejati
sehinggah terlepas dari belenggu kegelapan dari pengaruh Sad Ripu dalam diri manusia. Sad
Ripu atau yang dijabarkan sebagai enam sifat buruk yang ada dalam diri manusia, yaitu: Kama
(hawa nafsu), Lobha (serakah), Krodha (pemarah), Mada (pemabuk), Moha
(kebingungan), Matsarya (Sifat irihati.). Upacara potong gigi memiliki symbol dan makna yang
secara kultural ada sembilan simbol yang merepresentasikan sembilan symbol tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul. 2002.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.


Djajasudarma, Fatimah T. 1993.Semantik 1 : Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung : PT
Eresco.
Koentjaraningrat. 1987. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lyons Jon.1977.Isemantics :Volume 1. Cmbridge University.
Wakit, Abdullah. 1999. Bahasa Jawa Dialek Masyarakat Samin di Kabupaten Blora. Laporan
Penelitian Dasar. Surakarta : FSSR UNS didanai oleh Dirjen Dikti.
inputBali.com
sejarahharirayahindu.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai