Anda di halaman 1dari 8

MAKANAN FUNGSIONAL

01. Akhmad Nur Rokhim ( pecel)

Filosofi : Dari bumbu pecel kita bisa mengambil sebuah pesan yang menarik dan sarat
makna. Bahwa kebanyakan dari kita berasal dari kalangan orang biasa yang memulai segala
sesuatu dari bawah. Dibekali dari perawatan kasih sayang keluarga serta didikan leluhur
sekitar, kita siap untuk terjun keluar. Dengan bekal semangat dan niat kita siap diolah untuk
lebih berkualitas. Digeprek diuleni dengan berbagai bumbu pengalaman pahit asem pedes
manis, hingga terciptalah rasa manusia yang luar biasa. Sederhana namun bermanfaat. Biasa
namun memberi arti sekitar.

Dalam sepiring atau sepincuk nasi pecel, kita menemukan kesederhanaan, keragaman, dan
makna jati diri kita. Mulai dari masyarakat pinggiran, tengah, hingga atas, semua makan nasi
pecel. Mulai dari warung kaki lima, hingga restoran bintang lima, semua menyajikan nasi
pecel. Nasi pecel tak pernah disajikan sama. Meski pilar dasar dari pecel, yaitu sayur dan
bumbu pecel, selalu ada, namun jenis sayur yang dipilih, sambal yang ditaburkan, hingga
lauk dan kerupuknya, tak pernah sama. Setiap orang punya favorit pecelnya masing-masing.
Dan perbedaan itu tidak jadi masalah. Esensi filosofi dari nasi pecel adalah
“keserbabolehan”. Tak ada campuran yang salah, semua bisa ditafsirkan. Dan kita masih
bisa menyebutnya, Nasi Pecel.

Berbagai sajian nasi pecel nusantara menunjukkan betapa keragaman telah menjadi
kekayaan bangsa ini. Keragaman, kesederhanaan, keserbabolehan, dan kemauan menerima
perbedaan, adalah filosofi dari sepiring nasi pecel. Dari sepiring nasi pecel, kita belajar
kehidupan. Dari sepiring nasi pecel, kita menyadari hakikat diri kita sebagai bangsa. Bahwa
bangsa ini adalah bangsa agraris yang sederhana, namun kaya makna. Oleh karenanya,
dalam membangun bangsa, kiranya kita harus melandasi diri pada esensi dasar kekuatan
bangsa ini, bangsa agragris yang kerakyatan

02. Carolina Samadhi

Nama : Urap-urap

Acara : Slametan

Filosofi :

Kata urap (nama lain dari gudhangan) berasal dari bahasa Jawa urip yang artinya hidup.
Orang hidup bukan sekadar mengacu pada raga, namun batin (cipta, rasa, dan karsa). Dari
sini bisa disebutkan bahwa kesempurnaan orang hidup harus menggunakan akal-budi di
dalam mencapai tujuan mulia yang dibutuhkan raga. Seseorang pula harus memenuhi
kebutuhan batin. Karenanya, orang tersebut harus berupaya mendekatkan diri kepada
Tuhan. Sang Pemberi Hidup yang telah memberikan akal-budi dan kenikmatan tak terkira
kepada setiap orang sehingga dapat memiliki kesadaran horisontal dan transendental.
03. Danendra Arya

Rendang

Filosofi: Ternyata, secara filosofi adat dan budaya Minangkabau, rendang memiliki posisi
terhormat. Rendang yang terdiri atas tiga bahan pokok, yaitu daging sapi, sebagai bahan
utama, melambangkan niniak mamak (paman) dan bundo kanduang (ibu) yang akan
memberi kemakmuran kepada anak dan keponakan, kelapa (karambi) melambangkan kaum
cerdik dan pandai, sedangkan cabai (lado) merupakan lambang dari alim ulama yang pedas,
tegas untuk mengajarkan agama. Ketiga aspek bahan utama rendang itu diikat oleh bumbu
yang melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.Menurut Martion (2014) proses
merendang pun memiliki makna yaitu seorang pemuda harus berkontribusi kepada
masyarakat secara terus-menerus. Hal ini dianalogikan seperti adukan demi adukan pada
saat merendang, mencampurkan santan dan rempah sehingga warnanya berubah menjadi
kecoklatan hingga hitam yang bermakna kekuatan dalam memegang prinsip kejujuran dan
kebijaksanaan.

Acara: Acara keluarga, acara adat, acara hari besar keagamaan

04. Elisa Dara Dinanti (Sate Lilit)

Filosofi dibalik sate lilit adalah dari kata 'lilit' yang berasal dari kata 'kilit' atau 'ikat' yang
melambangkan pemersatu. Jadi sate lilit adalah harapan dari masyarakat bali untuk selalu
bersatu dan harapan untuk tidak dapat dipecah belah oleh apapun.Ini biasanya disajikan
dalam acara keagamaan umat hindu di Bali.

05. Fiqih Kurniasandy (Bubur merah putih).

Bubur merah putih merupakan makanan tradisional yang harus ada untuk menyambut
kelahiran seorang anak ke dunia. Biasanya bubur ini terdapat dalam acara lahiran anak,
acara syukuran, tedhak sintenBubur ini melambangkan proses terbentuknya manusia baru
dari seorang laki-laki yang dilambangkan dengan jenang putih dan perempuan yang
disimbolkan dengan jenang abang manis.

06. Firsa Julia

LUPIS. Filosofi : Ketan adalah bahan dasar membuat lupis. Dimana makna dari ketan adalah
persatuan (kraket=erat), dimana ketan yang sudah direbus memiliki daya rekat yang kuat
dibanding nasi. Kita sebagai mahkluk ciptaan Tuhan harusnya bisa saling peduli dan
mengingatkan satu sama lain. Adapun warna beras ketan yang putih bersih, melambangkan
kesucian hati dan bungkus Lupis yang dari daun pisang berwarna hijau, melambangkan
kemakmuran. Biasanya kue ini disajikan pada acara hajatan, acara keluarga, acara arisan,
dan sebagainya.
07. Gigih Wahyudiawan : Kolak dan Anjuran Untuk Mengosongkan Dosa

Kalau ditelusuri dari sisi historisnya, kolak ini akan mencatut nama para wali. Ya, beliau-
beliau itu yang memperkenalkan makanan ini. Tujuannya selain menawarkan khazanah
kuliner baru, juga ingin masyarakat belajar nilai dari makanan ini.Kolak banyak yang
mengatakan berasal dari kata khala yang artinya adalah kosong. Kalau diterjemahkan secara
penuh, intinya adalah kita sebagai manusia harus selalu bertaubat selagi hidup agar bisa
kosong, kosong akan dosa. Kematian dengan kekosongan dosa menurut para wali adalah
sebaik-baiknya akhir.

Kolak dan Mendekatkan Diri Para Tuhan

Kolak ada yang mengatakan berasal dari kata Khala, ada pula yang bilang berasal dari
Kholaqo. Kata-kata ini berasal dari bahasa Arab yang bisa diturunkan menjadi kata Kholiq
atau Khaliq yang artinya adalah mencipta. Nah, dari sini juga bisa diambil satu makna
filosofisnya.Ya, secara tersirat kolak menganjurkan penikmatnya untuk selalu mendekatkan
diri kepada Tuhan, Sang Pencipta. Tak hanya itu, istilah ini juga ada yang mengartikan agar
kita selalu mendoakan mereka yang telah meninggal.

Ubi, Mengingatkan Kita Akan Kematian

Berbicara soal bahan yang ada di dalam kolak, kita biasanya akan menemui banyak jenis
makanan. Tapi, yang pasti selalu ada adalah ubi. Ubi bisa dibilang adalah yang paling identik
dengan kolak. Ibarat rumah, kolak adalah pondasi. Tak bisa tidak ada. Tak hanya sebagai
bagian yang selalu ada, ubi dalam kolak ini juga punya filosofinya sendiri.Menurut orang
Jawa, ubi masuk dalam jenis-jenis makanan Polo Pendem atau yang tumbuh di bawah
tanah. Artinya, ketika kita menyantapnya, maka harus ingat jika suatu saat kita pasti akan
seperti mereka. Dalam artian dikubur di dalam tanah. Para wali menganjurkan adanya
pertaubatan di setiap sendok kolak yang kita makan. Pasalnya, kematian mungkin saja akan
datang semudah kita menyendok kolak ke dalam mulut.

Pisang Kepok, Mengajarkan untuk Tidak Berbuat Dosa

Tak cuma ubi, pisang juga bahan yang mesti ada dalam kolak. Tapi, tak semua pisang bisa
pas dimasukkan sebagai salah satu bahan kolak. Dari sekian banyak, mungkin hanya jenis
kepok yang paling mantap. Nah, tentang pisang satu ini, siapa sangka jika ia juga punya nilai
filosofisnya sendiri.Kepok pada pisang kepok merujuk kepada istilah kapok. Kapok adalah
bahasa Jawa yang artinya adalah menyesal atau jera. Artinya setiap kali kita menyantapnya,
harus selalu ingat untuk jera akan dosa dan tidak lagi dengan gampang melakukan hal-hal
yang membuat kita berdosa.

Santan, Mengajarkan Kita Untuk Meminta Maaf

Santan adalah bagian yang juga tak kalah penting dalam kolak. Ia adalah pelebur semua
bahan-bahan karena bertugas sebagai kuah. Santan menurut orang Jawa juga mengandung
sebuah makna filosofis yang sangat dalam. Santan dalam bahasa Jawa disebut santen. Jika
ditelusuri, kata-kata ini adalah kependekan dari Pangapunten yang artinya adalah
permohonan maaf. Jadi, ketika kita menyisipi kuah kolak yang manis itu, ingatlah juga akan
kesalahan dan meminta maaf kepada orang yang pernah kita salahi.

08. Handhung Baswara Gali Wardhana (Tetel)

Persatuan : dari beras ketan yang memiliki ciri khas lengket tersebut, menjadi sebuah
simbol eratnya tali silaturahmi ,persatuan, kesatuan dan persaudaraan antar sesama
manusia. oleh karenanya dalam pernikahan adat jawa, ketan menjadi makanan wajib yang
harus disiapkan. utamanya ketika prosesi lamaran, dengan harapan pasangan pengantin
tersebut bisa raket , akur, lengket , merekat kayaknya jadah ketan.

Kesucian : Putih dimaknai sebagai lambang kesucian. pesan yang disampaikan oleh para
leluhur adalah agar manusia menjaga diri dari sifat sifat yang daoat membuat hati kotor,
seperti iri, dengki, sombong, tamak,egois dan sebagainya.

Perenungan : nama jadah ketan merupakan sebuah simbol perenungan atau introspeksi diri
sendiri atas kesalahan-kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. artinya sebagai manusia
hendaklah kita tak terlena kepada masalah duniawi saja. perlu diingat bahwa ada kehidupan
yang kekal setelah kita meninggal.

09. Jihan Ifadah

Nama : Tumpeng

Acara : Syukuran

Filosofi :

Tumpeng berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu kudu mempeng’ yang memiliki arti
‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.’, maksudnya ketika terlahir manusia harus
menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak mudah putus
asa. Penyajian nasi tumpeng biasanya dilengkapi dengan 7 macam lauk-pauk. 7 dalam
bahasa Jawa berarti pitu. Angka pitu berarti pitulungan (pertolongan). Bentuk kerucut nasi
tumpeng ini ternyata melambangkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Warna kuning yang digunakan pada nasinya melambangkan kemakmuran. Lalu, untuk lauk
pauknya dipilih makanan yang sederhana yang melambangkan bahwa meskipun kita berada
di atas kita harus tetap ingat yang ada dibawah kita.

10. Karina Widya Santoso,

Filosofi bubur sengkolo 7 warna :

Makanan yang dibuat dengan tujuan tolak bala. Bagi orang Jawa, seseorang akan membuat
bubur ini apabila ada anggota keluarga yang tengah mendapat musibah, baik musibah
karena sakit, kecelakaan atau musibah lainnya. Untuk menghindari hal-hal buruk lainnya,
dibuatlah bubur sengkolo 7 warna ini. Bubur yang terdiri dari 7 warna-warni ini
melambangkan berbagai hal dalam kehidupan. Dimana tiap warna nya seperti merah,
kuning, hijau, biru, putih, coklat, dan lainnya mengandung makna doa baik kepada
seseorang agar senantiasa sehat, banyak rezeki, hidup bahagia, dan lainnya.

11. Litania Devi Oktavia (Lemper)

Filosofi : Kata ‘lemper’ adalah singkatan dari ungkapan dari bahasa Jawa “Yen dilem atimu
ojo memper” yang artinya “Ketika dipuji maka hatimu jangan sombong atau membanggakan
diri”. Jadi secara singkat, lemper mempunyai makna yang mengingatkan kita untuk selalu
rendah diri, meskipun dipuji.

Acara : hajatan, syukuran

12. M Rosyidul Fikri R (apem)

Kata apem sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu "afuan" atau "afuwwun" yang
berarti pengampunan. Orang Jawa menyederhanakan penyebutannya sebagai "Apem"
sehingga dalam filosofi Jawa, kue apem merupakan simbol pengampunan atau mohon
ampun dari berbagai kesalahan, seperti dilansir dari Brilio.

Kue apem seringkali ada mulai dari acara syukuran, menyambut bulan puasa hingga
kematian. Di Jawa Barat sendiri kue apem dimaknai sebagai kebersamaan dan tolak bala
atau pengusir kesialan. Kue ini akan dibagi-bagikan ke tetangga dan dimakan bersama.

Acara: kematian atau 40 hari , megengan dll

13. Mahardika Ikram Rahmadhan

-Roti buaya ( pernikahan)

Konon menurut kepercayaan suku betawi, roti buaya ini adalah simbolisasi yang
melambangkan kemapanan dan kesetiaan sampai akhir nanti. Makna kemapanan ada pada
sebuah roti, dimana yg memakan roti hanyalah bangsawan-bangsawan pada zamannya.
Sedangkan makna kesetiaan terdapat di buaya, karena semasa hidupnya buaya hanya
melakukan satu kali pernikahan untuk seumur hidupnya.

Filosofi inilah yang membuat roti buaya hingga saat ini menjadi simbolisasi pernikahan adat
Betawi, dengan harapan agar kedua mempelai dapat mapan dan setia sampai akhir nanti.

14. Muhammad Aksan Raditya (Lodeh).

Hidangan ini biasanya ada pada acara selametan. sayur lodeh dihidangkan karena
dilambangkan sebagai tolak bala. Hal ini tidak terlepas dari 12 komponen penyusunnya yaitu
labu kuning, kacang panjang, terong, kluwih, daun so, kulit mlinjo, labu siam, pepaya muda,
nangka muda, kobis, sayur bayung dan kecambah kedelai.
Angka 12 ini, dapat dijumlah sebagai 1+2 menghasilkan angka 3. Angka ini dalam filosofi
Jawa berarti upaya meraih kehidupan masyarakat yang dilindungi oleh Tuhan yang Maha
Kuasa.

15. Muhammad Rulyza Rio Risqullah (Wedang Ronde)

Wedang Ronde sebenarnya adalah makanan tradisional dari China yang bernama tangyuan.
Tangyuan dibuat dari tepung ketan, dicampur sedikit air, diberi isian, dibentuk bola, dan
direbus. Untuk isian sendiri, dari beberapa ronde yang dijual ada yang menggunakan
kacang, ada yang menggunakan gula merah saja, dibeberapa tempat ada yang tidak
memberikan isian. Di China, minuman ini disantap ketika ada festival Lampion/festival
Yuanxiao. Ronde di China biasanya disantap bersama dengan keluarga, ada yang bilang
bahwa bentuk Ronde yang bulat melambangkan kebersamaan keluarga.

16. Nanda Regita

Nama : Daawet Ayu

Acara : Kawinan

Filosofi :

dawet dipilih karena bentuknya yang bulat melambangkan kebulatan hati orang tua untuk
menjodohkan anaknya. Prosesi adol dawet dilakukan karena memiliki makna yang baik. Adol
dawet dimaksudkan sebagai simbol harapan dan doa agar pernikahan yang akan digelar
esok hari dikunjungi banyak tamu, layaknya dawet yang terjual laris-manis.

Cendol, air santan, dan gula merah, yang dicampur di ke dalam segelas dawet, dimaknai
sebagai beragamnya tamu yang datang. Meskipun begitu, keberagaman tersebut
membentuk satu rasa, yaitu manis, sebagai perwujudan doa untuk kemanisan hidup
pernikahan.Bercampurnya air santan yang berwarna putih dengan air gula merah juga
diartikan sebagai bercampurnya perempuan dan laki-laki sebagai istri dan suami dalam
kehidupan pernikahan.

17. Naufano Afrilian P.(Wajik)

Acara : adat pernikahan jawa

Filosofi : Sifat beras ketan yang lengket, diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi setiap
pengantin agar keduanya juga senantiasa lengket atau memiliki hubungan erat dan susah
dipisahkan. Terlepas dari itu semua, proses pembuatan makanan ini yang lama dan butuh
kesabaran ekstra serta memerlukan kerja sama beberapa orang, menjadi pelajaran agar
pasangan pengantin saat menikah nanti tidak mudah putus asa dalam membangun dan
mengarungi rumah tangga. Diharapkan kedua pasangan pengantin selalu bekerja sama dan
saling support antara satu dengan lainnya. Itulah alasan kenapa jadah menjadi kue atau
makanan yang selalu ada di adat pernikahan Jawa.
18. Nilam Kumallah Anggreani

Nama : Bubur Suro

Acara : Menyambut Tahun Baru Islam

Filosofi :

Bubur suro merupakan pengejawantahan rasa syukur manusia atas keselamatan yang
selama ini diberikan oleh Allah SWT. Namun di balik itu, bubur suro (Jawa) selain simbol dari
keselamatan, juga pengabadian atas kemenangan Nabi Musa as, dan hancurnya bala
Fir’aun. Bubur suro hanyalah perlambang bahwa bulan Muharram, awal tahun baru Hijrah
merupakan momentum untuk memperkokoh persaudaraan. Karena sejatinya bubur suro
yang telah dimasak tak mungkin disembunyikan, pastilah untuk dihidangkan. Ada baiknya
hidangan itu dibagikan kepada tetangga dan sanak keluarga. Sebagai tanda syukur atas
segala nikmat yang diberikan-Nya.

19. Rizki Amirudin (kupat)

Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas raya lebaran
saja. Melainkan makna lebaran disini lebih khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa
merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman
yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa. Prosesi
sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih
membudidaya hingga kini.

Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap
rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan
tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Arti dari masing-masing kata ini
adalah:

Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari
kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk
kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang
wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan
kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling
memaafkan satu sama lain.
Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk
penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga
kesucian lahir dan batin satu sama lain.

20. Shaula Irlandy Ramadhania (Bubur Ketan Hitam)

• Bubur ketan hitam memiliki makna filosofis kebersamaan dan menyatukan. Karena sifat
beras ketan yang lengket, seringkali beras ketan dimasak untuk acara seperti pernikahan
dengan doa dan harapan bisa merekatkan tali kasih sepasang pengantin dan bisa menjalani
pernikahan yang awet.

• Dengan rasa manis, gurih dan lembut di mulut, bubur ketan hitam menjadi makanan khas
yang tak bisa diabaikan perannya dalam tradisi Jawa.

acara: pernikahan, peringatan 1000 hari kematian

21. Wahyu Bita Pradana

nasi liwet adalah simbol penolak bala ketika terjadi bencana.

Saat Jawa diguncang gempa bumi di masa lalu, misalnya, nasi liwet dihadirkan dengan
sebaris doa yang dilantunkan untuk keselamatan seluruh semesta dan harapan agar
malapetaka tidak terulang lagi.

Dalam Serat Centhini tercatat pula bahwa Pakubuwana XI, Raja Kasunanan Surakarta
periode 1939-1945, pernah menyajikan nasi liwet kepada para penabuh gamelan di keraton
sebelum mereka pulang. Alasannya, agar istri mereka tidak repot menyiapkan makanan di
rumah.

Nasi liwet memang sudah menjadi sajian khas bagi keluarga istana di Solo, baik Kasunanan
Surakarta maupun Kadipaten Mangkunegaran. Kendati begitu, kuliner ini konon justru
berasal dari kalangan rakyat biasa, yakni dari Desa Menuran, Kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah.

Acara : Nasi liwet merupakan nasi menu wajib pada perayaan Maulid Nabi Muhammad
S.A.W. yang digelar di Solo. Inspirasinya dari nasi samin yang konon merupakan makanan
kesukaan Nabi.

22. Wisnu Wardana Alfianto

"LEPET"

Lepet = silep kang rapet. Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang
rapat. Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan,
jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Lepet dikalangan masyarakat Jawa tentu sudah tidak asing lagi, terlebih saat datang bulan
Syawal atau Idul Fitri, selepas Ramadhan bagi umat muslim. Makanan ini senantiasa
dihadirkan untuk menemani hari hari fitrah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai