Anda di halaman 1dari 11

Seserahan Jenang Pernikahan

Oleh : Kelompok 1
Devita Inna Arrifa P0713111012
Fatikha Rahma Putranti P0713111015
Khalida Melani P0713111019
Riska Anggraini P0713111033
Safrilla Putri Suryaningtyas P0713111036
Utami Eko Astuti P0713111044
Martalina Sarikisisina P0713111048
Filosofi Seserahan
 Seserahan adalah symbol bahwa mempelai pria sanggup
dan mampu untuk bertanggungjawab mencukupi
kebutuhan hidup calon pengantin wanita.
 Barang yang akan diberikan dalam seserahan adalah hasil
kesepakatan kedua calon pengantin namun menurut adat
yang ada jumlah hantaran haruslah ganjil.
 Selain rangkaian acara seperti lamaran, resepsi, dan
ngunduh mantu. Terdapat makanan khas yang disajikan
dalam upacara pernikahan adat jawa, biasanya berupa
jajanan pasar seperti jadah, wajik dan jenang ketan.
 Wajik dan jadah merupakan panganan tradisional
berbahan ketan yang mewakili doa agar cinta kedua
mempelai selalu lengket. Sebagaimana beras ketan yang
lengket setelah dimasak.
 Satu set suruh ayu mewakili doa serta pengharapan atas keselamatan kedua
pengantin dalam kehidupan baru yang mereka tempuh.
 Seperangkat pakaian dan kain batik mewakili mempelai pria maupun wanita
diharapkan agar pintar menyimpan rahasia berdua dari telinga pihak lain.
 Seperangkat alat sholat (khusus muslim) bahwa kehidupan rumah tangga
harus selalu berpegang teguh pada agama.
 Perhiasan bermakna sinar yang penuh harapan agar pengantin wanita selalu
bersinar dan tidak mengecewakan keluarga barunya.
 Kosmetik (make up) bahwa sang suami bersedia menjaga penampilan istri
dengan sebaik mungkin.
 Stagen atau kain pinggang berwarna putih melambangkan kuatnya tekad
dalam mengarungi bahtera rumah tangga
 Wajik dan jadah mewakili doa agar cinta kedua mempelai selalu lengket.
 Hasil bumi melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang baru dibangun
 Buah-buahan memiliki makna cinta kasih sekaligus agar kedua mempelai
membawa manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Filosofi Jadah
 Jadah terbuat dari bahan dasar ketan.
 Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, makanan yang
lengket yang terbuat dari ketan memiliki filosofi sebagai
simbol silaturahmi dan harapan bahwa kedua mempelai
akan selalu bersatu sampai akhir hayat dan silaturahmi
antara kedua keluarga akan tetap terjaga selamanya.
Karena yang telah dipersatukan Allah jangan diceraikan
manusia.
 Suami-istri yang baru saja menikah diharapkan berkaca
kepada ketan yang lengket dan saling melekatkan diri serta
sulit dipisahkan. Karena apabila satu sama lain saling
merekatkan diri, hubungan tidak akan putus dan rumah
tangga akan langgeng abadi sampai mati.
Filosofi Jenang
 Jenang merupakan masakan khas tradisional masyarakat
Jawa, khususnya Jawa Tengah terutama Kota Solo dan
Yogya. Pengertian jenang bagi orang Jawa Tengah, Solo dan
Yogya berarti bubur, sedangkan bagi orang Semarang dan
lain-lain adalah dodol.
 Jenang tidak hanya berfungsi sebagai makanan pelengkap,
melainkan sebagai lambang ritual masyarakat Jawa dan
simbol ungkapan rasa syukur kepada Gusti Allah.
 Jenang bersifat demokratis, spiritual dan religius. Sifat yang
melekat secara implisit itulah yang membuat jenang punya
nilai edukatif pada masyarakat yaitu dalam membangun
kebersamaan masyarakat untuk saling berbagi.
Adapun makna filosofi sebagai berikut :
1. Jenang Procotan : makna kehadirannya untuk mendoakan
supaya ibu yang hamil diberikan kelancaran
dalam melahirkan.
2. Jenang Sepasaran : makna kehadirannya ketika memberi
nama kepada bayi setelah lahir.
3. Jenang Sungsum : makna kehadirannya bagi yang punya
hajat pernikahan supaya pengantin dan seluruh
panitia yang terlibat diberi kesehatan, berkah
dan kekuatan.
4. Jenang Abrit Petak : mempunyai makna warna merah dan putih
merepresentasikan penciptaan / asal-usul
manusia laki-laki dan perempuan, jenang
maknanya selalu melihat sesuatu dengan
dimensi yang luas, namun tetap fokus dengan
apa yang menjadi tujuan.
6. Jenang Timbul : mempunyai makna harapan tidak selalu
menjadi kenyataan. Manusia harus ingat Allah
dan selalu berdoa untuk mewujudkan
harapannya menjadi kenyataan.
7. Jenang Grendul : maknanya kehidupan itu seperti roda
yang berputar kadang di atas dan di bawah.
8. Jenang Sumsum : maknanya pada diri manusia melekat
sifat kelemahan dan kekuatan. Kekuatan pada
diri manusia sebaiknya digunakan untuk nilai-
nilai kebaikan.
9. Jenang Lahan : maknanya lepas dan hilang semua
nafsu negatif, iri, dengki, sombong dihadapan
Allah.
10. Jenang Pati : maknanya melebur nafsu dan pasrah
kepada Allah.
11. Jenang Kolep : maknanya manusia sebagai mahkluk
sosial selalu dihadapkan pada perbedaan.
13. Jenang Taming : maknanya belajar menjaga
kekuatan pada diri kita dengan berdoa
kepada Allah dan mengenali serta
memahami kelemahan diri sendiri.
14. Jenang Lemu Mawi Sambel Goreng : maknanya tak
lemah membangun
semangat baru dalam
kehidupan.
15. Jenang Koloh : maknanya kesempurnaan adalah
tujuan hakiki kehidupan manusia, yang
sering dilalaikan dalam kesibukan sehari-
hari. Kita perlu terus berproses menuju
kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
16. Jenang Katul : maknanya kita hidup tak bisa berdiri
sendiri, selalu membutuhkan orang lain.
17. Jenang Sengkolo : terdiri dari jenang abang (merah)
dan putih yang merupakan simbol dari
Filosofi Wajik
 Wajik adalah kue yang lengket yang biasanya terbuat
dari beras ketan merupakan symbol silaturahmi dan
harapan bahwa kedua pasangan akan selalu bersatu
sampai akhir hayat dan silaturahmi antara kedua
keluarga akan tetap terjaga selamanya.
 Makna makanan tradisional ini juga agar cinta kedua
calon pengantin ini selalu lengket sepanjang masa,
sebagaimana beras ketan yang setelah dimasak akan
menjadi lengket.
Resep Jenang Ketan
Bahan
 400 gram Tepung ketan
 350 gram Gula pasir
 250 gram Gula merah
 100 ml Air
 600 ml Santan kental
 1 sendok teh garam

Langkah :
1. Rebus gula merah dengan 100 ml air hingga mencair, saring dan sisihkan
2 . Campur gula pasir, tepung ketan, dalam wajan kemudian masukkan santan beri
garam. Aduk dengan wisk hingga rata dan halus serta tidak bergerindil
3. Nyalakan kompor, masak dan aduk-aduk dengan sendok kayu, masukkan gula
merah cair, aduk kembali hingga adonan kalis dan berat
4. Kecilkan api, aduk terus hingga adonan licin dan berat (kurang lebih selama satu
jam). Setelah itu matikan api. Tuang jenang dalam loyang dan ratakan. Potong-
potong ketika sudah dingin
5. Hasil kurang lebih 500 gram jenang
Bahan
Resep Wajik Ketan
 ½ kg beras ketan
 300 gram gula merah (sisir halus)
 2 sdm gula pasir
 ½ litter santan kelapa
 1 litter air mendidih
 2 lembar daun pandan (kira-kira 30 cm, kemudian ikat simpul)
 ¾ sdt garam halus

Cara Membuat
1. Cuci beras ketan dengan air mengalir sampai benar-benar bersih
2. Rendam beras yang sudah dicuci bersih selama 2 jam
3. Kukus beras ketan selama 25-30 menit sampai mekar
4. Rebus air dan gula merah dengan daun pandan sampai mendidih dan gula benar-benar larut
5. Masukkan beras yang sudah dikukus kedalam rebusan gula merah lalu tambahkan garam Diamkan
sampai meletup-letup sambil diaduk-aduk sampai kental
6. Aduk terus wajik ketan hingga dapat dibentuk dengan tangan dan tidak lengkat
7. Tuang wajik ketan kedalam loyang kotak yang sudah dioles dengan minyak, diamkan sampai mendidih
8. Tunggu sampai wajik ketan benar-benar dingin kemudian dipotong-potong
9. Wajik ketan siap untuk sajikan

Anda mungkin juga menyukai