Anda di halaman 1dari 16

SENI BUDAYA

MAISURINA MUTHIARANI

Kebudayaan Adat Daerah Jawa Timur

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada saya dalam menyelesaikan susunan makalah ini. Shalawat serta salam terlimpah kepada nabi besar kita Muhammad SAW. Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bidang studi Seni Budaya yang membahas tentang Adat Istiadat Daerah , tujuan selanjutnya untuk para pembaca agar lebih paham dan mengetahui lagi aneka keragaman adat istiadat di indonesia dari berbagai daerah yang berbeda. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari teknik penulisan maupun pembahasannya. Tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan menjadikan suatu motivasi dalam penulisan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi diri penulis maupun masyarakat pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Tak ada sesuatu yang tiada cela. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Wassalamualaikum wr.wb

Penulis

Maisurina Muthiarani

PEMBAHASAN 1.Tata Cara Upacara Adat Pernikahan Jawa Timur


Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.Setelah ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset. Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Menurut Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat Jawa adalah sebagai berikut : 1. Babak I (Tahap Pembicaraan) Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina). 2. Babak II (Tahap Kesaksian) Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut : 1. Srah-srahan Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus, berupa cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buahbuahan, daun sirih dan uang. Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
a. Cincin emas

yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat busana putri

bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.

c. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian

mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
d. Makanan tradisional

terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
e. Buah-buahan

bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
f. Daun sirih

Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan. 3. Peningsetan Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin. 4. Asok tukon Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri. 5. Gethok dina Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa. 1. Babak III (Tahap Siaga) Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan. 1. Sedhahan Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan. 2. Kumbakarnan Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :

a. pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan. b. adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana. c. mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan. d. pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan. 3. Jenggolan atau Jonggolan Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab. 1. Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara) Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu : 1. Pasang tratag dan tarub Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warnawarni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem. 2. Kembar mayang Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang adalah : a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya. c. Janur kuning, 4 pelepah. d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong. e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya. f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.

g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah. 3. Pasang tuwuhan (pasren) Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna : a. Janur Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. b. Daun kluwih Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. c. Daun beringin dan ranting-rantingnya Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana. d. Daun dadap serep Berasal dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. e. Seuntai padi (pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan. f. Cengkir gadhing Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat. g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja) Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. h. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam) Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.

i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas) Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan. j. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor) Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman. 4. Siraman Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut : - calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya. - calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman. - calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk. - yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon. 5. Adol dhawet Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang. 6. Midodareni Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya. 1. Babak V (Tahap Puncak Acara) 1. Ijab qobul Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang

atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak. 2. Upacara panggih Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut : a. Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. b. Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu. c. Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya. d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor. e. Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin. g. Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. h. Sindur Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar. Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :

i. Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang. j. Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya. k. Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna : - tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup. - tumpeng puput : berani mandiri. - tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita. - tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua. - tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil. - tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa. - tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. - tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua. - tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja. 3. Sungkeman Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.

2. TATA UPACARA KEHAMILAN HINGGA KELAHIRAN


A. Syukuran Saat Seorang Wanita Mulai Hamil .
Pada saat seorang wanita terlambat haidnya, diadakan upacara syukuran pada hari weton si wanita. Weton adalah saat lahir seseorang, berdasar Kalender Jawa. Tembung Weton berasal dari tembung metu atau keluar, maksudnya hari lahir. Jika dalam Kalender Masehi dikenal hari-hari Senin sampai Minggu, maka dalam Kalender Jawa, dikenal hari-hari pasaran, yaitu Kliwon, Legi, Paing, Pon , dan Wage . Orang yang lahir hari Jumat Kliwon, berarti weton nya adalah Jumat Kliwon.

B. Syukuran Pada Bulan Ke Empat Kehamilan


Setelah kandungan genap berusia empat bulan menurut hitungan kalender Jawa, maka diadakan upacara ngupati atau nyipati. Ngupati berasal dari kata kupat yang merupakan sajian utama pada slametan ini, yakni penganan dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur) berbentuk jajaran genjang kemudian direbus seperti membuat lontong. Selain bersyukur pada Tuhan, upacara syukuran itu juga dimaksudkan untuk mohon doa dan berbagi rasa bahagia pada saudara, sahabat, dan tetangga. Bentuk rasa syukur, tergantung niat si empunya hajat. Bisa cukup sederhana, dengan sekedar membagikan bubur abang-putih dan jajan pasar pada kerabat dan tetangga; bisa juga dengan membagikan sega gudangan , bahkan mengundang kerabat dan tetangga, dan menjamunya dengan hidangan yang pantas. Semua upacara,selalu diawali dan diakhiri dengan doa. Dalam hadist dinyatakan, bahwa ruh manusia ditiupkan pada hari ke 120, atau pada umur kehamilan empat bulan. Di beberapa tempat, tumbuh dan berkembang tradisi baru, yaitu pengajian dan pembacaan doa pada umur kehamilan empat bulan.

C. Syukuran Tingkeban
Upacara ini, biasanya dilakukan hanya pada kehamilan bulan ke tujuh. Urutan upacaranya adalah seperti berikut. 1. Siraman calon ibu. Mula-mula disiapkan air yang di dalamnya sudah diisi dengan kembang setaman . Calon ibu memakai kain batik yang dililitkan (kemben ) pada tubuhnya..Dalam posisi duduk, calon ibu mula-mula disirami oleh suaminya, lalu oleh orang tua dan sesepuh lainnya. Maksud upacara ini adalah untuk mencuci semua kotoran, dan hal-hal negatif lainnya. 2.Tlisipan endog ayam . Setelah siraman, calon ayah memasukkan endog ayam (telur ayam) (kampung) di bagian dada dari kain yang dikenakan calon ibu, lalu mengurutkannya ke bawah, sampai ke luar. Ini melambangkan permohonan, agar bayi lahir dengan lancar dan selamat.

3. Santun busono Santun berarti berganti, busono adalah pakaian. Calon ibu secara bergantian memakai (melilitkan pada tubuh) 7 (tujuh) kain batik, yang berbeda coraknya. Ini melambangkan, bahwa ibu calon bayi sadar, bahwa dalam membesarkan dan mendidik anak nantinya, akan dijumpai berbagai corak kehidupan. Corak batik yang dipakai urut, mulai dari yang terbaik sampai terjelek, yaitu 1) sidoluhur, 2) sidomukti, 3) truntum, 4) wahyu tumurun, 5) udan riris, 6) sido asih, 7) lasem. Setiap memakai corak kain, si calon ibu berlaku seperti peragawati di depan para tamu. Pada saat memakai sidomukti sampai sido asih, para tamu mengatakan Bagus, tapi tidak cocok, atau Mahal tapi tidak serasi, tetapi pada saat memaki corak yang paling sederhana, yaitu lasem, para tamu mengatakan: Sederhana, tapi cocok, Biasa-biasa, tapi karena yang memakai cantik, ya serasi. Ini melambangkan, doa agar si bayi nantinya menjadi orang yang sederhana. Angka 7 melambangkan 7 lubang tubuh (2 di mata, 2 di telinga, 1 di mulut, 1 di dubur, dan 1 di alat kelamin), yang harus selalu dijaga kesucian dan kebersihannya. Ada pengertian lain dari angka 7 ini yang disebut keratabasa . Angka 7, dalam Basa Jawa disebut pitu , keratabasa dari pitu-lungan (pertolongan). 4. Nyigar klapa gading Selanjutnya, ibu dari si calon ibu menyerahkan kepada si calon ibu, dua butir kelapa gading, yang masing-masing telah digambari Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih, atau Arjuna dan Sembodro. Gambar tokoh wayang melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan Dewa Kamajaya atau Arjuna, dan jika wanita secantik Dewi Ratih atau Sembodro. Kedua dewa dan dewi ni merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon ibu, kedua butir kelapa diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang akan membelah kedua butir kelapa gading menjadi dua bagian dengan bendo . Ini melambangkan, bahwa jenis kelamin apa pun, nantinya, terserah pada kekuasaan Allah. 5. Dodol dawet lan rujak Pada awal upacara, para tamu diberi duwit kreweng . Kreweng adalah genting yang dipecah. Sekarang, ada duwit kreweng yang dibuat khusus yang ornamennya, yang dijual di pasarpasar tradisional. Beberapa perias penganten juga menyediakan uang kreweng ini. Kemudian, para tamu membeli dawet dan rujak , yang melayani (menjual) adalah si calon ibu dan calon ayah. Si calon ibu melayani pembelinya, sedang si ayah menerima uang untuk disimpan. Jual beli dawet dengan duwit kreweng , melambangkan doa agar lancarlah rejeki yang akan diterima, dan niat calon ibu dan ayah untuk bersama-sama menyimpan kekayaan.. 6. Kembul bujana Kembul adalah bersama-sama, sedang bujana adalah makan, maksudnya makan bersama. Lazimnya disediakan nasi tumpeng. Ini merupakan acara akhir dari tingkeban .

D. Syukuran saat bayi lahir


Dalam tradisi Islam, pada setiap bayi yang lahir, ayahnya membisikkan adzan di telinga kanan bayi, dan iqomat di telinga kirinya. Jadi, suara yang pertama kali didengar adalah suara illahiah. Setelah bayi lahir, ari-ari (plasenta) dicuci bersih, dan diamati dengan seksama untuk memeriksa, mungkin ada bagian ari-ari yang tertinggal di rahim (robek). Setelah itu, ari-ari dibungkus dengan kain putih, lalu dimasukkan ke dalam kendil (periuk). Kendil diisi juga uba rampe , yaitu: kembang setaman , minyak wangi, kunyit, garam, jarum jahit, benang, kemiri, ikan asin, sirih yang digulung, dan alat tulis (pensil, buku tulis). Lalu kendil ditutup, kemudian ditanam, biasanya di depan rumah. Ada juga yang menggantung kendil itu. Setiap malam, selama 40 hari, di atas kendil itu dinyalakan lampu minyak tanah. Sebelum dan sesudah kendil itu ditanam, ayah si bayi memanjatkan doa.

E. Aqiqah ( Syukuran sepasaran, selapanan, dan puputan )


Dalil melakukan aqiqah adalah sunnah, berdasarkan hadits berikut: Telah berkata 'Amr ibnu al Ash bahwa nabi pernah bersabda :"Barangsiapa suka akan mengaqiqahkan anaknya, maka kerjakanlah." (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa'i dan Mundziri) Adapun sunnahnya aqiqah adalah pada hari ke tujuh dari hari lahir anak tersebut, berdasarkan riwayat ini: Telah berkata 'Aisyah : Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu pernah mengaqiqahkan untuk Hasan dan Husin pada hari ke tujuhnya(HR. Ibnu Hibban, Hakim, dan Baihaqi)

, , ( ,

Telah berkata Samurah : Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda : "Tiaptiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih untuk dia pada hari ketujuhnya, dan dihari itu ia diberi nama dan dicukur rambut kepalanya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah, Baihaqi dan Hakim) Dengan keterangan dua hadits di atas tersebut, nyatalah bahwa menurut sunnah nabi, aqiqah itu pada hari ke tujuhnya. Dan jika aqiqah itu dilakukan pada sebelum hari ke tujuhnya atau pada hari sesudahnya, apalagi setelah bertahun-tahun sesudahnya, maka itu tidak secara sunnah. Adapun hadits berikut di bawah ini : Telah berkata Abu Buraidah : Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda :

"Aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuhnya, atau ke empat belasnya, atau ke dua puluh satunya. (HR. Baihaqi dan Thabrani) Telah berkata Anas : Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam itu pernah mengaqiqahkan untuk dirinya setelah menjadi Rasul. (HR. Baihaqi, Bazzar, Muhammad bin Abdul Malik bin Aiman, Thabrani dan Khallal) Syukuran sepasaran dan selapanan dilaksanakan saat bayi berumur 5 dan 35 hari, syukuran puputan dilaksanakan pada hari setelah tali pusar bayi lepas (putus). Pada saat bayi puput , orang tuanya memberi nama pada anaknya. Mestinya dipilih nama yang indah dan mengandung doa. Biasanya, tali pusar yang putus itu dikeringkan, dibungkus kain putih, lalu disimpan. Di beberapa tempat, orang tua bayi mengirimkan berkatan , yaitu makanan (nasi dan lauk pauk) di dalam besek (sekarang doos) pada kerabat dan tetangga, disertai secarik kertas bertuliskan nama anaknya dan permohonan doa Dalam Islam disyariatkan pada hari ke tujuh dilakukan potong rambut bayi, sekaligus pemberian nama. Ada juga orang tua yang meng-aqiqahkan anaknya pada saat masih bayi.

F. Syukuran tedak siten


Tedak berarti turun, dan siten berasal dari kata siti , yang berarti tanah. Dalam tradisi Jawa, saat seseorang menginjakkan kakinya pada bumi, Sang Ibu Pertiwi, untuk pertama kalinya, amatlah penting. Upacara ini dilakukan pada saat bayi berumur pitung lapan , atau 7 lapan, atau 7 X 35 hari, dijatuhkan pada hari weton si bayi; jika bayi lahir pada Senin Kliwon , maka tedak sitennya dilaksanakan pada Senin Kliwon juga. Uba rampe yang disiapkan adalah: 1. Jadah (ketan sudah dimasak, lalu ditumbuk), 7 warna, yaitu: hitam, merah, putih, kuning, biru, hijau, dan ungu. Setiap warna, ditempatkan dalam piring kecil, lalu ditempatkan membentuk garis lurus menuju kurungan ayam. 2. Tangga yang dibuat dari tebu wulung (kulitnya berwarna wulung , ungu), dengan 9 anak tangga; tangga ini disandarkan pada kurungan ayam. Dipilih angka 9, karena merupakan angka maksimum. Tebu wulung merupakan singkatan ante ping kalbu wu juding lelung an. 3. Kurungan ayam, yang dihias secukupnya, di dalamnya berisi barang kebutuhan seharihari, misalnya alat tulis, uang, mainan anak, dan sebagainya 4. Kembang setaman , dimasukkan ke dalam bokor yang berisi air. 5. Beras kuning yang dicampur uang receh (koin) 6. Tumpeng, bubur abang putih , dan jajan pasar

Urutan upacara adalah seperti berikut. 1. Dengan dituntun ibunya (Jawa dititah atau ditetah ), si bayi menginjakkan kaki pada jadah aneka warna, menuju tangga tebu wulung , langsung menaiki tangga itu. Upacara menginjak jadah aneka warna ini melambangkan, bahwa si ibu mendidik anaknya mengarungi samudera kehidupan yang beraneka warna; si ibu juga membimbing anaknya menaiki tangga tebu, agar anaknya mampu meningkatkan harkat dan martabatnya.. 2. Kurungan ayam dibuka, si bayi dimasukkan ke dalamnya, lalu kurungan ditutup lagi. Biarkan si bayi mengambil barang-barang atau permainan yang ada di dalamnya. Benda apa yang diambil si bayi, dianggap apa yang menjadi cita-citanya. Jika si bayi mengambil uang, dianggap ia akan bekerja di bank, jika mengambil alat tulis, dianggap ia akan menjadi cerdik pandai. 3. Setelah itu,bayi dimandikan atau cuci muka dengan air kembang setaman . 4. Beras kuning ditaburkan, di sekitar kurungan. Para tamu boleh merebut atau mengambil uang recehnya. Ini melambangkan, semoga setelah dewasa, si bayi mempunyai sifat dermawan, suka memberi. 5. Terakhir adalah kembul bujono. Pada syukuran-syukuran itu, lazimnya disajikan nasi tumpeng, bubur merah putih, dan jajan pasar. Setelah doa, tumpeng dimakan bersama. Ada juga yang mengirimkan nasi gudangan ke tetangga.

3. KHITANAN
Sesungguhnya khitan itu adalah merupakan sunnah rasulullah,dan termasuk salah satu dari sepuluh fitrah atau sunnan para nabi. Rasulullah bersabda: Khitan itu sunnah bagi lelaki dan keutamaan bagi wanita (HR. Baihaqi). Zaman dulu, ada yang dinamakan tetesan , yaitu memotong sebagian klitoris organ kelamin anak perempuan, pada saat dia berumur 8 tahun (1 windu). Lalu, berubah, yang diiris hanya kunyit. Sekarang, tampaknya tradisi ini sudah hilang sama sekali. Jika tetesan dilakukan pada anak perempuan, maka khitanan (sunatan ) dilakukan pada anak laki-laki. Umur anak yang dikhitan bervariasi; ada orang tua yang mengkhitan anak lelakinya pada umur 4 tahun; ada juga yang menyerahkan kepada anaknya kapan mau dikhitan. Ada yang menterjemahkan kata khitanan menjadi meng-islam-kan. Sebenarnya, tradisi khitan bukan hanya ada pada orang Islam, orang Yahudi juga melakukan tradisi ini. Khitanan adalah memotong kulup (praeputium ) yang ada di ujung alat kelamin anak lakilaki. Khitanan ini baik bagi kesehatan karena alat kelamin menjadi selalu bersih. Khitanan dapat dilakukan oleh juru khitan, atau dukun sunat; sekarang dilakukan oleh petugas medis (dokter), dan paramedis (mantri). Di kota-kota, dijumpai khitan center.Khitanan dapat dilakukan di rumah, di rumah sakit, klinik, atau khitan center. Bahkan, ada juga khitanan masal.

Ada berbagai variasi upacara khitan; ada yang sekedar ke klinik, lalu pulang, selesai. Ada juga yang lebih rumit; anaknya memakai pakaian kejawen (dari blangkon sampai nyampingan), ada acara sungkeman, dan sebagainya.Kiranya, urutan upacara dan ramainya upacara khitanan, tergantung pada orang tua si anak. Catatan 1. Bubur abang putih atau bubur merah putih , terbuat dari nasi yang ditanak dengan gula jawa (gula merah). 2. Jajan pasar , yaitu kudapan yang lazim dijual di pasar (tradisional), misalnya getuk, ubi rebus, ketela rebus, kentang hitam, dan sebagainya Membuat jadah 7 warna, dengan cara memakai pewarna makanan pada saat menanak ketan, bukan pewarna tekstil. Untuk warna hitam, dapat juga dipakai air yang dicampur abu merang (landa ); warna merah, dengan gula merah, warna kuning dengan kunyit, warna hijau dengan perasan daun suji (pandan). 3. Sega gudangan , yaitu nasi ditambah sayur-sayuran (kacang, bayam, kobis, irisan wortel, dikukus, diurap dengan parutan kelapa), kadang-kadang ditambah ikan asin, telur rebus, tahu goreng, tempe goreng, krupuk. 4. Sega tumpeng , mirip dengan sega gudangan, tetapi nasinya dibuat berbentuk gunung. 5. Kembang setaman, t erdiri atas kantil, mawar, melati, kenanga, dan kantil; ada juga yang menambahkan bunga cempaka. Keratabasa kantil adalah kan - ti laku, tansah kumantil , atau selalu bersama-sama. Melati: tansah mela -d, saka njero ati; kenanga: keneng -a, atau capailah. Apa kang binawar (mawar) , saking kedaling lathi (melati), bisa kumantil-kantil (kantil ) ing wardaya , atau apa yang ditawarkan (dinasihatkan) oleh sesepuh, hendaknya selalu diingat. 6. Dawet, dan rujak, disajikan agar para tamu merasa segar. 7. Beras kuning dibuat dengan melumat beras mentah dengan air perasan kunyit.

PENUTUP
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat ialah saya bisa menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan masukan yang membangundari saudara / saudari, makalah ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat. Kami menyadari pada makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya senantiasa mengharapkan masukan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini pada penulisan berikutnya. Akhirnya, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai