Anda di halaman 1dari 3

SUSUNAN ACARA SIRAMAN

PENGAJIAN
Acara pengajian tentunya bertujuan untuk memohon doa restu kepada Allah SWT agar semua rangkaian
acara pernikahan dapat berlangsung dengan lancar. Setelah acara pengajian, serangkaian upacara adat
Siraman dimulai. Sebelum upacara inti Siraman dimulai, biasanya didahului dengan upacara pemasangan
Blakatepe dan Tuwuhan. Pada upacara pemasangan Blaketepe dan Tuwuhan ini perlengkapan utama yang
harus disiapkan adalah tangga dan baki berisi padi.
PASANG BLAKETEPE
Merupakan tradisi membuat blaketepe atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh
resepsi manton. Tatacara ini mengambil wewarah atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja
Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki
Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil
tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu.
Dengan diberi payon itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung menjadi luas dan menampung
seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut tarub, berasal dari nama orang uang pertama
membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memgangi tangga sambil
membantu memberikan blaketepe (anyaman daun kepala).
Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluargaPasang
Padi (melengkapi tuwuhan)
PASANG PADI (melengkapi Tuwuhan)
Saudara kandung pengantin wanita membawa baki berisi padi. Padi ini akan dipasang oleh kedua orang tua
Calon Pengantin Wanita pada tuwuhan yang sudah di pasang pada pintu gerbang rumah.
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak uang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk
melangsungkan sejarah keluarga .
Tuwuhan terdiri dari :

Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak

Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah memiliki
pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan
yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.

Tebu wulung

Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber rasa manis. Hal ini
melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau

tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu
beryindak dengan kewicaksanaan atau kebijakan

Cengkir Gadhing

Merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan

Daun randu dan pari sewuli

Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu bermakna agar
kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.

Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)

Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan terbebas dari
segala halangan.
Setelah upacara pasang Blaketepe dan Tuwuhan selesai, selanjutnya adalah prosesi Siraman. Perlengkapan
yang perlu disiapkan pada prosesi siraman ini antara lain adalah :

Pencampuran air siraman yang meliputi kembang setaman dan air untuk memandikan. Air siraman ini
berasal dari 7 mata air yang berbeda. Dan untuk yang muslim biasanya memasukkan Air Zam-Zam sebagai
salah satu dari 7 mata air tersebut.

Siapkan 2 meja pendek seperti yang ada pada ruang tamu di dekat pemandian. Meja tersebut untuk
meletakkan : Kain, Handuk dan Kimono serta Ubo Rampe . Kain, Handuk dan Kimono sebaiknya
mempunyai warna yang senada.

Klenting tempat air kembang setaman

Kelapa yang dibelah untuk gayung mandi

Siapkan 2 meja katering dan sudah dihias. Meja tersebut untuk meletakkan

Tumpeng Robyong (tambahan perlengkapan dalam acara potong tumpeng : 1 baki yang diisi 1 piring,
sepasang sendok garpu, centong dan pisau. Centong dan Pisau dihias oleh Pita).

Dodol Dawet.

Setelah perlengkapan siraman lengkap. Kemudian dimulailah rangkaian upacara Siraman seperti berikut :
Pengiriman Air Perwito Adi ke CPP
Setelah air siraman dicampur di kediaman CPW. Dilakukan pengiriman air perwito adi ke kediaman CPP.
Keluarga CPW mengirimkan 2 wakil (2 pasang suami istri) yang ditugaskan untuk menjadi wakil keluarga CPW
dalam mengirimkan air perwito adi ke kediaman CPP.
Duta keluarga CPW ini akan menghadap orang tua CPP, dan menjadi saksi telah dilaksanakannya upacara
siraman di kediaman CPP. Setelah CPP selesai melakukan siraman dan Potong Rikmo, potongan rambut CPP
akan dibawah kembali ke kediaman CPW oleh Duta keluarga CPW.
Sungkeman / Pangabekten
Sebelum melakukan siraman calon pengantin harus melakukan sungkeman kepada Bapak dan Ibu pengantin.
Pada acara sungkeman ini menunjukkan tanda bakti seorang anak kepada orang tua dan dan sekaligus

menjadi ajang mencurahkan rasa terima kasih dan permohonan maaf dan doa restu seorang anak kepada
orang tua nya.
Siraman
Siraman dilaksanakan untuk menyucikan diri dan juga membuang segala kejelekan Calon Pengantin yang ada,
agar calon pengantin dapat memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan suci. Siraman dilakukan oleh 9
orang sesepuh termasuk sang Ayah.
Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak calon pengantin dan diikuti oleh Ibu calon pengantin. Setelah
Bapak Ibu selesai melakukan siraman baru ketujuh pini sepuh yang melakukan siraman. Untuk calon
pengantin wanita, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk
calon pengantin pria, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin pria.
Setelah pini sepuh selesai melakukan siraman. Bapak calon pengantin menuangkan air kendil dan memandu
calon pengantin untuk melakukan wudhu. Setelah selesai, ibu pengantin menutup dengan menyiram air
kendil. Dan kemudian kendil dijatuhkan sampai pecah sambil mengucap:
NIAT INGSUN ORA MECAH KENDI, NANGIN MECAH PAMORE ANAKKU <nama calon pengantin>
Potong Rikmo
Setelah selesai siraman, kemudian dilakukan prosesi potong rikmo / potong rambut. Potongan rambut kedua
calon mempelai akan disatukan pada upacara Tanem Rikmo. Biasanya upacara Tanem Rikmo dilakukan
setelah wakil keluarga CPW kembali dari kediaman CPP.
Dodol Dawet
Jual Dawet diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan kehendak orang
tua untuk menjodohkan anak. Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan
kreweng (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari
bumi. Yang melayani pembeli adalh ibu sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini
mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri,
harus saling membantu.
Potong Tumpeng Kamulyan
Bapak calon pengantinmemotong tumpeng Kamulyan dan diberikan ke Ibu calon pengantin. Potongan
tumpeng tersebut yang akan disuapi kepada calon pengantin pada saat acara Dulangan Kapungkasan.
Dulangan Kapungkasan
Suapan terakhir calon pengantin dari orang tuanya. Calon pengantin duduk diapit orang tua. Sebelum upacara
Dulang Kapungkasan, Bapak calon pengantin menyerahkan hasil penjualan dawet kepada calon pengantin.
Kembul Bujono Ondrowino
Santap siang/sore bersama dengan tamu yang hadir

Anda mungkin juga menyukai