Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TUGAS AKHIR

EVALUASI PENYALIRAN TAMBANG UNTUK MENGAKOMODIR


PERENCANAAN LIMA TAHUNAN TAMBANG DI
PT. MUARA ALAM SEJAHTERA

Diajukan Untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa


Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

Oleh

SARI ULY SIBARANI


03101002100

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2014
A. Judul Tugas Akhir : Evaluasi Penyaliran Tambang untuk
Mengakomodir Perencanaan Lima Tahunan
Tambang di PT. Muara Alam Sejahtera

B. Bidang Ilmu : Teknik Pertambangan

C. Latar Belakang
Pertambangan batubara merupakan hal yang sangat fundamental bagi
ketersediaan energi pada saat ini. Baik sebagai pembangkit tenaga listrik. industri
pembuatan semen. peleburan bijih besi. dan lain-lain. Dapat dilihat dari
permintaan batubara dari pasar domestik maupun mancanegara yang meningkat.
Hal ini menuntut banyaknya perusahaan tambang yang berlomba-lomba
meningkatkan produksi batubaranya untuk bersaing memenuhi permintaan pasar
batubara dunia.
PT. Muara Alam Sejahtera adalah salah satu perusahaan tambang batubara
yang terletak di Kabupaten Lahat. Perusahaan yang sekarang sedang
memproduksi batubaranya harus meningkatkan aktivitas penambangannya akibat
permintaan produksi batubara yang meningkat di sektor kebutuhan energi.
Peningkatan aktivitas penambangan dengan penambahan jam kerja dan jumlah
alat berat yang beroperasi di lapangan. Selain itu, peningkatan produksi dapat
dilihat di rencana jangka panjang produksi lima tahunan di PT. Muara Alam
Sejahtera.
Untuk mencapai target produksi yang sesuai dengan rencana lima tahunan
tambang terdapat aspek yang perlu diperhatikan dengan baik ialah penyaliran
tambang. Penyaliran tambang yang baik tidak akan menghambat pencapai target
rencana produksi. Untuk saat ini keadaan penyaliran tambang di perusahaan PT.
Muara Alam Sejahtera hanya mengantisipasi jumlah air yang masuk di tambang
per-rencana produksi tahun ini. Peningkatan jumlah pengupasan overburden dan
batubara mengkibatkan terjadinya perubahan dimensi front tambang yang
semakin dalam serta arah penambangan yang menuju penyebaran batubara. Hal
ini berdampak pada jumlah air yang masuk. head pompa dan dimensi kolam
pengendapan yang berubah. Selain itu seringnya terjadi hambatan kerja selama
kegiatan penambangan di perusahaan PT. Muara Alam Sejahtera akibat keadaan
jalan yang becek menyebabkan dibutuhkan penanggulangan penyaliran tambang
agar target produksi rencana tambang lima tahunan tercapai. Untuk mencegah
pengurangi jumlah jam hambatan kerja yang terjadi selama ini dalam rencana
aktivitas penambangan lima tahunan dibutuhkan evaluasi penyaliran terhadap
sump. saluran terbuka, kebutuhan pompa , dan kebutuhan kolam pengendapan air
tambang (settling pond). Melalui upaya ini, maka diharapkan tidak akan terjadi
halangan dan hambatan guna meningkatkan produksi tambang lima tahun
kedepan .

D. Perumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan lima tahunan tambang di PT. Muara Alam Sejahtera
2. Bagaimana keadaan sistem penyaliran tambang saat ini di PT. Muara Alam
Sejahtera
3. Bagaimana pengaruh perubahan keadaan penyaliran tambang saat ini terhadap
rencana penambangan lima tahunan di PT. Muara Alam Sejahtera?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perencanaan lima tahunan tambang di PT.Muara Alam Sejahtera
2. Mengetahui keadaan sisitem penyaliran tambang saat ini di PT. Muara Alam
Sejahtera
3. Mengevaluasi elemen-elemen penyaliran tambang untuk mengakomodir
pengoptimalan rencana lima tahunan tambang di PT. Muara Alam Sejahtera

F. Dasar Teori
1. Siklus Hidrologi
Pada sejatinya masalah utama yang sering dihadapi dalam industri
pertambangan adalah air. Indonesia yang merupakan iklim tropis dengan dua musim
yaitu musim hujan dan musim panas menjadi musuh besar bagi perjalanan industri
pertambangan. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi pada musim penghujan
yang terjadi selama kurun waktu enam bulan berturut-turut mengharuskan engineer
memutar otak untuk merancanakan sistem penyaliran tambang yang baik dan effektif
agar target produksi tambang tahunan dapat tercapai. Untuk dapat menghasilkan
sistem penyaliran tambang yang effektif dan effisien diperlukan pengamatan terhadap
total jumlah air yang masuk di dalam daerah front penambangan yaitu dengan cara
pengamatan terhadap siklus hidrologi.
Siklus Hidrologi menurut C.D. Soemarto (1999) adalah suatu gerakan air laut
ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Siklus ini memiliki pengecualian yang artinya kegiatanya tersebutv tidaklah
sesederharna dibayangkan, karena
1. Bukan merupakan siklus singkat dimana air hujan yang jatuh semuanya akan
kembali ke laut
2. Siklus tidak memiliki keseragaman waktu
3. Tergantung pada letak geografi dan keadaan iklim suatu lokasi
4. Mengalami proses yang kompleks dimana proses akhir berupah hujan
Siklus hidrologi yang kompleks telah disederhanakan dan memeberikan
gambaran proses-proses penting dalam siklus hidrologi yang dapat dimengerti dan di
pelajari oleh para ahli (Gambar 3.1), sehingga proses siklus itu dibagi menjadi empat
macam, yaitu:
a. Presipitasi
b. Evaporasi
c. Infiltrasi
d. Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface
runoff)
Sumber : C.D. Soemarto (1999)
Gambar 1
Siklus Hidrologi

Air laut menguap karena radiasi matahai membentuk titik-titik uap air menjadi
awan, kemudian awan yang terjadi akibat penguapan air bergerak di atas daratan
karena terbawa oleh hembusan angin. Lalu Presipitasi terjadi karena adanya tabrakan
antara butir-butir uap air di awan akibat desakan angin, presipitasi dapat berbentuk
hujan atau salju. Setelah itu air jatuh kepermukaan tanah, akan menimbulakan
limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke laut. Selama proses air mengalir kembali
ke laut beberapa diantaranya masuk kedalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke
bawah (perkolasi) menuju daerah jenuh air (staturated zone) yang terdapat dibawah
permukaan air tanah atau yang juga dinamakan permukaan permukaan freatik. Air
dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke suangai atau
kadan-kadang langsung masuk ke laut (C.D. Soemarto, 1999).
Menurut Ersin Seyhan (terjemahan Sentot Subagyo, 1990) penafsiran
kuantitatif dari daur hidrologi juga dicapai dengan suatu persamaan neraca air, ini
merupakan persamaan yang menggambarkan prinsip bahwa selama selang wakktu
tertentu, masukan air total pada suatu ruang tertentu harus sama dengan keluaran total
ditambah perubahan bersih dalam cadangan. Salah satu persamaan neraca air dengan
menganggap daerah aliran drainase yang tidak menerima atau kehilagan air ke daerah
aliran disekitarnya, kecuali dari pintu utama(outlet). maka :

P = Ea + Q + ∆S

Dimana : P = Presipitasi
∆S = Cadangan dalam permukaan dan bawah permukaan
Ea = evapotranspirasi
Q = debit aliran limpasan
III.1.1 Presipitasi
Presipitasi menurut Ersin Seyhan (ter Sentot Subagyo, 1990) adalah
kedalaman cairan yang terakumulasi di atas permukaan bumi bila seandainya
tidak terdapat kehilangan. Semua air yang bergerak di dalam bagian lahan
lahan dari daur hidrologi secara langsung maupun tidak langsung berasal dari
presipitasi . sumber dai presipitasi adalahh laut, udara membawa titi-titk uap
air laut bergerak menuju daerah dataran tinggi yang dapat menyebabkan air
mendingin sampai dibawah titik embun dan menyebabkan presipitasi berupa
air hujan, salju,dan bentuk presipitasi lainnya .
Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan.
Jika membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus ditinjau, yaitu
(C.D. Soemarto, 1999).;
a. Intensitas (i), adalah laju curah hujan = tinggi air persatuan waktu,
misalnya mm/menit, mm/jam, mm/hari
b. Lama waktu atau durasi (t), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam
menit atau jam
c. Tinggi hujan (d) adalah banyaknya hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air diatas permukaan datar, dalam mm.
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya
dinyatakan dengan waktu ulang (retrun periode) T, misalnya sekali
dalam T tahun.
e. Luas, adalah luas geografis curah huna A, dalam km2
Tahapan menentukan kuantitatif data presipitasi atau curah hujan (C.D.
Soemarto, 1999).
1. Pengukuran presipitasi atau curah hujan
Pengukuran peresipitasi dapat dilakukan dengan alat pengukur curah hujan
yaitu penangkar hujan dan pencatat hujan. Penangkar hujan untuk menampung
hujan yang jatuh dikawasan tersebut, sedang pencatat hujan untuk mencatat
tinggi hujan dari alat penangkar hujan. Tujuan utama setiap pengukuran
presipitasi adalah untuk mendapatkan contoh yang benar-benar mewakili curah
hujan diseluruh kawasan tempat pengukuran dilakukan WMO (world
meteorological Office) (Ersin Seyhan,ter Sentot Subagyo, 1990).
2. Frekuensi pengukuran
Frekuensi pencatatan dan pengukuran terhadap curah hujan yang jatuh di
suatu kawasan dapat dilakukan sebanyak
- Sekali dalam sehari, dilakukan dengan alat pengukur manual yang mengukur
tiap hari wadah penangkar hujan dengan waktu yang teratur.
- Sekali dalam seminggu atau sebulan, namun dilakukan dengan alat pengukur
otomatis yang mana menhasilkan data curah hujan setiap saat dan di hubungkan
dengan komputer di pusat komputer.
3. Memproses data curah hujan
- Menentukan curah hujan areal dengan melakukan penakran atau pencatata. Jika
dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan,
maka dapat diambil nilai rata-rata. menurut C.D. Soemarto (1999) untuk
mendapatkan nilai curah hujan areal dengan cara nilai rata-rata hitung
(arithmetic mean) dapat dicari dengan persamaan:
𝑛
𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + ⋯ + 𝑑𝑛 𝑑𝑖
𝑑= = ∑
𝑛 𝑛
𝑖=𝑙
Dimana: d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2, d3, .., dn = tinggi curah hujan pada pos penangkar 1,2,.. n
n = banyak pos penangkar
- Perhitungan perkiraan curah hujan pada tahun n (periode ulang hujan pada tahun
n)
Jika suatu data curah hujan mencapai harga tertentu (x) yang diperkirakan
terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun dapat dianggap sebagai periode
ulang dari x. Perhitungan periode ulang dapat dilakukan dengan beberapa
metode, tetapi metode yang paling banyak dipakai di Indonesia adalah Metode
Extreem Gumbel atau lebih lazim disebut Metode Gumbel (Sudjana, 1992).
1. Reduced Variate (Y)
Untuk menghitung nilai reduce variate dapat menggunakan persamaan
berikut :
 T  1
Y   ln  ln 
 T 

Dimana : Y= Reduced Variate


T= Periode ulang (tahun)

2. Reduced Mean atau Koreksi Rata-rata (Yn)


Untuk menentukan nilai koreksi rata-rata dapat menggunakan persamaan
berikut :
  (n  1  m) 
Yn   ln  ln  
  n  1 

Rata-rata Yn, Yn 
 Yn
n
Dimana : Yn = Koreksi rata-rata
n = jumlah sample
m = urutan sample (m = 1,2,3,…)
3. Reduce Standard Deviation atau Koreksi Simpangan (Sn)
Untuk menghitung nilai koreksi Simpangan dapat menggunakan persamaan
berikut :

 Y 
2
 Yn
Sn 
n

n 1
Dimana : Sn = Koreksi Simpangan
Yn = Koreksi rata-rata per sampel

Yn = Koreksi rata-rata seluruh sampel

Dari hubungan ketiga variabel diatas dapat ditentukan nilai perkiraan


curah hujan yang diharapkan dengan persamaan :
S
X =x + (Y-Yn)
Sn

Dimana :
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
x = Harga rata – rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan bulanan
maksimum)
S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan
Y = Reduce variate, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode ulang
(Tabel III.5)
Yn = Reduced mean, yang tergantung pada jumlah sample (Tabel III.6)
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sample
(Tabel III.7)
Nilai curah hujan maksimum rata-rata (x) dapat dihitung dengan rumus

∑X5)
x=
n
Dimana :
X = Curah hujan maksimum pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan

- Intensitas Hujan
Menurut Ersin Seyhan (ter Sentot Subagyo, 1990) Intensitas hujan
adalah jumlah presipitasi atau curah hujan yang jatuh pada saat tertentu
(mm/menit, cm/jam, dan lain-lain). Intensitas hujan dapat dihitung
dengan persamaan monobe (C.D. Soemarto, 1999) :
2
d24 24 3
I= x( )
24 t

dimana : I = intensitas (mm/jam)


d24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam
t = waktu konsentrasi (jam)

1.2. Infiltrasi
Air cair yang jatuh pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya
tidak kedap air, dapat bergerak kedalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan
kapiler dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Laju infiltrasi aktual adalah laju
air berpenetrasi ke permukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-gaya
kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas (Fac). Laju maksimum presipittasi
dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (Fc)
untuk suatu intensitas curah hujan diambangkan i. Jika intensitas curah hujan
lebih kecil dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi aktual lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi (i < Fc, Fac < Fc) dan sebaliknya jika intensitas curah hujan
lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka kecepatan infiltrasi lebih kecil dari dari
kapsitas infiltras (i < Fc, Fac < Fc) i. Hal ini dikarenakan pada saatu hujan, tidak
ada waktu air untuk terserap kedalam permukaan, karena debit air hujan yang
tinggi membawa partikel-partikel tertentu yang menutupi rongga-rongga pori tanah
(Ersin Seyhan, terjemahan Sentot Subagyo, 1990).

Tabel I
PERKIRAAN PERMEABILITAS MATERIAL

Sumber: Anang Suwandi (2004)

Tanah memiliki sifat poreous (memiliki rongga-rongga dapat di isi atau dilalui
air dan udara) sehingga tanah memilikih kapasitas untuk menyimpan air. Kapaitas air
tanah adalah jumlah maksimum yang dapat disimpan dalam tanah pada mintakat tak
jenuh melawan gaya gravitasi (Ersin Seyhan, terjemahan Sentot Subagyo, 1990). .
Perhitungan debit air tanah biasnya dilakukann pad kondoso pengontrolan air
tanah yang sulit diatasi. Menurut Anang Suwandi (2004) Persama theim sering
digunakan untuk menghitung debit air tanah yang dasar perhitungannya adalah
pengurangan air dalam kapiler adalah sebgai berikut:

𝐾 2 𝜋 𝑚 (𝑠1 − 𝑠2)
𝑄=
𝑅
𝐶 𝜇 𝑙𝑜𝑔10 ( 𝑟 )

Dimana Keterangan rumus diatas dapat dilihat pada tabel II.


Table II
KETERANGAN RUMUS
Variable Keterangan Meninzer Darcy
Q Laju aliran Galoon/menit Ml/det
K Permeabilitas (tabel 1) Meinzer Darcy
M Ketebalan kjeneuhan rata-rata dari Feet Cm
akuifer yang di ukur melalui dua titik
pengamatan
R Jari-jari titik pengamatan yang jauh
Dapat digunakan dengan
dari sumur
satuan sejenis karna perupa
r Jari-jari sumur atau titik pengamatan
perbandingan
terdekat
C Konstanta 528 2,3
𝜇 Viskositas Centipoise Centipoise
S1 Penurunan air tanah pada titik terdekat Feet Atm
sumur pengamatan
S2 Penurunan air tanah pada titik terdekat Feet Atm
sumur pengamatan
Sumber: Anang Suwandi (2004)

1.3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evapotranspirasi menurut Ven T.C, David R.M dan Larry W.S (1988) dapat
dihitung dengan rumus Turc sebagai berikut :

E= P
0.5
  P  
2

0.9    
  L(T )  
dimana :
E = Evapotranspirasi actual (mm/thn)
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata-rata (oC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3

2. Curah Hujan
Curah hujan (Soemarto. 1986) adalah banyaknya hujan yang terjadi pada
suatu daerah. Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam
perencanaan sistem penirisan. karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah
tambang akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus
ditanggulangi.

2.1. Catchment Area


Catchment area menurut Awang Suwandi (2004) merupakan suatu areal
atau daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan
dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon
tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan
mengikuti kecendrungan arah gerak air. Dengan pembatasan catchment area
maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi
pada elevasi yang terendah pada catch ment area tersebut. Pembatasan
catchment area biasanya dilakukan pada peta topografi, dan untuk
perencanaan sistem penyaliran di anjurkan dengan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang.

3. Sistem Penyaliran
Teknik penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian air masuk ke
lokasi penambangan (Awang Suwandhi, 2004). Perusahaan cendrung memutuskan
teknik penyaliran dengan memepertimbangkan biaya yang dikeluarkan tanpa
mengurangi keselamatan kerja. Selain itu dalam pemilihan teknik oenyaliran harus
memperhatikan prediksi cuaca ekstrim yang akan terjadi di front penambangan
agar mengurangi resiko bahaya akibat tingginya debit air limpasan.
Terdapat dua cara pengendalian air yang sudah telanjur masuk ke dalam
front penambangan, yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau membuat
paritan dan memebuat adit. Sisitem penyaliran dengan membuat kolam terbuka
dan paritan biasanya ideal diterapkab pada tambang open cast atau kuari, karena
dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian puncak atau
lokasi yang tinggi ke tempat yang rendah. Pompa digunakan pada posisi ini lebih
efisien, efektif dan hemat energi. Pada tambang open pit penggunaan pompa
menjadi sangat vital untuk menaikan air dari dasar tambang ke permukaan dan
kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang tidak cukup digunakan hanya 1 unit
pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan seri untuk membantu daya
dorong dari dasar sampai permukaan. Artinya unsur biaya pemompaan harus
diperhatikan. Sedangkan sisitem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka
open pit denga syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah tempat
sumuran dan adit agar air dapat keluar.

4. Pipa
Pipa untuk keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja. tetapi untuk
tambang yang tidak terlalu dalam dapat mengunakan pipa HDPE (High Density
Polyethylene). Pada dasarnya bahan apapun yang digunakan harus memperhatikan
kemampuan pipa untuk menekan cairan didalamnya. Sistem perpipaan akan sangat
berhubungan erat dengan daya serta head pompa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi
karena sistem perpipaan tidak akan terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa.
belokan. pencabangan. bentuk katup. serta perlengkapan pipa lainnya. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya kehilangan energi sehingga turunnya tekanan di dalam
pipa.
Menurut Chow, Maidment, Mays, (1988) perhitungan besarnya head loss
pada pipa dapat dihitung dengan Persamaan Hazen-William :

10.7Q1.85
HL = 1.85 4.87 x (L + Le )
C D

dimana :

HL = Head loss pipa (m)

Q = Debit aliran pipa (m3/detik)

C = Konstanta Hazen-Williams (Tabel III)

D = Dimameter pipa (m)

L = Panjang pipa (m)

Le = Panjang pipa ekivalen (m) (tabel IV)

TABEL III

KONSTANTA HAZEN-WILLIAMS BERBAGAI JENIS PIPA

No JENIS PIPA NILAI C


1 Pipa besi cor baru 130
2 Pipa besi cor lama 100
3 Pipa besi cor lama / permukaan dalam kasar 70
4 Pipa baja baru 130
5 Pipa baja sedang / setengah pakai 100
6 Pipa baja lama 80
7 Pipa Plastik "Polyethylene" 140
Sumber : Chow, Maidment, Mays, (1988)

Panjang pipa ekivalen merupakan nilai pipa beserta aksesorisnya dianggap


sama dengan pipa lurus, panjang pipa ekivalen dapat dilihat pada Tabel IV
TABEL IV
PANJANG PIPA EKIVALEN

PANJANG PIPA LURUS


NAMA ALAT
EKIVALEN
Ellbow Belokan 10 o 10.67 D
Ellbow Belokan 20 o 13.3 D
Ellbow Belokan 30 o 16.5 D
Ellbow Belokan 45 o 20 D
Ellbow Belokan 90 o 32 D
Pipa U 75 D
Pipa T 60 D
Pipa Y 500 D
Flowmeter 10D
Gate valve 7D
Katup bola (DN 150) 60 D
Katup bola (DN 200) 67 D
Sumber Chow, Maidment, Mays, (1988)

5. Pompa
Pengangkutan atau pemindahan zat cair dilakukan dengan gaya tekan. yang
gunannya untuk mengatasi tahanan-tahanan yang di alami oleh zat cair sewaktu
pemindahan. Pemasangan pompa dapat dilakukan dengan cara seri dan paralel.
Pemasangan pompa secara seri dilakukan karena head pompa yang digunakan
tidak mencukupi untuk menaikkan air sampai ketinggian tertentu. Pemasangan
pompa secara paralel dilakukan karena debit pompa yang digunakan tidak
mencukupi untuk mengeluarkan air sehingga harus digunakan dua pompa atau
lebih yang dipasang secara paralel.
Untuk perhitungan head pompa digunakan prinsip Bernoulli. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan menurut
Goerge Tchobanoglous. (1981) ditunjukan dalam persamaan dibawah ini:

P1 v1 2 P2 v2 2
+ + z1 − HL + Hp = + + z2
γ 2g γ 2g
Dimana :
P = Tekanan (bar)
γ = berat spesifik (kN/m3)
V = kecepatan aliran fluida (m/s2)
Z1 = elevasi hisap (m)
Z2 = elevasi buangan (m)
HL =Head loss (m)
Hp = Head pompa
Karena nilai P1 = P2. maka head pompa dirumuskan sebagai berikut :
v2 2 v1 2
Hp = − + Z2 − Z1 + HL
2g 2g
Untuk penentuan besar daya pompa digunakan rumus berikut ini :

Hp x Q x γ
P=
ηp x ηm
Dimana :

P = Daya pompa (kW)

Hp = Head pompa (m)

Q = debit (m3/detik)
γ = berat spesifik (kN/m3)

η = effisiensi pompa

ηm = effisiensi motor

6. Desain Saluran Terbuka


Bentuk penampang saluran umumnya dipilih berdasarkan debit air. tipe
material pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatannya. Saluran air
dengan penampang persegi empat atau segitiga umumnya debit kecil sedangkan
penampang trapesium untuk debit yang besar. Bentuk persamaan empiris Manning
untuk kecepatan aliran air pada saluran menurut Goerge Tchobanoglous (1981)
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

1
V= . R 2/3 . S1/2
n

Dimana :

V = Kecepatan aliran air pada saluran (m/detik)


n = Koef. n persamaan Manning (Tabel III.13)
S = Kemiringan dasar saluran (m/m)
R = jari-jari hidrolik (m)
Jari-jari hidrolik. dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

A (Bw+zy)y
R= =
P Bw +2y√1+z2

Dimana :
R = jari-jari hidrolik (m)
A = Luas penampang (m2)
z = Proyeksi bidang datar saluran
y = Kedalaman saluran (m)
Bw = Lebar dasar saluran (m)
Persamaan guna mencari Q(debit) sebagai berikut :

2 1
1
Q = AR3 S2
n

Dimana :
A = Luas penampang (m2)
Q = Debit air yang mengalir di saluran (m3/s)
S = Kemiringan Saluran(m/m)
z = Proyeksi bidang datar saluran
y = Kedalaman saluran (m)

7. Kolam Pengendap Lumpur (KPL)


Kolam pengendapan lumpur menurut State of Alaska Depertement Of
Enivirontental Conservastion (1983) merupakan sarana untuk menghindari
pencemaran perairan umum oleh air limpasan dari tambang yang mengandung
material padat akibat erosi. Penentuan lokasi dan kapasitas KPL harus
direncanakan dengan memperhatikan rencana tambang agar biaya pembuatannya
dan penanganan lumpur tidak memerlukan biaya besar.

7.1. Bentuk Kolam Pengendapan


Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam. namun pada setiap kolam
pengendap akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan menurut State of Alaska Depertement Of
Enivirontental Conservastion (1983) Keempat zona yang ditunjukkan pada
gambar 3.3 adalah :
1. Zona masukan Adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam
kolam pengendapan dengan anggapan campuran antara padatan dan
cairan terdistribusi secara merata.
2. Zona Pengendapan adalah Tempat dimana partikel akan mengendap.
material padatan disiniTempat dimana partikel akan mengendap. material
padatan disini akan mengalami proses pengendapan disepanjang saluran
masing-masing ceck dam.
3. Zona Endapan Lumpur adalah Tempat dimana partikel padatan dalam
cairan mengalami sedimentasi dan terkumpul pada bagian bawah saluran
pengendap.
4. Zona Keluaran adalah Tempat keluarnya buangan cairan yangt relative
bersih. zone ini terletak pada akhir saluran.

7.2. Ukuran Kolam Pengendapan


Luas kolam pengendapan menurut Sengupta (1993) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

A = Q total/V

Keterangan :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal= Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
v = Kecepatan pengendapan (m/detik)
Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus “Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum “Stokes” berlaku bila
padatanya kurang dari 40%. sedangkan bila persen patan lebih dari 40%
berlaku hukum “Newton”
Menurut Chih Ted (1996 ) persamaan Hukum Newton untuk
perhitungan kecepatan pengendapan partikel adalah sebagai berikut :
g  D 2  p  a 
V 
18
Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
p = berat jenis partikel padatan

a = berat jenis air (kg/m3)


 = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan (m)

Menurut Chih Ted (1996) persamaan Hukum Stokes untuk

perhitungan kecepatan pengendapan partikel adalah sebagai berikut :

 4 xgxD xp  a  
0,5

V  
 3 xFgxa 

Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
p = berat jenis partikel padatan

a = berat jenis air (kg/m3)


D = diameter partikel padatan (m)
Fg = nilai koefisien tahanan

7.3. Perhitungan Prosentase Pengendapan


Perhitungan Prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk
mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air tambang. Menurut
menurut Sengupta (1993) waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk
mengendap dengan kecepatan (v m/s) sejauh (h) adalah :

𝐻
t=( )
𝑉𝑝

Keterangan :

t = Waktu pengendapan partikel (menit)


Vp = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
H = Kedalaman Saluran (m)

Sumber : Sengupta (1993)


GAMBAR 3
ALIRAN AIR DI KOLAM PENGENDAPAN

G. Manfaat Hasil Penelitian


Mengetahui perubahan sisitem penyaliran yang menunjang perencanaan lima
tahunan tambang. mengantisipasi hambatan rencana produksi lima tahunan akibat
penyaliran yang tidak baik. dan mengoptimalkan produksi tambang sesuai dengan
rencana lima tahunan tambang.
H. Metode Penelitian
Metode yang akan dilakukan dalam pengambilan data yang dibutuhkan untuk
keperluan penyelesaian penulisan laporan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur. dilakukan dengan mempelajari teori-teori. rumusan-rumusan
dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini
2. Data Lapangan Primer
Jenis kegiatan ini mencakup pengamatan langsung dari lapangan berupa peta
kondisi lapangan. .pengamatan jumlah air masuk berdasarkan keadaan
cacthment area aktual . perhitungan debit air yang keluar dari pompa aktual .
luasan settling pond aktual dan lainnya yang mungkin didapatkan di lapangan.
3. Data Lapangan Sekunder
Jenis kegiatan ini adalah melakukan penngumpulan data curah hujan di area
tambang pada periode tertentu. data spesifikasi unit pompa yang aktual
dipakai .data perencanan lima tahunan produksi batubara dan overburden .
data rencana penyaliran aktual.
4. Analisa Data
Data – data yang diperoleh diolah dengan analisamatematis. dan statistic serta
disajikan dalam bentuk tabel. dan perhitungan penyeleisaian. Pengolahan data
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menghitung perkiraan curah hujan dan intensitas hujan selama lima tahun
kedepan
b. Menentukan luas daerah tangkapan hujan dan perkiraan debit air limpasan
yang masuk ke dalam main sump sesuai dengan rencana penambangan
lima tahunan tambang di PT. Muara Alam Sejahtera
c. Mengamati keadaan penyaliran tambang di PT. Muara Alam Sejahtera saat
ini dengan melakukan perhitungan dan pengamatan kapasitas head pompa.
saluran terbuka. sump dan kolam pengendapan lumpur
d. Mengevaluasi penyaliran tambang dengan menghitung keseuaian debit air
masuk selama lima tahun dengan penyaliran tambang saai ini di PT.
Muara Alam Sejahtera
e. Memberikan hasil evaluasi dengan mengusulkan elemen-elemen sisitem
penyaliran yang tidak efektif dengan perencanaan lima tahunan tambang
berupa spesifikasi pompa. bukaan sump baru. dan bukaan kolam
pengendapn lumpur baru.
5. Penyusunan laporan. dilakukan dengan bimbingan secara berkala dan
pembuatan laporan secara sistematis.

I. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tugas akhir ini rencananya akan dilaksanakan di PT. Muara Alam
Sejahtera Kabupaten Lahat Sumatera Selatan pada tanggal 23 Juni – 28 Juli 2014
dengan perincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Tabel I.1
Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir Di PT. Muara Alam
Sejahtera Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Minggu
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Referensi dan Data
Pengolahan Data. Konsultasi dan
3
Bimbingan
Penyusunan dan Pengumpulan
4
Laporan

J. Penutup
Demikianlah proposal permohonan Penelitian Tugas Akhir yang direncanakan
dilakukan di PT. Muara Alam Sejahtera . Kabupaten Lahat harapan saya untuk
dapat melakukan Penelitian Tugas Akhir dan mendapat sambutan yang baik dari
pihak perusahaan. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki. maka
saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil
dari pihak perusahaan untuk kelancaran Penelitian Tugas Akhir ini.
Bantuan yang sangat saya harapkan dalam pelaksanaan Penelitian Tugas
Akhir ini adalah:
1. Adanya bimbingan selama Penelitian Tugas Akhir.
2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian (akomodasi) ataupun pengambilan
data-data yang diperlukan selama pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir.
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak
institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara harmonis
demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industri pertambangan
Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan. saya ucapkan terima kasih.

K. Daftar Pustaka
____ (1983). “Placer Mining Settling Pond Design Handbook”. Alaska: Alaska
depertement Of Environmental Conservation.

Chow, V.T, Maidment D.R. & Mays L.W. (1988) . “Applied Hydrology”. New
York: McGraw-Hill Book Company.

Chih Ted Yang. (1996). “Sediment Transport :Theory and Practice” . New york:
McGraw-Hill.

Goerge Tchobanoglous. (1981) .“Wastewater Engineering : Collection and


Pumping of Wastewater”. New York: McGraw-Hill Book Company.

Sengupta, M.. (1993). “Environmental Impacts of Mining. Monitoring.


Restoration. and Control”. USA: Lewis Publisher.

Soemarti, CD. (1986). “Hidrologi Teknik”. Surabaya: Usaha Nasional.

Soemarti, CD. (1999). “Hidrologi Teknik (Edisi Perbaikan)”. Jakarta: Erlangga


Suwandhi, A., Ir., M.Sc. (2004, 12-22 Juli). “Perencaanaan Sistem penyaliran
Tambang Terbuka”. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka .

Syehan Erisin. (1990). “Dasar-Dasar hidrologi”. Terjemahan Sentot Subagyo.


Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai